2. Hubungan Perkawinan dan Perceraian dengan
Fertilitas
Dew asa
K a w in
C e r a i/ J a n d a
K a w in L a g i
Konsepsi
A b o rs i
L a h ir H id u p
M enopause
L a h ir M a t i
3. Sumber dat a
1. Regist r asi Vit al
– Cat at an dr pendaf t ar an penduduk &
Cat at an sipil
– KUA
– Ger ej a
– Wihar a, Pur a dan Klent eng
2. Sensus dan Susenas (dat a t er bat as)
3. Sur vey khusus unt uk per kawinan &
per cer aian
4. Definisi Perkawinan
Ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan
perempuan sebagai suami istri dg tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa (UUP th 1974 pasal I)
Syarat: Perempuan berumur minimal 16 tahun
dan laki-laki 19 tahun.
5. • Kawin adalah status dari mereka yang terikat
dalam perkawinan pada saat pencacahan, baik
tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini
tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum
(adat, agama, negara, dsb) tetapi juga mereka yang
hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya
dianggap sah sebagai suami istri (BPS, 2000).
6. • Consensual Union/ de facto union/kumpul kebo
yaitu : Ikatan hidup bersama tanpa mempunyai
predikat legal baik secara agama, adat maupun
hukum negara
7. STATUS PERKAWI NAN (BPS)
• Be kaw : blumpe ahmn (te asuk an
lum in e rn eikah rm
ak,danp n k y hidupse at)
edudu g
lib
• Kaw adalahmre ygkaw seara hukum(adat,ngara,agam &mre yg
in
e ka
in c
e
a) e ka
•
•
hidupbrsam &dian g su i istri ole m arakat se mat
e a
g ap am
h asy
te p
Crai mre y brc rai dari su i/ istri &blu mlakukanp rkaw anu g
e e ka g e e
am
e me
e in lan
J da/ D uda adalahmre y su i/ istri mn g al &blu mlaku
an
e ka g am
ein g e m e kan
p rkaw anulan
e in
g
8. Bentuk Perkawinan
1Kaw kon kaw msim
.
in trak/ in u
- c toh: di J
on
akarta,KaltimC a dll
, isaru
2.P e in c p ran(ag a,b g → se b T KWdll
rkaw an amu
am an sa)
leritis,
3.Kaw di b ahtan an(ag a sy ttpblum atatkanseara
in aw
g
am ah e dic
c
huku ng
m eara)
4 Kaw Adat (sy seara adat)
.
in
ah c
- c tohdi J a,Kalim tandansuku2lainy
on
aw
an
na.
9. Ty eP e in
p rkaw an
1Mon am : p rkaw andgsatuistri/ suam
. og i e in
i
2.P olig i : P e in dgleihdr satusuam istri
am
rkaw an b
i/
– P olig i : P e in dari satusu i dgbbrap orgistri
in
rkaw an
am ee a
• P oligin sororal (istri brsaudara)
i
e
• P oligin n sororal (tdk ada ikatansdr)
i on
– P olian : P e in dr satuistri dgbbrap orgsu i
dri
rkaw an
ee a
am
• P olian frate al
dri
rn
• P olin n frate al
adri on rn
10. Kriteria asal suami/istri membedakan 4
konsep perkawinan
•
•
•
•
Exog i
am
En am
dog i
Hom am
og i
He rog i
te am
: p rkaw any suam istri brlain suku ras
e in g
i/
e an /
: brasal dr sukuy sam
e
g a
: brasal dari lap sosial y sam
e
isan
g a
: brasal; dr lap sosial y brbda
e
isan
g ee
11. Ukuran dalam Perkawinan
• Angka Perkawinan Kasar menunjukkan
persentase penduduk yang berstatus
kawin terhadap jumlah penduduk
keseluruhan pada pertengahan tahun
untuk suatu tahun tertentu
• Rumus :
M
M =
× 1000
P
−
12. Contoh:
• Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 menurut
hasil sensus penduduk (SP2000) BPS adalah
210.241.999 orang. Jika penduduk berstatus kawin
91.274.893 orang maka Angka Perkawinan Kasar
adalah:
91274893
M =
× 1000 = 434,14
210241999
−
Angka ini menunjukan rasio penduduk berstatus kawin tanpa
mempedulikan urutan perkawinannya dan juga tidak menunjukan rasio
banyaknya perkawinan yang terjadi selama tahun 2000, serta tidak
mempedulikan apakah “umur” faktor penyebut telah berusia “pantas”
menikah (marriageable age).
13. • Kelemahan:
– Ukuran ini masih sangat kasar karena tidak
memperhitungkan penduduk yang beresiko
kawin.
