SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 110
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Diterbitkan oleh : 
DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI BARAT 
JALAN KURUNGAN BASSI NO. 19 MAMUJU 
TELPON : 0426-21027 FAX 0426-22579 
WEBSITE : DINKES.SULBARPROV.GO.ID 
EMAIL : DINKESSULBAR@GMAIL.COM; FACEBOOK : PORTAL DINKES SULBAR
KATA PENGANTAR 
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan 
hidayah-Nya sehingga Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2009 ini 
i 
dapat tersusun. 
Profil Kesehatan ini memuat informasi penting tentang berbagai capaian 
program dan kegiatan pada tahun 2010. Informasi tersebut bisa menjadi salah 
satu tolak ukur keberhasilan pembangunan kesehatan di Propinsi Sulawesi 
Barat. Data yang digunakan dalam proses penyusunan buku profil kesehatan ini 
bersumber dari berbagai sektor baik sektor kesehatan maupun sektor di luar 
kesehatan. Data dan informasi yang disajikan masih terdapat banyak 
keterbatasan dan kekurangan. Banyak kendala dan tantangan dalam penyediaan 
data dan informasi tepat waktu, sehingga masih ada beberapa tabel yang belum 
terisi. Namun dengan segala keterbatasan dan kekurangan ini, saya berharap 
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2010 dapat dimanfaatkan dalam 
pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi serta 
digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi yang terkait dengan 
bidang kesehatan. 
Penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2010 ini 
merupakan tahun pertama penyusunan Profil dalam bentuk data terpilah 
menurut Jenis kelamin. Olehnya masih banyak terdapat kekurangan baik
kelengkapan maupun akurasi serta ketepatan waktu penyajiannya. Karena sifat 
manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. 
Untuk itu, diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari 
semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data/informasi yang akurat, 
tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah 
menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan 
Propinsi Sulawesi Barat, saya sampaikan terima kasih. 
Biilahi Taufik Walhidayah 
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 
ii 
Mamuju, 11 Juli 2011 
Kepala Dinas Kesehatan 
Propinsi Sulawesi Barat 
dr. H.Achmad Azis,M,Kes 
Nip. 19590515 198903 1 016
KATA SAMBUTAN 
GUBERNUR SULAWESI BARAT 
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 
Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan bimbingannya 
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat saat ini telah menyeleseaikan 
penyusunan Profil Kesehatan Sulawesi Barat yang mencakup seluruh 
kabupaten kota di Tanah Malaqbi, Sulawesi Barat. 
Saya menyambut gembira dengan terbitnya “Profil Kesehatan Provinsi 
Sulawesi Barat Edisi Tahun 2011. Meskipun berat dan banyak tantangan di 
dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya 
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat berhasil menghimpun data dan 
menyusunnya menjadi Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Edisi Tahun 
iii 
2011. 
Sebagai provinsi termuda, Sulawesi Barat dalam rangka mewujudkan cita-cita 
perjuangan pembentukan provinsi dibutuhkan akselarasi pembangunan di 
segala bidang khususnya pembangunan yang bersentuhan langsung dengan 
kehidupan rakyat seperti di sektor kesehatan guna mengejar ketertinggalan dan 
menciptakan kesejahteraan dan kesetaraan. Untuk melaksanakan program 
pembangunan yang telah dicanangkan RPJMD 2006-2011, tentunya 
dibutuhkan kerjasama dan koordinasi yang integral disemua bidang
pembangunan serta ketersediaan data dan informasi kesehatan di 5 kabupaten 
yang akurat, komprehensif serta bisa diakses dengan cepat dan dapat 
dimanfaatkan oleh berbagai pihak, baik dikalangan aparatur pemerintah 
maupun masyarakat pada umumnya, terkhusus bagi perencana, pelaksana dan 
iv 
pengawas pembangunan. 
Sehubungan dengan hal tersebut, maka buku Profil Kesehatan Provinsi 
Sulawesi Barat tahun 2010 yang diterbitkan oleh bagian data Dinas Kesehatan 
Provinsi Sulawesi Barat, patut dihargai dan mendapatkan apresiasi guna 
memenuhi kebutuhan informasi dan ekspose kesehatan dan permasalahannya 
di 5 kabupaten. 
Semoga buku ini yang memuat data dan informasi kesehatan dapat 
dimanfaatkan sebaik-baiknya dan kedepan, mutunya dapat lebih ditingkatkan 
lagi. 
Biilahi Taufik Walhidayah 
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 
Mamuju, 11 Juli 2011 
Gubernur Sulawesi Barat 
H. ANWAR ADNAN SALEH
VISI DAN MISI 
PROVINSI SULAWESI BARAT 
TAHUN 2006 – 2011 
VISI 
“Meningkatkan Derajat Kehidupan Yang Layak Bagi Masyarakat Sulawesi 
Barat, Serta Meningkatkan Kesetaraan Dengan Provinsi Lainnya”. 
MISI 
1. Meletakkan dasar-dasar tumbuhnya perekonomian yang sehat berbasis potensi 
v 
daerah. 
2. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat akan pangan, 
kesehatan dan pendidikan. 
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan hukum dan norma kehidupan 
bermasyarakat. 
4. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan kerukunan hidup antar umat 
beragama. 
5. Meningkatkan stabilitas ketentraman dan ketertiban, kerukunan, kesatuan dan 
persatuan warga masyarakat. 
6. Mengembangkan seni budaya dan olahraga sebagai penopang pembangunan 
yang berkebudayaan.
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan 
masyarakat yang setinggi-tingginya untuk mewujudkan Negara Indonesia 
menjadi bangsa yang sehat,maju, mandiri, sejahtera, adil dan makmur dengan 
sasaran meningkatnuya kualitas sumber daya manusia yang ditandai dengan 
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan 
Gender (IPG) dan semakin kuatnya jati diri dan karakter bangsa. 
Pembangunan kesehatan harus dilaksanakan dengan keterlibatan 
masyarakat luas dan dilaksanakan dengan semangat kemitraan lintas sektor, 
antara pemerintah dan sawasta, serta antara pusat dengan daerah. Pembangunan 
kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan : 1). Upaya kesehatan, 2). 
Teknologi dan Produk Teknologi Kesehatan, 3). Pembiayaan Kesehatan, 4). 
SDM Kesehatan, 5). Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan, 6). 
Manajemen, Informasi, Regulasi Kesehatan, dan 7). Pemberdayaan Masyarakat. 
Sesuai dengan amanat yang tertiuang dalam Rencana Pembangunan 
Jangka Menegngah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 dan Rencana 
Strategis Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 – 2014, yang ditujukan untuk 
meningkatkan status kesehatan setinggi-tingginya, serta mencapai MDG,s yang 
merupakan salah satu tugas penting dari Pemerintah. Diupayakan percepatan 
pencapaian target sasaran yang telah ditetapkan dengan pembangunan 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 1
kesehatan yang lebih focus, sistematis, terpadu, efisien, terintegrasi yang 
memerlukan kerjasama dan komitmen dari seluruh stakeholders. 
Untuk menjamin terlaksananya pembangunan secara efektif dan efisien 
khususnya dalam bidang Kesehatan maka diperlukan data dan informasi 
kesehatan yang cepat, tepat dan akurat sebagai bahan dasar penyusunan 
perencanaan pembangunan kesehatan yang sistematis, terarah, terpadu dan 
menyeluruh . Data yang akurat menjadi salah satu indikator penting dalam 
penyusunan perencanaan pembangunan kesehatan 
Tahun 2011 merupakan tahun pertama kali pelaksanaan Penyusunan 
Data dan Informasi dalam bentuk Profil Kesehatan 2010 yang berbasis data 
terpilah menurut jenis kelamin. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 
2010 adalah gambaran situasi kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat yang 
memuat berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama 
tahun 2010. Data dan informasi yang termuat antara lain data kependudukan, 
fasilitas kesehatan, pencapaian program-program kesehatan, masalah kesehatan 
dan lain sebagainya. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat ini disajikan 
secara sederhana dan informatif dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 2 
masyarakat luas. 
Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil Kesehatan Propinsi 
Sulawesi Barat bisa dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan/kemajuan 
pembangunan kesehatan yang telah dilakukan selama tahun 2010 dibandingkan 
dengan target yang sudah ditetapkan, sekaligus bisa dipakai sebagai bahan 
evaluasi perwujudan menuju Sulawesi Barat Malaqbi.
B. MAKSUD DAN TUJUAN 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 3 
I. Maksud 
Maksud dalam penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2010 adalah untuk memantapkan dan mengembangkan Sistem Informasi 
Kesehatan, sehingga dapat digunakan secara aplikatif sebagai acuan dalam 
manajemen pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan. 
II. Tujuan 
a. Tujuan Umum 
Memberikan informasi tentang program-program pembangunan 
kesehatan, pencapaian pembangunan kesehatan dan kinerja pembangunan 
kesehatan. 
b. Tujuan Khusus 
1. Tersedianya data tentang data geografi, demografi, dan sosial-ekonomi. 
2. Evaluasi keberhasilan upaya kesehatan 
3. Evaluasi kinerja pembangunan kesehatan 
4. Terciptanya suatu sistem informasi kesehatan yang dapat digunakan 
sebagai indikator pencapaian program dan kegiatan kesehatan 
C. SISTEMATIKA PENYAJIAN 
Profil Kesehatan diharapkan bisa lebih informatif, maka profil kesehatan 
ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut
Bab I – Pendahuluan. Bab ini secara ringkas menjelaskan latar belakang, 
maksud dan tujuan serta sistematika penulisan. Di dalamnya berisi pula uraian 
ringkas dari masing-masing bab. 
BAB II - Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum 
Propinsi Sulawesi Barat. Di dalamnya berisi uraian tentang keadaan geografis, 
keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan ekonomi, dan keadaan 
lingkungan di Propinsi Sulawesi Barat 
BAB III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini menyajikan situasi Derajat 
Kesehatan berisi uraian tentang angka kematian, angka kesakitan, dan keadaan 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 4 
gizi; 
BAB IV - Situasi Upaya Kesehatan . Bab ini membahas tentang upaya – upaya 
kesehatan yang telah dilaksanakan di Sulawesi Barat sampai tahun 2010. 
BAB V - Tenaga Kesehatan berisi uraian tentang jenis tenaga kesehatan, unit 
kerja penempatan tenaga kesehatan, dan persebaran tenaga kesehatan di unit 
kerja Propinsi Sulawesi Barat 
**************
BAB II 
GAMBARAN UMUM 
A. KEADAAN GEOGRAFI 
Sulawesi Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang cukup 
strategis karena berada diantara dua Provinsi, yaitu Sulawesi Selatan dan 
Sulawesi Barat. Provinsi Sulawesi Barat sebelah barat berbatasan langsung 
dengan Selat Makassar, Sebelah timur berbatasan dengan Sulawesi Selatan, 
sebelah utara berbatasan dengan Sulawesi tengah dan Sulawesi selatan 
berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan. 
Gambar 2.1 
Peta Provinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2010 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 5
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat sebesar 16.787 km2, secara 
administratif terbagi menjadi 5 kabupaten, yang tersebar menjadi 68 kecamatan 
dan 603 desa/kelurahan. Wilayah terluas adalah Kabupaten Mamuju dengan 
luas 8.014 km2, atau sekitar 48% dari luas total Provinsi Sulawesi Barat, 
sedangkan Kabupaten Majene merupakan wilayah yang luasnya paling kecil di 
Sulawesi barat, yaitu seluas 948 km2. 
Secara topografi, wilayah Sulawesi Barat memiliki kondisi yang 
bervariasi yaitu pegunungan, perbukitan, dataran rendah, pesisir pantai serta 
rawa-rawa. Sebagian besar wilayah di Sulawesi Barat merupakan daerah yang 
sulit dijangkau disebabkan kondisi daerah yang sangat berat sehingga hanya 
bisa dilalui dengan kuda dan jalan kaki. Disamping itu masih terdapat 
sekelompok masyarakat terasing yang menutup diri dari kemajuan ilmu 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 6 
pengetahuan. 
B. KEADAAN PENDUDUK 
1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk 
Jumlah penduduk Sulawesi Barat tahun 2010 (Hasil Estimasi Dinas 
Kesehatan masing-masing kabupaten) sebesar 1.168.807 Jiwa. Dengan luas 
wilayah sebesar 16.787 km2,maka rata – rata kepadatan penduduk di Sulawesi 
Barat sebesar 69 jiwa untuk setiap kilometer persegi (km2). Wilayah terpadat 
adalah Kabupaten Polewali Mandar, dengan tingkat kepadatan penduduk 
sekitar 196 jiwa per kilometer persegi (km2). Wilayah terlapang di Sulawesi 
Barat adalah Kabupaten Mamuju, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar
45 jiwa per kilometer persegi (km2). Dengan demikian dapat dilihat bahwa 
persebaran penduduk si Sulawesi Barat belum merata. 
Dengan jumlah rumah tangga sebesar 258.583 rumah tangga, maka rata-rata 
jumlah rumah tangga di Sulawesi Barat adalah 5 Jiwa untuk setiap rumah 
tangga. Jumlah penduduk tertinggi berada di Kabupaten Polewali Mandar dan 
terendah di Kabupaten Mamuju Utara. Data mengenai kependudukan dapat 
dilihat pada tabel lampiran 1. 
2. Rasio Jenis Kelamin 
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis 
kelamin yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan 
per 100 penduduk. Berdasarkan hasil proyeksi Dinas Kesehatan Kabupaten 
tahun 2010 didapatkan jumlah penduduk laki-laki di Sulawesi Barat sulit 
ditentukan karena kelengkapan data yang kurang dari kabupaten. Data 
mengenai Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) dapat dilihat pada lampiran tabel 2. 
3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur 
Struktur/komposisi penduduk Sulawesi Barat menurut umur dan jenis 
kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki maupun perempuan mempunyai 
proporsi terbesar pada kelompok umur 10 – 14 tahun dan 5 – 9 tahun. 
Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 7 
tabel 3.
C. KEADAAN EKONOMI 
1. Produk Domestik Bruto (PDRB) 
Perekonomian Sulawesi Barat pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan 
yang spektakuler menembus angka dua jilid sebesar 11,91%. Laju pertumbuhan 
tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi sejak terbentuknya Sulawesi Barat 
dan merupakan pertumbuhan tertinggi kedua dari 33 Provinsi di Indonesia 
setelah Provinsi Papua Barat yang tumbuh 26,82%, sementara nasional hanya 
tumbyh 6,1%. Pada tahun 2010 nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 
mencapai Rp 4.744,31 milyar, sedangkan tahun 2009 sebesar Rp. 4.239,46 
milyar. Berdasarkan harga berlaku, PDRB tahun 2010 bertambah sebesar 
Rp.1.583,24 Milyar yakni dari Rp. 9.403,38 milyar pada tahun 2009 menjadi 
sebesar Rp. 10.986,62 milyar pada tahun 2010. 
Tabel 2.1 
Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB menurut Sektor 
Tahun 2009 – 2010 
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Barat, 2010 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 8
Tiga sektor utama penggerak ekonomi di Sulawesi Barat adalah sektor 
pertanian; sektor jasa – jasa 16,11% dan sektor perdagangan hotel, dan restoran 
13,01%. Dari sisi penggunaan, pada tahun 2010 sebagian besar PDRB 
digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, yaitu sebesar 66,83% 
persen. Kemudian sisanya digunakan untuk konsumsi pemerintah 22,65%, 
pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik 12,18 persen, ekspor 15,25 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 9 
persen. 
PDRB per kapita secara tidak langsung bisa dijadikan sebagai salah satu 
indikator untu memakmurkan suatu wilayah. 
Pada tahun 2010 angka PDRB mencapai Rp. 10.986.624,75 bertambah 
sekitar 16,84% atau lebih cepat sekitar 5,46% jika dibandingkan dengan PDRB 
tahun 2009. Dari jumlah angka PDRB per kapita Sulawesi Barat mencapai Rp. 
9.444.174 atau naik 13,90 persen jika dibandingkan dengan tahun 2009. 
Tabel 2.2 
PDRB Per Kapita Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009 dan 2010 
Uraian 2009 2010 
1 2 3 
PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku 
Nilai (Rp) 8.291.689 9.444.174 
Indeks Peningkatan (Persen) 10,04 13,90 
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Barat, 2010
D. KEADAAN PENDIDIKAN 
Keadaan pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah 
dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu daerah. Melalui 
pengetahuan, pendidikan berkonstribusi penting terhadap perubahan perilaku 
kesehatan masyarakat. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan 
merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi 
keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. 
Angak buta huruf berkolerasi dengan angka kemiskinan. Sebab, 
pendududk yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan 
mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan kepada 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 10 
kemiskinan. 
Berdasarkan data BPS 2010, persentase penduduk usia 5 tahun keatas 
yang melek huruf di Sulawesi Barat sebesar 84,86%, artinya persentase 
penduduk usia 5 tahun keatas yang bisa membaca serta mengerti sebuah 
kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Penggunaan AMH adalah untuk 
mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama 
didaerah pedesaan di Indonesia terutama didaerah di Sulawesi Barat; 
menunjukkan kemampuan penduduk suatu wilayah dalam menyerap informasi 
daer beberapa media dan menunjukkan kemapuan untuk berkomunikasi secara 
lisan dan tertulis. 
E. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN 
1. Sarana Air Bersih yang Digunakan dan Akses Air Minum yang 
Aman
Berbagai sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih 
bagi penduduk baik untuk keperluan air minum, masak, mencuci dan keperluan 
lainnya. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan akan 
air bersih semakin bertambah. Berbagai upaya yang dilakukan agar akses 
masyarakat terhadap air bersih meningkat, salah satunya melalui pendekatan 
partisipatori yang mendorong masyarakat berperan aktif dalam pembangunan 
perpipaan air bersih di daerahnya. 
Di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 telah memiliki akses 
terhadap air bersih. Keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih di 
Provinsi Sulawesi Barat masih tergolong sedikit mengingat air bersih adalah 
salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. 
Gambar 2.2 
Persentase Cakupan Air Sehat di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010. 
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 11
2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar 
Jumlah sarana sanitasi dasar yang mencakup jamban, tempat sampah dan 
pengelolaan air limbah/SPAL di Provinsi Sulawesi Barat tiap tahunnya 
mengalami peningkatan. Namun tidak semua kepala keluarga (KK) yang 
memiliki sarana sanitasi dasar dan memenuhi syarat kesehatan yang baik. 
Jumah KK dengan jamban di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 
jamban sehat sebesar 85,80%. Untuk kepemilikan tempat sampah sehat sebesar 
28,84%. Cakupan SPAL sehat sebesar 22,20%. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 12 
3. Rumah Sehat 
Rumah adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi 
sebagai tempat tinggal atau hunian dan saran pembinaan keluarga. Sebuah 
rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat hidup sehat, mampu 
beraktifitas dan berkarya untuk meningkatkan produktifitas diri dan keluarga. 
Secara umum dikatakan sehat apabila memenuhi beberapa kriteria, diantaranya 
adalah memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, 
pembuangan air limbah, ventilasi baik, lepadatan hunian rumah yang sesuai dan 
lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. 
Jumlah rumah yang berperilaku hidup bersih dan sehat di Provinsi 
Sulawesi Barat tahun 2010 sebesar 40,90%, rumah sehat sebesar38,04% dan 
rumah bebas jentik sebesar 48,69%
Gambar 2.3 
Persentase Cakupan Rumah Sehat 
Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2010 
4. Akses Keluarga terhadap Air Sehat 
Berbagai sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih 
bagi penduduk baik untuk keperluan air minum, masak, mencuci dan keperluan 
lainnya. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan akan 
air bersih semakin bertambah. Berbagai upaya yang dilakukan agar akses 
masyarakat terhadap air bersih meningkat, salah satunya melalui pendekatan 
partisipatori yang mendorong masyarakat berperan aktif dalam pembangunan 
perpipaan air bersih di daerahnya. 
Di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 telah memiliki akses 
terhadap air bersih. Keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih d 
Provinsi Sulawesi Barat masih tergolong sedikit mengingat air bersih adalah 
salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 13
5. Sanitasi Dasar 
Jumlah sarana sanitasi dasar yang mencakup jamban, tempat sampah dan 
pengelolaan air limbah/SPAL di Provinsi Sulawesi Barat tiap tahunnya 
mengalami peningkatan. Namun tidak semua kepala keluarga (KK) yang 
memiliki sarana sanitasi dasar dan memenuhi syarat kesehatan yang baik. 
Jumah KK dengan jamban di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 
jamban sehat sebesar 85,80%. Untuk kepemilikan tempat sampah sehat 
sebesar 28,84%. Cakupan SPAL sehat sebesar 22,20%. 
Gambar 2.4 
Persentase Cakupan Sanitasi Dasar Menurut Kabupaten Tahun 2010 
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2010 
6. Tempat – Tempat Umum dan Institusi Kesehatan 
Tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan (TTUPM) adalah 
sarana kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, 
swasta atau perorangan yang langsung digunakan dan banyak dikunjungi oleh 
masyarakat (hotel, restauran/rumah makan, pasar dan lain-lain). Kategori 
TTUPM yang dikategorikan sehat adalah yang memenuhi akses sanitasi dasar 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 14
(tersedianya air bersih, jamban, pembungan sampah dan limbah, ventilasi dan 
pencahayaan yang dan luas ruangan sesuai). 
Jumah TTUPM di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 telah 
diperiksa dan pemeriksaan pemenuhan syarat kesehatan dasar. Capaian yang 
diperoleh masih dibawah target Indonesia Sehat 2010 sebesar 80%. Cakupan 
tertinggi pada TTUPM Hotel sebesar 76,47% dan terendah pada TTU lainnya 
sebesar 30,29%. Hal ini tentunya harus mendapatkan tindak lanjut yang cukup 
dengan upaya pembinaan intensif terhadap pengelola TTUPM. Institusi yang 
dibina kesehatan lingkungannya meliputi sarana kesehatan, sarana pendidikan, 
sarana ibadah, perkantoran dan sarana lainnya. Pembinaan yang dilakukan 
berupa manajemen kontrol dan kendali mutu bagi institusi yang dibina. 
Cakupan tertinggi pada Instalasi Air Minum sebesar 88,24% dan terendah pada 
sarana lainnya sebesar 0,00%. Jumlah institusi yang dibina masih cukup kecil 
dibandingkan jumlah institusi yang ada, namun akan ditingkatkan pada tahun-tahun 
berikutnya terutama pada institusi lainnya. Pembinaan ini dilakukan 
secara berkelanjutan dengan pengawasan yang ketat sehingga dapat menjaga 
kesehatan pada masyarakat atau orang yang berada pada intitusi tersebut. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 15
BAB III 
SITUASI DERAJAT KESEHATAN 
Gambaran masyarakat Provinsi Sulawesi Barat masa depan yang ingin 
dicapai oleh segenap kelompok masyarakat melalui pembangunan kesehatan 
Provinsi Sulawesi Barat adalah “Terwujudnya Masyarakat Sulawesi Barat 
Yang Sehat Maju dan Amanah”. Untuk mewujudkan visi tersebut ada lima 
misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing 
jenjang administrasi pemerintahan, yaitu meningkatkan jangkauan dan kualitas 
pelayanan kesehatan, Menjamin pemerataan sumber daya kesehatan, 
Memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, Mendorong percepatan 
pelaksanaan pembangunan kesehatan daerah tertinggal dan daerah perbatasan 
dan menciptakan manajemen kesehatan yang akuntabel. 
Guna mempertegas rumusan visi “Terwujudnya Masyarakat Sulawesi 
Barat Yang Sehat Maju dan Amanah” maka ditempuh strategi percepatan 
berupa mewujudkan komitemen pembangunan berwawasan kesehatan, 
Profesioanalisme Unit Kerja, mempercepat pemerataan pelayanan kesehatan 
yang berkualitas di daerah terpencil dan kepulauan dengan strategi 
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan Melaksanakan 
jejaring Pembangunan Kesehatan. 
Adapun situasi derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Sulawesi Barat 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 16 
adalah sebagi berikut :
F. ANGKA KEMATIAN 
Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat 
menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat 
permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologic secara tidak 
langsung. Disamping itu dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian 
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. 
