Rehabilitasi adalah tindakan restorasi bagi kesehatan individu yang mengalami kecacatan menuju kemampuan yang optimal dan berguna baik segi fisik, mental, sosial, dan ekonomik, di rumah sakit-rumah sakit, dan pusat-pusat rehabilitasi tertentu
Rehabilitasi menurut WHO Expert Commitee on Medical Rehabilitation (1969). Penggunaan secara terpadu dan terkoordinasi dari tindakan medis, sosial, pendidikan dan vokasional untuk melatih kembali individu ke arah kemungkinan tertinggi dari tingkat kemampuan fungsionalnya.
Kegiatan ini diberikan dengan menggunakan sejumlah kegiatan dimana bertujuan membantu pasien mengembangkan kemampuan kerja dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal bagi dirinya di masyarakat setelah pulang dirawat di rumah sakit.
Terapi okupasi merupakan salah satu jenis kegiatan rehabilitasi. Berdasarkan hasil penelitian dalam Jurnal tahun 2006 oleh Rika Sabri, dkk. dari 27 anak autis yang melakukan terapi okupasi yang baik, ada 25 anak (92,6%) yang mengalami kemajuan.
2. 1
1. Sri Wahyuni Badjuka
2. Nur Avni Manan
3. Yuriska Kuka
4. Saepi Guntoro
5. Silvana Daud
3. 2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
kepada Allah SWT. Karena dengan izin dan kuasa-Nyalah makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Terapi Modalitas: Terapi Okupasi” yaitu mengenai
konsep terapi okupasi dan peran perawat dalam terapi okupasi.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua baik kami yang telah
menyusun tugas ini, dan bermanfaat pula kepada pembaca makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak menemukan kesulitan, akan
tetapi dengan adanya ketekunan dan kesabaran akhirnya tugas ini dapat penulis
selesaikan.
Gorontalo, 04 April 2014
Kelompok 1
4. 3
DAFTAR ISI
Namelist Of Group 1........................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 4
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Tujuan .................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 5
A. Konsep Terapi Okupasi........................................................................ 5
B. Peran Perawat dalam Terapi Okupasi .................................................. 8
C. Pelaksanaan.......................................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN.................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13
5. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rehabilitasi adalah tindakan restorasi bagi kesehatan individu yang
mengalami kecacatan menuju kemampuan yang optimal dan berguna baik segi
fisik, mental, sosial, dan ekonomik, di rumah sakit-rumah sakit, dan pusat-pusat
rehabilitasi tertentu
Rehabilitasi menurut WHO Expert Commitee on Medical Rehabilitation
(1969). Penggunaan secara terpadu dan terkoordinasi dari tindakan medis, sosial,
pendidikan dan vokasional untuk melatih kembali individu ke arah kemungkinan
tertinggi dari tingkat kemampuan fungsionalnya.
Kegiatan ini diberikan dengan menggunakan sejumlah kegiatan dimana
bertujuan membantu pasien mengembangkan kemampuan kerja dalam kehidupan
sehari-hari sebagai bekal bagi dirinya di masyarakat setelah pulang dirawat di
rumah sakit.
Terapi okupasi merupakan salah satu jenis kegiatan rehabilitasi.
Berdasarkan hasil penelitian dalam Jurnal tahun 2006 oleh Rika Sabri, dkk. dari
27 anak autis yang melakukan terapi okupasi yang baik, ada 25 anak (92,6%)
yang mengalami kemajuan.
B. Tujuan
Untuk mengetahui konsep terapi okupasi dan peran perawat dalam terapi
okupasi.
6. 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Terapi Okupasi
1. Pengertian
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada
pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk
seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
2. Tujuan Terapi Okupasi
Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009),
adalah:
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental.
1) Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan
masyarakat sekitarnya.
2) Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
3) Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
4) Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnosa dan
terapi.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak,
sendi, otot dan koordinasi gerakan.
c. Mengajarkan ADL seperti makan, berpakaian, BAK, BAB dan sebagainya.
d. Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah.
e. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan
yang dimiliki.
f. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien untuk
mengetahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan
bersosialisasi, bakat, minat dan potensinya.
