2. A. Pengertian Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal
Sebelum melangkah lebih jauh, alangkah lebih baiknya kita
memahami terlebih dahulu maksud dari keunggulan lokal. Keunggulan lokal
adalah segala sesuatu yang menjadi ciri khas kedaerahan yang mencakup
aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi, komunikasi, ekologi, dan lain
sebagainya. Sumber lain mengatakan bahwa keunggulan lokal ialah hasil
bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan, jasa, sumber daya alam, sumber
daya manusia, atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah. (Wasino
2008: 2)
Keunggulan lokal harus dikembangkan dari potensi daerah. Potensi
daerah merupakan potensi sumber daya spesifik yang dimiliki oleh suatu
daerah, misalnya potensi budaya daya apel dan pariwisata yang dimiliki oleh
kota Batu, Malang, Jawa Timur. Pemerintah dan masyarakat kota Batu dapat
melakukan sejumlah upaya dan program agar potensi tersebut dapat
diangkat menjadi keunggulan lokal kota itu, sehingga ekonomi di wilayah
kota tersebut dan sekitarnya dapat berkembang dengan baik. (Lif Khoirul
Ahmad 2012: 1)
Keunggulan lokal lokal dapat pula dipahami sebagai sumber
daya/kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing daerah untuk dapat
dimanfaatkan dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Keunggulan lokal lokal dapat
berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya budaya dan sumber
daya teknologi (Sudjana, 2000:54).
3. Keunggulan lokal yang dimiliki suatu daerah dapat lebih
memberdayakan penduduknya sehingga mampu meningkatkan
penghasilannya atau meningkatkan PAD (penghasilan asli daerah). Sebab,
manfaat dan penghasilan yang diperoleh menjadikan penduduk daerah
tersebut berupaya untuk melindungi, melesatarikan, dan meningkatkan
kualitas keunggulan lokal yang dimiliki daerahnya, sehingga bermanfaat bagi
penduduk daerah setempat, serta mampu mendorong bersaing secara
nasional maupun global. Dengan memberdayakan keunggulan lokal, kita
dapat menjawab permasalahan yang ada, misalnya:
1. keunggulan lokal apa yang dapat dikembangkan?
2. bagaimana cara mengembangkannya?
3. infra struktur apa yang diperlukan?
4. berapa lama pembelajaran keunggulan lokal dilaksanakan? Dan,
5. bagaimana cara pembelajarannya yang efektif dan efisien.
Lima pernyataan yang harus dijawab dalam perencanaan pendidikan
berbasis keunggulan lokal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi semua
sekolah di negeri ini. Pertanyaan pertama berkaitan dengan materi yang
diajarkan, kedua berkaitan dengan strategi yang akan diterapkan, ketiga
berkaitan dengan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam proses
pelaksanaan, keempat berkaitan dengan alokasi waktu yang dibutuhkan, dan
kelima berkaitan dengan metodologi pembelajaran yang dipraktikkan.
Menurut Akhmad Sudrajat (2008), kualitas dari proses dan realisasi
keunggulan lokal tersebut sangat dipengaruhi oleh sumber daya yang
4. tersedia, yang lebih dikenal dengan istilah 7 M, yaitu man, money, machine,
material, method, marketing, and management. Jika sumber daya yang
diperlukan bisa dipenuhi, maka proses dan realisasi tersebut dapat
memberikan hasil yang bagus, demikian sebaliknya.
Kesimpulan Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah
pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dalam aspek ekonomi,
budaya, bahasa, teknologi, informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain,
yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
Keunggulan lokal ialah hasil bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan,
atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah.
