SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 37
Oleh :Togi Beeco P. (07120070032)
Referrat Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Univesitas Pelita Harapan
Pembimbing : dr. SoroyLardo Sp.PD FINASIM
Sub SMF /Divisi PenyakitTropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam
RSPAD Gatot Soebroto
 Problem di Indonesia yang akhir-akhir ini
meningkatjumlahnya, seiring meningkatnya
pemakaian IDU (intravenous drug user).
 Petugaskesehatan merupakan pekerja yang
rentan tertular virus ini oleh karena
paparandarah maupun cairaninfeksius
lainnya dari pasien yang ditangani.
 Penderita HIV mengalami saat asimtomatis
yang cukup lama (5-10 tahun) yang
mempersulitidentifikasi dari penampilan fisik
luar saja.
 Pasien HIV + infeksioportunistik yang tidak
berbeda klinis dengan infeksioportunistik itu
sendiri.
 Paparancairaninfeksius ini tidak saja
membawa virus HIV tapi juga virus hepatitis
(Hepatitis B maupun C).
 Pencegahanpenularan melalui berbagai
tindakan (Universal precaution) dan
pengobatan pasca paparan tidak saja
ditujukan pada virus HIV tapi juga virus lain.
 CDC (Centers of Disease Control)
pemerintahAmerikaSerikat pada tahun 2002
mendapat laporan 57 kasuspenularan HIV
pada petugas kesehatan (serokonversi) yang
disebabkan oleh paparancairaninfeksius di
tempat kerja.
 Selain itu terdapat 138 petugas kesehatan
yang terinfeksi HIV yang masih diperkirakan
tertular dari tempat kerja.
 Transmisi HIV karena pekerjaan merupakan
problem yang rumit, mengingat belum
adanya vaksin maupun terapi yang efektif
terhadap HIV/AIDS, juga terapi pasca
paparan yang optimal.
 Perlukaanperkutaneus merupakan
kecelakaan kerja tersering dan biasanya
disebabkan oleh jarum yang berlubang
(hollow-bore needle)
 Selain status infeksi seseorang, hal lain yang
mempengaruhi penularan adalah :
 Jumlah dan jenis cairan yang mengenai
 Dalamnya tusukan/luka
 Tempat perlukaan/paparan
 Penganganan pasca paparan baik merupakan
hal penting yang harus diperhatikan untuk
mengurangi terjadinya transmisi.
 Penangananpasca paparan meliputi :
 Penganganantempat paparan/luka
 Pelaporanterjadinya paparan
 Evaluasi risikotransmisi
 Konseling
 Pertimbanganpemakaian terapi profilaksis pasca
paparan
 Pemantauan(follow-up)
 Virus RNA
 Matioleh pemanasan 56C selama 20 menit,
alkohol, hidrogenperoksida, hipoklorid,
parafolmadehid, lisol, pH yang tinggi atau
rendah dan pengeringan.
 Tercatat 859.000 kasus HIV/AIDS di CDC
AmerikaSerikat dan menurut P2MPLP
DepKes RI (September 2004) kira-kira 5700
orang menderita HIV/AIDS di Indonesia.
 CDC mencatat 57 pekerja kesehatan menderita
HIV setelah paparan di tempat kerja (tahun
2002) mempunyai pekerjaan sebagai berikut :
 24 orang perawat,
 16 orang ptugaslaboratorium,
 6 orang dokter,
 3 orang teknisilaboratorium,
 2 orang petugaskebersihan,
 teknisi/bedah 2 orang,
 lain-lain 4 orang.
 Cara penularan:
 48 orang melalui kulit (tusukan/irisan)
 5 orang mukokutaneus (membranmukosa/kulit).
 2 orang melalui kulit dan mukokutan,
 2 orang tidak diketahui rutepenularannya.
 Luka dan kulit tempat paparan (darah dan
cairan tubuh lain) dicuci dengan sabun dan air
mengalir, apabila mengenai
membranmukosa cukup dibilas dengan air.
 Tidak ada bukti manfaat melakukan
pemerasan (pengurutan) atau penggunaan
antiseptik sebagai cara untuk
mengurangirisikopenularan. Demikian pula
pemberianinjeksiantiseptik, causatic agents
(pemutih, desinfektan pada tempat
luka/paparan sangat tidak dianjurkan.
 Pelaporankasus pasca paparanberisikan
1. Jam dan tanggal kejadian
