SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 25
PENDAHULAN
Latar Belakang
Instrumen investasi yang diperdagangkan di pasar modal adalah suratsurat
berharga yang berjangka panjang seperti saham, obligasi, waran, right (Darmadji,
2001 ; 5). Salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak dikenal masyarakat
luas adalah saham. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset
perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Perusahaan yang mengeluarkan saham
terdiri dari berbagai macam jenis perusahaan yang dibagi berdasarkan bidang
usahanya kedalam sektor tertentu. Salah satu sektor adalah sektor otomotif dan
komponennya.
Secara sederhana harga saham mencerminkan perubahan minat investor
terhadap saham tersebut. Jika permintaan terhadap suatu saham tinggi, maka harga
saham tersebut akan cenderung tinggi. Demikian sebaliknya, jika permintaan
terhadap suatu saham rendah, maka harga saham tersebut akan cenderung turun
(Dwiatma Patriawan, 2011).
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Debt Equity Ratio, Return
On Equity, Earning Per Share dan Price Earning Ratio. Perkembangan besarnya
variabel EPS, ROE, DER dan PER terhadap Harga Saham pada perusahaan sub-
sektor otomotif yang Go Public di BEI pada tahun 2007 – 2010 yang terlampir pada
lampiran 1.
Pada lampiran 1 tersebut menunjukkan adanya perkembangan kinerja keuangan
serta harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go Public di BEI
selama tahun 2007 sampai tahun 2010. Secara keseluruhan kinerja keuangan industri
otomotif dan komponennya mengalami fluktuasi (mengalami peningkatan dan
penurunan yang cukup signifikan) yang mengindikasikan bahwa harga sahamnya
juga mengalami fluktuasi (mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup
signifikan). Hal ini dapat dilihat pada harga saham tahun 2008 sampai tahun 2009
yaitu PT Astra Internasional Tbk dimana pada tahun 2008 harga saham perusahaan
ini mengalami peningkatan yaitu dari Rp 19.179,00 menjadi Rp 24.358,00 saat
kinerja keuangannya seperti ROE dan DER, mengalami penurunan dari tahun 2008
sampai tahun 2009 tetapi tidak terjadi dengan EPS dan PER. Sebaliknya, perusahaan
sub-sektor otomotif go public yang lain seperti PT Goodyear Indonesia Tbk
mengalami penenurunan harga pada tahun 2008 sampai 2009 juga yaitu dari Rp
14.454,00 menjadi Rp 6.825,00 saat kinerja keuangannya seperti ROE, DER dan
1
PER mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun tahun 2008, tetapi tidak
terjadi pada EPS. Hal tersebut menggambarkan adanya peningkatan atau penurunan
kinerja perusahaan akan mampu meningkatkan atau menurunkan harga saham pada
suatu perusahaan.
Harga saham adalah harga pada closing price pada periode pengamatan dan
sangat tergantung dengan kondisi ekonomi, kondisi politik, serta kinerja perusahaan
tersebut. Pergerakan harga saham ditentukan oleh permintaan dan penawaran oleh
para investor, pada saat kondisi permintaan lebih banyak dari pada penawaran, maka
harga akan cenderung naik, demikian pula sebaliknya pada saat penawaran lebih
banyak dibandingkan permintaan maka harga saham akan cenderung turun.
(Widyastuti Pratidina,2011).
Earning per Share (EPS) adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan
jumlah lembar saham. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba
bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
(Dwiatma Patriawan, 2011).
Apabila Earnings per Share (EPS) perusahaan tinggi, akan semakin banyak
investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham
akan tinggi (Widyastuti Pratidina, 2011). Tetapi pada kenyataannya ada perusahaan
yang EPSnya menurun harga sahamnya meningkat. Perusahaan tersebut adalah PT
Alfa Retailindo Tbk, namun ada perusahaan yang EPS naik tetapi harga saham turun
yaitu PT AGIS Tbk, PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk, PT Courts Indonesia Tbk,
PT Enseval Putera Megatrading Tbk, PT Hero Supermarket Tbk, PT Mitra
Adiperkasa Tbk, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, PT Tigaraksa Satriya Tbk, dan
PT Wicaksana Overseas Internasional Tbk.
Penelitian yang dilakukan Herlina dan Hadianto (2007) menemukan bahwa
PER berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham. Tidak
signifikannya EPS ditemukan oleh Haruman, et al. (2005) meski hasil ekspektasi
tandanya masih positif. Begitu penelitian yang dilakukan Noer Sasongko & Nila
Wulandari (2006) bahwa secara parsial menunjukkan bahwa earning per share
(EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang
diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Artinya EPS dapat digunakan untuk
menentukan nilai perusahaan.
Namun berbeda dengan penelitian Idawati, Sukirno, dan Pujiningsih (dalam
Noer Sasongko dan Nila Wulandari:2003) yang menguji pengaruh EPS terhadap
2
harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Busra Efek Jakarta
Return on Equity (ROE) dapat dilihat dari laporan keuangan dari setiap
masing-masing perusahan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu
dengan menganalisis laporan keuangan laba/rugi dan arus kas tahunan. Dalam
penelitian ini penulis memakai laporan keuangan tahunan perusahan automotive
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian yang dilakukan Angrawit Kusumawardani (2010) bahwa Return On
Equity (ROE) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sebesar -102.3%.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Michael Valentino Damanik
(2008) yang mengungkapkan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham.
ROE mempunyai fungsi untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh para
investor atas penanaman modal yang dilakukan dalam perusahaan emiten, ROE yang
positif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan
dengan kemampuan modal sendiri yang dapat menguntungkan para pemegang
saham. Sedangkan dalam penelitian ini didapat hasil ROE negatif, yang berarti
bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan dengan modal
sendiri yang dapat menguntungkan pemegang saham.
Debt to equity ratio (DER) merupakan alat analisis perusahaan untuk
mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang dengan membandingkan
jumlah utang dan modal sendiri (Dwiatma Patriawan, 2011).Penelitian yang
dilakukan Angrawit Kusumawardi (2010) menemukan bahwa Debt To Equity Ratio
(DER) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sebesar 102.4%. Hasil
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Michael Valentino Damanik (2008)
yang mengungkapkan bahwa DER tidak ber pengaruh terhadap harga saham. Rasio
ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang)
terhadap total modal yang dimliki perusahaan DER menunjukkan sejauh mana
perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan
kreditornya (Lukman syamsudin 2001:54). Semakin kecil angka rasio ini, berarti
semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan dan semakin
besar penyangga risiko kreditor. Dari hasil perhitungan didapat nilai DER yang
cukup tinggi, hal ini menunjukkan komposisi total hutang semakin besar
3
dibandingkan dengan total modal sendiri sehingga semakin besar beban perusahaan
terhadap pihak luar.
Price Earning Ratio (PER) menggambarkan apresiasi pasar terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Angrawit Kusumawardi,2010)
Penelitian yang dilakukan Angrawit Kusumawardi (2010) menemukan bahwa
variabel PER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian
ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Esti (2005) dimana
penelitiannya mengungkapkan PER tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil
dari penelitian ini mengungkapkan bahwa PER berpengaruh terhadap harga saham
dimana pengaruhnya tidak begitu besar hanya 43.7% dimana dengan pengaruhnya
sebesar 43.7% akan digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Perusahaan dengan nilai PER yang
tinggi berarti memiliki laba yang rendah sedangkan perusahaan dengan nilai PER
yang rendah berarti memiliki laba yang tinggi dengan kata lain PER berbanding
terbalik dengan laba perusahaan. Perusahaan dengan PER yang rendah berarti
memiliki laba yang tinggi, hal ini akan menarik minat investor akan return yang akan
diterimanya.
Berdasarkan uraian serta permasalahan dan perbedaan hasil penelitian yang
telah dikemukakan peneliti terdahulu, maka penulis ingin melakukan penelitian
dengan judul “Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Sub-Sektor Otomotif
Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Harga
Saham”
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka diperoleh perumusan
masalahyang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana kinerja keuangan
perusahaan dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity
(ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) serta pengaruhnya
terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan sub-
sektor otomotif yang go public untuk tahun 2007-2010.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam melakukan penelitian ini
antara lain:
4
1. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan otomotif sub-sektor otomotif
yang go public dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), Return On
Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER).
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Debt to Equity Ratio (DER),
Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio
(PER) terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan pada
perusahaan sub-sektor otomotif yang go public.
Manfaat Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian yang
dilakukan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengembangan
wawasan di bidang penilaian kinerja keuangan perusahaan serta sebai bahan
referensi untuk peneliti selanjutnya dengan judul dan topik yang berkaitan. Penelitian
ini dapat dijadikan sebagai wahana penerapan teori dan ilmu selama di bangku
kuliah, terutama yang berkaitan dengan kinerja perusahan dan harga saham.
Manfaat Praktis
Informasi yang diberikan dalam penelitian ini dapat digunakan para manajer,
staf dan karyawan agar lebih memperhatikan tingkat kinerja perusahaan karena
penilaian kinerja perusahaan akan mempengaruhi para investor yang ingin
menanamkan modalnya. Penulis berharap penelitian yang dilakukan ini dapat
memberikan gambaran mengenai pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia
(BEI) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pasa investor dalam
mengambil keputusan untuk melakukan investasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Pengertian Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh
mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.(Irham Fahmi, 2011:2)
Kinerja keuangan perusahaan merupakan gambaran mengenai hasil operasi
perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan dalam periode
5
tertentu, dan pada dasarnya merupakan cerminan dari kinerja manajemen pada
periode tersebut. (Widyastuti Pratidina, 2011)
Menurut Erich A. Helfert dalam sebuah artikel online bahwa kinerja
keuangan adalah hasil dari banyak keputusan individu yang dibuat secara terus
menerus oleh manajemen.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja
keuangan adalah suatu analisis atau indikator dari baik buruknya keputusan individu
yang dibuat secara berkala dari gambaran mengenai hasil operasi perusahaan yang
terdapat dalam laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar .
Pengukuran kinerja dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan perbaikan
diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, bagi
para investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat
apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau
mencari alternatif lain. Penilaiaan terhadap harga saham dapat digunakan sebagai
salah satu cara untuk alat pengukur efisiensi perusahaan. Jika harga saham
mereflesikan seluruh informasi mengenai perusahaan di masa lalu, sekarang dan di
masa mendatang, maka kenaikan harga saham dapat dianggap sebagai indikasi
