Laporan ini mendeskripsikan uji kuat tarik yang dilakukan terhadap dua jenis baja konstruksi, yaitu baja tulangan polos dan baja tulangan sirip. Uji ini bertujuan untuk menentukan tegangan leleh, tegangan putus, dan regangan maksimum dari masing-masing baja. Hasilnya menunjukkan bahwa baja tulangan polos memiliki tegangan leleh 319,99 MPa dan baja tulangan sirip memiliki tegangan lele
1. LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
BAJA
1
PENGUJIAN KUAT TARIK BAJA/BESI BETON
(SNI 07-2529-1991)
1. Tujuan Percobaan
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kuat tarik baja/besi
beton dan parameter lainnya (Tegangan Leleh, Tegangan Putus dan
Regangan). Pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pengendalian
mutu baja.
2. Pengertian
Yang dimaksud dengan :
1) baja beton adalah baja yang digunakan sebagai penulangan dalam
konstruksi beton bertulang;
2) nilai kuat tarik leleh adalah besarnya ‘gaya tarik yang bekerja pada
saat benda uji mengalami, leleh pertama;
3) nilai kuat tarik putus adalah besarnya gaya tarik maksimum yang
bekerja pada saat benda uji putus;
3. Teori Dasar
Kekuatan atau tegangan yang dapat dikerahkan oleh baja tergantung
dari mutu baja, tegangan leleh dan tegangan dasar dari berbagai macam
baja bangunan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Sifat Mekanis Baja Struktural
Sumber :SNI 03- 1729- 2002)
2. LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
BAJA
2
σ Tarik ( MPa)
ε ( %)
A
B
C
E
D
E’
0
Patah
Kekuatan Tarik
Titik Leleh
Daerah elastis
Daerah Perkuatan Regangan
Untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari baja, terutama mengenai
batas leleh, kuat tarik dan regangannya, biasanya dilakukan pengujian kuat
tarik. Umumnya hasil pengujian tersebut dapat digambarkan dalam suatu
diagram yang menyatakan hubungan antara tegangan dan regangan yang
terdiri atas beberapa daerah, seperti tampak pada gambar berikut :
Tabel 2. Sifat Mekanis Baja Tulangan Beton
(Sumber :SNI 07- 2052- 2002)
Gambar 1. Grafik Hubungan antara Tegangan-Regangan Baja
f(MPa)
MUTU TINGGI
MUTU
RENDAH
σ Tarik ( MPa)
ε ( %)0
E
f (MPa)
3. LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
BAJA
3
Titik A adalah batas regangan proporsional dengan tegangan proporsional
(fp). sedikit di atas A terdapat daerah elastis (fe) sehingga pada daerah ini
panjang batang akan kembali semula jika beban dihilangkan. Biasanya
dianggap fp = fe. Pada titik B baja mulai meleleh (fy). Pada keadaan ini baja
masih memiliki kekuatan (masih mampu memberikan gaya perlawanan).
Tegangan leleh adalah tegangan yang menimbulkan regangan sebesar 0,2%.
Kondisi ini ditandai dengan pertambahan regangan tanpa pertambahan
tegangan. Pada titik C mulai terjadi perkuatan tegangan sampai tercapai kuat
tarik (TensileStrenght) di titik D. Setelah itu kurva menurun sampai terjadi patah
di titik E. Garis terputus menunjukkan bila penyempitan penampang sesaat
setelah titik C ikut diperhitungkan. Besar tegangan pada titik itu tergantung mutu
baja. Modulus Young (E) tidak dipengaruhi oleh tegangan leleh dan sama untuk
semua jenis mutu baja. Dalam hal ini harga E adalah antara 190-210 GPa.
Semakin tinggi tegangan leleh baja, semakin kecil regangan putusnya (getas).
4. Peralatan
Mesin uji tarik (Universal Testing Machine)
Penggaris, Jangka Sorong, Micrometer
Selotip dan alat bantu.
1) Mesin uji tarik (Universal Testing Machine)
2) Alat pengukur geser (Dial); jangka sorong; micrometer
3) peralatan pembuat benda uji, yaitu :
alat pemotong baja; alat penggores benda uji; mesin bubut.
Gambar 2. Peralatan Penguji Kuat Tarik Baja
4. LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
BAJA
4
5. Benda Uji:
Benda uji ditentukan sebagai berikut :
1) benda uji merupakan batang proporsional dimana perbandingan antara,
panjang dan luas penampang sebelum pengujian adalah sama
2) bentuk dan dimensi benda uji, adalah sebagai berikut :
a. jika diameter contoh ≤ 15 mm sehingga gaya tarik maksimum lebih kecil
dari kapasitas mesin tarik, maka benda uji dibuat dengan bentuk dan
dimensi seperti tercantum pada Gambar 3, tanpa perubahan bentuk
penampang :
Gambar 3 Bentuk Benda uji yang Mempunyai Diameter ≤ 15 mm
b. jika diameter contoh > 15 mm, atau gaya tarik maksimum melebihi
kapasitas mesin tarik, maka bentuk dan dimensi benda uji dibuat
seperti Gambar 4.
