SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 105
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Kt rev 3

                             MODUL I-02                                   1


                                  BAB I.
                               PENDAHULUAN



1.1. LATAR BELAKANG

       Pengontrolan    dapat     diartikan   sebagai       pengaturan   atau
       pengendalian. Pengontrolan dalam proses produksi didefinisikan
       sebagai upaya pengaturan untuk mempertahankan nilai atau output
       yang diinginkan tetap terjaga dari pengaruh perubahan atau
       deviasi yang ditimbulkan oleh proses itu sendiri.
       Integrasi komponen kontrol dan measurement, berfungsi untuk
       mendapatkan system control yang tepat. Dalam melakukan tuning
       controller ada beberapa metode yang secara umum dapat dibagi
       dua, yaitu: open loop dan closed loop tuning. Pada cascade
       control, bagian sekunder di tuning terlebih dahulu diikuti bagian
       primer.


       Pengaturan yang presisi dari level, pressure, temperature, dan
       flow adalah unsur penting dalam aplikasi proses. Perubahan kecil
       pada control dan pengukuran, akan membawa dampak yang besar
       pada proses produksi.


1.2.   TUJUAN

       Penyusunan Modul ini bertujuan untuk :
       ·    Menjelaskan prinsip pengukuran variable proses
       ·    Menjelaskan prinsip control valve
       ·    Menjelaskan prinsip pengendalian dan teknik pengendalian
            yang aman terhadap kondisi proses.
       ·    Menjelaskan elemen di dalam suatu loop pengendalian.
2




       ·   Menjelaskan macam-macam mode serta aksi controller.
       ·   Menjelaskan variabel dan metode tuning controller


1.3.   MANFAAT

       Diklat teknis instrumentasi adalah bagian yang sangat penting
       dalam kegiatan suatu proses untuk meningkatakan kompetensi
       pekerja.
       Dengan peralatan instrumentasi ini dapat mengetahui kondisi
       varibel proses yang sedang berjalan, sehingga apabila terjadi
       gangguan terhadap proses tersebut operator akan dapat segera
       mengetahui   dan    mengambil     tindakan   perbaikan   terhadap
       gangguan tersebut, sehingga proses akan berjalan dengan aman
       sesuai dengan yang diinginkan.
       Buku ini disusun dengan harapan bermanfaat bagi semua pihak
       yang berkepentingan dengan pengembangan bahan ajar.


1.4.   RUANG LINGKUP

       Buku ini akan dikhususkan pada pembahasan sistem instrumentasi
       untuk operator pengendali plan yang mencakup :
       ·   Drawing dan air instrument system
       ·   Sistem pengukuran variable proses
       ·   Control Valve
       ·   Sistem pengendalian proses.
       ·   Metode tuning
Kt rev 3

                                  MODUL I-02                                         3


                                        BAB II.
              DRAWING AND AIR INSTRUMENT SYSTEM


2.1        Drawing
           Untuk mengendalikan plan diperlukan gambar yang berisi tentang alur
proses, alat utama dan peralatan instrumen yang terpasang, sesuai standar
 INSTRUMENT SOCIETY OF AMERICA atau disingkat ISA.
Yang membahas diantaranya mengenai Instrument Symbols and Identification.
Simbol-simbol instrumentasi terdiri dari :
      1. Line instrument symbols.
      2. Instrument function symbols.



      a.      Instrument Line Symbols

           Instrument line symbols adalah merupakan simbol yang dipergunakan
           untuk membedakan aliran sinyal instrument.
           Simbol aliran sinyal instrument dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


               FUNCTION                             SYMBOLS
4




   b.       INSTRUMENT FUNCTION SYMBOLS
        Simbol-simbol instrument dipergunakan untuk membedakan peralatan
        instrument berdasarkan fungsinya,
        Symbol yang dipakai untuk instrumentasi mengacu pada ANSI/ISA S.5
        (Instrument loop diagram).
        Sebagian besar fasilitas lapangan minyak dan gas memiliki informasi dan
        dokumentasi dalam bentuk:
        —   Process Flow Diagram,
        —   Piping and Instrumentation Diagram (P&ID)
        —   Loop Diagram (Loop Sheets),Electrical Wiring Diagram
        —   Ladder logic diagram
Berikut ini contoh gambar Process Flow Diagram
Kt rev 3

                             MODUL I-02                                       5




                   Gambar 4.1. Process flow diagram (PFD)


    Contoh PFD yang diperlihatkan, sangat penting karena memberikan informasi
    tentang flowrate, temperature, dan pressure. Informasi ini sangat bermanfaat
    ketika operator memutuskan untuk melakukan perubahan setting, dan
6




pertimbangan lain mengenai process safety. PFD memberikan pemahaman
tentang kualitas produk dihasilkan oleh fasilitas tersebut.


c. Piping and Instrumentation Diagram (P&ID)

Piping and Instrumentation Diagram (P&ID) adalah gambar skematik utama
yang digunakan sebagai layout proses. Ini adalah drawing yang paling luas
penggunaannya dan menjadi basis dari drawing yang lain.
P&ID akan menampilkan:
—   Semua equipment utama, piping, dan instrumentasi termasuk koneksi
    pneumatic, electric, hydraulic, dan logical.
—   Detail tentang instrumentasi, jenis valve, special equipment dan
    spesifikasinya.
—   Material konstruksi, ukuran pompa, juga ukuran head dan impeller
    ditampilkan pada kolom di bagian bawah.
—   Informasi tentang logical interlock dan catatan khusus (berupa baloon)
    jika ada bagian yang di revisi atau pekerjaan in progress.
—   Legend yang memberikan cara membaca symbol dalam P&ID
Data yang terdapat dalam P&ID sangat berguna bagi teknisi instrument untuk
mengetahui hubungan antara control system dan field equipment. Hubungan
ini dikenal sebagai process control. Sebagian besar industri minyak dan gas
sudah memakai simbol standard ISA (ISA S5.1 1984) dan beberapa simbol
juga di ambil dari ANSI dan API standard.
Kt rev 3

           MODUL I-02   7
8




d. Loop Diagram (LOOP SHEET)

Loop diagram menggambarkan diagram pensinyalan instrumentasi yang
dimulai dari proses lapangan sampai di control panel.
Loop diagram atau loop sheet adalah jenis dokumentasi yang paling sering
dipakai oleh teknisi instrument. Setiap diagram secara skematik mewakili
rangkaian lengkap hubungan pneumatic, electric, maupun logical. Informasi
tentang jenis sinyal, range, manufaktur, terminasi pada junction box,
marshaling cabinet, control system (DCS atau PLC), tag number, dll.
Untuk sinyal discrete, drawing ini juga memperlihatkan kondisi contact
(open atau closed) termasuk wiring dan fuse. Dibutuhkan pengetahuan
tentang dasar listrik dan terminasi agar memudahkan dalam memahami
drawing ini.
Berikut ini diberikan contoh loop diagram .
Kt rev 3

           MODUL I-02   9
10
Kt rev 3

           MODUL I-02   11




    .
12




2.2       Sistem Udara Instrumen
      Sistem udara instrument adalah suatu sistem yang menghasilkan udara
      bertekanan dengan pemakaian dan aplikasinya dalam industri, biasanya terdiri
      dari beberapa hal, sebagai berikut:
      ·   Kompresor udara, Pengering dan penyaring udara
      ·   Pipa distribusi dengan pressure sefety valve
      ·   Stasiun penurun tekanan, Koneksi-koneksi instrumen lapangan
Gambar 1 dibawah ini. menunjukkan sistem pneumatik instrumen sederhana




                Gambar 1: Sistem dan Ekuipmen Udara Instrumen
Kt rev 3

                              MODUL I-02                                        13


a. Kompresor Udara
       Kapasitas kompresor ditentukan oleh keperluan aliran udara plan.
   Pemakaian udara pada plan ditentukan oleh jumlah maksimum pemakaian
   udara (kira-kira 0,02 m3/menit) untuk setiap devais dan adanya kebocoran.
   Unit kompresor tersebut bisa berupa tipe reciprocating atau rotari, tunggal atau
   multistage, dan biasanya digerakkan oleh motor listrik, turbin gas atau mesin
   disel. Tipe kompresor akan didiskusikan pada bab akhir modul ini.


b. Tangki Penampung
       Tangki penampung udara dirancang              berdasar jumlah kapasitas
   penyimpanan pada sistem dan juga adanya tambahan untuk menghindari
   fluktuasi tekanan. Fungsi lainya juga sebagai penguat dan pemisah antara
   udara dan air yang terkondensasi dalam proses pembuatan udara bertekanan


c. Penyaring dan Pengering Udara
       Udara tekan yang baru saja keluar dari kompresor biasanya relatip basah,
   dan mengandung kotoran-kotoran dan minyak, karena udara tersebut harus
   bersih dan kering, maka perlu menghilangkan kandungan air dan kotoran-
   kotoran tersebut.
       Filter atau penyaring berfungsi untuk menghilangkan partikel-partikel
   kotoran dan kerak-kerak, dan juga untuk memperangkap air dan minyak.
   Dalam beberapa hal ada gabungan antara filter dan regulator yang dapat
   digunakan sebagai catu udara langsung pada transmiter atau valve tunggal.


d. Pipa Distribusi dan Pressure Safety Valve ( PSV )
   Pipa utama yang digunakan untuk mengirim udara instrumen keseluruh plan
   biasanya mempunyai diameter 50,8 mm (2 inch) skedul 40 dengan bahan dari
   carbon steel. Pipa cabang catu udara yang menghubungkan header isntrumen
   individu biasanya berdiameter 25,4 mm ( 1 inch) dengan bahan dari pipa
   galvanis, sedang PSV berfungsi untuk membuang tekanan lebih.
14




e. Tekanan Catu Udara
   Stasiun penurun tekanan dalam aplikasinya adalah sebuah pengatur tekanan
   dengan berbagai ukuran dan tipe.         Stasiun penurun tekanan berfungsi
   menurunkan tekanan udara dari 700 kPa (102 psi) menjadi level yang dapat
   digunakan yaitu 140 kPa (20 psi).
   Untuk instrumen-instrumen biasanya menggunakan tekanan 20           100 kPa (3
     15 psi), standar ISA S7.4 mengijinkan tekanan catu maksimum 140 kPa (20
   psi). Tekanan catu ini harus cukup untuk mengirim volume udara yang cukup,
   karen bila terlalu tinggi akan menyebabkan rusaknya instrumentasi


f. Koneksi Instrumen
      Tubing catu udara dari pipa valve menuju ke regulator ukuran minimum
   harus 9,5 mm (3/8 inch) dengan bahan tubing berasal dari pvc jacketed
   cooper, plated carbon steel atau stainless steel untuk menghindari tekanan
   drop yang berarti, terutama untuk control valve.
      Untuk menghindari masalah vibrasi dapat menggunakan koneksi tubing
   flexible air hose dengan pertimbangan terjadinya preesure droop. Koneksi
   tubing hampir selalu bertipe fitting.
      Fitting dengan tipe flare lama jarang digunakan meskipun masih dipakai
   pada generator disel. Mur tubing harus tidak boleh longgar; pabrik seperti
   Swagelock menyediakan gauge untuk mengecek kekencangan mur tersebut.
Kt rev 3

                                MODUL I-02                                         15


2.2.1 ISA-S7.3
     ISA     S7.3 membahas tentang Kwalitas Standar Udara Instrumen untuk
     menetapkan nilai atau batasan kwalitas udara diantaranya menetapkan :
     1. Titik embun pada tekanan saluran pipa minimal pada 10 oC (18oC)
           dibawah temperatur ambien minimal pada tempat plan.
           Titik embun tidak melebihi tekanan saluran pipa sebesar 2 oC (35 oF).
     2. Ukuran partikel maksimum pada aliran udara 3 mikrometer.
     3. Total kandungan minyak maksimum tanpa terkondensasi harus se-nol
           (0) dan tidak boleh melebihi 1 ppm pada kondisi operasi normal. Z
     4.     zat zat Pengkotaminan :Udara bebas dari gas berbahaya dan gas
           kontaminan yang menyebabkan korosip, mudah terbakar atau beracun,


2.2.2 ISA S7.4
       Tujuan standar ini ditetapkan adalah dipergunakan untuk mengerakan atau
       sebagai catu instrumen pneumatic,
       a. Range tekanan operasi standar untuk sistem transmisi informasi.
       b. Tekanan catu udara standar (dengan nilai terbatas) untuk
            mengoperasikan kontroler, transmiter, Sistem transmisi informasi,
            tranduser arus menjadi tekanan dan devais-devais serupa.


   ® NILAI-NILAI KHUSUS
       Range sinyal transmisi tekanan pneumatik
       1. Span (dipilih) 80 kPa (12 psi). Range tekanan 80 kPa dari span
            tekanan operasi antara 20 kPa (3 psi) sampai 100 kPa (15 psi).
       2. Span 160 kPa (24 psi). Range tekanan operasi 160 kPa untuk span
            tekanan operasi antara 40 kPa (6 psi) sampai 200 kPa (30 psi).
       Tekanan Catu
     1. Span 80 kPa (12 psi). Sebuah nilai dengan minimum 130 kPa (19 psi)
           dan maksimum 150 kPa (22 psi).
     2. Span 1660 kPa (24 psi). Sebuah nilai dengan minimum 260 kPa (38 psi)
           dan maksimum 300 kPa (44 psi).
16




                                        BAB III

                             SISTEM PENGUKURAN


Tujuan dari system pegukuran ini adalah untuk mengetahui variable yang di ukur
untuk menghindari kesalahan dalam proses sehingga tidak terjadi kegagalan.
Maka kita memerlukan alat membantu mencegah losses, serta alat untuk
membantu mencegah rusaknya alat-alat produksi.

3.1        PRESSURE MEASUREMENT
           Alat ukur tekanan adalah suatu alat ukur yang digunakan sebagai indikator
terjadinya perubahan tekanan pada peralatan proses, sedang dalam pengukuran
tekanan ada bermacam-macam antara lain :
 a. Tekanan Atmosphere
          Tekanan udara sebesar 76 cm Hg atau 14,7 psi
 b. Tekanan Absolute
          Adalah tekan yang diukur dari titik 0 cm Hg.
 c. Tekanan Gauge/ Gauge Pressure
      Tekanan pada pengukuran/alat ukur, yang dihitung dari atmosphere(14,7 psi)
      -    tekanan yang lebih kecil dari atmosphere disebut tekanan vacuum
      -    tekanan diatas atmosphere disebut Gauge Pressure.(20 PSIA = 5,3PSIG).

 d. Tekanan Differential
      Perbedaan tekanan diantara dua pengukuran


                                 DP = h1 - h 2

 e. Tekanan Vacuum
      Diukur dengan pipa U yang berisi Hg untuk mengukur tekanan dibawah
      tekanan atmosphere
Kt rev 3

                                 MODUL I-02                                   17


3.1.1 Aplikasi Pressure Measurement
   Didalam pengukuran tekanan ini, dapat dibagi menjadi:
   a. Local Measurement : Alat ukur tekanan berada ditempat yang diukur.
   b. Telemetering Measurement : Pengukuran jarak jauh
   Dalam pengukurannya dibedakan menjadi:
       -         Dengan saluran physic : Physical Transmission Line
       -         Dengan saluran non physic: Non Physical Transmission Line:


                                             PIPE




               TRANSMITTE                    ELECTRIC




           TRANSMITTE                         PNEUMATIC




                              Physical Transmision Line



                        A.                                     C              D
                         TX                                  TX
           A




                          Non Physical Transmission Line



                A: Tranducer, B: Transmitter, C: Receiver, D: Indicator
18




Sistem pengukuran yang biasa digunakan :

1. Langsung : bila tekanan kecil                                6 kg/cm2


                                                      0          10

                                        Gas bertekanan :6 kg/cm2



2. Tidak langsung : bila tekanan besar
   Sistem pengukuran langsung tak dapat dipakai karena:
   -   menimbulkan kebocoran-kebocoran
   -   adanya pressure drop
   -   tidak ekonomis
   Untuk menghindari hal tersebut dipakai transmitter merubah tekan besar
   menjadi signal standart 3-15 psi.


3.1.2 Memilih dan memasang Pressure Gauge.
Dalam memilih ini harus diperhatikan, sifat media dan karakter proses
Dari sifat-sifat ini kita juga harus memperhatikan pemasangannya.
Misalnya medium yang akan diukur, vibrasi, temperature, fluktuasi, korosip,
maka dibutuhkan tambahan asesories :
   -   Needle Valve, capilari, resistance, flixible pipe, etc




    Needle      Capilair           Resistance                    Flixible
Kt rev 3

                                MODUL I-02                                     19


3.1.3 Range Ukur dan Span

  a. Range ukur adalah batasan harga terendah dan harga tertinggi suatu alat ukur,
       yang terkait dengan akurasi pembacaan.
 b. Span adalah daerah kerja alat ukur dengan melihat perbedaan nilai maksimum
       di kurangi nilai minimum.
       Dalam proses pembacaan ini dibutuhkan sensing element sebagai media
       peubah, macamnya :
         -   Bourdon Tube
         -   Bellows Element
         -   Dapraghma Element
         -   Capsule




3.2      LEVEL MEASUREMENT

         Alat ukur ketinggian adalah suatu alat ukur yang digunakan sebagai
      indicator terjadinya perubahan ketinggian pada peralatan proses.
      Tujuan utama pengukuran liquid level adalah digunakan untuk :
         1. Mengatur kondisi process
         2. Mengetahui isi /volume
         3. Mengetahui kecepatan aliran (flow)
         4. Mengetahui kedalaman cairan
20




   3.2.1 Mengatur Kondisi Process

                                    GAS




                               LT
                                              LIC
 Inlet




                                               LCV

                                                            cair

         Level harus dijaga pada batas-batas tertentu agar produk yang dihasilkan
memenuhi persyaratan mutu (terjadi pemisahan fraksi yang memenuhi
persyaratan mutu). Makin tinggi level yang diatur, makin lama cairan tersebut
berada dalam coloum., maksudnya makin banyak fraksi ringan yang teruapkan.




   3.2.2 Mengetahui Isi/Volume




Perubahan ketinggian cairan dalam tangki akan ditunjukkan oleh sebuah indicator,
dimana penunjukan pada sebuah skala yang telah dikonfirmasikan dalam satuan
volume.
Kt rev 3

                               MODUL I-02                                     21


   3.2.3 Mengetahui Jumlah Aliran




                           A

                         B




A = Level awal dan B = Level akhir
Kecepatan aliran dapat dihitung dari perubahan tinggi cairan dalam satuan waktu.
                         Xm3
               Flow =
                        T menit

X = volume cairan yang dipindahkan
T = waktu yang diperlukan untuk memindahkan
   - Macam methode pengukuran level
   Beberapa cara untuk mengetahui ketinggian (level) cairan, tergantung dari
   tempat dan keadaan antara lain :
   1. Gelas penduga (level gauge glass), Constant displacement (floater)
   2. Variable Displacement, Differential Pressure
   3. Static Pressure Methode, Ultra Sonic

   a. Gelas Penduga (level gauge glass)
   Prinsip pengukuran langsung terhadap bejana berhubungan, dengan gelas
   penduga ada 2 macam untuk tekanan rendah dan tekanan tinggi

                                               Sight Glass



                                      Direct Reading




            Apa yang ditunjukkan oleh cairan dalam gelas merupakan levelnya.
22




b. Constant Displacement

Prinsip : Naik turunnya cairan selalu diikuti dengan naik turunnya pelampung.
Biasanya metode ini dilengkapi dengan skala yang terkalibrasi dalam satuan
volume.

                                       Scale



                                      Weight




                                                  Float

                        Liquid




c. Variable Displacement

   Prinsip Hukum Archimides : bila suatu benda berada dalam zat cair akan
   berkurang beratnya sebesar berat zat cair yang dipindahkan.

          4,25 lbs                   2,54 lbs                          0,83 lbs



                        DISPLACE



                                                                                  14

                                                  7


                        WATER


                     Displacer : Æ = 3 ; L = 14       ; W = 4,25 lbs
Kt rev 3

                              MODUL I-02                                         23


   d. Differential pressure

        Pengukuran level dengan cara ini banyak ditemukan pada industri
        perminyakan yaitu dengan cara memandingkan tekanan media yang
        diukkur dengan media lainnya.

             P1 = Atm

                                                    P1                      P1



    H
                                 H
                      P2                            P2                     P2


                                                         Differential Pressure
                                                         Meter (D Meter)
        P2 = H + P1
        H = P2 - P1                  DP = P2 - P1
        DP = H = P1

  Prinsip kerja :

     Berdasarkan kesetimbangan gaya, input signal pada high dan low pressure

   yang berasal dari titik pengambilan bawah dan atas column sehingga, signal

   pengukuran yang berupa beda tekanan akan memberikan gaya yang sebanding

   dengan ketinggian cairan, dan gaya tersebut akan diteruskan oleh force bar

   yang dihubungkan melalui flexture connector dengan rangerod. Besar kecilnya

   gaya menyebabkan flaper bergerak mendekati atau menjauhi nozzle. Variasi

   gerakan flaper terhadap nozzle memberikan besarnya output yg dihasilkan

   oleh pneumatic relay sebesar 3       15 psi. Sebagian output dikembalikan ke

   feedback belows untuk kompensasi gerakan signal input.
24




  -      Penggunaan D/P Cell transmitter

      Penggunanaan D/P cell transmitter untuk pengukuran level cairan :
        1. Elevation
        2. Supression


 A.      Pemasangan D/P Cell Tanpa Sealing Liquid

         1.      Elevation



        Max                                 Max

                  X                                   X

        Min                                 Min
                     B. Y                              C. Y


                     Open Tank                         Close Tank




 B.      Pemasangan D/P Cell Tanpa Sealing Liquid

         1. Elevation


Max                                        Max

          X                                       X

                                 Sealing
Min                                        Min                        Sealing
              D. Y               Liquid               E. Y            Liquid


              Open Tank
                                                   Close Tank
Kt rev 3

                                 MODUL I-02                                        25


3.3      FLOW MEASUREMENT

      Dalam melakukan pengukuran ada beberapa Methode Pengukuran aliran dan
      jenis peralatan diggunakan antara lain:
         1. Magnetic flow meter, Turbine flow meter
         2. D/P flow meter, Variable area flow meter
         3. Positive Displacement flow meter


 3.3.1 Magnetic Flow Meter
         Biasanya digunakan untuk mengukur flow, dimana untuk alat ukur yang
         lain banyak mengalami kesulitan, seperti aliran yang mempunyai
         viscositas tinggi, aliran asam yang korosive, slury .
         Kebaikan dari magnetic flow meter :
         -   Mempunyai sensitifity & accuracy yang besar, kesalahannya : + 1 %
             Dapat digunakan mengukur flow rendah maupun pada flow tinggi
         -   Dapat digunakan untuk mengukur aliran yang bolak-balik
         -   Outputnya linier
         Tubenya terbuat dari metal yang non magnetik, stainless steel, disebelah
         dalam dilapisi neopreme supaya tidak short dengan tegangan
         Electrodanya adalah stainless steel 361 dengan isolasi teflon. Untuk zat-zat
         yang sangat korosif, electrodanya dibuat dari platinum.



                                           E


                                                 V
                                                                               E

                                                           Magnet Coil

                       Turbulent or Laminer
                       Velocity Flow Profile
26




   Prinsip kerjanya :Menurut hukum Faraday untuk induksi magnetic :
   Tegangan supply (E) yang disalurkan ke coil, akan membuat medan
   magnetik (H).
   Didalam tubenya akan mengalir suatu jenis aliran (fluida) yang bergerak
   pada medan magnet dengan kecepatan V, sedang diameter tube : d
   Menurut hukum Faraday : Tegangan (E) yang diinduksikan pada electroda
   seolah-olah datang dari cfonductor sepanjang d yang bergerak dengan
   kecepatan V pada medan magnet H . Maka tegangan induksinya
   E       =C.H.d.V
   C       : constanta
   H, d    : constant
   Maka : E ~ V
   Jadi dengan mengukur E atau tegangan, maka kita bisa mengukur V atau
   kapasitas aliran yang mengalir pada tube tadi.


