SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 46
PERANAN FAKTOR GENETIK DALAM
TERJADINYA TB AKTIF
TUBERKULOSIS
Victor Paulus Manuhutu
SMF Pulmonologi
RSUD Jayapura – FK UNCEN
PENDAHULUAN
• 2011=> 8,7 juta kasus TB baru
• 2012 => 8,6 juta kasus TB baru
• 2011 => 310.00 kasus baru TB MDR
• 2012 => 450.00 kasus baru TB MDR
Semakin diperburuk oleh :
 TB paru resisten OAT
 Ko insiden TB - HIV
TB MDR menjadi beban bagi negara berkembang karena :
 total biaya berobat Rp 72.260.081,73 (complete treatment)
PENDAHULUAN
Gram positif
Aerob obligat
P = 2 – 4 U; L = 0,2 – 0,5 U
The immunology of tuberculosis: From bench to bedside.Respirology 2010
IMUNOPATOGENESIS TB
Acute resolving infection
Innate Immune Recognition of Mycobacterium Tuberculosis. Clin Develop Immunol 2011
IMUNOPATOGENESIS TB
The immunology of tuberculosis: From bench to bedside.Respirology 2010
IMUNOPATOGENESIS TB
IL-4,13,<<12
IL-10
M.TB virulensi >>
The immunology of tuberculosis: From bench to bedside.Respirology 2010
IMUNOPATOGENESIS TB
IMUNOPATOGENESIS TB
Konsep terjadinya TB paru resisten OAT
Int J Tuberc Lung Dis 2009;13(11)
Konsep terjadinya TB paru resisten OAT
Toman’s Tuberculosis 2nd ed p 201
Diagnosis
 Anamnesis
 Batuk > 2 minggu
 Batuk darah
 Sesak napas
 Nyeri dada
 Demam
 Lemas – cepat lelah
 Keringat malam
 Penurunan napsu makan – berat badan
 Pemeriksaan fisis
 Pemeriksaan bakteriologis
 WRD WHO-approved rapid diagnostics => Xpert MTB/RIF
 BTA mikroskopik (Ziehl Nielsen, Tan Hiam Hok)
 Kultur M. Tb (L J, Ogawa, Kudoh)
 HAIN test (resistensi R – H)
Radiologis :
Lesi aktif : infiltrat, kavitas, efusi pleura, bercak milier
Lesi inaktif : Fibrosis, Kalsifikasi, Schwarte
Luluh paru : ateletakSIS, bronkiektaSIS, fibroSIS, multi kaviti
Mantoux
IGRA
Diagnosis
Kapan pemeriksaan BTA memberiksan hasil (+) ?
 Jumlah kuman > 5000/ mL dahak
Kapan pemeriksaan BTA memberikan hasil (-) :
 Jumlah kuman <<
 Lesi perifer
 Lesi tidak berhubungan dengan bronkus besar
 Bukan dahak
 Lab error
Diagnosis
Mantoux test/tuberkulin
PPD RT 23, 5TU (0,1 mL)
Diagnosis
Interpretasi mantoux :
5 mm (+) : HIV, pasien dengan risti HIV
10 mm (+)
15 mm (+)
Bula (+)
Mantoux (-) :
 Tidak sakit
 Inkubasi
 anergi
Mantoux (+) :
Infeksi
Pernah infeksi
Cross MOTT
Alergi pelarut
BCG
Diagnosis
TB paru bateriologis ? (BTA/GENE
XPERT ?) KASUS ?, HIV ?
Definisi kasus TB
PDPI 2011 :
Suspek TB
Kasus TB pasti
Kasus TB
Definisi kasus TB
A bacteriologically confirmed TB case
 is one from whom a biological specimen is positive
by smear microscopy, culture or WRD (such as Xpert
MTB/RIF).
A clinically diagnosed TB case
is one who does not fulfil the criteria for bacteriological
confirmation but has been diagnosed with active TB by a
clinician or other medical practitioner who has decided to
give the patient a full course of TB treatment.
This definition includes cases diagnosed on the basis of X-
ray abnormalities or suggestive histology and extrapulmonary
cases without laboratory confirmation.
Klasifikasi kasus TB
Kasus TB diklasifikasikan berdasar :
• Letak anatomi
• Riwayat pengobatan
• Hasil resistensi
• Status HIV
Klasifikasi kasus TB (Anatomi)
