MENINGKATKAN AKTIFITAS UNTUK HASIL BELAJAR INDIVIDU PADA MATERI POKOK UKURAN PEMUSATAN SUATU DATA YANG DISAJIKAN DENGAN DIANGRAM MELALUI PEMBELAJARAN TEKNIS SISTEM TAMU
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PTK - Satra Hamzah
1. MENINGKATKAN AKTIFITAS UNTUK HASIL BELAJAR INDIVIDU PADA MATERI
POKOK UKURAN PEMUSATAN SUATU DATA YANG DISAJIKAN DENGAN
DIANGRAM MELALUI PEMBELAJARAN TEKNIS SISTEM TAMU
SatraHamzah
Guru Matematika SMKNegeri 4 Kota Gorontalo
dra.satrahamzah@gmail.com
ABSTRAC
Peran guru sebagai perencana dan pelaksana pembelajaran harus bisa memposisikan siswa
sebagai subjek dan objek pembelajaran. Usaha ini harus dilakukan untuk memberi kesempatan
maksimal kepada setiap siswa untuk aktif dalam belajar. Untuk menciptakan suasana
pembelajaran aktif dapat dilakukan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Berbagai
meodel pembelajaran matematika telah dikembangkan untuk maksud di atas, salah satu dari
model pembelajaran itu adalah model pembelajaran kelompok atau Cooperative Learning.
Gejala yang ditemukan bahwa akitivitas siswa pada pembelajaran kooperatif dalam mata
pelajaran matematika masih tetap didominasi oleh siswa pintar atau siswa yang berani
mengeluarkan pendapat. Sehingga siswa yang pintar semakin pintar dan siswa yang memiliki
kemampuan rendah tidak bisa menyesuaikan dengan siswa yang pintar. Kondisi ini
ditanggulangi dengan implementasi pembelajaran sedemikian sehingga siswa menunjukkan
intesitas aktifitas belajar yang baik, maka akan berimbas kepada peningkatan hasil belajarnya.
Implementasi pembelajaran kooperatif pada pembelajaran matematika yang dimaksud adalah
teknik sistem tamu. Teknik sistem tamu memiliki karakteristik yang dapat meningkatkan
intesitas aktifitas belajar siswa, karena teknik ini menuntut peran aktif siswa dalam menerima,
mengkaji untuk menguasai dan mengkomunikasikan kembali informasi.
Kata Kunci : Aktivitas individu, Hasil Belajar, Teknik Sistem Tamu
PENDAHULUAN
Fakta yang sering ditemukan di dalam pembelajaran matematika bahwa siswa lebih
bermasalah dalam menentukan ukuran pemusatan jika data-data tersebut disajikan dalam
diagram, seperti berikit.Kondisi pembelajaran matematika yang diharapkan terjadi adalah
pembelajaran aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan. Sebagian besar guru matematika masih
mengakui bahwa dalam pembelajaran matematika, aktivitas belajar senantiasa didominasi oleh
siswa yang memiliki kemampuan akademik yang lebih tinggi. Tetapi ada pula ditemukan bahwa
kadang-kadang siswa yang memiliki akademik lebih tinggi tetapi tidak menunjukkan aktivitas
belajar yang lebih dibandingkan dengan siswa lain. Apalagi siswa dengan kemampuan akademik
yang berada pada tingkat rata-rata atau di bahwa rata-rata hampir dipastikan kreativitas belajar
mereka belajar di dalam kelas juga relatif rendah.
2. Kondisi pembelajaran matematika yang diharapkan terjadi adalah pembelajaran aktif,
efektif, kreatif dan menyenangkan. Empat kondisi ini sangat diharapkan baik oleh guru maupun
oleh siswa. Akan tetapi fakta yang ditemukan belum seperti ini, oleh sebab itu beberapa
pertanyaan yang bisa diajukan adalah:
a. Guru harus melakukan apa dalam pembelajaran matematika untuk dapat mengaktifkan setiap
siswa secara maksimal?
b. Strategi pembelajaran matematika seperti apa yang harus direncanakan agar intensitas
aktivitas belajar siswa dalam kelompok dapat memberi kontribusi kepada hasi belajar secara
individu dalam pembelajaran ukuran pemusatan yangdisajikan dalam diagram ?.
c. Bagaimana melaksanakan pembelajaran ukuran pemusatan atau tendensi sentral jika data
disajikan dalam bentuk diagram sedemikian sehingga siswa meningkat intensitas aktivitas
belajarnya.