B. Potensi Keunggulan Lokal
Dari manakah kita mengetahui potensi keunggulan lokal? Ini tidak terlepas
dari semua potensi yang ada di sekeliling kita, sesuai dengan daerah masing-
masing. Menurut Akhmad Sudrajat, di dalam bukunya (Jamal Ma’mur Asmani
2012: 33). Konsep pengembangan keunggulan lokal diispirasi dari berbagai
potensi, yaitu potensi suber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM),
geografis, budaya dan historis. Uraian selengkapnya ialah sebagai berikut :
1. Potensi Sumber Daya Alam
Sumber daya alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam
bumi, air, dan dirgantara yang dapat didayagunakan untuk berbagai
kepentingan hidup. Contoh bidang pertanian ialah padi, jagung, buah-buahan,
sayur-sayuran, dan lain sebagainya; bidang perkebunan, seperti karet, tebu,
5. tembakau, sawit, cokelat, dan lain-lain; bidang peternakan, misalnya unggas,
kambing, sapi, dan lain sebagainya; bidang perikanan, seperti ikan laut dan
tawar, rumput laut, tambak, dan lain-lain.
Contoh lainnya, misalnya di provinsi Jawa Timur memiliki
keunggulan komparatif dan keragaman komoditas holtikultura buah-buahan
yang spesifik, dengan jumlah lokasi ribuan hektar yang hampir tersebar di
seluruh wilayah kabupaten/kota. Keunggulan lokal ini akan lebih cepat
berkembang, jika dikaitkan dengan konsep pembangunan agropolitan
(Teropong, edisi 21, Mei-Juni 2005, hlm. 24). Agropolitan merupakan
pendekatan pembangunan bottom-up untuk mencapai kesejahteraan dan
pemerataan pendapatan yang lebih cepat, pada suatu wilayah atau daerah
tertentu dibanding strategi pusat pertumbuhan (growth pole).
2. Potensi Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) didefinisikan sebagai manusia dengan
segenap potensinya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi
makhluk sosial yang adaptif dan transformatif, serta mampu
mendayagunakan potensi alam di sekitarnya secara seimbang dan
berkesinambungan (Wikipedia, 2006).
Pengertian adaptif artinya mampu menyesuaikan diri terhadap
tantangan alam, perubahan IPTEK, dan perubahan sosial budaya. Bangsa
Jepang, karena biasa diguncang oleh gempa menjadi bangsa yang unggul
dalam menghadapi gempa, sehingga cara hidup dan sistem arsitektur yang
dipilih diadaptasikan bagi risiko menghadapi gempa. Kearifan lokal
6. (indigenous wisdom) semacam ini agaknya juga dimiliki oleh penduduk pulau
Simeulue di Aceh. Saat tsunami datang yang ditandai dengan penurunan
secara tajam dan mendadak muka air laut, banyak ikan bergelimpangan
menggelepar, mereka tidak turun terlena mencari ikan, namun justru
terbirit-birit lari ke tempat yang lebih tinggi, sehingga selamat dari murka
tsunami. Sedangkan, transformatif artinya mampu memahami,
menerjemahkan, serta mengembangkan seluruh pengalaman dari kontak
sosialnya dan dengan fenomena alam, bagi kemaslahatan dirinya di masa
depan, sehingga yang bersangkutan menjadi makhluk sosial yang
berkembangan berkesinambungan.
SDM merupakan penentu semua potensi keunggulan lokal. SDM
sebagai sumber daya, bisa bermakna positif dan negatif, tergantung pada
paradigma, kultur, dan etos kerja. Dengan kata lain, tidak ada realisasi dan
implementasi konsep keunggulan lokal tanpa melibatkan dan memosisikan
manusia dalam proses pencapaian keunggulan. SDM dapat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas SDA, mencirikan identitas budaya, mewarnai sebaran
geografis, dan dapat berpengaruh secara timbal balik kepada kondisi geologi,
hidrologi, dan klimatologi setempat akibat pilihan aktivitasnya, serta
memiliki latar sejarah tertentu yang khas. Pada masa awal peradaban, saat
manusia masih amat tergantung pada alam, ketergantungannya yang besar
terhadap air telah menyebabkan munculnya peradaban pertama di sekitar
aliran sungai besar yang subur.
7. 3. Potensi Geografis
Objek geografis, antara lain meliputi objek formal dan material.