• Pulmonary tuberculosis (PTB)
 refers to any bacteriologically confirmed or clinically
diagnosed case of TB involving the lung parenchyma or the
tracheobronchial tree. Miliary TB is classified as PTB
because there are lesions in the lungs.
 Tuberculous intra-thoracic lymphadenopathy (mediastinal
and/or hilar) or tuberculous pleural effusion, without
radiographic abnormalities in the lungs, constitutes a case
of extrapulmonary TB.
 A patient with both pulmonary and extrapulmonary TB
should be classified as a case of PTB
Extrapulmonary tuberculosis (EPTB)
 refers to any bacteriologically confirmed or clinically
diagnosed case of TB involving organs other than the lungs,
e.g. pleura, lymph nodes, abdomen, genitourinary tract, skin,
joints and bones, meninges
Klasifikasi kasus TB (riwayat
pengobatan sebelumnya)
• New patients
 have never been treated for TB or have taken anti-TB drugs for less
than 1 month
• Previously treated
 patients have received 1 month or more of anti-TB drugs in the past.
 Relapse/ kambuh
 failure / gagal
 loss to follow-up / lalai
 Other previously treated patients
 are those who have previously been treated for TB but whose
outcome after their most recent course of treatment is unknown or
undocumented.
Klasifikasi kasus TB (status HIV)
HIV (+)
HIV (-)
Unkonown
Klasifikasi kasus TB (pola resistensi)
• Monoresistance: resistance to one first-line anti-TB drug only
• Polydrug resistance: resistance to more than one first-line anti-TB
drug (other than both isoniazid and rifampicin)
• Multidrug resistance: resistance to at least both isoniazid and
rifampicin.
• Extensive drug resistance: resistance to any fluoroquinolone and to at
least one of three second-line injectable drugs
• Rifampicin resistance: resistance to rifampicin detected using
phenotypic or genotypic methods, with or without resistance to
other anti-TB drugs. It includes any resistance to rifampicin, whether
monoresistance, multidrug resistance, polydrug resistance or
extensive drug resistance
Hasil pengobatan TB
TUJUAN PENGOBATAN
1. Menyembuhkan pasien
2. Mencegah kematian
3. Mencegah kekambuhan
4. Menurunkan risiko penularan
5. Mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
OAT
6. Mengurangi dampak sosial dan ekonomi
TUJUAN PENGOBATAN
1. Obat lini 1 : R – H – Z – E – S
2. Obat suntik lini 2 : kapreomisin, kanamisin, amikasin
3. Kuinolon : levofloxacin, moxifloxacin, ofloxacin
4. Bakteriostatik lini 2 : Etionamid, protionamid, sikloserin,
PAS, Terzidone
5. Obat yang belum diketahui efektifitasnya : amoksiklav,
klaritromisin. Klofazimin, linezolid, imipenem
Tatalaksana
• DOTS (Directly observed treatment, short course)
• Kategori I
 2RHZE/4RH
 Kasus baru
• Kategori II
 2RHZES/RHZE/4RHE
 Kambuh, gagal, lalai
• Lama pengobatan untuk meningitis TB, TB tulang, limfadenitis TB
• Kortikosteroid pada TB :
Meningitis,laringitis,pleuritis,perikarditis,peritonitis,Adrenal, GUT
Tatalaksana
 Dosis OAT FDC
 Dosis OAT lepasan
 Efek samping OAT
 Indikasi rawat :
 Hemoptisis masif
 KU buruk
 Pneumotoraks
 Empiema
 Efusi pleura masif
 Sesak napas berat
 TB milier
 Meningitis TB
 Indikasi operasi pada kasus TB :