Orientasi Pembelajaran Kooperatif Teknik Sistem Tamu Dalam Pembelajaran Ukuran
Pemusatan
Membisakan pembelajaran yang terpusat pada siswa merupakan salah satu usaha untuk
menyahuti pergeseran paradigma pembelajaran dari pembelajaran tepusat pada guru kepada
paradigma pembelajaran terpusat pada siswa. Inovasi dalam strategi pembelajaran merupakan
hal harus dilakukan guru untuk maksud tersebut. Guru matematika sebagai perencana dan
pelaksana pembelajaran perlu menetapkan kegiatan inovatif untuk pembelajaran matematika
berdasarkan pokok-pokok pemikiran sebagai berikut:
1) Menciptakan Kondisi Pembelajaran dengan Pengetahuan dan pengalaman bermakna.
Aktivitas belajar kelompok di dalam kelas harus dikondisikan untuk dapat memberi
pengaruh kepada aktivias seluruh siswa pada kelompok dan seluruh siswa di dalam kelas.
Kontribusi aktivatas kelompok tersebut dilakukan untuk memberi hasil belajar siswa pada
matematika sebagai pengetahuan yang ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa.
2) Menciptakan Kondisi Pembelajaran Untuk siswamembangunpengetahuan secara aktif.
Halpokok yang harusdisadaridalampembelajaranadalahbahwabelajaradalah statu kegiatan
yang dilakukansiswa, bukansesuatu yang dilakukanterhadapsiswa. Siswa menggunakan
panca inderanya untuk mengamati, menanya, mengolah informasi, menalar dan
mengkomunikasikan hasil belajarnya. Oleh sebab itu Anderson & Armbruster (dalam Anita
Lie, 4:2004) mengemukakan bahwa penyusunan pengetahuan yang terus-menerus
menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif.
3. 3) Menciptakan Kondisi Pembelajaran Untuk Mengembangkan Kompetensi Siswa
Di dalam diri siswa tersimpan sejumlah poensi yang dapat dikembangkan melalui
pembejaran matematik. Potensi itu dapat dikembangakn dengan memberi peran aktif secara
kelompok atau secara perorangan. Pemberian kesempatan belajar itu memberikan penekanan
kepada siswa melakukan proses dari pada hasil. Hal ini sejalan dengan paradigma bahwa
setiap siswa memiliki kompetensi yang dapat dikembangkan melalui proses belajar.
4) Menciptakan Kondisi Pembelajaran Untuk Iklim Interaksi Multi Arah
Kegiatan pembelajaran matematika merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya
interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun interaksi pribadi. Belajar
merupakan suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing
siswa berinteraksi dengan yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan secara
bersama-sama,
Empat pokok pikiran di atas mengaharuskan suasana pembelajaran matematika perlu
direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini siswa akan membentuk komunitas yang
memungkinkan mereka untuk menciptakan proses belajar yang saling menguntungkan sehingga
berpengaruh kepada peningkatan hasil belajar siswa. Dalam suatu kajiannya Anita Lie (2004:7)
menyebutkan bahwa suasana belajar kooperatif mengahasilkan prestasi yang lebih tinggi,
hubungan positif, dan penyesuain psikologi yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh
dengan kompetisi.
Implementasi Cooperatif LearningTeknik Sistem Tamu Dalam Pembelajaran Matematika
Falsafah yang mendasari cooperatif learaning adalah homo homini socius. Falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Kerjasama merupakan hal yang sangat
penting artinya dalam kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga
dan yang lebih luas dari itu. Untuk menggunakan Cooperatif Learningtermasuk sistem tamu
dalam pembelajaran matematika perlu diperhatikan 5 (lima) unsur, sebagaimana dikemukakan
oleh Roge dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2004:31) yakni: (1) saling ketergantungan
positif, (2) tanggungjawab perorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antara anggota dan (5)
evaluasi proses kelompok. Pendapat ini dikembangkan dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Saling Ketergantungan Positif
Kelompok-kelompok yang dibentuk dalam pembelajaran terdiri dari anggota-anggota yang
memiliki tugas dan tanggungjawab untuk kemajuan belajar dalam kelompok.Tugas dan
tanggungjawab tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan. Untuk menciptakan rangkaian
4. kerja kooperatif yang efektif guru perlu menyusun tugas sedemikian sehingga setiap anggota
kelompok memiliki tugas dan tanggungjawab yang berbeda tetapi dalam satu kesatuan untuk
tugas dan tanggungjawab kelompok. Dengan demikian setiap siswa di dalam kelompok
tersebut mendapat kesempatan untuk meberikan sumbangan aktivitasnya kepada kelompok.