Objek geografi adalah fenomena geosfer yang terdiri atas atmosfer bumi,
cuaca dan iklim, litosfer, hidrosfer, biosfer (lapisan kehidupan fauna dan
flora), secara antroposfer (lapisan manusia yang merupakan tema sentral).
Sidney dan Mulkerne (Tim Geografi Jakarta, 2004) mengemukakan bahwa
geografi ialah ilmu tentang bumi dan kehidupan yang ada di atasnya.
Pendekatan studi geografi bersifat khas. Dengan demikian,
pengkajian keunggulan lokal dari aspek geografi perlu memperhatikan
pendekatan studi geografi. Pendekatan itu meliputi, pendekatan keruangan
(spatial approach), lingkungan (ecological approach), dan kompleks wilayah
(integrated approach).
Pendekatan keruangan mencoba mengkaji adanya perbedaan tempat
melalui penggambaran letak distribusi, relasi, dan interrelasinya. Sedangkan,
pendekatan lingkungan berdasarkan interaksi organisme dengan
lingkungannya. Dan, pendekatan kompleks wilayah memadukan kedua
pendekatan tersebut.
Tentu saja, tidak semua objek dan fenomena geografi berkaitan
dengan konsep keunggulan lokal. Sebab, keunggulan lokal dicirikan oleh nilai
guna fenomena geografis bagi kehidupan dan penghidupan yang memiliki,
dampak ekonomis, dan pada gilirannya berdampak pada kesejahteraan
masyarakat. Misalnya, tentang angin fohn yang merupakan bagian dari iklim
dan cuaca sebagai fenomena geografis di atmosfer. Angin fohn jatuh ialah
8. angin jatuh yang sifatnya panas dan kering. Fenomena ini terjadi karena
udara yang mengandung uap air, gerakannya terhalang oleh gunung atau
pegunungan. Contoh angin fohn di Indonesia adalah angin kumbang di
wilayah Cirebon dan Tegal karena pengaruh Gunung Slamet. Angin gending
di wilayah Probolinggo yang terjadi karena pengaruh gunung Lamongan dan
pegunungan Tengger. Dan, angin bohorok di daerah Deli, Sumatera Utara
karena pengaruh pegunungan Bukit Barisan.
Sebagaimana diketahui, angin semacam itu menciptakan keunggulan
lokal sumber daya alam, yang umumnya berupa tanaman tembakau. Bahkan,
tembakau Deli berkualitas prima dan disukai sebagai bahan rokok cerutu.
Semboyan kota Probolinggo sebagai kota Bayuangga (bayu = angin, anggur
dan mangga), sebagai proklamasi keunggulan lokal tidak lepas dari dampak
positif angin gending.
4. Potensi Budaya
Budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap ialah kebudayaan.
Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat perlu memadukan
antara idealisme dengan realisme, yang pada hakikatnya merupakan
perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya masing-masing daerah
tertentu (yang berbeda dengan daerah lain) merupakan sikap menghargai
kebudayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal. Beberapa contoh
keunggulan lokal menghargai kebudayaan setempat, yaitu upacara Ngaben di
9. Bali, Malam Bainai di Sumatera Barat, Sekatenan di Yogyakarta dan Solo,
serta upacara adat perkawinan di berbagai daerah.
Sebagai ilustrasi dari keunggulan lokal yang diinspirasi oleh budaya,
misalnya di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, telah dikenal bebeapa karya,
antara lain: a) teater “Tombo Ati” (Ainun Najib), b) musik Albanjari (hadrah),
c) kesenian Ludruk Besutan, dan d) ritualisasi Wisuda Sinden (Sendang Beji)
5. Potensi Historis
Keunggulan lokal dalam konsep historis merupakan potensi sejarah
dalam bentuk peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi yang
masih dilestarikan hingga saat ini. Konsep historis jika dioptimalkan
pengelolaannya bisa menjadi tujuan wisata yang dapat menjadi aset, bahkan
menjadi keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu. Pada potensi ini,
diperlukan akulturasi terhadap nilai-nilai tradisional dengan memberi
kultural baru agar terjadi perpaduan antara kepentingan tradisional dan
kepentingan modern, sehingga aset atau potensi sejarah bisa menjadi
aset/potensi keunggulan lokal.