A. Angka Kematian Bayi 
Angka kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-12 bulan) 
per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB dapat 
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan 
dengan factor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi 
ibu hami, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan 
dan social ekonomi. Bila AKB disuatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan 
diwilayah tersebut rendah. 
AKB di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 sebesar 15,2/1000 kelahiran 
hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 11,7/1000 
kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target Nasional dalam RPJMN 
24/1000 kelahiran hidup, maka AKB Provinsi Sulawesi Barat sudah melampaui 
target Nasional, demikian juga bila dibandingkan dengan target yang 
diharapkan dalam MDD (Millennium Development Goals) tahun 2015 yaitu 
23/1000 kelahiran hidup. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 17
Peningkatan AKB di Provinsi Sulawesi Barat satu tahun terakhir dapat 
memberi gambaran pelayanan kesehatan yang belum terjangkau secara merata 
keseluruh lapisan masyarakat. 
Penyebab kematian Anak paling besar adalah Asfiksia dan BBLR yang 
mencapai 41 % dari total kematian anak 323 Jiwa selama tahun 2010. Selain itu 
Anak lebih banyak meninggal di rumah. Hal ini mengindikasikan kurangnya 
kesadaran masyarakat untuk membawa anakanya ke Pusat pelayanan kesehatan 
untuk memeriksakan diri. 
Gambar 3.5 
Angka Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2006-2010 
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 
B. Angka Kematian Balita 
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian balita (1 – 5 
tahun) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA dapat 
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak balita, tingkat pelayanan 
KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu, dan kondisi 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 18 
sanitasi lingkungan.
Angka kematian balita atau AKABA menggambarkan peluang untuk 
meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan 
laporan Dinas kesehatan 5 Kabupaten di Propinsi Sulawesi Barat, Angka 
kematian balita tahun 2007 sebesar 6,4 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2008 
mengalami penurunan menjadi 1,1 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 
2009 meningkat lagi menjadi 2,28 per 1000 kelahiran hidup, dan tahun 2010 
menurun menjadi 1,22 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menandakan Angka 
Kematian Balita 3 tahun terakhir sifatnya fluktuatif 
Kasus kematian Balita berhubungan erat dengan kondisi lingkungan, 
perilaku, infeksi penyakit, status gizi dan imunitas serta mutu dari pelayanan 
kesehatan. Format pelaporan program KIA yang selama ini digunakan tidak 
bisa mengakomodasi jumlah kematian balita yang ada di wilayah kerja 
Puskesmas sehingga data kematian balita (1 – 4 th) tidak bisa diketahui. 
Tabel 3.3 
Kematian Balita di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2008-2010 
NO KABUPATEN 
Tahun 
2008 2009 2010 
1. Polewali Mandar 3 3 1 
2. Mamasa - 2 0 
3. Mamuju Utara 5 10 4 
4. Majene 4 18 8 
5. Mamuju 9 11 12 
Jumlah 21 44 25 
Angka Kematian 1,1 2,28 1,22 
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Suawesi Barar 2011 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 19
Gambar 3.6 
Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup 
Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2007-2010 
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 
Pada gambar 3.6 nampak bahwa Angka Kematian Balita selama periode 
2007-2009 menunjukkan flukstuasi dan mengalami penurunan pada tahun 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 20 
2010. 
Penyebab kematian terbanyak yang dilaporkan adalah penyebabnya tidak 
diketahui (lainnya) sebanyak 17, kemudian ISPA, diare dan malaria. Kategori 
penyakit lainnya bisa saja karena trauma, meningitis, kelainan bawaan dll. 
Kabupaten Mamuju mempunyai jumlah kematian balita (1 - 5 thn) yang 
terbanyak dalam 1 tahun (tahun 2010) yaitu 12 orang , kemudian Kab. Majene, 
Matra dan Polman. Jumlah kematian balita ini bisa juga disebabkan karena 
belum adanya Dokter Spesialis Anak di Kabupaten . 
Data kematian balita ini termasuk dalam indikator pemantauan pada 
cakupan pelayanan anak balita (12-59 bulan). Jadi, kasus kematian yang terjadi 
tergantung dari peran tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan sesuai
standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantuan 
perkembangan min 2x setahun dan pemberian vitamin A 2x setahun. Termasuk 
dalam pelayanan mendapatkan MTBS, khusus untuk anak yang sakit sehingga 
kematian dapat dicegah. 
C. Angka Kematian Ibu 
AKI yang didefinisikan sebagai banyaknya kematian perempuan pada 
saat hamil atau bersalin per 100.000 kelahiran hidup yang disebabkan oleh 
kehamilan atau pengelolaannya, kecuali yang disebabkan oleh kecelakaan. 
Angka kematian Ibu merupakan salah satu indikator penting yang 
merefleksikan derajat kesehatan di suatu daerah, yang mencakup tingkat 
kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan Ibu, kondisi kesehatan 
lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama bagi ibu hamil, ibu 
melahirkan dan ibu pada masa nifas. 
Kesehatan Ibu hamil/bersalin dan AKI memiliki korelasi erat dengan 
kesehatan bayi dan AKB. Faktor kesehatan ibu saat ia hamil dan bersalin 
berkontribusi terhadap kondisi kesehatan bayi yang dikandung serta resioko 
bayi yang dilahirkan dengan lahir mati (still birth) atau yang mengalami 
kematian neonatal dini (umur 0-6 hari). 
Sebagai Provinsi baru Sulawesi Barat belum memiliki data statistik vital 
yang langsung dapat menghitung Angka Kematian Ibu (AKI). Jumlah 
Kematian Ibu didapatkan dengan mengumpulkan informasi dari Puskesmas 
semasa kehamilan, persalinan atau selama melahirkan. Seperti indikator 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 21
kesehatan lain pada umumnya, terdapat perbedaan AKI antar wilayah di 
Sulawesi Barat. Berdasarkan data Jumlah Kematian Ibu di provinsi Sulawesi 
Barat pada tahun 2010 di lima kabupaten menunjukkan bahwa kabupaten 
Mamuju Utara dan Majene mempunyai jumlah kematian Ibu yang paling 
rendah yaitu 6 ibu di bandingkan dengan Polman (13 ibu), Mamuju yang 
sampai 10 ibu yang meninggal dan Mamasa 9 ibu yang meninggal pada tahun 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 22 
2010. 
Angka Kematian Ibu per tahun di Provinsi Sulawesi Barat belum dapat 
ditentukan karena jumlah kelahiran hidup di Sulawesi Barat pada tahun 2010, 
sebesar 20.973 kelahiran hidup. Sedangkan konstanta yang digunakan dalam 
perhitungan Angka Kematian Ibu adalah per 100.000 kelahiran hidup. Jadi 
dalam buku ini penyusun hanya menuliskan angka absolut atau jumlah 
sebenarnya, tetapi rumus yang dikeluarkan dari Kementerian Kesehatan 
menjadi pedoman untuk menentukan target setiap wilayah. 
Tabel 3.4 
Jumlah Kematian Ibu di Propinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2008,2009 dan 2010 
No Kabupaten 
Tahun 
2008 2009 2010 
1 Polewali Mandar 17 12 13 
2 Mamasa 5 8 9 
3 
Mamuju 
Utara 
8 6 6 
4 Majene 9 11 6 
5 Mamuju 15 18 10 
Jumlah (Kab/Kota) 54 55 44 
Angka Kematian Ibu 
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011
Gambar 3.7 
Jumlah Kematian Ibu Maternal Sulawesi Barat 
Tahun 2006-2010 
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Barat. 2011 
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kematian ibu dari tahun ke 
tahun terdapat trend penurunan. Pada tahu 2010 kematian ibu tertinggi adalah 
Kabupaten Polman sebanyak 13 orang dengan penyebab tertinggi adalah 
pendarahan (6 orang) dan hipertensi dlm kehamilan (5 orang). Kemudian 
Kabupaten Mamuju sebanyak 10 orang dengan penyebab kematian ibu adalah 
pendarahan (2 orang), abortus (1 orang), partus lama (3 orang) dan lain – lain 
(4 orang). Selanjutnya Kabupaten Mamasa sebanyak 9 orang dengan penyebab 
tertinggi adalah pendarahan (3 orang). Kematian ibu terendah periode Januari – 
Desember 2010 adalah Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju Utara, hal 
ini disebabkan karena kemitraan bidan dan dukun di Kabupaten Majene sudah 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 23 
berjalan dengan baik.
Secara umum penyebab kematian ibu yang tertinggi adalah perdarahan 
(19 orang) hal ini disebabkan karena masih banyaknya ibu melahirkan ditolong 
selain tenaga kesehatan dan bukan di tempat fasilitas kesehatan. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 24 
B. Morbiditas 
Morbiditas adalag angka kesakitan (insidensi atau prevalensi) dari suatu 
penyakit yang terjadi pada suatu populasi dalam kurun waktu tertentu. 
Morbiditas berhubungan dengan terjadinya atau terjangkitnya penyakit didalam 
populasi, baik fatal maupun non-fatal. Angka morbiditas lebih cepat 
menentukan keadaan kesehatan masyarakat dari pada angka mortalitas, karena 
banyak penyakit yang mempengaruhi kesehatan hanya mempunyai mortalitas 
yang rendah. 
1. Penyakit terbanyak di Rumah Sakit 
Penyakit terbesar di rumah sakit sepanjang tahun 2010 di Sulawesi Barat 
menurut catatan Bidang Pelayanan Medik Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi 
Barat menunjukkan pasien yang paling banyak berkunjung adalah pasien 
dengan faktor yang mempengaruhi keadaan kesehatan dan berhubungan dengan 
pelayanan kesehatan. 
Perincian penyakit yang melakukan kunjungan rawat jalan di rumah sakit 
menurut catatan Bidang Pelayanan Medik Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi 
Barat tahun 2010 adalah sebagai berikut : 
Kunjungan terbesar pertama rawat jalan adalah Diare dengan Jumlah 
kunjungan 1888 orang dan penyakit kedua adalah Demam Berdarah dengan 
jumlah kunjungan 1232 orang.
Tabel 3.5 
Jumlah Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Jalan 
Dirumah Sakit Di Sulawesi Barat Tahun 2010 
Daftar Penyakit Jumlah Kasus 
Demam Berdarah 1232 
Kolera 450 
Diare 1880 
TBC 313 
Tetanus 21 
Kusta 36 
Malaria 1023 
Diphteria 1112 
Gigitan anjing gila 35 
Sumber : Bina Pelayanan Medik Dinkes Sulbar tahun 2011 
Sedangkan pasien rawat inap terbanyak menunjukkan pola yang sedikit 
berbeda. Malaria menjadi kasus terbanyak yaitu 1342 kasus. 
Tabel 3.6 
Jumlah Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Jalan 
Dirumah Sakit Di Sulawesi Barat Tahun 2010 
Daftar Penyakit Jumlah Kasus 
Demam Berdarah 936 
Kolera 235 
Diare 1627 
TBC 504 
Tetanus 53 
Kusta 21 
Malaria 1342 
Diphteria 823 
Gigitan anjing gila 21 
Sumber : Bidang Bina pelayanan Medik Dinkes Sulbar Tahun 2011 
2. Penyakit Menular 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 25 
a. Malaria 
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya 
pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millennium Development 
Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa).
Plasmodium yang ditularkan melaui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah 
endemis malaria di Sulawesi Barat pada umumnya adalah desa – desa terpencil 
dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi 
yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan social 
ekonomi masyarakat yang rendah. 
Direktorat Jenderal PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan 
stratifikasi endemisitas malaria di suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 26 
yaitu: 
1. Endemis tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk 
2. Endemis sedang bila API berkisar antara 1 - < 5 per 1.000 penduduk 
3. Endemis rendah bila API 0 – 1 per 1.000 penduduk 
4. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria 
(Daerah pembebasan malaria) atau API = 0. 
Guna mencapai target yang di canangkan secara nasional maka ada 
beberapa program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat 
diantaranya sebagai berikut : 
1. Gebrak Malaria yang bertujuan untuk memastikan 80% dari masyarakat 
yang beresiko terjangkit malaria mendapatkan perlindungan melalui 
metode pengendalian vector yang sesuai keadaan setempat; 80% 
penderita malaria didiagnosis dan diobati dengan menggunakan 
antimalarial yang adekuat; 80% perempuan ibu hamil didaerah penularan 
yang stabil mendapat perawatan pencegahan berkala (IPTp); dan beban 
akibat penyakit malaria berkurang sampai 50% dan pada tahun 2015,
penyakit dan kematian akibat malaria berkurang 75 persen dibandingkan 
dengan tahun 2005, tervapainya target MDG dan intervensi efektif 
diterapkan secara universal 
Tabel 3.7 
Strategi Kampanye Gebrak Malaria 
Strategi Utama Tujuan Utama 
Memobilisasi dan memberdayakan 
masyarakat menuju hidup sehat 
Semua desa menjadi “desa siaga”- 
pemberdayaan dan pelibatan 
masyarakat dalam pemberantasan 
dan pengendalian malaria dan 
penyakit lain yang merupakan 
masalah utama kesehata 
Meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan 
yang berkualitas 
Setiap bayi, anak dan kelompok 
resiko tinggi terlindung dari 
penyakit-penyakit 
Memperbaiki sistem surveilans, monitoring 
dan informasi 
Setiap kejadian penyakit dilaporkan 
secara tepat waktu dan akurat kepada 
dinas kesehatan terdekat 
Setiap kejadian luar biasa/wabah 
dikendalikan secara cepat dan tepat 
Peningkatan ketersediaan pendanaan malaria 
2. Penelitian Malaria terpadu kerjasama Universitas Hasanuddin dengan 
Dinas Kesehatan Sulawesi Barat. Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten 
Mamuju yang merupakan daerah endemis malaria tinggi di Sulawesi 
Barat dan berlangsung selama 3 tahun mulai 2010 – 2012. 
Di Sulawesi Barat terdapat dua kabupaten yang termasuk dalam daerah 
Endemis tinggi yakni Mamuju dan Mamuju Utara. Kondisi wilayah yang ada 
menjadi salah satu faktor tingginya kasus malaria di kedua wilayah tersebut di 
bandingkan dengan wilayah lain di Sulawesi Barat. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 27
API Sulawesi Barat pada tahum 2010 adalah 6,7 per 1.000 penduduk 
Sulawesi barat. Di hubungkan dengan target MDGs angka API Sulawesi Barat 
masih sangat tinggi. Begitupula dengan target nasional yang menekan jumlah 
kasus menjadi kurang dari 1 per 1000 kasus malaria positif yang ditemukan 
melalui pelayanan rutin. Sulawesi Barat mesti memacu diri untuk mencapai 
target nasional Indonesia bebas malaria tahun 2030. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 28 
b. TB Paru 
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh 
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar 
melalui droplet orang yang telah terinfeksi hasil TB. Bersama dengan malaria 
dan HIV AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi 
komitmen global dalam MDGs. 
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case 
Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru TBA Positif yang 
ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang 
diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Kementerian Kesehatan menetapkan 
target CDR minimal pada tahun 2010 sebesar 70%. 
Dalam upaya peningkatan efektifitas pengendalian TB, Sulawesi Barat 
telah melakukan upaya penguatan DOTS yang merupakan kebijakan nasional 
dalam pengendalian Tuberkulosis. Kunci utama dalam DOTS yaitu : komitmen, 
doagnosa yang benar dan baik. Ketersediaan dan lancarnya distribusi obat, 
pengawasan penderita menelan obat dan pencatatan dan pelaporan penderira 
dengan baik dan benar dengan sistem kohort.
Gambar 3.8 
Angka Penemuan Kasus (CDR) Per Kabupaten 
Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 
Sumber : Program P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 
Angka penemuan kasus Case Detection Rate (CDR) Sulawesi Barat tahun 
2010 Sulawesi Barat sebesar 47%. Kabupaten Majene adalah Kabupaten 
dengan pencapaian CDR sebesar 85% dan paling rendah adalah Kabupaten 
Mamuju Utara sebesar 24%. Sedangkan CDR Sulawesi Barat sebesar 47%. 
Sasaran ini masih belum mencapai target MDGs sebesar 70%. Hal ini tentu 
menjadi tantangan terbesar bagi Sulawesi Barat untuk dapat mencapai target 
MDGs pada tahun 2015. 
Tantangan yang dihadapi dalam upaya penanganan TB di Sulawesi Barat 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 29 
antara lain: 
1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengakibatkan tingginya resiko 
penyebaran infeksi. Hal ini terkait dengan advokasi, komunikasi dan 
mobilisasi social belum optimal, terbatasnya akses pelayanan dan belum 
maksimalnya kemitraan antara public-swasta;
2. Masih tingginya penemuan kasus yang belum diimbangi dengan 
ketersediaan pelayanan pengobatan yang memadai. Layanan pengobatan 
untuk TB secara rutin belum merata. 
3. Masih terbatasnya penguatan kebijakan pengendalian TB berbasis local di 
Sulawesi Barat. Diperlukan penguatan pelayanan kesehatan, informasi 
dan pendanaan tingkat daerah 
4. Belum optimalnya sistem informasi untuk penyusunan kebijakan berbasis 
fakta. Saat ini penerapan elemen strategi TB, penguatan sistem kesehatan, 
peran serta petugas kesehatan, ASCM, dan riset masih kurang optimal 
5. Masih terbatasnya sumber pendanaan untuk menanggulangi TB di 
Sulawesi Barat. Alokasi Dana bersumber Anggaran pendapatan Belanja 
Daerah hanya Rp. 48.060.000,00. Selama ini sumber dana pendanaan 
penanggulangan TB di Sulawesi Barat sebagian besar berasal dari 
bantuan luar negeri (GF TB). Untuk itu diperlukan peningkatan 
mobilisasi sumber daya local dan peningkatan efisiensi anggaran 
bersumber APBD dalam peningkatan program TB. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 30 
c. HIV AIDS 
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus (retrovirus) yang 
menginfeksi sel-sel sistem imunologi sehingga merusak sistem kekebalan tubuh 
manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kondisi 
kesehatan seseorang ketika HIV telah merusak sistem kekebalan terhadap 
penyakit Infeksi menular seksual (IMS) merupakan penyakit yang sangat erat 
keterkaitannya dengan kejadian HIV dan AIDS.
Keberadaan penderita HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es, dimana 
jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit dibandingkan penduduk 
yang terinfeksi dan diperkirakan pada tahun 2010 jumlah Orang Dengan HIV 
AIDS (ODHA) di Sulawesi Barat mencapai 000000 orang. Kondisi tersebut 
berkaitan dengan keadaan geografis Sulawesi Barat yang berada dalam posisi 
“Segitia emas” terletak diantara Sulawesi selatan dan Sulawesi Tengan dan 
berbatasan langsung dengan pulau Kalimantan menjadi salah satu faktor 
mobilisasi penduduk yang cepat. Selain itu banyaknya penduduk yang masuk 
menyebabkan adanya perubahan pola hidup dan perubahan perilaku seksual 
yang tidak aman serta penggunaan Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif 
lainnya (NAPZA) suntik yang semakin meluas. 
Tantangan lain yang dihadapi adalah terbatasnya akses terhadap 
pelayanan kesehatan dalam pencegahan, perawatan dan pengobatan HIV AIDS. 
Sistem layanan kesehatan perlu diperkuat dalam menangani kasus HIV/AIDS; 
terbatasnya alokasi anggaran dan ketersediaan dana yang berkesinambungan 
dalam pengendalian HIV/AIDS. Masalah dana menjadi kendala utama dalam 
mengani HIV/AIDS; masih lemahnya koordinasi linta sektor sistem monitoring 
dan evaluasi; dan masih terbatasnya fasilitas dan tenaga kesehatan baik dalam 
hal kuantitas dan kualitas maupun kapasitas dalam penanganan HIV AIDS. 
Upaya pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan memalui 
penyuluhan ke masyarakat, pembentukan klinik IMS dan Voluntary Concealing 
Test VCT di puskesmas, pengobatan dan pemeriksaan berkala penyakit 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 31
menular seksual, pengamatan darah donor dan kegiatan lain yang menunjang 
pemberantasan penyakit HIV/AIDS. 
Pengembangan jejaring HIV/AIDS serta kerjasama dengan Komisi 
Penanggulangan AIDS Nasional (KPA) tingkat provinsi dan kabupaten, Majelis 
Ulama (MU) serta organisasi masyarakat lainnya yang terkait merupakan usaha 
lain dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat dalam penanggulangan 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 32 
HIV/AIDS. 
Meski demikian jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Barat 
hingga tahun 2010 belum ada laporan secara tertulis penduduk yang tercatat 
sebagai penderita positif, namun penderita positif tersebut diperkirakan ada di 
sekitar kita. 
Untuk penyakit infeksi menular lainnya pada tahun 2010 di Sulawesi 
Barat tercatat sebanyak 516 orang. Kabupaten Mamuju menjadi kabupaten 
dengan jumlah penderita IMS terbesar 493 orang atau sekitar 95 % dari 
penderita penyakit infeksi menular lainnya yang tercatat di Sarana Pelayana 
Kesehatan 
d. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) 
ISPA seringkali menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan balita, 
dimana pneumonia diduga sebagai faktor utama penyebabnya. ISPA juga 
merupakan salah satu penyebab kunjungan berobat pasien di rumah sakit dan 
Puskesmas. 
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) atau Acute Respiratory 
Infection (ARI) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian
dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli termasuk 
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit 
ISPA yang menjadi fokus program kesehatan adalah Pneumonia, karena 
pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak. 
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru yang 
dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur dengan populasi rentan 
pada anak-anak usia kurang dari dua tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau 
orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). 
Gambar 3.9 
Penderita Pneumonia pada Balita 
Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2010 
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 
Berdasarkan laporan bidang pencegahan dan pengendalian penyakit dari 
dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Barat, kasus pneumonia 
mengalami penurunan yang cukup tajam dari tahun 2007. Pada tahun 2010 
kasus pneumonia menunjukkan adanya kecenderungan meningkat sehingga 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 33 
perlu diwaspadai.
Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang 
ditemukan harus mendapat tatalaksana sesuai standar. Target cakupan program 
ISPA nasional pada pneumonia balita sebesar 76% dari perkiraan jumlah kasus. 
Pada tahun 2009 cakupan penemuan kasus di Provinsi Sulawesi barat telah 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 34 
mencapai 100%. 
Gambar 3.10 
Penemuan dan Tata Laksanan Pneumonia pada Balita 
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat,2011 
e. Kusta 
Penyakit kusta atau disebut penyakit lepra adalah penyakit infeksi kronis 
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang menyerang syaraf 
tepi dan jaringan tubuh lainnya. Bila tidak ditangani dengan baik, kusta dapat 
menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, syaraf, 
anggota gerak dan mata.
Penyakit kusta menurut jenis penyakitnya dibedakan menjadi kusta Pausi 
Basiler (PB) dan kusta Multi Basiler (MB) dan pengobatannya disesuaikan 
dengan klasifikasi jenisnya. 
Strategi global WHO menetapkan indikator eliminasi kusta adalah angka 
penemuan penderita atau istilah bahasa inggrisnya Newly Case Detection Rate 
(NCDR) yang menggantikan indicator utama sebelumnya yaitu angka 
penemuan penderita terdaftar berupa prevalensi rate < 1/100.000 penduduk. 
Gambar 3.11 
Angka Penemuan Kasus Kusta Baru 
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2010 
Sumber : Bagian P2PL Dina Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 
Angka penemuan kasus kusta baru pada tahun 2010 mengalami 
penurunan yang cukup berarti, baik dari jenis PB ataupun MB. Sedangkan 
untuk persebarannya, kasus kusta terdapat di semua kabupaten dengan jumlah 
kasus yang berbeda-beda.Hal ini disebabkan masalah dalam pengelolaan 
pengendalian penyakit kusta baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 35
Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta di Indonesia, salah satu 
indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilannya adala angka proporsi 
cacat tingkat II (kecatatatn yang dapat dilihat dengan mata) sebesar 5% dan 
proporsi anak di antara kasus baru. Angka proporsi cacat tingkat II digunakan 
untuk menilai kinerja petugas dalam upaya peningkatan penemuan kasus. 
Angka proporsi cacat tingkat II yang tinggi mengindikasikan adanya 
keterlambatan dalam penemuan penderita yang dapat diakibatkan rendahnya 
kinerja petugas dan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai tanda-tanda 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 36 
dini penyakit kusta. 
Gambar 3.12 
Proporsi Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 
Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 
Sedangkan indikator proporsi anak di antara kasus baru mampu 
mempresentasikan penularan kusta yang masih terjadi di masyarakat.
Gambar 3.13 
Penderita Kusta Berdasarkan Kelompok Umur 
Menurut Umur di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010. 
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2011 
Prevalensi penyakit kusta di Provinsi Sulawesi Barat telah mengalami 
perubahan setiap tahunnya. Prevalensi penyakit kusta telah turun dari 
2,5/10.000 penduduk menjadi 1,6/10.000 penduduk pada tahun 2010, walaupun 
belm mencapai angka <1/10.000 penduduk. Sedangkan untuk persebarannya, 
kasus kusta terdapat di semua kabupaten dengan jumlah kasus yang berbeda-beda. 
3. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) 
AFP adalah kondisi abnormal yang ditandai dengan melemahnya, 
lumpuhnya atau hilangnya kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas secara tiba-tiba. 
Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit atau trauma yang mempengaruhi 
syaraf yang berhubungan dengan otot. AFP ini sering juga dijelaskan sebagai 
tanda cepat munculnya serangan seperti pada polio. 
Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dar 15 tahun dengan 
kelumpuhan yang sifatnya layuh yang terjadi secara mendadak. Sedangkan 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 37
AFP non polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan spesimen tinja tidak 
ditemukan virus polio liar yang ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus AFP 
dengan kriteria tertentu. 
Gambar 3.14 
Jumlah Kasus AFP [lumpuh layuh] 
Provinsi Sulawesi Barat tahun 2007-2010 
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 
Indikator keberhasilan ERAPO adalah ditemukannya kasus AFP minimal 
2/100.000 penduduk dan tidak ditemukannya kasus polio selama lima tahun 
berturut-turut. Penemuan kasus AFP di Sulawesi Barat dapat dilihat pada 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 38 
gambar berikut : 
Gambar 3.15 
AFP Rate tahun 2007 – 2010 
Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011 
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011
4. Penyakit Potensial KLB/Wabah 
a. Demam Berdarah 
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorraghic Fever) adalah 
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue serta disebarkan dengan 
perantaraan nyamuk Aedes Aegypty dan Aedes Albopictus yang hidup di 
genangan air bersih atau jernih di sekitar rumah atau tempat-tempat yang dapat 
menampung dan menjadi genangan air dan umumnya kasus ini mulai 
meningkat pada musim penghujan. 
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat 
ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sering muncul sebagai 
Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga menimbulkan kepanikan di masyarakat 
karena penyebarannya yang sangat cepat dan berpotensi menimbulkan kematian 
bila tidak mendapatkan penangan secara cepat dan tepat. 
Angka kesakitan DBD di Provinsi Sulawesi Barat sampai tahun 2010 
cukup tinggi walaupun secara umum mengalami penurunan dibandingkan 
tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 Kabupaten Mamuju dan Polewali 
Mandar memiliki kasus DBD yang meningkat dibanding tahun 2009. Dari 
seluruh kasus di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 tidak terdapat 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 39 
kematian. 
Kesigapan petugas di lapangan dalam penangan kasus DBD haruslah 
ditingkatkan dan dipertahankan. Seperti pada Kabupaten Mamuju Utara, 
Majene dan Mamuju telah melakukan penangan kasus DBD sebesar 100% dari
kasus yang ada. Pada Kabupaten Polewali Mandar tidak diperoleh data 
mengenai jumlah kasus dan pengobatan terhadap pasien yang ditemukan. 
Penderita Kusta Berdasarkan Kelompok Umur 
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010. 
18 20 
Gambar 3.16 
0 
58 
73 
169 
18 20 
11 7 0 
0 
58 
73 
169 
7 13 
0 
32 
42 
94 
26 31 
75 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 40 
200 
180 
160 
140 
120 
100 
80 
60 
40 
20 
0 
MAJENE POLMAN MAMASA MAMUJU MATRA SULBAR 
kasus dbd ditangani laki-laki perempuan 
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 
b. Diare 
Diare dapat didefinisikan sebagai perubahan konsistensi fases selain dari 
frekuensi buang air besar. Dikatakan diare apabila fases lebih berair dari 
biasanya. Diare juga didefinisikan bila Buang Air Besar (BAB) tiga kali atau 
lebih atau BAB lebih berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Sementara 
diare yang berdarah didefinisikan sebagai disentri. 
Selain angka kesakitan yang masih tinggi, penyakit diare juga sering 
menimbulkan KLB dengan tingkat CFR yang juga tinggi. Salah satu upaya 
menurunkan kematian akibat diare adalah dengan tatalaksana yang tepat dan 
cepat. Pengolahan, analisa, dan interpretasi data secara rutin juga akan
dilakukan, sebagai upaya kewaspadaan dini KLB Diare. Upaya ini dilakukan 
dengan mengadakan pelatihan petugas terintegrasi dengan pelatiha Manajemen 
Terpadu Balita Sakit (MTBS), serta pengamatan tatalaksana diare di puskesmas 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 41 
sentinel. 
Gambar 3.17 
Cakupan Penemuan Penderita Diare 
Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 
Untuk tahun 2010, kejadian diare tertinggi tercatat di Kabuapten Mamuju 
sebanyak 21.656 kasus melebihi kasus perkiraan kejadian diare dan terendah di 
Kabupaten Mamasa sebanyak 3.050 kasus yang masih belum mencapai target. 
Selain Kabupaten Mamuju, tidak ada kabupaten yang mencapai target 
penemuan kasus diare pada tahun 2010. 
Kasus diare pada balita di Provinsi Sulawesi Barat sudah mulai 
menunjukkan penurunan setiap tahunnya, walaupun tidak terlalu signifikan. 
Pada tahun 2008 sebesar 46,88% per 1.000 penduduk dan di tahun 2010 sebesar 
45,21% per 1000 penduduk. Dari 45.012 untuk semua kasus diare, telah
dilakukan penanganan kasus sebesar 43,89 %. Hal ini sangat jauh dari target 
penanganan kasus diare. 
Gambar 3.18 
Cakupan Penemuan Penderita Diare Menurut Golongan Umur 
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010. 
Sumber : Bagian P2Pl Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 
Upaya penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian zink, oralit 
dan penggunaan cairan infuse pada penderita serta melakukan tatalaksana diare 
karena dengan penanganan yang cepat dan tepat di tingkat rumah tangga maka 
diharapkan dapat mencegah terjadinya diare dengan dehidrasi berat yang dapat 
menyebabkan kematian. 
Gambar 3.19 
Cakupan Penggunaan Zink dan Oralit Bagi Penderita Diare 
Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2010 
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2010 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 42
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 43 
c. Filariasis 
Limpathic Filariasis adalah penyakit parasit dimana cacing filaria 
(Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori) menginfeksi jaringan 
limfe (getah bening). Parasit ini ditularkan pada manusia melalui gigitan 
berbagai jenis nyamuk yang telah terinfeksi dan kemudian menjadi cacing 
dewasa dan hidup di jaringan limfe. 
Penyakit ini sering menyebabkan menurunkan daya kerja dan 
produktifitas serta timbulnya cacat tubuh yang menetap atau permanen berupa 
pembesaran kaki, lengan dan alat kelaminsebagai tanda tingkat lanjut dari 
penyakit. Penyakit ini juga sering disebut Elefantiasis atau yang sering juga 
disebut penyakit kaki gajah karena penderitanya sering mengalami bengkak di 
kaki yang sangat besar menyerupai kaki gajah. 
Gambar 3.20 
Trend Kejadian Kasus Filariasis 
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 - 2010 
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 
Meskipun penyakit ini sudah menyebar di semua kabupaten/kota di 
Sulawesi Barat dan telah dilakukan survey pemetaan endemitas di beberapa
kabupaten/kota, namun hingga saat ini belum dapat diketahui secara akurat 
prevalensi dan jumlah penderita secara pasti. Penemuan kasus filariasis selama 
ini hanya setelah timbulnya tanda tingkat lanjut dari penyakit ini mengingat 
penyakit ini bersifat kronis. Belum pernah ditemukan orang yang menderita 
filaria secara dini walaupun orang tersebut bermukim di daerah endemis atau 
terdapat penderita filariasis disekitarnya. 
Dalam upaya mencapai eradikasi filariasis pada tahun 2020 diperlukan 
upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan memutus rantai 
penularan dan mengobati penderita untuk mencegah infeksi sekunder serta 
alat/sarana yang sensitive untuk penegakan diagnosis sehingga penderita dapat 
ditemukan dalam stadium dini dan sampai tidak menimbulkan kecatatan. 
Kegiatan pengobatan massal pada penderita filariasis belum pernah 
dilakukan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten selama tahun 2010. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 44
BAB IV 
SITUASI UPAYA KESEHATAN 
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu 
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya 
pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya 
kesehatan yang telah dilakukan di Provinsi Sulawesi Barat. 
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 
Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang sangat penting 
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan 
pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan 
sebagian besar masalah kesehatan dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan 
dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dan jaringannya 
adalah sebagai berikut : 
1. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN BAYI 
Seorang ibu mempunyai peran besar didalam pertumbuhan bayi dan 
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang 
sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga 
kelahiran dan masa pertumbuhan bayi / anaknya. 
Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi antara lain pelayanan antenatal, 
persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di sarana 
kesehatan mulai Posyandu sampai rumah sakit. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 45
a. Pelayanan Antenatal (K 1 dan K 4) 
Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga 
kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter 
umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman.Kegiatan 
pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, 
pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta 
pemberian tablet besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat 
kegiatan adalah promotif dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 46 
dan K4 
Cakupan K1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil, 
menggambarkan besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke 
fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Indikator ini 
digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal dan kemampuan 
program dalam menggerakan masyarakat. Cakupan K1 tahun 2010 sebesar 
96,7%, meningkat dibandingkan tahun 2009 sebesar 93,14%. 
Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan 
pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali kunjungan selama masa 
kehamilannya (sekali di trimester pertama, sekali di trimester kedua dan dua 
kali di trimester ketiga). Indikator ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat 
perlindungan dan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
Gambar 4.21 
Persentase cakupan pelayanan K1 DAN K4 ibu hamil 
Di Sulawesi Barat Tahun 2006-2010 
Sumber : Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, 2010 
Dari grafik tersebut terlihat cakupan K4 di Sulawesi Barat menunjukan 
peningkatan dalam empat tahun terakhir yang berarti terjadi peningkatan 
kualitas pelayanan pada ibu hamil di Sulawesi Barat, ini menunjukkan semakin 
kuatnya program memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama bagi ibu 
hamil cakupan tersebut memenuhi target SPM sebesar 90%. 
Cakupan pelayanan K4 menurut Kabupaten di Sulawesi Barat, dapat di 
lihat pada gambar 4.2 berikut. 
Gambar 4.2 
Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil 
Menurut Kabupaten Tahun 2010 
Sumber : Program Ibu dan Anak, Binkesmas Dinkes Sulbar 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 47
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa tahun 2010 presentase ibu 
hamil yang mendapat pelayanan ANC sampai 4 kali (cakupan K4) yang 
tertinggi adalah Kabupaten Majene (87,56%) setelah itu Kab. Polman dan yang 
terendah adalah Kabupaten Mamasa (69,73%). Persentase cakupan K4 semua 
kabupaten sudah melampaui target yang diberikan oleh Provinsi Sulawesi Barat 
yang disesuaikan dengan kondisi masing – masing kabupaten. Secara umum, 
presentase cakupan K4 semua kabupaten dan provinsi sudah melampaui target, 
kecuali Kabupaten Polman (79,42%) belum melampaui target (82,71%) 
sedangkan Kabupaten Mamuju (71,67%), Mamasa (62,18%) dan Kabupaten 
Matra (69,73%) serta Provinsi Sulawesi Barat (74,93%) telah melampaui target 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 48 
tahun 2010 (71,30%). 
Untuk dapat meningkatkan cakupan K4 dapat didukung dengan kegiatan 
Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K), kemitraan 
bidan dan dukun serta kelas ibu hamil dan juga dengan adanya program 
kelambu oleh GF ATM Round 8 Kesehatan Ibu dapat meningkatkan cakupan 
K4. 
Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa ibu 
hamil dengan memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader 
dapat mengenali tanda – tanda dan mendeteksi secara dini. 
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di semua kabupaten se Provinsi 
Sulawesi Barat terdapat penurunan cakupan K1 ke cakupan K4. Hal ini 
disimpulkan bahwa banyaknya K4 yang DO. Semua kabupaten se Provinsi 
Sulawesi Barat cakupan k1 lebih dari 30% ibu hamil dari sasaran telah
mendapatkan pelayanan antenatal care pada kehamilannya tapi melihat DO K1- 
K4 yang lebih dari 10% maka Provinsi Sulawesi Barat perlu penelusuran dan 
intervensi lebih lanjut. Salah satu penyebab DO tersebut adalah ibu yang kontak 
pertama (K1) dengan tenaga kesehatan, kehamilannya sudah berumur lebih dari 
3 bulan, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang 
kehamilannya. Sehingga diperlukan intervensi penelusuran ibu hamil dan 
mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya pemeriksaan kehamilan 
secara dini ke petugas kesehatan serta meningkatkan Program Perencanaan 
Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K) dan melakukan sweeping ibu 
hamil secara berkala di wilayah kerja masing – masing. 
Bila ibu hamil kontak pertama pada tenaga kesehatan (K1) bukan pada 
trimester 1 maka cakupan K4 nya pasti akan lebih kecil dari K1 karena 
dikatakan cakupan K4 bila memenuhi persyaratan 1 kali kontak dengan tenaga 
kesehatan pada kehamilan trimester 1, 1 kali kontak dengan tenaga kesehatan 
ada kehamilan trimester 2 serta 2 kali kontak dengan tenaga kesehatan pada 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 49 
kehamilan trimester 3 
b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang memiliki 
kompetensi Kebidanan 
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian 
besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan 
pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai 
kompetensi kebidanan (profesional).
Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh 
tenaga kesehatan mengalami fluktuasi. Tahun 2010 Cakupan pertolongan 
persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 73,1% meningkat di bandingkan tahun 
2008 sebesar 65,94% Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 
tahun 2006-2010 cenderung meningkat selama 3 tahun terakhir, hal dapat di 
lihat pada gambar 4.3 berikut ini : 
Gambar 4.23 
Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan 
Oleh tenaga Kesehatan Tahun 2006-2010 
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten 2006-2009 
Gambar 4.24 
Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan 
Oleh tenaga Kesehatan menurut kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2010 
Sumber : Program Ibu dan Anak, Dinkes Sulawesi Barat, 2011 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 50
Pada gambar 4.24 terlihat bahwa presentase ibu hamil yang melahirkan 
dengan ditolong oleh tenaga kesehatan ( cakupan PN) yang tertinggi adalah 
Kabupaten Majene (85,10%) kemudian Kabupaten Polman (81,94%) dan yang 
terendah adalah Kabupaten Mamuju Utara (56,94%). Kabupaten persentase 
cakupan PNnya melampaui target yang diberikan oleh Provinsi Sulawesi Barat 
yang disesuaikan dengan kondisi masing – masing kabupaten adalah kabupaten 
Majene (85,10%). Secara umum, presentase cakupan PN semua kabupaten dan 
provinsi sudah mendekati target bahkan capaian PN provinsi (73,12%) sudah 
mendekati target 73,53%. 
Untuk dapat meningkatkan cakupan K4 dapat didukung dengan kegiatan 
Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K), kemitraan 
bidan dan dukun, kelas ibu hamil serta pelatihan APN bagi bidan sehingga 
dapat menambah keterampilan bidan menangani persalinan disamping pelatihan 
– pelatihan lainnya yang menunjang peningkatan keterampilan bidan 
memberikan pelayanan di masyarakat. Serta membuat rumah tunggu untuk ibu 
hamil yang tempat tinggalnya jauh dari tenaga kesehatan dan fasilitas 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 51 
kesehatan. 
Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa dengan 
memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali 
tanda – tanda dan mendeteksi secara dini. 
c.Ibu Hamil Resiko Tinggi (Risti)/komplikasi yang ditangani
Risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan penyimpangan dari normal 
yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. 
Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb<8 %, Tekanan darah tinggi (Sistole 
>140 mmHg, diastole > 90 mmHg), Oedema nyata, ekslampsia, perdarahan 
pervaginam, ketuban pecah dinoi, letak lintang pada usia kehamilan > 36 
minggu, letak sungsang pada pramigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 52 
prematur. 
Dalam memberikan pelayan kuhususnya oleh tenaga bidan didesa dan 
puskesmas, beberapa ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti) memerlukan 
pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan 
pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan rujukan ke unit pelayanan 
kesehatan yang memadai. 
Pada tahun 2010 terdapat 27.502 ibu hamil di Propinsi Sulawesi Barat. 
Dari jumlah tersebut, terdapat sebanyak 5.500 ibu hamil risiko 
tinggi/komplikasi atau sebesar 20% dari jumlah ibu hamil yang ada. Jumlah ibu 
hamil risiko tinggi/komplikasi yang ditangani sebesar 3.178 ibu hamil atau 
sebesar 50,96% . 
Persentase Penanganan Komplikasi Ibu Hamil di Sulawesi Barat selama 
tahun 2006-2010 dapat di lihat pada gambar 4.25
Gambar 4.25 
Persentase Penanganan Komplikasi Ibu Hamil 
Di Sulawesi Barat Tahun 2010 
Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2011 
Presentasi cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani (PK) yang 
tertinggi adalah Kabupaten Polman (82,43%) dari hasil deteksi resiko oleh 
nakes 80,87% dan deteksi resiko oleh masyarakat 30,37% hal ini disebabkan 
karena Kabupaten Polman mempunyai 2 (dua) orang dokter obgyn (akhir april 
1 org obgyn pindah tugas) dan memiliki RS mampu PONEK yang menjadi 
pusat rujukan, kemudian Kabupaten Majene dapat menangani ibu hamil yang 
komplikasi sebesar 59,44% dari 111,68% yang dideteksi oleh nakes dan 
54,24% yang dideteksi oleh masyarakat dan yang terendah adalah Kabupaten 
Mamuju Utara (33,32%). Kabupaten Mamuju Utara tidak memiliki dokter 
obgyn sedangkan letaknya jauh dari Kabupaten Mamuju yang mempunyai 
dokter obgyn. Persentase cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani pada 
umumnya sudah melampaui target masing – masing kabupaten, kecuali 
Kabupaten Mamuju (26,90%) yang belum mencapai target kabupaten 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 53
(49,63%) padahal kabupaten mamuju diharapkan cakupan PK nya tinggi karena 
memiliki dokter obgyn, di kabupaten mamuju dari hasil deteksi resiko oleh 
nakes sekitar 68,88% dan deteksi resiko oleh masyarakat 12,79% dan yang 
ditangani hanya 26,90% sehingga ada 54,77% bumil beresiko yang tidak 
ditangani. Pencapaian PK Provinsi Sulawesi Barat (50,99%) telah melampaui 
target cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani (PK) 46,35% 
Untuk dapat meningkatkan cakupan PK dapat didukung dengan kegiatan 
Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K) sehingga 
ibu hamil yang komplikasi dapat lebih dini terdeteksi jika bumil melakukan 
ANC lengkap, dapat pula didukung oleh kegiatan pemeriksaan ibu hamil secara 
brkala dengan menggunakan USG Mobile yang dilakukan oleh dokter obgyn ke 
daerah yang sulit dijangkau, kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil sera 
PKM mampu PONED sehingga bila ada yang ditedeksi bumil resti oleh nakes 
maupun masyarakat dapat terlebih dahulu ditangani di PKM PONED sebelum 
dirujuk ke RS. Tapi kendala yang ada yaitu tim PONED di PKM masih banyak 
yang belum aktif memberikan pelayanan disebabkan oleh tiak adanya alat 
PONED serta seringnya terjadi pergeseran petugas kesehatan. 
Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa bumil 
resti yang perlu mendapatkan penanganan dengan memberikan sosialisasi 
penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali tanda – tanda dan 
mendeteksi secara dini. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 54
d. Pelayanan Nifas 
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ 
reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau 
pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 55 
pasca persalinan. 
Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan yang 
meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding perut, perineum, 
kandung kemih dan organ kandungan. Karena dengan perawatan nifas yang 
tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas. 
Pada tahun 2010 jumlah sasaran ibu bersalin di Sulawesi Barat sebanyak 
26.251 orang dan 20.184 (76,89) diantaranya telah mendapat pelayanan nifas 
sesuai standar. Capaian tertinggi dicapai beberapa kabupaten Majene (97,06%) 
dan terendah Mamuju Utara (68%) 
Gambar 4.26 
Cakupan Kunjungan Ibu Nifas 
Menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2010 
Sumber : Program Ibu dan Anak, Dinkes Sulawesi Barat 2010
e. Kunjungan Neonatus (KN2) 
Kunjungan neonatus adalah bayi usia 0-28 hari yang kontak dengan 
tenaga kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan minimal tiga kali 
yaitu dua kali pada umur 0 -7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari (KN2). 
Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan kesehatan 
neonatal dasar yang meliputi tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, 
pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, 
tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi, pemberian vitamin K, manajemen 
terpadu balita muda (MTBM) dan konseling untuk ibunya tentang perawatan 
neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA. 
Berdasarkan laporan Program Kesehatan ibu dan Anak jumlah dengan 
risiko tinggi/komplikasi pada neonatal di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2010 
sebanyak 24.999 bayi. Dari jumlah tersebut terdapat sebanyak 3.750 bayi risiko 
tinggi/komplikasi atau sebesar 15%. Cakupan penanganan neonatal resiko 
tinggi ditangani pada tahun 2010 sebesar 46,6%. Cakupan penanganan 
Neonatla selama tahun 2008 sampai 2010 dapat dilihat pada gambar berikut : 
Gambar 4.27 
Cakupan Penanganan Neonatal resiko tinggi Sulawesi Barat 
Tahun 2008-2010 
Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat, 2011 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 56
Berdasarkan gambar 4.27 diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2008- 
2009 penanganan neonatal resiko tinggi di Sulawesi Barat mengalami 
peningkatan yang cukup signifikan sedangkan pada tahun 2010 secara angka ini 
mengalami penurunan, bukan berarti penanganan neonates tidak dilaksanakan, 
namun dari perkiraan neonates yang ada ternyata lebih banyak dari jumlah 
sebenarnya. Ini menjadi tanda bahwa semakin baiknya pelayanan kesehatan dan 
kunjungan ibu hamil kesarana pelayanan kesehatan selama hamil. 
Pada tahun 2010 presentasi cakupan neonatal komplikasi yang ditangani 
yang tertinggi adalah Kabupaten Polman (68,2%) hal ini disebabkan karena 
Kabupaten Polman mempunyai 1 (orang) orang dokter ahli anak dan memiliki 
RS mampu PONEK yang menjadi pusat rujukan, kemudian Kabupaten Majene 
dapat menangani neonatal yang komplikasi sebesar 49,9%. Kabupaten Majene 