7. 6
g. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah klien kembali
di lingkungan masyarakat.
3. Indikasi Terapi Okupasi
Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa indikasi dari terapi
okupasi sebagai berikut:
a. Klien dengan kelainan tingkah laku, seperti klien harga diri rendah yang
disertai dengan kesulitan berkomunikasi.
b. Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi
terhadap rangsang tidak wajar.
c. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang
yang mengalami kemunduran.
d. Klien dengan cacat tubuh disertai gangguan kepribadian.
e. Orang yang mudah mengekspresikan perasaan melalui aktivitas.
f. Orang yang mudah belajar sesuatu dengan praktik langsung daripada
membayangkan.
4. Karakteristik Aktivitas Terapi
Riyadi dan Purwanto (2009), mengemukakan bahwa karateristik dari
aktivitas terapi okupasi, yaitu: mempunyai tujuan jelas, mempunyai arti
tertentu bagi klien, harus mampu melibatkan klien walaupun minimal, dapat
mencegah bertambah buruknya kondisi, dapat memberi dorongan hidup,
dapat dimodifikasi, dan dapat disesuaikan dengan minat klien.
5. Analisa Aktivitas
Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa analisa dari kegiatan
terapi okupasi, meliputi: jenis kegiatan yang dilakukan seperti latihan gerak
badan atau pekerjaan sehari-hari, maksud dan tujuan dari kegiatan dilakukan
dan manfaatnya bagi klien, sarana atau alat atau aktivitas dilakukan
disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan, persiapan terhadap sarana
pendukung dan klien maupun perawat, pelaksanaan dari kegiatan yang telah
direncanakan, kontra indikasi dan disukai klien atau tidak disukai yang
disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh klien.
8. 7
6. Jenis Aktivitas dalam Terapi Okupasi
Menurut Creek (2002) okupasi terapi bergerak pada tiga area, atau yang
biasa disebut dengan occupational performance yaitu, activity of daily living
(perawatan diri), productivity (kerja), dan leisure (pemanfaatan waktu luang).
Bagaimanapun setiap individu yang hidup memerlukan ketiga komponen
tersebut. Individu-individu tersebut perlu melakukan perawatan diri seperti
aktivitas makan, mandi, berpakaian, berhias, dan sebagainya tanpa
memerlukan bantuan dari orang lain. Individu juga perlu bekerja untuk bisa
mempertahankan hidup dan mendapat kepuasan atau makna dalam hidupnya.
Selain itu, penting juga dalam kegiatan refresing, penyaluran hobi, dan
pemanfaatan waktu luang untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat disela-
sela kepenatan bekerja. Semua itu terangkum dalam terapi okupasi yang
bertujuan mengembalikan fungsi individu agar menemukan kembali makna
atau arti hidup meski telah mengalami gangguan fisik atau mental.
Jenis terapi okupasi menurut Creek (2002) yaitu:
a. Aktivitas Sehari-hari (Activity of Daily Living)
Aktivitas yang dituju untuk merawat diri yang juga disebut Basic
Activities of Daily Living atau Personal Activities of Daily Living terdiri
dari: kebutuhan dasar fisik (makan, cara makan, kemampuan berpindah,
merawat benda pribadi, tidur, buang air besar, mandi, dan menjaga
kebersihan pribadi) dan fungsi kelangsungan hidup (memasak, berpakaian,
berbelanja, dan menjaga lingkungan hidup seseorang agar tetap sehat).
