1. Kelompok 9
Gita Elisia Ramadhani
Herdinan Said Al-fath
Shintia Bella
Wahyu Wijiati
KIMIA ORGANIK
SUBBAB
1. GUGUS FUNGSI DAN TATA NAMA KIMIA ORGANIK
2. HIDROKARBON ALISIKLIK DAN AROMATIK
3. REAKSI-REAKSI SENYAWA HIDROKARBON
2. Gugus Fungsi Dan Tata Nama Kimia Organik
Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok gugus
khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik
reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama
memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip. Gugus fungsi berperan
1. Dalam nomenklatur senyawa organik;
2. Menggabungkan nama-nama kelompok fungsional dengan nama-nama
alkana induk menyediakan cara untuk membedakan senyawa.
3. Mengacu pada atom tertentu yang terikat dalam susunan tertentu yang
memberikan sifat fisik dan kimia tertentu senyawa.
4. Gugus fungsi yang sama akan berperilaku dengan cara yang sama (misalnya,
mengalami reaksi yang sama) terlepas dari senyawa yang menjadi bagiannya.
5. Mengarahkan dan mengendalikan reaksi organik
3. Atom-atom dari gugus fungsional yang dihubungkan bersama dan dengan senyawa lainnya
dengan ikatan kovalen.
Rantai alkil sering reaktif, dan arah reaksi spesifik sulit; rantai alkil tidak jenuh dengan
kehadiran gugus fungsional memungkinkan untuk reaktivitas tinggi dan spesifisitas.
Fungsionalisasi mengacu pada penambahan kelompok fungsional untuk suatu senyawa
dengan sintesis kimia. Melalui metode sintesis rutin, setiap jenis senyawa organik dapat
menempel ke permukaan. Dalam ilmu material, fungsionalisasi digunakan untuk mencapai
sifat permukaan yang diinginkan; kelompok fungsional juga dapat digunakan untuk
menghubungkan molekul kovalen fungsional pada permukaan perangkat kimia.
5. Tata nama kimia organik
Tatanama organik atau lengkapnya tatanama IUPAC untuk kimia
organik adalah suatu cara sistematik untuk memberi nama senyawa
organik yang direkomendasikan oleh International Union of Pure and
Applied Chemistry (IUPAC). Idealnya, setiap senyawa organik harus
memiliki nama yang dari sana dapat digambarkan suatu formula
struktural dengan jelas.
Tata nama ini menyangkut :
1. Alkana
2. Aklena
3. Alkuna
4. Gugus fungsi
6. Prinsip Dasar
Tatanama IUPAC menggunakan sejumlah awalan, akhiran, dan sisipan
untuk mendeskripsikan jenis dan posisi gugus fungsi pada suatu senyawa.
Pada kebanyakan senyawa, penamaan dapat dimulai dengan menentukan
rantai hidrokarbon Ingold Prelog jika ambiguitas masih saja ada pada
struktur rantai hidrokarbon induk. Nama dari rantai induk dimodifikasi
dengan akhiran gugus fungsi yang memiliki prioritas tertinggi, sedangkan
gugus fungsi sisanya diindikasikan dengan awalan yang dinomori dan
disusun secara alfabetis.
8. Alkohol (R-OH) dinamakan dengan menghilangkan huruf paling akhir "a" dari alkana dan dipasangkan
dengan akhiran "-ol" dengan imbuhan angka yang mengindikasikan posisi ikatan gugus alkohol:
CH3CH2CH2OH dinamakan 1-propanol.