2. Kejadianrinci meliputi dimana dan bagaimana
paparan tersebut terjadi, apakah alat tersebut
tajam, tipe dan merkalat
3. Rincian dari paparan: jumlah dan macam cairan
atau material yang mengenai, beratnyapaparan
(perkutan , dalamnya tusukan/irisan,
mukokutan, kondisi kulit; intact, tergores, dll)
4. Rincian dari sumber paparan : apakah
mengandung HBV, HCV, HIV. Bila mengandung
HIV, saat ini pasien tersebut dalam stage apa,
adakah riwayat pengobatan ART (anti retroviral
terapi), viral load, dan tes resistensi
antiretroviral bila ada
5. Rincian tentang yang terpapar (korban),
mengenai vaksinasinasi hepatitis B
6. Rincian tentang konseling, managemen pasca
paparan, follow-up
 Risiko transmisi setelah paparanperkutaneus
dengan sumber penderita HIV(+):
 tusukandalam 13%,
 adanya darah pada alat 4,5%,
 prosedur yang memakai jarum pada arteri dan
vena 3,6%,
 pasien merupakan kasus terminal 8,5%,
 pasca paparan menggunakan zidovudine 0,14%.
 Cairan tubuh yang dapat menularkan HIV
adalah : darah, cairantubuh yang
mengandungdarah, cairan otak, cairan
pleura, cairan semen dan vagina, cairansendi,
cairan peritoneal, cairanperikardial, cairan
amnion, gigitan penderita.
 Cairanyang tidak potensial menularkan: tinja,
keringat, ingus, airmata, saliva, urin, sputum,
muntahan.
 Konseling diberikan karena infeksi HIV lewat
paparan akibat kerja selain jarang terjadi, infeksi
virus ini dapat menimbulkan gangguan
emosional bagi yang terpapar.
 Isi dari konseling meliputi :
 Risiko transmisi
 Pencegahan transmisi sekunder (tidak berhubungan
seks, hubungan seks memakai kondom) terutama
pada 6-12 minggu pertama atau selama periode
pemantauan (follow-up)
 Tidak bolehhamil
 Tidak diperbolehkan donor darah maupun organ
 Bila sedang menyusui stop menyusui karena HIV
dapat menular lewat air susu
 Setiap ada keluhan infeksi akut harus kontrol ke
klinik terutama bila terjadi klinis demam, mialgia,
kemerahan, kelemahan (malaise), limfadenopati,
yang merupakan klinis sindrom akut retrovirus
(HIV) atau reaksi obat atau kondisi medis lain
 Kepatuhan dalam minumART
 Efek samping ART
 Tidak ada pembatasan kerja
 PenggunaanART dilakukan sesegera
mungkin setelah terpaparcairan atau bahan
yang mengandung HIV dengan
mempertimbangkan risiko (drug toxicity) dan
manfaat pemakaianART tersebut.
 PengobatanART dimulai tidak lebih dari 48-
72 jam setelah terpapar.
 Waktu ini sesuai dengan percobaan pada
binatang (hasil proteksi terbaik) dan
diperkirakan HIV belum mencapai
kelenjarlimfoid untuk bereplikasi setelah
terjadinya viremia (HIV mencapai
kelenjarlimfoidmembutuhkan waktu
beberapa hari)
 Keberhasilanprofilaksis (ART) menggunakan
zidovudin saja, dapat menurunkanpenularan sebesar
81% dan mendapat efektivitas maksimal
 Beberapa hal di bawah ini dipakai sebagai panduan
penggunaan profilaksis pasca pajanan:
 Jika ada infeksi, mulai terapi profilaksis pasca
paparansesegera mungkin
 Reevaluasi terhadap yang terpapar (korban) paling lama 72
jam setelah terpapar, terutama informasi tentang paparan
yang terjadi dan bila mungkin tentang sumber paparan
 Terapi profilaksis diberikan dalam waktu 4 minggu (jika
toleran)
 Jika sumber penularan ternyata HIV negatif, maka terapi
profilaksis harus dihentikan
 MacamART yang digunakan :Saat ini tidak
lagi dianjurkan penggunaanART tunggal,
minimal digunakan 2 ART dan dapat
digunakan 3 ART, bila diperimbangkan
keadaan penularanmeningkat (tinggi)
 2 ART yang dianjurkan :
 Zidovudin(ZDV) + Lamifudin (3TC) : Duviral
 Stavudin(d4T) + Lamifudin (3TC)
 Stavudin(d4T + Didanosin (ddL)
 3 ART : 2 ART diatas ditambah salah satu di