juga memiliki 1 (orang) orang dokter ahli anak. Kabupaten Mamuju Utara juga 
memiliki 1 (orang) orang dokter ahli anak walaupun hanya dikontrak dan 
mrelaksanakan pelayanan di RSUD Mamuju Utara 3 (tiga) kali satu pecan. 
Walaupun demikian Mamuju utara dapat mencapai cakupan penanganan 
neonatal komplikasi sebesar 44,0%% dan kabupaten dengan cakupan terendah 
adalah Kabupaten Mamasa (18,4%). Kabupaten Mamasa dan Kabupaten 
Mamuju tidak memiliki dokter ahli anak sedangkan letaknya jauh dari 
Kabupaten Polman dan Majene yang mempunyai dokter ahli anak. 
Untuk dapat meningkatkan cakupan penanganan neonatal dapat didukung 
dengan kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 57
(P4K) sehingga ibu hamil yang komplikasi dapat lebih dini terdeteksi jika 
bumil melakukan ANC lengkap, dapat pula didukung oleh kegiatan 
pemeriksaan ibu hamil secara berkala dengan menggunakan USG Mobile yang 
dilakukan oleh dokter obstetric dan ginekologin ke daerah yang sulit dijangkau, 
kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil sera PKM mampu PONED 
sehingga bila ada yang didekteksi neonatal resti oleh nakes maupun masyarakat 
dapat terlebih dahulu ditangani di PKM PONED sebelum dirujuk ke RS. Tapi 
kendala yang ada yaitu tim PONED di PKM masih banyak yang belum aktif 
memberikan pelayanan disebabkan oleh tidak adanya alat PONED serta 
seringnya terjadi pergeseran petugas kesehatan. Serta diharapkan peran serta 
kader dalam mencari dan membawa neonatal resti yang perlu mendapatkan 
penanganan dengan memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga 
kader dapat mengenali tanda – tanda dan mendeteksi secara dini. 
Gambar 4.28 
Cakupan Penanganan Neonatal resiko tinggi 
menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2010 
Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 58
3. PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA, USIA SEKOLAH 
DAN REMAJA 
Pelayanan kesehatan pada kelompok anak balita (pra sekolah), usia 
sekolah dan remaja dilakukan melalui deteksi/pemantauan dini terhadap 
tumbuh kembang dan kesehatan anak pra sekolah serta pemeriksaan kesehatan 
anak sekolah dasar/ sederajat dan pelayanan kesehatan pada remaja (SMP dan 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 59 
SMU). 
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita/pra sekolah adalah 
cakupan anak umur 0-5 tahun yang dideteksi kesehatan dan tumbuh 
kembangnya sesuai standar oleh dokter, bidan dan perawat paling sedikit dua 
(2) kali per tahun baik didalam gedung maupun diluar gedung seperti 
Posyandu, taman kanak-kanak, panti asuhan. Sementara untuk pelayanan 
kesehatan bagi siwa SD/MI dan siswa`SMP/SMU dan sederajat dilakukan 
melalui penjaringan kesehatan bagi murid kelas 1 (satu) SD/MI dan 
SMP/SMU. 
Cakupan pelayanan anak balita pra sekolah tahun 2010 sebesar 43,6%, 
meningkat tajam dibanding tahun 2009 sebesar 41,16%, namun masih jauh dari 
target SPM sebesar 80%. Demikian pula dengan cakupan siswa SD/MI tahun 
2010 hanya ada 2 (dua) kabupaten yang melaporkan datanya yakni Kabupaten 
Majene 36,7% dan Kabupaten Mamasa 90,5%
Cakupan tahun 2010 masih sangat jauh target SPM yang harus dicapai 
maka masih dibutuhkan upaya ekstra guna meningkatkan cakupan. Dibutuhkan 
koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait. 
4. PELAYANAN KESEHATAN PRA USILA (45-59 TH) DAN USILA 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 60 
(>60 TH) 
Seiring bertambahnya Umur Harapan Hidup (UHH) maka keberadaan 
para lanjut usia tidak dapat begitu saja diabaikan, sehingga perlu diupayakan 
peningkatan kualitas hidup bagi kelompok umur lanjut usia. 
Pelayanan kesehatan pra usila dan usila adalah penduduk usia 60 tahun 
ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang dilakukan 
oleh tenaga kesehatan baik di Puskesmas, di Posyandu lansia maupun di 
kelompok usia lanjut. 
Pada tahun 2010 jumlah usila di Sulawesi Barat sebanyak 73.529 orang, 
dan yang menadapat pelayanan kesehatan 58.210 orang atau 82,6% 
(Kabupaten Mamasa dan Mamuju utara tidak melaporkan datanya) .cakupan 
Sulawesi Barat amsih dibawah target nasional sebesar 90%. 
Masih kurangnya cakupan pelayanan kesehatan bagi untuk warga usila, 
kemungkinan karena belum berfungsinya posyandu lansia secara optimal. 
Selain itu belum semua desa mempunyai posyandu lansia. Padahal dengan 
adanya posyandu lansia maka pelayanan kesehatan akan lebih mudah dijangkau 
oleh para lansia. Dibutuhkan koordinasi dan peran serta masyarakat serta lintas
sektor terkait dalam upaya meningkatkan cakupan pelayanan terhadap para 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 61 
lansia. 
4. PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB) 
Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya 
kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi, menurut 
hasil penelitian bahwa usia subur wanita antara usia 15-49 tahun. Oleh karena 
itu untuk mengatur jumlah kelahiran, maka wanita/ pasangan usia subur (PUS) 
diprioritaskan untuk menggunaan KB. 
Peserta KB dibagi menjadi KB baru dan KB aktif. Pada tahun 2010 
cakupan peserta KB baru sebesar 6,1% dan KB aktif sebesar 45,1 % dari 
jumlah PUS sebanyak 234.784 orang. Cakupan KB aktif Sulawesi Barat 
tahun 2010 masih dibawah target Indonesia Sehat 2010 sebesar 70%. 
Berdasarkan jenis metode kontrasepsi yang digunakan, sebanyak 92,4% 
akseptor KB aktif memilih metode kontrasepsi jangka pendek (non MKJP) 
dengan pilihan terbanyak adalah metode Pil (54%). Sementara yang memilih 
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, MOW/MOP dan 
implant hanya 6,1%.
Gambar 4.29 
Proporsi metode kontrasepsi peserta KB Aktif 
di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 
Sumber : Program kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat 2010 
Begitupula untuk peserta KB baru, peminat metode kontrasepsi jangka 
pendek sebesar 96,3% dengan pilihan terbanyak juga metode pil (58,7%), 
sedangkan yang memilih metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) hanya 
3,7%. Kondisi tersebut mungkin disebabkan karena faktor biaya yang lebih 
murah dan cara yang mudah. 
Gambar 4.30 
Proporsi metode kontrasepsi peserta KB Baru 
di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2008 
Sumber : Program kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat 2010 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 62
5. PELAYANAN IMUNISASI 
Beberapa penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat 
dikelompokkan ke dalam dua kelompok vaksin, yaitu vaksin yang tergabung 
dalam kelompok vaksin virus dan kelompok vaksin bakteri. Kelompok vaksin 
bakteri misalnya tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, meningitis 
meningokokus, tipus abdominalis, kolera, hemophilus influenza tipe B dan 
pneumonia pneumokokus. 
Sedangkan vaksin virus termasuk di dalamnya adalah penyakit campak, 
polio, hepatitis B, hepatitis A, influenza, rabies, Japanese encephalitis, yellow 
fever (demam kuning), rubella, varicella, parotitis epidemica dan rotavirus. 
Banyak penyakit lain yang sedang dikembangkan seperti malaria, demam 
berdarah, HIV/AIDS dan AI. 
Upaya imunisasi telah terbukti dapat mengeradikasi penyakit cacar dan 
menekan penyakit polio, yaitu serta sejak tahun 1995 tidak ditemukan lagi virus 
polio liar yang berasal dari Indonesia (indigenous). Hal ini sejalan dengan 
upaya global untuk membasmi polio di dunia dengan program ERAPO. 
Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi 
secara nasional adalah angka cakupan Universal Child Immunization (UCI) 
pada wilayah desa/kelurahan. Untuk tahun 2010 indikator perhitungan UCI 
adalah cakupan imunisasi lengkap pada bay1 >85% untuk semua antigen. 
Sehingga bila cakupan UCI dikaitkan dengan batas wilayah maka dapat 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 63
menggambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi terhadap 
penularan PD3I di wilayah tersebut. 
Target cakupan UCI desa/kelurahan di Provinsi Sulawesi Barat pada 
tahun 2010 dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar 42,11%. Pencapaian 
UCI Sulawesi Barat tahun 2010 belum mencapai target nasional sebesar 85%. 
Sedangkan untuk cakupan UCI per Kabupaten, Kabupaten Mamuju 
memiliki cakupan UCI desa/kelurahan tertinggi 76,0%, yang paling terendah 
cakupan UCI desa/kelurahan adalah Kabupaten Mamasa (53,0%) 
Gambar 4.31 
Cakupan Desa/Kelurahan UCI 
Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi kepada bayi umur 
0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi kepada Wanita Usia 
Subur (WUS)/ibu hamil (TT) dan imunisasi kepada anak sekolah dasar (SD) 
(kelas 1 : DT, kelas 2-3 : TT) sedangkan kegiatan imunisasi tambahan 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 64
dilakukan atas dasar ditemukannya masalah, seperti desa non UCI, 
potensial/risti KLB, ditemukan adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya 
berdasarkan kebijakan teknis. 
Gambar 4.32 
Cakupan pemberian Imunisasi Pada Bayi 
Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat tahun 2010 
Sumber : Program Sepimkesma Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 
Drop Out (DO) imunisasi adalah bayi yang tidak mendapat imunisasi 
lengkap yaitu dengan mendeteksi bayi yang telah mendapat imunisasi DPT1 
namun tidak mendapat imunisasi campak. Karena imunisasi DPT1 merupakan 
salah satu antigen kontak pertama yang diberikan pada bayi sedangkan 
imunisasi campak merupakan antigen kontak terakhir dari semua imunisasi 
yang diberikan kepada bayi. Cakupan DO tahun 2010 sebesar 0,5%, seluruh 
kabupaten di Sulawesi Barat mencapai cakupan campak > 80% dengan cakupan 
terendah adalah Kabupaten Mamuju Utara (84,4%). 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 65
6. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan melalui distribusi tablet besi 
(Fe) pada ibu hamil, distribusi Vitamin A pada balita dan pemberian kapsul 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 66 
yodium pada WUS. 
a. Pemberian Tablet Besi (Fe) pada ibu hamil 
Pada saat periksa kehamilan di sarana kesehatan, ibu hamil akan 
mendapatkan tablet Fe yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah 
terjadinya kasus anemia serta meminimalkan dampak buruk akibat kekurangan 
Fe, karena kekurangan Fe pada ibu hamil dapat mengakibatkan terjadinya 
abortus, kecacatan bayi atau bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). 
Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe-1 (30 tablet) tahun 2010 
sebesar 94,36% dan cakupan Fe-3 sebesar 69,16%. Cakupan kedua indikator 
tersebut meningkat dibandingkan tahun 2009 dan telah memenuhi target 
Indonesia sehat 2010 sebesar 80%. Cakupan Fe-3 tertinggi dicapai Kabupaten 
Majene 87,56% dan terendah Kota Mamasa (61,83%). 
Walaupun capaian telah melampaui target namun petugas kesehatan 
tetap harus memotivasi ibu hamil agar meminum tablet besi tersebut guna 
mencegah terjadinya anemia ibu hamil.
Gambar 4.33 
Cakupan distribusi tablet Fe-1 dan Fe-3 
Meurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 
Sumber : Program Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010 
b. Pemberian Kapsul Vitamin A pada balita 
Vitamin A adalah salah satu zat gizi yang diperlukan tubuh dan berguna 
untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan mata. Bila seorang anak 
yang menderita kekurangan vitamin A terserang campak, diare atau penyakit 
infeksi lainnya maka penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat 
mengakibatkan kematian, karena infeksi tersebut menghambat kemampuan 
tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis 
simpanan vitamin A dalam tubuh. Selain itu kekurangan vitamin A dalam 
waktu lama dapat mengakibatkan gangguan pada mata bahkan dapat 
mengakibatkan kebutaan. 
Sasaran pemberian kapsul Vitamin A adalah bayi usia 6-11 bulan dan 
balita (1-4 tahun) sebanyak 2 kali dalam setahun (Februari dan Agustus) serta 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 67
ibu nifas satu kali. Cakupan balita yang mendapat vitamin A pada tahun 2010 
sebesar 77,57%, kondisi ini sudah mencapai target nasional tahun 2010 75% 
namun belum mencapai target Nasional 2015 sebesar 85%. Capaian tertinggi 
pemberian kapsul vitamin A adalah Kabupaten Majene 89,74% dan terendah 
kabupaten Mamuju Utara (66,72%) 
Gambar 4.34 
Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita 
Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2010 
Sumber : Program Gizi Dinkes Sulawesi Barat 2010 
7. PELAYANAN FARMASI 
a. Kabupaten Majene 
Kabupaten Majene merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Barat 
yang cukup maju infrastrukturnya baik sarana dan prasarana dan ditunjang oleh 
perencanaan pemerintah Sulawesi Barat yang menggandengkan Kabupaten 
Majene sebagai Kabupaten Pusat pendidikan Sulawesi Barat Kedepannya. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 68
Upaya pelayanan kesehatan Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan 
bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. 
Upaya tersebut dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan 
pemerataan Obat Generik dan Obat Esensial yang bermutu bagi masyarakat. 
Instalasi Farmasi Kabupaten Majene dipimpin oleh Apoteker, serta 
dibantu 1 orang tenaga Apoteker , 1 orang tenaga Asisten Apoteker dan 4 orang 
tenaga SMA, sehingga seluruhnya berjumlah 7 orang. 
Tabel 4.8 
Gambaran Pengadaan Obat 
Kabupaten Majene Tahun 2006 – 2010 
No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp) 
1 Tahun 2006 Rp. ,- Rp. ,- 
2 Tahun 2007 Rp. ,- Rp. 
3 Tahun 2008 Rp. 1.000.000.000,- Rp. 371.000.000,- 
4 Tahun 2009 Rp. 500.000.000,- Rp. 231.000.000,- 
5 Tahun 2010 Rp. 400.000.000,- Rp. 703.000.000,- 
Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 
Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian 
obat untuk tahun 2010 sebesar Rp. 7.429/kapita. Jelas ini masih dibawah 
standart nasional sebesar Rp.13.000,-. 
Jadi dapat dikatakan bahwa ketersediaan obat di IFK Majene dengan 
memakai parameter obat “indicator”, didapatkan obat yang habis atau kosong 
ada 4 jenis, sementara obat dengan tingkat kecukupan dengan kategori kurang 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 69
sebanyak 16 jenis. Untuk tingkat kecukupan kategori lebih sebanyak 4 jenis 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 70 
obat. 
Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak 
dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di 
Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya 
perbaikan di IFK Majene. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, 
meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 
400.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan 
mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan 
Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab 
Majene menyediakan dana sebesar = 148.467 (jumlah penduduk) x Rp 13.000,- 
/kapita – 703.000.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 1.227.071.000,-. 
b. Kabupaten Polewali Mandar 
Polewali Mandar merupakan Kabupaten induk bersama Kabupaten 
Majene dan Kabupaten Mamuju, sehingga Kabupaten ini merupakan 
Kabupaten yang telah cukup maju infrastrukturnya baik itu sarana maupun 
prasarana kesehatan. 
Kabupaten Polewali Mandar merupakan Kabupaten yang Cukup maju 
infrastrukturnya baik sarana dan prasarana kesehatan sehingga pada awal 
pembentukan Sulawesi Barat Kabupaten polewali Mandar direncanakan 
sebagai kota rujukan untuk pelayanan kesehatan Masyarakat Sulawesi Barat.
Instalasi Farmasi Kabupaten Polewali Mandar memiliki seorang Asisten 
Apoteker sebagai kepala instalasi farmasi dibantu 2 orang tenaga SMA, 
sehingga seluruhnya berjumlah 3 orang. 
Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh 
dari dana APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut : 
Tabel 4.9 
Gambaran Pengadaan Obat 
Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2006 – 2010 
No Anggaran Obat APBD APBN/DAK 
1 Tahun 2006 Rp. 1.092.822.950,- Rp. ,- 
2 Tahun 2007 Rp. 1.578.691.606,- Rp. 568.734.624,- 
3 Tahun 2008 Rp. 1.258.175.688,- Rp. 709.365.047,- 
4 Tahun 2009 Rp. 893.080.965,- Rp. 425.490.365 
5 Tahun 2010 Rp. 170.000.000,- Rp. 1.780.600.000,- 
Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Keseharan Sulawesi Barat, 2011 
Melihat data diatas, jelas ada pengaruh yang cukup signifikan dengan 
adanya intervensi penambahan obat yang dilakukan IFK polewali Mandar 
melalui dana DAK Tahun 2010. 
Dari data diatas, menunjukkan bahwa ketersediaan obat di IFK Polewali 
Mandar dengan memakai parameter obat “indicator”, obat yang habis atau 
kosong ada 2 jenis, sementara obat dengan tingkat kecukupan dengan kategori 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 71
kurang sebanyak 12 jenis, sementara kecukupan kategori cukup sebanyak 9 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 72 
jenis obat. 
Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak 
dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di 
Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya 
perbaikan di IFK Polewali Mandar. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, 
meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 
170.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan 
mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan 
Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab 
Polewali Mandar menyediakan dana sebesar = 392.290,- (jumlah penduduk) x 
Rp 13.000,-/kapita – 1.780.600.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 
3.319.170.000,-. 
c. Kabupaten Mamasa 
Instalasi Farmasi Kabupaten memiliki 7 orang pengelola, dimana 
pimpinannya seorang Diploma 3 Keperawatan yang dibantu oleh seorang 
Apoteker sebagai Kepala Seksi Farmasi, 1 orang Sarjana Farmasi, 1 orang D3 
Farmasi dan 4 orang berpendidikan SMU. 
Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh dari dana 
APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 4.10 
Gambaran Pengadaan Obat 
Kabupaten Mamasa Tahun 2006 – 2010 
No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp) 
1 Tahun 2006 Rp. 200.000.000,- Rp. 275.552.367,- 
2 Tahun 2007 Rp. 400.000.000,- Rp. 372.076.611,- 
3 Tahun 2008 Rp. 800.000.000,- Rp. 522.749.239,- 
4 Tahun 2009 Rp. 1.000.0000.000,- Rp. 296.667.356,- 
5 Tahun 2010 Rp. 296.800.000,- Rp. 703.200.000,- 
Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat,2011 
Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian 
obat untuk tahun 2010 sebesar Rp. 7.144/kapita. Jelas ini masih di bawah 
standart nasional sebesar Rp.13.000,-. 
Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak 
dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di 
Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya 
perbaikan di IFK Mamasa. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, 
meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 
296.800.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan 
mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan 
Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 73
Mamasa menyediakan dana sebesar = 139.962 (jumlah penduduk) x Rp 
13.000,-/kapita – 703.200.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 74 
1.116.306.000,-. 
d. Kabupaten Mamuju 
Kabupaten Mamuju merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Barat dengan 
Luas wilayah lebih dari 50 % dari Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten ini telah 
dimekarkan menjadi 2 yakni Kabupaten Mamuju Utara dan mana dalam kurung 
waktu dekat ini kabupaten ini kembali dimekarkan menjadi 3 yakni Kabupaten 
Mamuju Tengah. 
Upaya Dinas Kesehatan mengajak Kabupaten berslogan Bersehati 
(Bersih, Semangat,Hijau Aman,Tertib dan Indah ) ini untuk bekerja sama 
mewujudkan masyarakat sulbar yang sehat, maju dan Amanah salah satunya 
ditunjang oleh pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang baik sebagai 
penunjang vital pelayanan Kesehatan 
Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju dipimpin oleh D3 Farmasi, serta 
dibantu 2 tenaga SMU dan 4 orang tenaga sukarela dari sukarela dari berbagai 
disiplin ilmu, sehingga seluruhnya berjumlah 7 orang. 
Untuk menjamin ketersediaan obat di pelayanan kesehatan itu sendiri, 
maka sangatlah penting menjamin ketersediaan dana yang cukup untuk 
pengadaan Obat esensial, namum yang lebih penting lagi dalam mengelola dana 
penyediaan obat secara efektif dan efisien.
Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh dari 
dana APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut : 
Tabel 4.11 
Gambaran Pengadaan Obat 
Kabupaten Mamuju Tahun 2006 – 2010 
No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp) 
1 Tahun 2006 Rp. 996.103.900,- Rp. 210.172.949,- 
2 Tahun 2007 Rp. 983.702.730,- Rp. 550.121.257,- 
3 Tahun 2008 Rp. 1.999.000.000,- Rp. 610.053.461 
4 Tahun 2009 Rp. 1.998.000.000,- 
5 Tahun 2010 Rp. 1.000.000.000,- Rp. 1.093.400.000,- 
Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 
Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian 
obat untuk tahun 2010 sebesar Rp. 6.214,-/kapita. Jelas ini masih dibawah 
standart nasional sebesar Rp.13.000,-. 
Dari data diatas, menunjukkan bahwa ketersediaan obat di IFK Mamuju 
dengan memakai parameter obat “indicator”, obat yang habis atau kosong ada 
10 jenis, sementara obat dengan tingkat kecukupan dengan kategori kurang 
sebanyak 14 jenis obat. Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan 
ketersediaan obat tidak dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta 
obat buffer stok di Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 75
depan ada upaya perbaikan di IFK Mamuju. Upaya yang dapat dilakukan antara 
lain, meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 
1.000.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan 
mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan 
Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab 
Mamuju menyediakan dana sebesar = 336.879 (jumlah penduduk) x Rp 
13.000,-/kapita – 1.093.400.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 76 
3.286.027.000,- 
e. Kabupaten Mamuju Utara 
Kabupaten Mamuju Utara masih tertinggal jauh baik dari infrastruktur 
maupun sarana pendukung Pelayanan Kesehatan. Hal ini terbukti dengan belum 
adanya Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) yang representative untuk 
menunjang pelayanan obat baik penyimpanan, pendistribusian apalagi 
pengadaannya. Hal inilah yang banyak menyebabkan terganggunya 
ketersediaan obat di “Instalasi Farmasi Kabupaten” Mamuju Utara di unit 
pelayanan kesehatan lainnya seperti puskesmas dan pustu. Instalasi Farmasi 
Kabupaten Mamuju Utara dipimpin oleh Apoteker, serta dibantu 1 orang tenaga 
S1 Farmasi dan 1 orang tenaga D3 Farmasi, sehingga seluruhnya berjumlah 3 
orang. 
Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh dari 
dana APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 4.12 
Gambaran Pengadaan Obat 
Kabupaten Mamuju Utara Tahun 2006 – 2010 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 77 
No 
Anggaran 
Obat 
APBD (Rp) APBN/DAK (Rp) 
1 Tahun 2006 Rp. 647.967.939,- Rp. 22 6.815.089,- 
2 Tahun 2007 Rp. 680.000.000,- Rp. 111.762.069,- 
3 Tahun 2008 Rp. 859.828.000,- Rp. 157.672.265,- 
4 Tahun 2009 Rp. 877.846.260,- Rp. 89.112.913,- 
5 Tahun 2010 Rp. 1.000.000.000,- Rp. 584.000.000,- 
Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 
Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian 
obat untuk tahun 2010 sebesar Rp. 11.064/kapita. Jelas ini masih dibawah 
standart nasional sebesar Rp.13.000,-. Untuk tahun 2010 
Ketersediaan obat di IFK Mamuju Utara terlihat terjadi peningkatan obat 
kosong di triwulan IV menjadi 90 %,Dari hasil analisis data, pengolahan obat 
di IFK Mamuju Utara sangat jelek. Hal ini terbukti dari data yang ada, tidak 
mencerminkan pengolahan data dan obat yang baik. Gambaran mutasi yang 
dilakukan di IFK Mamuju Utara terlihat bahwa hampir 95 % dari data mutasi 
obat yang ada kosong. 
Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak 
dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di
Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya 
perbaikan di IFK Mamuju Utara, sehingga ketersediaan obat dapat lebih 
terjamin baik mutu maupun jumlahnya. Upaya yang dapat dilakukan antara 
lain, meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 
700.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan 
mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan 
Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab 
Mamuju Utara menyediakan dana sebesar = 108,900 (jumlah penduduk) x Rp 
13.000,-/kapita – 566.500.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 78 
849,200.000,-.
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
Muh Saleh
 
