Dokumen tersebut membahas pembagian hadis dari segi kualitas menjadi tiga, yaitu hadis shahih, hasan, dan dha'if. Hadis shahih memenuhi syarat sanad dan matannya, hadis hasan kurang sempurna dalam daya ingat perawinya, sedangkan hadis dha'if tidak memenuhi syarat kualitas hadis shahih dan hasan.
1. RESUME
ULUMUL HADIS
PembagianHadisdariSegiKualitas
Dosen Pengampu :
Edi Bachtiar, M.Ag
Disusun Oleh :
SULISTIYANI
NIM : 412088
DAKWAH ELK BPI
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
2. 2012 / 2013
PEMBAGIAN HADIS DARI SEGI KUALITAS
Pembagian hadis dari segi kualitastidak terlepas dari pembahasan hadis ditunjau dari segi
kuantitasnya, yaitu HadisMutawatir dan HadisAhad. Daripersoalan ini, maka para ulama ahli hadis
membagi hadis ditinjau dari segi kualitasnya, menjadi dua yaituHadisMaqbul dan HadisMardud.
A. Hadis Maqbul
Maqbul menurut bahasa berarti ma’khuz (yang diambil) dan mushaddaq (yang dibenarkan atau
diterima).
Adapun menurut istilah adalah “Hadis yang telah sempurna padanya, syarat-syarat penerimaan”.
Suatu hadis menjadi hadis yang maqbul, ketika syarat-syarat penerimaannya terpenuhi, yaitu
sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yang adil lagi dhabit,serta keberadaan matannya
tidak syadz dan tidak juga ber‟illat.
Apabiladitinjaudarisegikemakmurannya, makahadismaqbuldapatdibagimenjadi 2, yakni:
1. HadisMaqmulunbih,adalahhadismaqbulyang dapatdiamalkan, di antaranya:
HadisMuhkam, yaituhadis yang tidakmempunyaiperlawanan
HadisMukhtalif, yaituduahadis yang padalahimyasalingberlawanan yang
mungkindikompromikandenganmudah
HadisNasikh
Hadis Rajih.
2. HadisGhairMa’mulinbih, ialahhadismaqbul yang tidakdapatdiamalkan, di antaranya:
HadisMutawaqaf, yaituhadismuthalif yang tidakdapatdikompromikan,
tidakdapatditansihkandantidak pula dapatditarjihkan
HadisMansukh
HadisMarjuh.
Dari ketentuan di atas, makahadisMaqbuldapatdigolongkanmenjadidua,
HadisSahihdanHadisHasan.
B. Hadis Mardud
Mardud secara bahasa berarti “yang ditolak” dan “tidak diterima”. Adapun menurut istilah adalah
hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat atau sebagian syarat hadis maqbul. Yang dimaksud tidak
terpenuhinya syarat tersebut adalah yang terjadi pada sanad dan matan. Oleh karena itu, maka para
ulama membagi hadis ini menjadi dua, yaitu HadisDha’if dan Maudhu’.
Selanjutnya pembagian hadis ditinjau dari segi diterima atau tidaknya, dibagi menjadi tiga, yaitu :
Hadis Sahih, Hasan dan Dha’if. Sebenarnya pembagian ini belum dikenal pada masa abad
pertengahan ke-3Hijriyah, yaitu pada masa 4Imam Madzhab yang hanya membagi hadis menjadi dua,
yaitu HadisSahih (Maqbul) dan hadis yang ditolak (Mardud).