3.3.2 Turbine Flow Meter
   Ada 2 macam turbine flow meter :
   - Mechanical turbine flow meter dan Electronic turbine flow meter
   a.     Mechanical Turbine Flow Meter

                                                    Mechanical
                                                         003456789

                         Turbin




        Turbin/sudu-sudu meter, akan berputar karena adanya aliran ,
        selanjutnya gerakan ini diteruskan ke mechanical counter       untuk
Kt rev 3

                               MODUL I-02                                              27


           pembacaan jumlah fluida yang mengalir. Kecepatan perputaran turbin
           linier terhadap kecepatan aliran, kalau turbin berikut system
           transmisinya bebas dari gesekan. Maka meter akan bekerja dengan
           baik kalau kecepatan aliran diatas nilai kecepatan kritis.
           Meter ini mempunyai ketelitian dengan kesalahan + 2 %. Faktor
           penting yang mempengaruhi kalibrasi meter ini adalah BD dan
           viscositas juga temperatur Keuntungan penggunaan alat ini :
              -   Rugi tekanan (pressure drop) kecil
              -   Dapat mengukur aliran fluida yang mengandung bahan solid.
              -   Hampir tidak mempunyai daerah batas pengukur.


       b. Electric Turbine Flow Meter
           Setiap kali sudu-sudu melewati pick up coil, maka akan diinduksikan
           pulsa-pulsa pada pick up coil tersebut.
           Pulsa-pulsa ini akan proportional dengan kecepatan aliran. Kemudian
           dimasukkan ke frequency to voltage converter untuk mendapatkan
           tegangan yang proportional dengan kecepatan aliran. Seterusnya
           tegangan tersebut dikonversikan ke digital output masuk ke digital
           display.

                      Frequency               Frequency to                 Voltage
                      Proportional to         Voltage                     To Digital
                      Velocity                converter                    Output



                                                                        DIGITAL
                                                                        DISPLAY




              Jenis turbine flow meter ini, tidak boleh digunakan untuk fluida
              yang mengandung partikel yang bisa magnetisasi. FM ini
              mempunyai accuracy tinggi dan dapat digunakan untuk segala
              macam fluida.
28




     3.3.3 Differential Pressure Flow Meter (Head Flow Meter)

        Methode pengukuran berdasarkan hukum Bernoulli (untuk aliran

        laminair).


       Up Stream                                                      Down Stream

                  V1         Flow                                        V2



                                Z1
                          P1                            Z2
                                     h
                               P2
                                                                        Mercury



        Persamaan Bernoulli, untuk aliran seperti diatas.

               P - V12       P V2
        Z1 +    1
                  +    = Z2 + 2 + 2
               Y    2g       Y 2g

 Dimana :

 Z          : tinggi dari permukaan datar     V      : stream velocity

 P          : static pressure                 g      : acceleration

 Y          : specivic grafity fluida


Perlengkapan Head Flow meter

        Untuk mendapatkan d/p antara stream & down stream kita harus
        memasang suatu risttriction, sedang ristriction yang umum dipakai adalah :
        -    Orifice plate
        -    Venturi tube
        -    Flow nozzle & venturi nozzle
Kt rev 3

                                MODUL I-02                                         29


    a. Orifice Plate

             Untuk orifice plate kita kenal 3 macam :

             1. Consentris, Excentris, segmental

Fungsi lubang kecil pada orifice untuk membuang gas/udara pada permukaan

liquid.




                  Concentric              Excentric                 Segmental


    -     Concentris orifice
    Digunakan untuk mengukur flow yang tidak mengandung solid, baik gas
    maupun liquid.

    -     Excentris dan Segmental
    Digunakan untuk emngukur flow dari fluida yang mengandung zat padat.
    Cara penempatan orifice type ini, bagian bawah lubang orifice mempunyai
    jarak terdekat terhadap permukaan dalam dari pipa serta diperlukan cara-cara
    kalibrasi yang khusus mengingat bahwa coefisien aliran standarf hanya
    digunakan untuk orifice yang consentris.
    Orifice biasanya dibuat dari baja tahan karat, tahan abrasi/erosi, seperti (
    stainless steel atau Monel ) yang disesuaikan dengan fluida yang mengalir.


Cara pemasangan Taps untuk orifice
             -   Plange taps
             -   Vena contractor taps
             -   Pipe taps
30




-     Flange Taps

Diletakkan pada jarak 1 didepan dan dibelakang plat orifice. Cara ini paling
banyak dipakai, untuk ukuran pipa lebih besar dari 2 . Sedang untuk ukuran
pipa dibawah 2 gunakanlah cara vena contracta taps.

                       Up Stream       Down
                       Stream




-     Vena Contracta Taps

Lubang tekanan tinggi diletakkan pada jarak sebesar diameter dalam pipa
didepan plat orifice, sedang lubang tekanan rendah diletakkan titik vena
contracta.



               D                   d




                    d1=D         d2
Vena contracta adalah sebuah titik pada aliran yang mempunyai tekanan
terkecil sebagai akibat adanya penghalang. Letak titik ini tergantung kepada
Rasio Beta.

-     Pipe Taps
    Untuk mengukur beda tekanan yang permanen dimana jarak lubang tekanan
    tinggi 2 ½ D didepan dan lubang tekanan rendah 8 D di belakang plat
    orifice.
    Keuntungan cara ini adalah dapat digunakan laju aliran yang lebih rendah
    dari pada kemampuan cara flane taps dan vena taps.
Kt rev 3

                               MODUL I-02                                      31




                                                                         D




                                    2,5D              8D



 b.    Venturi Tube

      Venturi tube bagian throatnya dibuat satu unit tersendiri agar mudah diganti
      sedangkan tabung venturi dibuat dari beton tuang yang halus, dengan sudut
      kerucut inputnya 20o & sudut kerucut outputnya 7o.
      Pressure taps-nya tidak diambil dari satu lubang tapi dari beberapa lubang
      sekitar permukaa pipa yang hubungan keluarnya menjadi satu berupa cincin
      Perbandingan diameter pipa dan diameter throat bervariasi antara 0,25   0,5
      Keuntungan :
      1. Ketelitian tinggi dibanding dengan menggunakan Restriction lain.
      2. Pressure drop kecil
      3. Tahan terhadap abrasi dan kemungkinan menampung endapan kecil.
      4. Dapat digunakan untuk mengukur aliran yang besar (>5.000.000 gpm)
      Pemasangan venturi tube jangan sampai terganggu oleh fitting-fitting yang
      dapat menyebabkan aliran turbulent.


   c. Flow Nozzle/Venturi Nozzle

      Venturi nozzle digunakan untuk hampir semua liquid, terutama bisa

      digunakan untuk fluida yang mengandung solid dan pressure dropnya kecil,

      sedangkan flow nozzle cocok untuk gas, vapour & steam.
32




3.4    TEMPERATURE MEASUREMENT
 3.4.1 Filled Bulb Thermometer
       Jenis Moving element :
       -   Spiral, Helical, Bourden Tube Type C
       Prinsipnya :
       -   Berdasarkan pemuaian volume untuk bulb yang berisi liquid.
       -   Bedasarkan pengembangan tekanan, untuk yang berisi vapour.


                                      Pressure                             Pointer
        Gas/Liquid                     Spring


       BULB                                                                   Scale




Untuk menghilangkan pengaruh temparature terhadap hasil pengukuran maka
digunakan compensator yang terdiri dari dua macam :
   1. Full Compensation
       Disini ada dua buah spiral yang sama tetapi mempunyai gerakan yang
       berlawanan, dan bulb compensator terletak diluar.

   2. Case Compensation menggunakan bimetal yang dihubungkan ke bourdon
       tube, yang dipasang pada take of arm, sehingga defleksi dari bagian
       bimetal akan melawan efek akibat ekspansi liquid pada spiral.
Klasifikasi dari Filled Bulb system thermometer
Sistem ini pada dasarnya dapat dipisahkan dalam dua tipe yaitu respon terhadap :
       1. Perubahan Volume
           v Liquid filled (bukan mercury) disebut class I
           v Mercury filled

       2. Perubahan Tekanan
           Vapour filled, atau liquid yang mudah menjadi vapour (volatile)
           termasuk dalam class II.
Kt rev 3

                                  MODUL I-02                                      33


Pembagian dari class diatas ini berdasarkan pada SAMA (Scientific Apparatus
Makers Assosiation).


  3.4.2 Thermocouple

         Themocouple ditemukan Seeback 1821, dimana arus listrik akan mengalir
     pada clouse circuit yang terdiri dari 2 macam kawat dimana kedua ujungnya
     dilas menjadi satu, bila temperature naik timbl GGL.

                                                            Protecting
                     A                                        Tube
                    EMF
T1                                    T2


                     B                       Terminal                    (Hot Junction)
                                                            Insulator
                                               (Cold
                                             Junction)

Circuit ini terdiri dari 2 kawat :
     -   Kawat A sebagai +
     -   Kawat B sebagai -
     Bila T1 < T2, maka akan mengalir arus dalam circuit tersebut.
     Ujung T1 kita namakan Cold junction atau Reference Junction.
     Dengan mengukur I dan EMF yang dibangkitkan dalam circuit tersebut., dapat
     diketahui DT = (T2    T1).
      Jenis-jenis thermocouple yang dipakai untuk pengukuran menggunakan
     standard ISA (Instrument Standard Assosiation of America)


Circuit Thermocouple

     Circuit thermocouple memerlukan kawat penghubung antara thermocouple
     dengan indikatornya. Kawat penghubung (extention wire) harus mempunyai
     sifat-sifat yang cocok dengan thermocouplenya.
34




Extention wire dapat dilihat pada daftar dibawah ini :


                Thermocouple                                  Extention Wire


      Positive             Negative                   Positive              Negative

       Pi : Rh                 Pt                     Copper         Copper Nikel Alloy

                                                                        -    Alumel

      Chromel               Alumel            - Chromel                 -    Constanta

                                               - Copper                 -    Copper Nikel

                                                  - Iron                     Alloy

         Iron             Constanta                    Iron                  Constanta

       Copper             Constanta                   Copper                 Constanta

Dalam pemasangannya thermocouple ini dimasukkan dalam thermo tube yang

disebut thermowell.

Jenis-Jenis Thermowell

                                                       Temperature Max
  Thermowell                                  o                              o
                                                  C                              F

  High Silicon Iron                           425                           600

  Carbon steel                                550                           1000

  18% cr, 8% Ni/Stainless Steel               950                           1800

  Ni Chram                                   1100                           2000

  Inconel                                    1260                           2300

  Silicon Carbid                             1650                           3000

  Mullite                                    1550                           2800
Kt rev 3

                                    MODUL I-02              35


   Teknik mengukur EMF dari Thermocouple ada dua cara :

   1. Dengan multi voltmeter (moving coil meter)




           000095

               1



               1. Multimeter
               2. Heater                           2




   2. Dengan rangkaian potentiometer




           G                                     Recorder

                                D
                                                   +    -
                   S
               2                                       ES
                           1


                       +


                           EX
36




3.4.3 Resistance type Thermocouple

  Dasarnya : untuk beberapa      metal tertentu, perubahan tertentu akan
  bisa mengubah besarnya nilai resistance. Dengan mengukur perubahan
  resistance tadi, kita bisa menghitung temperature perubahannya.

 Perubahan nilai resistance karena perubahan temperature tersebut, besarnya
 tergantung dari temperature coefficience of material. Koefisien ini adalah
 perubahan nilai resistance dalam Ohm per derajat, untuk kebanyakan metal,
 koefisien ini positive.
 Hubungan antara perubahan resistance dan temperature dapat ditulis :

 Rt = Ro (1 + a Dt)
 Ro = R pada to
 Rt = R pada t
 a = koefisien temperature of metal

 Konstruksinya :




 Diameter kawat dipilih sedemikian, sehingga response terhadap panasnya

 terbaik. Sedang panjang kawat disesuaikan dengan tahanan yang sesuai

 dengan rangkaian/alat pengukurannya, misalnya Bridge Wheatstone.

 Diameter dan panjang kawat menentukan range pengukuran.

 Nilai resistance coil terletak antara 2,5 W sampai dengan beberapa ratus W.

 Sebagai contoh untuk Pt core, R = 25,5 W + 0,1 pada oC.

 -   Untuk copper : 10 W pada 0 oC

 -   Untuk Nikel     : 99,5 W + 0,3 W pada 0 oC
Kt rev 3

                              MODUL I-02                                       37


Pada pembuatan resistance ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

         Harus mempunyai stability yang tinggi yaitu tidak boleh berubah

   strukturnya dan mempunyai response yang cepat terhadap perubahan suhu.

   Self heating error : supaya tidak mempengaruhi pengukuran.

   Self heating error adalah dissipasi tenaga I2R yang menyebabkan panas dan

   panas ini mempengaruhi pengukuran, harus mempunyai high resistivity yang

   besar, sehingga tidak banyak menggunakan coil (coilnya lebih pendek).

   Harus mempunyai temperature koefisien of material/resistanfce yang baik,

   sehingga lebih sensitive dan harus tidak boleh berubah karakteristik listriknya

   tersebut. harus kuat artinya bahwa dengan diameter kecil, tidak mudah putus.

   Hubungan yang linear antara resistance dan temperature. Metal-metal yang
   mempunyai sifat yang cocok adalah :
    Pt                         Temp. Koef.                 0,00392 W/oC
                               Resistivity                 60 W/circular mile ft
                               Temp. range                 - 285 o -> 900 oC
                               Minimal diameter            0,002
                               Tensile strength            18.000 psi

    Nikel
                               Temp. Koef.                 0,0063 W/oC
                               Resistivity                 38,3 W/circular mile ft
                               Temp. range                 - 100 o -> 300 oC
                               Minimal diameter            0,002
                               Tensile strength            120.000 psi
    Copper
                               Temp. Koef.
                                                           0,004 W/oC
                               Resistivity
                                                           + 120 W/circular mile ft
                               Temp. range
                                                           - 200 o -> 120 oC
                               Minimal diameter
                                                           0,002
                               Tensile strength
                                                           200.000 psi
38




Rangkaian pengukuran :
Bisa dipakai AC atau DC Wheatstone Bridge




                                            B
                          S
                                   G
                              r            A




Dalam keadaan balance berlaku :

Ia . A      = Ib . B
ia . r      = ib . s
r           = (A/B) . s

                                                Z2
                                                     I1


                 Zr                    G

                                                      I2
                                                Z3
                              Z1



Pada keadaan balance berlaku :

Zr Z1
  =
Z2 Z3

     R    R1              Ri3 R1xi 2
        =                    =
     i2   i3              C3   C2
    wc 2 wc 3
Kt rev 3

                                 MODUL I-02                                 39


           R1xi 2 xC 3
    R=                   karena balance   I3 = I2
            i3xC 2

           R1C 3        æ 1 ö
    R=           = R1C 3ç    ÷
            C2          è C2 ø



   Thermistor

       Thermistor adalah dioda semiconductor yang mempunyai temperature
   koefisien of resistivity yang tinggi, yaitu bahwa perubahan nilai R    nya
   perderajat temperatur adalah tinggi.
   R = Ro eb (To Too)

   Ro = Resistance pada Too

   R = resistance pada To
   b = konstanta yang tergantung dari konstruksi & jenis thermistor

   Cara pengukuran perubahan nilai resistance dapat dilakukan dengan Jembatan

   Wheatstone.



   Bimetal Thermometer

       Bimetal terbuat dari dua macam logam yang disatukan. Prinsip kerja alat

    ini adalah berdasarkan perbedaan muai panjang dari dua buah logam yang

    berlainan jenis jika ada perubahan panas padanya. Karena koefisien muai

    panjang yang berbeda ini, maka apabila bimetal tersebut kena panas

    akibatnya akan melengkung ke arah logam yang koefisien panjangnya lebih

    kecil
40




                                     BAB. IV
                  BASIC THEORY CONTROL VALVE


4.1      Filosofi Control Valve
Dalam suatu sistem pengendalian secara otomatis, control valve merupakan final
element yang mewujudkan signal output dari controller menjadi suatu gerakan
valve membuka atau menutup aliran, sehingga dapat mengembalikan proses
variabel ke harga yang telah ditentukan


Untuk mendapatkan control valve yang sesuai dengan kebutuhan proses
diperlukan ketelitian dan dasar pemilihan control valve antara lain :
 -     Aksi, Rating, Characteristic, Rangeability, Capacity




4.1.1. Aksi Control Valve
      Control valve mempunyai aksi direct atau aksi reverse, untuk menentukan
      aksi control valve, maka kita harus memahami beberapa istilah dasar.
      Input : Istilah input pada valve kita definisikan, bahwa input sebagai sinyal
      yang menyebabkan valve merubah posisi stroke. Hal ini biasanya berupa
      sinyal pneumatik 3   15 psi atau 20   100 kPa.
Kt rev 3

                                MODUL I-02                                      41


   Output : Output valve adalah fluida mengalir melalui valve. Gas, uap dan
   cairan adalah fluida.
   Aksi Direct : Aksi direct dapat ditentukan dengan melihat hubungan antara
   input dan outputnya. Jika kenaikan input menyebabkan kenaikan output maka
   dikatakan bahwa valve tersebut mempunyai aksi direct.
   Aksi Reverse : kenaikan input menyebabkan menurunnya output maka
Istilah berikut mempunyai hubungan dengan control valve aksi direct:
   ·   ATO adalah naiknya sinyal akan menyebabkan valve membuka.
   ·   Fail Closed     Jika sinyal yang menuju valve hilang maka valve menutup.
       Pada gambar dibawah ini, control valve aksi direct dengan menggunakan
       simbol standar ISA. Anak panah berada di stem valve untuk menunjukkan
       bila terjadi posisi gagal .




Istilah-istilah berikut berhubungan dengan valve yang mempunyai aksi reverse.
   ·   ATC adalah naiknya sinyal akan menyebabkan valve menutup.
   ·   Fail Open : jika sinyal hilang terjadi kegagalan, maka posisi valve akan
       membuka. Hal ini berarti bahwa adanya sinyal udara akan menutup valve
       dan oleh karena itu valve mempunyai aksi reverse.


2. Rating
   Rating valve yang dimaksud disini adalah kemampuan valve untuk
   memberikan aksi yang tepat pada range dan presure tertentu.
   Contoh :      Temperatur operasi : 700 C.
                 Tekanan operasi : 22 kg/cm2
   ternyata diperlukan control valve dengan carbon steel body yang mempunyai
   rating 150.
42




3. Characteristic
   Karakteristik valve berhubungan antara bukaan valve dengan besar kecilnya
   aliran. Hubungan ini dinyatakan dengan grafik berdasarkan range penuh dari
   valve ( 0 persen sampai 100 persen).
   Tiga karakteristik valve yang utama adalah: karakteristik aliran linier,
   karakteristik aliran equal presentage, karakteristik aliran quick opening.
   Aliran yang melalui valve adalah sebanding dengan luasan dari bukaan dan
   akar kuadrat dari pressure drop yang terjadi pada valve. Kedua faktor berubah-
   ubah maka luasan berubah-ubah karena persen travel (posisi) dari valve,
   sedangkan pressure drop adalah berhubungan dengan kondisi diluar valve dan
   tata ruang proses yang sudah tetap seperti tata letak serta instalasi perpipaan.




   Dalam praktek, valve mempunyai dua karakteristik yaitu : yang menjadi
   sifatnya (inherent) dan yang terpasang (installled ).
   Karakteristik inherent diamati dari pressure drop konstan pada valve..
   Karakteristik terpasang adalah salah satu didapat dari actual service dimana
   pressure drop berubah-ubah karena aliran dan perubahan-perubahan yang lain
   dari sistem.
Kt rev 3

                               MODUL I-02                                      43


   Pemilihan dari karakteristik valve yang benar adalah sangat penting, ketika
   akan merencanakan lup pengontrolan, dengan kata lain sistem mungkin tidak
   stabil dan sulit dikontrol secara efektip.


4. Range ability
   Range ability adalah perbandingan antara maximum dan minimum flow yang
   bisa dikontrol. Jadi range ability menentukan daerah dimana valve bekerja
   dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.


5. Capacity
   Kapasitas atau kecepatan mengalirkan dari control valve harus bersesuaian
   dengan kondisi proses yang akan dikontrol. Besaran yang menentukan
   kemampuan dari valve adalah angka Cv (koefisien ukuran valve). Semua
   pabrik pembuat control valve menerbitkan angka Cv dari masing-masing
   valve mereka. Terlalu sulit untuk mencari definisi dari Cv, karena itu kadang-
   kadang dikatakan bahwa valve mempunyai Cv = 1 bila air murni mengalir
   sebesar satu US gallon/mm melalui valve yang buka penuh dengan pressure
   drop pada valve dijaga tetap1 psig pada kondisi temperatur standar (60oF) dan
   tekanan (14,69 psia).
   Metode penentuan ukuran valve dengan pendekatan nilai Cv telah diterima.
   Tiga rumus dasar untuk perhitungan Cv adalah:
   a) Untuk cairan
      Cv    =    Q G / DP


   b) Untuk gas
      Cv    =    Q / 1360   T f G / D P P2



   c) Untuk steam dan vapours
      Cv    =    W / 63.3 V / D P
44




Pada rumus ini:
Q or W =     Kecepatan aliran: cairan (gpm), gas (scfh), vapours (lb/hr)
   G    =    specific gravity
   Tf   =    temperature aliran dalam derajat Rankine (°F + 460)
  DP    =    pressure drop dalam psi (P1   P2)
   P1   =    tekanan upstream pada inlet valve dalam psi absolute
   P2   =    tekanan downstream pada discharge valve dalam psi absolute
    V   =    downstream specific volume dalam cubic feet per pound


Harus dicatat bahwa batasan yang terpenting adalah ditentukan oleh nilai DP
yang digunakan untuk penentuan ukuran vapour dan gas. Itu tidak pernah
dapat melebihi setengah dari tekanan inlet absolut (P1) sekalipun valve akan
menyerap sampai 100% dari tekanan inlet. Jika presure drop lebih besar dari
½ P1, gunakan ½ P1 untuk kedua DP dan tekanan downstream (P2). Ingat
penggunaan pengaturan tekanan downstream ini (1/2P1) dalam menentukan
volume spesifik (V) downstream adalah pada kondisi tersebut.


Pressure Drop yang terjadi pada Valve
Kecepatan aliran, spesific grafity, temperatur, dan volume spesifik
downstream yang diinginkan adalah berupa kuantitas sehingga sangat mudah
ditentukan, tetapi menentukan pressure drop melalui plug valve adalah tidak
ada. Tetapi yang penting dalam kenyataannya bahwa control valve tidak
mendefinisikan pressure drop yang melaluinya. Namun control valve tersebut
akan menyerap apapun tekanan lebih yang ada disebelah kiri dari sistem.
Persoalan ini dapat digambarkan secara grafik dengan metode hydraulic
gradient (slope).


Aliran Maksimum
Pada kecepatan aliran maksimum, diplot tekanan statik fluida versus lokasi
phisik sistem. Kemudian plot tekanan yang dikirimkan dan yang tersisa dari
kiri ke kanan, dan berhenti pada control valve. Perbedaan antara titik-titik
Kt rev 3

                              MODUL I-02                                      45


   terakhir ini adalah pressure drop dari control valve yang harus dipertahankan
   pada aliran maksimum.