14. 2. Angka Perkawinan Umum
• Angka Perkawinan Umum menunjukkan proporsi
•
penduduk yang berstatus kawin terhadap jumlah
penduduk usia 15 tahun keatas pada pertengahan tahun
untuk suatu tahun tertentu
Rumus :
M
Mu =
× 1000
P15
15. • Jumlah penduduk Indonesia usia 15+ pada tahun 2000
menurut hasil sensus penduduk (SP2000) BPS adalah
139.991.880, jika penduduk berstatus kawin 91.274.893
maka angka perkawinan umum adalah:
91274893
Mu =
× 1000 = 652
139.991.800
Angka ini menunjukan rasio penduduk usia 15+ yang berstatus kawin
tanpa mempedulikan urutan perkawinannya dan juga bukan rasio
banyaknya perkawinan penduduk diatas usia 15 tahun yang terjadi
selama tahun 2000.
16. 3. Angka Perkawinan Spesifik
• Angka Perkawinan Spesifik (age specific marriage rate)
atau Angka Perkawinan Menurut Kelompok umur
melihat penduduk berstatus kawin menurut kelompok
umur dan jenis kelamin.
– Angka perkawinan umur spesifik berguna untuk melihat perbedaan konsekuensi
perkawinan yang berbeda antar kelompok umur maupun jenis kelamin.
Perbedaan tersebut menyangkut kesiapan mental, kesiapan redproduksi dan lain
sebagainya. Angka Perkawinan Spesifik ini memberikan gambaran persentase
penduduk kawin menurut kelompok umur dan jenis kelamin, sehingga dapat
diperbandingkan perbedaannya.
• Rumus :
mis
M is
= s ×
1000
P
i
17. • Jumlah penduduk Laki-laki
Indonesia usia 15-19 pada tahun
2000 menurut hasil sensus
penduduk (SP2000) BPS adalah
10.649.348 jika penduduk
berstatus kawin untuk kelompok
yang sama adalah sebesar
247.152 maka angka perkawinan
penduduk laki-laki usia 15-19
tahun adalah
laki −
m15−19laki =
247.152
× 1000 = 23,21
10.649.348
Jika jumlah penduduk perempuan
berumur 15-19 tahun sebesar
1.335.881, maka
perempuan
m15−19 =
1.335.881
× 1000 = 127,22
10.500.169
• Angka Perkawinan laki-
•
•
laki usia 15-19 tahun pada
tahun 2000 adalah
sebesar 23 per 1000
penduduk
Angka perkawinan
perempuan umur 15-19
tahun sudah mencapai
127,
Pada kelompok umur
yang sama lebih banyak
perempuan yang sudah
kawin dibandingkan lakilaki,
18. Singulate Mean Age at Marriage
• Singulate Mean Age at Marriage (SMAM) adalah
perkiraan (estimasi) untuk rata-rata umur kawin
pertama berdasarkan jumlah penduduk yang
tetap lajang (belum kawin).
– Kegunaan penghitungan umur kawin pertama adalah
untuk penyuluhan pendewasaan usia kawin,
peningkatan program kesehatan reproduksi
(KESPRO) bagi remaja dan kalau tahu didaerah
mana sasaran kegiatan akan menjadi lebih jelas
19. Cara menghitung & Interpretasi
•
jumlah tahun kelangsungan hidup (survival
ratio) dari penduduk dibawah umur 50 tahun
yang belum menikah dibagikan dengan jumlah
penduduk menikah sebelum usia 50 tahun
Contoh : Interpretasi Hasil, angka SMAM
24,21 di dapat diinterpretasikan sebagai ratarata umur pertama kali kawin penduduk
Indonesia pada tahun 2000.