Salah satu contoh keunggulan lokal yang diinspirasi oleh potensi
sejarah adalah tentang kebesaran “Kerajaan Majapahit”. Pemerintah
kabupaten Mojokerto secara rutin menyelenggarakan perkawinan ala
Majapahit sebagai acara resmi yang disosialisasikan kepada masyarakat.
Bentuknya ialah sebagai berikut:
10. a. Pada bulan Desember 2002, diadakan “Renungan Suci Sumpah Palapa” di
makam Raden Sriwijaya (Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto), yang
dihadiri oleh Presiden RI, KH. Abdurrahman Wahid.
b. Festival Budaya Majapahit yang diselenggarakan oleh Lembaga
Kebudayaan dan Filsafat Javanologi dan Badan Kerja Sama Organisasi
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (BKOK) bekerja sama
dengan Dinas Pariwisata dan Dinas P & K Kabupaten Mojokerto (27
Maret 2003). (Jamal Ma’mur Asmani 2012: 40)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa potensi
keunggulan lokal terdiri dari lima hal: a) potensi sumber daya alam, b)
potensi sumber daya manusia, c) potensi geografis, d) potensi budaya, e)
potensi historis.
Kelima potensi tersebut menjadi sumber utama dalam menentukan
keunggulan lokal yang bisa dikembangkan sekolah dengan melibatkan
banyak pihak. Kelima potensi itu dapat menghasilkan keunggulan kompetitif
yang berimplikasi serius bagi peningkatan ekonomi, pengetahuan, dan daya
saing daerah.
C. Tujuan PBKL
Tujuan penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan lokal
adalah agar peserta didik mengetahui keunggulan lokal daerah tempat
mereka tinggal, memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan
keunggulan lokal tersebut. Kemudian, mampu mengolah sumber daya,
11. terlibat dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain yang berkaitan dengan
keunggulan lokal, sehingga memperoleh penghasilan sekaligus melestarikan
budaya, tradisi, dan sumber daya yang menjadi unggulan daerah, serta
mampu bersaing secara nasional dan global. (Wasino 2008:3)
Mulia sekali tujuan pendidikan berbasis keunggulan lokal ini. peserta
didik didorong untuk mencintai tanah kelahirannya, berjuang untuk
membesarkannya dan gigih mengembangkan semua potensinya. Tentunya,
ini barulah kabar berita, mengingat saat ini, sangat sulit mencari kader-kader
muda yang bercita-cita mengembangkan aspek pertanian karena dianggap
tradisional, tidak menjanjikan masa depan, dan identik dengan profesi yang
tidak terhormat. Kebanyakan dari mereka justru merantau ke ibu kota atau
kota-kota besar lainnya, mengadu nasib, seperti menjadi buruh, pembantu
rumah tangga, dan lain sebagainya. Walaupun banyak fakta yang memilukan,
nasib mereka di kota besar tidak sebaik di kampung halaman. Bahkan, lebih
mengenaskan karena mereka terlibat dalam kasus pembunuhan, bisnis
narkoba, terjerumus menjadi pekerja seks komersial, dan lain-lain.
Dengan pendidikan berbasis keunggulan lokal ini, mereka
diharapkan mencintai tanah kelahirannya, percaya diri menghadapi masa
depan, dan bercita-cita mengembangkan potensi lokal, sehingga daerahnya
bisa berkembang pesat seiring dengan tuntutan era globalisasi dan informasi.
Oleh sebab itu, seluruh komponen bangsa harus terlibat aktif dalam program
istimewa ini, karena benar-benar menjanjikan masa depan daerah yang
cerah yang terdiri dari ribuan penduduk.