   Aliran Minimum
   Analisis yang serupa dapat dibuat untuk aliran minimum. Dari curva pompa,
   tekanan outlet adalah lebih tinggi pada aliran yang rendah. Karena kecepatan
   fluida   terrendah, pressure loss pada pipa dan fitting akan lebih rendah
   dibanding pada aliran maksimum. Kenaikan tekanan yang tinggi terjadi pada
   inlet dari control valve, dan kemudian terjadi penurunan tekanan pada outlet
   dari control valve. Sebagai akibatnya, pressure drop yang harus dipertahankan
   pada control valve lebih besar pada kecepatan aliran rendah disbanding pada
   kecepatan aliran yang tinggi.
   Untuk meyakinkan bahwa          ukuran valve dihitung dengan tepat, maka
   penentuan ukuran control valve selalu dibuat pada pressure drop dengan
   kecepatan aliran maksimum dan kecepatan aliran minimum.
   Adalah koefisien flow yang besarnya sama dengan flow rate water (gpm) pada
   temperatur 60oF melalui valve yang terbuka penuh, dengan tekanan drop pada
   valve 1 psi.
46




Contoh :
Asumsi bahwa control valve akan mengatur aliran air dari tangki, seperti pada
gambar dibawah.
Hitung ukuran valve yang harus digunakan.




Ketinggian air yang akan dikontrol didalam tangki pada level 25 feet dengan
mengatur aliran keluar. Aliran masuk yang diukur bervariasi antara 0 sampai
120 galon per menit (gpm).


Penyelesaian:
Aliran keluar maksimum dari tangki harus sama dengan aliran masuk, yaitu
120gpm. Karena 1 feett air menghasilkan tekanan 0,433 psi, maka 25 feet
water akan menghasilkan perbedaan tekanan sebesar 0,433 psi x 25 = 10,8 psi.


Rumus dasar perhitungan Cv untuk cairan adalah


   Cv   =   Q G / DP
Kt rev 3

                                 MODUL I-02                                 47


   dimana:
       Q     =   kecepatan aliran, U.S. gpm
      DP     =   Perbedaan tekanan pada valve dalam psi
       G     =   specific gravity dari water (1.0)


   Oleh karena itu
      Cv     =   120    1.0 / 10.8
             =   120 ´ 0.3043
             =   36.5


   Kita dapat menentukan ukuran dan jenis valve yang diperlukan untuk Cv =
   36,5. Ikuti sumbu horisontal dari kiri ke kanan pada Cv = 36,5. Gambarkan
   garis kearah atas dari titik ini sampai berpotongan dengan garis diagonal
   paling atas.Ukuran garis diagonal menyatakan ukuran paling kecil dari valve
   yang dibutuhkan. Dalam kasus ini valve 2 inci kira-kira 90% akan
   menyediakan                       aliran          yang          diinginkan
48




6. Positioner
   Untuk meyakinkan bahwa posisi plug control valve selalu proporsional
   dengan output pressure controller, menghilangkan / mengurangi gesekan
   packing box dan rugi histerisis.
Pengertian Fail Safe
Suatu pertimbangan penting ketika memilih control valve untuk aplikasi khusus
dalam posisi gagal tetapi aman. Tergantung proses yang dikontrol, kita memilih
valve untuk aplikasi sedemikan sehingga ketika terjadi kehilangan sinyal, maka
valve gagal tetapi dalam posisi aman.
Aktuator diaphragma pneumatik mempunyai posisi full open atau full close. Hal
ini adalah bagian dimana valve ditentukan oleh apakah aksi valvenya air to open
atau air to close seperti dijelaskan sebelumnya. Spring internal yang mempunyai
gaya yang melawan aktuator adalah yang bertanggung jawab terhadap seting
valvenya apakah posisi membuka atau posisi menutup.
Ketika memilih valve yang terpenting ialah memahami karakteristik yang
dikontrol, dan memilih valve yang sesuai yang dibutuhkan proses tersebut.
Sebagai contoh, kita akan menggunakan valve untuk mengontrol temperature air
yang meninggalkan heat exchanger seperti terlihat pada Gambar dibawah dibawah




Proses seperti pada Gambar diatas, dipilih valve fail closed. Jika sinyalnya yang
menuju valve hilang, maka valve harus menutup dan air yang dipanaskan tetap
dingin. Dalam proses ini jika menggunakan valve gagal membuka maka air
mungkin mendidih dan menghasilkan tekanan yang berlebihan pada heat
Kt rev 3

                                MODUL I-02                                       49


exchanger dan mungkin akan menyebabkan kerusakan pada heat exchanger
tersebut. Tetapi bila menggunakan valve dengan aksi fail closed seperti terlihat
pada gambar akan menghilangkan kemungkinan-kemungkinan terbentuknya
tekanan tinggi.


4.2       BAGIAN-BAGIAN PERALATAN DAN FUNGSI
Control valve terdiri dari tiga (3) bagian utama, yaitu aktuator, asembli body valve
dan asembli bonnet. Gambar dibawah menunjukkan hubungan ketiga bagian
tersebut, yang membentuk control valve lengkap.




1. Actuator Control Valve
      Actuator control valve terdiri dari komponen-komponen berikut :
      -   Koneksi Tekanan Beban (Loading Pressure Connection) : Koneksi
          udara bertekanan (pneumatik) dimana sinyal kontrol dikirimkan ke valve.
      -   Wadah Diaphragma (Diaphragm Casing) : Merupakan rumah atau
          wadah (ada yang dibagian atas / bawah) tempat berakumulasinya udara
          bertekanan (pneumatik) dan menyangga dua sisi diaphragma.
      -   Diaphragma
50




    Diaphragma adalah elemen fleksibel dibuat dari material seperti karet atau
    bahan polimer sintetis, yang digunakan untuk mentransmit tenaga pada
    pelat diaphragma dan juga merupakan penyekat udara yang kuat.
-   Pelat Diaphragma : Sebuah pelat diaphragma yang digunakan untuk
    mentransfer sinyal kontrol ke stem aktuator.
-   Pegas Aktuator (Actuator Spring) : Pegas atau spring digunakan untuk
    melawan gaya pelat diaphragma dan akan mengembailkannya ke kondisi
    semula.
-   Stem      Aktuator   (actuator   stem)   :     Batang   atau   poros   yang
    menghubungkan pelat diaphragma ke plug valve.
-   Spring Seat : Sebuah alat yang digunakan sebagai dudukan / memegang
    pegas atau spring.
-   Spring Adjuster : Koneksi yang digunakan untuk menyetel regangan
    pegas aktuator.
-   Stem Connection :      Klamp yang digunakan untuk memegang             stem
    aktuator dan stem plug valve.
-   Yoke : Struktur yang menyangga asembli aktuator dari asembli bonnet.
-   Travel Indicator : Sebuah plat tipis yang digunakan untuk menunjukkan
    posisi valve.
-   Skala Indikator : Skala ukur untuk menunjukkan posisi valve apakah
    valve dalam posisi (O open atau C close ).
-   Asembli Body Valve : Asembli body valve terdiri dari :
      -    Valve Body, Asembli Bonnet dan Trim Valve.


Asembli Bonnet: Asembli bonnet ditempatkan dibagian atas bodi valve dan
mempunyai seal untuk stem valve dengan maksud untuk mencegah kebocoran
fluida disepanjang stem. Biasanya menggunakan 3 gasket untuk seal bonnet
pada bodi valve. Bonnet mengikat aktuator.
Kt rev 3

                             MODUL I-02                                      51


2. Actuator Piston
   Aktuator piston beroperasi dengan suplai lebih tinggi (tipikal 60   150 psi)
   dibanding tipe diaphragma. Aktuator piston juga memberikan stem travel
   lebih besar dibanding tipe diaphragma.Tekanan beban dapat dimasukkan pada
   bagian atas atau bawah untuk menggerakkan piston keatas atau kebawah.
   Ketika pada bagian atas dibebani dengan tekanan udara maka bagian bawah
   harus di dikosongkan agar piston dapat bergerak dan sebaliknya bila bagian
   bawah dibebani maka bagian atas harus dikosongkan.




           Gambar 3 adalah diagram konstruksi dari aktuator piston.
52




   Posisi Fail
   Aktuator piston standar berbeban doubel       mempunyai    sebagai fail save
   position .    Sebagai fail save position   mempunyai arti bahwa bila ada
   kejadian sinyal mengalami kegagalan maka valve tidak menutup penuh atau
   membuka penuh tetapi tetap berada pada posisi terakhir. Agar memberikan
   posisi fail save, maka sebuah spring harus ditambahkan untuk menggerakkan
   aktuator piston pada posisi buka penuh atau tutup penuh.
3. Aktuator Elektrik
   Aktuator listrik pada dasarnya adalah motor listrik (biasanya tiga phase)
   dihubungkan dengan stem valve melalui gear set. Kombinasi dari motor, gear
   set, limit switch dan valve disebut   valve yang dioperasikan dengan motor
   atau motor operated valve atau MOV .


   Hidrolik dan Elektro-hidrolik
   Aktuator hidrolik atau elektro-hidrolik dapat dipertimbangkan untuk
   mengisolasi area dan aplikasi-aplikasi dimana redamannya besar. Ball valve
   atau butterfly valve memerlukan aktuator dengan torsi yang ekstra tingi, dan
   cepat. Ini benar-benar khusus terutama jika sifat permintaan proses
   memerlukan sebuah valve dengan kinerja atau performans yang tinggi.


   Control Valve Type Motor Operating Valve (MOV)
Kt rev 3

                              MODUL I-02                                      53


4.3.       BASIC OPERATION
   a. Cara Kerja Diaphragma Actuator
   Cara kerja control valve dengan penggerak pneumatik adalah sebagai berikut:
   Sebuah sinyal pneumatik dimasukkan pada bagian atas             atau bawah
   diaphragma (tergantung aksi control valve ).
   Sinyal tersebut menekan diaphragma dan pelat diaphragma (dihubungkan
   dengan stem valve) menggerakkan plug naik atau turun.
   Karakteristik valve dapat dimodifikasi dengan menggunakan gabungan
   perancangan plug dan cage.


   b. Cara Kerja Piston Actuator
   Aktuator piston biasanya banyak digunakan pada aplikasi kontrol on-off atau
   emergency shutdown (ESD) yang digerakkan oleh selenoid. Kelebihan tipe
   aktuator ini adalah, dapat menyediakan torsi maksimum dalam dua arah. Juga
   jika diperlukan dapat digerakkan dengan tenaga hidrolik. Sinyal beban adalah
   tekanan udara suplai instrumen penuh dan oleh karena itu kadang-kadang
   diperlukan regulator.
   Aktuator tipe piston kadang-kadang digunakan untuk kontrol proporsional,
   atau aplikasi dimana bukaan valve harus berubah-ubah antara tutup penuh dan
   buka penuh. Dalam kasus seperti ini sinyal input dari kontroler dimasukkan ke
   valve positioner dan positioner mengatur posisi piston.


   c. Cara Kerja Motor Operating Valve (MOV)
   Berkenaan dengan aktuator electro-hidrolik yang ditunjukkan dalam Gambar
   diatas, bila sinyal input listrik bertambah, maka medan maknit disekitar
   kumparan bertambah sehingga menggerakkan coil untuk mendekat kegaya
   motor dan menggerakkan flapper untuk mendekati nozzle A dan menjauhi
   nozzle B. Tekanan yang tidak seimbang pada bellow memutar flapper untuk
   mendekati nozzle D dan menjauh dari nozzle C. Aksi ini menaikkan tekanan
   ke bagian atas silinder dan silinder     menekan piston dan batang piston
54




      bergerak kearah bawah. Nozzle C mengijinkan fluida pada bagian bawah
      piston dibuang kembali kecasing.
      Lengan umpan balik dan pegas memberikan gerakan umpan balik                piston sehingga
      membentuk lup tertutup agar terjadi keseimbangan gaya pada piston.
      Aktuator hidrolik murni bekerja dengan cara yang sama kecuali pompa (tidak
      memerlukan listrik) ditempatkan sedikit jauh dari actuator. Pada beberapa
      instalasi khusus hidrolik yang lebih besar menghasilkan tekanan sampai 2000
      psi akan digunakan pada beberapa aktuator hidrolik. Pendorong hidrolik yang
      kedua harus selalu disediakan untuk backup.


4.4       PERAWATAN DAN KALIBRASI
      Perawatan Actuator Control Valve
      Tipe aktuator diaphragma pneumatik adalah aktuator pilihan yang digunakan
      hampir 90 % dari semua aplikasi control valve.
      Sebelum memulai beberapa pekerjaan perawatan pada aktuator , kita harus
      mengisolasi jalur agar aman. Lepaskan saluran sinyal udara dari aktuator dan
      keluarkan aktuator dari valve. Mengeluarkannya dapat dikerjakan dengan
      melonggarkan mur yang mengikat yoke aktuator pada valve dan melepaskan
      plug valve dari penghubung stem valve dengan mengendorkan sekrup
      pengatur pegas.
      Buka case diaphragma, periksa diaphragma dan seal apakah ada yang pecah,
      berlubang atau robek. Spring aktuator harus diperiksa untuk keregangan yang
      sebenarnya untuk memastikan bahwa tidak mengalami tekanan berlebihan.
      Ganti setiap bagian yang rusak dan pasang kembali aktuator seperti sebelum
      dilepas. Pastikan stem penghubung telah terpasang dengan benar pada pelat
      diaphragma dan juga pastikan baut pada sekeliling case diaphragma telah
      kencang Pastikan bahwa diaphragma dan seal penghubung telah berada pada
      posisi yang benar dan tidak boleh meleset keluar dari tempatnya selama
      memasang kembali. Langkah terakhir sebelum memasang kembali aktuator
      pada valve adalah mengatur regangan pegas. Periksa name plate pada aktuator
      untuk range operasi diaphragma yang tepat, biasanya 3                15 psi atau 20   100
Kt rev 3

                              MODUL I-02                                     55


   kPa. Regangan pegas harus disetel supaya aktuator bekerja pada range penuh
   sesuai dengan sinyal input yang dimasukkan yaitu range penuh. Pastikan
   bahwa regangan pegas di set supaya bila diberi tekanan 3 psi ada sedikit
   gerakan untuk mulai menggerakkan stem penghubung, kemudian pastikan
   stem aktuator berhenti bergerak ketika sinyal input mencapai 15 psi.
   Pegas mungkin memerlukan sedikit regangan untuk memberikan respons yang
   benar pada sinyal input.
   Jika aktuator telah diperiksa dan diset dengan benar maka itu dapat dipasang
   ke valve dan diletakkan kembali pada aplikasinya.


4.4.1 KALIBRASI CONTROL VALVE
   Untuk melakukan kegiatan kalibrasi, terlebih dahulu mengenal petunjuk awal
   tentang control valve yang tertera pada name plate.


   Name plate Control Valve
   Gambar dibawah adalah name plate yang tertempel pada control valve?
   Name plate tersebut tertempel pada yoke aktuator atau ada pula pada chase
   diaphragma.




   Nameplate mempunyai informasi khusus tentang valve dan actuator. Informasi
   penting yang tercetak pada nameplate dapat dilihat sebagai berikut:
56




Nomor Seri : Nomor seri berhubungan dengan nomor seri gabungan dari
valve dan aktuator.
Tipe : Berhubungan dengan apakah aksi valve tersebut air to open (direct)
atau air to close (reverse).
Tekanan diaphragma 3 sampai 15 PSI : Informasi ini berhubungan dengan
range tekanan operasi diaphragma teristal. Range tekanan ini berbeda dengan
range bench set.
Bench Set : Karena tekanan operasi proses memakai gaya pada plug valve
maka hal ini perlu bench set valve yang berbeda dengan range operasi 3     15
psi. Ketika valve diinstal maka stroke yang sebenarnya adalah 3 sampai 15 psi
sinyal input.
Ukuran Bodi: Ukuran bodi berhubungan dengan ukuran valvenya itu sendiri.
Rating : Berhubungan dengan tekanan statis maksimum dari valve. Valve
tidak bisa dioperasikan dalam proses yang mempunyai nilai yang lebih tinggi
dari nilai rating ini.
Travel : Berhubungan dengan stroke valve atau jarak plug yang akan bergerak
dari tutup penuh atau buka penuh.
Material Bodi: Material bodi berhubungan dengan tipe logam bahan bodi
valve.
Karakteristik Flow : Karakteristik flow berhubungan dengan tipe plug yang
ada didalam valve. Karakteristik plug biasanya linier, equal percentage dan
quick openeing.
Material Plug : Material plug biasanya berbeda dengan material bodi valve.
Informasi diatas adalah informasi penting tentang control valve. Informasi ini
penting untuk menentukan apakah valvenya sesuai dengan aplikasi atau tidak.
Informasi secara lengkap tentang valve dapat ditemukan pada lembaran
spesifikasi ISA yang telah dilengkapi pada setiap control valve dalam lup
proses.
Lembaran-lembaran tersebut berisi spesifikasi operasi untuk valve dan penting
untuk pemeliharaan yang benar dan prosedur reparasi.
Kt rev 3

                             MODUL I-02                                     57


   Halaman-halaman berikut adalah contoh lembaran-lembaran spesifikasi.
   Mereview lembaran spesifikasi       agar menjadi lebih mengenal dengan
   informasi yang dikandung pada lembaran tersebut tentang control valve.
58
Kt rev 3

                                MODUL I-02                                         59


4.4.2 Langkah Melakukan Kalibrasi Control Valve meliputi :
     1. Menyiapkan alat standar
           ·   Alat standar untuk kalibrasi disiapkan sesuai dengan spesifikasi.
           ·   Metode kalibrasi disiapkan sesuai dengan SOP.
           ·   Permasalahan yang timbul dalam penyiapan peralatan dilaporkan
               kepada pihak terkait.
     2. Menyiapkan control valve yang akan dikalibrasi
           ·   Control valve yang akan dikalibrasi disiapkan
           ·   Pengecekan control valve yang akan dikalibrasi secara visual
               dilakukan
           ·   Pencatatan dilakukan terhadap identitas peralatan yang akan
               dikalibrasi.
           ·   Permasalahan yang timbul dalam penyiapan peralatan dilaporkan
               kepada pihak terkait
     3. Melakukan langkah kalibrasi.
           ·   Control valve yang akan dikalibrasi dipasang/ dihubungkan dengan
               alat standar
           ·   Langkah langkah dalam kegiatan kalibrasi dilakukan sesuai prosedur.
           ·   Pencatatan dilakukan terhadap hasil kalibrasi.
     4. Melakukan evaluasi hasil kalibrasi
           ·   Analisis dilakukan untuk mengetahui penyimpangan.
           ·   Evaluasi dilakukan dari hasil antara pembacaan alat yang dikalibrasi
               dengan alat standar.
           ·   Hasil kalibrasi untuk proses perbaikan lebih lanjut dilaporkan kepada
               pihak yang lebih berwenang.
     5. Mendokumentasikan kegiatan.
           ·   Kejadian dari setiap kegiatan yang perlu tindak lanjut dicatat dengan
               menggunakan format yang berlaku.
           ·   Tindakan penyelesaian dari setiap kegiatan dicatat dengan
               menggunakan format yang berlaku.
60




Peraturan yang harus dipatuhi dalam melaksanakan kegiatan kalibrasi
control valve, supaya tidak terjadi kecelakaan kerja meliputi :
    1. Undang undang tentang K3LL
    2. Kebijakan / tata tertib perusahaan
    3. SOP


·   Pelaksanaan kalibrasi
    a. Membuat Rangkaian Kalibrasi Control Valve seperti gambar dibawah ini
                                                             PI
                     4-20mA

                                      Signal Regulator
            I/P

                                        PI

Air Supply

                  Signal


                               Air Supply




    b. Bila ada Transducer I to P harus dikalibrasi tersendiri.
      Teknis mengkalibrasi dengan memberi power supply, lalu memberi signal
      input dan membandingkan dengan output-nya, bila terjadi selisih
      dilakukan adjusment atau mengembalikan ke-setandart-nya.
    c. Periksa Control Valve dan name plate sesuai Specifikasi Control Valve
    d. Kalibrasi Control Valve menggunakan data-data pabrik dan metode yang
      direkomendasikan
    e. Periksa posisi travel indikator dengan skala indikator pada control valve
Kt rev 3

                                    MODUL I-02                                       61


     f.       Dengan memberi input signal pneumatic bervariasi dengan mengatur
     regulator, mulai nilai 0%, 25%, 50%, 75%, 100% untuk dua kondisi naik dan
     turun atau menggunakan sinyal electric ke transducer ( I/P ).
     Bila terjadi penyimpangan lakukan adjusment sesuai spesifikasi pada data
     sheet. (Lihat Adjustment Control Valve di atas)
     g. Pastikan travel indikator sesuai langkah di atas
     h. Lakukan flushing dan tes hidrostatic pada pipa dimana control valve
              tersebut akan dipasang sebelum Control Valve diinstall.
     i. Selesai Test Hydrostatic, Control Valve dikeringkan dan kedua ujung
              flange di tutup, agar tdk terkena kotoran.
     j. Hasil harus sesuai spesifikasi plant dan manual dari vendor bila ada
              perbedaan ikuti manual vendor
     k. Jika ada penyimpangan atau eror dicatat dengan format berlaku dan
              dilaporkan ke pihak terkait.


4.4.3 ADJUSTMENT CONTROL VALVE
   a. Set-up Aktuator
   Bench Set
   Bench set dari suatu valve berhubungan dengan range input khusus aktuator
   dimana valve akan mulai bergerak pada gerakan stem penuh pada bukaan
   penuh menjadi tutup penuh (jika valvenya fail open) atau di mana valve mulai
   bergerak pada gerakan tutup penuh menjadi buka penuh (jika valvenya fail
   closed).
   Bench set aktuator dilakukan pada kondisi khusus, terutama untuk
          ·    Tidak adanya gaya dari proses kepada valve
          ·    Tidak adanya gaya dari packing kepada valve
   Range bench set berbeda dengan range 3            15 psi. Range bench set ditentukan
   oleh perhitungan aksi tekanan operasi proses pada plug valve. Pada tekanan
   proses yang tinggi mungkin menyebabkan suatu gaya pda valve fail closed
   menjadi membuka, dan dalam hal ini range bench set mungkin mulai dari 4
   12 psi. Sinyal 4         12 psi adalah stroke sebenarnya pada valve dari menutup
62




penuh menjadi membuka penuh. Ketika valve diinstal pada proses dan tekanan
proses yang beraksi pada plug kemudian sinyal yang sebenarnya adalah 3
15 psi yang diperlukan untuk menggerakkan valve.
Ketika mengkalibrasi valve periksalah range input aktuator. Jika valve
mempunyai nilai bench set, berarti valve harus mulai stroke atau bergerak
pada nilai tekanan minimum pada nilai bench set tersebut. Jika valve tidak
mempunyai nilai bench set, maka nilai minimum tekanan tersebut untuk mulai
bergerak adalah 3 psi atau 20 kPa. Periksa lembaran spesifikasi atau tag valve
untuk tekanan ini.
Diagram poin-poin penyetelan (adjustment) terlihat pada Gambar dibawah.




Menyetel regangan spring aktuator melalui spring adjuster seperti ditunjukkan
pada gambar. Suplai aktuator dengan ekanan 3 psi (diasumsikan bahwa range
bench set sama seperti range operasi valve). Aktuator harus mulai bergerak
dengan tekanan 3 psi atau sedikit diatas 3 psi. Jika aktuator bergerak sangat
cepat kemudian kencangi spring, jika bergerak tidak cukup cepat maka
kendorkan spring. Ulangi prosedur diatas sampai tekanan sinyal minimum
menghasilkan efek seperti yang diinginkan. Gunakan nilai sinyal range teratas
yaitu 15 psi atau 100 kPa, dan periksa untuk melihat bahwa valve tepat
berhenti pada titik ini. Jika spring sebenarnya telah dipasang pada valve, maka
sinyal 15 psi yang digunakan pada valve tersebut, maka valve harus bergerak
penuh pada range tersebut.
Kt rev 3

                              MODUL I-02                                           63


   Seting Travel
   Ketika sinyal input minimum (3 psi) pada valve digunakan pada aktuator
   valve maka plug harus terletak pada seatnya sedemikian rupa sehingga tidak
   adak aliran yang melewati valve tersebut. Ketika sinyal dinaikkan plug mulai
   membuka. Adjustment stem perlu diperlakukan seperti ini. Stem dapat
   dinaikkan atau diturunkan dengan mengendorkan mur pada konektor stem dan
   memutar stem searah dengan arah jarum jam untuk mengangkat plug tau
   memutar berlawanan arah jarum jam untuk menurunkan plug. Gunakan range
   sinyal input penuh pada valve atau 15 psi. Ukur jarak gerakan (travel) untuk
   melihat batas jarak gerakan (travel) plug yang diinginkan. Setelah stroke valve
   disetel dengan cara yang benar kemudian kencangi murnya sedemikian rupa
   sehingga stem valve tidak akan bekerja diluar travelnya.