Pemikiran sisi positifnya adalah siswa yang memiliki kemampuan yang kurang merasa
terhargai, tidak minder, bahwa meraka akan terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan
dengan demikian akan menaikkan kemampuan belajar mereka.
2) Tanggungjawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama, karena keberhasilan aktivitas
kelompok sangat tergantung dari aktivitas individau. Oleh sebab itu perencanaan kegiatan
individu dalam cooperatif learning sangat ditentukan oleh perencanaan pembelajaran yang
dirumuskan oleh guru.
3) Tatap Muka
Setiap anggota kelompok secara bersama-sama dan berkelanjutan harus diberi kesempatan
untuk berinteraksi langsung (tatap muka). Interaksi ini akan menciptakan sinergitas
(ketergantungan yang saling menguntungkan) semua anggota kelompok. Dasar pemikiranya
adalah hasil pemikiran dari banyak orang adalah lebih baik dari hasil pemikiran dari satu
orang. Inti dari sinergitas itu adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan
mengisi kekurangan masing-masing. Sinergitas tidak didapatkan begitu saja dalam sekejap,
tetapi melalui proses kelompok yang cukup panjang.
4) Kemunikasi Antar anggota
Melalui unsur ini dikehendaki bahwa siswa dilatih untuk mampu berkomunikasi baik secara
lisan maupun secara tertulis. Peran guru pada unsur ini sangat dibutuhkan untuk mengarahkan
para siswa sehingga mampu menunjukkan kemampuan berkemunikasi dengan baik, sebagai
salah satu dari akibat pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan
emosional siswa.
5) Evaluasi Proses Kelompok.
Duahalmenjadisasaranevaluasidalampembelajaranmatematikaadalahevaluasiproses dan
evaluasihasilkerja sama kelompok. Untuk itu guru perlu merencanakan waktu pelaksanaan
evaluasi. Evaluasi proses ditujukan untuk mengetahui aktivitas siswa di dalam kegiatan
belajar, berupa: (a) partisipasi anggota kelompok, (b) usaha siswa membantu anggota
kelompok, (c) terjadi saling bertanya dan saling meberi jawaban atau mengajukan pendapat
terhadap sesuatu yang menjadi masalah kelompok, (d) peran masing-masing anggota
5. kelompok dalam menyelesaikan tugas dan tangungjawab masing-masing untuk keberhasilan
kelompok.
Memperhatikan pokok-pokok pikiran dan unusr-unsur cooperative learning maka
penggunaannya dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni :
pertama memanfaatkan tugas pekerjaan rumah. Membentuk siswa menjadi beberapa kelompok
dengan banyaknya anggota kelompok 2 – 5 orang setiap kelompok. Siswa diberi tugas untuk
membandingkan hasil pekerjaan antara anggota yang satu dengan anggota yang lain di dalam
kelompoknya. Kedua, pembahasan materi baru. Aktivtas siswa dalam membahas materi baru,
didahului dengan informasi berupa mendemonstrasikan suatu teknik baru yang dapat digunakan
untuk menghitung, memecahkan masalah, menggambar grafik, membuktikan teorema.
Selanjutnya siswa bergabung dalam kelompok-kelompok yang telah ditetapkan untuk mengkaji
pengembangan materi atau membahas soal/masalah. Aktivtas siswa selanjutnya adalah
mengkomunikasikan hasil kerja kelompok kepada kelompok lain. Jika diperlukan selanjutnya
guru memberikan penegasan terhadap pekerjaan kelompok yang membutuhkan penjelasan atau
klarifikasi. Masalah yang perlu disiapkan guru harus dibuat sedemikian rupa sehingga saling
membutuhkan antara anggota kelompok yang satu dengan teman kelompoknya dalam
penyelesaian masalah tersebut.