perusahaan yang efisien.
Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh manajemen,
pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan dan terkait dengan
distribusi kesejahteraan diantara mereka. Helfert dan Lidiadni (2003: 36)
mengemukakan bahwa dalam menilai kinerja perusahaan yang paling
berkepentingan adalah pemilik perusahaan dalam hal ini investor, manajer, kreditor,
pemerintah dan masyarakat umum.
Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan dengan menggunakan Rasio
Keuangan
Dengan menggunakan alat analisis laporan keuangan, terutama bagi pemilik
usaha dan manajemen, dapat diketahui beberapa hal yang bekaitan dengan keuangan
dan kemajuan perusahaan. Pemilik usaha dapat mengetahui kondisi keuangan
perusahaan dan menilai kinerja manajemen perusahaan. Alat analisis laporan
keuangan yang biasa digunakan adalah rasio – rasio keuangan. (Irham Fahmi,
2011:3)
6
Rasio keuangan menurut James C Van Horne merupakan indeks yang
menghubungakan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka
dengan angka lainnya.
Ukuran untuk melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan umumnya
menggunakan lima analisis rasio keuangan yaitu: Rasio Likuiditas, Rasio Leverage,
Rasio Perputaran, Rasio Profitabilitas, Rasio Nilai pasar.(Irham Fahmi, 2011:58)
Menurut Nainggolan (2004:68) ada beberapa rasio yang digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan dan dimana rasio tersebut juga digunakan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Earning Per Share (EPS), Debt to Equity
Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return on Investment (ROI), Return on
Equity (ROE)
Tidak semua rasio menurut Nainggolan (2004:68) di atas penulis jelaskan
disini. Penulis hanya menjelaskan 4 (Empat) hal yang menjadi objek penelitian ini
yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share
(EPS) dan Price Earning Ratio (PER).
1. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt To Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders’
equity yang dimiliki perusahaan (Angrawit Kusumawardani, 2010).
Dilambangkan dengan ratio hutang yang diukur dengan membagai total
hutang dengan total ekuitas.
Debt to equity ratio (DER) = Total Hutang
Total ekuitas
Semakin tinggi DER menunjukkan semakin rentan terhadap fluktuasi
kondisi perekonomian. Pada kondisi ekonomi yang tidak normal, perusahaan
mungkin akan mengalami penurunan penjualan sementara biaya-biaya
mengalami kenaikan sehingga tingkat pengembalian atas aktiva menurun.
Kerugian akan memberikan tekanan pada pergerakan harga saham dan pada
akhirnya terjadi penurunan harga saham.
2. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) merupakan salah satu cara untuk
menghitung efisiensi perusahaan dengan cara membandingan antara laba
yang tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan jumlah modal sendiri yg
menghasilkan laba tersebut.
7
Return on equity (ROE) = Laba Bersih
Total ekuitas
Semakin tinggi ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang semakin tinggi pemegang saham dan mengakibatkan
permintaan saham perusahaan tersebut meningkat dan pada akhirnya terjadi
kenaikan harga saham.
3. Earning Per Share (EPS)
Earning per share (Laba perlembar saham) merupakan indikator yang
secara ringkas menyajikan kinerja perusahaan yang dinyatakan dengan laba.
Earning Per Share (EPS) = Laba Bersih
Total Saham Beredar
Makin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham
karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham (Tjiptono
Darmadji : 2001). Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka
harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga
saham ikut juga menurun.
4. Price Earning Ratio (PER)
Harahap (2008) mengatakan bahwa price earning ratio ini
menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana
yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.
Rumus PER adalah sebagai berikut:
Price Earning Ratio (PER) = Harga Saham
EPS
Price earning ratio yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia
untuk membayar dengan harga saham premium untuk perusahaan. Makin
besar price earning ratio suatu saham maka harga saham juga akan semakin
meningkat.
Pengertian Saham
Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun
porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham)
tersebut. (widyastuti Pratidina, 2010). Saham dapat didefenisikan sebagai surat
8
berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan maupun institusi dalam suatu
perusahaan (Pandji Anoraga, 2011; 58).
Jadi dapat disimputkan bahwasanya saham adalah sebagai tanda
penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan
atau perseroan terbatas. Saham memberikan indikasi kepemilikan atas
perusahaan, sehingga para pemegang saham berhak mentukan arah kebijaksanaan
perusahaan lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Para pemegang saham
berhak memperoleh dividen yang dibagikan oleh perusahaan dan turut
menanggung resiko sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut
bangkrut. Pada dasarnya ada 2 (dua) keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham, yaitu dividend dan capital gain. (Pandji Anoraga,
2011; 60).
1. Dividend
Dividend yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividend yang
dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham.
Dividend saham diberikan kepada setiap pemegang saham sehingga jumlah
saham yang dimiliki pemodal akan bertambah.
2. Capital gain
Capital gain merupakan selisih lebiih antara harga beli dengan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar
sekunder. Umumnya permodal dengan orientasi jangka pendek mengejar
keuntungan melalui capital gain.
Beberapa resiko dihadapi pemodal dengan kepemilikan saham, yaitu tidak
mendapat dividen, capital loss, dan saham di delist dari bursa. (Pandji Anoraga,
2011; 67)
a) Tidak mendapat dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan mengalami
keuntungan. Perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan
mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untuk
mendapat dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
b) Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya
9
pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga
beli. Dengan demikian pemodal mengalami capital loss.
c) Saham di delist dari bursa (delisting)
Suatu saham perusahaan di delist dari bursa umumnya karena kinerja yang
buruk, misalnya dalam kurung waktu tertentu tidak pernah
diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan
dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi
lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa efek pada umumnya.
Pengertian Harga Saham
Harga saham merupakan cerminan dari nilai suatu perusahaan bagi para
investor. Semakin baik perusahaannya mengelola usahanya dalam memperoleh
keuntungan, semakin tinggi juga bilai perusahaan tersebut dari di mata para investor.
Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan return bagi para investor. Harga
saham yang cukup tinggi akan memberikan return bagi para investor berupa capital
gain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap citra perusahaan.(Desmond
Wira, 2011:7)
Secara umum, semakin banyak kinerja suatu perusahaan semakin tinggi laba
usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang
saham, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik. Meskipun
demikian saham yang memiliki kinerja baik sekalipun, harganya bisa saja turun
karena keadaan pasar. (Anita Ardiani, 2007:4)
Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan
penawaran, harga saham akan naik jika permintaan terhadap saham perusahaan
tersebut mengalami peningkatan dan sebaliknya. Harga dasar suatu saham
merupakan harga perdana dan perubahan harga saham terjadi pada pasar skunder,
dimana semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham,
maka semakin tinggi pula harganya begitu juga sebaliknya. Harga saham adalah
factor yang membuat para investor menginvestasikan dananya di pasar modal
dikarenakan dapat mencerminkan tingkat pengembalian modal. Pada prinsipnya,
investor membeli saham adalah untuk mendapatkan dividen serta menjual saham
tersebut pada harga yang lebih tinggi (capital gain). Para emiten yang dapat
menghasilkan laba yang semakin tinggi akan meningkatkan tingkat kembalian yang
10
diperoleh investor yang tercemin dari harga saham perusahaan tersebut. (Dwiatma
Patriaawan, 2011)
Analisis yang bisa digunakan dalam menilai suatu saham yaitu: (Harmono,
2011:106)
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan suatu analisis yang digunakan untuk menaksir
harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi faktor–faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang
dengan menggunakan data masa lalu perusahaan.
2. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data atau catatan
pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham,
volume perdagangan, indeks harga saham individu maupun gabungan serta
faktor – faktor lain yang bersifat teknis.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham di bursa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif yaitu : Penawaran dan Permintaan, Prilaku Investor,
Kodisi Pasar Modal, Keadaan Perekonomian dan Politik. (Widyastuti Pratidina,
2010: 23)
Perseroan Terbatas Go Public
Go public merupakan peristiwa penting dalam perusahaan. Karena peristiwa
tersebut terjadi transaksi antara perusahaan dengan pemegang saham baru, sehingga
berakibat terjadinya perubahan komposisi pemilikan saham dari pemilik lama dengan
pemegang saham yang baru. Dana yang diperoleh perusahaan dari penjualan saham
dapat digunakan untuk ekspansi usaha, perbaikan struktur modal dan diversifikasi.
(Maria Goretti Saragih,2011)
Perusahaan yang go public dapat menawarkan sahamnya melalui bursa efek
yang menurut UUPM No 8/1995 pasal 1, adalah pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek
pihak – pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Dengan
berubahnya perusahaan menjadi perusahaan publik maka harusa terjadi pula
11
transformasi sikap dan tindak tanduk dari para pengelolanya. Perusahaan yang
semula bersifat tertutup, setelah go public harus bersifat terbuka.
Menurut Mortono dan Harjoto (2005:4) mengatakan “manajemen keuangan
atau pembelanjaan adalah segala aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan
bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola assets sesuai tujuan
perusaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan
manajemen atau pengelolaan mengenai bagaimana memperoleh asset, mendanai
asset dan mengelola asset untuk mencapai tujuan”.
Menurut Dr. Harmono, S.E, M.Si Manajemen keuangan dapat didefinisiskan
dari tugas dan tnggung jawab menejer keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan
antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan
pembagian deviden suatu perusahaan, dengan demikian tugas menejer keuangan
adalah merencanakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan
persusahaan pada saat ini atau dalam satu periode tertentu. (Kasmir, 2011)
Laporan keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan hasil dari
proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau
aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data atau
aktivitas (Sudjadja, 2001).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan media paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi
ekonomi suatu perusahaan, terutama bagi pihak eksternal dan analisis keuangan,
karena mereka mempunyai kemampuan yang terbatas untuk melakukan pengamatn
langsung ke perusahaan pembuat laporan serta keterbatasan mendapatkan informasi
mengenai situasi perusahaan keseluruhan.
Laporan keuangan Perusahaan
Dari bermacam-macam laporan yang diterbitkan perusahaan untuk para
pemegang sahamnya, laporan tahunan (Annual report) mungkin adalah yang paling
penting. “Laporan tahunan adalah sebuah laporan yang diterbitkan perusahaan untuk
pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan juga analisis
12
manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek-prospek
perusahaan dimasa mendatang” (Brigham dan Houston, 2009:45).
Jenis – Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam standar
Akuntansi Keuangan No. 1 tahun 2007, terdiri dari:
1. Neraca (Balance Sheet), sebuah laporan tentang posisi keuangan
perusahaan pada suatu titik tertentu. Neraca merupakan daftar aset,
kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir
bulan atau akhir tahun.
2. Laporan Laba Rugi (Income Statment), laporan yang mengikhtisarkan
pendapatan dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi,
yang biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun.
3. Laporan Ekuitas Pemilik, ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi
selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun.
4. Laporan Arus Kas, ikhtisar penerimaan kas dan pengelkuaran kas selama
periode waktu tertentu. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu
aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan.
5. catatan atas laporan keuangan, memberikan penjelasan mengenai
gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos
– pos laporan keuangan, dan informasi penting lainnya.
Pengaruh Informasi laporan Keuangan bagi Investor dalam Menilai Kinerja
Keuangan Perusahaan
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi
suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang
menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan (Irham fahmi, 2011:22).
Menurut farid dan siswanto, laporan keuangan adalah informasi yang
diharapkan mampu memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat
keputusan ekonomi yang bersifat finansial.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
adalah suatu informasi keuangan yang menggambarkan kinerja keuangan suatu
perusahaan.
13
METODOLOGI PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mendapatkan penelitian yang terarah dan tidak menyimpang dari
judul dan permasalahan yang dikonsep oleh peneliti, maka peneliti membatasi
objek yang diteliti dalam penelitian ini. Peneliti membatasi penelitian ini dengan
permasalahan yang ada yaitu: (1) Peneliti akan menganalisis kinerja keuangan
perusahaan otomotif dan komponennya yang go public dengan menggunakan
rasio-rasio keuanga meliputi Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity
(ROE), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) selama periode
2006-2010. (2) Peneliti akan menganalisis bagaimana pengaruh Debt to Equity
Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price
Earning Ratio (PER) terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan
pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public dengan menggunakan
analisis statistik, serta mencari variable mana dari rasio-rasio keuangan yang
paling dominan berpengaruh terhadap harga saham.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat kausalitas dan kolerasional. Penelitian kausalitas adalah
penelitian yang digunakan untuk melihat pengaruh antara dua variabel atau lebih.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencari tahu pengaruh antara Debt to Equity
Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning
Ratio (PER) terhadap harga saham, sedangkan kolerasional merupakan penelitian
yang digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang kuat atau tidak antara
dua variabel atau lebih, untuk melihat variabel mana yang paling dominan
mempengaruhi harga saham (Kuncoro,2003).
Populasi, Sample, dan Teknik Pengambilan Sample
Menurut Hermawan (2005, 143) mengemukakan bahwa “populasi berrkaitan
dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian
peneliti untuk diteliti”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif dan
komponennya yang sudah go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007
sampai 2010. Dalam penelitian ini, metode penarikan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling dimana teknik penarikan sampel dilakukan dengan pertimbangan
14
kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan dalam sampel ini adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan sub-sektor otomotif yang listing di Bursa Efek Indonesia
selama periode penelitian yaitu 2007-2010
2. Perusahaan sub-sektor otomotif yang telah menerbitkan laporan keuangan
selama 5 tahun berturut-turut yaitu tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010
3. Perusahaan sub-sektor otomotif yang menyajikan laporan keuangan dan
rasio secara lengkap sesuai dengan variabel yang akan diteliti berdasarkan
sumber yang digunakan yang berakhir tanggal 31 Desember.
Berdasarkan populasi penelitian yang terdiri dari 14 perusahaan sub-sektor
otomotif yang go public, yang memenuhi seluruh kriteria dalam penelitian ini
terdapat 12 perusahaan sub-sektor otomotif yang go public.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai
berdasarkan pokok permasalahan dan rumusan hipotesa yang diajukan pada bagian
sebelimnya, maka variabel penelitian yang akan digunakan yaitu : variabel
independent atau variabel bebas yang dinyatakan dalam simbol X dan variabel
dependent atau variabel terikat yang dinyatakan dalam simbol Y (Cooper dan Emory,
1998).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan empat variabel, lima variabel
bebas (Independent) (X), yaitu rasio – rasio dalam penilaian kinerja keuanagn
perusahaan antara lain : Debt Equity Ratio (X1), Return On Equity (X2), Earning
Per Share (X3), Price Earning Ratio (X4) dan seta satu variabel terikat (dependent)
(Y), yaitu harga saham.
Variabel-variabel penelitian dan definisi Operasional dalam penelitian ini dapat
disajikan dalam Tabel dibawah ini:
Tabel
Ringkasan Definisi Operasional Variabel
No
Jenis
Variabel
Definisi Skala Pengukuran
15
1 DER Rasio utang yang digunakan untuk
mengukur tingkat penggunaan
hutang terhadap modal sendiri yang
dimiliki oleh perusahaan.
Rasio DER = Total Utang
Modal Sendiri
2 ROE Rasio profitabilitas yang digunakan
untuk mengukur tingkat efektivitas
perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan
ekuitas.
Rasio ROE = Laba Bersih
Modal Sendiri
3 EPS Rasio pasar yang menunjukkan
bagian laba untuk setiap saham.
Rasio EPS = Laba Bersih
Jlh Saham Beredar
4 PER Salah satu rasio keuangan perusahaan
yang dapat mempengaruhi harga
saham lebih dominan dibanding EPS.
Rasio PER = Harga Saham
EPS
5 Harga
Saham
Saham merupakan salah satu bentuk
efek atau surat berharga yang
diperdagangkan dipasar modal
(bursa).
Harga saham rata-
rata pada periode
akhir tahun (closing
price)
Sumber: Penelitian, 2011 (data diolah)
Metode Pengumpulan Data
Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan melalui
penelitian kepustakaan yaitu Studi pustaka, Dokumentasi. Jadi, dilakukan dengan
meneliti dokumen – dokumen yang berasal dari perusahaan – perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data agar dapat
dimengerti, dinterprestasikan dan mudah dipahami, melalui:
Analisis statistik
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan analisis statistik dengan
metode penelitian secara kuantitatif. Dalam melakukan uji ini penulis menggunakan
software SPSS versi 16 dengan metode statistik yang akan penulis gunakan dalam
melakukan penelitian ini antara lain:
Uji asumsi klasik terbagi menjadi 4 jenis yaitu: (Danang Sunyoto, 2011,79)
16
1. Uji asumsi klasik multikolinieritas
2. Uji asumsi klasik heteroskedastisitas
3. Uji asumsi klasik autokorelasi
Koefisien Determinasi (R2
)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel X terhadap variabel Y, selain itu koefisien determinasi berguna untuk
mengetahui kontribusi model terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi (R2
)
dari hasil regresi berganda menunjukkan seberapa besar variabel dependen bisa
dijelaskan oleh variabel-variabel independennya (Santoso,2004).
Uji Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi sederhana (uji t) atau secara parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas tehadap variabel terikat dan uji regresi berganda (uji f) atau secara
simultan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan
secara simultan atau bersama-sama antara dua variabel bebas atau lebih terhadap
variabel terikat (harga sahama).
Uji Koefisien Regresi Sederhana (uji t) atau Uji Parsial
Analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Jika pengukuran pengaruh ini melibatkan satu variabel
bebas (X) dan variabel terikat (Y), dimana analisis regresi linier sederhana yang
dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + bX
Dimana :
Y = Variabel terikat/dependent (nilai yang diprediksikan)
X = Variabel bebas/independent
a = Konstanta (nilai Y apabila X=0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan atau penurunan)
Uji t (pengujian parsial) ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen, yaitu pengaruh dari masing-
masing variabel independent yang terdiri atas EPS, DER, ROE dan PER terhadap
harga saham yang ,erupakan variabel dependennya. Pengambilan keputusan uji
17
hipotesis secara parsial ini didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari
hasil pengolahan data melalui program SPSS statistik parametrik sebagai berikut:
(Santoso:2004)
1. jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
2. jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
Uji Regresi Berganda (uji F) atau Uji Simultan
Regresi berganda merupakan pengembangan dari regresi sederhana yang
dilakuka untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal
dua atau lebih. Uji regresi berganda ini digunakan untuk meramalkan pengaruh dua
variabel prediktor atau lebih terhadap satu variabel kriterium atau untuk
membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional antara dua variabel bebas (X)
atau lebih dengan sebuah variabel terikat (Y). (Santoso, 2004)
Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh penilaian kinerja perusahaan otomotif yang go public terhadap harga
saham. Model umum persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2X2 + b3X3 +b4 X4 + e
Dimana :
Y = Harga saham
a = Blangan konstanta
b1 – b4 = Koefisien regre
X1 = EPS
X2 = ROE
X3 = DER
X4 = PER
e = Variabel pengganggu (error)
Uji F atau pengujian simultan digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independent secara bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan
regresi dengan menggunakan hipotesis statistik. Pengambilan keputusan didasarkan
pada nilai probabilitasnyang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program
SPSS statistik parametrik sebagai berikut: (Santoso,2004)
1. jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
2. jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
18
Hasil pengujian regresi linier berganda dapat dibuat persamaan regresi sebagai
berikut:
Y= -6210.551 - 3239.949 X1 - 23433.898 X2 + 15.977 X3 + 392.691X4
Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat dibuat interpretasi sebagai
berikut:
a = -6210.551
Nilai konstanta untuk persamaan regresi adalah -6210.551 dengan parameter negatif.
Hal ini berarti bahwa tanpa adanya debt to equity ratio, return on equity, earning per
share dan price earning ratio maka harga saham perusahaan sub-sektor otomotif
yang go public di Bursa Efek Indonesia tetap mengalami penurunan.
b1 = - 3239.949
Besar nilai koefisien regresi untuk variabel debt to equity ratio (X1) adalah -
3239.949 dengan parameter negatif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan
debt to equity ratio sebesar 1%, maka akan menurunkan harga saham sebesar
32,39949%.
b2 = -23433.898
Besar nilai koefisien regresi untuk variabel return on equity (X2) adalah -23433.898
dengan parameter negatif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan return on
equity sebesar 1%, maka akan semakin meningkatkan harga saham sebesar
23,433898%.
b3 = 15.977
Besar nilai koefisien regresi untuk variabel earning per share (X3) adalah 15.977
dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan earning
per share sebesar 1%; maka akan semakin meningkatkan harga saham sebesar
0.15977%.
B4 = 392.691
Besar nilai koefisien regresi untuk variabel price earning ratio (X4) adalah 392.691
dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan price
earning ratio sebesar 1%; maka akan semakin meningkatkan harga saham sebesar
3,92691%.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa price earning ratio mempunyai nilai
koefieisen beta lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya yaitu
sebesar 0,894. Hal ini menunjukkan bahwa price earning ratio merupakan variabel
19
yang paling dominan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan sub-sektor
otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010.
Hasil dari uji simultan atau uji F dalam penelitian ini. Dengan melihat uji
Anova atau F Test menghasilkan angka F sebesar 10.967 dengan tingkat signifikan
(angka probabilitas) sebesar 0,004. karena angka probabilitas atau tingkat signifikan
0,004 lebih kecil dari 0,05 (0,004 < 0,05), maka model regresi dalam penelitian ini
sudah layak untuk digunakan dalam memprediksi harga saham atau dapat dikatakan
bahwa DER, ROE, EPS dan PER secara simultan atau bersama-sama dapat
mempengaruhi harga saham perusahaan sub-sektor yang go public.
Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan analisa rasio keuangan ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan
perusahaan di bidang keuangan. Perusahaan yang melakukan penjualan kepada
masyarakat bertujuan untuk menambah modal kerja perusahaan, perluasan usaha dan
diversifikasi produk. Untuk menarik investor, perusahaan harus mampu
menunjukkan kinerjanya. Pengukuran kinerja dapat dilakukan menggunakan rasio
keuangan. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan
perusahaan. Harga saham senantiasa bergerak dan pergerakan tersebut ditentukan
oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham itu sendiri di pasar modal. Bagi
investor, harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian tentang penilaian kinerja keuangan perusahaan
sub-sektor otomotif yang go public di BEI dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan yaitu debt to equity ratio, return on equity, earning per share dan price
earning ratio dan pengaruhnya terhadap harga saham diperoleh hasil sebagai
berikut:
H1 = Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara parsial terhadap Harga saham
pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public yang terdaftar di BEI
Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel Debt to Equity Ratio (X1)
diperoleh nilai signifikan sebesar 0.738 (≥ 0,05); sehingga H0 diterima, artinya debt
to equity ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham
perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif
20
go public yang terdaftar di BEI. Debt to Equity Ratio merupakan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan melalui modal sendiri
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Setiap perusahaan yang go public tidak
semuanya mempunyai modal sendiri yang cukup besar untuk menutupi seluruh
kewajiban yang ada sehingga perusahaan-perusahaan tersebut membutuhkan modal
asing dari para investor. Dengan semakin tingginya modal asing dari para investor
hal ini akan meningkatkan resiko perusahaan terhadap hutang tersebut. Hal itulah
yang menyebabkan turunnya kinerja keuangan perusahaan, sehingga Debt to Equity
Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham.
H2 = Harga on Equity (ROE) berpengaruh secara signifikan positif terhadap Harga
saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public yang terdaftar di
BEI
Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel Return On Equity (X2)
diperoleh nilai signifikan sebesar 0.758 (≥ 0,05); sehingga H0 diterima, artinya
return on equity secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham
perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return on equity tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif go public yang
terdaftar di BEI. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu cara untuk
menghitung efisiensi perusahaan dengan cara membandingkan antara laba yang
tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan jumlah modal sendiri yg menghasilkan
laba tersebut. ROE mempunyai fungsi untuk mengukur tingkat keuntungan yang
diperoleh para investor atas penanaman modal yang dilakukan dalam perusahaan
emiten, Sedangkan dalam penelitian ini didapat hasil ROE tidak berpengaruh
signifikan, yang berarti bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan
keuntungan dengan modal sendiri yang dapat menguntungkan pemegang saham. Hal
itulah yang menyebabkan turunnya kinerja keuangan perusahaan, sehingga return on
equity tidak berpengaruh terhadap harga saham.
H3 = Earning per Share (EPS) berpengaruh secara signifikan positif terhadap Harga
saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public yang terdaftar di
BEI
21
Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel Earnign per share (X3)
diperoleh nilai signifikan sebesar 0,235 (≥ 0,05); sehingga H0 diterima, artinya
earning per share secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham
perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa earning per share tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Hal ini dipengaruhi oleh Earning tidak semua
dibagikan sebagai deviden, ada yang ditahan. Apabila proporsi earning yang ditahan
banyak, maka tingkat growth akan tinggi dan return menjadi tinggi. Sedangkan
Apabila proporsi earning yang ditahan sedikit, dan yang dibagikan sebagai deviden
lebih banyak, maka tingkat growth akan sedikit dan return menjadi rendah. sehingga
akan berdampak terhadap permintaan akan harga saham tersebut sehingga harga
saham mengalai penurunan. Hal itulah yang menyebabkan turunnya kinerja
keuangan perusahaan, sehingga Earning per share tidak berpengaruh terhadap harga
saham.
H4 = Price Earning Ratio (PER) berpengaruh secara signifikan positif terhadap
Harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public yang
terdaftar di BEI
Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel Price Earning Ratio (X4)
diperoleh nilai signifikan sebesar 0, 002 (≥ 0,05); sehingga H0 ditolak, artinya Price
Earning Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham
perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa price earning ratio berpengaruh
signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif go public yang
terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan PER berpengaruh terhadap
harga saham dimana pengaruhnya cukup besar yaitu nilai 63,8% dilihat dari nilai R
Square pada model summary, berarti sebesar 63,8% harga saham yang terjadi dapat
dipengaruhi dengan menggunakan Price Earning Ratio (PER). Dimana dengan
pengaruhnya sebesar 63,8% akan digunakan untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Price earning ratio
yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga
saham premium untuk perusahaan. Makin besar price earning ratio suatu saham
maka harga saham juga akan semakin meningkat.
22
H5 = Debt to Equity Ratio (DER), Harga on Equity (ROE), Earning per Share
(EPS), Price Earning Ratio (PER), berpengaruh secara signifikan secara
bersama-sama terhadap Harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif
yang go public yang terdaftar di BEI
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai signifikan sebesar 0,004 (≥
0,05); sehingga H0 ditolak, Debt to Equity Ratio (DER), Harga on Equity (ROE),
Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di
Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER), Harga
on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), secara
simultan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif go
public yang terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan Debt to Equity
Ratio (DER), Harga on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER), secara simultan berpengaruh terhadap harga saham dimana
pengaruhnya sangat besar yaitu nilai 86,2% (dilihat dari nilai R Square pada model
summary) , berarti sebesar 86,2% harga saham yang terjadi dapat dipengaruhi
dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), Harga on Equity (ROE), Earning
per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), secara simultan. Dimana dengan
pengaruhnya sebesar 86,2% akan digunakan untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dimasa yang akan datang.
Akan tetapi, variable yang paling memiliki perngaruh terhadap harga saham
yaitu price earning ratio yang mempunyai nilai koefieisen beta lebih besar
dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya yaitu sebesar 0, 894. Dimana hal ini
menunjukkan bahwa price earning ratio merupakan variabel yang paling dominan
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di
Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari 4 variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak semuanya
berpengaruh secara parsial pada harga saham. Secara parsial PER berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go
public di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan untuk DER, ROE dan EPS
23
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor
otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)
2. Secara simultan atau bersama-sama anatara DER, ROE, EPS dan PER
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor
otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 86,2%.
3. Diantara DER, ROE, EPS dan PER yang memberikan pengaruh paling besar
terhadap harga saham adalah PER (63,8%) yang kemudian diikuti oleh EPS
(13.8%), sedangkan pengaruh DER (1.2%), dan ROE (1 %) yang relative kecil.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas yang menunjukkan bahwa
PER memililiki pengaruh yang lebih dominan dibandingan variable lain, maka
peneliti menyarankan sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan sub-sektor otomotif yang go public dan ikut menjual
sahamnya di BEI hendaknya meningkatkan PERnya agar saham-saham dari
perusahaan tersebut menjadi prioritas investor dalam membeli sahamnya
sehingga harga saham perusahan tersebut dapat meningkat. Dengan memilih PER
yang rendah nilainya.
2. Bagi emiten ukuran rasio perusahaan yang berpengaruh terhadap harga
saham, dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan kinerja
keuangannya. Khususnya dalam penelitian ini, variabel yang signifikan terhadap
harga saham adalah PER.
3. Sebagai rasio profitabilitas, EPS memiliki pengaruh terbesar kedua setelah
PER. EPS merupakan rasio yang berkontribusi bagi pemegang saham. Untuk
memberi kemakmuran bagi pemegang sahamnya, perusahaan dapat melakukan
kegiatan eksplorasi otomotif pada daerah–daerah yang dianggap potensial secara
bijaksana. Dengan adanya kegiatan eksplorasi otomotif tersebut diharapkan dapat
meningkatkan penjualan dan pada akhirnya meningkatkan laba sehingga dapat
memberi kesejahteraan pada pemegang saham.
4. Selain memperhatikan keadaan perusahaan, kondisi umum industri yang
sejenis, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi dan prospek
perusahaan di masa yang akan datang, kondisi perdagangan efek, fluktuasi kurs,
volume transaksi, lingkungan yaitu yang mencakup kondisi ekonomi, politik, dan
24
keamanan negara hendaknya para investor juga memperhatikan PER sebagai
bahan pertimbangan dalam melakukan transaksi pembelian saham.
5. Penerbitan laporan keuangan perusahaan diharapkan untuk lebih lengkap dan
valid, sehingga publik dapat menganalisis kinerja perusahaan dengan baik.
Contohnya tidak menyertakan biaya bunga dalam laporan keuangannya dan tidak
menyertakan pembagian deviden.
6. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan lebih meningkatkan jangkauan
penelitian dengan semakin meningkatkan periode penelitian dan faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Misalkan dengan
periode penelitian lebih dari empat tahun supaya hasil yang didapatkan lebih
akurat, serta faktor lain misalnya seperti current ratio, DPS (devident per share).
25

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Ta 51081001084

Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (RO...
Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (RO...Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (RO...
Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (RO...
Trisnadi Wijaya
 
118556119 untitled
118556119 untitled118556119 untitled
118556119 untitled
Ratzman III
 
Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham
Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return SahamAnalisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham
Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham
PT Tritama Cahaya Abadi
 
Propsal penelitian
Propsal penelitianPropsal penelitian
Propsal penelitian
Phuang Bvmc
 

Ähnlich wie Ta 51081001084 (20)

Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (RO...
Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (RO...Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (RO...
Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (RO...
 
118556119 untitled
118556119 untitled118556119 untitled
118556119 untitled
 
Tugas mpa (slide)
Tugas mpa (slide)Tugas mpa (slide)
Tugas mpa (slide)
 
Madpen 2
Madpen 2Madpen 2
Madpen 2
 
Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham
Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return SahamAnalisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham
Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham
 
Yayang setiawan 191500005(uas)
Yayang setiawan   191500005(uas)Yayang setiawan   191500005(uas)
Yayang setiawan 191500005(uas)
 
Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Perputaran Modal Kerja dan Likuiditas ...
Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Perputaran  Modal Kerja dan Likuiditas ...Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Perputaran  Modal Kerja dan Likuiditas ...
Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Perputaran Modal Kerja dan Likuiditas ...
 
Ppt neli
Ppt neliPpt neli
Ppt neli
 
K akpm21
K akpm21K akpm21
K akpm21
 
Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai ...
Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai ...Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai ...
Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai ...
 
Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Aktivitas Terhadap Profitabilit...
Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Aktivitas Terhadap Profitabilit...Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Aktivitas Terhadap Profitabilit...
Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Aktivitas Terhadap Profitabilit...
 
Jurnal 2 (deitiana)
Jurnal 2 (deitiana)Jurnal 2 (deitiana)
Jurnal 2 (deitiana)
 
Jurnal pengaruh ukuran perusahaan, niai perusahaan profitabiltas dan financia...
Jurnal pengaruh ukuran perusahaan, niai perusahaan profitabiltas dan financia...Jurnal pengaruh ukuran perusahaan, niai perusahaan profitabiltas dan financia...
Jurnal pengaruh ukuran perusahaan, niai perusahaan profitabiltas dan financia...
 
Power point proposal
Power point proposalPower point proposal
Power point proposal
 
Kiki nurjanah 11160017 6 f mkp struktur modal profitabilitas dan nilai perusa...
Kiki nurjanah 11160017 6 f mkp struktur modal profitabilitas dan nilai perusa...Kiki nurjanah 11160017 6 f mkp struktur modal profitabilitas dan nilai perusa...
Kiki nurjanah 11160017 6 f mkp struktur modal profitabilitas dan nilai perusa...
 
13373-27073-1-SM.pdf
13373-27073-1-SM.pdf13373-27073-1-SM.pdf
13373-27073-1-SM.pdf
 
Pengaruh Struktur Modal, Return on Equity (ROE), dan Kebijakan Dividen terhad...
Pengaruh Struktur Modal, Return on Equity (ROE), dan Kebijakan Dividen terhad...Pengaruh Struktur Modal, Return on Equity (ROE), dan Kebijakan Dividen terhad...
Pengaruh Struktur Modal, Return on Equity (ROE), dan Kebijakan Dividen terhad...
 
Pengaruh financial leverage terhadap earning per share (eps)
Pengaruh financial leverage terhadap earning per share (eps)Pengaruh financial leverage terhadap earning per share (eps)
Pengaruh financial leverage terhadap earning per share (eps)
 
Propsal penelitian
Propsal penelitianPropsal penelitian
Propsal penelitian
 
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return SahamPengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham
 