Gugus fungsi Halogen diawali dengan kata-kata fluoro-, kloro-, bromo-, iodo-, dll., tergantung dari
halogennya. Gugus yang lebih dari satu dinamai dikloro-, trikloro-, etc., dan gugus yang berbeda
dinamai sesuai urutan alfabet. Contohnya, CHCl3 (kloroform) adalah triklorometana. Anestetik
Halotana (CF3CHBrCl) adalah 2-bromo-2-kloro-1,1,1-trifluoroetana.
keton (R-CO-R) adalah berakhiran "-on" dengan sisipan di tengah adalah nomor posisi:
CH3CH2CH2COCH3 disebut 2-pentanon. Jika terdapat imbuhan gugus fungsi lainnya yang
berprioritas lebih tinggi, maka awalan "okso-" yang digunakan: CH3CH2CH2COCH2CHO
disebut 3-oksoheksanal
Aldehida (R-CHO) mempunyai akhiran "-al". Jika terdapat gugus fungsi lainnya, maka karbon aldehida
pada rantai tersebut berada pada posisi "1", kecuali terdapat gugus fungsi lainnya yang berprioritas
lebih tinggi. Jika dibutuhkan awalan bentuk, maka imbuhan "okso-" digunakan (sama seperti keton),
dengan nomor posisi mengindikasikan akhir rantai: CHOCH2COOH disebut asam 3-oksopropanoat
9. Eter (R-O-R) terdiri dari sebuah atom oksigen yang berada di antara 2 rantai karbon
yang menyambung. Rantai yang lebih pendek di antara 2 rantai karbon itu menjadi awal
nama dengan sufiks "-ana" menjadi "-oksi". Rantai alkana yang lebih panjang menjadi
akhir nama eter tersebut. Sehingga CH3OCH3 disebut metoksimetana, dan CH3OCH2CH3
disebut metoksietana (bukan etoksimetana)
Ester (R-CO-O-R') adalah nama turunan alkil dari asam karboksilat. Gugus alkil (R')
disebut pertama kali. Bagian R-CO-O kemudian dinamai dengan kata terpisah sesuai
dengan nama asam karboksilatnya, dengan nama terakhirnya berakhiran dengan -oat.
Contohnya, CH3CH2CH2CH2COOCH3 disebut metil pentanoat, dan
(CH3)2CHCH2CH2COOCH2CH3 disebut etil 4-metil pentanoat
Amina (R-NH2) adalah gugus fungsi yang namanya diambil dari rantai alkana yang
mendapatkan imbuhan "-amina" (contoh: CH3NH2 Metil amina). Jika dibutuhkan, maka
posisi berikatan juga diberi imbuhan: CH3CH2CH2NH2 1-propanamina, CH3CHNH2CH3
2-propanamina. Imbuhan di depan adalah "amino-".
Amida (R-CO-NH2) diberi tambahan kata "-amida", atau "-karboksamida" jika karbon di
dalam gugug amida tidak termasuk dalam rantai utama. Imbuhan kata di depan
biasanya diberi kata "karbamol-" dan "amido-"
10. Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah golongan senyawa karbon yang paling sederhana. Hidrokarbon
hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H).
Senyawa hidrokarbon dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu :
1. Senyawa hidrokarbon alifatik,yaitu senyawa hidrokarbon yang mempunyai rantai lurus
(terbuka) dan atau bercabang. Berdasarkan ikatan yang terdapat dalam rantai
karbonnya,senyawa hidrokarbon alifatik dapat dibagi atas dua jenis ,yaitu :
1. Hidrokarbon jenuh ,yaitu pada rantai karbonnya semua berikatan tunggal
Hidrokarbon jenis ini disebut alkana.
2. Hidrokarbon tak jenuh ,yaitu pada rantai karbonnya terdapat ikatan rangkap
dua atau tiga. Hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap dua disebut
alkena,sedangkan hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga disebut
alkuna.
2. Senyawa hidrokarbon siklik,yaitu senyawa hidrokarbon yang mempunyai struktur
cincin (melingkar). Senyawa ini dibagi menjadi dua jenis,yaitu :
1. Hidrokarbon alisiklik,yaitu pada struktur cincinnya semua berikatan tunggal.
11.