Pengelompokan Dalam Cooperative Learning Teknik Sistem Tamu
Untuk mengoptimalkan aktivitas siswa di dalam Cooperative Learning pada pembelajaran
matematika, keanggotaan sebaiknya heterogen, baik dari kemampuan akademik maupun
karakteristik lainnya. Untuk menjamin keheterogenan kelompok, gurulah yang membagi
kelompok. Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri yang mononjol
dalam pembelajaran Cooperative Learning.
System TamuDalamPembelajaranCooperative Learning.
Salah satu yang menandai komitmen terhadap tugas guru adalah melakukan inovasi
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan proses danhasilbelajarsiswa. Pembelajaran
cooperative learning dapat dilaksanakan dengan berbagai teknik. Teknik yang sudah sering
digunakan guru adalah jigsaw, stad dan kelompok penyelidik. Selain teknik-teknik yang
dsebutkan di atas masih terdapat beberapa teknik pembelajaran kooperatif yang perlu
dikembangkan dalam pembelajaran matematika salah satu diantaranya adalah teknik sistem tamu
(Visitor System).
6. Struktur kegiatan sistem tamu ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk
mengkomunikasikan hasil bahasan kelompoknya kepada kelompok lain. Secara garis besar ada
aktivitas siswa yang tumbuh pada kegiatan kelompok ialah:
(1) siswa bekerja sama dalam kelompok seperti biasa
(2) setelah selesai, satu orang pada kelompok itu tetap tinggal pada kelompoknya dan anggota
yang lain berkunjung ke kelompok lainnya.
Siswa yang tinggal bertugas memberikan penjelasan hasil kerja kelompoknya kepada siswa
yang dari kelompok lain.
(3) setelah selesai pemberian penjelasan dan diskusi pada saat kunjungan, tamu kembali
kekelompok mereka sendiri dan secara bergilir melaporkan informasi dan hasil diskusi
mereka dengan kelopok lain.
(4) setiap siswa membuat kesimpulan dari seluruh informasi yang mereka peroleh.
Empat aktivitas di atas dapat dirinci melalui langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
Tahap I
(1) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai;
(2) guru menjelaskan pokok-pokok materi
(3) bentuk kelompok dengan banyaknya anggota kelompok sama dengan jumlah masalah yang
akan dibahas;
Tahap II
(4) setiap kelompok diberikan satu masalah untuk didiskusikan pemecahannya dalam waktu
yang ditentukan;
(5) setelah waktu yang ditentukan selesai, mintalah masing-masing kelompok menyepakati
anggotanya yang akan berkunjung ke kelompok yang lain dan salah seorang lainnya
menunggu tamu dari kelompok lain;
(6) siswa yang bertamu akan mendiskusikan pemecahan masalah yang telah didiskusikan oleh
kelompok yang dikunjunginya;
Tahap III
(7) anggota kelompok yang bertamu kembali ke kelompoknya, secara bergilir menjelaskan
kembali apa yang telah mereka terima.
(8) setiap siswa meberikan laporan individu dari semua masalah yang dibahas;
(9) guru memberikan penegasan pada pokok-pokok materi.
7. Konseptual dan Hipotesis
Koseptual
Tiga hal yang menjadi target penerapan teknik system tamu dalam pembelajaran kooperatif
adalah (1) pengembangan aktivitas belajar dan (2) memaksimalkan aktivitas individu dalam
pembelajaran matematika dan (3) peningkatan penguasaan siswa terhadap materi yang
dibelajarkan. Dalam pengembangan aktivitas belajar terdapat tiga kemampuan yang
dikembangkan pada siswa yakni (1) tanggungjawab akademik (2) sosial akademik dan (3)
mempublikasikan hasil kerja. Tiga kemampuan akademik ini akan memberi dampak positif
terhadap peningkatan penguasaan dalam menghitung rata-rata, median dan modus.
Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan konseptual yang dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini
diajukan hipotesis bahwa ”Jika dalam pembelajaran ukuran pemusatan suatu data yang
disajikan dengan grafik digunakan pembelajaran teknik system tamu, maka aktivitas
kelompok dapat meningkatkan aktivitas individu”.