 Hemoptisis masif yang tidak dapat diatasi konservatif
 empiema dan fistula bronkopleura yang tidak dapat diatasi
konservatif
 Batuk darah berulang (BTA -)
 Kerusakan satu paru atau satu lobus dengan keluhan
 Kavitas menetap
 Evaluasi bakteriologis dan radiologis :
Bulan 2 – 6/8 pengobatan
ATD Mechanism of action
Isotinic acid hydrazid (ISONIAZID)
 MIC : 0,02 – 0,05 μg/ml
 active against replicating bacilli
 INH is a prodrug, must be activated by M. TB’s
ezyme => catalase peroxidase
 INH active form => reactive species (superoxide,
peroxide, hydroxil radical, nitric oxide, isonicotinic
acyl radical and electrophilic species)
 reactive species reacts with nicotinamide
adenine dinucleotide (NAD(H)) to form INH – NAD adduct
 Isoniazid’s target is enoyl acyl carrier protein (InhA enzyme)
=> INH – NAD adduct damage InhA enzyme
 InhA enzyme involved in elongation of fatty acid in mycolic acid
sythesis
 Others INH’s target are acyl carrier protein (AcpM) and a b-
ketoacyl-ACP synthase (KasA). Those enzymes also involved
in mycolic enzyme synthesis
ATD Mechanism of action and M. TB
resistant pathogenesis
Rifampicin
 MICs 0.05 to 1 μg/ml on solid or liquid media but
the MIC is higher in egg media (MIC = 2.5–10
μg/ml)
RMP is active against both growing and stationary
phase bacilli with low metabolic activity
 Rifampicin’s mechanism of action :
 interferes RNA synthesis by damage RNA
polymerase => blocks the elongation
of the RNA chain
 The RNA polymerase is an oligomer consisting
of a core enzyme formed by four chains α2ββ′
 rifampicin bind with β subunit of RNA
polymerase
ATD Mechanism of action and M. TB
resistant pathogenesis
Pyrazinamid
Dapat mempersingkat lama terapi TB dari 9 – 12
bulan menjadi 6 bulan
Bekerja dengan baik terhadap M. TB semidorman
yang berada pada suasana asam dan lingkungan
anaerob yang rendah oksigen, OAT lain tidak bisa
membunuh M. TB yang berada pada keadaan
tersebut
ATD Mechanism of action
Etambutol
 bakteriostatik terhadap M. TB yang aktif membelah, namun
tidak mempunyai pengaruh terhadap M. TB yang tidak
sedang membelah.
 gangguan biosintesis arabinogalaktan dan gangguan parsial
biosintesis LAM dinding sel M. TB.
 Etambutol mencegah polimerasi arabinan arabinogalaktan
sehingga menyebabkan akumulasi D-Arabinofuranosyl-P-
Decaprenol, yaitu suatu prekursor atau zat intermediet
pada biosintesis arabinan.
ATD Mechanism of action
Streptomisin
 efektif membunuh M. TB yang aktif membelah
 tidak berpengaruh terhadap M. TB yang tidak aktif
membelah atau yang terdapat di dalam sel
 berikatan dengan pada protein ribosomal S12 dan 16S
rRNA dari subunit 30S ribosom M. TB. Ikatan tersebut
menyebabkan terjadinya misreading mRNA saat proses
translasi
Rasionalisasi OAT
4 kelompok populasi kuman (Mitchison) :
• Kel A ; kuman tumbuh aktif dan cepat dapat, pH
netral , banyak pada dinding kaviti  dibunuh INH,
R dan S juga dapat membunuh populasi ini
• Kel B ; semi dormant tumbuh lamban berada dalam
suasana asam biasanya di dlm makrofag atau
dinding kaviti  dibunuh oleh Z
• Kel C ; semi dormant metabolisme sangat cepat dan
singkat hanya beberapa jam saja  dibunuh oleh R