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016
Muh Saleh
 
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
Muh Saleh
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Muh Saleh
 

Was ist angesagt? (20)

RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
 
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tahun 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tahun 2015Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tahun 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tahun 2015
 
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah tahun 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah tahun 2014Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah tahun 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah tahun 2014
 
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016
 
Buku Indikator Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2017
Buku Indikator Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2017Buku Indikator Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2017
Buku Indikator Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2017
 
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar 2015Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar 2015
 
Profil Kesehatan Kabupaten Mamasa 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Mamasa 2014Profil Kesehatan Kabupaten Mamasa 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Mamasa 2014
 
Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2015Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2015
 
Profil kesehatan kabupaten Majene tahun 2014
Profil kesehatan kabupaten Majene tahun 2014Profil kesehatan kabupaten Majene tahun 2014
Profil kesehatan kabupaten Majene tahun 2014
 
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Utara 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Utara 2015Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Utara 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Utara 2015
 
Profil Kesehatan Kabupaten Mamasa Tahun 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Mamasa Tahun 2015Profil Kesehatan Kabupaten Mamasa Tahun 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Mamasa Tahun 2015
 
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
 
Profil kesehatan kabupaten Mamuju tahun 2014
Profil kesehatan kabupaten Mamuju tahun 2014Profil kesehatan kabupaten Mamuju tahun 2014
Profil kesehatan kabupaten Mamuju tahun 2014
 
Profil kesehatan Kabupaten mamuju tengah
Profil  kesehatan Kabupaten mamuju tengahProfil  kesehatan Kabupaten mamuju tengah
Profil kesehatan Kabupaten mamuju tengah
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
 
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016
 
Profil Kesehatan Kabupaten Mamasa 2017
Profil Kesehatan Kabupaten Mamasa 2017Profil Kesehatan Kabupaten Mamasa 2017
Profil Kesehatan Kabupaten Mamasa 2017
 
Profil kabupaten Polewali Mandar 2015
Profil kabupaten Polewali Mandar 2015Profil kabupaten Polewali Mandar 2015
Profil kabupaten Polewali Mandar 2015
 
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
 
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017
 

Andere mochten auch

Riskesdas 2013
Riskesdas 2013Riskesdas 2013
Riskesdas 2013
Muh Saleh
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2006
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2006Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2006
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2006
Muh Saleh
 
Ptp pkm lemong tahun 2010
Ptp pkm lemong tahun 2010Ptp pkm lemong tahun 2010
Ptp pkm lemong tahun 2010
Eva Hadaniah
 
Jumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi barat
Jumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi baratJumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi barat
Jumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi barat
Arsad Rahim Ali
 
5 direktorat ibu kemenkes ri
5 direktorat ibu kemenkes ri5 direktorat ibu kemenkes ri
5 direktorat ibu kemenkes ri
Muh Saleh
 
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
Potret Daerah Provinsi Sulawesi BaratPotret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
Fitri Indra Wardhono
 
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
afshandewanti
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008
Muh Saleh
 

Andere mochten auch (17)

Riskesdas 2013
Riskesdas 2013Riskesdas 2013
Riskesdas 2013
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2006
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2006Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2006
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2006
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Utara - USU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Utara - USULaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Utara - USU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Utara - USU
 
Ptp pkm lemong tahun 2010
Ptp pkm lemong tahun 2010Ptp pkm lemong tahun 2010
Ptp pkm lemong tahun 2010
 
profil_kes_sumsel_2010
profil_kes_sumsel_2010profil_kes_sumsel_2010
profil_kes_sumsel_2010
 
Jumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi barat
Jumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi baratJumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi barat
Jumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi barat
 
5 direktorat ibu kemenkes ri
5 direktorat ibu kemenkes ri5 direktorat ibu kemenkes ri
5 direktorat ibu kemenkes ri
 
158341868 karya-tulis-ilmiahku
158341868 karya-tulis-ilmiahku158341868 karya-tulis-ilmiahku
158341868 karya-tulis-ilmiahku
 
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
Potret Daerah Provinsi Sulawesi BaratPotret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
 
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
 
Pendidikan Karakter dalam Islam
Pendidikan Karakter dalam IslamPendidikan Karakter dalam Islam
Pendidikan Karakter dalam Islam
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008
 
Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
 
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iii
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iiiKebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iii
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iii
 
Profil PP dan PL Tahun 2014
Profil PP dan PL Tahun 2014Profil PP dan PL Tahun 2014
Profil PP dan PL Tahun 2014
 
Materi dasar rev-15 feb-2013
Materi dasar rev-15 feb-2013Materi dasar rev-15 feb-2013
Materi dasar rev-15 feb-2013
 

Ähnlich wie Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010

Arah kebijakan Pembangunan Provinsi Sulawesi Barat
Arah kebijakan Pembangunan Provinsi Sulawesi BaratArah kebijakan Pembangunan Provinsi Sulawesi Barat
Arah kebijakan Pembangunan Provinsi Sulawesi Barat
Muh Saleh
 
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
Muh Saleh
 
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-comBuletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
Lalu Suhaedi
 
Lakip 2014 d inkes sulbar
Lakip 2014 d inkes sulbarLakip 2014 d inkes sulbar
Lakip 2014 d inkes sulbar
Muh Saleh
 
Juknis bok 2012 kecil
Juknis bok 2012 kecilJuknis bok 2012 kecil
Juknis bok 2012 kecil
yandas
 
Phbs pedoman pengembangan
Phbs pedoman pengembanganPhbs pedoman pengembangan
Phbs pedoman pengembangan
Harris Clp
 

Ähnlich wie Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010 (20)

Arah kebijakan Pembangunan Provinsi Sulawesi Barat
Arah kebijakan Pembangunan Provinsi Sulawesi BaratArah kebijakan Pembangunan Provinsi Sulawesi Barat
Arah kebijakan Pembangunan Provinsi Sulawesi Barat
 
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
 
Profil
ProfilProfil
Profil
 
28 prov sultra_2013
28 prov sultra_201328 prov sultra_2013
28 prov sultra_2013
 
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-comBuletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
 
Buku pdbk
Buku pdbkBuku pdbk
Buku pdbk
 
LAPORAN PROFIL 2021.docx
LAPORAN PROFIL 2021.docxLAPORAN PROFIL 2021.docx
LAPORAN PROFIL 2021.docx
 
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdfLKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
 
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
 
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
 
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
 
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
 
Lakip 2014 d inkes sulbar
Lakip 2014 d inkes sulbarLakip 2014 d inkes sulbar
Lakip 2014 d inkes sulbar
 
Juknis bok 2012 kecil
Juknis bok 2012 kecilJuknis bok 2012 kecil
Juknis bok 2012 kecil
 
Phbs pedoman pengembangan
Phbs pedoman pengembanganPhbs pedoman pengembangan
Phbs pedoman pengembangan
 
Buletin sik-2016
Buletin sik-2016Buletin sik-2016
Buletin sik-2016
 
Persentasi keluarga sehat
Persentasi keluarga sehatPersentasi keluarga sehat
Persentasi keluarga sehat
 
1.PEDOMAN USILA.docx
1.PEDOMAN USILA.docx1.PEDOMAN USILA.docx
1.PEDOMAN USILA.docx
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografiKajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografi
 

Mehr von Muh Saleh

RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
Muh Saleh
 

Mehr von Muh Saleh (20)

Buku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerjaBuku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerja
 
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdfRKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
 
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
 
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptxEvaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
 
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
 
Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023
 
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
 
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
 
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfPermenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
 
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdfCetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
 
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfTransformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
 
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdfPermenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
 
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
 
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten KotaHasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
 
Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali MandarIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju TengahIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamasa
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten MamasaIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamasa
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamasa
 

Kürzlich hochgeladen

SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
EndangNingsih7
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
TaufikTito
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
DIGGIVIO2
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
IniiiHeru
 
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponenDiac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
BangMahar
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
DosenBernard
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
 
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCCPERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
 
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptDATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
 
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
 
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponenDiac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWUHasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
 

Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010

  • 1.
  • 2. Diterbitkan oleh : DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI BARAT JALAN KURUNGAN BASSI NO. 19 MAMUJU TELPON : 0426-21027 FAX 0426-22579 WEBSITE : DINKES.SULBARPROV.GO.ID EMAIL : DINKESSULBAR@GMAIL.COM; FACEBOOK : PORTAL DINKES SULBAR
  • 3. KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2009 ini i dapat tersusun. Profil Kesehatan ini memuat informasi penting tentang berbagai capaian program dan kegiatan pada tahun 2010. Informasi tersebut bisa menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan kesehatan di Propinsi Sulawesi Barat. Data yang digunakan dalam proses penyusunan buku profil kesehatan ini bersumber dari berbagai sektor baik sektor kesehatan maupun sektor di luar kesehatan. Data dan informasi yang disajikan masih terdapat banyak keterbatasan dan kekurangan. Banyak kendala dan tantangan dalam penyediaan data dan informasi tepat waktu, sehingga masih ada beberapa tabel yang belum terisi. Namun dengan segala keterbatasan dan kekurangan ini, saya berharap Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2010 dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi serta digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi yang terkait dengan bidang kesehatan. Penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2010 ini merupakan tahun pertama penyusunan Profil dalam bentuk data terpilah menurut Jenis kelamin. Olehnya masih banyak terdapat kekurangan baik
  • 4. kelengkapan maupun akurasi serta ketepatan waktu penyajiannya. Karena sifat manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Untuk itu, diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat, saya sampaikan terima kasih. Biilahi Taufik Walhidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ii Mamuju, 11 Juli 2011 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat dr. H.Achmad Azis,M,Kes Nip. 19590515 198903 1 016
  • 5. KATA SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI BARAT Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan bimbingannya Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat saat ini telah menyeleseaikan penyusunan Profil Kesehatan Sulawesi Barat yang mencakup seluruh kabupaten kota di Tanah Malaqbi, Sulawesi Barat. Saya menyambut gembira dengan terbitnya “Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Edisi Tahun 2011. Meskipun berat dan banyak tantangan di dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat berhasil menghimpun data dan menyusunnya menjadi Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Edisi Tahun iii 2011. Sebagai provinsi termuda, Sulawesi Barat dalam rangka mewujudkan cita-cita perjuangan pembentukan provinsi dibutuhkan akselarasi pembangunan di segala bidang khususnya pembangunan yang bersentuhan langsung dengan kehidupan rakyat seperti di sektor kesehatan guna mengejar ketertinggalan dan menciptakan kesejahteraan dan kesetaraan. Untuk melaksanakan program pembangunan yang telah dicanangkan RPJMD 2006-2011, tentunya dibutuhkan kerjasama dan koordinasi yang integral disemua bidang
  • 6. pembangunan serta ketersediaan data dan informasi kesehatan di 5 kabupaten yang akurat, komprehensif serta bisa diakses dengan cepat dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, baik dikalangan aparatur pemerintah maupun masyarakat pada umumnya, terkhusus bagi perencana, pelaksana dan iv pengawas pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 yang diterbitkan oleh bagian data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, patut dihargai dan mendapatkan apresiasi guna memenuhi kebutuhan informasi dan ekspose kesehatan dan permasalahannya di 5 kabupaten. Semoga buku ini yang memuat data dan informasi kesehatan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan kedepan, mutunya dapat lebih ditingkatkan lagi. Biilahi Taufik Walhidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Mamuju, 11 Juli 2011 Gubernur Sulawesi Barat H. ANWAR ADNAN SALEH
  • 7. VISI DAN MISI PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2006 – 2011 VISI “Meningkatkan Derajat Kehidupan Yang Layak Bagi Masyarakat Sulawesi Barat, Serta Meningkatkan Kesetaraan Dengan Provinsi Lainnya”. MISI 1. Meletakkan dasar-dasar tumbuhnya perekonomian yang sehat berbasis potensi v daerah. 2. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat akan pangan, kesehatan dan pendidikan. 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan hukum dan norma kehidupan bermasyarakat. 4. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan kerukunan hidup antar umat beragama. 5. Meningkatkan stabilitas ketentraman dan ketertiban, kerukunan, kesatuan dan persatuan warga masyarakat. 6. Mengembangkan seni budaya dan olahraga sebagai penopang pembangunan yang berkebudayaan.
  • 8. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya untuk mewujudkan Negara Indonesia menjadi bangsa yang sehat,maju, mandiri, sejahtera, adil dan makmur dengan sasaran meningkatnuya kualitas sumber daya manusia yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan semakin kuatnya jati diri dan karakter bangsa. Pembangunan kesehatan harus dilaksanakan dengan keterlibatan masyarakat luas dan dilaksanakan dengan semangat kemitraan lintas sektor, antara pemerintah dan sawasta, serta antara pusat dengan daerah. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan : 1). Upaya kesehatan, 2). Teknologi dan Produk Teknologi Kesehatan, 3). Pembiayaan Kesehatan, 4). SDM Kesehatan, 5). Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan, 6). Manajemen, Informasi, Regulasi Kesehatan, dan 7). Pemberdayaan Masyarakat. Sesuai dengan amanat yang tertiuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menegngah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 – 2014, yang ditujukan untuk meningkatkan status kesehatan setinggi-tingginya, serta mencapai MDG,s yang merupakan salah satu tugas penting dari Pemerintah. Diupayakan percepatan pencapaian target sasaran yang telah ditetapkan dengan pembangunan |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 1
  • 9. kesehatan yang lebih focus, sistematis, terpadu, efisien, terintegrasi yang memerlukan kerjasama dan komitmen dari seluruh stakeholders. Untuk menjamin terlaksananya pembangunan secara efektif dan efisien khususnya dalam bidang Kesehatan maka diperlukan data dan informasi kesehatan yang cepat, tepat dan akurat sebagai bahan dasar penyusunan perencanaan pembangunan kesehatan yang sistematis, terarah, terpadu dan menyeluruh . Data yang akurat menjadi salah satu indikator penting dalam penyusunan perencanaan pembangunan kesehatan Tahun 2011 merupakan tahun pertama kali pelaksanaan Penyusunan Data dan Informasi dalam bentuk Profil Kesehatan 2010 yang berbasis data terpilah menurut jenis kelamin. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2010 adalah gambaran situasi kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat yang memuat berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama tahun 2010. Data dan informasi yang termuat antara lain data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program-program kesehatan, masalah kesehatan dan lain sebagainya. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat ini disajikan secara sederhana dan informatif dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 2 masyarakat luas. Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat bisa dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan/kemajuan pembangunan kesehatan yang telah dilakukan selama tahun 2010 dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan, sekaligus bisa dipakai sebagai bahan evaluasi perwujudan menuju Sulawesi Barat Malaqbi.
  • 10. B. MAKSUD DAN TUJUAN |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 3 I. Maksud Maksud dalam penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 adalah untuk memantapkan dan mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan, sehingga dapat digunakan secara aplikatif sebagai acuan dalam manajemen pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan. II. Tujuan a. Tujuan Umum Memberikan informasi tentang program-program pembangunan kesehatan, pencapaian pembangunan kesehatan dan kinerja pembangunan kesehatan. b. Tujuan Khusus 1. Tersedianya data tentang data geografi, demografi, dan sosial-ekonomi. 2. Evaluasi keberhasilan upaya kesehatan 3. Evaluasi kinerja pembangunan kesehatan 4. Terciptanya suatu sistem informasi kesehatan yang dapat digunakan sebagai indikator pencapaian program dan kegiatan kesehatan C. SISTEMATIKA PENYAJIAN Profil Kesehatan diharapkan bisa lebih informatif, maka profil kesehatan ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut
  • 11. Bab I – Pendahuluan. Bab ini secara ringkas menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan serta sistematika penulisan. Di dalamnya berisi pula uraian ringkas dari masing-masing bab. BAB II - Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Propinsi Sulawesi Barat. Di dalamnya berisi uraian tentang keadaan geografis, keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan ekonomi, dan keadaan lingkungan di Propinsi Sulawesi Barat BAB III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini menyajikan situasi Derajat Kesehatan berisi uraian tentang angka kematian, angka kesakitan, dan keadaan |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 4 gizi; BAB IV - Situasi Upaya Kesehatan . Bab ini membahas tentang upaya – upaya kesehatan yang telah dilaksanakan di Sulawesi Barat sampai tahun 2010. BAB V - Tenaga Kesehatan berisi uraian tentang jenis tenaga kesehatan, unit kerja penempatan tenaga kesehatan, dan persebaran tenaga kesehatan di unit kerja Propinsi Sulawesi Barat **************
  • 12. BAB II GAMBARAN UMUM A. KEADAAN GEOGRAFI Sulawesi Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang cukup strategis karena berada diantara dua Provinsi, yaitu Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Provinsi Sulawesi Barat sebelah barat berbatasan langsung dengan Selat Makassar, Sebelah timur berbatasan dengan Sulawesi Selatan, sebelah utara berbatasan dengan Sulawesi tengah dan Sulawesi selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan. Gambar 2.1 Peta Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 5
  • 13. Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat sebesar 16.787 km2, secara administratif terbagi menjadi 5 kabupaten, yang tersebar menjadi 68 kecamatan dan 603 desa/kelurahan. Wilayah terluas adalah Kabupaten Mamuju dengan luas 8.014 km2, atau sekitar 48% dari luas total Provinsi Sulawesi Barat, sedangkan Kabupaten Majene merupakan wilayah yang luasnya paling kecil di Sulawesi barat, yaitu seluas 948 km2. Secara topografi, wilayah Sulawesi Barat memiliki kondisi yang bervariasi yaitu pegunungan, perbukitan, dataran rendah, pesisir pantai serta rawa-rawa. Sebagian besar wilayah di Sulawesi Barat merupakan daerah yang sulit dijangkau disebabkan kondisi daerah yang sangat berat sehingga hanya bisa dilalui dengan kuda dan jalan kaki. Disamping itu masih terdapat sekelompok masyarakat terasing yang menutup diri dari kemajuan ilmu |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 6 pengetahuan. B. KEADAAN PENDUDUK 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Jumlah penduduk Sulawesi Barat tahun 2010 (Hasil Estimasi Dinas Kesehatan masing-masing kabupaten) sebesar 1.168.807 Jiwa. Dengan luas wilayah sebesar 16.787 km2,maka rata – rata kepadatan penduduk di Sulawesi Barat sebesar 69 jiwa untuk setiap kilometer persegi (km2). Wilayah terpadat adalah Kabupaten Polewali Mandar, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 196 jiwa per kilometer persegi (km2). Wilayah terlapang di Sulawesi Barat adalah Kabupaten Mamuju, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar
  • 14. 45 jiwa per kilometer persegi (km2). Dengan demikian dapat dilihat bahwa persebaran penduduk si Sulawesi Barat belum merata. Dengan jumlah rumah tangga sebesar 258.583 rumah tangga, maka rata-rata jumlah rumah tangga di Sulawesi Barat adalah 5 Jiwa untuk setiap rumah tangga. Jumlah penduduk tertinggi berada di Kabupaten Polewali Mandar dan terendah di Kabupaten Mamuju Utara. Data mengenai kependudukan dapat dilihat pada tabel lampiran 1. 2. Rasio Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk. Berdasarkan hasil proyeksi Dinas Kesehatan Kabupaten tahun 2010 didapatkan jumlah penduduk laki-laki di Sulawesi Barat sulit ditentukan karena kelengkapan data yang kurang dari kabupaten. Data mengenai Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) dapat dilihat pada lampiran tabel 2. 3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Struktur/komposisi penduduk Sulawesi Barat menurut umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki maupun perempuan mempunyai proporsi terbesar pada kelompok umur 10 – 14 tahun dan 5 – 9 tahun. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 7 tabel 3.
  • 15. C. KEADAAN EKONOMI 1. Produk Domestik Bruto (PDRB) Perekonomian Sulawesi Barat pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang spektakuler menembus angka dua jilid sebesar 11,91%. Laju pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi sejak terbentuknya Sulawesi Barat dan merupakan pertumbuhan tertinggi kedua dari 33 Provinsi di Indonesia setelah Provinsi Papua Barat yang tumbuh 26,82%, sementara nasional hanya tumbyh 6,1%. Pada tahun 2010 nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 4.744,31 milyar, sedangkan tahun 2009 sebesar Rp. 4.239,46 milyar. Berdasarkan harga berlaku, PDRB tahun 2010 bertambah sebesar Rp.1.583,24 Milyar yakni dari Rp. 9.403,38 milyar pada tahun 2009 menjadi sebesar Rp. 10.986,62 milyar pada tahun 2010. Tabel 2.1 Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB menurut Sektor Tahun 2009 – 2010 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Barat, 2010 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 8
  • 16. Tiga sektor utama penggerak ekonomi di Sulawesi Barat adalah sektor pertanian; sektor jasa – jasa 16,11% dan sektor perdagangan hotel, dan restoran 13,01%. Dari sisi penggunaan, pada tahun 2010 sebagian besar PDRB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, yaitu sebesar 66,83% persen. Kemudian sisanya digunakan untuk konsumsi pemerintah 22,65%, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik 12,18 persen, ekspor 15,25 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 9 persen. PDRB per kapita secara tidak langsung bisa dijadikan sebagai salah satu indikator untu memakmurkan suatu wilayah. Pada tahun 2010 angka PDRB mencapai Rp. 10.986.624,75 bertambah sekitar 16,84% atau lebih cepat sekitar 5,46% jika dibandingkan dengan PDRB tahun 2009. Dari jumlah angka PDRB per kapita Sulawesi Barat mencapai Rp. 9.444.174 atau naik 13,90 persen jika dibandingkan dengan tahun 2009. Tabel 2.2 PDRB Per Kapita Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009 dan 2010 Uraian 2009 2010 1 2 3 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Nilai (Rp) 8.291.689 9.444.174 Indeks Peningkatan (Persen) 10,04 13,90 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Barat, 2010
  • 17. D. KEADAAN PENDIDIKAN Keadaan pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu daerah. Melalui pengetahuan, pendidikan berkonstribusi penting terhadap perubahan perilaku kesehatan masyarakat. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Angak buta huruf berkolerasi dengan angka kemiskinan. Sebab, pendududk yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan kepada |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 10 kemiskinan. Berdasarkan data BPS 2010, persentase penduduk usia 5 tahun keatas yang melek huruf di Sulawesi Barat sebesar 84,86%, artinya persentase penduduk usia 5 tahun keatas yang bisa membaca serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Penggunaan AMH adalah untuk mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama didaerah pedesaan di Indonesia terutama didaerah di Sulawesi Barat; menunjukkan kemampuan penduduk suatu wilayah dalam menyerap informasi daer beberapa media dan menunjukkan kemapuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. E. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN 1. Sarana Air Bersih yang Digunakan dan Akses Air Minum yang Aman
  • 18. Berbagai sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk baik untuk keperluan air minum, masak, mencuci dan keperluan lainnya. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan akan air bersih semakin bertambah. Berbagai upaya yang dilakukan agar akses masyarakat terhadap air bersih meningkat, salah satunya melalui pendekatan partisipatori yang mendorong masyarakat berperan aktif dalam pembangunan perpipaan air bersih di daerahnya. Di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 telah memiliki akses terhadap air bersih. Keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih di Provinsi Sulawesi Barat masih tergolong sedikit mengingat air bersih adalah salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. Gambar 2.2 Persentase Cakupan Air Sehat di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010. Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 11
  • 19. 2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar Jumlah sarana sanitasi dasar yang mencakup jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah/SPAL di Provinsi Sulawesi Barat tiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun tidak semua kepala keluarga (KK) yang memiliki sarana sanitasi dasar dan memenuhi syarat kesehatan yang baik. Jumah KK dengan jamban di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 jamban sehat sebesar 85,80%. Untuk kepemilikan tempat sampah sehat sebesar 28,84%. Cakupan SPAL sehat sebesar 22,20%. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 12 3. Rumah Sehat Rumah adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan saran pembinaan keluarga. Sebuah rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat hidup sehat, mampu beraktifitas dan berkarya untuk meningkatkan produktifitas diri dan keluarga. Secara umum dikatakan sehat apabila memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, pembuangan air limbah, ventilasi baik, lepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Jumlah rumah yang berperilaku hidup bersih dan sehat di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 sebesar 40,90%, rumah sehat sebesar38,04% dan rumah bebas jentik sebesar 48,69%
  • 20. Gambar 2.3 Persentase Cakupan Rumah Sehat Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2010 4. Akses Keluarga terhadap Air Sehat Berbagai sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk baik untuk keperluan air minum, masak, mencuci dan keperluan lainnya. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan akan air bersih semakin bertambah. Berbagai upaya yang dilakukan agar akses masyarakat terhadap air bersih meningkat, salah satunya melalui pendekatan partisipatori yang mendorong masyarakat berperan aktif dalam pembangunan perpipaan air bersih di daerahnya. Di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 telah memiliki akses terhadap air bersih. Keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih d Provinsi Sulawesi Barat masih tergolong sedikit mengingat air bersih adalah salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 13
  • 21. 5. Sanitasi Dasar Jumlah sarana sanitasi dasar yang mencakup jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah/SPAL di Provinsi Sulawesi Barat tiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun tidak semua kepala keluarga (KK) yang memiliki sarana sanitasi dasar dan memenuhi syarat kesehatan yang baik. Jumah KK dengan jamban di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 jamban sehat sebesar 85,80%. Untuk kepemilikan tempat sampah sehat sebesar 28,84%. Cakupan SPAL sehat sebesar 22,20%. Gambar 2.4 Persentase Cakupan Sanitasi Dasar Menurut Kabupaten Tahun 2010 Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2010 6. Tempat – Tempat Umum dan Institusi Kesehatan Tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan (TTUPM) adalah sarana kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan dan banyak dikunjungi oleh masyarakat (hotel, restauran/rumah makan, pasar dan lain-lain). Kategori TTUPM yang dikategorikan sehat adalah yang memenuhi akses sanitasi dasar |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 14
  • 22. (tersedianya air bersih, jamban, pembungan sampah dan limbah, ventilasi dan pencahayaan yang dan luas ruangan sesuai). Jumah TTUPM di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 telah diperiksa dan pemeriksaan pemenuhan syarat kesehatan dasar. Capaian yang diperoleh masih dibawah target Indonesia Sehat 2010 sebesar 80%. Cakupan tertinggi pada TTUPM Hotel sebesar 76,47% dan terendah pada TTU lainnya sebesar 30,29%. Hal ini tentunya harus mendapatkan tindak lanjut yang cukup dengan upaya pembinaan intensif terhadap pengelola TTUPM. Institusi yang dibina kesehatan lingkungannya meliputi sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran dan sarana lainnya. Pembinaan yang dilakukan berupa manajemen kontrol dan kendali mutu bagi institusi yang dibina. Cakupan tertinggi pada Instalasi Air Minum sebesar 88,24% dan terendah pada sarana lainnya sebesar 0,00%. Jumlah institusi yang dibina masih cukup kecil dibandingkan jumlah institusi yang ada, namun akan ditingkatkan pada tahun-tahun berikutnya terutama pada institusi lainnya. Pembinaan ini dilakukan secara berkelanjutan dengan pengawasan yang ketat sehingga dapat menjaga kesehatan pada masyarakat atau orang yang berada pada intitusi tersebut. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 15
  • 23. BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Gambaran masyarakat Provinsi Sulawesi Barat masa depan yang ingin dicapai oleh segenap kelompok masyarakat melalui pembangunan kesehatan Provinsi Sulawesi Barat adalah “Terwujudnya Masyarakat Sulawesi Barat Yang Sehat Maju dan Amanah”. Untuk mewujudkan visi tersebut ada lima misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administrasi pemerintahan, yaitu meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, Menjamin pemerataan sumber daya kesehatan, Memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, Mendorong percepatan pelaksanaan pembangunan kesehatan daerah tertinggal dan daerah perbatasan dan menciptakan manajemen kesehatan yang akuntabel. Guna mempertegas rumusan visi “Terwujudnya Masyarakat Sulawesi Barat Yang Sehat Maju dan Amanah” maka ditempuh strategi percepatan berupa mewujudkan komitemen pembangunan berwawasan kesehatan, Profesioanalisme Unit Kerja, mempercepat pemerataan pelayanan kesehatan yang berkualitas di daerah terpencil dan kepulauan dengan strategi mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan Melaksanakan jejaring Pembangunan Kesehatan. Adapun situasi derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Sulawesi Barat |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 16 adalah sebagi berikut :
  • 24. F. ANGKA KEMATIAN Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologic secara tidak langsung. Disamping itu dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. A. Angka Kematian Bayi Angka kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-12 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB dapat menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan factor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hami, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan social ekonomi. Bila AKB disuatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan diwilayah tersebut rendah. AKB di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 sebesar 15,2/1000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 11,7/1000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target Nasional dalam RPJMN 24/1000 kelahiran hidup, maka AKB Provinsi Sulawesi Barat sudah melampaui target Nasional, demikian juga bila dibandingkan dengan target yang diharapkan dalam MDD (Millennium Development Goals) tahun 2015 yaitu 23/1000 kelahiran hidup. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 17
  • 25. Peningkatan AKB di Provinsi Sulawesi Barat satu tahun terakhir dapat memberi gambaran pelayanan kesehatan yang belum terjangkau secara merata keseluruh lapisan masyarakat. Penyebab kematian Anak paling besar adalah Asfiksia dan BBLR yang mencapai 41 % dari total kematian anak 323 Jiwa selama tahun 2010. Selain itu Anak lebih banyak meninggal di rumah. Hal ini mengindikasikan kurangnya kesadaran masyarakat untuk membawa anakanya ke Pusat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan diri. Gambar 3.5 Angka Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006-2010 Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 B. Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian balita (1 – 5 tahun) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA dapat menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu, dan kondisi |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 18 sanitasi lingkungan.
  • 26. Angka kematian balita atau AKABA menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan laporan Dinas kesehatan 5 Kabupaten di Propinsi Sulawesi Barat, Angka kematian balita tahun 2007 sebesar 6,4 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 1,1 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 2,28 per 1000 kelahiran hidup, dan tahun 2010 menurun menjadi 1,22 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menandakan Angka Kematian Balita 3 tahun terakhir sifatnya fluktuatif Kasus kematian Balita berhubungan erat dengan kondisi lingkungan, perilaku, infeksi penyakit, status gizi dan imunitas serta mutu dari pelayanan kesehatan. Format pelaporan program KIA yang selama ini digunakan tidak bisa mengakomodasi jumlah kematian balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas sehingga data kematian balita (1 – 4 th) tidak bisa diketahui. Tabel 3.3 Kematian Balita di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2008-2010 NO KABUPATEN Tahun 2008 2009 2010 1. Polewali Mandar 3 3 1 2. Mamasa - 2 0 3. Mamuju Utara 5 10 4 4. Majene 4 18 8 5. Mamuju 9 11 12 Jumlah 21 44 25 Angka Kematian 1,1 2,28 1,22 Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Suawesi Barar 2011 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 19
  • 27. Gambar 3.6 Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2007-2010 Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 Pada gambar 3.6 nampak bahwa Angka Kematian Balita selama periode 2007-2009 menunjukkan flukstuasi dan mengalami penurunan pada tahun |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 20 2010. Penyebab kematian terbanyak yang dilaporkan adalah penyebabnya tidak diketahui (lainnya) sebanyak 17, kemudian ISPA, diare dan malaria. Kategori penyakit lainnya bisa saja karena trauma, meningitis, kelainan bawaan dll. Kabupaten Mamuju mempunyai jumlah kematian balita (1 - 5 thn) yang terbanyak dalam 1 tahun (tahun 2010) yaitu 12 orang , kemudian Kab. Majene, Matra dan Polman. Jumlah kematian balita ini bisa juga disebabkan karena belum adanya Dokter Spesialis Anak di Kabupaten . Data kematian balita ini termasuk dalam indikator pemantauan pada cakupan pelayanan anak balita (12-59 bulan). Jadi, kasus kematian yang terjadi tergantung dari peran tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan sesuai
  • 28. standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantuan perkembangan min 2x setahun dan pemberian vitamin A 2x setahun. Termasuk dalam pelayanan mendapatkan MTBS, khusus untuk anak yang sakit sehingga kematian dapat dicegah. C. Angka Kematian Ibu AKI yang didefinisikan sebagai banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau bersalin per 100.000 kelahiran hidup yang disebabkan oleh kehamilan atau pengelolaannya, kecuali yang disebabkan oleh kecelakaan. Angka kematian Ibu merupakan salah satu indikator penting yang merefleksikan derajat kesehatan di suatu daerah, yang mencakup tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan Ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pada masa nifas. Kesehatan Ibu hamil/bersalin dan AKI memiliki korelasi erat dengan kesehatan bayi dan AKB. Faktor kesehatan ibu saat ia hamil dan bersalin berkontribusi terhadap kondisi kesehatan bayi yang dikandung serta resioko bayi yang dilahirkan dengan lahir mati (still birth) atau yang mengalami kematian neonatal dini (umur 0-6 hari). Sebagai Provinsi baru Sulawesi Barat belum memiliki data statistik vital yang langsung dapat menghitung Angka Kematian Ibu (AKI). Jumlah Kematian Ibu didapatkan dengan mengumpulkan informasi dari Puskesmas semasa kehamilan, persalinan atau selama melahirkan. Seperti indikator |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 21
  • 29. kesehatan lain pada umumnya, terdapat perbedaan AKI antar wilayah di Sulawesi Barat. Berdasarkan data Jumlah Kematian Ibu di provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 di lima kabupaten menunjukkan bahwa kabupaten Mamuju Utara dan Majene mempunyai jumlah kematian Ibu yang paling rendah yaitu 6 ibu di bandingkan dengan Polman (13 ibu), Mamuju yang sampai 10 ibu yang meninggal dan Mamasa 9 ibu yang meninggal pada tahun |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 22 2010. Angka Kematian Ibu per tahun di Provinsi Sulawesi Barat belum dapat ditentukan karena jumlah kelahiran hidup di Sulawesi Barat pada tahun 2010, sebesar 20.973 kelahiran hidup. Sedangkan konstanta yang digunakan dalam perhitungan Angka Kematian Ibu adalah per 100.000 kelahiran hidup. Jadi dalam buku ini penyusun hanya menuliskan angka absolut atau jumlah sebenarnya, tetapi rumus yang dikeluarkan dari Kementerian Kesehatan menjadi pedoman untuk menentukan target setiap wilayah. Tabel 3.4 Jumlah Kematian Ibu di Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2008,2009 dan 2010 No Kabupaten Tahun 2008 2009 2010 1 Polewali Mandar 17 12 13 2 Mamasa 5 8 9 3 Mamuju Utara 8 6 6 4 Majene 9 11 6 5 Mamuju 15 18 10 Jumlah (Kab/Kota) 54 55 44 Angka Kematian Ibu Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011