METODE PENELITIAN
Seting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Gorontalo, pada siswa kelas
XII Jurusan Akuntansi tahun pelajaran 2014/2015. Siswa dikelas ini berjumlah 21 orang terdiri
dari masing-masing 4 siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan. Di kelas ini terdapat 15
% siswa yang sering menunjukkan aktivitas lebih dari siswa lainnya., 25 % siswa yang
memberi respon nyata jika ditunjuk dan 60 %
menunjukkan aktivitas nyata di dalam kelas jika
diberikan bimbingan langsung secara individu.
SiklusTindakan
Secara skematik desain tindakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian meliputi lembar pengamatan
aktivitas siswa dalam pembelajaran, lembar
balikan dari siswa dan instrumen hasil belajar
berupa tes tertulis essay.
8. Indikator Keberhasilan
Tolok ukur keberhasilan tindakan adalah rata-rata perkembangan hasil belajat adalah:
a. Minimal 85% siswa memperoleh skor ≥ 75
b. Minial 85% siswa menunjukkan perkembangan hasil belajar yang baik.
Untuk skor perkembangan hasil belajar siswa didasarkan pada kriteria seperti yang dikemukakan
Slavin,Robert. E, (1995).berikut:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
AktivitasSiswaDalamPembelajaranUkuranPemusatan
Aktivitassiswadalamkegiatankelompokdiamat
idalam 4 indikator, yanki (1)
tanggungjawabakademik(2)
sosialakademikdan (3)
publikasihasilkerjakelompok.padamasing-
masingpembelajaranyaknipembelajaran I
9. sampaidenganpembelajaran III disajikanpada diagram 1.1. Dalam tiga rangkaian pembelajaran
telah diperoleh data aktivitas belajar siswa pada setiap siklus. Aktifitas belajar pada setiap
kelompok disiklus 1 menunjukkan bahwa aktifitas siswa pada pembelajaran 2 lebih baik dari
pada aktifitas siswa pada pembelajaran 1 dan pembelajaran 3. Dari data diperoleh pula bahwa
aktivitas siswa dalam pembelajaran 3 lebih baik dibandingkan dengan aktivitas siswa dlam
pembelajaran 1.
Peninjauanterhadapbeberapalangkahpembelajaranternyatamemberiakibat yang
lebihbaikkepadaaktivitasbelajarsiswa.Hasiltind
akan yang diperolehpada diagram
inimenunjukkanbahwaaktivitasbelajarcenderun
gmemberiskor yang lebihbaik.
Skoraktivitasdalampembelajaran 1
lebihbaikdaripadaaktivitasdalammebelajaran 2,
danaktivitasdalampembelajaran 2
lebihbaiklagipadapembelajaran 3.
SkorHasilBelajardanPerkembangannya
Sebelumimplementasipembelajarankooperatifd
enganteknik system
tamupadapembelajaranukuranpemusatan(mean
, median dan modus) dilakukan, aktivitaspembelajarandidahuluidenganmemberikan pre-
test.Hasil pre-test
iniselanjutnyadipakaisebagaidasarpengelompokansiswa.Penentuananggotasetiapkelompokdidasa
rkanpada ranking (kemampuanakademik) yang diperolehdarihasil pre-
test.Padaakhirsetiapsikluspembelajarandilaku
kan test yang dinamakan post-test (post-test 1
dan post-test 2).Post-test 1
dilakukansetelahpembelajaransklus 1 dan
post-test 2
dilakukansetelahpembelajaransklus 2.
Nomor 1 sampaidengannomor 21
padadigraminiadalahurutansiswasetelahdiran
kingberdasarkanhasil pretest. Dari diagram
10. inidatanyamenunjukkanbahwahasilbelajarsiswamenunjukkanpeningkatan. Hasilbelajar yang
ditunjukanoleh data posttest 1 lembihbaikdaripadahasil pretest danhasilpelajaran yang
ditunjukkanoleh posttest 3 lebihbaikdaripadahasilbelajar yang ditunjukkanoleh data posttest 2.