b. Pekerjaan (Productivity)
Kerja adalah kegiatan produktif, baik dibayar atau tidak dibayar. Pekerjaan
di mana seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya biasanya
menjadi bagian penting dari identitas pribadi dan peran sosial, memberinya
posisinya dalam masyarakat, dan rasa nilai sendiri sebagai anggota yang
ikut berperan. Pekerjaan yang berbeda diberi nilai-nilai sosial yang
berbeda pada masyarakat. Termasuk aktivitas yang diperlukan untuk
dilibatkan pada pekerjaan yang menguntungkan/menghasilkan atau
aktivitas sukarela seperti minat pekerjaan, mencari pekerjaan dan
9. 8
kemahiran, tampilan pekerjaan, persiapan pengunduran dan penyesuaian,
partisipasi sukarela, relawan sukarela. Pekerjaan secara individu memiliki
banyak fungsi yaitu pekerjaan memberikan orang peran utama dalam
masyarakat dan posisi sosial, pekerjaan sebagai sarana dari mata
pencaharian, memberikan struktur untuk pembagian waktu untuk kegiatan
lain yang dapat direncanakan, dapat memberikan rasa tujuan hidup dan
nilai hidup, dapat menjadi bagian penting dari identitas pribadi seseorang
dan sumber harga diri, dapat menjadi forum untuk bertemu orang-orang
dan membangun hubungan, dan dapat menjadi suatu kepentingan dan
sumber kepuasan.
c. Waktu Luang (Leisure)
Aktivitas mengisi waktu luang adalah aktivitas yang dilakukan pada waktu
luang yang bermotivasi dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta
mengalihkan perhatian pasien. Aktivitas tidak wajib yang pada hakekatnya
kebebasan beraktivitas. Adapun jenis-jenis aktivitas waktu luang seperti
menjelajah waktu luang (mengidentifikasi minat, keterampilan,
kesempatan, dan aktivitas waktu luang yang sesuai) dan partisipasi waktu
luang (merencanakan dan berpatisipasi dalam aktivitas waktu luang yang
sesuai, mengatur keseimbangan waktu luang dengan kegiatan yang
lainnya, dan memperoleh, memakai, dan mengatur peralatan dan barang
yang sesuai).
B. Peran Perawat dalam Terapi Okupasi
Berikut ini beberapa peran perawat dalam terapi okupasi:
1. Sebagai motivator dan sumber reinforces: memberikan motivasi pada pasien
dan meningkatkan motivasi dengan memberikan penjelasan ada pasien
tentang kondisinya, memberikan penjelasan dan menyakinkan pada psien
akan sukses.
2. Sebagai guru: perawat memberikan pengalaman learning re-rearnign okupasi
terapi harus mempunyai ketrampilan dan ahli tertentu dan harus dapat
menciptakan dan menerapkan aktifitas mengajarnya pada pasien
10. 9
3. Sebagai peran model sosial: perawat harus dapat menampilkan perilaku yang
dapat dipelajari oleh pasien, pasien mengidentifikasikan dan meniru terapi
melalui role playing, terapi mengidentifikasikan tingkah laku yang diinginkan
(verbal – nonverbal) yang akan dicontoh pasien.
4. Sebagai konsultan: perawat menentukan program perilaku yang dapat
menghasilkan respon terbaik dari pasien, perawat bekerja sama dengan pasien
dan keluarga dalam merencanakan rencana tersebut.
C. Pelaksanaan
1. Proses Terapi Okupasi
Secara umum proses terapi okupasi melalui tiga tahap yaitu:
a. Assessment
Adalah proses dimana seseorang terapi memperoleh pengertian tentang
pasien yang berguna untuk membuat keputusan dan mengkontruksikan
kerangka kerja atau model dari pasien. Proses ini harus dilakukan dengan
adekuat untuk menentukan jenis okupasi yang diberikan pada pasien.
b. Treatment
Setelah dilakukan assessment dengan detail, maka dilakukan treatment
yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
1) Formulasi pemberian terapi
2) Impelementasi terapi yang telah direncanakan
3) Review terapi yang diberikan dan selanjutnya dilakukan evaluasi
c. Evaluasi
Dari hasil evaluasi ini perawat dapat menentukan apakah pasien
mengalami kemajuan dan dapat melanjutkan divokasional training.