  • 30. Gambar 3.7 Jumlah Kematian Ibu Maternal Sulawesi Barat Tahun 2006-2010 Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Barat. 2011 Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kematian ibu dari tahun ke tahun terdapat trend penurunan. Pada tahu 2010 kematian ibu tertinggi adalah Kabupaten Polman sebanyak 13 orang dengan penyebab tertinggi adalah pendarahan (6 orang) dan hipertensi dlm kehamilan (5 orang). Kemudian Kabupaten Mamuju sebanyak 10 orang dengan penyebab kematian ibu adalah pendarahan (2 orang), abortus (1 orang), partus lama (3 orang) dan lain – lain (4 orang). Selanjutnya Kabupaten Mamasa sebanyak 9 orang dengan penyebab tertinggi adalah pendarahan (3 orang). Kematian ibu terendah periode Januari – Desember 2010 adalah Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju Utara, hal ini disebabkan karena kemitraan bidan dan dukun di Kabupaten Majene sudah |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 23 berjalan dengan baik.
  • 31. Secara umum penyebab kematian ibu yang tertinggi adalah perdarahan (19 orang) hal ini disebabkan karena masih banyaknya ibu melahirkan ditolong selain tenaga kesehatan dan bukan di tempat fasilitas kesehatan. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 24 B. Morbiditas Morbiditas adalag angka kesakitan (insidensi atau prevalensi) dari suatu penyakit yang terjadi pada suatu populasi dalam kurun waktu tertentu. Morbiditas berhubungan dengan terjadinya atau terjangkitnya penyakit didalam populasi, baik fatal maupun non-fatal. Angka morbiditas lebih cepat menentukan keadaan kesehatan masyarakat dari pada angka mortalitas, karena banyak penyakit yang mempengaruhi kesehatan hanya mempunyai mortalitas yang rendah. 1. Penyakit terbanyak di Rumah Sakit Penyakit terbesar di rumah sakit sepanjang tahun 2010 di Sulawesi Barat menurut catatan Bidang Pelayanan Medik Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan pasien yang paling banyak berkunjung adalah pasien dengan faktor yang mempengaruhi keadaan kesehatan dan berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Perincian penyakit yang melakukan kunjungan rawat jalan di rumah sakit menurut catatan Bidang Pelayanan Medik Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 adalah sebagai berikut : Kunjungan terbesar pertama rawat jalan adalah Diare dengan Jumlah kunjungan 1888 orang dan penyakit kedua adalah Demam Berdarah dengan jumlah kunjungan 1232 orang.
  • 32. Tabel 3.5 Jumlah Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Jalan Dirumah Sakit Di Sulawesi Barat Tahun 2010 Daftar Penyakit Jumlah Kasus Demam Berdarah 1232 Kolera 450 Diare 1880 TBC 313 Tetanus 21 Kusta 36 Malaria 1023 Diphteria 1112 Gigitan anjing gila 35 Sumber : Bina Pelayanan Medik Dinkes Sulbar tahun 2011 Sedangkan pasien rawat inap terbanyak menunjukkan pola yang sedikit berbeda. Malaria menjadi kasus terbanyak yaitu 1342 kasus. Tabel 3.6 Jumlah Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Jalan Dirumah Sakit Di Sulawesi Barat Tahun 2010 Daftar Penyakit Jumlah Kasus Demam Berdarah 936 Kolera 235 Diare 1627 TBC 504 Tetanus 53 Kusta 21 Malaria 1342 Diphteria 823 Gigitan anjing gila 21 Sumber : Bidang Bina pelayanan Medik Dinkes Sulbar Tahun 2011 2. Penyakit Menular |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 25 a. Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millennium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa).
  • 33. Plasmodium yang ditularkan melaui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria di Sulawesi Barat pada umumnya adalah desa – desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan social ekonomi masyarakat yang rendah. Direktorat Jenderal PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria di suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 26 yaitu: 1. Endemis tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk 2. Endemis sedang bila API berkisar antara 1 - < 5 per 1.000 penduduk 3. Endemis rendah bila API 0 – 1 per 1.000 penduduk 4. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah pembebasan malaria) atau API = 0. Guna mencapai target yang di canangkan secara nasional maka ada beberapa program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat diantaranya sebagai berikut : 1. Gebrak Malaria yang bertujuan untuk memastikan 80% dari masyarakat yang beresiko terjangkit malaria mendapatkan perlindungan melalui metode pengendalian vector yang sesuai keadaan setempat; 80% penderita malaria didiagnosis dan diobati dengan menggunakan antimalarial yang adekuat; 80% perempuan ibu hamil didaerah penularan yang stabil mendapat perawatan pencegahan berkala (IPTp); dan beban akibat penyakit malaria berkurang sampai 50% dan pada tahun 2015,
  • 34. penyakit dan kematian akibat malaria berkurang 75 persen dibandingkan dengan tahun 2005, tervapainya target MDG dan intervensi efektif diterapkan secara universal Tabel 3.7 Strategi Kampanye Gebrak Malaria Strategi Utama Tujuan Utama Memobilisasi dan memberdayakan masyarakat menuju hidup sehat Semua desa menjadi “desa siaga”- pemberdayaan dan pelibatan masyarakat dalam pemberantasan dan pengendalian malaria dan penyakit lain yang merupakan masalah utama kesehata Meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang berkualitas Setiap bayi, anak dan kelompok resiko tinggi terlindung dari penyakit-penyakit Memperbaiki sistem surveilans, monitoring dan informasi Setiap kejadian penyakit dilaporkan secara tepat waktu dan akurat kepada dinas kesehatan terdekat Setiap kejadian luar biasa/wabah dikendalikan secara cepat dan tepat Peningkatan ketersediaan pendanaan malaria 2. Penelitian Malaria terpadu kerjasama Universitas Hasanuddin dengan Dinas Kesehatan Sulawesi Barat. Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Mamuju yang merupakan daerah endemis malaria tinggi di Sulawesi Barat dan berlangsung selama 3 tahun mulai 2010 – 2012. Di Sulawesi Barat terdapat dua kabupaten yang termasuk dalam daerah Endemis tinggi yakni Mamuju dan Mamuju Utara. Kondisi wilayah yang ada menjadi salah satu faktor tingginya kasus malaria di kedua wilayah tersebut di bandingkan dengan wilayah lain di Sulawesi Barat. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 27
  • 35. API Sulawesi Barat pada tahum 2010 adalah 6,7 per 1.000 penduduk Sulawesi barat. Di hubungkan dengan target MDGs angka API Sulawesi Barat masih sangat tinggi. Begitupula dengan target nasional yang menekan jumlah kasus menjadi kurang dari 1 per 1000 kasus malaria positif yang ditemukan melalui pelayanan rutin. Sulawesi Barat mesti memacu diri untuk mencapai target nasional Indonesia bebas malaria tahun 2030. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 28 b. TB Paru Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi hasil TB. Bersama dengan malaria dan HIV AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru TBA Positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Kementerian Kesehatan menetapkan target CDR minimal pada tahun 2010 sebesar 70%. Dalam upaya peningkatan efektifitas pengendalian TB, Sulawesi Barat telah melakukan upaya penguatan DOTS yang merupakan kebijakan nasional dalam pengendalian Tuberkulosis. Kunci utama dalam DOTS yaitu : komitmen, doagnosa yang benar dan baik. Ketersediaan dan lancarnya distribusi obat, pengawasan penderita menelan obat dan pencatatan dan pelaporan penderira dengan baik dan benar dengan sistem kohort.
  • 36. Gambar 3.8 Angka Penemuan Kasus (CDR) Per Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 Sumber : Program P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 Angka penemuan kasus Case Detection Rate (CDR) Sulawesi Barat tahun 2010 Sulawesi Barat sebesar 47%. Kabupaten Majene adalah Kabupaten dengan pencapaian CDR sebesar 85% dan paling rendah adalah Kabupaten Mamuju Utara sebesar 24%. Sedangkan CDR Sulawesi Barat sebesar 47%. Sasaran ini masih belum mencapai target MDGs sebesar 70%. Hal ini tentu menjadi tantangan terbesar bagi Sulawesi Barat untuk dapat mencapai target MDGs pada tahun 2015. Tantangan yang dihadapi dalam upaya penanganan TB di Sulawesi Barat |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 29 antara lain: 1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengakibatkan tingginya resiko penyebaran infeksi. Hal ini terkait dengan advokasi, komunikasi dan mobilisasi social belum optimal, terbatasnya akses pelayanan dan belum maksimalnya kemitraan antara public-swasta;
  • 37. 2. Masih tingginya penemuan kasus yang belum diimbangi dengan ketersediaan pelayanan pengobatan yang memadai. Layanan pengobatan untuk TB secara rutin belum merata. 3. Masih terbatasnya penguatan kebijakan pengendalian TB berbasis local di Sulawesi Barat. Diperlukan penguatan pelayanan kesehatan, informasi dan pendanaan tingkat daerah 4. Belum optimalnya sistem informasi untuk penyusunan kebijakan berbasis fakta. Saat ini penerapan elemen strategi TB, penguatan sistem kesehatan, peran serta petugas kesehatan, ASCM, dan riset masih kurang optimal 5. Masih terbatasnya sumber pendanaan untuk menanggulangi TB di Sulawesi Barat. Alokasi Dana bersumber Anggaran pendapatan Belanja Daerah hanya Rp. 48.060.000,00. Selama ini sumber dana pendanaan penanggulangan TB di Sulawesi Barat sebagian besar berasal dari bantuan luar negeri (GF TB). Untuk itu diperlukan peningkatan mobilisasi sumber daya local dan peningkatan efisiensi anggaran bersumber APBD dalam peningkatan program TB. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 30 c. HIV AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus (retrovirus) yang menginfeksi sel-sel sistem imunologi sehingga merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kondisi kesehatan seseorang ketika HIV telah merusak sistem kekebalan terhadap penyakit Infeksi menular seksual (IMS) merupakan penyakit yang sangat erat keterkaitannya dengan kejadian HIV dan AIDS.
  • 38. Keberadaan penderita HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es, dimana jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit dibandingkan penduduk yang terinfeksi dan diperkirakan pada tahun 2010 jumlah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) di Sulawesi Barat mencapai 000000 orang. Kondisi tersebut berkaitan dengan keadaan geografis Sulawesi Barat yang berada dalam posisi “Segitia emas” terletak diantara Sulawesi selatan dan Sulawesi Tengan dan berbatasan langsung dengan pulau Kalimantan menjadi salah satu faktor mobilisasi penduduk yang cepat. Selain itu banyaknya penduduk yang masuk menyebabkan adanya perubahan pola hidup dan perubahan perilaku seksual yang tidak aman serta penggunaan Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) suntik yang semakin meluas. Tantangan lain yang dihadapi adalah terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan dalam pencegahan, perawatan dan pengobatan HIV AIDS. Sistem layanan kesehatan perlu diperkuat dalam menangani kasus HIV/AIDS; terbatasnya alokasi anggaran dan ketersediaan dana yang berkesinambungan dalam pengendalian HIV/AIDS. Masalah dana menjadi kendala utama dalam mengani HIV/AIDS; masih lemahnya koordinasi linta sektor sistem monitoring dan evaluasi; dan masih terbatasnya fasilitas dan tenaga kesehatan baik dalam hal kuantitas dan kualitas maupun kapasitas dalam penanganan HIV AIDS. Upaya pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan memalui penyuluhan ke masyarakat, pembentukan klinik IMS dan Voluntary Concealing Test VCT di puskesmas, pengobatan dan pemeriksaan berkala penyakit |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 31
  • 39. menular seksual, pengamatan darah donor dan kegiatan lain yang menunjang pemberantasan penyakit HIV/AIDS. Pengembangan jejaring HIV/AIDS serta kerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPA) tingkat provinsi dan kabupaten, Majelis Ulama (MU) serta organisasi masyarakat lainnya yang terkait merupakan usaha lain dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat dalam penanggulangan |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 32 HIV/AIDS. Meski demikian jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Barat hingga tahun 2010 belum ada laporan secara tertulis penduduk yang tercatat sebagai penderita positif, namun penderita positif tersebut diperkirakan ada di sekitar kita. Untuk penyakit infeksi menular lainnya pada tahun 2010 di Sulawesi Barat tercatat sebanyak 516 orang. Kabupaten Mamuju menjadi kabupaten dengan jumlah penderita IMS terbesar 493 orang atau sekitar 95 % dari penderita penyakit infeksi menular lainnya yang tercatat di Sarana Pelayana Kesehatan d. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) ISPA seringkali menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan balita, dimana pneumonia diduga sebagai faktor utama penyebabnya. ISPA juga merupakan salah satu penyebab kunjungan berobat pasien di rumah sakit dan Puskesmas. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) atau Acute Respiratory Infection (ARI) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian
  • 40. dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA yang menjadi fokus program kesehatan adalah Pneumonia, karena pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur dengan populasi rentan pada anak-anak usia kurang dari dua tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Gambar 3.9 Penderita Pneumonia pada Balita Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2010 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 Berdasarkan laporan bidang pencegahan dan pengendalian penyakit dari dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Barat, kasus pneumonia mengalami penurunan yang cukup tajam dari tahun 2007. Pada tahun 2010 kasus pneumonia menunjukkan adanya kecenderungan meningkat sehingga |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 33 perlu diwaspadai.
  • 41. Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus mendapat tatalaksana sesuai standar. Target cakupan program ISPA nasional pada pneumonia balita sebesar 76% dari perkiraan jumlah kasus. Pada tahun 2009 cakupan penemuan kasus di Provinsi Sulawesi barat telah |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 34 mencapai 100%. Gambar 3.10 Penemuan dan Tata Laksanan Pneumonia pada Balita Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat,2011 e. Kusta Penyakit kusta atau disebut penyakit lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang menyerang syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Bila tidak ditangani dengan baik, kusta dapat menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, syaraf, anggota gerak dan mata.
  • 42. Penyakit kusta menurut jenis penyakitnya dibedakan menjadi kusta Pausi Basiler (PB) dan kusta Multi Basiler (MB) dan pengobatannya disesuaikan dengan klasifikasi jenisnya. Strategi global WHO menetapkan indikator eliminasi kusta adalah angka penemuan penderita atau istilah bahasa inggrisnya Newly Case Detection Rate (NCDR) yang menggantikan indicator utama sebelumnya yaitu angka penemuan penderita terdaftar berupa prevalensi rate < 1/100.000 penduduk. Gambar 3.11 Angka Penemuan Kasus Kusta Baru Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2010 Sumber : Bagian P2PL Dina Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 Angka penemuan kasus kusta baru pada tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup berarti, baik dari jenis PB ataupun MB. Sedangkan untuk persebarannya, kasus kusta terdapat di semua kabupaten dengan jumlah kasus yang berbeda-beda.Hal ini disebabkan masalah dalam pengelolaan pengendalian penyakit kusta baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 35
  • 43. Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta di Indonesia, salah satu indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilannya adala angka proporsi cacat tingkat II (kecatatatn yang dapat dilihat dengan mata) sebesar 5% dan proporsi anak di antara kasus baru. Angka proporsi cacat tingkat II digunakan untuk menilai kinerja petugas dalam upaya peningkatan penemuan kasus. Angka proporsi cacat tingkat II yang tinggi mengindikasikan adanya keterlambatan dalam penemuan penderita yang dapat diakibatkan rendahnya kinerja petugas dan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai tanda-tanda |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 36 dini penyakit kusta. Gambar 3.12 Proporsi Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 Sedangkan indikator proporsi anak di antara kasus baru mampu mempresentasikan penularan kusta yang masih terjadi di masyarakat.
  • 44. Gambar 3.13 Penderita Kusta Berdasarkan Kelompok Umur Menurut Umur di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010. Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2011 Prevalensi penyakit kusta di Provinsi Sulawesi Barat telah mengalami perubahan setiap tahunnya. Prevalensi penyakit kusta telah turun dari 2,5/10.000 penduduk menjadi 1,6/10.000 penduduk pada tahun 2010, walaupun belm mencapai angka <1/10.000 penduduk. Sedangkan untuk persebarannya, kasus kusta terdapat di semua kabupaten dengan jumlah kasus yang berbeda-beda. 3. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) AFP adalah kondisi abnormal yang ditandai dengan melemahnya, lumpuhnya atau hilangnya kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas secara tiba-tiba. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit atau trauma yang mempengaruhi syaraf yang berhubungan dengan otot. AFP ini sering juga dijelaskan sebagai tanda cepat munculnya serangan seperti pada polio. Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dar 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya layuh yang terjadi secara mendadak. Sedangkan |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 37
  • 45. AFP non polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan spesimen tinja tidak ditemukan virus polio liar yang ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus AFP dengan kriteria tertentu. Gambar 3.14 Jumlah Kasus AFP [lumpuh layuh] Provinsi Sulawesi Barat tahun 2007-2010 Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 Indikator keberhasilan ERAPO adalah ditemukannya kasus AFP minimal 2/100.000 penduduk dan tidak ditemukannya kasus polio selama lima tahun berturut-turut. Penemuan kasus AFP di Sulawesi Barat dapat dilihat pada |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 38 gambar berikut : Gambar 3.15 AFP Rate tahun 2007 – 2010 Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011 Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011
  • 46. 4. Penyakit Potensial KLB/Wabah a. Demam Berdarah Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorraghic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue serta disebarkan dengan perantaraan nyamuk Aedes Aegypty dan Aedes Albopictus yang hidup di genangan air bersih atau jernih di sekitar rumah atau tempat-tempat yang dapat menampung dan menjadi genangan air dan umumnya kasus ini mulai meningkat pada musim penghujan. Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga menimbulkan kepanikan di masyarakat karena penyebarannya yang sangat cepat dan berpotensi menimbulkan kematian bila tidak mendapatkan penangan secara cepat dan tepat. Angka kesakitan DBD di Provinsi Sulawesi Barat sampai tahun 2010 cukup tinggi walaupun secara umum mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 Kabupaten Mamuju dan Polewali Mandar memiliki kasus DBD yang meningkat dibanding tahun 2009. Dari seluruh kasus di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 tidak terdapat |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 39 kematian. Kesigapan petugas di lapangan dalam penangan kasus DBD haruslah ditingkatkan dan dipertahankan. Seperti pada Kabupaten Mamuju Utara, Majene dan Mamuju telah melakukan penangan kasus DBD sebesar 100% dari
  • 47. kasus yang ada. Pada Kabupaten Polewali Mandar tidak diperoleh data mengenai jumlah kasus dan pengobatan terhadap pasien yang ditemukan. Penderita Kusta Berdasarkan Kelompok Umur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010. 18 20 Gambar 3.16 0 58 73 169 18 20 11 7 0 0 58 73 169 7 13 0 32 42 94 26 31 75 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 40 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 MAJENE POLMAN MAMASA MAMUJU MATRA SULBAR kasus dbd ditangani laki-laki perempuan Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 b. Diare Diare dapat didefinisikan sebagai perubahan konsistensi fases selain dari frekuensi buang air besar. Dikatakan diare apabila fases lebih berair dari biasanya. Diare juga didefinisikan bila Buang Air Besar (BAB) tiga kali atau lebih atau BAB lebih berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Sementara diare yang berdarah didefinisikan sebagai disentri. Selain angka kesakitan yang masih tinggi, penyakit diare juga sering menimbulkan KLB dengan tingkat CFR yang juga tinggi. Salah satu upaya menurunkan kematian akibat diare adalah dengan tatalaksana yang tepat dan cepat. Pengolahan, analisa, dan interpretasi data secara rutin juga akan
  • 48. dilakukan, sebagai upaya kewaspadaan dini KLB Diare. Upaya ini dilakukan dengan mengadakan pelatihan petugas terintegrasi dengan pelatiha Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), serta pengamatan tatalaksana diare di puskesmas |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 41 sentinel. Gambar 3.17 Cakupan Penemuan Penderita Diare Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 Untuk tahun 2010, kejadian diare tertinggi tercatat di Kabuapten Mamuju sebanyak 21.656 kasus melebihi kasus perkiraan kejadian diare dan terendah di Kabupaten Mamasa sebanyak 3.050 kasus yang masih belum mencapai target. Selain Kabupaten Mamuju, tidak ada kabupaten yang mencapai target penemuan kasus diare pada tahun 2010. Kasus diare pada balita di Provinsi Sulawesi Barat sudah mulai menunjukkan penurunan setiap tahunnya, walaupun tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2008 sebesar 46,88% per 1.000 penduduk dan di tahun 2010 sebesar 45,21% per 1000 penduduk. Dari 45.012 untuk semua kasus diare, telah
  • 49. dilakukan penanganan kasus sebesar 43,89 %. Hal ini sangat jauh dari target penanganan kasus diare. Gambar 3.18 Cakupan Penemuan Penderita Diare Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010. Sumber : Bagian P2Pl Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 Upaya penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian zink, oralit dan penggunaan cairan infuse pada penderita serta melakukan tatalaksana diare karena dengan penanganan yang cepat dan tepat di tingkat rumah tangga maka diharapkan dapat mencegah terjadinya diare dengan dehidrasi berat yang dapat menyebabkan kematian. Gambar 3.19 Cakupan Penggunaan Zink dan Oralit Bagi Penderita Diare Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2010 Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2010 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 42
  • 50. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 43 c. Filariasis Limpathic Filariasis adalah penyakit parasit dimana cacing filaria (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori) menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Parasit ini ditularkan pada manusia melalui gigitan berbagai jenis nyamuk yang telah terinfeksi dan kemudian menjadi cacing dewasa dan hidup di jaringan limfe. Penyakit ini sering menyebabkan menurunkan daya kerja dan produktifitas serta timbulnya cacat tubuh yang menetap atau permanen berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelaminsebagai tanda tingkat lanjut dari penyakit. Penyakit ini juga sering disebut Elefantiasis atau yang sering juga disebut penyakit kaki gajah karena penderitanya sering mengalami bengkak di kaki yang sangat besar menyerupai kaki gajah. Gambar 3.20 Trend Kejadian Kasus Filariasis Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 - 2010 Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 Meskipun penyakit ini sudah menyebar di semua kabupaten/kota di Sulawesi Barat dan telah dilakukan survey pemetaan endemitas di beberapa
  • 51. kabupaten/kota, namun hingga saat ini belum dapat diketahui secara akurat prevalensi dan jumlah penderita secara pasti. Penemuan kasus filariasis selama ini hanya setelah timbulnya tanda tingkat lanjut dari penyakit ini mengingat penyakit ini bersifat kronis. Belum pernah ditemukan orang yang menderita filaria secara dini walaupun orang tersebut bermukim di daerah endemis atau terdapat penderita filariasis disekitarnya. Dalam upaya mencapai eradikasi filariasis pada tahun 2020 diperlukan upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan memutus rantai penularan dan mengobati penderita untuk mencegah infeksi sekunder serta alat/sarana yang sensitive untuk penegakan diagnosis sehingga penderita dapat ditemukan dalam stadium dini dan sampai tidak menimbulkan kecatatan. Kegiatan pengobatan massal pada penderita filariasis belum pernah dilakukan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten selama tahun 2010. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 44
  • 52. BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan yang telah dilakukan di Provinsi Sulawesi Barat. A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dan jaringannya adalah sebagai berikut : 1. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN BAYI Seorang ibu mempunyai peran besar didalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi / anaknya. Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi antara lain pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di sarana kesehatan mulai Posyandu sampai rumah sakit. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 45
  • 53. a. Pelayanan Antenatal (K 1 dan K 4) Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman.Kegiatan pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatan adalah promotif dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 46 dan K4 Cakupan K1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam menggerakan masyarakat. Cakupan K1 tahun 2010 sebesar 96,7%, meningkat dibandingkan tahun 2009 sebesar 93,14%. Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali kunjungan selama masa kehamilannya (sekali di trimester pertama, sekali di trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga). Indikator ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat perlindungan dan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
  • 54. Gambar 4.21 Persentase cakupan pelayanan K1 DAN K4 ibu hamil Di Sulawesi Barat Tahun 2006-2010 Sumber : Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, 2010 Dari grafik tersebut terlihat cakupan K4 di Sulawesi Barat menunjukan peningkatan dalam empat tahun terakhir yang berarti terjadi peningkatan kualitas pelayanan pada ibu hamil di Sulawesi Barat, ini menunjukkan semakin kuatnya program memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama bagi ibu hamil cakupan tersebut memenuhi target SPM sebesar 90%. Cakupan pelayanan K4 menurut Kabupaten di Sulawesi Barat, dapat di lihat pada gambar 4.2 berikut. Gambar 4.2 Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil Menurut Kabupaten Tahun 2010 Sumber : Program Ibu dan Anak, Binkesmas Dinkes Sulbar |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 47
  • 55. Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa tahun 2010 presentase ibu hamil yang mendapat pelayanan ANC sampai 4 kali (cakupan K4) yang tertinggi adalah Kabupaten Majene (87,56%) setelah itu Kab. Polman dan yang terendah adalah Kabupaten Mamasa (69,73%). Persentase cakupan K4 semua kabupaten sudah melampaui target yang diberikan oleh Provinsi Sulawesi Barat yang disesuaikan dengan kondisi masing – masing kabupaten. Secara umum, presentase cakupan K4 semua kabupaten dan provinsi sudah melampaui target, kecuali Kabupaten Polman (79,42%) belum melampaui target (82,71%) sedangkan Kabupaten Mamuju (71,67%), Mamasa (62,18%) dan Kabupaten Matra (69,73%) serta Provinsi Sulawesi Barat (74,93%) telah melampaui target |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 48 tahun 2010 (71,30%). Untuk dapat meningkatkan cakupan K4 dapat didukung dengan kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K), kemitraan bidan dan dukun serta kelas ibu hamil dan juga dengan adanya program kelambu oleh GF ATM Round 8 Kesehatan Ibu dapat meningkatkan cakupan K4. Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa ibu hamil dengan memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali tanda – tanda dan mendeteksi secara dini. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di semua kabupaten se Provinsi Sulawesi Barat terdapat penurunan cakupan K1 ke cakupan K4. Hal ini disimpulkan bahwa banyaknya K4 yang DO. Semua kabupaten se Provinsi Sulawesi Barat cakupan k1 lebih dari 30% ibu hamil dari sasaran telah
  • 56. mendapatkan pelayanan antenatal care pada kehamilannya tapi melihat DO K1- K4 yang lebih dari 10% maka Provinsi Sulawesi Barat perlu penelusuran dan intervensi lebih lanjut. Salah satu penyebab DO tersebut adalah ibu yang kontak pertama (K1) dengan tenaga kesehatan, kehamilannya sudah berumur lebih dari 3 bulan, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilannya. Sehingga diperlukan intervensi penelusuran ibu hamil dan mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya pemeriksaan kehamilan secara dini ke petugas kesehatan serta meningkatkan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K) dan melakukan sweeping ibu hamil secara berkala di wilayah kerja masing – masing. Bila ibu hamil kontak pertama pada tenaga kesehatan (K1) bukan pada trimester 1 maka cakupan K4 nya pasti akan lebih kecil dari K1 karena dikatakan cakupan K4 bila memenuhi persyaratan 1 kali kontak dengan tenaga kesehatan pada kehamilan trimester 1, 1 kali kontak dengan tenaga kesehatan ada kehamilan trimester 2 serta 2 kali kontak dengan tenaga kesehatan pada |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 49 kehamilan trimester 3 b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang memiliki kompetensi Kebidanan Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional).
  • 57. Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mengalami fluktuasi. Tahun 2010 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 73,1% meningkat di bandingkan tahun 2008 sebesar 65,94% Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2006-2010 cenderung meningkat selama 3 tahun terakhir, hal dapat di lihat pada gambar 4.3 berikut ini : Gambar 4.23 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh tenaga Kesehatan Tahun 2006-2010 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten 2006-2009 Gambar 4.24 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh tenaga Kesehatan menurut kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2010 Sumber : Program Ibu dan Anak, Dinkes Sulawesi Barat, 2011 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 50