Dampakbaikdaripenggunaan model pembelajarankooperatifdenganteknik system
tamudalampenelitiantidakankelasinipersentasenyaditunjukkanpada diagram 2.1.
Skorhasilbelajarseperti yang disajikanpada diagram 2.1
selanjutnyadigunakanuntukmenentukanskorperkembanganmasing-
masingsiswadalampembelajaran.Untukskorperkembanganhasilbelajarsiswapada posttest 1
didasarkanpadaskor pre-test dan posttest 1.Selanjutnyaskorperkembanganhasilbelajarsiswapada
posttest 2didasarkanpadaskorposttest 1 dan posttest 2 Berdasarkanhasilpree test, posttest 1 dan
posttest 2, diperolehhasilpersentaseperkembenganbelajarsebagaiberikut.
Tabel 4.1
Persentase Poin Perkembangan Skor Perolehan Siswa
Terbacadaritabelinibahwapadasiklus 1
persestasepoinperkembanganskorhasilbelajarsiswasampaidegan 30 poinadalah 71,43%. Hal
inidapatdiperbaikipadasiklus 2 sehinggamenghasilkanpersentasepoinperkembangan 30 poin – 40
poinadalah 90,47%.
KESIMPULAN
Memperhatikan hasil pelaksanaan penelitain tindakan kelas ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1) Aktivitas belajar individu pada siswa kelas XII Akuntansi SMK Negeri 4 Gorontalo pada
materi ukuran pemusatan yang disajikan dalam diagram dapat ditingkatan dngan pembelajan
kooperatif teknik system tamu.
2) Aktivitas belajar dalam kelompok memberi kontribusi positif terhadap perkembangan
akativitas belajar individu, sehingga berpengaruh pada perkembangan hasil belajar atau
ketuntasan kompetensi pada materi pokok ukuran pemusatan
KriteriaPekembangan Posttest-1 Posttest-2
0 poin 0,00 0,00
10 poin 42,86 9,52
20 poin 4,76 0,00
30 poin 23,81 4,76
40 poin 28,57 85,71
11. 3) Pembelajaran kooperatif dengan teknik system tamu dapat menumbuhkan tanggungjawab
akademik, mengembangkan sikap sosial akademik dan menumbuhkan kemampuan
mempublikasikan hasil kerja kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahman, Mulyono, (2000). Memahami dan menangani siswa dengan problema
dalam belajar, Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas
Atik Winarti, (2001). Inquiri, Bertanya dan Refleksi dalam CTL (Makalah), Jakarta:
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas.
Fadjar Shadiq, (2004). Strategi Pembelejaran Matematika. Yogyakarta: P3G Yogyakarta.
Hadianto, Umar, (2009).
EfektivitasPembelajaranKooperatifdenganGrupInvestigastionTerhadapPrestasiBelajar
MatematikaDitinjau Dari MotivasiBerprestasi (Tesis). Surakarta:
UniveritasSebelasMaret.
Ibrahim, Muslinin, dkk. (2000), PembelajaranKooperatif, Surabaya: University Press.
Ismail, (2001).PembelajaranBerdasarkanMasalahPada Sub
PokokBahasanPersamaanGarisLurus I (Makalah),Jakarta:
DirjenPendidikanDasardanMenengahDepdiknas
Johnson, Eaine B. (2002), Contextual Teaching and Learning (What it is and why
it’s here to stay), California; Corwin Press, Inc
Masriyah,
(2001).PengajaranLangsungPadaPokokBahasanMenggambarGrafikFungsiKuadr
at(Makalah), Jakarta: DirjenPendidikanDasardanMenengahDepdiknas
Nur, Muhamad, (2000). Strategi-strategi Belajar, Surabaya: Pusat Studi Matematika dan
IPA Sekolah Unesa.
------------------, (2001). Asesment Dalam Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual,
Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas
Santoso, (2002), Komik Mencerdaskan Bangas, Kompas 2002
Slavin, Robert.E, (1995).Cooperative Learning (Theory, Research, and Parctice).Boston:
Allyn and Bacon
Soedjadi, R, (1999/2000). KiatPendidikanMatematika di Indonesia
(KonstatasiKeadaanMasaKiniMenujuHarapanMasaDepan). Jakarta:
DirektoratJenderalPendidikanTinggiDepdiknas.