   Tindak Lanjut Hasil Kalibrasi
       ·   Hasil kalibrasi untuk proses perbaikan lebih lanjut dilaporkan kepada
           pihak yang lebih berwenang.
       ·   Mendokumentasikan kegiatan
       ·   Kejadian dari setiap kegiatan yang perlu tindak lanjut dicatat dengan
           menggunakan format yang berlaku.
       ·   Tindakan penyelesaian dari setiap kegiatan dicatat dengan
           menggunakan format yang berlaku.
64




4.4.4 TROUBLE SHOOTING
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan control valve tidak berfungsi dan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut.
Usaha untuk mengatasi trouble kita menggunakan table failure mode effect analysis ( FMEA ) sebagai berikut :


N0    Nama Komponen         Fungsi                Penyebab kegagalan     Dampak                Solusi
I     Actuator
      Input        supply/ Sebagai                Bocor, tersumbat,      Cv tidak berfungsi - Periksa & lakukan perbaikan
      konektor input        penghubung                                   dng baik              - Bersihkan
                            masuknya signal
      Top cover / casing Sebagai          ruang Kemasukan air            Cv tidak berfungsi - lakukan venting pada AIS
      diaphragm             kompresi                                     dng baik              - Perbaiki system AIS
      Diapragma             Sebagai tranducer     bocor                  Cv tidak berfungsi - Ganti baru
                                                                         dng baik              - Membuat       lapisan   penahan
                                                                                                  kebocoran
      Spring melemah


      Etc                                                                dng baik
II    Bonnet
      Packing bonnet                              Scale / kotor pada
Kt rev 3

                                                      MODUL I-02               65


                                                  area packing bonnet
      Stem        connector
      kendor
      Stem plug
      Etc
III   Bodi
      plug & seat             Buka tutup aliran   Scale / kotor pada Terjadi kebocoran   Bodi   valve   dibongkar   dan
                                                  plug atau seat                         dibersihkan
      Etc
66




                                     BAB V
                          SISTEM PENGENDALIAN


5.1. PRINSIP-PRINSIP PENGENDALIAN PROSES.
    Pada pengendalian manual operasi yang dilakukan oleh operator
    adalah, pertama operator mengamati penunjukkan temperatur,
    kemudian mengevaluasi apakah temperatur yang ada sudah sesuai
    dengan      yang    dikehendaki.   Apabila   tidak      sama   dengan   yang
    dikehendaki, maka operator harus dapat memperkirakan seberapa
    banya valve tersebut harus ditambah atau dikurangi bukaannya.
    Kemudian operator harus benar-benar mengubah bukaan valve sesuai
    dengan yang diperkirakan tadi. Dari uraian di atas dapat diambil
    suatu kesimpulan bahwa dalan mengendalikan proses seorang
    operator mengerjakan empat langkah kegiatan, yaitu :

        Mengukur à Membandingkan à Menghitung à Mengoreksi



    Pada waktu operator mengamati suhu sebenarnya yang dia kerjakan
    adalah mengukur variabel proses (Process Variable = PV), kemudian
    membandingkan variabel proses dengan variabel proses yang
    diinginkan (Set value = SV). Perbedaan antara variabel proses dengan
    set value disebut sebagai error, oleh karena itu error dapat dituliskan
    sebagai :
    Error    = Set Value (SV) Variable Process (PV) atau
             = Variable Process (PV) Set Value (SV)


    Berdasarkan        besarnya   error,   operator   kan    menentukan     arah
    perubahan dari bukaan valve (menambah atau mengurangi) dan
    seberapa besar koreksi yang diperlukan pada valve. Pada proses ini
    sebenarnya operator menghitung untuk menentukan pengaturan
    valve. Setelah proses penghitungan operator mengoreksi dengan
67




   mengatur bukaan valve. Hal ini juga berlaku pada suatu pengendalian
   otomatis, hanya saja pada pengendalian otomatis semua pengaturan
   dilakukan oleh alat-alat instrumentasi. Jadi pada pengaturan
   otomatis manusia hanya melakukan pengaturan terhasap set value
   (SV) dan untuk yang lainnya dilakukan oleh instrumentasi tersebut.


5.2. METODEL PENGENDALIAN PROSES
   Metodel pengendalian proses dibagi dua macam, yaitu :
   -   Pengendalian oleh manusia (manual control)
   -   Pengendalian otomatis (automatic control)


   a. Pengendalian oleh manusia (manual control)
       Pada pengendalian secara manual memanfaatkan ketelitian dari
       operator untuk mengendalikan suatu besaran proses. Jika harga
       proses tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh operator, maka
       operator tersebut akan melakukan adjustemet sebagai koreksi
       terhadap besaran proses tersebut sampai proses berjalan stabil
       dan hal ini dilakukan berulang-ulang selama kondisi proses tidak
       sesuai dengan yang dikehendali oleh operator. Untuk lebih
       jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1.berikut ini.




                        Gambar 2.1. Manual Control
68



   Pada gambar di atas terlihat bahwa seorang operator sedang
   mengamati variabel temperatur pada sebuah dapur (furnace),
   apabila hasil penunjukan pada temperatur indikator (temperature
   gauge) lebih besar dari      temperatur yang dikehendaki oleh
   operator, maka operator tersebut akan menambah jumlah aliran
   dengan menambah bukaan valve, begitu juga sebaliknya apabila
   hasil pembacaan pada temperatur gauge lebih kecil dari
   temperatur yang dikehendaki maka operator akan mengurangi
   jumlah aliran dengan jalan mengecilkan bukaan valve. Dilihat dari
   segi ekonomis, pengendalian secara manual tentu lebih murah
   dibandingkan dengan pengendalian secara otomatis karena
   instrumen yang dibutuhkan lebih sederhana.


b. Pengendalian otomatis (automatic control)
   Pada    prinsipnya   pengendalian     otomatis    sama    dengan
   pengendalian manual.
   Pada pengendalian otomatis, peranan dari operator digantikan
   oleh suatu alat yang disebut pengendali (controller). Jadi yang
   bertugas menambah dan mengurangi bukaan valve tidak lagi
   dikerjakan oleh operator tetapi atas perintah controller, operator
   hanya bertugas memberikan harga ke controller (set value / set
   point = SV / SP). Oleh karena itu pengendalian otomatis pada
   valve harus dilengkapi dengan actuator sehingga unit valve
   tersebut disebut dengan control valve. Sehingga apabila terjadi
   ketidak sesuai harga yang diberikan operator terhadap controller
   (SV), maka atas perintah controller akan membuka atau menutup
   sesuai dengan kondisi operasi yang sedang berjalan (process
   variable = PV). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
   2.2. berikut.
69




                           Gambar 2.2. Pengendalian otomatis


5.3    DIAGRAM KOTAK (BLOCK DIAGRAM)
      Diagram kotak adalah merupakan alat bantu untuk mempermudah di
      dalam mempelajari suatu sistem pengendaian.
      Ada dua macam diagram kotak yang biasa dipakai, yaitu diagram
      kotak simbolis dan diagram kotak matematis. Pada diagram kotak
      tersebut,     masing-masing       elemen        yang   terdapat       pada     sistem
      pengendalian diwakili oleh sebuah kotak. Pada diagram kotak
      simbolis, setiap kotak dibubuhi nama atau symbol-simbol. Pada
      diagram kotak matematis, setiap kotak dibubuhi fungsi matematik
      yang merupakan hubungan input dan outpun elemen. Untuk lebih
      jelasnya dapat dilihat diagram kotak berikut ini.


                                                                   Pemakaian
                                                                   panas (di pabrik)


                                                                LOAD
         Posisi bukaan           Aliran bahan
         (Opening)               bakar masuk

                         VALVE
                                                FURNACE                 -
                                                (PROSES)                Temperatur
                                                               +



                     Gambar 2.3. Diagram kotak proses di furnace
70



5.4. TERMINOLOGI :
    Variabel proses atau variabel yang dikontrol adalah variabel dimana
    nilainya harus dipertahankan pada nilai yang presisi. Sebagai contoh,
    mungkin kita dapat memanipulasi aliran cairan kedalam tangki untuk
    mengatur level yang ada didalam tangki. Level yang ada didalam
    tangki adalah variabel yang kita kontrol (variabel kontrol) atau
    variabel proses.
    Variabel proses adalah variabel dimana nilai yang kita ukur dengan
    transmiter dan mengirimkannya ke kontroler agar dipantau dan
    pertahankannya.
    Ada empat variabel proses yang umum yaitu : temperatur, tekanan,
    flow dan level.
    Ada satu proses dimana variabel yang dikontrol sama dengan variabel
    yang dimanipulasi yaitu proses flow.

5.4.1 Variabel Suplai
    Variabel suplai pada proses        ialah veriabel dimana nilainya
    dikendalikan oleh final control element. Didalam semua hal tersebut
    variabel suplai adalah faktor dominan dalam menentukan nilai
    variabel yang dikontrol atau variabel proses, meskipun tidak hanya
    variabel itu saja.
    Variabel ini sering disebut manipulated variable. Hal ini berarti
    bahwa adalah variabel dimana nilainya diatur oleh final control
    element.

5.4.2 Beban Proses
      Beban proses adalah variabel, yang cenderung merusak nilai proses.
      Sebagai contoh, kita asumsikan bahwa kita mempunyai proses level
      dimana kita memanipulasikan aliran kedalam tangki. Cairan yang
      mengalir keluar dari tangki mempunyai kecepatan tertentu. Air
      yang mengalir keluar dari tangki adalah beban proses.
71




     Suatu perubahan pada cairan yang mengalir keluar adalah
     mengganggu proses. Lup pengontrolan diimplementasikan untuk
     menghilangkan pengaruh gangguan pada proses tersebut.
     Proses thermal dioperasikan dengan menyuplai uap ke heat
     exchanger. Aliran uap adalah manipulated variable. Temperatur
     produk aliran yang keluar dari heat exchanger adalah variabel yang
     dikontrol (variabel control) atau variabel proses. Beban pada proses
     adalah sejumlah panas yang hilang ke udara luar dari heat
     exchanger, atau nilai panas (enthalphy) dari uap, atau temperatur
     produk yang dipanaskan didalam heat exchanger. Suatu perubahan
     nilai beban adalah gangguan terhadap lup.




                  Gambar 2.4. Heat Exchanger Sederhana

5.4.3 Set Point
      Set Point     adalah istilah nilai yang kita inginkan pada variabel
     yang dikontrol untuk dipertahankan. Sebagai contoh proses level
     pada Gambar 2.5. Pada gambar menunjukkan tinggi tangki terbuka
     10 ft. Span pengukuran 8 ft (1 ft off dari bagian bawah tangki dan 1
     ft off dari bagian atas tangki).
72



Set point pada kontroler dapat dalam satuan engineering ft atau
persen dari span. Set point adalah 4 ft akan mempertahankan level
5 ft cairan yang ada didalam tangki. Set point 50% juga akan
mempertahankan 5 ft cairan didalam tangki.




               Gambar 2.5. Proses Level Sederhana


Adalah penting bahwa tidak semua kontroler dapat mendisplaikan
dan menggunakan set point dalam skala satuan engineering.
Kontroler elektronik analog dan pneumatik menggunakan set point
dalam skala persen. Hanya beberapa kontroler digital yang
menggunakan set point dalam satuan engineering.


Operator harus tahu span variabel yang dikontrol jika ia perlu tahu
nilai engineering nyata dari set point dan juga proses variabel.
Dalam suatu hal, nilai set point atau nilai yang diinginkan proses
pada lup kontrol dirancang untuk dipertahankan.
73




5.4.4 Transmiter
      Transmtter adalah merupakan instrument yang merubah besaran
      yang dihasilkan oleh sensing element (sensor) menjadi suatu sinyal
      standar agar dapat dimengerti oleh instrument lainnya (controller,
      recorder).

5.4.5 Controller
      Controller adalah instrument yang fungsinya membandingkan
      process variable yang sedang berjalan terhadap set variable dan
      hasilnya digunakan sebagai dasar perhitungan control output yang
      bersarnya berdasarkan aksi dan mode pengontrolnya, sinyal control
      output     digunakan    sebagai     dasar   koreksi   atas   deviasi   yang
      diterimanya.
      Aksi controller adalah :
         ·     Direct action, artinya adalah apabila terdvapat kenaikan
               input (PV) melebihi set variable (SV), maka output controller
               (mv) akan naik.
         ·     Reverse action, artinya adalah apabila terdvapat kenaikan
               input (PV) melebihi set variable (SV), maka output controller
               (mv) akan turun.
      Sedangkan mode kontroler adalah :
         ·     Proportional (P) Control
         ·     Proportional + Integral (PI) Control
         ·     Proportional + Integral + Derivative (PID) Control
      Sinyal control output (mv) digunakan sebagai penggerak final
      control element (Control Valve).

5.4.6 Final Control Element

      Final control element adalah element akhir dari suatu system
      pengendalian yang fungsinya mengkoreksi perbedaan antara process
74



       variable (PV) terhadap set variable (SV) berupa gerakan naik-turun
       (buka-tutup) valve sesuai sinyal yang diterimanya dari kontroler.
       Ditinjau dari gerakan valve-nya, aksi control valve terdiri dari :
        ·   Air To Open (ATO), yaitu apabila control valve menerima
            sinyal dari controller sebesar 3          15 psi gerakannya akan
            mengakibatkan bertambahnya aliran yang melewatinya.
        ·   Air To Closed (ATC), yaitu apabila control valve menerima
            sinyal dari controller sebesar 3          15 psi gerakannya akan
            mengakibatkan berkurangnya aliran yang melewatinya.

5.4.7 Proses
        Adalah merupakan variabel yang dikendalikan dalam suatu system
        pengendalian.
        Ada empat variabel proses yang biasa dikendalikan di dalam suatu
        system     pengendalian    diantaranya       adalah   berupa     tekanan
        (Pressure), temperature (Temperature), laju aliran (Flow) dan
        tinggi permukaan fluida (Level).


5.5     ELEMEN-ELEMEN SISTEM PENGENDALIAN
      Dalam suatu sistem kontrol sekurang kurangnya terdapat 5 macam
      elemen utama yang membentuk system kontrol yaitu :
      1. Sensing element (Sensor), adalah elemen yang pertama kali
         merasakan adanya variable proses dan kemudian merubahnya ke
         dalam bentuk gerakan mekanik atau sinyal electric yang sesuai
         dengan besarnya varibel yang dideteksinya.
      2. Proses,    adalah    sebutan     variabel   proses   yang     dikontrol/
         dikendalikan.
      3. Transmitter, berfungsi untuk merubah nilai variabel proses yang
         dirasakan oleh sensor menjadi bentuk signal standard dan
         ditransmisikan      ke   dalam    instrument     lainnya    (controller,
         recorder) yang besarnya tergantung dari jenis transmitter-nya
75




   yaitu 4-20 mA atau 1-5 Vdc (untuk transmitter elektrik) atau 3-15
   psi (untuk transmitter pneumatic)
4. Elemen      Pengatur    (Controller),     adalah   elemen   pengatur
   memanfaatkan signal error yang dihasilkan untuk kemudian
   digunakan     sebagai    dasar   untuk    memberikan     memberikan
   perintah perbaikan yang akan dilakukan oleh elemen pengontrol
   akhir (final control element).
5. Elemen Kontrol Akhir (Final Control Element), dapat berupa
   control valve, motor, pompa yang menerima dan melaksanakan
   signal   instruksi     yang   diberikan    oleh    controller   untuk
   mempertahankan nilai variabel proses pada nilai setpoint-nya.


Kelima macam elemen tersebut dapat dihubungkan satu sama lain
baik secara hubungan terbuka (open loop) maupun tertutup (closed
loop). Istilah open loop dan closed loop akan mempermudah kita
dalam memahami sistem kontrol manual dan otomatis.




            Gambar 2.9. Elemen pengendalian level
76




Pada gambar di atas tampak bahwa di dalam pengendalian level
terdiri dari elemen-elemen pengendalian, yaitu :
FT : adalah merupakan singkatan dari Flow Transmitter, yang di
      dalamnya terdapat sensor (diaphragma) yang mendeteksi
      perbedaan tekanan (differential pressure) antara high level
      dengan low level dan hasilnya berupa keluaran sinyal standar
      yang sesuai dengan beda tekanan yang dirasakannya.
LIC : adalah merupakan singkatan dari Level Indicator Control.
LV : adalah merupakan singkatan dari Level Valve yang berupa final
      control element (control valve) dengan aksi reverse.




   Gambar 2.10. Elemen-elemen sistem pengendalian aliran


Untuk melihat letak masing-masing elemen pengendalian digunakan
diagram kotak, pada gambar 2.11. ditampilkan diagram kotak sistem
pengendalian secara otomatis. Di dalam diagram kotak sistem
77




      pengendalian otomatis terdapat elemen proses, elemen pengukuran
      (sensing elemen dan transmitter), elemen controller (control unit)
      dan final contol elemen (control valve).


5.6    CONTROL LOOP
      Apabila dilihat dari bentuk Control loop dibagi dalam dua kategori,
      yaitu: open dan closed loop.
      Perbedaan utama antara kedua contol loop adalah adanya proses
      koreksi (feedback) pada tipe closed loop, sedangkan pada open loop
      tidak   terdapat    proses   koreksi   tersebut,   sehingga   tidak   ada
      mekanisme yang menghubungkan produk yang terjadi dengan input
      yang dikehendaki.


 5.6.1 PENGENDALIAN LOOP TERBUKA (OPEN LOOP CONTROL SYSTEM)
      Sistem pengendalian loop terbuka (open loop control system), atau
      sering juga disebut sebagai sistem pengendalian umpan balik maju
      (feed forward control) adalah sistem pengendalian yang keluarannya
      tidak akan dapat mempengaruhi aksi dari pengendaliannya. Jadi pada
      sistem pengendalian loop terbuka keluarannya tidak diukur atau
      diumpan balikkan untuk dibandingkan dengan masukannya dan sistem
      tersebut biasanya bekerja pada manual control. Untuk lebih jelasnya
      dapat dilihat pada gambar 2.11. berikut ini.




              Gambar 2.11. Sistem pengendalian loop terbuka
78



5.6.2   PENGENDALIAN LOOP TERTUTUP

   Sistem pengendalian loop tertutup atau sering juga disebut sebagai
   sistem pengendalian umpan balik (feed back control) adalah
   merupakan sistem pengendalian yang sinyal keluarannya mempunyai
   pengaruh   langsung   pada     aksi   pengendaliannya.   Pada   sistem
   pengendalian loop tertutup ini terdapat signal kesalahan penggerak,
   yang merupakan selisih antara signal masukan dan signal umpan balik
   (yang berupa signal keluaran dari proses yang dikendalikan) yang
   diumpan balikkan ke arah masukan untuk memperkecil kesalahan dan
   membuat harga keluaran akan mendekati dengan harga yang
   diinginkan. Atau dengan kata lain, pada aksi umpan balik digunakan
   untuk memperkecil kesalahan sistem dan sistem tersebut biasanya
   bekerja pada automatic control. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
   pada gambar 3.2 berikut ini.




              Gambar 3.2. Sistem pengendalian loop tertutup


   Metoda pengendalian tertutup (close loop control) antara lain
   adalah:
   1. Feed back control system
   2. Feed forward control system
   3. Cascade control system
79




Feed Back Control System
 Feedback control termasuk kategori single loop control. Feedback
 loop   mengirimkan    hasil   pengukuran      ke      controller   untuk
 dibandingkan dengan nilai setpoint. Jika proses variabel tidak
 sama    dengan    setpoint,   controller     akan      bereaksi    untuk
 menyamakannya.
 Feedback control paling banyak dipakai di industri. Keuntungan
 utamanya adalah dapat mengontrol semua proses secara langsung.
 Kekurangannya     adalah   error   harus    terjadi    sebelum     dapat
 dikoreksi.


 Berikut adalah aplikasi feedback control:
 1. Pressure control loop
   Pressure control loop bereaksi berdasarkan kecepatan. Loop
   dapat merespon perubahan dari beban (load) atau mengontrol
   aksi secara cepat atau lambat. Kecepatan pengontrolan ini
   ditentukan oleh volume dari proses fluid. Contohnya pada
   sebuah sistem penyimpanan gas yang besar (gas storage
   facilities) pergerakan controller        cenderung lebih lambat
   dibandingkan dengan sistem yang bervolume kecil.




                  Gambar 3.3. Pressure control loop
80



2. Flow control loop
  Secara umum flow control loop dikenal sebagai         fast loop
  yang merespon perubahan dengan segera. Oleh karena itu flow
  control equipment harus mempunyai sampling dan response
  time yang cepat.




                    Gambar 3.4. Flow control loop


  Flow control cenderung sensitif sehingga menimbulkan fluktuasi
  atau noise pada sinyal control. Untuk mengkompensasi noise,
  sebagian   besar      flow   transmitter   memiliki   pengaturan
   damping yang berfungsi untuk mem-filter noise.
  Karena temperatur dari proses fluida mempengaruhi density,
  pengukuran temperatur juga disertakan dalam pengukuran
  flow, dan kompensasi temperatur ini di masukkan dalam
  kalkulasi flow.


3. Level control loop
  Perubahan kecepatan aliran liquida pada level control loop
  umumnya disebabkan oleh ukuran dan bentuk proses vessel
  (tangki). Contohnya: tangki yang besar akan membutuhkan
  waktu yang lebih lama untuk diisi dibandingkan tangki kecil.
81




  Faktor lain adalah flow rate input dan outflow. Tank overflow
  kadangkala menjadi masalah yang harus dihindari sehingga
  digunakan redundant control system.