12. D. Langkah Pengembangan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal
Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengembangkan pendidikan
berbasis keunggulan lokal seperti:
1. Penyusunan desain,
2. Kajian konsep,
3. Study literatur dan lapangan,
4. Penyusunan model,
5. Uji coba model,
6. Analisis hasil,
7. Perbaikan/penyempurnaan model,
8. Seminar (presentasi hasil),
9. Finalisasi model, dan
10. Pelaporan. (Lif Khoirul Ahmad 2012: 11)
Langkah pengembangan pendidikan berbasis keunggulan lokal ini
sangat ideal. Namun, untuk satuan pendidikan yang baru memulai, tentu
tidak serumit dan seideal itu. Hal yang penting ada forum musyawarah
dengan para tutor, dimatangkan dalam forum diskusi terbatas, kemudian
hasilnya dikembangkan lagi dengan melakukan brainstorming (curah
gagasan) dengan birokrasi dan tokoh masyarakat. Hasilnya didiskusikan lagi
untuk menentukan potensi lokal yang akan digarap secara serius untuk
mencapai keunggulan lokal. Dalam pelaksanaannya juga harus terus
dievaluasi dan dikembangkan terus-menerus, sehingga tidak ketinggalan
zaman yang penuh dengan aroma persaingan ketat.
13. E. Pihak yang Terlibat
Dalam melaksanakan pendidikan berbasis keunggulan lokal ini,
pihak yang harus terlibat adalah:
1) tim pengembang kurikulum (TPK) terdiri dari Direktorat
pendidikan masyarakat, Dirjen PAUDNI, Kemendikbud RI, Dinas
Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kab/kota
2) perguruan tinggi (PT) dan Balai Pengembangan Pendidikan Anak
Usia Dini Nonformal dan Informal (P2PAUDNI)
3) instansi lembaga di luar Depdiknas, Kepala Satuan pendidikan,
tutor/guru, dunia usaha, tokoh masyarakat. (Jamal Ma’mur
Asmani 2012: 46-47)
1. Tim Pengembang Kurikulum (TPK)
Secara umum, peran, tugas, dan tanggung jawab TPK adalah:
a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing,
b. Menentukan komposisi atau susunan jenis keunggulan lokal,
c. Mengidentifikasi bahan kajian keunggulan lokal sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan daerah masing-masing,
d. Menentukan prioritas bahan kajian keunggulan lokal yang akan
dilaksanakan, dan
e. Mengembangkan silabus keunggulan lokal dan perangkat kurikulum
keunggulan lokal lainnya yang dilakukan bersama satuan pendidikan,
mengacu pada standar kompetensi pendidikan keaksaraan (SKK)
14. 2. Perguruan Tinggi dan P2PAUDNI
Perguruan tinggi dan P2PAUDNI memberikan bimbingan dan
bantuan teknis dalam beberapa hal, sebagaimana berikut:
a. Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan potensi, serta kebutuhan
lingkungan ke dalam komposisi jenis keunggulan lokal.
b. Menentukan lingkup masing-masing bahan kajian/pelajaran.
c. Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik dan jenis bahan kajian/pelajaran.
3. Instansi atau Lembaga di Luar Depdiknas
Secara umum, instansi atau lembaga di luar Depdiknas berperan dalam
beberapa hal berikut:
a. Memberikan informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek
sosial, ekonomi, budaya, kekayaan alam, dan sumber daya manusia yang
ada di daerah yang bersangkutan, serta prioritas pembangunan daerah di
berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang
dibutuhkan.
b. Memberikan gambaran mengenai kemampuan-kemampuan dan
keterampilan yang diperluakan pada sektor-sektor tertentu.
c. Memberikan sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan tenaga dalam
menentukan prioritas keunggulan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan
norma setempat.
15. d. Pemda setempat berkewajiban melengkapi sarana prasarana pendidikan
yang diperlukan untuk kebutuhan penyelenggaraan pendidikan berbasis
keunggulan lokal.