2. Metode
Okupasiterapi dapat dilakukan baik secara individual, maupun berkelompok,
tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-lain:
a. Metode individual dilakukan untuk:
Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi
dan sekaligus untuk evaluasi pasien
11. 10
Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup
baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu
kelancaran suatu kelomppok bila dia dimasukan dalam kelompok
tersebut
Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis
dapat mengevaluasi pasien lebih efektif
b. Metode kelompok dilakukan untuk:
Pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hampir bersamaan,
Beberapa pasien sekaligus dalam melakukan suatu aktivitas untuk
mencapai tujuan tertentu.
Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok
maka terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang
menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan
menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka
lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu
kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakaukan, dan
kemampuan terapis mengawasi.
3. Tahapan Terapi Okupasi Kelompok
Setiap akan melakukan terapi okupasi kelompok harus direncanakan dahulu.
Terapis melakukan kontrak kepada kelompok. Terapis dan kelompok
mempertimbangkan tempat, lokasi yang kondusif, alat, dan bahan yang harus
disiapkan. Menurut Untari (2006) adapun tahapan aktivitas terapi okupasi
kelompok, yaitu:
a. Orientasi
Orientasi sangat membantu pasien untuk mengikuti kelompok terapi.
Tujuan orientasi adalah meyakinkan bahwa pasien mempunyai orientasi
yang baik tentang orang, tempat, dan waktu. Orientasi memerlukan waktu
kurang lebih 5 menit. Aktivitas yang dilakukan selama tahapan orientasi
adalah terapis melakukan orientasi kegiatan yang akan dilakukan oleh
kelompok terapi.
12. 11
b. Tahap Pendahuluan (Introduction)
Tahap pendahuluan adalah tahap perkenalan baik dari terapis maupun
pasien. Terapis memperkenalkan diri baru kemudian masing-masing
pasien menyebutkan nama dan alamatnya. Cara yang biasa digunakan
adalah dengan melemparkan balon yaitu pasien harus menyebutkan nama
apabila mendapatkan bola yang telah dilempar. Setiap kali seorang pasien
selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semua pasien untuk
bertepuk tangan. Tahap pendahuluan memerlukan waktu 5-10 menit.
c. Tahap pemanasan (Warm-up activities)
Setelah melakukan proses memperkenalkan diri, terapis mengajak pasien
untuk aktivitas pemanasan (warm-up activities). Tahap ini memerlukan
waktu 5-10 menit. Aktivitas yang digunakan adalah latihan fisik
sederhana (simple physical exercise). Tujuannya adalah meningkatkan
perhatian dan minat pasien melalui gerakan dasar tubuh dan agar pasien
mampu mengikuti aturan atau instruksi sederhana seperti berputar,
turunkan tangan, dan lain-lain.
d. Tahap aktivitas terpilih (selected activities)
Tahap ini memerlukan waktu 10-20 menit. Mempertimbangkan
kebutuhan kognitif, motorik, dan interaksi yang akan dikembangkan.
Biasanya aktivitas yang dipilih adalah aktivitas dengan aturan sederhana
dan aktivitas yang dilakukan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan yang
ingin dicapai. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai
melakukan terapi okupasi dengan baik dan mengajak anggota kelompok
bertepuk tangan.
e. Tahap Terminasi
Tahap ini menandakan bahwa terapi okupasi akan berakhir. Terapis dan
pasien mengumpulkan material (alat-bahan) bersama-sama dan
mengadakan diskusi kecil tentang jalannya proses terapi okupasi.
13. 12
BAB III
KESIMPULAN
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan.
Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar
mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain.
14. 13
DAFTAR PUSTAKA
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sabri Rika, dkk. 2006. Pengaruh Terapi Autis Terhadap Kemajuan Anak Autis
Sekolah Khusus Autisme di Kota Padang. E-journal
http://rikasabri.files.wordpress.com/2008/01/artikel-penelitian.pdf
Creek, J. 2002. Occupational Therapy & Mental Heal. London: Churchil Livis
Stone
http://klinikotcponorogo.blogspot.com/2012/01/terapi-okupasi.html