bawah ini :
 Indinavir
 Nelvinafir
 Afvavirenz
 Abacavir
 Tes antibodi dilakukan pada minggu ke-6,
minggu ke-12 dan bulan ke-6, dapat
diperpanjang sampai bulan ke-12.
 Selain antibodi pemeriksaan kesehatan juga
dilakukan terutama mendeteksi gejala klinis
sindrom akut retroviral (HIV) dan reaksi
intoleransi/efek samping obat apabila
diberikan profilaksis obat ART.
 Pemeriksaan langsung terhadap virus
(antigen p24 atau HIV RNA) tidak dianjurkan
sebagai pemeriksaan rutin (follow-up
program).
 PemantauantoksisitasART dapat dilakukan
dengan pemeriksaan anamnesis maupun fisik
dan laboratorium setelah 2 minggu
pemberianART.
 Laboratoriumstandar adalah darahperifer (Hb,
leukosit, trombosit, hitung jenis, Ht, LED),
SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, dan guladarah
apabila memakai obat ART golongan Protease
Inhibitor (PI)
 Beberapa keluhan efek samping obat
menyebabkan 50% petugas kesehatan yang
menerima terapi profilaksisberniat tidak
menajutkan terapi seperti mual, diare, sakit
kepala, malaise, tidak nafsu makan, dan pada
akhirnya sebanyak 33% tidak melanjutkan terapi
karena keluhan yang terjadi sangat berat.
 Oleh sebab itu mengatasi efek samping
dengan obat simtomatik dan dukungan moril
untuk melanjutkan terapi profilaksis sangat
penting.
 Pemakaian ART saat kehamilan harus dilakukan
penyesuaian, tidak diperbolehkan
menggunakan efaviren karena bersifat
teratogenik.
 Hati-hati dalam menggunakan indinavir karena
dapat mengakibatkan hiperbilirubinemia pada
bayi baru lahir.
 Asidosislaktat fatal pernah dilaporkan pada
penggunaan ddL + d4T pada wanita hamil.
Pertimbanganmanfaat dan risiko sebelum
menggunakan kombinasi ini.
 Petugas kesehatan rawan terhadap
paparancairan tubuh dari pasiennya, yang
dapatmenularkan berbagai virus misalnya HIV,
HBV, dan HCV
 Cairantubuh yang dapat menularkan HIV adalah
: darah, cairan tubuh yang mengandungdarah,
cairan otak, cairan pleura, cairan semen dan
vagina, cairansendi, cairan peritoneal,
cairanperikardial, cairan amnion, gigitan
penderita.
 Cairanyang tidak potensial menularkan: tinja,
keringat, ingus, airmata, saliva, urin, sputum,
muntahan.
 Dengan mengenal cara penularan virus
tersebut, petugas kesehatan dapat lebih
berhati-hati (universal precaution).
 Terapi profilaksis pasca paparan sebagai
usaha mencegah terjadinya transmisi virus
(HIV), harus digunakan dengan tepat.
 2 ART yang dianjurkan :
 Zidovudin(ZDV) + Lamifudin (3TC) : Duviral
 Stavudin(d4T) + Lamifudin (3TC)
 Stavudin(d4T + Didanosin (ddL)
 3 ART : 2 ART diatas ditambah salah satu di
bawah ini :
 Indinavir
 Nelvinafir
 Afvavirenz
 Abacavir
 Tes antibodi dilakukan pada minggu ke-6,
minggu ke-12 dan bulan ke-6, dapat
diperpanjang sampai bulan ke-12.
 Pemantauantoksisitas ART dapat dilakukan
dengan pemeriksaan anamnesis maupun fisik
dan laboratorium setelah 2 minggu pemberian
ART.
 Laboratoriumstandar adalah darahperifer (Hb,
leukosit, trombosit, hitung jenis, Ht, LED),
SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, dan guladarah
apabila memakai obat ART golongan Protease
Inhibitor (PI)
 PemakaianART saat kehamilan harus
dilakukan penyesuaian, tidak diperbolehkan
menggunakan efaviren karena bersifat
teratogenik.
 Hati-hati dalam menggunakan indinavir
karena dapat mengakibatkan
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.
 Asidosislaktat fatal pernah dilaporkan pada
penggunaan ddL + d4T pada wanita hamil.
 Pertimbanganmanfaat dan risiko sebelum
menggunakan kombinasi ini.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