Gambar 2 Bentuk Benda uji yang Mempunyai Diameter > 15 mm
Keterangan Gambar 4:
D = diameter contoh, mm
Do = diameter terkecil benda uji, mm
lt = panjang total benda uji, mm
5. LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
BAJA
5
lo = panjang ukur semula benda uji, mm
lj = panjang bagian benda uji yang terjepit pada mesin tarik
r = jari-jari cekungan, bagian benda uji yang konis
p = panjang bagian benda uji yang berbentuk yang berbentuk konis, mm
m = panjang bebas benda uji, mm
Aso = luas penampang benda uji semula, mm
Besarnya parameter dimensi benda ujitercantum pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Parameter benda uji (ukuran dalam mm)
6. Cara Melakukan
a. Mengukur panjang batang baja (lt)
b. Menetapkan panjang ukuran, l0 = 5 x d0 atau l0 = 10 x d0
c. Menandai batang baja yang telah diukur pada kedua ujungnya dengan
selotip, sedemikian hingga panjang ukur l0 tetap sama dengan 5 do atau
10 do.
d. Memasang batang baja yang telah disiapkan tepat pada bagian yang
telah ditandai kedua ujungnya pada mesin UTM
e. Membebani (menarik batang baja yang telah dijepit) dan mencatat beban
yang mengakibatkan batang baja tersebut leleh dan putus
f. Menyambung batang baja yang telah putus dan mengukur panjangnya
sebagai panjang setelah putus (lU)
lu
DU
Putus
6. LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
BAJA
6
Gambar 5. Benda Uji sesudah pengujian.
7. Data BU, Hasil Pengujian dan Perhitungan
A. Baja Tulangan Polos (Bj. TP)
Sampel baja tulangan polos yang akan diperiksa, adalah: P.10
Berdasarkan Tabel 3, maka data benda uji sesuai Gambar 3, adalah:
Data benda uji:
D = 10 mm,
Do= 10 mm,
r = 5 mm,
p = 3 mm,
m = 5 mm,
lo = 100 mm,
lj = 35 mm,
lt = 186 mm
Data hasil uji:
Du = 8,1 mm,
lu = 135 mm,
Py = 25132 N,
Pmaks = 32000 N
Perhitungan:
a. Luas penampang awal:
Aso = ¼ π d02 = ¼ . 3,1416 . 102 = 78,540 mm2
b. Luas penampang akhir:
Asu = ¼ π du2 = ¼ . 3,1416 . 8,12 = 51,530 mm2
c. Tegangan Leleh:
7. LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
BAJA
7
fy =
𝑃 𝑦
𝐴 𝑠𝑜
=
25132
78,540
= 319,991 MPa
d. Tegangan Putus:
fu =
𝑃 𝑚 𝑎𝑘𝑠
𝐴 𝑠𝑜
=
32000
78,540
= 407,436 MPa
e. Regangan Maksimum:
𝜀 𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝑙 𝑢 − 𝑙 𝑜
𝑙 𝑜
𝑥 100% =
135 − 100
100
= 0,35
f. Kontraksi:
𝑆 =
𝐴 𝑠𝑜 − 𝐴 𝑠𝑢
𝐴 𝑠𝑜
𝑥 100% =
78,540 – 51,530
78,540
𝑥 100% = 34,39 %
B. Baja Tulangan Sirip (Bj. TS)
Sampel baja tulangan sirip yang akan diperiksa, adalah: S.13
Berdasarkan Tabel 3, maka data benda uji sesuai Gambar 3, adalah:
Data benda uji:
D = 13 mm,
Do = 11 mm,
r = 5,5 mm,
p = 3,5 mm,
m = 5,5 mm,
lo = 120 mm,
lj = 37,5 mm,
lt = 203 mm.
Data hasil uji:
Du = 9,5 mm,
lu = 182 mm,
Py = 38013 N,
Pmaks = 48000 N
9. LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
BAJA
9
8. Kesimpulan
Hasil pemeriksaan kuat tarik baja tulangan, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Baja tulangan polos:
- Tegangan leleh, (fy) = 319,990 MPa
- Tegangan putus, (fu) = 407,436 MPa
- Regangan maksimum, (εmaks) = 0,35
Berdasarkan nilai Tegangan Leleh dan Tegangan Putus yang diperoleh,
maka dapat diklasifikasikan bahwa baja tulangan polos tersebut dapat
digolongkan dalam jenis mutu baja Bj TP. 10
2. Baja tulangan sirip:
- Tegangan leleh, (fy) = 399,998 MPa
- Tegangan putus, (fu) = 505,088 MPa
- Regangan maksimum, (εmaks) = 0,517
Berdasarkan nilai Tegangan Leleh dan Tegangan Putus yang diperoleh,
maka dapat diklasifikasikan bahwa baja tulangan sirip tersebut dapat
digolongkan dalam jenis mutu baja Bj TS. 13