                Gambar 3.5. Level control loop



4. Temperature control loop
  Karena membutuhkan waktu untuk mengubah temperatur fluida
  proses, temperature loop umumnya lambat. Control strategi
  feedforward sering dipakai untuk menaikkan kecepatan respon
  temperature   control   loop.   Final   control   element   pada
  temperature control loop biasanya fuel valve menuju sebuah
  burner atau steam valve untuk aplikasi heat exchanger.
  Adakalanya fluida yang lebih dingin (air dingin) dicampurkan ke
  proses (mix) untuk mengontrol temperatur.
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler
kalibrasi controler

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Materi Training ISO 14001
Materi Training ISO 14001Materi Training ISO 14001
Materi Training ISO 14001
Sri Sulastri
 
Pencegahan kecelakaan kerja
Pencegahan kecelakaan kerjaPencegahan kecelakaan kerja
Pencegahan kecelakaan kerja
Soni Fariski
 
K3 pertambangan
K3 pertambanganK3 pertambangan
K3 pertambangan
Ipung Noor
 
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Herry Prakoso
 

Was ist angesagt? (20)

Power Point k3 kimia
Power Point k3 kimia Power Point k3 kimia
Power Point k3 kimia
 
Dasar k3
Dasar k3Dasar k3
Dasar k3
 
Dasar P3K ditempat kerja.ppt
Dasar P3K ditempat kerja.pptDasar P3K ditempat kerja.ppt
Dasar P3K ditempat kerja.ppt
 
PPT K3.pptx
PPT K3.pptxPPT K3.pptx
PPT K3.pptx
 
Materi Training Kalibrasi.ppt
Materi Training Kalibrasi.pptMateri Training Kalibrasi.ppt
Materi Training Kalibrasi.ppt
 
DASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKDASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIK
 
MSDS.pptx
MSDS.pptxMSDS.pptx
MSDS.pptx
 
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
 
Materi Alat Pelindung Diri (APD)
Materi Alat Pelindung Diri (APD)Materi Alat Pelindung Diri (APD)
Materi Alat Pelindung Diri (APD)
 
Materi Training ISO 14001
Materi Training ISO 14001Materi Training ISO 14001
Materi Training ISO 14001
 
Pencegahan kecelakaan kerja
Pencegahan kecelakaan kerjaPencegahan kecelakaan kerja
Pencegahan kecelakaan kerja
 
Pengantar k3
Pengantar k3 Pengantar k3
Pengantar k3
 
K3 pertambangan
K3 pertambanganK3 pertambangan
K3 pertambangan
 
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
 
K3 Angkat Angkut
K3 Angkat AngkutK3 Angkat Angkut
K3 Angkat Angkut
 
power point Alat pelindung diri
power point Alat pelindung diripower point Alat pelindung diri
power point Alat pelindung diri
 
Rambu rambu k3
Rambu rambu k3Rambu rambu k3
Rambu rambu k3
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"
 
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
 
Higiene industri
Higiene industriHigiene industri
Higiene industri
 

Andere mochten auch

Presentasi Instrumentasi dan Sistem Kontrol
Presentasi Instrumentasi dan Sistem KontrolPresentasi Instrumentasi dan Sistem Kontrol
Presentasi Instrumentasi dan Sistem Kontrol
Aulia Nurhady
 
Agung fathony - alat ukur (micrometer)
Agung fathony - alat ukur (micrometer)Agung fathony - alat ukur (micrometer)
Agung fathony - alat ukur (micrometer)
gunksho
 
Agung Fathony - Alat Ukur (Dial Indikator)
Agung Fathony - Alat Ukur (Dial Indikator)Agung Fathony - Alat Ukur (Dial Indikator)
Agung Fathony - Alat Ukur (Dial Indikator)
gunksho
 
2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat berat2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat berat
Ahmad Wiratama
 
Metode konstruksi manajemen alat berat
Metode konstruksi   manajemen alat beratMetode konstruksi   manajemen alat berat
Metode konstruksi manajemen alat berat
Fahreza Lukman
 
06 hydraulic workover unit trisakti 25 nov 2007
06 hydraulic workover unit   trisakti 25 nov 200706 hydraulic workover unit   trisakti 25 nov 2007
06 hydraulic workover unit trisakti 25 nov 2007
yudi05
 

Andere mochten auch (20)

Kalibrasi
KalibrasiKalibrasi
Kalibrasi
 
Presentasi Instrumentasi dan Sistem Kontrol
Presentasi Instrumentasi dan Sistem KontrolPresentasi Instrumentasi dan Sistem Kontrol
Presentasi Instrumentasi dan Sistem Kontrol
 
Pengetahuan kalibrasi dan pemeliharaan peralatan
Pengetahuan kalibrasi dan pemeliharaan peralatanPengetahuan kalibrasi dan pemeliharaan peralatan
Pengetahuan kalibrasi dan pemeliharaan peralatan
 
Wellhead hanger xmastree
Wellhead hanger xmastreeWellhead hanger xmastree
Wellhead hanger xmastree
 
Buku Pintar MIGAS INDONESIA - Sistem pneumatik
Buku Pintar MIGAS INDONESIA - Sistem pneumatikBuku Pintar MIGAS INDONESIA - Sistem pneumatik
Buku Pintar MIGAS INDONESIA - Sistem pneumatik
 
Agung fathony - alat ukur (micrometer)
Agung fathony - alat ukur (micrometer)Agung fathony - alat ukur (micrometer)
Agung fathony - alat ukur (micrometer)
 
Agung Fathony - Alat Ukur (Dial Indikator)
Agung Fathony - Alat Ukur (Dial Indikator)Agung Fathony - Alat Ukur (Dial Indikator)
Agung Fathony - Alat Ukur (Dial Indikator)
 
Changes of proximate composition and extractive components in narezushi, a fe...
Changes of proximate composition and extractive components in narezushi, a fe...Changes of proximate composition and extractive components in narezushi, a fe...
Changes of proximate composition and extractive components in narezushi, a fe...
 
Tugas Kalibrasi (Bahasa)
Tugas Kalibrasi (Bahasa)Tugas Kalibrasi (Bahasa)
Tugas Kalibrasi (Bahasa)
 
2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat berat2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat berat
 
Buku pintar migas
Buku pintar migasBuku pintar migas
Buku pintar migas
 
Metode konstruksi manajemen alat berat
Metode konstruksi   manajemen alat beratMetode konstruksi   manajemen alat berat
Metode konstruksi manajemen alat berat
 
06 hydraulic workover unit trisakti 25 nov 2007
06 hydraulic workover unit   trisakti 25 nov 200706 hydraulic workover unit   trisakti 25 nov 2007
06 hydraulic workover unit trisakti 25 nov 2007
 
Jenis dan fungsi valve
Jenis dan fungsi valveJenis dan fungsi valve
Jenis dan fungsi valve
 
ALAT BERAT
ALAT BERATALAT BERAT
ALAT BERAT
 
7 pengukuran level
7 pengukuran level7 pengukuran level
7 pengukuran level
 
Perawatan Engine dan Unit Alat Berat
Perawatan Engine dan Unit Alat Berat Perawatan Engine dan Unit Alat Berat
Perawatan Engine dan Unit Alat Berat
 
Presentasi alat berat jenis Dump Truck
Presentasi alat berat jenis Dump TruckPresentasi alat berat jenis Dump Truck
Presentasi alat berat jenis Dump Truck
 
Buku Pintar MIGAS INDONESIA - Kilang minyak bumi
Buku Pintar MIGAS INDONESIA - Kilang minyak bumiBuku Pintar MIGAS INDONESIA - Kilang minyak bumi
Buku Pintar MIGAS INDONESIA - Kilang minyak bumi
 
Peralatan Produksi Lepas Pantai (Offshore Production Facility)
Peralatan Produksi Lepas Pantai (Offshore Production Facility)Peralatan Produksi Lepas Pantai (Offshore Production Facility)
Peralatan Produksi Lepas Pantai (Offshore Production Facility)
 

Ähnlich wie kalibrasi controler

Sistim pneumatik dan hidrolik
Sistim pneumatik dan hidrolikSistim pneumatik dan hidrolik
Sistim pneumatik dan hidrolik
macyie9897
 
080326 kitar penyamanan udara asas - andi
080326   kitar penyamanan udara asas - andi080326   kitar penyamanan udara asas - andi
080326 kitar penyamanan udara asas - andi
Pudin Mahari
 
AZLAN ARIFFIN LPKT TAHAP 4.doc
AZLAN ARIFFIN LPKT TAHAP 4.docAZLAN ARIFFIN LPKT TAHAP 4.doc
AZLAN ARIFFIN LPKT TAHAP 4.doc
ahagr312
 
buku tentang apa sak karepmu saenakmu saja
buku tentang apa sak karepmu saenakmu sajabuku tentang apa sak karepmu saenakmu saja
buku tentang apa sak karepmu saenakmu saja
KarsidPoliteknikNege
 

Ähnlich wie kalibrasi controler (20)

Belajar kontrol
Belajar kontrolBelajar kontrol
Belajar kontrol
 
Kp4a
Kp4aKp4a
Kp4a
 
Cara kerja pneumatik
Cara kerja pneumatikCara kerja pneumatik
Cara kerja pneumatik
 
Alat alat ukur
Alat alat ukurAlat alat ukur
Alat alat ukur
 
Mengenal PLC
Mengenal PLCMengenal PLC
Mengenal PLC
 
BAB 2.ppt
BAB 2.pptBAB 2.ppt
BAB 2.ppt
 
Sistem Penomoran diagram pneumatic
Sistem Penomoran diagram pneumaticSistem Penomoran diagram pneumatic
Sistem Penomoran diagram pneumatic
 
5 peralatan otomasi industri
5 peralatan otomasi industri5 peralatan otomasi industri
5 peralatan otomasi industri
 
Alat penyortir botol minum berbasis plc
Alat penyortir botol minum berbasis plcAlat penyortir botol minum berbasis plc
Alat penyortir botol minum berbasis plc
 
Sistim pneumatik dan hidrolik
Sistim pneumatik dan hidrolikSistim pneumatik dan hidrolik
Sistim pneumatik dan hidrolik
 
Sistem kendali di industri
Sistem kendali di industriSistem kendali di industri
Sistem kendali di industri
 
080326 kitar penyamanan udara asas - andi
080326   kitar penyamanan udara asas - andi080326   kitar penyamanan udara asas - andi
080326 kitar penyamanan udara asas - andi
 
Dcs ( data control system)
Dcs ( data control system)Dcs ( data control system)
Dcs ( data control system)
 
AZLAN ARIFFIN LPKT TAHAP 4.doc
AZLAN ARIFFIN LPKT TAHAP 4.docAZLAN ARIFFIN LPKT TAHAP 4.doc
AZLAN ARIFFIN LPKT TAHAP 4.doc
 
buku tentang apa sak karepmu saenakmu saja
buku tentang apa sak karepmu saenakmu sajabuku tentang apa sak karepmu saenakmu saja
buku tentang apa sak karepmu saenakmu saja
 
Tata Udara Terapan teori (testing adjusting balancing)
Tata Udara Terapan teori (testing adjusting balancing)Tata Udara Terapan teori (testing adjusting balancing)
Tata Udara Terapan teori (testing adjusting balancing)
 
Dasar instrument bag.1
Dasar instrument bag.1Dasar instrument bag.1
Dasar instrument bag.1
 
259900734-EFI-pdf.pdf
259900734-EFI-pdf.pdf259900734-EFI-pdf.pdf
259900734-EFI-pdf.pdf
 
Unit1
Unit1Unit1
Unit1
 
15.04.146 jurnal eproc
15.04.146 jurnal eproc15.04.146 jurnal eproc
15.04.146 jurnal eproc
 

Kürzlich hochgeladen

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Kürzlich hochgeladen (20)