Ibnu Taymiyah mengemukakan, bahwa pembagian hadis ini menjadi tiga, mulai dikenalkan oleh Abu
‘Isa al-Tirmidzi. Adapun penjelasan tentang pembagian hadis menjadi tiga adalah sebagai berikut :
1. HadisSahih
a. Pengertian HadisSahih
HadisSahih adalah hadis yang sanadnya sambung, dikutip oleh orang yang adil lagi cermat
dari orang yang sama, sampai berakhir kepada Rasulullah SAW, atau kepada sahabat atau
kepada tabi‟in dan bukan hadis yang syadz (kontroversial).
b. Syarat-syarat HadisSahih
1. Sanadnya bersambung, yakni dari awal sampai akhir.
2. Perawinya adil, yakni tidak berat sebelah, tidak zalim, tidak menyimpang, tulus, jujur
3. Perawinya dhabit, yakni mempunyai daya ingatan dengan sempurna
4. Tidak syadz (janggal)
3. 5. Tidak ber-illat, yakni tidak cacat, penyakit.
c. Macam-macam HadisSahih
1. HadisSahih Li-Dzatihi, yaitu hadissahih yang memenuhi secara lengkap syarat-syarat
hadissahih.
2. HadisSahih Li-Ghairihi, yatitu hadis yang keadaan rawi-rawinya kurang hafidh serta
dhabit, tetapi mereka masih terkenal jujur, sehingga karenanya berderajat hasan,
kemudian didapati dari jalan lain yang serupa atau lebih kuat yang dapat menutupi
kekurangannya tersebut.
d. Kehujjahan HadisSahih
Para ulama sepakat menjadikan hadissahih sebagai hujjah yang wajib beramal dengannya,
dalam penetapan halal atau haramnya sesuatu, tetapi tidak dalam hal yang berhubungan
dengan akidah (keyakinan). Dan yang paling penting untuk diketahui adalah martabat
hadissahih tergantung kepada kedhabitan dan keadilan para rawinya. Semakin dhabit dan
adil si perawi, maka semakin tinggi pula tingkat kualitas hadis tersebut. Dengan demikian
maka semakin kuat untuk dijadikan hujjah.
2. Hadis Hasan
a. PengertianHadisHasan
At-Tarmidzi mendefinisikan bahwa hadis hasan ialah hadis yang pada sanadnya tiada
terdapat orang yang tertuduh dusta, tiada kejanggalan pada matannya dan hadis itu
diriwayatkan tidak dari satu jurusan yang sepadan maknanya.
Sedangkan menurut Ibnu Hajar, HadisHasan adalah hadis yang dinukilkan oleh orang yang
adil, yang kurang sedikit kedhabitannya, bersambung-sambung sanadnya sampai kepada
Nabi Muhammad SAW. dan tidak mempunyai „illat serta syadz.
Adapun menurut Jumhur Muhadditsin adalah hadis yang dinukilkan oleh seorang adil,
tetapi tidak begitu kokoh ingatannya. Serta bersambung sanadnya dan tidak terdapat illat
dan kejanggalan pada matannya.
Jadi dari definisi-definisi di atas, dapat dikatakan bahwa hadis hasan hampir sama dengan
hadissahih, yang membedakan hanya dalam soal ingatan perawi, di mana daya hafalnya
kurang sempurna.
b. Syarat-syarat HadisHasan
1. Sanadnya bersambung
2. Perawinya adil
3. Perawinya dhabit, tetapi kurang sempurna (di bawah perawi hadissahih)
4. Tidak ada kejanggalan
5. Tidak ada illat.
c. Macam-macam HadisHasan
1. HadisHasan Li-Dzatihi, adalah hadis yang memenuhi segala syarat-syarat hadis hasan.
2. Hadis Hasan Li-Ghairihi, adalah hadis yang di bawah derajat hasan, yang kemudian
naik ke tingkat hadis hasan, disebabkan karena ada hadis lain yang menguatkannya. Tetapi
untuk hadisdha‟if yang rawinya dikenal pendusta atau fasiq, sekalipun dikuatkan hadis lain,
maka tidaklah hilang kedha‟ifannya.
d. Kehujjahan HadisHasan
Para ulama mengatakan bahwa kehujjahan Hadis Hasanini sama seperti hadissahih, adapun
berhujjah kepada Hadis HasanLi-Ghoirihi, jika kekurangannya dapat di minimalisir atau
ditutupi oleh banyaknya riwayat lain, sah berhujjah dengannya.