• Kel D: dormant tidak dapat dibunuh oleh obat-
obatan
Rasionalisasi OAT
Tujuan fase intensif :
 Monoterapi : angka kekambuhan dan gagal terapi
>>
Designed to kill actively growing and semidormant
bacilli. This means a shorter duration of
infectiousness, usually with rapid smear conversion
(80–90%) after 2–3 months of treatment
 << kematian
<< NMR
<< kekambuhan
Tujuan fase lanjutan :
The continuation phase eliminates most residual
bacilli and reduces failures and relapses.
At the start of the continuation phase, numbers of
bacilli are low and there is less chance of selecting
drug-resistant mutants
 fewer drugs are therefore needed.
•Ketika obat di stop ada periode
waktu ketika bakteri tidak tumbuh
kembali (post AB effect/lag phase)
•Bila kuman tb kontak dgn OAT  maka
pertumbuhan akan melemah dlm 2-3 hari
(lag phase) dan kemudian aktif kembali
•Lag phase ini berbeda untuk tiap OAT
Prasyarat utama OAT yang bermanfaat
1. Aktiviti bakterisidal dini
2. Aktiviti sterilisasi
3. Kemampuan untuk mencegah terjadinya
resistensi terhadap obat penyerta
Aktivititi bakterisidal dini
• Definisi : kemampuan obat untuk membunuh
kuman tb pada beberapa hari setelah pengobatan
• Pada pasien TB yang diobati dengan 1 obat atau
kombinasi pada 2 minggu pertama  penurunan
log cfu  tidak ada obat lain ataupun kombinasi
yang lebih superior dari INH pada 2 hari pertama
•
• INH  aktiviti bakterisidal dininya sangat tinggi
Aktiviti sterilisasi
• Definisi ; kemampuan untuk membunuh kuman persister
• Persister ;metabolik aktiviti rendah replikasi lambat
daripada kuman yang berada di dinding kaviti
• R  mempunyai kemampuan sebagai aktiviti sterilisasi
Kemampuan untuk mencegah resistensi
terhadap obat penyerta
• Kemampuan obat untuk mencegah seleksi mutan
yang resisten terhadap obat penyerta
• Tidak semua OAT mempunyai kemampuan yang
sama untuk mencegah resistensi terhadap obat
penyerta
Efek samping OAT
• Alergi OAT
• DIH
Pyrazinamid, Isoniazid, rifampicin
 bilirubin > 2x
OT – PT > 5x
OT – PT 3x dan gejala klinis (+)
OT – PT 3x namun gejala klinis (-) => pengawasan
Suspek MDR
1. Gagal kategori II
2. Gagal konversi kategori II
3. Riwayat berobat di fasilitas non DOTS
4. Gagal kategori I
5. Gagal konversi kategori I
6. Kambuh
7. Lalai
8. Terduga TB dengan keluhan – kontak dengan pasien TB
MDR
9. TB - HIV
TB - HIV
• Ko-infeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB
secara signifikan.
• TB penyebab utama kematian pada ODHA (sekitar 40-50%).
• Hanya sekitar 10% orang tanpa HIV bila terinfeksi kuman TB
maka akan menjadi sakit TB, namun 60% ODHA yang
terinfeksi kuman TB akan menjadi sakit TB aktif
• jumlah pasien ko-infeksi TB-HIV di dunia diperkirakan ada
sebanyak 14 juta orang.
Perubahan gambaran foto toraks pada pasien TB/HIV
menggambarkan derajat tingkat kekebalan. Pada
penurunan tingkat kekebalan tubuh yang ringan
gambaran foto toraks masih menunjukkan gambaran
tipikal (kavitas, infiltrat di apeks paru). Jika penurunan
tingkat kekebalan sudah lebih berat maka gambaran
foto toraks menjadi tidak tipikal.
TATALAKSANA TB - HIV
• INTERAKSI Rifampicin – Nevirapin!!!
Profilaksis PCP
TERIMAKASIH