3.panduan manajer pelayanan pasien dan atau “case manager”
3.panduan manajer pelayanan pasien dan atau “case manager”3.panduan manajer pelayanan pasien dan atau “case manager”
3.panduan manajer pelayanan pasien dan atau “case manager”
NauraAuni2
 
Pelayanan daerah terpencil
Pelayanan daerah terpencilPelayanan daerah terpencil
Pelayanan daerah terpencil
Joni Iswanto
 
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Bunga AnanDjuean
 
Juknis HIV: Pedoman PITC
Juknis HIV: Pedoman PITCJuknis HIV: Pedoman PITC
Juknis HIV: Pedoman PITC
Irene Susilo
 
Penilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmasPenilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmas
Joni Iswanto
 
Kasus aplikasi kesehatan promkes boyolali
Kasus aplikasi kesehatan promkes boyolaliKasus aplikasi kesehatan promkes boyolali
Kasus aplikasi kesehatan promkes boyolali
Sutopo Patriajati
 

Was ist angesagt? (20)

Proposal & thesis
Proposal & thesisProposal & thesis
Proposal & thesis
 
3.panduan manajer pelayanan pasien dan atau “case manager”
3.panduan manajer pelayanan pasien dan atau “case manager”3.panduan manajer pelayanan pasien dan atau “case manager”
3.panduan manajer pelayanan pasien dan atau “case manager”
 
Critical & Review Jurnal : Risk Factors For Maternal Death and Trends In Mate...
Critical & Review Jurnal : Risk Factors For Maternal Death and Trends In Mate...Critical & Review Jurnal : Risk Factors For Maternal Death and Trends In Mate...
Critical & Review Jurnal : Risk Factors For Maternal Death and Trends In Mate...
 
Analisa masalah promkes ptp(1)
Analisa masalah promkes ptp(1)Analisa masalah promkes ptp(1)
Analisa masalah promkes ptp(1)
 
kebijakan-pelayanan-telemedicine.pdf
kebijakan-pelayanan-telemedicine.pdfkebijakan-pelayanan-telemedicine.pdf
kebijakan-pelayanan-telemedicine.pdf
 
Pelayanan daerah terpencil
Pelayanan daerah terpencilPelayanan daerah terpencil
Pelayanan daerah terpencil
 
Modul 6 cetak
Modul 6 cetakModul 6 cetak
Modul 6 cetak
 
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
 
Sasaran Keselamatan Pasien - Identifikasi Pasien
Sasaran Keselamatan Pasien - Identifikasi PasienSasaran Keselamatan Pasien - Identifikasi Pasien
Sasaran Keselamatan Pasien - Identifikasi Pasien
 
Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan
Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan
Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan
 
PD3I Nusantara Sehat
PD3I Nusantara SehatPD3I Nusantara Sehat
PD3I Nusantara Sehat
 
Juknis HIV: Pedoman PITC
Juknis HIV: Pedoman PITCJuknis HIV: Pedoman PITC
Juknis HIV: Pedoman PITC
 
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdfPermenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
 
Sop manajemen-rumah-sakit-revisi-4
Sop manajemen-rumah-sakit-revisi-4Sop manajemen-rumah-sakit-revisi-4
Sop manajemen-rumah-sakit-revisi-4
 
Penilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmasPenilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmas
 
SOP rekam-medis-elektronik
SOP rekam-medis-elektronikSOP rekam-medis-elektronik
SOP rekam-medis-elektronik
 
Pedoman pelayanan anestesi
Pedoman pelayanan anestesiPedoman pelayanan anestesi
Pedoman pelayanan anestesi
 
Koding INA-CBG
Koding INA-CBGKoding INA-CBG
Koding INA-CBG
 
Epidemiologi HIV / AIDS
Epidemiologi HIV / AIDSEpidemiologi HIV / AIDS
Epidemiologi HIV / AIDS
 
Kasus aplikasi kesehatan promkes boyolali
Kasus aplikasi kesehatan promkes boyolaliKasus aplikasi kesehatan promkes boyolali
Kasus aplikasi kesehatan promkes boyolali
 

Ähnlich wie Slide share profilaksis pajananan hiv

HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
gastroupdate
 
Ppt hazard biologi virus
Ppt hazard biologi virusPpt hazard biologi virus
Ppt hazard biologi virus
Ida Saumi
 

Ähnlich wie Slide share profilaksis pajananan hiv (20)

OBAT HIV aids.ppt
OBAT HIV aids.pptOBAT HIV aids.ppt
OBAT HIV aids.ppt
 
penyuluhan hepatitis di puskesmas pademangan
penyuluhan hepatitis di puskesmas pademanganpenyuluhan hepatitis di puskesmas pademangan
penyuluhan hepatitis di puskesmas pademangan
 
Hiv dan konseling
Hiv dan konselingHiv dan konseling
Hiv dan konseling
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
 
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
 
HIV_DALAM_KEHAMILAN.pptx
HIV_DALAM_KEHAMILAN.pptxHIV_DALAM_KEHAMILAN.pptx
HIV_DALAM_KEHAMILAN.pptx
 
Pencegahan hiv AKPER PEMKAB MUNA
Pencegahan hiv AKPER PEMKAB MUNA Pencegahan hiv AKPER PEMKAB MUNA
Pencegahan hiv AKPER PEMKAB MUNA
 