3. HadisDha’if
a. Pengertian
Secara bahasa kata dha’if artinya lemah.
Secara istilah, HadisDha‟if adalah hadis yang tidak menghimpun sifat-sifat hadissahih, juga
tidak menghimpun sifat-sifat hadis hasan.
b. Sebab-sebab HadisDha‟iftertolak
4. 1) Sanad hadis, yang meliputi :
- Ada kecacatan pada para rawinya, baik dalam keadilannya maupun kedhabitannya.
- Sanadnya tidak bersambung
2).Macam hadis, yang meliputi :
- Hadis Mauquf
- Hadis Maqthu‟
c. Macam-macam HadisDha‟if
1). Pada sanadnya
a). Dha‟if karena tidak bersambung sanadnya
(1). Hadis Munqathi’ yaitu hadis yang gugur sanadnya di satu tempat atau lebih,
atau disebutkan pada sanadnya nama seseorang yang tidak dikenal. Pengertian
di sini bukanlah rawi ditingkat sahabat, tetapi minimal gugur seorang
tabi‟in.
(2).Hadis Mu’allaq yaitu hadis yang rawinya digugurkan seorang atau lebih di
awal sanadnya secara berturut-turut.
(3). Hadis Mursal yaitu hadis yang gugur sanadnya setelah tabi‟in. Yang dimaksud
dengangugur di sini, ialahnamasanad yang terakhir tidak disebutkan. Padahal
sahabat adalah orang yang pertama menerima hadis dari Rasul. Adapun mursal
ada dua macam, yaitu :
- Mursal al-jali, nama yang tidak disebutkan dilakukan oleh tabi‟in besar
- Mursalal-khafi, yaitu pengguguran nama sahabat yang dilakukan oleh tabi‟in
yang masih kecil.
(4). HadisMu’dhal yaitu hadisyang gugur dua orang sanadnya atau lebih, secara
berturut-turut.
(5).Hadis Mudallas yaitu hadis yang diriwayatkan menurut cara yang
diperkirakan, bahwa hadis tersebut tiada bernoda. Dalam hadis ini rawi
menggugurkan rawi yang lain dengan maksud agar aib dan kelemahan suatu
hadis dapat ditutupi. Orang yang melakukan disebut Mudallis, perbuatannya
disebut tadlis.
b) Dha‟if karena tiadanya syarat adil
(1). HadisAl-Maudhu’ adalah hadis yang dibuat-buat. Para ulama memberikan
batasan, hadis maudhu‟ adalah hadis yang bukan dari hadis Rasulullah SAW.
Tetapi disandarkan oleh seseorang secara dusta dan sengaja kepada Rasulullah.
(2). Hadis Matruk adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang yang tertuduh
pernah berdusta (baik itu berkenaan dengan hadis atau masalah yang lain) atau
tertuduh pernah berbuat maksiat, atau lalai, atau banyak ragu.
(3). HadisMungkaradalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang lemah yang
menyalahi (berlawanan) dengan rawi yang lain yang lebih kuat (kepercayaan).
c). Dhaif karena tiadanya Dhabit
(1). HadisMudroj yaitu hadis yang menampilkan (redaksi) tambahan, padahal itu
bukan dari bagian hadis, atau yang dimasuki sisipan. Sisipan itu bisa terjadi
pada sanad, atau matan dan atau keduanya.
(2). Hadis Maqlub yaitu hadis yang terjadi pemutarbalikan pada matannya atau
pada nama rawi dalam sanadnya atau juga penukaran suatu sanad untuk matan
yang lain. Tertukarnya hadis ini, bisa terjadi pada matannya dan juga bisa
terjadi pada sanadnya. Dan hadis ini tidak dibenarkan dalam periwayatan,
karena akan mengakibatkan perubahan maksud juga makna hadis tersebut.