E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 

kalibrasi controler

  • 1. Kt rev 3 MODUL I-02 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengontrolan dapat diartikan sebagai pengaturan atau pengendalian. Pengontrolan dalam proses produksi didefinisikan sebagai upaya pengaturan untuk mempertahankan nilai atau output yang diinginkan tetap terjaga dari pengaruh perubahan atau deviasi yang ditimbulkan oleh proses itu sendiri. Integrasi komponen kontrol dan measurement, berfungsi untuk mendapatkan system control yang tepat. Dalam melakukan tuning controller ada beberapa metode yang secara umum dapat dibagi dua, yaitu: open loop dan closed loop tuning. Pada cascade control, bagian sekunder di tuning terlebih dahulu diikuti bagian primer. Pengaturan yang presisi dari level, pressure, temperature, dan flow adalah unsur penting dalam aplikasi proses. Perubahan kecil pada control dan pengukuran, akan membawa dampak yang besar pada proses produksi. 1.2. TUJUAN Penyusunan Modul ini bertujuan untuk : · Menjelaskan prinsip pengukuran variable proses · Menjelaskan prinsip control valve · Menjelaskan prinsip pengendalian dan teknik pengendalian yang aman terhadap kondisi proses. · Menjelaskan elemen di dalam suatu loop pengendalian.
  • 2. 2 · Menjelaskan macam-macam mode serta aksi controller. · Menjelaskan variabel dan metode tuning controller 1.3. MANFAAT Diklat teknis instrumentasi adalah bagian yang sangat penting dalam kegiatan suatu proses untuk meningkatakan kompetensi pekerja. Dengan peralatan instrumentasi ini dapat mengetahui kondisi varibel proses yang sedang berjalan, sehingga apabila terjadi gangguan terhadap proses tersebut operator akan dapat segera mengetahui dan mengambil tindakan perbaikan terhadap gangguan tersebut, sehingga proses akan berjalan dengan aman sesuai dengan yang diinginkan. Buku ini disusun dengan harapan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pengembangan bahan ajar. 1.4. RUANG LINGKUP Buku ini akan dikhususkan pada pembahasan sistem instrumentasi untuk operator pengendali plan yang mencakup : · Drawing dan air instrument system · Sistem pengukuran variable proses · Control Valve · Sistem pengendalian proses. · Metode tuning
  • 3. Kt rev 3 MODUL I-02 3 BAB II. DRAWING AND AIR INSTRUMENT SYSTEM 2.1 Drawing Untuk mengendalikan plan diperlukan gambar yang berisi tentang alur proses, alat utama dan peralatan instrumen yang terpasang, sesuai standar INSTRUMENT SOCIETY OF AMERICA atau disingkat ISA. Yang membahas diantaranya mengenai Instrument Symbols and Identification. Simbol-simbol instrumentasi terdiri dari : 1. Line instrument symbols. 2. Instrument function symbols. a. Instrument Line Symbols Instrument line symbols adalah merupakan simbol yang dipergunakan untuk membedakan aliran sinyal instrument. Simbol aliran sinyal instrument dapat dilihat pada gambar di bawah ini. FUNCTION SYMBOLS
  • 4. 4 b. INSTRUMENT FUNCTION SYMBOLS Simbol-simbol instrument dipergunakan untuk membedakan peralatan instrument berdasarkan fungsinya, Symbol yang dipakai untuk instrumentasi mengacu pada ANSI/ISA S.5 (Instrument loop diagram). Sebagian besar fasilitas lapangan minyak dan gas memiliki informasi dan dokumentasi dalam bentuk: — Process Flow Diagram, — Piping and Instrumentation Diagram (P&ID) — Loop Diagram (Loop Sheets),Electrical Wiring Diagram — Ladder logic diagram Berikut ini contoh gambar Process Flow Diagram
  • 5. Kt rev 3 MODUL I-02 5 Gambar 4.1. Process flow diagram (PFD) Contoh PFD yang diperlihatkan, sangat penting karena memberikan informasi tentang flowrate, temperature, dan pressure. Informasi ini sangat bermanfaat ketika operator memutuskan untuk melakukan perubahan setting, dan
  • 6. 6 pertimbangan lain mengenai process safety. PFD memberikan pemahaman tentang kualitas produk dihasilkan oleh fasilitas tersebut. c. Piping and Instrumentation Diagram (P&ID) Piping and Instrumentation Diagram (P&ID) adalah gambar skematik utama yang digunakan sebagai layout proses. Ini adalah drawing yang paling luas penggunaannya dan menjadi basis dari drawing yang lain. P&ID akan menampilkan: — Semua equipment utama, piping, dan instrumentasi termasuk koneksi pneumatic, electric, hydraulic, dan logical. — Detail tentang instrumentasi, jenis valve, special equipment dan spesifikasinya. — Material konstruksi, ukuran pompa, juga ukuran head dan impeller ditampilkan pada kolom di bagian bawah. — Informasi tentang logical interlock dan catatan khusus (berupa baloon) jika ada bagian yang di revisi atau pekerjaan in progress. — Legend yang memberikan cara membaca symbol dalam P&ID Data yang terdapat dalam P&ID sangat berguna bagi teknisi instrument untuk mengetahui hubungan antara control system dan field equipment. Hubungan ini dikenal sebagai process control. Sebagian besar industri minyak dan gas sudah memakai simbol standard ISA (ISA S5.1 1984) dan beberapa simbol juga di ambil dari ANSI dan API standard.
  • 7. Kt rev 3 MODUL I-02 7
  • 8. 8 d. Loop Diagram (LOOP SHEET) Loop diagram menggambarkan diagram pensinyalan instrumentasi yang dimulai dari proses lapangan sampai di control panel. Loop diagram atau loop sheet adalah jenis dokumentasi yang paling sering dipakai oleh teknisi instrument. Setiap diagram secara skematik mewakili rangkaian lengkap hubungan pneumatic, electric, maupun logical. Informasi tentang jenis sinyal, range, manufaktur, terminasi pada junction box, marshaling cabinet, control system (DCS atau PLC), tag number, dll. Untuk sinyal discrete, drawing ini juga memperlihatkan kondisi contact (open atau closed) termasuk wiring dan fuse. Dibutuhkan pengetahuan tentang dasar listrik dan terminasi agar memudahkan dalam memahami drawing ini. Berikut ini diberikan contoh loop diagram .
  • 9. Kt rev 3 MODUL I-02 9
  • 10. 10
  • 11. Kt rev 3 MODUL I-02 11 .
  • 12. 12 2.2 Sistem Udara Instrumen Sistem udara instrument adalah suatu sistem yang menghasilkan udara bertekanan dengan pemakaian dan aplikasinya dalam industri, biasanya terdiri dari beberapa hal, sebagai berikut: · Kompresor udara, Pengering dan penyaring udara · Pipa distribusi dengan pressure sefety valve · Stasiun penurun tekanan, Koneksi-koneksi instrumen lapangan Gambar 1 dibawah ini. menunjukkan sistem pneumatik instrumen sederhana Gambar 1: Sistem dan Ekuipmen Udara Instrumen
  • 13. Kt rev 3 MODUL I-02 13 a. Kompresor Udara Kapasitas kompresor ditentukan oleh keperluan aliran udara plan. Pemakaian udara pada plan ditentukan oleh jumlah maksimum pemakaian udara (kira-kira 0,02 m3/menit) untuk setiap devais dan adanya kebocoran. Unit kompresor tersebut bisa berupa tipe reciprocating atau rotari, tunggal atau multistage, dan biasanya digerakkan oleh motor listrik, turbin gas atau mesin disel. Tipe kompresor akan didiskusikan pada bab akhir modul ini. b. Tangki Penampung Tangki penampung udara dirancang berdasar jumlah kapasitas penyimpanan pada sistem dan juga adanya tambahan untuk menghindari fluktuasi tekanan. Fungsi lainya juga sebagai penguat dan pemisah antara udara dan air yang terkondensasi dalam proses pembuatan udara bertekanan c. Penyaring dan Pengering Udara Udara tekan yang baru saja keluar dari kompresor biasanya relatip basah, dan mengandung kotoran-kotoran dan minyak, karena udara tersebut harus bersih dan kering, maka perlu menghilangkan kandungan air dan kotoran- kotoran tersebut. Filter atau penyaring berfungsi untuk menghilangkan partikel-partikel kotoran dan kerak-kerak, dan juga untuk memperangkap air dan minyak. Dalam beberapa hal ada gabungan antara filter dan regulator yang dapat digunakan sebagai catu udara langsung pada transmiter atau valve tunggal. d. Pipa Distribusi dan Pressure Safety Valve ( PSV ) Pipa utama yang digunakan untuk mengirim udara instrumen keseluruh plan biasanya mempunyai diameter 50,8 mm (2 inch) skedul 40 dengan bahan dari carbon steel. Pipa cabang catu udara yang menghubungkan header isntrumen individu biasanya berdiameter 25,4 mm ( 1 inch) dengan bahan dari pipa galvanis, sedang PSV berfungsi untuk membuang tekanan lebih.
  • 14. 14 e. Tekanan Catu Udara Stasiun penurun tekanan dalam aplikasinya adalah sebuah pengatur tekanan dengan berbagai ukuran dan tipe. Stasiun penurun tekanan berfungsi menurunkan tekanan udara dari 700 kPa (102 psi) menjadi level yang dapat digunakan yaitu 140 kPa (20 psi). Untuk instrumen-instrumen biasanya menggunakan tekanan 20 100 kPa (3 15 psi), standar ISA S7.4 mengijinkan tekanan catu maksimum 140 kPa (20 psi). Tekanan catu ini harus cukup untuk mengirim volume udara yang cukup, karen bila terlalu tinggi akan menyebabkan rusaknya instrumentasi f. Koneksi Instrumen Tubing catu udara dari pipa valve menuju ke regulator ukuran minimum harus 9,5 mm (3/8 inch) dengan bahan tubing berasal dari pvc jacketed cooper, plated carbon steel atau stainless steel untuk menghindari tekanan drop yang berarti, terutama untuk control valve. Untuk menghindari masalah vibrasi dapat menggunakan koneksi tubing flexible air hose dengan pertimbangan terjadinya preesure droop. Koneksi tubing hampir selalu bertipe fitting. Fitting dengan tipe flare lama jarang digunakan meskipun masih dipakai pada generator disel. Mur tubing harus tidak boleh longgar; pabrik seperti Swagelock menyediakan gauge untuk mengecek kekencangan mur tersebut.
  • 15. Kt rev 3 MODUL I-02 15 2.2.1 ISA-S7.3 ISA S7.3 membahas tentang Kwalitas Standar Udara Instrumen untuk menetapkan nilai atau batasan kwalitas udara diantaranya menetapkan : 1. Titik embun pada tekanan saluran pipa minimal pada 10 oC (18oC) dibawah temperatur ambien minimal pada tempat plan. Titik embun tidak melebihi tekanan saluran pipa sebesar 2 oC (35 oF). 2. Ukuran partikel maksimum pada aliran udara 3 mikrometer. 3. Total kandungan minyak maksimum tanpa terkondensasi harus se-nol (0) dan tidak boleh melebihi 1 ppm pada kondisi operasi normal. Z 4. zat zat Pengkotaminan :Udara bebas dari gas berbahaya dan gas kontaminan yang menyebabkan korosip, mudah terbakar atau beracun, 2.2.2 ISA S7.4 Tujuan standar ini ditetapkan adalah dipergunakan untuk mengerakan atau sebagai catu instrumen pneumatic, a. Range tekanan operasi standar untuk sistem transmisi informasi. b. Tekanan catu udara standar (dengan nilai terbatas) untuk mengoperasikan kontroler, transmiter, Sistem transmisi informasi, tranduser arus menjadi tekanan dan devais-devais serupa. ® NILAI-NILAI KHUSUS Range sinyal transmisi tekanan pneumatik 1. Span (dipilih) 80 kPa (12 psi). Range tekanan 80 kPa dari span tekanan operasi antara 20 kPa (3 psi) sampai 100 kPa (15 psi). 2. Span 160 kPa (24 psi). Range tekanan operasi 160 kPa untuk span tekanan operasi antara 40 kPa (6 psi) sampai 200 kPa (30 psi). Tekanan Catu 1. Span 80 kPa (12 psi). Sebuah nilai dengan minimum 130 kPa (19 psi) dan maksimum 150 kPa (22 psi). 2. Span 1660 kPa (24 psi). Sebuah nilai dengan minimum 260 kPa (38 psi) dan maksimum 300 kPa (44 psi).
  • 16. 16 BAB III SISTEM PENGUKURAN Tujuan dari system pegukuran ini adalah untuk mengetahui variable yang di ukur untuk menghindari kesalahan dalam proses sehingga tidak terjadi kegagalan. Maka kita memerlukan alat membantu mencegah losses, serta alat untuk membantu mencegah rusaknya alat-alat produksi. 3.1 PRESSURE MEASUREMENT Alat ukur tekanan adalah suatu alat ukur yang digunakan sebagai indikator terjadinya perubahan tekanan pada peralatan proses, sedang dalam pengukuran tekanan ada bermacam-macam antara lain : a. Tekanan Atmosphere Tekanan udara sebesar 76 cm Hg atau 14,7 psi b. Tekanan Absolute Adalah tekan yang diukur dari titik 0 cm Hg. c. Tekanan Gauge/ Gauge Pressure Tekanan pada pengukuran/alat ukur, yang dihitung dari atmosphere(14,7 psi) - tekanan yang lebih kecil dari atmosphere disebut tekanan vacuum - tekanan diatas atmosphere disebut Gauge Pressure.(20 PSIA = 5,3PSIG). d. Tekanan Differential Perbedaan tekanan diantara dua pengukuran DP = h1 - h 2 e. Tekanan Vacuum Diukur dengan pipa U yang berisi Hg untuk mengukur tekanan dibawah tekanan atmosphere
  • 17. Kt rev 3 MODUL I-02 17 3.1.1 Aplikasi Pressure Measurement Didalam pengukuran tekanan ini, dapat dibagi menjadi: a. Local Measurement : Alat ukur tekanan berada ditempat yang diukur. b. Telemetering Measurement : Pengukuran jarak jauh Dalam pengukurannya dibedakan menjadi: - Dengan saluran physic : Physical Transmission Line - Dengan saluran non physic: Non Physical Transmission Line: PIPE TRANSMITTE ELECTRIC TRANSMITTE PNEUMATIC Physical Transmision Line A. C D TX TX A Non Physical Transmission Line A: Tranducer, B: Transmitter, C: Receiver, D: Indicator
  • 18. 18 Sistem pengukuran yang biasa digunakan : 1. Langsung : bila tekanan kecil 6 kg/cm2 0 10 Gas bertekanan :6 kg/cm2 2. Tidak langsung : bila tekanan besar Sistem pengukuran langsung tak dapat dipakai karena: - menimbulkan kebocoran-kebocoran - adanya pressure drop - tidak ekonomis Untuk menghindari hal tersebut dipakai transmitter merubah tekan besar menjadi signal standart 3-15 psi. 3.1.2 Memilih dan memasang Pressure Gauge. Dalam memilih ini harus diperhatikan, sifat media dan karakter proses Dari sifat-sifat ini kita juga harus memperhatikan pemasangannya. Misalnya medium yang akan diukur, vibrasi, temperature, fluktuasi, korosip, maka dibutuhkan tambahan asesories : - Needle Valve, capilari, resistance, flixible pipe, etc Needle Capilair Resistance Flixible
  • 19. Kt rev 3 MODUL I-02 19 3.1.3 Range Ukur dan Span a. Range ukur adalah batasan harga terendah dan harga tertinggi suatu alat ukur, yang terkait dengan akurasi pembacaan. b. Span adalah daerah kerja alat ukur dengan melihat perbedaan nilai maksimum di kurangi nilai minimum. Dalam proses pembacaan ini dibutuhkan sensing element sebagai media peubah, macamnya : - Bourdon Tube - Bellows Element - Dapraghma Element - Capsule 3.2 LEVEL MEASUREMENT Alat ukur ketinggian adalah suatu alat ukur yang digunakan sebagai indicator terjadinya perubahan ketinggian pada peralatan proses. Tujuan utama pengukuran liquid level adalah digunakan untuk : 1. Mengatur kondisi process 2. Mengetahui isi /volume 3. Mengetahui kecepatan aliran (flow) 4. Mengetahui kedalaman cairan
  • 20. 20 3.2.1 Mengatur Kondisi Process GAS LT LIC Inlet LCV cair Level harus dijaga pada batas-batas tertentu agar produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu (terjadi pemisahan fraksi yang memenuhi persyaratan mutu). Makin tinggi level yang diatur, makin lama cairan tersebut berada dalam coloum., maksudnya makin banyak fraksi ringan yang teruapkan. 3.2.2 Mengetahui Isi/Volume Perubahan ketinggian cairan dalam tangki akan ditunjukkan oleh sebuah indicator, dimana penunjukan pada sebuah skala yang telah dikonfirmasikan dalam satuan volume.
  • 21. Kt rev 3 MODUL I-02 21 3.2.3 Mengetahui Jumlah Aliran A B A = Level awal dan B = Level akhir Kecepatan aliran dapat dihitung dari perubahan tinggi cairan dalam satuan waktu. Xm3 Flow = T menit X = volume cairan yang dipindahkan T = waktu yang diperlukan untuk memindahkan - Macam methode pengukuran level Beberapa cara untuk mengetahui ketinggian (level) cairan, tergantung dari tempat dan keadaan antara lain : 1. Gelas penduga (level gauge glass), Constant displacement (floater) 2. Variable Displacement, Differential Pressure 3. Static Pressure Methode, Ultra Sonic a. Gelas Penduga (level gauge glass) Prinsip pengukuran langsung terhadap bejana berhubungan, dengan gelas penduga ada 2 macam untuk tekanan rendah dan tekanan tinggi Sight Glass Direct Reading Apa yang ditunjukkan oleh cairan dalam gelas merupakan levelnya.
  • 22. 22 b. Constant Displacement Prinsip : Naik turunnya cairan selalu diikuti dengan naik turunnya pelampung. Biasanya metode ini dilengkapi dengan skala yang terkalibrasi dalam satuan volume. Scale Weight Float Liquid c. Variable Displacement Prinsip Hukum Archimides : bila suatu benda berada dalam zat cair akan berkurang beratnya sebesar berat zat cair yang dipindahkan. 4,25 lbs 2,54 lbs 0,83 lbs DISPLACE 14 7 WATER Displacer : Æ = 3 ; L = 14 ; W = 4,25 lbs
  • 23. Kt rev 3 MODUL I-02 23 d. Differential pressure Pengukuran level dengan cara ini banyak ditemukan pada industri perminyakan yaitu dengan cara memandingkan tekanan media yang diukkur dengan media lainnya. P1 = Atm P1 P1 H H P2 P2 P2 Differential Pressure Meter (D Meter) P2 = H + P1 H = P2 - P1 DP = P2 - P1 DP = H = P1 Prinsip kerja : Berdasarkan kesetimbangan gaya, input signal pada high dan low pressure yang berasal dari titik pengambilan bawah dan atas column sehingga, signal pengukuran yang berupa beda tekanan akan memberikan gaya yang sebanding dengan ketinggian cairan, dan gaya tersebut akan diteruskan oleh force bar yang dihubungkan melalui flexture connector dengan rangerod. Besar kecilnya gaya menyebabkan flaper bergerak mendekati atau menjauhi nozzle. Variasi gerakan flaper terhadap nozzle memberikan besarnya output yg dihasilkan oleh pneumatic relay sebesar 3 15 psi. Sebagian output dikembalikan ke feedback belows untuk kompensasi gerakan signal input.
  • 24. 24 - Penggunaan D/P Cell transmitter Penggunanaan D/P cell transmitter untuk pengukuran level cairan : 1. Elevation 2. Supression A. Pemasangan D/P Cell Tanpa Sealing Liquid 1. Elevation Max Max X X Min Min B. Y C. Y Open Tank Close Tank B. Pemasangan D/P Cell Tanpa Sealing Liquid 1. Elevation Max Max X X Sealing Min Min Sealing D. Y Liquid E. Y Liquid Open Tank Close Tank
  • 25. Kt rev 3 MODUL I-02 25 3.3 FLOW MEASUREMENT Dalam melakukan pengukuran ada beberapa Methode Pengukuran aliran dan jenis peralatan diggunakan antara lain: 1. Magnetic flow meter, Turbine flow meter 2. D/P flow meter, Variable area flow meter 3. Positive Displacement flow meter 3.3.1 Magnetic Flow Meter Biasanya digunakan untuk mengukur flow, dimana untuk alat ukur yang lain banyak mengalami kesulitan, seperti aliran yang mempunyai viscositas tinggi, aliran asam yang korosive, slury . Kebaikan dari magnetic flow meter : - Mempunyai sensitifity & accuracy yang besar, kesalahannya : + 1 % Dapat digunakan mengukur flow rendah maupun pada flow tinggi - Dapat digunakan untuk mengukur aliran yang bolak-balik - Outputnya linier Tubenya terbuat dari metal yang non magnetik, stainless steel, disebelah dalam dilapisi neopreme supaya tidak short dengan tegangan Electrodanya adalah stainless steel 361 dengan isolasi teflon. Untuk zat-zat yang sangat korosif, electrodanya dibuat dari platinum. E V E Magnet Coil Turbulent or Laminer Velocity Flow Profile
  • 26. 26 Prinsip kerjanya :Menurut hukum Faraday untuk induksi magnetic : Tegangan supply (E) yang disalurkan ke coil, akan membuat medan magnetik (H). Didalam tubenya akan mengalir suatu jenis aliran (fluida) yang bergerak pada medan magnet dengan kecepatan V, sedang diameter tube : d Menurut hukum Faraday : Tegangan (E) yang diinduksikan pada electroda seolah-olah datang dari cfonductor sepanjang d yang bergerak dengan kecepatan V pada medan magnet H . Maka tegangan induksinya E =C.H.d.V C : constanta H, d : constant Maka : E ~ V Jadi dengan mengukur E atau tegangan, maka kita bisa mengukur V atau kapasitas aliran yang mengalir pada tube tadi. 3.3.2 Turbine Flow Meter Ada 2 macam turbine flow meter : - Mechanical turbine flow meter dan Electronic turbine flow meter a. Mechanical Turbine Flow Meter Mechanical 003456789 Turbin Turbin/sudu-sudu meter, akan berputar karena adanya aliran , selanjutnya gerakan ini diteruskan ke mechanical counter untuk
  • 27. Kt rev 3 MODUL I-02 27 pembacaan jumlah fluida yang mengalir. Kecepatan perputaran turbin linier terhadap kecepatan aliran, kalau turbin berikut system transmisinya bebas dari gesekan. Maka meter akan bekerja dengan baik kalau kecepatan aliran diatas nilai kecepatan kritis. Meter ini mempunyai ketelitian dengan kesalahan + 2 %. Faktor penting yang mempengaruhi kalibrasi meter ini adalah BD dan viscositas juga temperatur Keuntungan penggunaan alat ini : - Rugi tekanan (pressure drop) kecil - Dapat mengukur aliran fluida yang mengandung bahan solid. - Hampir tidak mempunyai daerah batas pengukur. b. Electric Turbine Flow Meter Setiap kali sudu-sudu melewati pick up coil, maka akan diinduksikan pulsa-pulsa pada pick up coil tersebut. Pulsa-pulsa ini akan proportional dengan kecepatan aliran. Kemudian dimasukkan ke frequency to voltage converter untuk mendapatkan tegangan yang proportional dengan kecepatan aliran. Seterusnya tegangan tersebut dikonversikan ke digital output masuk ke digital display. Frequency Frequency to Voltage Proportional to Voltage To Digital Velocity converter Output DIGITAL DISPLAY Jenis turbine flow meter ini, tidak boleh digunakan untuk fluida yang mengandung partikel yang bisa magnetisasi. FM ini mempunyai accuracy tinggi dan dapat digunakan untuk segala macam fluida.
  • 28. 28 3.3.3 Differential Pressure Flow Meter (Head Flow Meter) Methode pengukuran berdasarkan hukum Bernoulli (untuk aliran laminair). Up Stream Down Stream V1 Flow V2 Z1 P1 Z2 h P2 Mercury Persamaan Bernoulli, untuk aliran seperti diatas. P - V12 P V2 Z1 + 1 + = Z2 + 2 + 2 Y 2g Y 2g Dimana : Z : tinggi dari permukaan datar V : stream velocity P : static pressure g : acceleration Y : specivic grafity fluida Perlengkapan Head Flow meter Untuk mendapatkan d/p antara stream & down stream kita harus memasang suatu risttriction, sedang ristriction yang umum dipakai adalah : - Orifice plate - Venturi tube - Flow nozzle & venturi nozzle
  • 29. Kt rev 3 MODUL I-02 29 a. Orifice Plate Untuk orifice plate kita kenal 3 macam : 1. Consentris, Excentris, segmental Fungsi lubang kecil pada orifice untuk membuang gas/udara pada permukaan liquid. Concentric Excentric Segmental - Concentris orifice Digunakan untuk mengukur flow yang tidak mengandung solid, baik gas maupun liquid. - Excentris dan Segmental Digunakan untuk emngukur flow dari fluida yang mengandung zat padat. Cara penempatan orifice type ini, bagian bawah lubang orifice mempunyai jarak terdekat terhadap permukaan dalam dari pipa serta diperlukan cara-cara kalibrasi yang khusus mengingat bahwa coefisien aliran standarf hanya digunakan untuk orifice yang consentris. Orifice biasanya dibuat dari baja tahan karat, tahan abrasi/erosi, seperti ( stainless steel atau Monel ) yang disesuaikan dengan fluida yang mengalir. Cara pemasangan Taps untuk orifice - Plange taps - Vena contractor taps - Pipe taps
  • 30. 30 - Flange Taps Diletakkan pada jarak 1 didepan dan dibelakang plat orifice. Cara ini paling banyak dipakai, untuk ukuran pipa lebih besar dari 2 . Sedang untuk ukuran pipa dibawah 2 gunakanlah cara vena contracta taps. Up Stream Down Stream - Vena Contracta Taps Lubang tekanan tinggi diletakkan pada jarak sebesar diameter dalam pipa didepan plat orifice, sedang lubang tekanan rendah diletakkan titik vena contracta. D d d1=D d2 Vena contracta adalah sebuah titik pada aliran yang mempunyai tekanan terkecil sebagai akibat adanya penghalang. Letak titik ini tergantung kepada Rasio Beta. - Pipe Taps Untuk mengukur beda tekanan yang permanen dimana jarak lubang tekanan tinggi 2 ½ D didepan dan lubang tekanan rendah 8 D di belakang plat orifice. Keuntungan cara ini adalah dapat digunakan laju aliran yang lebih rendah dari pada kemampuan cara flane taps dan vena taps.
  • 31. Kt rev 3 MODUL I-02 31 D 2,5D 8D b. Venturi Tube Venturi tube bagian throatnya dibuat satu unit tersendiri agar mudah diganti sedangkan tabung venturi dibuat dari beton tuang yang halus, dengan sudut kerucut inputnya 20o & sudut kerucut outputnya 7o. Pressure taps-nya tidak diambil dari satu lubang tapi dari beberapa lubang sekitar permukaa pipa yang hubungan keluarnya menjadi satu berupa cincin Perbandingan diameter pipa dan diameter throat bervariasi antara 0,25 0,5 Keuntungan : 1. Ketelitian tinggi dibanding dengan menggunakan Restriction lain. 2. Pressure drop kecil 3. Tahan terhadap abrasi dan kemungkinan menampung endapan kecil. 4. Dapat digunakan untuk mengukur aliran yang besar (>5.000.000 gpm) Pemasangan venturi tube jangan sampai terganggu oleh fitting-fitting yang dapat menyebabkan aliran turbulent. c. Flow Nozzle/Venturi Nozzle Venturi nozzle digunakan untuk hampir semua liquid, terutama bisa digunakan untuk fluida yang mengandung solid dan pressure dropnya kecil, sedangkan flow nozzle cocok untuk gas, vapour & steam.
  • 32. 32 3.4 TEMPERATURE MEASUREMENT 3.4.1 Filled Bulb Thermometer Jenis Moving element : - Spiral, Helical, Bourden Tube Type C Prinsipnya : - Berdasarkan pemuaian volume untuk bulb yang berisi liquid. - Bedasarkan pengembangan tekanan, untuk yang berisi vapour. Pressure Pointer Gas/Liquid Spring BULB Scale Untuk menghilangkan pengaruh temparature terhadap hasil pengukuran maka digunakan compensator yang terdiri dari dua macam : 1. Full Compensation Disini ada dua buah spiral yang sama tetapi mempunyai gerakan yang berlawanan, dan bulb compensator terletak diluar. 2. Case Compensation menggunakan bimetal yang dihubungkan ke bourdon tube, yang dipasang pada take of arm, sehingga defleksi dari bagian bimetal akan melawan efek akibat ekspansi liquid pada spiral. Klasifikasi dari Filled Bulb system thermometer Sistem ini pada dasarnya dapat dipisahkan dalam dua tipe yaitu respon terhadap : 1. Perubahan Volume v Liquid filled (bukan mercury) disebut class I v Mercury filled 2. Perubahan Tekanan Vapour filled, atau liquid yang mudah menjadi vapour (volatile) termasuk dalam class II.