HIV
HIVHIV
HIV
 
HIV pada Anak
HIV pada AnakHIV pada Anak
HIV pada Anak
 
Hiv aids
Hiv aidsHiv aids
Hiv aids
 
PENERAPAN PPI DI PUSKESMAS.pptx
PENERAPAN PPI DI PUSKESMAS.pptxPENERAPAN PPI DI PUSKESMAS.pptx
PENERAPAN PPI DI PUSKESMAS.pptx
 
PPT KEL.3 fix-1.pptx
PPT KEL.3 fix-1.pptxPPT KEL.3 fix-1.pptx
PPT KEL.3 fix-1.pptx
 
TERAPI_ARV_Konsep_4S.pptx
TERAPI_ARV_Konsep_4S.pptxTERAPI_ARV_Konsep_4S.pptx
TERAPI_ARV_Konsep_4S.pptx
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
Hiv dr.joni
Hiv dr.joniHiv dr.joni
Hiv dr.joni
 
HIV (1).pptx
HIV (1).pptxHIV (1).pptx
HIV (1).pptx
 
PPI DASAR UNTUK IHT.pptx
PPI DASAR UNTUK IHT.pptxPPI DASAR UNTUK IHT.pptx
PPI DASAR UNTUK IHT.pptx
 
penyakit flu burung
penyakit flu burung penyakit flu burung
penyakit flu burung
 
Ppt hazard biologi virus
Ppt hazard biologi virusPpt hazard biologi virus
Ppt hazard biologi virus
 

Mehr von Soroy Lardo

Mehr von Soroy Lardo (20)

Sepsis with Hemodyalisis
Sepsis with HemodyalisisSepsis with Hemodyalisis
Sepsis with Hemodyalisis
 
Cardiac Manifestation in Dengue Infection
Cardiac Manifestation in Dengue InfectionCardiac Manifestation in Dengue Infection
Cardiac Manifestation in Dengue Infection
 
Case Report : Integrating Review Inflammation and Commorbid diseases
Case Report : Integrating Review Inflammation and Commorbid diseasesCase Report : Integrating Review Inflammation and Commorbid diseases
Case Report : Integrating Review Inflammation and Commorbid diseases
 
Candidiasis in Febrile Neutropenia
Candidiasis in Febrile  NeutropeniaCandidiasis in Febrile  Neutropenia
Candidiasis in Febrile Neutropenia
 
Rabies : approach diagnostic and prophylaxis
Rabies : approach diagnostic and  prophylaxisRabies : approach diagnostic and  prophylaxis
Rabies : approach diagnostic and prophylaxis
 
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDSCo Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
 
Referrat Liver Asbcess
Referrat Liver AsbcessReferrat Liver Asbcess
Referrat Liver Asbcess
 
Duty report aplastic anemia mei 2017
Duty report aplastic anemia mei 2017Duty report aplastic anemia mei 2017
Duty report aplastic anemia mei 2017
 
COPD and Key Indicators For Considering Diagnosis
COPD and Key Indicators For Considering DiagnosisCOPD and Key Indicators For Considering Diagnosis
COPD and Key Indicators For Considering Diagnosis
 
Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection
 
Mers co v - journal reading
Mers co v - journal readingMers co v - journal reading
Mers co v - journal reading
 
Mycardial Dysfunction Sepsis
Mycardial Dysfunction SepsisMycardial Dysfunction Sepsis
Mycardial Dysfunction Sepsis
 
Nontuberculosis mycobacterial pulmonary infections
Nontuberculosis mycobacterial pulmonary infectionsNontuberculosis mycobacterial pulmonary infections
Nontuberculosis mycobacterial pulmonary infections
 
Melena et Causa Gastritis Erosiva and Hypertension
Melena et Causa Gastritis Erosiva and HypertensionMelena et Causa Gastritis Erosiva and Hypertension
Melena et Causa Gastritis Erosiva and Hypertension
 
Chronic Kidney Diseases, DM and GERD
Chronic Kidney Diseases, DM and GERDChronic Kidney Diseases, DM and GERD
Chronic Kidney Diseases, DM and GERD
 
Audit Sepsis : Case Report
Audit Sepsis : Case ReportAudit Sepsis : Case Report
Audit Sepsis : Case Report
 
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan SepsisAspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
 
Interaksi infeksi dan penyakit autoimun
Interaksi infeksi dan penyakit autoimunInteraksi infeksi dan penyakit autoimun
Interaksi infeksi dan penyakit autoimun
 