Pihak-pihak tersebut ada pada level ideal. Sedangkan, di lapangan,
berdasarkan pengalaman penulis, pihak-pihak yang seharusnya melakukan
tugasnya ternyata bersifat pasif. Oleh sebab itu, pihak satuan pendidikan
seperti penyelenggara pendidikan keaksaraan dan tutor harus proaktif
melakukan kajian, konsultasi, sosialisasi, dan pemantapan manajemen untuk
melaksanakan pendidikan berbasis keunggulan lokal. Jika menunggu bola,
maka akan sulit mengaplikasikan program ideal ini. Dibutuhkan keberanian
ketua penyelenggara pendidikan keaksaraan dan segenap jajarannya untuk
melangkah secara dinamis melakukan trobosan program yang mengarah
pada realisasi program visioner ini.
F. Strategi Implementasi PBKL
Pendidikan berbasis keunggulan lokal merupakan program baru
dalam dunia pendidikan. Tidak banyak eksponen lembaga pendidikan yang
memahami implementasinya di lapangan. Berikut akan dijelaskan strategi
implementasi pendidikan berbasis keunggulan lokal yang disampaikan oleh
Mursal Y., S.Pd. (2011), dalam bukunya (jamal Ma’mur Asmani 2012: 62) Ada
beberapa langkah yang dilakukan, sebagaimana berikut:
1. Tahap investarisasi Keunggulan Lokal
16. Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh keunggulan
lokal yang ada di daerah. Keunggulan lokal diinventarisasi dari setiap aspek
sumber daya menusia, sumber daya alam, geografis, sejarah, dan budaya
yang dapat dilakukan melalui teknik observasi, wawancara atau studi
literatur.
2. Tahap analisis Kesiapan Satuan Pendidikan
Pada tahap ini tutor/pendidik yang ditugaskan oleh satuan
pendidikan menganalisis semua kelebihan/keunggulan internal dan
eksternal satuan pendidikan yang dilihat dari berbagai aspek dengan cara
mengelompokkan keunggulan yang saling berkaitan satu sama lain.
3. Tahap penentuan Tema dan Jenis Keunggulan Lokal
Tahap ini mempertimbangkan tiga hal, yaitu:
a. Hasil inventarisasi potensi keunggulan lokal yang dihasilkan, dipilih
keunggulan lokal yang bernilai komparatif dan kompetitif,
b. Hasil analisis internal dan eksternal satuan pendidikan, serta
c. Minat dan bakat peserta didik.
d. Setelah itu, baru kemudian ditentukan dan dijabarkan kompetensi
pendidikan berbasis keunggulan lokal.
4. Tahap Implementasi Lapangan
Tahap inplementasi lapangan harus disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing satuan pendidikan, mengacu pada hasil analisis faktor
eksternal dan internal, hasil inventarisasi potensi keunggulan lokal, minat,
serta bakat peserta didik. Selain itu, harus memperhatikan kompetensi yang
17. telah dikembangkan/ditetapkan. Lebih baik yang dipilih adalah keunggulan
lokal yang dominan pada elemen skill (keterampilan), sehingga pendidikan
berbasis keunggulan lokal bisa dilaksanakan melalui pendidikan
keterampilan (life Skill).
Strategi implementasi pendidikan berbasis keunggulan lokal ini
tersebut menarik dipertimbangkan satuan pendidikan, sehingga proses yang
dilakukan benar-benar berkualitas, melibatkan banyak elemen yang
berkualitas, dan berpotensi menghasilkan hasil yang berkualitas. Namun,
yang paling penting ialah objektivitas dan demokratisasi yang harus
dijunjung tinggi dalam proses penentuan keunggulan lokal yang bisa
dijadikan program unggulan satuan pendidikan. Jangan sampai ada
pemaksaan kehendak. Sebab, program ini mempunyai efek jangka panjang
bagi lembaga pendidikan, masyarakat, serta bangsa dan negara dalam skala
lokal, regional, nasional, dan internasional.