(3). Hadis Mudhtharib yaitu hadis yang diriwayatkan dengan bentuk yang
berbeda-beda, padahal diriwayatkan oleh satu rawi, dua atau lebih, atau juga
dari dua rawi atau lebih yang berdekatan (dan tidak bisa ditarjih)
(4). HadisMushahhaf dan Muharraf
HadisMushahhaf adalah terjadinya perubahan redaksi hadis dan maknanya.
sedangkan Muharraf adalah hadis yang perbedaannya terjadi karena
disebabkan oleh perubahan syakal kata dengan masih tetapnya bentuk
tulisannya.Perbedaan kedua hadis ini bisa terjadi di matan atau di sanadnya.
5. d). Dhaif karena kejanggalan dan kecacatan
(1). HadisSyadzyaituhadis yang diriwayatkan oleh orang yang magbul, tetapi
bertentangan (matannya) kepada periwayatan dari orang lain yang kualitasnya
lebih utama.
(2). HadisMu’allal yaitu hadis yang diketahui illatnya setelah dilakukan penelitian
serta penyelidikan, walupun pada lahirnya nampak selamat dari kecacatan.
2). Dha‟if dari segi matan
a). Hadis Mauqufadalah hadis yang diriwayatkan dari para sahabat, baik itu berupa
perkataan atau perbuatan juga taqrirnya, baik periwayatannya itu bersambung atau
tidak. Atau dengan pengertian lain, hadis yang disandarkan kepada sahabat.
b). HadisMaqthu’adalah hadis yang diriwayatkan dari tabi‟in dan disandarkan
kepadanya, baik perkataan atau perbuatannya. Dengan kata lain, yaitu perkataan
atau perbuatan tabi‟in.
d. KemungkinanHadisDha‟ifmenjadiHasan
HadisDha‟ifbisanaikderajatnyamenjadiHadisHasan (Li-Ghairihi) bilasaturiwayatdengan
yang lainnyasama-samasalingmenguatkan.
e. Penerimaan dan pengamalan HadisDha‟if
Adapun Imam Bukhari, Imam Muslum serta Abu Bakr ibn Al-„Araby berpendapat menolak
secara muthlak hadisdha‟if ini baik dalam penetapan hukum, aqidah serta fadhoil al-„amal.
Tetapi menurut Imam Abu Hanifah, Al-Nasa‟i serta Abu Daud membolehkan beramal
dengan hadisdha‟if ini secara mutlak. Alasan mereka hadisdha‟if ini lebih disukai
dibandingkan mendasarkan pendapatnya kepada akal pikiran atau juga qiyas.
Sedangkan Abd Al-Rahman ibn Almandy dan Abdullah ibn Al-Mubarok serta Ahmad ibn
Hambal menerima pengamalan hadisdha‟if sebatas fardhoil al-„amal.
Sementara Al-Suyuthi berpendapat memperbolehkan beramal dengan hadisdha‟if dalam
masalah hukum dengan maskdu ikhtiyah.
KESIMPULAN
Hadis ditinjau dari segi kualitasnya dibagimenjadi dua, yaitu HadisMaqbul (yang diterima) dan
HadisMardud (yang ditolak). Kemudian selanjutnya dilihat dari diterima dan ditolaknya hadis tersebut,
maka dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Hadis Sahih
2. Hadis Hasan
3. HadisDha‟if
Dari ketiga macam hadis tersebut, yang paling tinggi tingkatannya adalah HadisSahih dan wajib
mengamalkannya. Kemudian disusul HadisHasan, dimana pengamalannya wajib meskipun tingkat
kewajibannya di bawah HadisSahih. Sedangkan yang terakhir adalah HadisDha‟if, dimana
pengamalannya tidak diperbolehkan menurut kesepakatan para ulama hadis, meskipun ada beberapa
ulama yang berbeda pendapat tentang memperbolehkan pengamalannya.
REFERENSI
Suparta, Munzier, Ilmu Hadis, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
http://www.sarjanaku.com/2010/10/hadits-dari-segi-kedudukan-dalam-hujjah.html