Case Presentation : Severe Dengue With Menstruation and Plasma Leakage
Case Presentation :  Severe Dengue  With Menstruation and Plasma Leakage   Case Presentation :  Severe Dengue  With Menstruation and Plasma Leakage
Case Presentation : Severe Dengue With Menstruation and Plasma Leakage
 
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS  Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS
 

Kürzlich hochgeladen

Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 

Slide share profilaksis pajananan hiv

  • 1. Oleh :Togi Beeco P. (07120070032) Referrat Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Univesitas Pelita Harapan Pembimbing : dr. SoroyLardo Sp.PD FINASIM Sub SMF /Divisi PenyakitTropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto
  • 2.  Problem di Indonesia yang akhir-akhir ini meningkatjumlahnya, seiring meningkatnya pemakaian IDU (intravenous drug user).  Petugaskesehatan merupakan pekerja yang rentan tertular virus ini oleh karena paparandarah maupun cairaninfeksius lainnya dari pasien yang ditangani.
  • 3.  Penderita HIV mengalami saat asimtomatis yang cukup lama (5-10 tahun) yang mempersulitidentifikasi dari penampilan fisik luar saja.  Pasien HIV + infeksioportunistik yang tidak berbeda klinis dengan infeksioportunistik itu sendiri.
  • 4.  Paparancairaninfeksius ini tidak saja membawa virus HIV tapi juga virus hepatitis (Hepatitis B maupun C).  Pencegahanpenularan melalui berbagai tindakan (Universal precaution) dan pengobatan pasca paparan tidak saja ditujukan pada virus HIV tapi juga virus lain.
  • 5.  CDC (Centers of Disease Control) pemerintahAmerikaSerikat pada tahun 2002 mendapat laporan 57 kasuspenularan HIV pada petugas kesehatan (serokonversi) yang disebabkan oleh paparancairaninfeksius di tempat kerja.  Selain itu terdapat 138 petugas kesehatan yang terinfeksi HIV yang masih diperkirakan tertular dari tempat kerja.
  • 6.  Transmisi HIV karena pekerjaan merupakan problem yang rumit, mengingat belum adanya vaksin maupun terapi yang efektif terhadap HIV/AIDS, juga terapi pasca paparan yang optimal.  Perlukaanperkutaneus merupakan kecelakaan kerja tersering dan biasanya disebabkan oleh jarum yang berlubang (hollow-bore needle)
  • 7.  Selain status infeksi seseorang, hal lain yang mempengaruhi penularan adalah :  Jumlah dan jenis cairan yang mengenai  Dalamnya tusukan/luka  Tempat perlukaan/paparan
  • 8.  Penganganan pasca paparan baik merupakan hal penting yang harus diperhatikan untuk mengurangi terjadinya transmisi.  Penangananpasca paparan meliputi :  Penganganantempat paparan/luka  Pelaporanterjadinya paparan  Evaluasi risikotransmisi  Konseling  Pertimbanganpemakaian terapi profilaksis pasca paparan  Pemantauan(follow-up)
  • 9.
  • 10.  Virus RNA  Matioleh pemanasan 56C selama 20 menit, alkohol, hidrogenperoksida, hipoklorid, parafolmadehid, lisol, pH yang tinggi atau rendah dan pengeringan.  Tercatat 859.000 kasus HIV/AIDS di CDC AmerikaSerikat dan menurut P2MPLP DepKes RI (September 2004) kira-kira 5700 orang menderita HIV/AIDS di Indonesia.
  • 11.  CDC mencatat 57 pekerja kesehatan menderita HIV setelah paparan di tempat kerja (tahun 2002) mempunyai pekerjaan sebagai berikut :  24 orang perawat,  16 orang ptugaslaboratorium,  6 orang dokter,  3 orang teknisilaboratorium,  2 orang petugaskebersihan,  teknisi/bedah 2 orang,  lain-lain 4 orang.
  • 12.  Cara penularan:  48 orang melalui kulit (tusukan/irisan)  5 orang mukokutaneus (membranmukosa/kulit).  2 orang melalui kulit dan mukokutan,  2 orang tidak diketahui rutepenularannya.
  • 13.  Luka dan kulit tempat paparan (darah dan cairan tubuh lain) dicuci dengan sabun dan air mengalir, apabila mengenai membranmukosa cukup dibilas dengan air.
  • 14.  Tidak ada bukti manfaat melakukan pemerasan (pengurutan) atau penggunaan antiseptik sebagai cara untuk mengurangirisikopenularan. Demikian pula pemberianinjeksiantiseptik, causatic agents (pemutih, desinfektan pada tempat luka/paparan sangat tidak dianjurkan.