  • 33. Kt rev 3 MODUL I-02 33 Pembagian dari class diatas ini berdasarkan pada SAMA (Scientific Apparatus Makers Assosiation). 3.4.2 Thermocouple Themocouple ditemukan Seeback 1821, dimana arus listrik akan mengalir pada clouse circuit yang terdiri dari 2 macam kawat dimana kedua ujungnya dilas menjadi satu, bila temperature naik timbl GGL. Protecting A Tube EMF T1 T2 B Terminal (Hot Junction) Insulator (Cold Junction) Circuit ini terdiri dari 2 kawat : - Kawat A sebagai + - Kawat B sebagai - Bila T1 < T2, maka akan mengalir arus dalam circuit tersebut. Ujung T1 kita namakan Cold junction atau Reference Junction. Dengan mengukur I dan EMF yang dibangkitkan dalam circuit tersebut., dapat diketahui DT = (T2 T1). Jenis-jenis thermocouple yang dipakai untuk pengukuran menggunakan standard ISA (Instrument Standard Assosiation of America) Circuit Thermocouple Circuit thermocouple memerlukan kawat penghubung antara thermocouple dengan indikatornya. Kawat penghubung (extention wire) harus mempunyai sifat-sifat yang cocok dengan thermocouplenya.
  • 34. 34 Extention wire dapat dilihat pada daftar dibawah ini : Thermocouple Extention Wire Positive Negative Positive Negative Pi : Rh Pt Copper Copper Nikel Alloy - Alumel Chromel Alumel - Chromel - Constanta - Copper - Copper Nikel - Iron Alloy Iron Constanta Iron Constanta Copper Constanta Copper Constanta Dalam pemasangannya thermocouple ini dimasukkan dalam thermo tube yang disebut thermowell. Jenis-Jenis Thermowell Temperature Max Thermowell o o C F High Silicon Iron 425 600 Carbon steel 550 1000 18% cr, 8% Ni/Stainless Steel 950 1800 Ni Chram 1100 2000 Inconel 1260 2300 Silicon Carbid 1650 3000 Mullite 1550 2800
  • 35. Kt rev 3 MODUL I-02 35 Teknik mengukur EMF dari Thermocouple ada dua cara : 1. Dengan multi voltmeter (moving coil meter) 000095 1 1. Multimeter 2. Heater 2 2. Dengan rangkaian potentiometer G Recorder D + - S 2 ES 1 + EX
  • 36. 36 3.4.3 Resistance type Thermocouple Dasarnya : untuk beberapa metal tertentu, perubahan tertentu akan bisa mengubah besarnya nilai resistance. Dengan mengukur perubahan resistance tadi, kita bisa menghitung temperature perubahannya. Perubahan nilai resistance karena perubahan temperature tersebut, besarnya tergantung dari temperature coefficience of material. Koefisien ini adalah perubahan nilai resistance dalam Ohm per derajat, untuk kebanyakan metal, koefisien ini positive. Hubungan antara perubahan resistance dan temperature dapat ditulis : Rt = Ro (1 + a Dt) Ro = R pada to Rt = R pada t a = koefisien temperature of metal Konstruksinya : Diameter kawat dipilih sedemikian, sehingga response terhadap panasnya terbaik. Sedang panjang kawat disesuaikan dengan tahanan yang sesuai dengan rangkaian/alat pengukurannya, misalnya Bridge Wheatstone. Diameter dan panjang kawat menentukan range pengukuran. Nilai resistance coil terletak antara 2,5 W sampai dengan beberapa ratus W. Sebagai contoh untuk Pt core, R = 25,5 W + 0,1 pada oC. - Untuk copper : 10 W pada 0 oC - Untuk Nikel : 99,5 W + 0,3 W pada 0 oC
  • 37. Kt rev 3 MODUL I-02 37 Pada pembuatan resistance ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : Harus mempunyai stability yang tinggi yaitu tidak boleh berubah strukturnya dan mempunyai response yang cepat terhadap perubahan suhu. Self heating error : supaya tidak mempengaruhi pengukuran. Self heating error adalah dissipasi tenaga I2R yang menyebabkan panas dan panas ini mempengaruhi pengukuran, harus mempunyai high resistivity yang besar, sehingga tidak banyak menggunakan coil (coilnya lebih pendek). Harus mempunyai temperature koefisien of material/resistanfce yang baik, sehingga lebih sensitive dan harus tidak boleh berubah karakteristik listriknya tersebut. harus kuat artinya bahwa dengan diameter kecil, tidak mudah putus. Hubungan yang linear antara resistance dan temperature. Metal-metal yang mempunyai sifat yang cocok adalah : Pt Temp. Koef. 0,00392 W/oC Resistivity 60 W/circular mile ft Temp. range - 285 o -> 900 oC Minimal diameter 0,002 Tensile strength 18.000 psi Nikel Temp. Koef. 0,0063 W/oC Resistivity 38,3 W/circular mile ft Temp. range - 100 o -> 300 oC Minimal diameter 0,002 Tensile strength 120.000 psi Copper Temp. Koef. 0,004 W/oC Resistivity + 120 W/circular mile ft Temp. range - 200 o -> 120 oC Minimal diameter 0,002 Tensile strength 200.000 psi
  • 38. 38 Rangkaian pengukuran : Bisa dipakai AC atau DC Wheatstone Bridge B S G r A Dalam keadaan balance berlaku : Ia . A = Ib . B ia . r = ib . s r = (A/B) . s Z2 I1 Zr G I2 Z3 Z1 Pada keadaan balance berlaku : Zr Z1 = Z2 Z3 R R1 Ri3 R1xi 2 = = i2 i3 C3 C2 wc 2 wc 3
  • 39. Kt rev 3 MODUL I-02 39 R1xi 2 xC 3 R= karena balance I3 = I2 i3xC 2 R1C 3 æ 1 ö R= = R1C 3ç ÷ C2 è C2 ø Thermistor Thermistor adalah dioda semiconductor yang mempunyai temperature koefisien of resistivity yang tinggi, yaitu bahwa perubahan nilai R nya perderajat temperatur adalah tinggi. R = Ro eb (To Too) Ro = Resistance pada Too R = resistance pada To b = konstanta yang tergantung dari konstruksi & jenis thermistor Cara pengukuran perubahan nilai resistance dapat dilakukan dengan Jembatan Wheatstone. Bimetal Thermometer Bimetal terbuat dari dua macam logam yang disatukan. Prinsip kerja alat ini adalah berdasarkan perbedaan muai panjang dari dua buah logam yang berlainan jenis jika ada perubahan panas padanya. Karena koefisien muai panjang yang berbeda ini, maka apabila bimetal tersebut kena panas akibatnya akan melengkung ke arah logam yang koefisien panjangnya lebih kecil
  • 40. 40 BAB. IV BASIC THEORY CONTROL VALVE 4.1 Filosofi Control Valve Dalam suatu sistem pengendalian secara otomatis, control valve merupakan final element yang mewujudkan signal output dari controller menjadi suatu gerakan valve membuka atau menutup aliran, sehingga dapat mengembalikan proses variabel ke harga yang telah ditentukan Untuk mendapatkan control valve yang sesuai dengan kebutuhan proses diperlukan ketelitian dan dasar pemilihan control valve antara lain : - Aksi, Rating, Characteristic, Rangeability, Capacity 4.1.1. Aksi Control Valve Control valve mempunyai aksi direct atau aksi reverse, untuk menentukan aksi control valve, maka kita harus memahami beberapa istilah dasar. Input : Istilah input pada valve kita definisikan, bahwa input sebagai sinyal yang menyebabkan valve merubah posisi stroke. Hal ini biasanya berupa sinyal pneumatik 3 15 psi atau 20 100 kPa.
  • 41. Kt rev 3 MODUL I-02 41 Output : Output valve adalah fluida mengalir melalui valve. Gas, uap dan cairan adalah fluida. Aksi Direct : Aksi direct dapat ditentukan dengan melihat hubungan antara input dan outputnya. Jika kenaikan input menyebabkan kenaikan output maka dikatakan bahwa valve tersebut mempunyai aksi direct. Aksi Reverse : kenaikan input menyebabkan menurunnya output maka Istilah berikut mempunyai hubungan dengan control valve aksi direct: · ATO adalah naiknya sinyal akan menyebabkan valve membuka. · Fail Closed Jika sinyal yang menuju valve hilang maka valve menutup. Pada gambar dibawah ini, control valve aksi direct dengan menggunakan simbol standar ISA. Anak panah berada di stem valve untuk menunjukkan bila terjadi posisi gagal . Istilah-istilah berikut berhubungan dengan valve yang mempunyai aksi reverse. · ATC adalah naiknya sinyal akan menyebabkan valve menutup. · Fail Open : jika sinyal hilang terjadi kegagalan, maka posisi valve akan membuka. Hal ini berarti bahwa adanya sinyal udara akan menutup valve dan oleh karena itu valve mempunyai aksi reverse. 2. Rating Rating valve yang dimaksud disini adalah kemampuan valve untuk memberikan aksi yang tepat pada range dan presure tertentu. Contoh : Temperatur operasi : 700 C. Tekanan operasi : 22 kg/cm2 ternyata diperlukan control valve dengan carbon steel body yang mempunyai rating 150.
  • 42. 42 3. Characteristic Karakteristik valve berhubungan antara bukaan valve dengan besar kecilnya aliran. Hubungan ini dinyatakan dengan grafik berdasarkan range penuh dari valve ( 0 persen sampai 100 persen). Tiga karakteristik valve yang utama adalah: karakteristik aliran linier, karakteristik aliran equal presentage, karakteristik aliran quick opening. Aliran yang melalui valve adalah sebanding dengan luasan dari bukaan dan akar kuadrat dari pressure drop yang terjadi pada valve. Kedua faktor berubah- ubah maka luasan berubah-ubah karena persen travel (posisi) dari valve, sedangkan pressure drop adalah berhubungan dengan kondisi diluar valve dan tata ruang proses yang sudah tetap seperti tata letak serta instalasi perpipaan. Dalam praktek, valve mempunyai dua karakteristik yaitu : yang menjadi sifatnya (inherent) dan yang terpasang (installled ). Karakteristik inherent diamati dari pressure drop konstan pada valve.. Karakteristik terpasang adalah salah satu didapat dari actual service dimana pressure drop berubah-ubah karena aliran dan perubahan-perubahan yang lain dari sistem.
  • 43. Kt rev 3 MODUL I-02 43 Pemilihan dari karakteristik valve yang benar adalah sangat penting, ketika akan merencanakan lup pengontrolan, dengan kata lain sistem mungkin tidak stabil dan sulit dikontrol secara efektip. 4. Range ability Range ability adalah perbandingan antara maximum dan minimum flow yang bisa dikontrol. Jadi range ability menentukan daerah dimana valve bekerja dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. 5. Capacity Kapasitas atau kecepatan mengalirkan dari control valve harus bersesuaian dengan kondisi proses yang akan dikontrol. Besaran yang menentukan kemampuan dari valve adalah angka Cv (koefisien ukuran valve). Semua pabrik pembuat control valve menerbitkan angka Cv dari masing-masing valve mereka. Terlalu sulit untuk mencari definisi dari Cv, karena itu kadang- kadang dikatakan bahwa valve mempunyai Cv = 1 bila air murni mengalir sebesar satu US gallon/mm melalui valve yang buka penuh dengan pressure drop pada valve dijaga tetap1 psig pada kondisi temperatur standar (60oF) dan tekanan (14,69 psia). Metode penentuan ukuran valve dengan pendekatan nilai Cv telah diterima. Tiga rumus dasar untuk perhitungan Cv adalah: a) Untuk cairan Cv = Q G / DP b) Untuk gas Cv = Q / 1360 T f G / D P P2 c) Untuk steam dan vapours Cv = W / 63.3 V / D P
  • 44. 44 Pada rumus ini: Q or W = Kecepatan aliran: cairan (gpm), gas (scfh), vapours (lb/hr) G = specific gravity Tf = temperature aliran dalam derajat Rankine (°F + 460) DP = pressure drop dalam psi (P1 P2) P1 = tekanan upstream pada inlet valve dalam psi absolute P2 = tekanan downstream pada discharge valve dalam psi absolute V = downstream specific volume dalam cubic feet per pound Harus dicatat bahwa batasan yang terpenting adalah ditentukan oleh nilai DP yang digunakan untuk penentuan ukuran vapour dan gas. Itu tidak pernah dapat melebihi setengah dari tekanan inlet absolut (P1) sekalipun valve akan menyerap sampai 100% dari tekanan inlet. Jika presure drop lebih besar dari ½ P1, gunakan ½ P1 untuk kedua DP dan tekanan downstream (P2). Ingat penggunaan pengaturan tekanan downstream ini (1/2P1) dalam menentukan volume spesifik (V) downstream adalah pada kondisi tersebut. Pressure Drop yang terjadi pada Valve Kecepatan aliran, spesific grafity, temperatur, dan volume spesifik downstream yang diinginkan adalah berupa kuantitas sehingga sangat mudah ditentukan, tetapi menentukan pressure drop melalui plug valve adalah tidak ada. Tetapi yang penting dalam kenyataannya bahwa control valve tidak mendefinisikan pressure drop yang melaluinya. Namun control valve tersebut akan menyerap apapun tekanan lebih yang ada disebelah kiri dari sistem. Persoalan ini dapat digambarkan secara grafik dengan metode hydraulic gradient (slope). Aliran Maksimum Pada kecepatan aliran maksimum, diplot tekanan statik fluida versus lokasi phisik sistem. Kemudian plot tekanan yang dikirimkan dan yang tersisa dari kiri ke kanan, dan berhenti pada control valve. Perbedaan antara titik-titik
  • 45. Kt rev 3 MODUL I-02 45 terakhir ini adalah pressure drop dari control valve yang harus dipertahankan pada aliran maksimum. Aliran Minimum Analisis yang serupa dapat dibuat untuk aliran minimum. Dari curva pompa, tekanan outlet adalah lebih tinggi pada aliran yang rendah. Karena kecepatan fluida terrendah, pressure loss pada pipa dan fitting akan lebih rendah dibanding pada aliran maksimum. Kenaikan tekanan yang tinggi terjadi pada inlet dari control valve, dan kemudian terjadi penurunan tekanan pada outlet dari control valve. Sebagai akibatnya, pressure drop yang harus dipertahankan pada control valve lebih besar pada kecepatan aliran rendah disbanding pada kecepatan aliran yang tinggi. Untuk meyakinkan bahwa ukuran valve dihitung dengan tepat, maka penentuan ukuran control valve selalu dibuat pada pressure drop dengan kecepatan aliran maksimum dan kecepatan aliran minimum. Adalah koefisien flow yang besarnya sama dengan flow rate water (gpm) pada temperatur 60oF melalui valve yang terbuka penuh, dengan tekanan drop pada valve 1 psi.
  • 46. 46 Contoh : Asumsi bahwa control valve akan mengatur aliran air dari tangki, seperti pada gambar dibawah. Hitung ukuran valve yang harus digunakan. Ketinggian air yang akan dikontrol didalam tangki pada level 25 feet dengan mengatur aliran keluar. Aliran masuk yang diukur bervariasi antara 0 sampai 120 galon per menit (gpm). Penyelesaian: Aliran keluar maksimum dari tangki harus sama dengan aliran masuk, yaitu 120gpm. Karena 1 feett air menghasilkan tekanan 0,433 psi, maka 25 feet water akan menghasilkan perbedaan tekanan sebesar 0,433 psi x 25 = 10,8 psi. Rumus dasar perhitungan Cv untuk cairan adalah Cv = Q G / DP
  • 47. Kt rev 3 MODUL I-02 47 dimana: Q = kecepatan aliran, U.S. gpm DP = Perbedaan tekanan pada valve dalam psi G = specific gravity dari water (1.0) Oleh karena itu Cv = 120 1.0 / 10.8 = 120 ´ 0.3043 = 36.5 Kita dapat menentukan ukuran dan jenis valve yang diperlukan untuk Cv = 36,5. Ikuti sumbu horisontal dari kiri ke kanan pada Cv = 36,5. Gambarkan garis kearah atas dari titik ini sampai berpotongan dengan garis diagonal paling atas.Ukuran garis diagonal menyatakan ukuran paling kecil dari valve yang dibutuhkan. Dalam kasus ini valve 2 inci kira-kira 90% akan menyediakan aliran yang diinginkan
  • 48. 48 6. Positioner Untuk meyakinkan bahwa posisi plug control valve selalu proporsional dengan output pressure controller, menghilangkan / mengurangi gesekan packing box dan rugi histerisis. Pengertian Fail Safe Suatu pertimbangan penting ketika memilih control valve untuk aplikasi khusus dalam posisi gagal tetapi aman. Tergantung proses yang dikontrol, kita memilih valve untuk aplikasi sedemikan sehingga ketika terjadi kehilangan sinyal, maka valve gagal tetapi dalam posisi aman. Aktuator diaphragma pneumatik mempunyai posisi full open atau full close. Hal ini adalah bagian dimana valve ditentukan oleh apakah aksi valvenya air to open atau air to close seperti dijelaskan sebelumnya. Spring internal yang mempunyai gaya yang melawan aktuator adalah yang bertanggung jawab terhadap seting valvenya apakah posisi membuka atau posisi menutup. Ketika memilih valve yang terpenting ialah memahami karakteristik yang dikontrol, dan memilih valve yang sesuai yang dibutuhkan proses tersebut. Sebagai contoh, kita akan menggunakan valve untuk mengontrol temperature air yang meninggalkan heat exchanger seperti terlihat pada Gambar dibawah dibawah Proses seperti pada Gambar diatas, dipilih valve fail closed. Jika sinyalnya yang menuju valve hilang, maka valve harus menutup dan air yang dipanaskan tetap dingin. Dalam proses ini jika menggunakan valve gagal membuka maka air mungkin mendidih dan menghasilkan tekanan yang berlebihan pada heat
  • 49. Kt rev 3 MODUL I-02 49 exchanger dan mungkin akan menyebabkan kerusakan pada heat exchanger tersebut. Tetapi bila menggunakan valve dengan aksi fail closed seperti terlihat pada gambar akan menghilangkan kemungkinan-kemungkinan terbentuknya tekanan tinggi. 4.2 BAGIAN-BAGIAN PERALATAN DAN FUNGSI Control valve terdiri dari tiga (3) bagian utama, yaitu aktuator, asembli body valve dan asembli bonnet. Gambar dibawah menunjukkan hubungan ketiga bagian tersebut, yang membentuk control valve lengkap. 1. Actuator Control Valve Actuator control valve terdiri dari komponen-komponen berikut : - Koneksi Tekanan Beban (Loading Pressure Connection) : Koneksi udara bertekanan (pneumatik) dimana sinyal kontrol dikirimkan ke valve. - Wadah Diaphragma (Diaphragm Casing) : Merupakan rumah atau wadah (ada yang dibagian atas / bawah) tempat berakumulasinya udara bertekanan (pneumatik) dan menyangga dua sisi diaphragma. - Diaphragma
  • 50. 50 Diaphragma adalah elemen fleksibel dibuat dari material seperti karet atau bahan polimer sintetis, yang digunakan untuk mentransmit tenaga pada pelat diaphragma dan juga merupakan penyekat udara yang kuat. - Pelat Diaphragma : Sebuah pelat diaphragma yang digunakan untuk mentransfer sinyal kontrol ke stem aktuator. - Pegas Aktuator (Actuator Spring) : Pegas atau spring digunakan untuk melawan gaya pelat diaphragma dan akan mengembailkannya ke kondisi semula. - Stem Aktuator (actuator stem) : Batang atau poros yang menghubungkan pelat diaphragma ke plug valve. - Spring Seat : Sebuah alat yang digunakan sebagai dudukan / memegang pegas atau spring. - Spring Adjuster : Koneksi yang digunakan untuk menyetel regangan pegas aktuator. - Stem Connection : Klamp yang digunakan untuk memegang stem aktuator dan stem plug valve. - Yoke : Struktur yang menyangga asembli aktuator dari asembli bonnet. - Travel Indicator : Sebuah plat tipis yang digunakan untuk menunjukkan posisi valve. - Skala Indikator : Skala ukur untuk menunjukkan posisi valve apakah valve dalam posisi (O open atau C close ). - Asembli Body Valve : Asembli body valve terdiri dari : - Valve Body, Asembli Bonnet dan Trim Valve. Asembli Bonnet: Asembli bonnet ditempatkan dibagian atas bodi valve dan mempunyai seal untuk stem valve dengan maksud untuk mencegah kebocoran fluida disepanjang stem. Biasanya menggunakan 3 gasket untuk seal bonnet pada bodi valve. Bonnet mengikat aktuator.
  • 51. Kt rev 3 MODUL I-02 51 2. Actuator Piston Aktuator piston beroperasi dengan suplai lebih tinggi (tipikal 60 150 psi) dibanding tipe diaphragma. Aktuator piston juga memberikan stem travel lebih besar dibanding tipe diaphragma.Tekanan beban dapat dimasukkan pada bagian atas atau bawah untuk menggerakkan piston keatas atau kebawah. Ketika pada bagian atas dibebani dengan tekanan udara maka bagian bawah harus di dikosongkan agar piston dapat bergerak dan sebaliknya bila bagian bawah dibebani maka bagian atas harus dikosongkan. Gambar 3 adalah diagram konstruksi dari aktuator piston.
  • 52. 52 Posisi Fail Aktuator piston standar berbeban doubel mempunyai sebagai fail save position . Sebagai fail save position mempunyai arti bahwa bila ada kejadian sinyal mengalami kegagalan maka valve tidak menutup penuh atau membuka penuh tetapi tetap berada pada posisi terakhir. Agar memberikan posisi fail save, maka sebuah spring harus ditambahkan untuk menggerakkan aktuator piston pada posisi buka penuh atau tutup penuh. 3. Aktuator Elektrik Aktuator listrik pada dasarnya adalah motor listrik (biasanya tiga phase) dihubungkan dengan stem valve melalui gear set. Kombinasi dari motor, gear set, limit switch dan valve disebut valve yang dioperasikan dengan motor atau motor operated valve atau MOV . Hidrolik dan Elektro-hidrolik Aktuator hidrolik atau elektro-hidrolik dapat dipertimbangkan untuk mengisolasi area dan aplikasi-aplikasi dimana redamannya besar. Ball valve atau butterfly valve memerlukan aktuator dengan torsi yang ekstra tingi, dan cepat. Ini benar-benar khusus terutama jika sifat permintaan proses memerlukan sebuah valve dengan kinerja atau performans yang tinggi. Control Valve Type Motor Operating Valve (MOV)
  • 53. Kt rev 3 MODUL I-02 53 4.3. BASIC OPERATION a. Cara Kerja Diaphragma Actuator Cara kerja control valve dengan penggerak pneumatik adalah sebagai berikut: Sebuah sinyal pneumatik dimasukkan pada bagian atas atau bawah diaphragma (tergantung aksi control valve ). Sinyal tersebut menekan diaphragma dan pelat diaphragma (dihubungkan dengan stem valve) menggerakkan plug naik atau turun. Karakteristik valve dapat dimodifikasi dengan menggunakan gabungan perancangan plug dan cage. b. Cara Kerja Piston Actuator Aktuator piston biasanya banyak digunakan pada aplikasi kontrol on-off atau emergency shutdown (ESD) yang digerakkan oleh selenoid. Kelebihan tipe aktuator ini adalah, dapat menyediakan torsi maksimum dalam dua arah. Juga jika diperlukan dapat digerakkan dengan tenaga hidrolik. Sinyal beban adalah tekanan udara suplai instrumen penuh dan oleh karena itu kadang-kadang diperlukan regulator. Aktuator tipe piston kadang-kadang digunakan untuk kontrol proporsional, atau aplikasi dimana bukaan valve harus berubah-ubah antara tutup penuh dan buka penuh. Dalam kasus seperti ini sinyal input dari kontroler dimasukkan ke valve positioner dan positioner mengatur posisi piston. c. Cara Kerja Motor Operating Valve (MOV) Berkenaan dengan aktuator electro-hidrolik yang ditunjukkan dalam Gambar diatas, bila sinyal input listrik bertambah, maka medan maknit disekitar kumparan bertambah sehingga menggerakkan coil untuk mendekat kegaya motor dan menggerakkan flapper untuk mendekati nozzle A dan menjauhi nozzle B. Tekanan yang tidak seimbang pada bellow memutar flapper untuk mendekati nozzle D dan menjauh dari nozzle C. Aksi ini menaikkan tekanan ke bagian atas silinder dan silinder menekan piston dan batang piston
  • 54. 54 bergerak kearah bawah. Nozzle C mengijinkan fluida pada bagian bawah piston dibuang kembali kecasing. Lengan umpan balik dan pegas memberikan gerakan umpan balik piston sehingga membentuk lup tertutup agar terjadi keseimbangan gaya pada piston. Aktuator hidrolik murni bekerja dengan cara yang sama kecuali pompa (tidak memerlukan listrik) ditempatkan sedikit jauh dari actuator. Pada beberapa instalasi khusus hidrolik yang lebih besar menghasilkan tekanan sampai 2000 psi akan digunakan pada beberapa aktuator hidrolik. Pendorong hidrolik yang kedua harus selalu disediakan untuk backup. 4.4 PERAWATAN DAN KALIBRASI Perawatan Actuator Control Valve Tipe aktuator diaphragma pneumatik adalah aktuator pilihan yang digunakan hampir 90 % dari semua aplikasi control valve. Sebelum memulai beberapa pekerjaan perawatan pada aktuator , kita harus mengisolasi jalur agar aman. Lepaskan saluran sinyal udara dari aktuator dan keluarkan aktuator dari valve. Mengeluarkannya dapat dikerjakan dengan melonggarkan mur yang mengikat yoke aktuator pada valve dan melepaskan plug valve dari penghubung stem valve dengan mengendorkan sekrup pengatur pegas. Buka case diaphragma, periksa diaphragma dan seal apakah ada yang pecah, berlubang atau robek. Spring aktuator harus diperiksa untuk keregangan yang sebenarnya untuk memastikan bahwa tidak mengalami tekanan berlebihan. Ganti setiap bagian yang rusak dan pasang kembali aktuator seperti sebelum dilepas. Pastikan stem penghubung telah terpasang dengan benar pada pelat diaphragma dan juga pastikan baut pada sekeliling case diaphragma telah kencang Pastikan bahwa diaphragma dan seal penghubung telah berada pada posisi yang benar dan tidak boleh meleset keluar dari tempatnya selama memasang kembali. Langkah terakhir sebelum memasang kembali aktuator pada valve adalah mengatur regangan pegas. Periksa name plate pada aktuator untuk range operasi diaphragma yang tepat, biasanya 3 15 psi atau 20 100
  • 55. Kt rev 3 MODUL I-02 55 kPa. Regangan pegas harus disetel supaya aktuator bekerja pada range penuh sesuai dengan sinyal input yang dimasukkan yaitu range penuh. Pastikan bahwa regangan pegas di set supaya bila diberi tekanan 3 psi ada sedikit gerakan untuk mulai menggerakkan stem penghubung, kemudian pastikan stem aktuator berhenti bergerak ketika sinyal input mencapai 15 psi. Pegas mungkin memerlukan sedikit regangan untuk memberikan respons yang benar pada sinyal input. Jika aktuator telah diperiksa dan diset dengan benar maka itu dapat dipasang ke valve dan diletakkan kembali pada aplikasinya. 4.4.1 KALIBRASI CONTROL VALVE Untuk melakukan kegiatan kalibrasi, terlebih dahulu mengenal petunjuk awal tentang control valve yang tertera pada name plate. Name plate Control Valve Gambar dibawah adalah name plate yang tertempel pada control valve? Name plate tersebut tertempel pada yoke aktuator atau ada pula pada chase diaphragma. Nameplate mempunyai informasi khusus tentang valve dan actuator. Informasi penting yang tercetak pada nameplate dapat dilihat sebagai berikut:
  • 56. 56 Nomor Seri : Nomor seri berhubungan dengan nomor seri gabungan dari valve dan aktuator. Tipe : Berhubungan dengan apakah aksi valve tersebut air to open (direct) atau air to close (reverse). Tekanan diaphragma 3 sampai 15 PSI : Informasi ini berhubungan dengan range tekanan operasi diaphragma teristal. Range tekanan ini berbeda dengan range bench set. Bench Set : Karena tekanan operasi proses memakai gaya pada plug valve maka hal ini perlu bench set valve yang berbeda dengan range operasi 3 15 psi. Ketika valve diinstal maka stroke yang sebenarnya adalah 3 sampai 15 psi sinyal input. Ukuran Bodi: Ukuran bodi berhubungan dengan ukuran valvenya itu sendiri. Rating : Berhubungan dengan tekanan statis maksimum dari valve. Valve tidak bisa dioperasikan dalam proses yang mempunyai nilai yang lebih tinggi dari nilai rating ini. Travel : Berhubungan dengan stroke valve atau jarak plug yang akan bergerak dari tutup penuh atau buka penuh. Material Bodi: Material bodi berhubungan dengan tipe logam bahan bodi valve. Karakteristik Flow : Karakteristik flow berhubungan dengan tipe plug yang ada didalam valve. Karakteristik plug biasanya linier, equal percentage dan quick openeing. Material Plug : Material plug biasanya berbeda dengan material bodi valve. Informasi diatas adalah informasi penting tentang control valve. Informasi ini penting untuk menentukan apakah valvenya sesuai dengan aplikasi atau tidak. Informasi secara lengkap tentang valve dapat ditemukan pada lembaran spesifikasi ISA yang telah dilengkapi pada setiap control valve dalam lup proses. Lembaran-lembaran tersebut berisi spesifikasi operasi untuk valve dan penting untuk pemeliharaan yang benar dan prosedur reparasi.