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Tuberkulosis TB, RSUD JAYAPURA, FK Uncen.pptx

idoc.pub_kmk-no-hk0202-menkes-514-2015-ttg-panduan-praktik-klinis-dokter-fasy...
idoc.pub_kmk-no-hk0202-menkes-514-2015-ttg-panduan-praktik-klinis-dokter-fasy...idoc.pub_kmk-no-hk0202-menkes-514-2015-ttg-panduan-praktik-klinis-dokter-fasy...
idoc.pub_kmk-no-hk0202-menkes-514-2015-ttg-panduan-praktik-klinis-dokter-fasy...maharanimariam
 
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif ObatDiagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif ObatMettaFerdy FerdianFamily
 
TBC Patofisiologi Penyakit Menular
TBC Patofisiologi Penyakit MenularTBC Patofisiologi Penyakit Menular
TBC Patofisiologi Penyakit MenularSissi Syifa Meidia
 
174989355-power-point-TB-paru.ppt
174989355-power-point-TB-paru.ppt174989355-power-point-TB-paru.ppt
174989355-power-point-TB-paru.pptAndrewHukom1
 
Informasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptx
Informasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptxInformasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptx
Informasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptxBankSoal8
 
dr Theo- TB Paru FK Uncen.pptx
dr Theo- TB Paru FK Uncen.pptxdr Theo- TB Paru FK Uncen.pptx
dr Theo- TB Paru FK Uncen.pptxTheopilus Lay
 
Tatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi OportunistikTatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi OportunistikOlivia590142
 

Ähnlich wie Tuberkulosis TB, RSUD JAYAPURA, FK Uncen.pptx (20)

idoc.pub_kmk-no-hk0202-menkes-514-2015-ttg-panduan-praktik-klinis-dokter-fasy...
idoc.pub_kmk-no-hk0202-menkes-514-2015-ttg-panduan-praktik-klinis-dokter-fasy...idoc.pub_kmk-no-hk0202-menkes-514-2015-ttg-panduan-praktik-klinis-dokter-fasy...
idoc.pub_kmk-no-hk0202-menkes-514-2015-ttg-panduan-praktik-klinis-dokter-fasy...
 
tatalaksana tb
tatalaksana tbtatalaksana tb
tatalaksana tb
 
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif ObatDiagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
 
DT TB RO.pptx
DT TB RO.pptxDT TB RO.pptx
DT TB RO.pptx
 
tuberkulosis Anak
tuberkulosis Anaktuberkulosis Anak
tuberkulosis Anak
 
TBC Patofisiologi Penyakit Menular
TBC Patofisiologi Penyakit MenularTBC Patofisiologi Penyakit Menular
TBC Patofisiologi Penyakit Menular
 
TBC Patofisiologi Penyakit Menular
TBC Patofisiologi Penyakit MenularTBC Patofisiologi Penyakit Menular
TBC Patofisiologi Penyakit Menular
 
174989355-power-point-TB-paru.ppt
174989355-power-point-TB-paru.ppt174989355-power-point-TB-paru.ppt
174989355-power-point-TB-paru.ppt
 
ILTB DAN TPT TBC.pptx
ILTB DAN TPT TBC.pptxILTB DAN TPT TBC.pptx
ILTB DAN TPT TBC.pptx
 
Manajemen askep tb
Manajemen askep tbManajemen askep tb
Manajemen askep tb
 
Nusantara sehat 2021 p2 tb
Nusantara sehat 2021 p2 tbNusantara sehat 2021 p2 tb
Nusantara sehat 2021 p2 tb
 
Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
 
17. profilaksis tb
17. profilaksis tb17. profilaksis tb
17. profilaksis tb
 
Tuberculosis
TuberculosisTuberculosis
Tuberculosis
 
TB FINAL.pptx
TB FINAL.pptxTB FINAL.pptx
TB FINAL.pptx
 
Informasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptx
Informasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptxInformasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptx
Informasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptx
 