  • 15.  Pelaporankasus pasca paparanberisikan 1. Jam dan tanggal kejadian 2. Kejadianrinci meliputi dimana dan bagaimana paparan tersebut terjadi, apakah alat tersebut tajam, tipe dan merkalat 3. Rincian dari paparan: jumlah dan macam cairan atau material yang mengenai, beratnyapaparan (perkutan , dalamnya tusukan/irisan, mukokutan, kondisi kulit; intact, tergores, dll)
  • 16. 4. Rincian dari sumber paparan : apakah mengandung HBV, HCV, HIV. Bila mengandung HIV, saat ini pasien tersebut dalam stage apa, adakah riwayat pengobatan ART (anti retroviral terapi), viral load, dan tes resistensi antiretroviral bila ada 5. Rincian tentang yang terpapar (korban), mengenai vaksinasinasi hepatitis B 6. Rincian tentang konseling, managemen pasca paparan, follow-up
  • 17.  Risiko transmisi setelah paparanperkutaneus dengan sumber penderita HIV(+):  tusukandalam 13%,  adanya darah pada alat 4,5%,  prosedur yang memakai jarum pada arteri dan vena 3,6%,  pasien merupakan kasus terminal 8,5%,  pasca paparan menggunakan zidovudine 0,14%.
  • 18.  Cairan tubuh yang dapat menularkan HIV adalah : darah, cairantubuh yang mengandungdarah, cairan otak, cairan pleura, cairan semen dan vagina, cairansendi, cairan peritoneal, cairanperikardial, cairan amnion, gigitan penderita.  Cairanyang tidak potensial menularkan: tinja, keringat, ingus, airmata, saliva, urin, sputum, muntahan.
  • 19.  Konseling diberikan karena infeksi HIV lewat paparan akibat kerja selain jarang terjadi, infeksi virus ini dapat menimbulkan gangguan emosional bagi yang terpapar.  Isi dari konseling meliputi :  Risiko transmisi  Pencegahan transmisi sekunder (tidak berhubungan seks, hubungan seks memakai kondom) terutama pada 6-12 minggu pertama atau selama periode pemantauan (follow-up)  Tidak bolehhamil
  • 20.  Tidak diperbolehkan donor darah maupun organ  Bila sedang menyusui stop menyusui karena HIV dapat menular lewat air susu  Setiap ada keluhan infeksi akut harus kontrol ke klinik terutama bila terjadi klinis demam, mialgia, kemerahan, kelemahan (malaise), limfadenopati, yang merupakan klinis sindrom akut retrovirus (HIV) atau reaksi obat atau kondisi medis lain  Kepatuhan dalam minumART  Efek samping ART  Tidak ada pembatasan kerja
  • 21.  PenggunaanART dilakukan sesegera mungkin setelah terpaparcairan atau bahan yang mengandung HIV dengan mempertimbangkan risiko (drug toxicity) dan manfaat pemakaianART tersebut.  PengobatanART dimulai tidak lebih dari 48- 72 jam setelah terpapar.
  • 22.  Waktu ini sesuai dengan percobaan pada binatang (hasil proteksi terbaik) dan diperkirakan HIV belum mencapai kelenjarlimfoid untuk bereplikasi setelah terjadinya viremia (HIV mencapai kelenjarlimfoidmembutuhkan waktu beberapa hari)
  • 23.  Keberhasilanprofilaksis (ART) menggunakan zidovudin saja, dapat menurunkanpenularan sebesar 81% dan mendapat efektivitas maksimal  Beberapa hal di bawah ini dipakai sebagai panduan penggunaan profilaksis pasca pajanan:  Jika ada infeksi, mulai terapi profilaksis pasca paparansesegera mungkin  Reevaluasi terhadap yang terpapar (korban) paling lama 72 jam setelah terpapar, terutama informasi tentang paparan yang terjadi dan bila mungkin tentang sumber paparan  Terapi profilaksis diberikan dalam waktu 4 minggu (jika toleran)  Jika sumber penularan ternyata HIV negatif, maka terapi profilaksis harus dihentikan
  • 24.  MacamART yang digunakan :Saat ini tidak lagi dianjurkan penggunaanART tunggal, minimal digunakan 2 ART dan dapat digunakan 3 ART, bila diperimbangkan keadaan penularanmeningkat (tinggi)
  • 25.
  • 26.
  • 27.  2 ART yang dianjurkan :  Zidovudin(ZDV) + Lamifudin (3TC) : Duviral  Stavudin(d4T) + Lamifudin (3TC)  Stavudin(d4T + Didanosin (ddL)  3 ART : 2 ART diatas ditambah salah satu di bawah ini :  Indinavir  Nelvinafir  Afvavirenz  Abacavir