Data yang diperlukan
•
•
–
–
Data penduduk kelompok umur 15-54 tahun
menurut kelompok umur 5 tahunan dan jenis
kelamin, dan
Data penduduk belum kawin pada kelompok
umur 15-54 tahun menurut kelompok umur 5
tahunan dan jenis kelamin
20. Perceraian
P ee
rc raianadalahsuatup mub y gsy dari su
e b aran an ah
atu
ikatanp rkaw anan suam danistri ole su ke utu
e in tara
i
h rat p san
p n adilany mme m g p hak utk kaw ulan
eg
g e brikan asin 2 ihak
in g
mn hukum il danag a se
eurut
sip
am suaiup raturanadat dan
e
keuday y brlaku
b aan g e
21. Syarat perceraian (UU No 1/1974 psl 19)
• Salah satu pihak berzina,
•
•
•
•
•
pemabuk/pemadat/penjudi
Salah satu pihak meninggalkan pihak lain tanpa
ijin selama 2 th/lebih
Salah satu pihak mendpt hukuman 5
thn/hukuman berat selama perkawinan
berlangsung
Salah satu pihak melakukan pelecehan
Salah satu pihak cacat atau terkena penyakit
shg tdk dpt menjalankan kuwajibannya
Antara suami-istri terjadi perselisihan terus
menerus & tdk ada harapan untuk rukun kembali
22. Penangguhan/Pembatalan Pernikahan
*
Pd masyarakat yg tdk menganut perceraian
* Pembatalan/penangguhan perkawinan adalah
putusnya suatu perkawinan atau berakhirnya suatu
perkawinan (Mc. Donald, 1980)
Rujuk
• Perkawinan yg terjadi antara seorang janda/duda
atau yg berstatus cerai dg mantan suami/istri
Perkawinan Ulang
• Perkawinan yg terjadi antara seorang janda/duda
atau yg berstatus cerai dg laki/perempuan lain.
23. Ukuran Perceraian
1. Angka Perkawinan Kasar menunjukkan
persentase penduduk yang berstatus
cerai terhadap jumlah penduduk
keseluruhan pada pertengahan tahun
untuk suatu tahun tertentu
Rumus :
c
C=
C
x
p
=
1.000
24. contoh :
– angka perceraian kasar di Swedia tahun
1960. Jumlah perceraian selama tahun 1960
di Swedia sebesar 8.958 orang dengan
jumlah penduduk pada pertengahan tahun
sebesar 7.485.615 orang, maka angka
perceraian kasar di Swedia tahun 1960
adalah: 8.958/7.458.615 x 1000 = 1,2
25. 2. Angka Perceraian Umum menunjukkan
proporsi penduduk yang berstatus cerai
terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun
keatas pada pertengahan tahun untuk
suatu tahun tertentu
Rumus
cu
C
=
×
1000
P
15
26. Faktor-faktor Perkawinan dan Perceraian
• Umur, pendidikan, jenis kelamin, status
ekonomi etnik dan tempat tinggal
(desa/kota), agama merupakan faktor2
yang mempengaruhi perkawinan dan
perceraian.
27. Tabel 2
Angka Perkawinan Kasar di Beberapa Negara Tahun 1981-1985
Negara
1981 1982 1983 1984
Kanada
13,5
10,1
12,1
12,7
Kuba
7,5
8,2
7,7
7,5
Meksiko
6,7
7,2
Brasilia
7,5
7,8
6,7
7,1
Amerika Serikat 10,5
10,7
10,4
10,5
Hongkong
9,8
9,8
9,0
10,0
Indonesia
7,9
7,5
7,2
Jepang
6,6
6,6
6,4
6,2
Swedia
4,5
4,4
4,3
4,4
Sumber: Demographic Yearbook 1985. UN, 1987.
1985
7,9
10,1
4,5
28. Gambaran Penduduk Menurut Status
Perkawinan di Indonesia, 1971-1990
Status Kawin
1971
1980
1990
L
P
L
P
L
P
Belum kawin
60,2
50,5
41,8
30,6
41,5
30,6
Kawin
37,2
37,9
55,3
54,9
55,3
54,9
Cerai
0,9
2,5
1,2
4,1
1,7
10,4
Janda/duda
1,8
9,1
1,7
10,4
1,2
4,1
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Jumlah
29. UNDANG-UNDANG PERKAWINAN
•Pasal 32 tentang hak dan kedudukan suami
seimbang dengan hak dan kedudukan istri
•Pasal
: tentang batasan umur kawin untuk
perempuan 16 tahun dan laki-laki 19 tahun serta
harus mempunyai keinginan sama dari kedua
belah pihak yang akan kawin dan keluarganya
(tidak ada pemaksaan)
30. UU PERKAWINAN NO 1 TAHUN 1974
• Pada dasarnya perkawinan di Indonesia adalah
monogami, tetapi poligami tidak dilarang dengan
persyaratan tertentu (psl 3 ayat 1), yaitu :
• ps 4 ayat 1 menyatakan bahwa pengadilan hanya
memberikan ijin kepada suami yang akan beristri lebih
dari seorang apabila isteri tidak dapat menjalankan
kewajibannyasebagai isteri, mendapat cacat badan atau
penyakit yang tidak dapat disembuhkan serta isteri
tidak dapat melahirkan keturunan.
• ps 5 menyatakan bahwa suami harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut : isteri menyetujui
suaminya untuk menikah kembali, suami mampu
menjamin keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak
mereka, suami menjamin bahwa akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka.