In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...
Perencanaan dan pengendalian keuangan
1. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KEUANGAN
Perencanaan Keuangan :
- Penggunaan proyeksi atas dasar standar prestasi yang ditentukan
Sistem :
Anggaran mencakup aspek perencanaan dan aspek pengendalian, karena
anggaran pada dasarnya merupakan rencana maka sekaligus dapat berfungsi
sebagai alat pengendalian dengan cara membandingkan rencana dengan
hasil.
1. Dengan anggaran dapat dilakukan analisis selisih biaya untuk setiap
departemen dalam perusahaan atau kegiatan utama perusahaan
2. Anggaran proforma untuk setiap departemen dapat membantu
memproyeksikan laporan rugi laba, neraca dan laporan keuangan
lainnya.
2. PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN
Data-data lalu Proyeksi / Sales Anggaran
yang relevan Forecating penjualan
dengan penjualan
Anggaran
Produksi
Anggaran Proyeksi
Bahan Baku R/L
Anggaran
TK
Anggaran
BOP
Neraca th Proyeksi
sebelumnya Neraca
ALAT PERENCANAAN LABA :
1. ANALISIS BEP
Sebagai petunjuk bagi manajer untuk membandingkan harga, volume
penjualan yang diharapkan dan volume penjualan yang disyaratkan untuk
menutup total biaya.
2. ANALISIS KEUANGAN DU-PONT
Dapat memberikan gambaran bagaimana interaksi rasio aktivitas serta
profit margin menentukan profitabilitas
3. 1. Untuk menghitung ROI system Du pont memberikan gambaran
pentingnya turn-over dalam menentukan ROI
NOI SALES
ROI = x
SALES INVESTMENT
2. Sistem Du Pont sering digunakan untuk pengendalian dalam
perusahaan yang besar. Oleh karena kebijakan leverage keuangan dan
pajak dibuat atas dasar perusahaan secara keseluruhan bukan secara
divisional, maka NOI dalam formula tersebut adalah NOI sebelum
bunga dan pajak.
3. Perusahaan dengan asset turn over rendah cenderung cenderung
memiliki profit margin yang tinggi. Misalnya perusahaan galangan
kapal, sedangkan perusahaan perusahaan dengan asset turn over
tinggi cenderung memiliki profit margin yang rendah, misalnya agen.
4. Jika system Du Pont digunakan untuk pengendalian divisional maka
disebut dengan pengendalian ROI.
a. Setiap divisi didefinisikan sebagai profit center, dengan investasi
sendiri dan diharapkan menghasilkan retun yang cukup
b. Jika ROI divisi ybs turun di bawah target, maka staf perusahaan
pusat akan meneliti kembali dengan system Du Pont untuk
mencari penyebabnya.
c. Prestasi manajer divisi dinilai atas dasar ROI divisi yang
dipimpinnya dan dimotivasi untuk berusaha mencapai tingkat ROI
yang ditargetkan
4. d. ROI juga dipengaruhi oleh factor selain kemampuan manajerial,
seperti kebijakan depresiasi, nilai buku dengan nilai saat ini,
persepsi jangka pendek dan jangka panjang dan kondisi industri.
Model perencanaan yang menitik beratkan pada prestasi
perusahaan secara keseluruhan dari pada prestasi divisi.
Simbol yang digunakan dalam model :
T = asset turn over
m = profit margin
L = financial leverage (total asset/equity)
b = retention rate (1-dividend payout rate)
BVS = Nilai buku per lembar saham
EPS = Earning per share
DPS = Dividen per share
G = pertumbuhan yang kontinu
ROE merupakan fungsi dari Asset turn over, Profit margin, dan Leverage
Penjualan
Asset turn over (ATO) =
Total Asset
Laba bersih
Profit Margin (PM) =
Penjualan
Total Asset
Leverage (L) =
Modal Sendiri
Penjualan Laba bersih Total Asset Laba bersih
Maka ROE = x x =
Total Asset Penjualan Modal Sendiri Modal Sendiri
5. Earning per share (EPS) merupakan fungsi dari return on equity dan nilai
buku per lembar saham.
Laba bersih
ROE =
Modal Sendiri
Modal Sendiri
Nilai Buku per lembar saham =
Jumlah lemba saham
Laba bersih
Maka EPS =
Jumlah lembar saham
Dididen per lembar saham (DPS) merupakan fungsi dari EPS dan dividen
pay out ratio
Laba bersih
EPS =
Jumlah lembar saham
Dividen
Dividen pay out ratio =
Laba bersih
Laba bersih Dividen Dividen
Maka DPS = x =
Jumlah lembar saham Laba bersih Jumlah lembar saham
Atau DPS = EPS (1-b)
Secara simultan maka jika diuraikan formula tersebut menjadi :
DPS = EPS (1-b)
= (ROE x BVS)(1-b)
= [(T x m x L) x BVS] (1-b)
Dengan demikian maka tingkat pertumbuhan (G) dapat dinyatakan sebagai :
G = ROE (b)
= (T0(m)(L)(b)
6. 3. ANALISIS PROYEKSI ALIRAN KAS ATAS DASAR
PERSENTASE PENJUALAN
A. Metode persentase penjualan didasarkan atas item neraca, misalnya
jika penjualan Rp 1 Juta, kemudian piutang Rp 200.000, maka
piutang perusahaan sebesar 20%
B. Langkah-langkah yang diperlukan menghitung persentase item
neraca terhadap penjualan, kemudian sajikan dalam bentuk neraca
C. Kenaikan dalam asset menunjukkan adanya kebutuhan pemenuhan
dana, beberapa utang akan meningkat secara spontan dengan
penjualan dan itu menunjukkan sumber dana spontan.