  • 28.  Tes antibodi dilakukan pada minggu ke-6, minggu ke-12 dan bulan ke-6, dapat diperpanjang sampai bulan ke-12.  Selain antibodi pemeriksaan kesehatan juga dilakukan terutama mendeteksi gejala klinis sindrom akut retroviral (HIV) dan reaksi intoleransi/efek samping obat apabila diberikan profilaksis obat ART.
  • 29.  Pemeriksaan langsung terhadap virus (antigen p24 atau HIV RNA) tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin (follow-up program).  PemantauantoksisitasART dapat dilakukan dengan pemeriksaan anamnesis maupun fisik dan laboratorium setelah 2 minggu pemberianART.
  • 30.  Laboratoriumstandar adalah darahperifer (Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis, Ht, LED), SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, dan guladarah apabila memakai obat ART golongan Protease Inhibitor (PI)  Beberapa keluhan efek samping obat menyebabkan 50% petugas kesehatan yang menerima terapi profilaksisberniat tidak menajutkan terapi seperti mual, diare, sakit kepala, malaise, tidak nafsu makan, dan pada akhirnya sebanyak 33% tidak melanjutkan terapi karena keluhan yang terjadi sangat berat.
  • 31.  Oleh sebab itu mengatasi efek samping dengan obat simtomatik dan dukungan moril untuk melanjutkan terapi profilaksis sangat penting.
  • 32.  Pemakaian ART saat kehamilan harus dilakukan penyesuaian, tidak diperbolehkan menggunakan efaviren karena bersifat teratogenik.  Hati-hati dalam menggunakan indinavir karena dapat mengakibatkan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.  Asidosislaktat fatal pernah dilaporkan pada penggunaan ddL + d4T pada wanita hamil. Pertimbanganmanfaat dan risiko sebelum menggunakan kombinasi ini.
  • 33.  Petugas kesehatan rawan terhadap paparancairan tubuh dari pasiennya, yang dapatmenularkan berbagai virus misalnya HIV, HBV, dan HCV  Cairantubuh yang dapat menularkan HIV adalah : darah, cairan tubuh yang mengandungdarah, cairan otak, cairan pleura, cairan semen dan vagina, cairansendi, cairan peritoneal, cairanperikardial, cairan amnion, gigitan penderita.  Cairanyang tidak potensial menularkan: tinja, keringat, ingus, airmata, saliva, urin, sputum, muntahan.
  • 34.  Dengan mengenal cara penularan virus tersebut, petugas kesehatan dapat lebih berhati-hati (universal precaution).  Terapi profilaksis pasca paparan sebagai usaha mencegah terjadinya transmisi virus (HIV), harus digunakan dengan tepat.
  • 35.  2 ART yang dianjurkan :  Zidovudin(ZDV) + Lamifudin (3TC) : Duviral  Stavudin(d4T) + Lamifudin (3TC)  Stavudin(d4T + Didanosin (ddL)  3 ART : 2 ART diatas ditambah salah satu di bawah ini :  Indinavir  Nelvinafir  Afvavirenz  Abacavir
  • 36.  Tes antibodi dilakukan pada minggu ke-6, minggu ke-12 dan bulan ke-6, dapat diperpanjang sampai bulan ke-12.  Pemantauantoksisitas ART dapat dilakukan dengan pemeriksaan anamnesis maupun fisik dan laboratorium setelah 2 minggu pemberian ART.  Laboratoriumstandar adalah darahperifer (Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis, Ht, LED), SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, dan guladarah apabila memakai obat ART golongan Protease Inhibitor (PI)
  • 37.  PemakaianART saat kehamilan harus dilakukan penyesuaian, tidak diperbolehkan menggunakan efaviren karena bersifat teratogenik.  Hati-hati dalam menggunakan indinavir karena dapat mengakibatkan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.  Asidosislaktat fatal pernah dilaporkan pada penggunaan ddL + d4T pada wanita hamil.  Pertimbanganmanfaat dan risiko sebelum menggunakan kombinasi ini.

Hinweis der Redaktion

  1. Seperti yang kita ketahui bahwa penderita HIV mengalami saat asimtomatis yang cukup lama (5-10 tahun) yang mempersulitidentifikasi dari penampilan fisik luar saja demikian pula dengan pasien AIDS yang telah mendapat ARV. Hal lain pasien HIV + infeksioportunistik yang tidak berbeda klinis dengan infeksioportunistik itu sendiri.
  2. oleh karena itu pencegahanpenularan melalui berbagai tindakan (Universal precaution) dan pengobatan pasca paparan tidak saja ditujukan pada virus HIV tapi juga virus lain.