  • 58. Pada gambar 4.24 terlihat bahwa presentase ibu hamil yang melahirkan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan ( cakupan PN) yang tertinggi adalah Kabupaten Majene (85,10%) kemudian Kabupaten Polman (81,94%) dan yang terendah adalah Kabupaten Mamuju Utara (56,94%). Kabupaten persentase cakupan PNnya melampaui target yang diberikan oleh Provinsi Sulawesi Barat yang disesuaikan dengan kondisi masing – masing kabupaten adalah kabupaten Majene (85,10%). Secara umum, presentase cakupan PN semua kabupaten dan provinsi sudah mendekati target bahkan capaian PN provinsi (73,12%) sudah mendekati target 73,53%. Untuk dapat meningkatkan cakupan K4 dapat didukung dengan kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K), kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil serta pelatihan APN bagi bidan sehingga dapat menambah keterampilan bidan menangani persalinan disamping pelatihan – pelatihan lainnya yang menunjang peningkatan keterampilan bidan memberikan pelayanan di masyarakat. Serta membuat rumah tunggu untuk ibu hamil yang tempat tinggalnya jauh dari tenaga kesehatan dan fasilitas |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 51 kesehatan. Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa dengan memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali tanda – tanda dan mendeteksi secara dini. c.Ibu Hamil Resiko Tinggi (Risti)/komplikasi yang ditangani
  • 59. Risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb<8 %, Tekanan darah tinggi (Sistole >140 mmHg, diastole > 90 mmHg), Oedema nyata, ekslampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dinoi, letak lintang pada usia kehamilan > 36 minggu, letak sungsang pada pramigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 52 prematur. Dalam memberikan pelayan kuhususnya oleh tenaga bidan didesa dan puskesmas, beberapa ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti) memerlukan pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai. Pada tahun 2010 terdapat 27.502 ibu hamil di Propinsi Sulawesi Barat. Dari jumlah tersebut, terdapat sebanyak 5.500 ibu hamil risiko tinggi/komplikasi atau sebesar 20% dari jumlah ibu hamil yang ada. Jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi yang ditangani sebesar 3.178 ibu hamil atau sebesar 50,96% . Persentase Penanganan Komplikasi Ibu Hamil di Sulawesi Barat selama tahun 2006-2010 dapat di lihat pada gambar 4.25
  • 60. Gambar 4.25 Persentase Penanganan Komplikasi Ibu Hamil Di Sulawesi Barat Tahun 2010 Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2011 Presentasi cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani (PK) yang tertinggi adalah Kabupaten Polman (82,43%) dari hasil deteksi resiko oleh nakes 80,87% dan deteksi resiko oleh masyarakat 30,37% hal ini disebabkan karena Kabupaten Polman mempunyai 2 (dua) orang dokter obgyn (akhir april 1 org obgyn pindah tugas) dan memiliki RS mampu PONEK yang menjadi pusat rujukan, kemudian Kabupaten Majene dapat menangani ibu hamil yang komplikasi sebesar 59,44% dari 111,68% yang dideteksi oleh nakes dan 54,24% yang dideteksi oleh masyarakat dan yang terendah adalah Kabupaten Mamuju Utara (33,32%). Kabupaten Mamuju Utara tidak memiliki dokter obgyn sedangkan letaknya jauh dari Kabupaten Mamuju yang mempunyai dokter obgyn. Persentase cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani pada umumnya sudah melampaui target masing – masing kabupaten, kecuali Kabupaten Mamuju (26,90%) yang belum mencapai target kabupaten |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 53
  • 61. (49,63%) padahal kabupaten mamuju diharapkan cakupan PK nya tinggi karena memiliki dokter obgyn, di kabupaten mamuju dari hasil deteksi resiko oleh nakes sekitar 68,88% dan deteksi resiko oleh masyarakat 12,79% dan yang ditangani hanya 26,90% sehingga ada 54,77% bumil beresiko yang tidak ditangani. Pencapaian PK Provinsi Sulawesi Barat (50,99%) telah melampaui target cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani (PK) 46,35% Untuk dapat meningkatkan cakupan PK dapat didukung dengan kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K) sehingga ibu hamil yang komplikasi dapat lebih dini terdeteksi jika bumil melakukan ANC lengkap, dapat pula didukung oleh kegiatan pemeriksaan ibu hamil secara brkala dengan menggunakan USG Mobile yang dilakukan oleh dokter obgyn ke daerah yang sulit dijangkau, kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil sera PKM mampu PONED sehingga bila ada yang ditedeksi bumil resti oleh nakes maupun masyarakat dapat terlebih dahulu ditangani di PKM PONED sebelum dirujuk ke RS. Tapi kendala yang ada yaitu tim PONED di PKM masih banyak yang belum aktif memberikan pelayanan disebabkan oleh tiak adanya alat PONED serta seringnya terjadi pergeseran petugas kesehatan. Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa bumil resti yang perlu mendapatkan penanganan dengan memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali tanda – tanda dan mendeteksi secara dini. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 54
  • 62. d. Pelayanan Nifas Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 55 pasca persalinan. Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding perut, perineum, kandung kemih dan organ kandungan. Karena dengan perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas. Pada tahun 2010 jumlah sasaran ibu bersalin di Sulawesi Barat sebanyak 26.251 orang dan 20.184 (76,89) diantaranya telah mendapat pelayanan nifas sesuai standar. Capaian tertinggi dicapai beberapa kabupaten Majene (97,06%) dan terendah Mamuju Utara (68%) Gambar 4.26 Cakupan Kunjungan Ibu Nifas Menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2010 Sumber : Program Ibu dan Anak, Dinkes Sulawesi Barat 2010
  • 63. e. Kunjungan Neonatus (KN2) Kunjungan neonatus adalah bayi usia 0-28 hari yang kontak dengan tenaga kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan minimal tiga kali yaitu dua kali pada umur 0 -7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari (KN2). Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan kesehatan neonatal dasar yang meliputi tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi, pemberian vitamin K, manajemen terpadu balita muda (MTBM) dan konseling untuk ibunya tentang perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA. Berdasarkan laporan Program Kesehatan ibu dan Anak jumlah dengan risiko tinggi/komplikasi pada neonatal di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2010 sebanyak 24.999 bayi. Dari jumlah tersebut terdapat sebanyak 3.750 bayi risiko tinggi/komplikasi atau sebesar 15%. Cakupan penanganan neonatal resiko tinggi ditangani pada tahun 2010 sebesar 46,6%. Cakupan penanganan Neonatla selama tahun 2008 sampai 2010 dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.27 Cakupan Penanganan Neonatal resiko tinggi Sulawesi Barat Tahun 2008-2010 Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat, 2011 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 56
  • 64. Berdasarkan gambar 4.27 diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2008- 2009 penanganan neonatal resiko tinggi di Sulawesi Barat mengalami peningkatan yang cukup signifikan sedangkan pada tahun 2010 secara angka ini mengalami penurunan, bukan berarti penanganan neonates tidak dilaksanakan, namun dari perkiraan neonates yang ada ternyata lebih banyak dari jumlah sebenarnya. Ini menjadi tanda bahwa semakin baiknya pelayanan kesehatan dan kunjungan ibu hamil kesarana pelayanan kesehatan selama hamil. Pada tahun 2010 presentasi cakupan neonatal komplikasi yang ditangani yang tertinggi adalah Kabupaten Polman (68,2%) hal ini disebabkan karena Kabupaten Polman mempunyai 1 (orang) orang dokter ahli anak dan memiliki RS mampu PONEK yang menjadi pusat rujukan, kemudian Kabupaten Majene dapat menangani neonatal yang komplikasi sebesar 49,9%. Kabupaten Majene juga memiliki 1 (orang) orang dokter ahli anak. Kabupaten Mamuju Utara juga memiliki 1 (orang) orang dokter ahli anak walaupun hanya dikontrak dan mrelaksanakan pelayanan di RSUD Mamuju Utara 3 (tiga) kali satu pecan. Walaupun demikian Mamuju utara dapat mencapai cakupan penanganan neonatal komplikasi sebesar 44,0%% dan kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kabupaten Mamasa (18,4%). Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Mamuju tidak memiliki dokter ahli anak sedangkan letaknya jauh dari Kabupaten Polman dan Majene yang mempunyai dokter ahli anak. Untuk dapat meningkatkan cakupan penanganan neonatal dapat didukung dengan kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 57
  • 65. (P4K) sehingga ibu hamil yang komplikasi dapat lebih dini terdeteksi jika bumil melakukan ANC lengkap, dapat pula didukung oleh kegiatan pemeriksaan ibu hamil secara berkala dengan menggunakan USG Mobile yang dilakukan oleh dokter obstetric dan ginekologin ke daerah yang sulit dijangkau, kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil sera PKM mampu PONED sehingga bila ada yang didekteksi neonatal resti oleh nakes maupun masyarakat dapat terlebih dahulu ditangani di PKM PONED sebelum dirujuk ke RS. Tapi kendala yang ada yaitu tim PONED di PKM masih banyak yang belum aktif memberikan pelayanan disebabkan oleh tidak adanya alat PONED serta seringnya terjadi pergeseran petugas kesehatan. Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa neonatal resti yang perlu mendapatkan penanganan dengan memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali tanda – tanda dan mendeteksi secara dini. Gambar 4.28 Cakupan Penanganan Neonatal resiko tinggi menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2010 Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 58
  • 66. 3. PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA, USIA SEKOLAH DAN REMAJA Pelayanan kesehatan pada kelompok anak balita (pra sekolah), usia sekolah dan remaja dilakukan melalui deteksi/pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan kesehatan anak pra sekolah serta pemeriksaan kesehatan anak sekolah dasar/ sederajat dan pelayanan kesehatan pada remaja (SMP dan |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 59 SMU). Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita/pra sekolah adalah cakupan anak umur 0-5 tahun yang dideteksi kesehatan dan tumbuh kembangnya sesuai standar oleh dokter, bidan dan perawat paling sedikit dua (2) kali per tahun baik didalam gedung maupun diluar gedung seperti Posyandu, taman kanak-kanak, panti asuhan. Sementara untuk pelayanan kesehatan bagi siwa SD/MI dan siswa`SMP/SMU dan sederajat dilakukan melalui penjaringan kesehatan bagi murid kelas 1 (satu) SD/MI dan SMP/SMU. Cakupan pelayanan anak balita pra sekolah tahun 2010 sebesar 43,6%, meningkat tajam dibanding tahun 2009 sebesar 41,16%, namun masih jauh dari target SPM sebesar 80%. Demikian pula dengan cakupan siswa SD/MI tahun 2010 hanya ada 2 (dua) kabupaten yang melaporkan datanya yakni Kabupaten Majene 36,7% dan Kabupaten Mamasa 90,5%
  • 67. Cakupan tahun 2010 masih sangat jauh target SPM yang harus dicapai maka masih dibutuhkan upaya ekstra guna meningkatkan cakupan. Dibutuhkan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait. 4. PELAYANAN KESEHATAN PRA USILA (45-59 TH) DAN USILA |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 60 (>60 TH) Seiring bertambahnya Umur Harapan Hidup (UHH) maka keberadaan para lanjut usia tidak dapat begitu saja diabaikan, sehingga perlu diupayakan peningkatan kualitas hidup bagi kelompok umur lanjut usia. Pelayanan kesehatan pra usila dan usila adalah penduduk usia 60 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang dilakukan oleh tenaga kesehatan baik di Puskesmas, di Posyandu lansia maupun di kelompok usia lanjut. Pada tahun 2010 jumlah usila di Sulawesi Barat sebanyak 73.529 orang, dan yang menadapat pelayanan kesehatan 58.210 orang atau 82,6% (Kabupaten Mamasa dan Mamuju utara tidak melaporkan datanya) .cakupan Sulawesi Barat amsih dibawah target nasional sebesar 90%. Masih kurangnya cakupan pelayanan kesehatan bagi untuk warga usila, kemungkinan karena belum berfungsinya posyandu lansia secara optimal. Selain itu belum semua desa mempunyai posyandu lansia. Padahal dengan adanya posyandu lansia maka pelayanan kesehatan akan lebih mudah dijangkau oleh para lansia. Dibutuhkan koordinasi dan peran serta masyarakat serta lintas
  • 68. sektor terkait dalam upaya meningkatkan cakupan pelayanan terhadap para |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 61 lansia. 4. PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB) Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi, menurut hasil penelitian bahwa usia subur wanita antara usia 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran, maka wanita/ pasangan usia subur (PUS) diprioritaskan untuk menggunaan KB. Peserta KB dibagi menjadi KB baru dan KB aktif. Pada tahun 2010 cakupan peserta KB baru sebesar 6,1% dan KB aktif sebesar 45,1 % dari jumlah PUS sebanyak 234.784 orang. Cakupan KB aktif Sulawesi Barat tahun 2010 masih dibawah target Indonesia Sehat 2010 sebesar 70%. Berdasarkan jenis metode kontrasepsi yang digunakan, sebanyak 92,4% akseptor KB aktif memilih metode kontrasepsi jangka pendek (non MKJP) dengan pilihan terbanyak adalah metode Pil (54%). Sementara yang memilih metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, MOW/MOP dan implant hanya 6,1%.
  • 69. Gambar 4.29 Proporsi metode kontrasepsi peserta KB Aktif di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 Sumber : Program kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat 2010 Begitupula untuk peserta KB baru, peminat metode kontrasepsi jangka pendek sebesar 96,3% dengan pilihan terbanyak juga metode pil (58,7%), sedangkan yang memilih metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) hanya 3,7%. Kondisi tersebut mungkin disebabkan karena faktor biaya yang lebih murah dan cara yang mudah. Gambar 4.30 Proporsi metode kontrasepsi peserta KB Baru di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2008 Sumber : Program kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat 2010 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 62
  • 70. 5. PELAYANAN IMUNISASI Beberapa penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok vaksin, yaitu vaksin yang tergabung dalam kelompok vaksin virus dan kelompok vaksin bakteri. Kelompok vaksin bakteri misalnya tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, meningitis meningokokus, tipus abdominalis, kolera, hemophilus influenza tipe B dan pneumonia pneumokokus. Sedangkan vaksin virus termasuk di dalamnya adalah penyakit campak, polio, hepatitis B, hepatitis A, influenza, rabies, Japanese encephalitis, yellow fever (demam kuning), rubella, varicella, parotitis epidemica dan rotavirus. Banyak penyakit lain yang sedang dikembangkan seperti malaria, demam berdarah, HIV/AIDS dan AI. Upaya imunisasi telah terbukti dapat mengeradikasi penyakit cacar dan menekan penyakit polio, yaitu serta sejak tahun 1995 tidak ditemukan lagi virus polio liar yang berasal dari Indonesia (indigenous). Hal ini sejalan dengan upaya global untuk membasmi polio di dunia dengan program ERAPO. Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi secara nasional adalah angka cakupan Universal Child Immunization (UCI) pada wilayah desa/kelurahan. Untuk tahun 2010 indikator perhitungan UCI adalah cakupan imunisasi lengkap pada bay1 >85% untuk semua antigen. Sehingga bila cakupan UCI dikaitkan dengan batas wilayah maka dapat |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 63
  • 71. menggambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi terhadap penularan PD3I di wilayah tersebut. Target cakupan UCI desa/kelurahan di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar 42,11%. Pencapaian UCI Sulawesi Barat tahun 2010 belum mencapai target nasional sebesar 85%. Sedangkan untuk cakupan UCI per Kabupaten, Kabupaten Mamuju memiliki cakupan UCI desa/kelurahan tertinggi 76,0%, yang paling terendah cakupan UCI desa/kelurahan adalah Kabupaten Mamasa (53,0%) Gambar 4.31 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi kepada bayi umur 0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi kepada Wanita Usia Subur (WUS)/ibu hamil (TT) dan imunisasi kepada anak sekolah dasar (SD) (kelas 1 : DT, kelas 2-3 : TT) sedangkan kegiatan imunisasi tambahan |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 64
  • 72. dilakukan atas dasar ditemukannya masalah, seperti desa non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis. Gambar 4.32 Cakupan pemberian Imunisasi Pada Bayi Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat tahun 2010 Sumber : Program Sepimkesma Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2011 Drop Out (DO) imunisasi adalah bayi yang tidak mendapat imunisasi lengkap yaitu dengan mendeteksi bayi yang telah mendapat imunisasi DPT1 namun tidak mendapat imunisasi campak. Karena imunisasi DPT1 merupakan salah satu antigen kontak pertama yang diberikan pada bayi sedangkan imunisasi campak merupakan antigen kontak terakhir dari semua imunisasi yang diberikan kepada bayi. Cakupan DO tahun 2010 sebesar 0,5%, seluruh kabupaten di Sulawesi Barat mencapai cakupan campak > 80% dengan cakupan terendah adalah Kabupaten Mamuju Utara (84,4%). |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 65
  • 73. 6. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan melalui distribusi tablet besi (Fe) pada ibu hamil, distribusi Vitamin A pada balita dan pemberian kapsul |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 66 yodium pada WUS. a. Pemberian Tablet Besi (Fe) pada ibu hamil Pada saat periksa kehamilan di sarana kesehatan, ibu hamil akan mendapatkan tablet Fe yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kasus anemia serta meminimalkan dampak buruk akibat kekurangan Fe, karena kekurangan Fe pada ibu hamil dapat mengakibatkan terjadinya abortus, kecacatan bayi atau bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe-1 (30 tablet) tahun 2010 sebesar 94,36% dan cakupan Fe-3 sebesar 69,16%. Cakupan kedua indikator tersebut meningkat dibandingkan tahun 2009 dan telah memenuhi target Indonesia sehat 2010 sebesar 80%. Cakupan Fe-3 tertinggi dicapai Kabupaten Majene 87,56% dan terendah Kota Mamasa (61,83%). Walaupun capaian telah melampaui target namun petugas kesehatan tetap harus memotivasi ibu hamil agar meminum tablet besi tersebut guna mencegah terjadinya anemia ibu hamil.
  • 74. Gambar 4.33 Cakupan distribusi tablet Fe-1 dan Fe-3 Meurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 Sumber : Program Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010 b. Pemberian Kapsul Vitamin A pada balita Vitamin A adalah salah satu zat gizi yang diperlukan tubuh dan berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan mata. Bila seorang anak yang menderita kekurangan vitamin A terserang campak, diare atau penyakit infeksi lainnya maka penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian, karena infeksi tersebut menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis simpanan vitamin A dalam tubuh. Selain itu kekurangan vitamin A dalam waktu lama dapat mengakibatkan gangguan pada mata bahkan dapat mengakibatkan kebutaan. Sasaran pemberian kapsul Vitamin A adalah bayi usia 6-11 bulan dan balita (1-4 tahun) sebanyak 2 kali dalam setahun (Februari dan Agustus) serta |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 67
  • 75. ibu nifas satu kali. Cakupan balita yang mendapat vitamin A pada tahun 2010 sebesar 77,57%, kondisi ini sudah mencapai target nasional tahun 2010 75% namun belum mencapai target Nasional 2015 sebesar 85%. Capaian tertinggi pemberian kapsul vitamin A adalah Kabupaten Majene 89,74% dan terendah kabupaten Mamuju Utara (66,72%) Gambar 4.34 Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2010 Sumber : Program Gizi Dinkes Sulawesi Barat 2010 7. PELAYANAN FARMASI a. Kabupaten Majene Kabupaten Majene merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Barat yang cukup maju infrastrukturnya baik sarana dan prasarana dan ditunjang oleh perencanaan pemerintah Sulawesi Barat yang menggandengkan Kabupaten Majene sebagai Kabupaten Pusat pendidikan Sulawesi Barat Kedepannya. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 68
  • 76. Upaya pelayanan kesehatan Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan pemerataan Obat Generik dan Obat Esensial yang bermutu bagi masyarakat. Instalasi Farmasi Kabupaten Majene dipimpin oleh Apoteker, serta dibantu 1 orang tenaga Apoteker , 1 orang tenaga Asisten Apoteker dan 4 orang tenaga SMA, sehingga seluruhnya berjumlah 7 orang. Tabel 4.8 Gambaran Pengadaan Obat Kabupaten Majene Tahun 2006 – 2010 No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp) 1 Tahun 2006 Rp. ,- Rp. ,- 2 Tahun 2007 Rp. ,- Rp. 3 Tahun 2008 Rp. 1.000.000.000,- Rp. 371.000.000,- 4 Tahun 2009 Rp. 500.000.000,- Rp. 231.000.000,- 5 Tahun 2010 Rp. 400.000.000,- Rp. 703.000.000,- Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian obat untuk tahun 2010 sebesar Rp. 7.429/kapita. Jelas ini masih dibawah standart nasional sebesar Rp.13.000,-. Jadi dapat dikatakan bahwa ketersediaan obat di IFK Majene dengan memakai parameter obat “indicator”, didapatkan obat yang habis atau kosong ada 4 jenis, sementara obat dengan tingkat kecukupan dengan kategori kurang |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 69
  • 77. sebanyak 16 jenis. Untuk tingkat kecukupan kategori lebih sebanyak 4 jenis |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 70 obat. Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya perbaikan di IFK Majene. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 400.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab Majene menyediakan dana sebesar = 148.467 (jumlah penduduk) x Rp 13.000,- /kapita – 703.000.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 1.227.071.000,-. b. Kabupaten Polewali Mandar Polewali Mandar merupakan Kabupaten induk bersama Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju, sehingga Kabupaten ini merupakan Kabupaten yang telah cukup maju infrastrukturnya baik itu sarana maupun prasarana kesehatan. Kabupaten Polewali Mandar merupakan Kabupaten yang Cukup maju infrastrukturnya baik sarana dan prasarana kesehatan sehingga pada awal pembentukan Sulawesi Barat Kabupaten polewali Mandar direncanakan sebagai kota rujukan untuk pelayanan kesehatan Masyarakat Sulawesi Barat.
  • 78. Instalasi Farmasi Kabupaten Polewali Mandar memiliki seorang Asisten Apoteker sebagai kepala instalasi farmasi dibantu 2 orang tenaga SMA, sehingga seluruhnya berjumlah 3 orang. Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh dari dana APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 4.9 Gambaran Pengadaan Obat Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2006 – 2010 No Anggaran Obat APBD APBN/DAK 1 Tahun 2006 Rp. 1.092.822.950,- Rp. ,- 2 Tahun 2007 Rp. 1.578.691.606,- Rp. 568.734.624,- 3 Tahun 2008 Rp. 1.258.175.688,- Rp. 709.365.047,- 4 Tahun 2009 Rp. 893.080.965,- Rp. 425.490.365 5 Tahun 2010 Rp. 170.000.000,- Rp. 1.780.600.000,- Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Keseharan Sulawesi Barat, 2011 Melihat data diatas, jelas ada pengaruh yang cukup signifikan dengan adanya intervensi penambahan obat yang dilakukan IFK polewali Mandar melalui dana DAK Tahun 2010. Dari data diatas, menunjukkan bahwa ketersediaan obat di IFK Polewali Mandar dengan memakai parameter obat “indicator”, obat yang habis atau kosong ada 2 jenis, sementara obat dengan tingkat kecukupan dengan kategori |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 71
  • 79. kurang sebanyak 12 jenis, sementara kecukupan kategori cukup sebanyak 9 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 72 jenis obat. Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya perbaikan di IFK Polewali Mandar. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 170.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab Polewali Mandar menyediakan dana sebesar = 392.290,- (jumlah penduduk) x Rp 13.000,-/kapita – 1.780.600.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 3.319.170.000,-. c. Kabupaten Mamasa Instalasi Farmasi Kabupaten memiliki 7 orang pengelola, dimana pimpinannya seorang Diploma 3 Keperawatan yang dibantu oleh seorang Apoteker sebagai Kepala Seksi Farmasi, 1 orang Sarjana Farmasi, 1 orang D3 Farmasi dan 4 orang berpendidikan SMU. Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh dari dana APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut :
  • 80. Tabel 4.10 Gambaran Pengadaan Obat Kabupaten Mamasa Tahun 2006 – 2010 No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp) 1 Tahun 2006 Rp. 200.000.000,- Rp. 275.552.367,- 2 Tahun 2007 Rp. 400.000.000,- Rp. 372.076.611,- 3 Tahun 2008 Rp. 800.000.000,- Rp. 522.749.239,- 4 Tahun 2009 Rp. 1.000.0000.000,- Rp. 296.667.356,- 5 Tahun 2010 Rp. 296.800.000,- Rp. 703.200.000,- Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat,2011 Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian obat untuk tahun 2010 sebesar Rp. 7.144/kapita. Jelas ini masih di bawah standart nasional sebesar Rp.13.000,-. Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya perbaikan di IFK Mamasa. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 296.800.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 73
  • 81. Mamasa menyediakan dana sebesar = 139.962 (jumlah penduduk) x Rp 13.000,-/kapita – 703.200.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 74 1.116.306.000,-. d. Kabupaten Mamuju Kabupaten Mamuju merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Barat dengan Luas wilayah lebih dari 50 % dari Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten ini telah dimekarkan menjadi 2 yakni Kabupaten Mamuju Utara dan mana dalam kurung waktu dekat ini kabupaten ini kembali dimekarkan menjadi 3 yakni Kabupaten Mamuju Tengah. Upaya Dinas Kesehatan mengajak Kabupaten berslogan Bersehati (Bersih, Semangat,Hijau Aman,Tertib dan Indah ) ini untuk bekerja sama mewujudkan masyarakat sulbar yang sehat, maju dan Amanah salah satunya ditunjang oleh pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang baik sebagai penunjang vital pelayanan Kesehatan Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju dipimpin oleh D3 Farmasi, serta dibantu 2 tenaga SMU dan 4 orang tenaga sukarela dari sukarela dari berbagai disiplin ilmu, sehingga seluruhnya berjumlah 7 orang. Untuk menjamin ketersediaan obat di pelayanan kesehatan itu sendiri, maka sangatlah penting menjamin ketersediaan dana yang cukup untuk pengadaan Obat esensial, namum yang lebih penting lagi dalam mengelola dana penyediaan obat secara efektif dan efisien.
  • 82. Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh dari dana APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 4.11 Gambaran Pengadaan Obat Kabupaten Mamuju Tahun 2006 – 2010 No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp) 1 Tahun 2006 Rp. 996.103.900,- Rp. 210.172.949,- 2 Tahun 2007 Rp. 983.702.730,- Rp. 550.121.257,- 3 Tahun 2008 Rp. 1.999.000.000,- Rp. 610.053.461 4 Tahun 2009 Rp. 1.998.000.000,- 5 Tahun 2010 Rp. 1.000.000.000,- Rp. 1.093.400.000,- Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian obat untuk tahun 2010 sebesar Rp. 6.214,-/kapita. Jelas ini masih dibawah standart nasional sebesar Rp.13.000,-. Dari data diatas, menunjukkan bahwa ketersediaan obat di IFK Mamuju dengan memakai parameter obat “indicator”, obat yang habis atau kosong ada 10 jenis, sementara obat dengan tingkat kecukupan dengan kategori kurang sebanyak 14 jenis obat. Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 75
  • 83. depan ada upaya perbaikan di IFK Mamuju. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 1.000.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab Mamuju menyediakan dana sebesar = 336.879 (jumlah penduduk) x Rp 13.000,-/kapita – 1.093.400.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 76 3.286.027.000,- e. Kabupaten Mamuju Utara Kabupaten Mamuju Utara masih tertinggal jauh baik dari infrastruktur maupun sarana pendukung Pelayanan Kesehatan. Hal ini terbukti dengan belum adanya Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) yang representative untuk menunjang pelayanan obat baik penyimpanan, pendistribusian apalagi pengadaannya. Hal inilah yang banyak menyebabkan terganggunya ketersediaan obat di “Instalasi Farmasi Kabupaten” Mamuju Utara di unit pelayanan kesehatan lainnya seperti puskesmas dan pustu. Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Utara dipimpin oleh Apoteker, serta dibantu 1 orang tenaga S1 Farmasi dan 1 orang tenaga D3 Farmasi, sehingga seluruhnya berjumlah 3 orang. Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh dari dana APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut :
  • 84. Tabel 4.12 Gambaran Pengadaan Obat Kabupaten Mamuju Utara Tahun 2006 – 2010 |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 77 No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp) 1 Tahun 2006 Rp. 647.967.939,- Rp. 22 6.815.089,- 2 Tahun 2007 Rp. 680.000.000,- Rp. 111.762.069,- 3 Tahun 2008 Rp. 859.828.000,- Rp. 157.672.265,- 4 Tahun 2009 Rp. 877.846.260,- Rp. 89.112.913,- 5 Tahun 2010 Rp. 1.000.000.000,- Rp. 584.000.000,- Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011 Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian obat untuk tahun 2010 sebesar Rp. 11.064/kapita. Jelas ini masih dibawah standart nasional sebesar Rp.13.000,-. Untuk tahun 2010 Ketersediaan obat di IFK Mamuju Utara terlihat terjadi peningkatan obat kosong di triwulan IV menjadi 90 %,Dari hasil analisis data, pengolahan obat di IFK Mamuju Utara sangat jelek. Hal ini terbukti dari data yang ada, tidak mencerminkan pengolahan data dan obat yang baik. Gambaran mutasi yang dilakukan di IFK Mamuju Utara terlihat bahwa hampir 95 % dari data mutasi obat yang ada kosong. Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di
  • 85. Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya perbaikan di IFK Mamuju Utara, sehingga ketersediaan obat dapat lebih terjamin baik mutu maupun jumlahnya. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 700.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab Mamuju Utara menyediakan dana sebesar = 108,900 (jumlah penduduk) x Rp 13.000,-/kapita – 566.500.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 78 849,200.000,-.