Ta 51081001084

  • 1. PENDAHULAN Latar Belakang Instrumen investasi yang diperdagangkan di pasar modal adalah suratsurat berharga yang berjangka panjang seperti saham, obligasi, waran, right (Darmadji, 2001 ; 5). Salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak dikenal masyarakat luas adalah saham. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Perusahaan yang mengeluarkan saham terdiri dari berbagai macam jenis perusahaan yang dibagi berdasarkan bidang usahanya kedalam sektor tertentu. Salah satu sektor adalah sektor otomotif dan komponennya. Secara sederhana harga saham mencerminkan perubahan minat investor terhadap saham tersebut. Jika permintaan terhadap suatu saham tinggi, maka harga saham tersebut akan cenderung tinggi. Demikian sebaliknya, jika permintaan terhadap suatu saham rendah, maka harga saham tersebut akan cenderung turun (Dwiatma Patriawan, 2011). Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Debt Equity Ratio, Return On Equity, Earning Per Share dan Price Earning Ratio. Perkembangan besarnya variabel EPS, ROE, DER dan PER terhadap Harga Saham pada perusahaan sub- sektor otomotif yang Go Public di BEI pada tahun 2007 – 2010 yang terlampir pada lampiran 1. Pada lampiran 1 tersebut menunjukkan adanya perkembangan kinerja keuangan serta harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go Public di BEI selama tahun 2007 sampai tahun 2010. Secara keseluruhan kinerja keuangan industri otomotif dan komponennya mengalami fluktuasi (mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup signifikan) yang mengindikasikan bahwa harga sahamnya juga mengalami fluktuasi (mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup signifikan). Hal ini dapat dilihat pada harga saham tahun 2008 sampai tahun 2009 yaitu PT Astra Internasional Tbk dimana pada tahun 2008 harga saham perusahaan ini mengalami peningkatan yaitu dari Rp 19.179,00 menjadi Rp 24.358,00 saat kinerja keuangannya seperti ROE dan DER, mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai tahun 2009 tetapi tidak terjadi dengan EPS dan PER. Sebaliknya, perusahaan sub-sektor otomotif go public yang lain seperti PT Goodyear Indonesia Tbk mengalami penenurunan harga pada tahun 2008 sampai 2009 juga yaitu dari Rp 14.454,00 menjadi Rp 6.825,00 saat kinerja keuangannya seperti ROE, DER dan 1
  • 2. PER mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun tahun 2008, tetapi tidak terjadi pada EPS. Hal tersebut menggambarkan adanya peningkatan atau penurunan kinerja perusahaan akan mampu meningkatkan atau menurunkan harga saham pada suatu perusahaan. Harga saham adalah harga pada closing price pada periode pengamatan dan sangat tergantung dengan kondisi ekonomi, kondisi politik, serta kinerja perusahaan tersebut. Pergerakan harga saham ditentukan oleh permintaan dan penawaran oleh para investor, pada saat kondisi permintaan lebih banyak dari pada penawaran, maka harga akan cenderung naik, demikian pula sebaliknya pada saat penawaran lebih banyak dibandingkan permintaan maka harga saham akan cenderung turun. (Widyastuti Pratidina,2011). Earning per Share (EPS) adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. (Dwiatma Patriawan, 2011). Apabila Earnings per Share (EPS) perusahaan tinggi, akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham akan tinggi (Widyastuti Pratidina, 2011). Tetapi pada kenyataannya ada perusahaan yang EPSnya menurun harga sahamnya meningkat. Perusahaan tersebut adalah PT Alfa Retailindo Tbk, namun ada perusahaan yang EPS naik tetapi harga saham turun yaitu PT AGIS Tbk, PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk, PT Courts Indonesia Tbk, PT Enseval Putera Megatrading Tbk, PT Hero Supermarket Tbk, PT Mitra Adiperkasa Tbk, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, PT Tigaraksa Satriya Tbk, dan PT Wicaksana Overseas Internasional Tbk. Penelitian yang dilakukan Herlina dan Hadianto (2007) menemukan bahwa PER berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham. Tidak signifikannya EPS ditemukan oleh Haruman, et al. (2005) meski hasil ekspektasi tandanya masih positif. Begitu penelitian yang dilakukan Noer Sasongko & Nila Wulandari (2006) bahwa secara parsial menunjukkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Artinya EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Namun berbeda dengan penelitian Idawati, Sukirno, dan Pujiningsih (dalam Noer Sasongko dan Nila Wulandari:2003) yang menguji pengaruh EPS terhadap 2
  • 3. harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Busra Efek Jakarta Return on Equity (ROE) dapat dilihat dari laporan keuangan dari setiap masing-masing perusahan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu dengan menganalisis laporan keuangan laba/rugi dan arus kas tahunan. Dalam penelitian ini penulis memakai laporan keuangan tahunan perusahan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian yang dilakukan Angrawit Kusumawardani (2010) bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sebesar -102.3%. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Michael Valentino Damanik (2008) yang mengungkapkan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. ROE mempunyai fungsi untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh para investor atas penanaman modal yang dilakukan dalam perusahaan emiten, ROE yang positif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan dengan kemampuan modal sendiri yang dapat menguntungkan para pemegang saham. Sedangkan dalam penelitian ini didapat hasil ROE negatif, yang berarti bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dapat menguntungkan pemegang saham. Debt to equity ratio (DER) merupakan alat analisis perusahaan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang dengan membandingkan jumlah utang dan modal sendiri (Dwiatma Patriawan, 2011).Penelitian yang dilakukan Angrawit Kusumawardi (2010) menemukan bahwa Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sebesar 102.4%. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Michael Valentino Damanik (2008) yang mengungkapkan bahwa DER tidak ber pengaruh terhadap harga saham. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimliki perusahaan DER menunjukkan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya (Lukman syamsudin 2001:54). Semakin kecil angka rasio ini, berarti semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan dan semakin besar penyangga risiko kreditor. Dari hasil perhitungan didapat nilai DER yang cukup tinggi, hal ini menunjukkan komposisi total hutang semakin besar 3
  • 4. dibandingkan dengan total modal sendiri sehingga semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar. Price Earning Ratio (PER) menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Angrawit Kusumawardi,2010) Penelitian yang dilakukan Angrawit Kusumawardi (2010) menemukan bahwa variabel PER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Esti (2005) dimana penelitiannya mengungkapkan PER tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa PER berpengaruh terhadap harga saham dimana pengaruhnya tidak begitu besar hanya 43.7% dimana dengan pengaruhnya sebesar 43.7% akan digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Perusahaan dengan nilai PER yang tinggi berarti memiliki laba yang rendah sedangkan perusahaan dengan nilai PER yang rendah berarti memiliki laba yang tinggi dengan kata lain PER berbanding terbalik dengan laba perusahaan. Perusahaan dengan PER yang rendah berarti memiliki laba yang tinggi, hal ini akan menarik minat investor akan return yang akan diterimanya. Berdasarkan uraian serta permasalahan dan perbedaan hasil penelitian yang telah dikemukakan peneliti terdahulu, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Sub-Sektor Otomotif Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham” Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka diperoleh perumusan masalahyang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) serta pengaruhnya terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan sub- sektor otomotif yang go public untuk tahun 2007-2010. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam melakukan penelitian ini antara lain: 4
  • 5. 1. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan otomotif sub-sektor otomotif yang go public dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER). 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public. Manfaat Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengembangan wawasan di bidang penilaian kinerja keuangan perusahaan serta sebai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya dengan judul dan topik yang berkaitan. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai wahana penerapan teori dan ilmu selama di bangku kuliah, terutama yang berkaitan dengan kinerja perusahan dan harga saham. Manfaat Praktis Informasi yang diberikan dalam penelitian ini dapat digunakan para manajer, staf dan karyawan agar lebih memperhatikan tingkat kinerja perusahaan karena penilaian kinerja perusahaan akan mempengaruhi para investor yang ingin menanamkan modalnya. Penulis berharap penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan gambaran mengenai pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pasa investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi. TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Pengertian Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.(Irham Fahmi, 2011:2) Kinerja keuangan perusahaan merupakan gambaran mengenai hasil operasi perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan dalam periode 5
  • 6. tertentu, dan pada dasarnya merupakan cerminan dari kinerja manajemen pada periode tersebut. (Widyastuti Pratidina, 2011) Menurut Erich A. Helfert dalam sebuah artikel online bahwa kinerja keuangan adalah hasil dari banyak keputusan individu yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis atau indikator dari baik buruknya keputusan individu yang dibuat secara berkala dari gambaran mengenai hasil operasi perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar . Pengukuran kinerja dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, bagi para investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Penilaiaan terhadap harga saham dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk alat pengukur efisiensi perusahaan. Jika harga saham mereflesikan seluruh informasi mengenai perusahaan di masa lalu, sekarang dan di masa mendatang, maka kenaikan harga saham dapat dianggap sebagai indikasi perusahaan yang efisien. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan dan terkait dengan distribusi kesejahteraan diantara mereka. Helfert dan Lidiadni (2003: 36) mengemukakan bahwa dalam menilai kinerja perusahaan yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dalam hal ini investor, manajer, kreditor, pemerintah dan masyarakat umum. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan dengan menggunakan Rasio Keuangan Dengan menggunakan alat analisis laporan keuangan, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen, dapat diketahui beberapa hal yang bekaitan dengan keuangan dan kemajuan perusahaan. Pemilik usaha dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan menilai kinerja manajemen perusahaan. Alat analisis laporan keuangan yang biasa digunakan adalah rasio – rasio keuangan. (Irham Fahmi, 2011:3) 6
  • 7. Rasio keuangan menurut James C Van Horne merupakan indeks yang menghubungakan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Ukuran untuk melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan umumnya menggunakan lima analisis rasio keuangan yaitu: Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio Perputaran, Rasio Profitabilitas, Rasio Nilai pasar.(Irham Fahmi, 2011:58) Menurut Nainggolan (2004:68) ada beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan dimana rasio tersebut juga digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE) Tidak semua rasio menurut Nainggolan (2004:68) di atas penulis jelaskan disini. Penulis hanya menjelaskan 4 (Empat) hal yang menjadi objek penelitian ini yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER). 1. Debt to Equity Ratio (DER) Debt To Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan (Angrawit Kusumawardani, 2010). Dilambangkan dengan ratio hutang yang diukur dengan membagai total hutang dengan total ekuitas. Debt to equity ratio (DER) = Total Hutang Total ekuitas Semakin tinggi DER menunjukkan semakin rentan terhadap fluktuasi kondisi perekonomian. Pada kondisi ekonomi yang tidak normal, perusahaan mungkin akan mengalami penurunan penjualan sementara biaya-biaya mengalami kenaikan sehingga tingkat pengembalian atas aktiva menurun. Kerugian akan memberikan tekanan pada pergerakan harga saham dan pada akhirnya terjadi penurunan harga saham. 2. Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) merupakan salah satu cara untuk menghitung efisiensi perusahaan dengan cara membandingan antara laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan jumlah modal sendiri yg menghasilkan laba tersebut. 7
  • 8. Return on equity (ROE) = Laba Bersih Total ekuitas Semakin tinggi ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang semakin tinggi pemegang saham dan mengakibatkan permintaan saham perusahaan tersebut meningkat dan pada akhirnya terjadi kenaikan harga saham. 3. Earning Per Share (EPS) Earning per share (Laba perlembar saham) merupakan indikator yang secara ringkas menyajikan kinerja perusahaan yang dinyatakan dengan laba. Earning Per Share (EPS) = Laba Bersih Total Saham Beredar Makin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham (Tjiptono Darmadji : 2001). Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun. 4. Price Earning Ratio (PER) Harahap (2008) mengatakan bahwa price earning ratio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Rumus PER adalah sebagai berikut: Price Earning Ratio (PER) = Harga Saham EPS Price earning ratio yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga saham premium untuk perusahaan. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham juga akan semakin meningkat. Pengertian Saham Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. (widyastuti Pratidina, 2010). Saham dapat didefenisikan sebagai surat 8
  • 9. berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan maupun institusi dalam suatu perusahaan (Pandji Anoraga, 2011; 58). Jadi dapat disimputkan bahwasanya saham adalah sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan, sehingga para pemegang saham berhak mentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Para pemegang saham berhak memperoleh dividen yang dibagikan oleh perusahaan dan turut menanggung resiko sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut bangkrut. Pada dasarnya ada 2 (dua) keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu dividend dan capital gain. (Pandji Anoraga, 2011; 60). 1. Dividend Dividend yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividend yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividend saham diberikan kepada setiap pemegang saham sehingga jumlah saham yang dimiliki pemodal akan bertambah. 2. Capital gain Capital gain merupakan selisih lebiih antara harga beli dengan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya permodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Beberapa resiko dihadapi pemodal dengan kepemilikan saham, yaitu tidak mendapat dividen, capital loss, dan saham di delist dari bursa. (Pandji Anoraga, 2011; 67) a) Tidak mendapat dividen Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan mengalami keuntungan. Perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untuk mendapat dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. b) Capital loss Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya 9
  • 10. pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian pemodal mengalami capital loss. c) Saham di delist dari bursa (delisting) Suatu saham perusahaan di delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk, misalnya dalam kurung waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa efek pada umumnya. Pengertian Harga Saham Harga saham merupakan cerminan dari nilai suatu perusahaan bagi para investor. Semakin baik perusahaannya mengelola usahanya dalam memperoleh keuntungan, semakin tinggi juga bilai perusahaan tersebut dari di mata para investor. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan return bagi para investor. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan return bagi para investor berupa capital gain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap citra perusahaan.(Desmond Wira, 2011:7) Secara umum, semakin banyak kinerja suatu perusahaan semakin tinggi laba usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik. Meskipun demikian saham yang memiliki kinerja baik sekalipun, harganya bisa saja turun karena keadaan pasar. (Anita Ardiani, 2007:4) Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga saham akan naik jika permintaan terhadap saham perusahaan tersebut mengalami peningkatan dan sebaliknya. Harga dasar suatu saham merupakan harga perdana dan perubahan harga saham terjadi pada pasar skunder, dimana semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka semakin tinggi pula harganya begitu juga sebaliknya. Harga saham adalah factor yang membuat para investor menginvestasikan dananya di pasar modal dikarenakan dapat mencerminkan tingkat pengembalian modal. Pada prinsipnya, investor membeli saham adalah untuk mendapatkan dividen serta menjual saham tersebut pada harga yang lebih tinggi (capital gain). Para emiten yang dapat menghasilkan laba yang semakin tinggi akan meningkatkan tingkat kembalian yang 10
  • 11. diperoleh investor yang tercemin dari harga saham perusahaan tersebut. (Dwiatma Patriaawan, 2011) Analisis yang bisa digunakan dalam menilai suatu saham yaitu: (Harmono, 2011:106) 1. Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan suatu analisis yang digunakan untuk menaksir harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi faktor–faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu perusahaan. 2. Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data atau catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham, volume perdagangan, indeks harga saham individu maupun gabungan serta faktor – faktor lain yang bersifat teknis. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Harga saham di bursa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif yaitu : Penawaran dan Permintaan, Prilaku Investor, Kodisi Pasar Modal, Keadaan Perekonomian dan Politik. (Widyastuti Pratidina, 2010: 23) Perseroan Terbatas Go Public Go public merupakan peristiwa penting dalam perusahaan. Karena peristiwa tersebut terjadi transaksi antara perusahaan dengan pemegang saham baru, sehingga berakibat terjadinya perubahan komposisi pemilikan saham dari pemilik lama dengan pemegang saham yang baru. Dana yang diperoleh perusahaan dari penjualan saham dapat digunakan untuk ekspansi usaha, perbaikan struktur modal dan diversifikasi. (Maria Goretti Saragih,2011) Perusahaan yang go public dapat menawarkan sahamnya melalui bursa efek yang menurut UUPM No 8/1995 pasal 1, adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak – pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Dengan berubahnya perusahaan menjadi perusahaan publik maka harusa terjadi pula 11
  • 12. transformasi sikap dan tindak tanduk dari para pengelolanya. Perusahaan yang semula bersifat tertutup, setelah go public harus bersifat terbuka. Menurut Mortono dan Harjoto (2005:4) mengatakan “manajemen keuangan atau pembelanjaan adalah segala aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola assets sesuai tujuan perusaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen atau pengelolaan mengenai bagaimana memperoleh asset, mendanai asset dan mengelola asset untuk mencapai tujuan”. Menurut Dr. Harmono, S.E, M.Si Manajemen keuangan dapat didefinisiskan dari tugas dan tnggung jawab menejer keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan, dengan demikian tugas menejer keuangan adalah merencanakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan persusahaan pada saat ini atau dalam satu periode tertentu. (Kasmir, 2011) Laporan keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data atau aktivitas (Sudjadja, 2001). Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan media paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomi suatu perusahaan, terutama bagi pihak eksternal dan analisis keuangan, karena mereka mempunyai kemampuan yang terbatas untuk melakukan pengamatn langsung ke perusahaan pembuat laporan serta keterbatasan mendapatkan informasi mengenai situasi perusahaan keseluruhan. Laporan keuangan Perusahaan Dari bermacam-macam laporan yang diterbitkan perusahaan untuk para pemegang sahamnya, laporan tahunan (Annual report) mungkin adalah yang paling penting. “Laporan tahunan adalah sebuah laporan yang diterbitkan perusahaan untuk pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan juga analisis 12
  • 13. manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek-prospek perusahaan dimasa mendatang” (Brigham dan Houston, 2009:45). Jenis – Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam standar Akuntansi Keuangan No. 1 tahun 2007, terdiri dari: 1. Neraca (Balance Sheet), sebuah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada suatu titik tertentu. Neraca merupakan daftar aset, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. 2. Laporan Laba Rugi (Income Statment), laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi, yang biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun. 3. Laporan Ekuitas Pemilik, ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. 4. Laporan Arus Kas, ikhtisar penerimaan kas dan pengelkuaran kas selama periode waktu tertentu. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan. 5. catatan atas laporan keuangan, memberikan penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos – pos laporan keuangan, dan informasi penting lainnya. Pengaruh Informasi laporan Keuangan bagi Investor dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan (Irham fahmi, 2011:22). Menurut farid dan siswanto, laporan keuangan adalah informasi yang diharapkan mampu memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah suatu informasi keuangan yang menggambarkan kinerja keuangan suatu perusahaan. 13
  • 14. METODOLOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk mendapatkan penelitian yang terarah dan tidak menyimpang dari judul dan permasalahan yang dikonsep oleh peneliti, maka peneliti membatasi objek yang diteliti dalam penelitian ini. Peneliti membatasi penelitian ini dengan permasalahan yang ada yaitu: (1) Peneliti akan menganalisis kinerja keuangan perusahaan otomotif dan komponennya yang go public dengan menggunakan rasio-rasio keuanga meliputi Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) selama periode 2006-2010. (2) Peneliti akan menganalisis bagaimana pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public dengan menggunakan analisis statistik, serta mencari variable mana dari rasio-rasio keuangan yang paling dominan berpengaruh terhadap harga saham. Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat kausalitas dan kolerasional. Penelitian kausalitas adalah penelitian yang digunakan untuk melihat pengaruh antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencari tahu pengaruh antara Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham, sedangkan kolerasional merupakan penelitian yang digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang kuat atau tidak antara dua variabel atau lebih, untuk melihat variabel mana yang paling dominan mempengaruhi harga saham (Kuncoro,2003). Populasi, Sample, dan Teknik Pengambilan Sample Menurut Hermawan (2005, 143) mengemukakan bahwa “populasi berrkaitan dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian peneliti untuk diteliti”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif dan komponennya yang sudah go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sampai 2010. Dalam penelitian ini, metode penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dimana teknik penarikan sampel dilakukan dengan pertimbangan 14
  • 15. kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan dalam sampel ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan sub-sektor otomotif yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu 2007-2010 2. Perusahaan sub-sektor otomotif yang telah menerbitkan laporan keuangan selama 5 tahun berturut-turut yaitu tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010 3. Perusahaan sub-sektor otomotif yang menyajikan laporan keuangan dan rasio secara lengkap sesuai dengan variabel yang akan diteliti berdasarkan sumber yang digunakan yang berakhir tanggal 31 Desember. Berdasarkan populasi penelitian yang terdiri dari 14 perusahaan sub-sektor otomotif yang go public, yang memenuhi seluruh kriteria dalam penelitian ini terdapat 12 perusahaan sub-sektor otomotif yang go public. Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai berdasarkan pokok permasalahan dan rumusan hipotesa yang diajukan pada bagian sebelimnya, maka variabel penelitian yang akan digunakan yaitu : variabel independent atau variabel bebas yang dinyatakan dalam simbol X dan variabel dependent atau variabel terikat yang dinyatakan dalam simbol Y (Cooper dan Emory, 1998). Dalam penelitian ini penulis menggunakan empat variabel, lima variabel bebas (Independent) (X), yaitu rasio – rasio dalam penilaian kinerja keuanagn perusahaan antara lain : Debt Equity Ratio (X1), Return On Equity (X2), Earning Per Share (X3), Price Earning Ratio (X4) dan seta satu variabel terikat (dependent) (Y), yaitu harga saham. Variabel-variabel penelitian dan definisi Operasional dalam penelitian ini dapat disajikan dalam Tabel dibawah ini: Tabel Ringkasan Definisi Operasional Variabel No Jenis Variabel Definisi Skala Pengukuran 15
  • 16. 1 DER Rasio utang yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio DER = Total Utang Modal Sendiri 2 ROE Rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas. Rasio ROE = Laba Bersih Modal Sendiri 3 EPS Rasio pasar yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. Rasio EPS = Laba Bersih Jlh Saham Beredar 4 PER Salah satu rasio keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi harga saham lebih dominan dibanding EPS. Rasio PER = Harga Saham EPS 5 Harga Saham Saham merupakan salah satu bentuk efek atau surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal (bursa). Harga saham rata- rata pada periode akhir tahun (closing price) Sumber: Penelitian, 2011 (data diolah) Metode Pengumpulan Data Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan melalui penelitian kepustakaan yaitu Studi pustaka, Dokumentasi. Jadi, dilakukan dengan meneliti dokumen – dokumen yang berasal dari perusahaan – perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data agar dapat dimengerti, dinterprestasikan dan mudah dipahami, melalui: Analisis statistik Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan analisis statistik dengan metode penelitian secara kuantitatif. Dalam melakukan uji ini penulis menggunakan software SPSS versi 16 dengan metode statistik yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian ini antara lain: Uji asumsi klasik terbagi menjadi 4 jenis yaitu: (Danang Sunyoto, 2011,79) 16
  • 17. 1. Uji asumsi klasik multikolinieritas 2. Uji asumsi klasik heteroskedastisitas 3. Uji asumsi klasik autokorelasi Koefisien Determinasi (R2 ) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y, selain itu koefisien determinasi berguna untuk mengetahui kontribusi model terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi (R2 ) dari hasil regresi berganda menunjukkan seberapa besar variabel dependen bisa dijelaskan oleh variabel-variabel independennya (Santoso,2004). Uji Hipotesis Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana (uji t) atau secara parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas tehadap variabel terikat dan uji regresi berganda (uji f) atau secara simultan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan secara simultan atau bersama-sama antara dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat (harga sahama). Uji Koefisien Regresi Sederhana (uji t) atau Uji Parsial Analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika pengukuran pengaruh ini melibatkan satu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), dimana analisis regresi linier sederhana yang dirumuskan sebagai berikut: Y = a + bX Dimana : Y = Variabel terikat/dependent (nilai yang diprediksikan) X = Variabel bebas/independent a = Konstanta (nilai Y apabila X=0) b = Koefisien regresi (nilai peningkatan atau penurunan) Uji t (pengujian parsial) ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, yaitu pengaruh dari masing- masing variabel independent yang terdiri atas EPS, DER, ROE dan PER terhadap harga saham yang ,erupakan variabel dependennya. Pengambilan keputusan uji 17
  • 18. hipotesis secara parsial ini didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS statistik parametrik sebagai berikut: (Santoso:2004) 1. jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima 2. jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak Uji Regresi Berganda (uji F) atau Uji Simultan Regresi berganda merupakan pengembangan dari regresi sederhana yang dilakuka untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua atau lebih. Uji regresi berganda ini digunakan untuk meramalkan pengaruh dua variabel prediktor atau lebih terhadap satu variabel kriterium atau untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional antara dua variabel bebas (X) atau lebih dengan sebuah variabel terikat (Y). (Santoso, 2004) Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penilaian kinerja perusahaan otomotif yang go public terhadap harga saham. Model umum persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2X2 + b3X3 +b4 X4 + e Dimana : Y = Harga saham a = Blangan konstanta b1 – b4 = Koefisien regre X1 = EPS X2 = ROE X3 = DER X4 = PER e = Variabel pengganggu (error) Uji F atau pengujian simultan digunakan untuk menguji pengaruh variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan regresi dengan menggunakan hipotesis statistik. Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai probabilitasnyang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS statistik parametrik sebagai berikut: (Santoso,2004) 1. jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima 2. jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 18
  • 19. Hasil pengujian regresi linier berganda dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Y= -6210.551 - 3239.949 X1 - 23433.898 X2 + 15.977 X3 + 392.691X4 Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat dibuat interpretasi sebagai berikut: a = -6210.551 Nilai konstanta untuk persamaan regresi adalah -6210.551 dengan parameter negatif. Hal ini berarti bahwa tanpa adanya debt to equity ratio, return on equity, earning per share dan price earning ratio maka harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia tetap mengalami penurunan. b1 = - 3239.949 Besar nilai koefisien regresi untuk variabel debt to equity ratio (X1) adalah - 3239.949 dengan parameter negatif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan debt to equity ratio sebesar 1%, maka akan menurunkan harga saham sebesar 32,39949%. b2 = -23433.898 Besar nilai koefisien regresi untuk variabel return on equity (X2) adalah -23433.898 dengan parameter negatif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan return on equity sebesar 1%, maka akan semakin meningkatkan harga saham sebesar 23,433898%. b3 = 15.977 Besar nilai koefisien regresi untuk variabel earning per share (X3) adalah 15.977 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan earning per share sebesar 1%; maka akan semakin meningkatkan harga saham sebesar 0.15977%. B4 = 392.691 Besar nilai koefisien regresi untuk variabel price earning ratio (X4) adalah 392.691 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan price earning ratio sebesar 1%; maka akan semakin meningkatkan harga saham sebesar 3,92691%. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa price earning ratio mempunyai nilai koefieisen beta lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya yaitu sebesar 0,894. Hal ini menunjukkan bahwa price earning ratio merupakan variabel 19
  • 20. yang paling dominan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010. Hasil dari uji simultan atau uji F dalam penelitian ini. Dengan melihat uji Anova atau F Test menghasilkan angka F sebesar 10.967 dengan tingkat signifikan (angka probabilitas) sebesar 0,004. karena angka probabilitas atau tingkat signifikan 0,004 lebih kecil dari 0,05 (0,004 < 0,05), maka model regresi dalam penelitian ini sudah layak untuk digunakan dalam memprediksi harga saham atau dapat dikatakan bahwa DER, ROE, EPS dan PER secara simultan atau bersama-sama dapat mempengaruhi harga saham perusahaan sub-sektor yang go public. Pembahasan Hasil Penelitian Dengan analisa rasio keuangan ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan di bidang keuangan. Perusahaan yang melakukan penjualan kepada masyarakat bertujuan untuk menambah modal kerja perusahaan, perluasan usaha dan diversifikasi produk. Untuk menarik investor, perusahaan harus mampu menunjukkan kinerjanya. Pengukuran kinerja dapat dilakukan menggunakan rasio keuangan. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan. Harga saham senantiasa bergerak dan pergerakan tersebut ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham itu sendiri di pasar modal. Bagi investor, harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian tentang penilaian kinerja keuangan perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di BEI dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu debt to equity ratio, return on equity, earning per share dan price earning ratio dan pengaruhnya terhadap harga saham diperoleh hasil sebagai berikut: H1 = Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara parsial terhadap Harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public yang terdaftar di BEI Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel Debt to Equity Ratio (X1) diperoleh nilai signifikan sebesar 0.738 (≥ 0,05); sehingga H0 diterima, artinya debt to equity ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif 20
  • 21. go public yang terdaftar di BEI. Debt to Equity Ratio merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan melalui modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Setiap perusahaan yang go public tidak semuanya mempunyai modal sendiri yang cukup besar untuk menutupi seluruh kewajiban yang ada sehingga perusahaan-perusahaan tersebut membutuhkan modal asing dari para investor. Dengan semakin tingginya modal asing dari para investor hal ini akan meningkatkan resiko perusahaan terhadap hutang tersebut. Hal itulah yang menyebabkan turunnya kinerja keuangan perusahaan, sehingga Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. H2 = Harga on Equity (ROE) berpengaruh secara signifikan positif terhadap Harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public yang terdaftar di BEI Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel Return On Equity (X2) diperoleh nilai signifikan sebesar 0.758 (≥ 0,05); sehingga H0 diterima, artinya return on equity secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif go public yang terdaftar di BEI. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu cara untuk menghitung efisiensi perusahaan dengan cara membandingkan antara laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan jumlah modal sendiri yg menghasilkan laba tersebut. ROE mempunyai fungsi untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh para investor atas penanaman modal yang dilakukan dalam perusahaan emiten, Sedangkan dalam penelitian ini didapat hasil ROE tidak berpengaruh signifikan, yang berarti bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dapat menguntungkan pemegang saham. Hal itulah yang menyebabkan turunnya kinerja keuangan perusahaan, sehingga return on equity tidak berpengaruh terhadap harga saham. H3 = Earning per Share (EPS) berpengaruh secara signifikan positif terhadap Harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public yang terdaftar di BEI 21
  • 22. Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel Earnign per share (X3) diperoleh nilai signifikan sebesar 0,235 (≥ 0,05); sehingga H0 diterima, artinya earning per share secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa earning per share tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini dipengaruhi oleh Earning tidak semua dibagikan sebagai deviden, ada yang ditahan. Apabila proporsi earning yang ditahan banyak, maka tingkat growth akan tinggi dan return menjadi tinggi. Sedangkan Apabila proporsi earning yang ditahan sedikit, dan yang dibagikan sebagai deviden lebih banyak, maka tingkat growth akan sedikit dan return menjadi rendah. sehingga akan berdampak terhadap permintaan akan harga saham tersebut sehingga harga saham mengalai penurunan. Hal itulah yang menyebabkan turunnya kinerja keuangan perusahaan, sehingga Earning per share tidak berpengaruh terhadap harga saham. H4 = Price Earning Ratio (PER) berpengaruh secara signifikan positif terhadap Harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public yang terdaftar di BEI Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel Price Earning Ratio (X4) diperoleh nilai signifikan sebesar 0, 002 (≥ 0,05); sehingga H0 ditolak, artinya Price Earning Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa price earning ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif go public yang terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan PER berpengaruh terhadap harga saham dimana pengaruhnya cukup besar yaitu nilai 63,8% dilihat dari nilai R Square pada model summary, berarti sebesar 63,8% harga saham yang terjadi dapat dipengaruhi dengan menggunakan Price Earning Ratio (PER). Dimana dengan pengaruhnya sebesar 63,8% akan digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Price earning ratio yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga saham premium untuk perusahaan. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham juga akan semakin meningkat. 22
  • 23. H5 = Debt to Equity Ratio (DER), Harga on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), berpengaruh secara signifikan secara bersama-sama terhadap Harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public yang terdaftar di BEI Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai signifikan sebesar 0,004 (≥ 0,05); sehingga H0 ditolak, Debt to Equity Ratio (DER), Harga on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER), Harga on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), secara simultan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif go public yang terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan Debt to Equity Ratio (DER), Harga on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), secara simultan berpengaruh terhadap harga saham dimana pengaruhnya sangat besar yaitu nilai 86,2% (dilihat dari nilai R Square pada model summary) , berarti sebesar 86,2% harga saham yang terjadi dapat dipengaruhi dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), Harga on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), secara simultan. Dimana dengan pengaruhnya sebesar 86,2% akan digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dimasa yang akan datang. Akan tetapi, variable yang paling memiliki perngaruh terhadap harga saham yaitu price earning ratio yang mempunyai nilai koefieisen beta lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya yaitu sebesar 0, 894. Dimana hal ini menunjukkan bahwa price earning ratio merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari 4 variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak semuanya berpengaruh secara parsial pada harga saham. Secara parsial PER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan untuk DER, ROE dan EPS 23
  • 24. tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2. Secara simultan atau bersama-sama anatara DER, ROE, EPS dan PER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 86,2%. 3. Diantara DER, ROE, EPS dan PER yang memberikan pengaruh paling besar terhadap harga saham adalah PER (63,8%) yang kemudian diikuti oleh EPS (13.8%), sedangkan pengaruh DER (1.2%), dan ROE (1 %) yang relative kecil. SARAN Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas yang menunjukkan bahwa PER memililiki pengaruh yang lebih dominan dibandingan variable lain, maka peneliti menyarankan sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan sub-sektor otomotif yang go public dan ikut menjual sahamnya di BEI hendaknya meningkatkan PERnya agar saham-saham dari perusahaan tersebut menjadi prioritas investor dalam membeli sahamnya sehingga harga saham perusahan tersebut dapat meningkat. Dengan memilih PER yang rendah nilainya. 2. Bagi emiten ukuran rasio perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham, dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan kinerja keuangannya. Khususnya dalam penelitian ini, variabel yang signifikan terhadap harga saham adalah PER. 3. Sebagai rasio profitabilitas, EPS memiliki pengaruh terbesar kedua setelah PER. EPS merupakan rasio yang berkontribusi bagi pemegang saham. Untuk memberi kemakmuran bagi pemegang sahamnya, perusahaan dapat melakukan kegiatan eksplorasi otomotif pada daerah–daerah yang dianggap potensial secara bijaksana. Dengan adanya kegiatan eksplorasi otomotif tersebut diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan pada akhirnya meningkatkan laba sehingga dapat memberi kesejahteraan pada pemegang saham. 4. Selain memperhatikan keadaan perusahaan, kondisi umum industri yang sejenis, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi dan prospek perusahaan di masa yang akan datang, kondisi perdagangan efek, fluktuasi kurs, volume transaksi, lingkungan yaitu yang mencakup kondisi ekonomi, politik, dan 24
  • 25. keamanan negara hendaknya para investor juga memperhatikan PER sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan transaksi pembelian saham. 5. Penerbitan laporan keuangan perusahaan diharapkan untuk lebih lengkap dan valid, sehingga publik dapat menganalisis kinerja perusahaan dengan baik. Contohnya tidak menyertakan biaya bunga dalam laporan keuangannya dan tidak menyertakan pembagian deviden. 6. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan lebih meningkatkan jangkauan penelitian dengan semakin meningkatkan periode penelitian dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Misalkan dengan periode penelitian lebih dari empat tahun supaya hasil yang didapatkan lebih akurat, serta faktor lain misalnya seperti current ratio, DPS (devident per share). 25