  • 57. Kt rev 3 MODUL I-02 57 Halaman-halaman berikut adalah contoh lembaran-lembaran spesifikasi. Mereview lembaran spesifikasi agar menjadi lebih mengenal dengan informasi yang dikandung pada lembaran tersebut tentang control valve.
  • 58. 58
  • 59. Kt rev 3 MODUL I-02 59 4.4.2 Langkah Melakukan Kalibrasi Control Valve meliputi : 1. Menyiapkan alat standar · Alat standar untuk kalibrasi disiapkan sesuai dengan spesifikasi. · Metode kalibrasi disiapkan sesuai dengan SOP. · Permasalahan yang timbul dalam penyiapan peralatan dilaporkan kepada pihak terkait. 2. Menyiapkan control valve yang akan dikalibrasi · Control valve yang akan dikalibrasi disiapkan · Pengecekan control valve yang akan dikalibrasi secara visual dilakukan · Pencatatan dilakukan terhadap identitas peralatan yang akan dikalibrasi. · Permasalahan yang timbul dalam penyiapan peralatan dilaporkan kepada pihak terkait 3. Melakukan langkah kalibrasi. · Control valve yang akan dikalibrasi dipasang/ dihubungkan dengan alat standar · Langkah langkah dalam kegiatan kalibrasi dilakukan sesuai prosedur. · Pencatatan dilakukan terhadap hasil kalibrasi. 4. Melakukan evaluasi hasil kalibrasi · Analisis dilakukan untuk mengetahui penyimpangan. · Evaluasi dilakukan dari hasil antara pembacaan alat yang dikalibrasi dengan alat standar. · Hasil kalibrasi untuk proses perbaikan lebih lanjut dilaporkan kepada pihak yang lebih berwenang. 5. Mendokumentasikan kegiatan. · Kejadian dari setiap kegiatan yang perlu tindak lanjut dicatat dengan menggunakan format yang berlaku. · Tindakan penyelesaian dari setiap kegiatan dicatat dengan menggunakan format yang berlaku.
  • 60. 60 Peraturan yang harus dipatuhi dalam melaksanakan kegiatan kalibrasi control valve, supaya tidak terjadi kecelakaan kerja meliputi : 1. Undang undang tentang K3LL 2. Kebijakan / tata tertib perusahaan 3. SOP · Pelaksanaan kalibrasi a. Membuat Rangkaian Kalibrasi Control Valve seperti gambar dibawah ini PI 4-20mA Signal Regulator I/P PI Air Supply Signal Air Supply b. Bila ada Transducer I to P harus dikalibrasi tersendiri. Teknis mengkalibrasi dengan memberi power supply, lalu memberi signal input dan membandingkan dengan output-nya, bila terjadi selisih dilakukan adjusment atau mengembalikan ke-setandart-nya. c. Periksa Control Valve dan name plate sesuai Specifikasi Control Valve d. Kalibrasi Control Valve menggunakan data-data pabrik dan metode yang direkomendasikan e. Periksa posisi travel indikator dengan skala indikator pada control valve
  • 61. Kt rev 3 MODUL I-02 61 f. Dengan memberi input signal pneumatic bervariasi dengan mengatur regulator, mulai nilai 0%, 25%, 50%, 75%, 100% untuk dua kondisi naik dan turun atau menggunakan sinyal electric ke transducer ( I/P ). Bila terjadi penyimpangan lakukan adjusment sesuai spesifikasi pada data sheet. (Lihat Adjustment Control Valve di atas) g. Pastikan travel indikator sesuai langkah di atas h. Lakukan flushing dan tes hidrostatic pada pipa dimana control valve tersebut akan dipasang sebelum Control Valve diinstall. i. Selesai Test Hydrostatic, Control Valve dikeringkan dan kedua ujung flange di tutup, agar tdk terkena kotoran. j. Hasil harus sesuai spesifikasi plant dan manual dari vendor bila ada perbedaan ikuti manual vendor k. Jika ada penyimpangan atau eror dicatat dengan format berlaku dan dilaporkan ke pihak terkait. 4.4.3 ADJUSTMENT CONTROL VALVE a. Set-up Aktuator Bench Set Bench set dari suatu valve berhubungan dengan range input khusus aktuator dimana valve akan mulai bergerak pada gerakan stem penuh pada bukaan penuh menjadi tutup penuh (jika valvenya fail open) atau di mana valve mulai bergerak pada gerakan tutup penuh menjadi buka penuh (jika valvenya fail closed). Bench set aktuator dilakukan pada kondisi khusus, terutama untuk · Tidak adanya gaya dari proses kepada valve · Tidak adanya gaya dari packing kepada valve Range bench set berbeda dengan range 3 15 psi. Range bench set ditentukan oleh perhitungan aksi tekanan operasi proses pada plug valve. Pada tekanan proses yang tinggi mungkin menyebabkan suatu gaya pda valve fail closed menjadi membuka, dan dalam hal ini range bench set mungkin mulai dari 4 12 psi. Sinyal 4 12 psi adalah stroke sebenarnya pada valve dari menutup
  • 62. 62 penuh menjadi membuka penuh. Ketika valve diinstal pada proses dan tekanan proses yang beraksi pada plug kemudian sinyal yang sebenarnya adalah 3 15 psi yang diperlukan untuk menggerakkan valve. Ketika mengkalibrasi valve periksalah range input aktuator. Jika valve mempunyai nilai bench set, berarti valve harus mulai stroke atau bergerak pada nilai tekanan minimum pada nilai bench set tersebut. Jika valve tidak mempunyai nilai bench set, maka nilai minimum tekanan tersebut untuk mulai bergerak adalah 3 psi atau 20 kPa. Periksa lembaran spesifikasi atau tag valve untuk tekanan ini. Diagram poin-poin penyetelan (adjustment) terlihat pada Gambar dibawah. Menyetel regangan spring aktuator melalui spring adjuster seperti ditunjukkan pada gambar. Suplai aktuator dengan ekanan 3 psi (diasumsikan bahwa range bench set sama seperti range operasi valve). Aktuator harus mulai bergerak dengan tekanan 3 psi atau sedikit diatas 3 psi. Jika aktuator bergerak sangat cepat kemudian kencangi spring, jika bergerak tidak cukup cepat maka kendorkan spring. Ulangi prosedur diatas sampai tekanan sinyal minimum menghasilkan efek seperti yang diinginkan. Gunakan nilai sinyal range teratas yaitu 15 psi atau 100 kPa, dan periksa untuk melihat bahwa valve tepat berhenti pada titik ini. Jika spring sebenarnya telah dipasang pada valve, maka sinyal 15 psi yang digunakan pada valve tersebut, maka valve harus bergerak penuh pada range tersebut.
  • 63. Kt rev 3 MODUL I-02 63 Seting Travel Ketika sinyal input minimum (3 psi) pada valve digunakan pada aktuator valve maka plug harus terletak pada seatnya sedemikian rupa sehingga tidak adak aliran yang melewati valve tersebut. Ketika sinyal dinaikkan plug mulai membuka. Adjustment stem perlu diperlakukan seperti ini. Stem dapat dinaikkan atau diturunkan dengan mengendorkan mur pada konektor stem dan memutar stem searah dengan arah jarum jam untuk mengangkat plug tau memutar berlawanan arah jarum jam untuk menurunkan plug. Gunakan range sinyal input penuh pada valve atau 15 psi. Ukur jarak gerakan (travel) untuk melihat batas jarak gerakan (travel) plug yang diinginkan. Setelah stroke valve disetel dengan cara yang benar kemudian kencangi murnya sedemikian rupa sehingga stem valve tidak akan bekerja diluar travelnya. Tindak Lanjut Hasil Kalibrasi · Hasil kalibrasi untuk proses perbaikan lebih lanjut dilaporkan kepada pihak yang lebih berwenang. · Mendokumentasikan kegiatan · Kejadian dari setiap kegiatan yang perlu tindak lanjut dicatat dengan menggunakan format yang berlaku. · Tindakan penyelesaian dari setiap kegiatan dicatat dengan menggunakan format yang berlaku.
  • 64. 64 4.4.4 TROUBLE SHOOTING Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan control valve tidak berfungsi dan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. Usaha untuk mengatasi trouble kita menggunakan table failure mode effect analysis ( FMEA ) sebagai berikut : N0 Nama Komponen Fungsi Penyebab kegagalan Dampak Solusi I Actuator Input supply/ Sebagai Bocor, tersumbat, Cv tidak berfungsi - Periksa & lakukan perbaikan konektor input penghubung dng baik - Bersihkan masuknya signal Top cover / casing Sebagai ruang Kemasukan air Cv tidak berfungsi - lakukan venting pada AIS diaphragm kompresi dng baik - Perbaiki system AIS Diapragma Sebagai tranducer bocor Cv tidak berfungsi - Ganti baru dng baik - Membuat lapisan penahan kebocoran Spring melemah Etc dng baik II Bonnet Packing bonnet Scale / kotor pada
  • 65. Kt rev 3 MODUL I-02 65 area packing bonnet Stem connector kendor Stem plug Etc III Bodi plug & seat Buka tutup aliran Scale / kotor pada Terjadi kebocoran Bodi valve dibongkar dan plug atau seat dibersihkan Etc
  • 66. 66 BAB V SISTEM PENGENDALIAN 5.1. PRINSIP-PRINSIP PENGENDALIAN PROSES. Pada pengendalian manual operasi yang dilakukan oleh operator adalah, pertama operator mengamati penunjukkan temperatur, kemudian mengevaluasi apakah temperatur yang ada sudah sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila tidak sama dengan yang dikehendaki, maka operator harus dapat memperkirakan seberapa banya valve tersebut harus ditambah atau dikurangi bukaannya. Kemudian operator harus benar-benar mengubah bukaan valve sesuai dengan yang diperkirakan tadi. Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dalan mengendalikan proses seorang operator mengerjakan empat langkah kegiatan, yaitu : Mengukur à Membandingkan à Menghitung à Mengoreksi Pada waktu operator mengamati suhu sebenarnya yang dia kerjakan adalah mengukur variabel proses (Process Variable = PV), kemudian membandingkan variabel proses dengan variabel proses yang diinginkan (Set value = SV). Perbedaan antara variabel proses dengan set value disebut sebagai error, oleh karena itu error dapat dituliskan sebagai : Error = Set Value (SV) Variable Process (PV) atau = Variable Process (PV) Set Value (SV) Berdasarkan besarnya error, operator kan menentukan arah perubahan dari bukaan valve (menambah atau mengurangi) dan seberapa besar koreksi yang diperlukan pada valve. Pada proses ini sebenarnya operator menghitung untuk menentukan pengaturan valve. Setelah proses penghitungan operator mengoreksi dengan
  • 67. 67 mengatur bukaan valve. Hal ini juga berlaku pada suatu pengendalian otomatis, hanya saja pada pengendalian otomatis semua pengaturan dilakukan oleh alat-alat instrumentasi. Jadi pada pengaturan otomatis manusia hanya melakukan pengaturan terhasap set value (SV) dan untuk yang lainnya dilakukan oleh instrumentasi tersebut. 5.2. METODEL PENGENDALIAN PROSES Metodel pengendalian proses dibagi dua macam, yaitu : - Pengendalian oleh manusia (manual control) - Pengendalian otomatis (automatic control) a. Pengendalian oleh manusia (manual control) Pada pengendalian secara manual memanfaatkan ketelitian dari operator untuk mengendalikan suatu besaran proses. Jika harga proses tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh operator, maka operator tersebut akan melakukan adjustemet sebagai koreksi terhadap besaran proses tersebut sampai proses berjalan stabil dan hal ini dilakukan berulang-ulang selama kondisi proses tidak sesuai dengan yang dikehendali oleh operator. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1.berikut ini. Gambar 2.1. Manual Control
  • 68. 68 Pada gambar di atas terlihat bahwa seorang operator sedang mengamati variabel temperatur pada sebuah dapur (furnace), apabila hasil penunjukan pada temperatur indikator (temperature gauge) lebih besar dari temperatur yang dikehendaki oleh operator, maka operator tersebut akan menambah jumlah aliran dengan menambah bukaan valve, begitu juga sebaliknya apabila hasil pembacaan pada temperatur gauge lebih kecil dari temperatur yang dikehendaki maka operator akan mengurangi jumlah aliran dengan jalan mengecilkan bukaan valve. Dilihat dari segi ekonomis, pengendalian secara manual tentu lebih murah dibandingkan dengan pengendalian secara otomatis karena instrumen yang dibutuhkan lebih sederhana. b. Pengendalian otomatis (automatic control) Pada prinsipnya pengendalian otomatis sama dengan pengendalian manual. Pada pengendalian otomatis, peranan dari operator digantikan oleh suatu alat yang disebut pengendali (controller). Jadi yang bertugas menambah dan mengurangi bukaan valve tidak lagi dikerjakan oleh operator tetapi atas perintah controller, operator hanya bertugas memberikan harga ke controller (set value / set point = SV / SP). Oleh karena itu pengendalian otomatis pada valve harus dilengkapi dengan actuator sehingga unit valve tersebut disebut dengan control valve. Sehingga apabila terjadi ketidak sesuai harga yang diberikan operator terhadap controller (SV), maka atas perintah controller akan membuka atau menutup sesuai dengan kondisi operasi yang sedang berjalan (process variable = PV). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2. berikut.
  • 69. 69 Gambar 2.2. Pengendalian otomatis 5.3 DIAGRAM KOTAK (BLOCK DIAGRAM) Diagram kotak adalah merupakan alat bantu untuk mempermudah di dalam mempelajari suatu sistem pengendaian. Ada dua macam diagram kotak yang biasa dipakai, yaitu diagram kotak simbolis dan diagram kotak matematis. Pada diagram kotak tersebut, masing-masing elemen yang terdapat pada sistem pengendalian diwakili oleh sebuah kotak. Pada diagram kotak simbolis, setiap kotak dibubuhi nama atau symbol-simbol. Pada diagram kotak matematis, setiap kotak dibubuhi fungsi matematik yang merupakan hubungan input dan outpun elemen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram kotak berikut ini. Pemakaian panas (di pabrik) LOAD Posisi bukaan Aliran bahan (Opening) bakar masuk VALVE FURNACE - (PROSES) Temperatur + Gambar 2.3. Diagram kotak proses di furnace
  • 70. 70 5.4. TERMINOLOGI : Variabel proses atau variabel yang dikontrol adalah variabel dimana nilainya harus dipertahankan pada nilai yang presisi. Sebagai contoh, mungkin kita dapat memanipulasi aliran cairan kedalam tangki untuk mengatur level yang ada didalam tangki. Level yang ada didalam tangki adalah variabel yang kita kontrol (variabel kontrol) atau variabel proses. Variabel proses adalah variabel dimana nilai yang kita ukur dengan transmiter dan mengirimkannya ke kontroler agar dipantau dan pertahankannya. Ada empat variabel proses yang umum yaitu : temperatur, tekanan, flow dan level. Ada satu proses dimana variabel yang dikontrol sama dengan variabel yang dimanipulasi yaitu proses flow. 5.4.1 Variabel Suplai Variabel suplai pada proses ialah veriabel dimana nilainya dikendalikan oleh final control element. Didalam semua hal tersebut variabel suplai adalah faktor dominan dalam menentukan nilai variabel yang dikontrol atau variabel proses, meskipun tidak hanya variabel itu saja. Variabel ini sering disebut manipulated variable. Hal ini berarti bahwa adalah variabel dimana nilainya diatur oleh final control element. 5.4.2 Beban Proses Beban proses adalah variabel, yang cenderung merusak nilai proses. Sebagai contoh, kita asumsikan bahwa kita mempunyai proses level dimana kita memanipulasikan aliran kedalam tangki. Cairan yang mengalir keluar dari tangki mempunyai kecepatan tertentu. Air yang mengalir keluar dari tangki adalah beban proses.
  • 71. 71 Suatu perubahan pada cairan yang mengalir keluar adalah mengganggu proses. Lup pengontrolan diimplementasikan untuk menghilangkan pengaruh gangguan pada proses tersebut. Proses thermal dioperasikan dengan menyuplai uap ke heat exchanger. Aliran uap adalah manipulated variable. Temperatur produk aliran yang keluar dari heat exchanger adalah variabel yang dikontrol (variabel control) atau variabel proses. Beban pada proses adalah sejumlah panas yang hilang ke udara luar dari heat exchanger, atau nilai panas (enthalphy) dari uap, atau temperatur produk yang dipanaskan didalam heat exchanger. Suatu perubahan nilai beban adalah gangguan terhadap lup. Gambar 2.4. Heat Exchanger Sederhana 5.4.3 Set Point Set Point adalah istilah nilai yang kita inginkan pada variabel yang dikontrol untuk dipertahankan. Sebagai contoh proses level pada Gambar 2.5. Pada gambar menunjukkan tinggi tangki terbuka 10 ft. Span pengukuran 8 ft (1 ft off dari bagian bawah tangki dan 1 ft off dari bagian atas tangki).
  • 72. 72 Set point pada kontroler dapat dalam satuan engineering ft atau persen dari span. Set point adalah 4 ft akan mempertahankan level 5 ft cairan yang ada didalam tangki. Set point 50% juga akan mempertahankan 5 ft cairan didalam tangki. Gambar 2.5. Proses Level Sederhana Adalah penting bahwa tidak semua kontroler dapat mendisplaikan dan menggunakan set point dalam skala satuan engineering. Kontroler elektronik analog dan pneumatik menggunakan set point dalam skala persen. Hanya beberapa kontroler digital yang menggunakan set point dalam satuan engineering. Operator harus tahu span variabel yang dikontrol jika ia perlu tahu nilai engineering nyata dari set point dan juga proses variabel. Dalam suatu hal, nilai set point atau nilai yang diinginkan proses pada lup kontrol dirancang untuk dipertahankan.
  • 73. 73 5.4.4 Transmiter Transmtter adalah merupakan instrument yang merubah besaran yang dihasilkan oleh sensing element (sensor) menjadi suatu sinyal standar agar dapat dimengerti oleh instrument lainnya (controller, recorder). 5.4.5 Controller Controller adalah instrument yang fungsinya membandingkan process variable yang sedang berjalan terhadap set variable dan hasilnya digunakan sebagai dasar perhitungan control output yang bersarnya berdasarkan aksi dan mode pengontrolnya, sinyal control output digunakan sebagai dasar koreksi atas deviasi yang diterimanya. Aksi controller adalah : · Direct action, artinya adalah apabila terdvapat kenaikan input (PV) melebihi set variable (SV), maka output controller (mv) akan naik. · Reverse action, artinya adalah apabila terdvapat kenaikan input (PV) melebihi set variable (SV), maka output controller (mv) akan turun. Sedangkan mode kontroler adalah : · Proportional (P) Control · Proportional + Integral (PI) Control · Proportional + Integral + Derivative (PID) Control Sinyal control output (mv) digunakan sebagai penggerak final control element (Control Valve). 5.4.6 Final Control Element Final control element adalah element akhir dari suatu system pengendalian yang fungsinya mengkoreksi perbedaan antara process
  • 74. 74 variable (PV) terhadap set variable (SV) berupa gerakan naik-turun (buka-tutup) valve sesuai sinyal yang diterimanya dari kontroler. Ditinjau dari gerakan valve-nya, aksi control valve terdiri dari : · Air To Open (ATO), yaitu apabila control valve menerima sinyal dari controller sebesar 3 15 psi gerakannya akan mengakibatkan bertambahnya aliran yang melewatinya. · Air To Closed (ATC), yaitu apabila control valve menerima sinyal dari controller sebesar 3 15 psi gerakannya akan mengakibatkan berkurangnya aliran yang melewatinya. 5.4.7 Proses Adalah merupakan variabel yang dikendalikan dalam suatu system pengendalian. Ada empat variabel proses yang biasa dikendalikan di dalam suatu system pengendalian diantaranya adalah berupa tekanan (Pressure), temperature (Temperature), laju aliran (Flow) dan tinggi permukaan fluida (Level). 5.5 ELEMEN-ELEMEN SISTEM PENGENDALIAN Dalam suatu sistem kontrol sekurang kurangnya terdapat 5 macam elemen utama yang membentuk system kontrol yaitu : 1. Sensing element (Sensor), adalah elemen yang pertama kali merasakan adanya variable proses dan kemudian merubahnya ke dalam bentuk gerakan mekanik atau sinyal electric yang sesuai dengan besarnya varibel yang dideteksinya. 2. Proses, adalah sebutan variabel proses yang dikontrol/ dikendalikan. 3. Transmitter, berfungsi untuk merubah nilai variabel proses yang dirasakan oleh sensor menjadi bentuk signal standard dan ditransmisikan ke dalam instrument lainnya (controller, recorder) yang besarnya tergantung dari jenis transmitter-nya
  • 75. 75 yaitu 4-20 mA atau 1-5 Vdc (untuk transmitter elektrik) atau 3-15 psi (untuk transmitter pneumatic) 4. Elemen Pengatur (Controller), adalah elemen pengatur memanfaatkan signal error yang dihasilkan untuk kemudian digunakan sebagai dasar untuk memberikan memberikan perintah perbaikan yang akan dilakukan oleh elemen pengontrol akhir (final control element). 5. Elemen Kontrol Akhir (Final Control Element), dapat berupa control valve, motor, pompa yang menerima dan melaksanakan signal instruksi yang diberikan oleh controller untuk mempertahankan nilai variabel proses pada nilai setpoint-nya. Kelima macam elemen tersebut dapat dihubungkan satu sama lain baik secara hubungan terbuka (open loop) maupun tertutup (closed loop). Istilah open loop dan closed loop akan mempermudah kita dalam memahami sistem kontrol manual dan otomatis. Gambar 2.9. Elemen pengendalian level
  • 76. 76 Pada gambar di atas tampak bahwa di dalam pengendalian level terdiri dari elemen-elemen pengendalian, yaitu : FT : adalah merupakan singkatan dari Flow Transmitter, yang di dalamnya terdapat sensor (diaphragma) yang mendeteksi perbedaan tekanan (differential pressure) antara high level dengan low level dan hasilnya berupa keluaran sinyal standar yang sesuai dengan beda tekanan yang dirasakannya. LIC : adalah merupakan singkatan dari Level Indicator Control. LV : adalah merupakan singkatan dari Level Valve yang berupa final control element (control valve) dengan aksi reverse. Gambar 2.10. Elemen-elemen sistem pengendalian aliran Untuk melihat letak masing-masing elemen pengendalian digunakan diagram kotak, pada gambar 2.11. ditampilkan diagram kotak sistem pengendalian secara otomatis. Di dalam diagram kotak sistem
  • 77. 77 pengendalian otomatis terdapat elemen proses, elemen pengukuran (sensing elemen dan transmitter), elemen controller (control unit) dan final contol elemen (control valve). 5.6 CONTROL LOOP Apabila dilihat dari bentuk Control loop dibagi dalam dua kategori, yaitu: open dan closed loop. Perbedaan utama antara kedua contol loop adalah adanya proses koreksi (feedback) pada tipe closed loop, sedangkan pada open loop tidak terdapat proses koreksi tersebut, sehingga tidak ada mekanisme yang menghubungkan produk yang terjadi dengan input yang dikehendaki. 5.6.1 PENGENDALIAN LOOP TERBUKA (OPEN LOOP CONTROL SYSTEM) Sistem pengendalian loop terbuka (open loop control system), atau sering juga disebut sebagai sistem pengendalian umpan balik maju (feed forward control) adalah sistem pengendalian yang keluarannya tidak akan dapat mempengaruhi aksi dari pengendaliannya. Jadi pada sistem pengendalian loop terbuka keluarannya tidak diukur atau diumpan balikkan untuk dibandingkan dengan masukannya dan sistem tersebut biasanya bekerja pada manual control. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.11. berikut ini. Gambar 2.11. Sistem pengendalian loop terbuka
  • 78. 78 5.6.2 PENGENDALIAN LOOP TERTUTUP Sistem pengendalian loop tertutup atau sering juga disebut sebagai sistem pengendalian umpan balik (feed back control) adalah merupakan sistem pengendalian yang sinyal keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengendaliannya. Pada sistem pengendalian loop tertutup ini terdapat signal kesalahan penggerak, yang merupakan selisih antara signal masukan dan signal umpan balik (yang berupa signal keluaran dari proses yang dikendalikan) yang diumpan balikkan ke arah masukan untuk memperkecil kesalahan dan membuat harga keluaran akan mendekati dengan harga yang diinginkan. Atau dengan kata lain, pada aksi umpan balik digunakan untuk memperkecil kesalahan sistem dan sistem tersebut biasanya bekerja pada automatic control. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini. Gambar 3.2. Sistem pengendalian loop tertutup Metoda pengendalian tertutup (close loop control) antara lain adalah: 1. Feed back control system 2. Feed forward control system 3. Cascade control system
  • 79. 79 Feed Back Control System Feedback control termasuk kategori single loop control. Feedback loop mengirimkan hasil pengukuran ke controller untuk dibandingkan dengan nilai setpoint. Jika proses variabel tidak sama dengan setpoint, controller akan bereaksi untuk menyamakannya. Feedback control paling banyak dipakai di industri. Keuntungan utamanya adalah dapat mengontrol semua proses secara langsung. Kekurangannya adalah error harus terjadi sebelum dapat dikoreksi. Berikut adalah aplikasi feedback control: 1. Pressure control loop Pressure control loop bereaksi berdasarkan kecepatan. Loop dapat merespon perubahan dari beban (load) atau mengontrol aksi secara cepat atau lambat. Kecepatan pengontrolan ini ditentukan oleh volume dari proses fluid. Contohnya pada sebuah sistem penyimpanan gas yang besar (gas storage facilities) pergerakan controller cenderung lebih lambat dibandingkan dengan sistem yang bervolume kecil. Gambar 3.3. Pressure control loop
  • 80. 80 2. Flow control loop Secara umum flow control loop dikenal sebagai fast loop yang merespon perubahan dengan segera. Oleh karena itu flow control equipment harus mempunyai sampling dan response time yang cepat. Gambar 3.4. Flow control loop Flow control cenderung sensitif sehingga menimbulkan fluktuasi atau noise pada sinyal control. Untuk mengkompensasi noise, sebagian besar flow transmitter memiliki pengaturan damping yang berfungsi untuk mem-filter noise. Karena temperatur dari proses fluida mempengaruhi density, pengukuran temperatur juga disertakan dalam pengukuran flow, dan kompensasi temperatur ini di masukkan dalam kalkulasi flow. 3. Level control loop Perubahan kecepatan aliran liquida pada level control loop umumnya disebabkan oleh ukuran dan bentuk proses vessel (tangki). Contohnya: tangki yang besar akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk diisi dibandingkan tangki kecil.
  • 81. 81 Faktor lain adalah flow rate input dan outflow. Tank overflow kadangkala menjadi masalah yang harus dihindari sehingga digunakan redundant control system. Gambar 3.5. Level control loop 4. Temperature control loop Karena membutuhkan waktu untuk mengubah temperatur fluida proses, temperature loop umumnya lambat. Control strategi feedforward sering dipakai untuk menaikkan kecepatan respon temperature control loop. Final control element pada temperature control loop biasanya fuel valve menuju sebuah burner atau steam valve untuk aplikasi heat exchanger. Adakalanya fluida yang lebih dingin (air dingin) dicampurkan ke proses (mix) untuk mengontrol temperatur.