Tuberculosis
TuberculosisTuberculosis
Tuberculosis
 
Tuberculosis (TBC)
Tuberculosis (TBC)Tuberculosis (TBC)
Tuberculosis (TBC)
 
dr Theo- TB Paru FK Uncen.pptx
dr Theo- TB Paru FK Uncen.pptxdr Theo- TB Paru FK Uncen.pptx
dr Theo- TB Paru FK Uncen.pptx
 
Tatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi OportunistikTatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi Oportunistik
 

Kürzlich hochgeladen

PPT preaentasi PROKER IGD tahun 2023 - 2024
PPT preaentasi PROKER IGD tahun 2023 - 2024PPT preaentasi PROKER IGD tahun 2023 - 2024
PPT preaentasi PROKER IGD tahun 2023 - 2024zakaria54825
 
NARKOBA-Narkotika-dan-obat-obatan-terlarang-NAPZA.ppt
NARKOBA-Narkotika-dan-obat-obatan-terlarang-NAPZA.pptNARKOBA-Narkotika-dan-obat-obatan-terlarang-NAPZA.ppt
NARKOBA-Narkotika-dan-obat-obatan-terlarang-NAPZA.pptRezaoktoni
 
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman - Bantul
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman -  BantulJual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman -  Bantul
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman - Bantulviagrajogja
 
pelayanan ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptx
pelayanan  ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptxpelayanan  ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptx
pelayanan ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptxRUANGANIBUDANKB
 
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptx
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptxPPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptx
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptxgunadarmabarra
 
IKP akreditasi klinik pratama rawat inap
IKP akreditasi klinik pratama rawat inapIKP akreditasi klinik pratama rawat inap
IKP akreditasi klinik pratama rawat inapklinikrizkymedika173
 
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptxKonsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptxiskandar764994
 
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.ppt
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.pptjenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.ppt
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.pptPutriIndrastianingru
 
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App PerforasiCase Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App PerforasiAbigailMadeline1
 
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.KChest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.Kdanangandi
 

Kürzlich hochgeladen (11)

PPT preaentasi PROKER IGD tahun 2023 - 2024
PPT preaentasi PROKER IGD tahun 2023 - 2024PPT preaentasi PROKER IGD tahun 2023 - 2024
PPT preaentasi PROKER IGD tahun 2023 - 2024
 
NARKOBA-Narkotika-dan-obat-obatan-terlarang-NAPZA.ppt
NARKOBA-Narkotika-dan-obat-obatan-terlarang-NAPZA.pptNARKOBA-Narkotika-dan-obat-obatan-terlarang-NAPZA.ppt
NARKOBA-Narkotika-dan-obat-obatan-terlarang-NAPZA.ppt
 
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman - Bantul
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman -  BantulJual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman -  Bantul
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman - Bantul
 
pelayanan ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptx
pelayanan  ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptxpelayanan  ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptx
pelayanan ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptx
 
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptx
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptxPPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptx
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptx
 
IKP akreditasi klinik pratama rawat inap
IKP akreditasi klinik pratama rawat inapIKP akreditasi klinik pratama rawat inap
IKP akreditasi klinik pratama rawat inap
 
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptxKonsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
 
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.ppt
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.pptjenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.ppt
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.ppt
 
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App PerforasiCase Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
 
Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Bandung 08561234742
Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Bandung 08561234742Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Bandung 08561234742
Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Bandung 08561234742
 
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.KChest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
 