D. Perbedaan kebutuhan dana (pertumbuhan assets) dan sumber dana
spontan menunjukkan total kebutuhan dana. Kebutuhan tersebut
tentunya akan dipenuhi dari peningkatan laba ditahan, baru
kekurangannya dari sumber dana eksternal seperti utang atau
menjual saham baru.
E. Kebutuhan dana eksternal dapat diformulasikan sbb :
A L
EF = TR TR cb TR 2
TR TR
Dimana :
EF = External funds
A
= Assets yang meningkat secara spontan dengan
TR
perubahan pendapatan total atau penjualan
L
= Utang yang meningkat secara spontan dengan
TR
perubahan pendapatan total atau penjualan
TR = perubahan total pendapatan
7. c = profit margin
b = earening retention ratio
TR2 = proyeksi total pendapatan tahun yang akan dating
Contoh :
PT Kencana
Neraca per 31 Desember 2003
(Atas dasar % dar penjualan)
Kas 3% Hutang dagang 9%
Piutang 15% Hutang bank 4%
Persediaan 18% Obligasi -
Aktiva tetap (neto) 25% Modal saham -
Laba ditahan -
Total Aktiva 61% Total Hutang + Modal 14&
Persentase asset terhadap penjualan 61%
Dikurangi : Kenaikan Hutang Dagang 14%
Persentase kenaikan setiap rupiah penjualan
Yang harus dibiayai 48%
Misalkan penjualan meningkat dari Rp 5 juta menjadi Rp 8 juta, sedangkan
profit margin pada tingkat penjualan Rp 8 Juta adalah 4%, dan dididen pay
out adalah 50%.
Maka kebutuhan sumber dana eksternal adalah :
A L
EF = TR TR cb TR 2
TR TR
= 61% (3jt) – 14%(3jt) – 4%(50%)(8 jt)
= 1,83 jt – 0,42 jt – 0,16 jt = 1,25 juta
8. CONTOH BEP
Formulasi BEP (Pendekatan Matematis)
Rumus dasar : TR – (FC +VC) = 0 atau S – FC – VC = 0
(P.Q) – (FC +Vc.Q) = 0
(P.Q) – FC – Vc.Q = 0
(PQ) – Vc.Q = FC
FC
Q (dalam BEP) =
P - VC/unit
FC
BEP (Rp) = BEP (unit) x Harga atau
VC
1-
S
Pendekatan Contribution Margin :
FC
BEP (unit) =
Contributi on Margin/uni t
FC FC
BEP (unit) = atau
1 - VC Ratio CM Ratio
9. Asumsi2 :
1. Biaya dapat diklasifikasikan kedalam BT dab BV
2. BV berubah secara proporsional dengan vol produksi atau penjualan
sedangkan BV per unit tetap konstan
3. Total BT tidak mengalami perubahan, meskipun ada perubahan
volume produksi atau penjualan, sedangkan BT per unit akan berubah
karena adanya perubahan volume kegiatan
4. Harga jual unit tetap konstan selama periode analisis
5. Perusahaan hanya membuat dan menjual satu jenis produk. Jika
membuat dan menjual lebih dari satu jenis produk, maka
perbandingan penjualan antara masing-masing produk (sales mix)
tetap konstan.
6. Kapasitas produksi pabrik relatif konstan
7. Harga faktor produksi relatif konstan
8. Efisiensi produksi tidak berubah
9. Perubahan pada persediaan awal dan persediaan akhir jumlahnya tidak
berarti
10.Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.
Keterbatasan :
1. Harga jual diasumsikan konstan, padahal dalam kenyataan tidak jarang
perusahaan memberikan potongan tunai
10. 2. BV/unit diasumsikan meningkat sampai mendekati kapasitas maksimum.
Padahal di dalam kenyataan tidak jarang kenaikan tingkat output
memerlukan tambahan biaya tetap berupa investasi baru
3. Apabila perusahaan menghasilkan beberapa produk maka diasumsikan
bahwa kombinasi produk yang dihasilkan konstan, meskipun
kenyataannya bahwa perubahan produk mix akan mempengaruhi
koefisien arah fungsi biaya.