12. Hidrokarbon Alisiklik
Senyawa alisiklik yaitu senyawa karbon alifatik yang membentuk rantai
tertutup.
Hidrokarbon jenis ini termasuk dalam hidrokarbon siklis, yaitu jenis
hidrokarbon dengan rantai karbon tertutup / melingkar/ cincin. Nama
“alisiklik” menyatakan adanya rantai lingkar (siklik). Hidrokarbon alisiklik
hanya mempunyai ikatan tunggal. Sifat hidrokarbon alisiklik mirip dengan
hidrokarbon alifatik
14. Hidrokarbon Aromatik
Senyawa aromatik yaitu senyawa karbon yang terdiri dari 6 atom C yang
membentuk rantai benzena.
Hidrokarbon aromatik adalah kelas bahan kimia yang ditandai dengan
memiliki struktur molekul yang disebut cincin benzena.
Benzena adalah senyawa induk dari keluarga besar senyawa organik yang dikenal
sebagai senyawa aromatik. Benzena hanya berisi enam atom hidrogen,
memberikan kesan bahwa cincin itu adalah tak jenuh dan setiap atom karbon
berpartisipasi dalam satu ikatan rangkap. Dua struktur yang berbeda dengan
ikatan tunggal dan ganda sekitar cincin dapat ditulis kembali untuk benzena.
Sebuah cincin benzena adalah struktur molekul yang dibuat ketika enam atom
karbon terhubung satu sama lain dalam sebuah cincin terkait. Ketika cincin
benzena berhubungan, mereka dapat membentuk berbagai zat, termasuk apa
yang disebut hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH), atau hidrokarbon
poliaromatik.
16. Reaksi-Reaksi Senyawa Hidrokarbon
1. Reaksi subtitusi, atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul
digantikan oleh atom atau gugus atom yang lain. sebagai contoh :
2. Reaksi adisi, adalah reaksi pemutusan ikatan rangkap
Pada prinsipnya dalam reaksi ini terjadi pemutusan ikatan rangkap dan ikatan yang
terputus digantikan dengan mengikat atom atau gugus atom lain. dalam contoh di atas
ikatan rangkap dua mengalami pemutusan kemudian digantikan dengan mengikat -H
dan -Cl dari HCl. cara pemilihan letak ikatan -H dan -Cl menggunakan aturan
Markovnikov yakni "atom H akan terikat pada atom karbon yang lebih banyak H nya".
pada contoh di atas atom C di sebelah kiri ikatan rangkap tidak mengikat H sedangkan
atom C di sebelah kanan ikatan rangkap mengikat 1 atom H sehingga atom H dari HCl
akan diikat oleh atom C di sebelah kanan ikatan rangkap dan Cl dari HCl akan diikat
oleh aotm C di sebelah kirinya. aturan ini juga berlaku untuk reaksi adisi dengan
17. 3. Reaksi Eliminasi, adalah reaksi pembentukan ikatan rangkap. reaksi
ini merupakan reaksi kebalikan dari reaksi adisi.
18. Untuk membedakan ketiga jenis reaski di atas dapat dilakukan dengan
melihat ciri2nya yang dengan mudah akan teramati :
Pada reaksi subtitusi ruas kanan dan ruas kiri tidak terdapat ikatan
rangkap atau bila di ruas kiri ada ikatan rangkap maka ruas sebelah kanan
masih ada ikatan rangkap tersebut.
sedangkan pada reaksi adisi mempunyai ciri ruas sebelah kanan (sebelum
reaksi) terdapat ikatan rangkap sedangkan di ruas sebelah kiri (setelah
reaksi) ikatan rangkap tersebut hilang atau berkurang dari rangkap 3
menjadi rangkap 2.
kemudian pada reaksi eliminasi mempunyai ciri2 kebalikan dari reaksi
adisi, yakni di ruas sebelah kiri tidak ada ikatan rangkap kemudian di ruas
sebelah kanan menjadi ada ikatan rangkapnya.