Tuberkulosis TB, RSUD JAYAPURA, FK Uncen.pptx

  • 1. PERANAN FAKTOR GENETIK DALAM TERJADINYA TB AKTIF TUBERKULOSIS Victor Paulus Manuhutu SMF Pulmonologi RSUD Jayapura – FK UNCEN
  • 2. PENDAHULUAN • 2011=> 8,7 juta kasus TB baru • 2012 => 8,6 juta kasus TB baru • 2011 => 310.00 kasus baru TB MDR • 2012 => 450.00 kasus baru TB MDR Semakin diperburuk oleh :  TB paru resisten OAT  Ko insiden TB - HIV TB MDR menjadi beban bagi negara berkembang karena :  total biaya berobat Rp 72.260.081,73 (complete treatment)
  • 3. PENDAHULUAN Gram positif Aerob obligat P = 2 – 4 U; L = 0,2 – 0,5 U
  • 4. The immunology of tuberculosis: From bench to bedside.Respirology 2010 IMUNOPATOGENESIS TB Acute resolving infection
  • 5. Innate Immune Recognition of Mycobacterium Tuberculosis. Clin Develop Immunol 2011 IMUNOPATOGENESIS TB
  • 6. The immunology of tuberculosis: From bench to bedside.Respirology 2010 IMUNOPATOGENESIS TB IL-4,13,<<12 IL-10 M.TB virulensi >>
  • 7. The immunology of tuberculosis: From bench to bedside.Respirology 2010 IMUNOPATOGENESIS TB
  • 9. Konsep terjadinya TB paru resisten OAT Int J Tuberc Lung Dis 2009;13(11)
  • 10. Konsep terjadinya TB paru resisten OAT Toman’s Tuberculosis 2nd ed p 201
  • 11. Diagnosis  Anamnesis  Batuk > 2 minggu  Batuk darah  Sesak napas  Nyeri dada  Demam  Lemas – cepat lelah  Keringat malam  Penurunan napsu makan – berat badan  Pemeriksaan fisis  Pemeriksaan bakteriologis  WRD WHO-approved rapid diagnostics => Xpert MTB/RIF  BTA mikroskopik (Ziehl Nielsen, Tan Hiam Hok)  Kultur M. Tb (L J, Ogawa, Kudoh)  HAIN test (resistensi R – H) Radiologis : Lesi aktif : infiltrat, kavitas, efusi pleura, bercak milier Lesi inaktif : Fibrosis, Kalsifikasi, Schwarte Luluh paru : ateletakSIS, bronkiektaSIS, fibroSIS, multi kaviti Mantoux IGRA
  • 12. Diagnosis Kapan pemeriksaan BTA memberiksan hasil (+) ?  Jumlah kuman > 5000/ mL dahak Kapan pemeriksaan BTA memberikan hasil (-) :  Jumlah kuman <<  Lesi perifer  Lesi tidak berhubungan dengan bronkus besar  Bukan dahak  Lab error
  • 14. Diagnosis Interpretasi mantoux : 5 mm (+) : HIV, pasien dengan risti HIV 10 mm (+) 15 mm (+) Bula (+) Mantoux (-) :  Tidak sakit  Inkubasi  anergi Mantoux (+) : Infeksi Pernah infeksi Cross MOTT Alergi pelarut BCG
  • 15. Diagnosis TB paru bateriologis ? (BTA/GENE XPERT ?) KASUS ?, HIV ?
  • 16. Definisi kasus TB PDPI 2011 : Suspek TB Kasus TB pasti Kasus TB
  • 17. Definisi kasus TB A bacteriologically confirmed TB case  is one from whom a biological specimen is positive by smear microscopy, culture or WRD (such as Xpert MTB/RIF). A clinically diagnosed TB case is one who does not fulfil the criteria for bacteriological confirmation but has been diagnosed with active TB by a clinician or other medical practitioner who has decided to give the patient a full course of TB treatment. This definition includes cases diagnosed on the basis of X- ray abnormalities or suggestive histology and extrapulmonary cases without laboratory confirmation.
  • 18. Klasifikasi kasus TB Kasus TB diklasifikasikan berdasar : • Letak anatomi • Riwayat pengobatan • Hasil resistensi • Status HIV
  • 19. Klasifikasi kasus TB (Anatomi) • Pulmonary tuberculosis (PTB)  refers to any bacteriologically confirmed or clinically diagnosed case of TB involving the lung parenchyma or the tracheobronchial tree. Miliary TB is classified as PTB because there are lesions in the lungs.  Tuberculous intra-thoracic lymphadenopathy (mediastinal and/or hilar) or tuberculous pleural effusion, without radiographic abnormalities in the lungs, constitutes a case of extrapulmonary TB.  A patient with both pulmonary and extrapulmonary TB should be classified as a case of PTB Extrapulmonary tuberculosis (EPTB)  refers to any bacteriologically confirmed or clinically diagnosed case of TB involving organs other than the lungs, e.g. pleura, lymph nodes, abdomen, genitourinary tract, skin, joints and bones, meninges
  • 20. Klasifikasi kasus TB (riwayat pengobatan sebelumnya) • New patients  have never been treated for TB or have taken anti-TB drugs for less than 1 month • Previously treated  patients have received 1 month or more of anti-TB drugs in the past.  Relapse/ kambuh  failure / gagal  loss to follow-up / lalai  Other previously treated patients  are those who have previously been treated for TB but whose outcome after their most recent course of treatment is unknown or undocumented.
  • 21. Klasifikasi kasus TB (status HIV) HIV (+) HIV (-) Unkonown
  • 22. Klasifikasi kasus TB (pola resistensi) • Monoresistance: resistance to one first-line anti-TB drug only • Polydrug resistance: resistance to more than one first-line anti-TB drug (other than both isoniazid and rifampicin) • Multidrug resistance: resistance to at least both isoniazid and rifampicin. • Extensive drug resistance: resistance to any fluoroquinolone and to at least one of three second-line injectable drugs • Rifampicin resistance: resistance to rifampicin detected using phenotypic or genotypic methods, with or without resistance to other anti-TB drugs. It includes any resistance to rifampicin, whether monoresistance, multidrug resistance, polydrug resistance or extensive drug resistance
  • 24. TUJUAN PENGOBATAN 1. Menyembuhkan pasien 2. Mencegah kematian 3. Mencegah kekambuhan 4. Menurunkan risiko penularan 5. Mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT 6. Mengurangi dampak sosial dan ekonomi
  • 25. TUJUAN PENGOBATAN 1. Obat lini 1 : R – H – Z – E – S 2. Obat suntik lini 2 : kapreomisin, kanamisin, amikasin 3. Kuinolon : levofloxacin, moxifloxacin, ofloxacin 4. Bakteriostatik lini 2 : Etionamid, protionamid, sikloserin, PAS, Terzidone 5. Obat yang belum diketahui efektifitasnya : amoksiklav, klaritromisin. Klofazimin, linezolid, imipenem
  • 26. Tatalaksana • DOTS (Directly observed treatment, short course) • Kategori I  2RHZE/4RH  Kasus baru • Kategori II  2RHZES/RHZE/4RHE  Kambuh, gagal, lalai • Lama pengobatan untuk meningitis TB, TB tulang, limfadenitis TB • Kortikosteroid pada TB : Meningitis,laringitis,pleuritis,perikarditis,peritonitis,Adrenal, GUT
  • 27. Tatalaksana  Dosis OAT FDC  Dosis OAT lepasan  Efek samping OAT  Indikasi rawat :  Hemoptisis masif  KU buruk  Pneumotoraks  Empiema  Efusi pleura masif  Sesak napas berat  TB milier  Meningitis TB  Indikasi operasi pada kasus TB :  Hemoptisis masif yang tidak dapat diatasi konservatif  empiema dan fistula bronkopleura yang tidak dapat diatasi konservatif  Batuk darah berulang (BTA -)  Kerusakan satu paru atau satu lobus dengan keluhan  Kavitas menetap  Evaluasi bakteriologis dan radiologis : Bulan 2 – 6/8 pengobatan
  • 28. ATD Mechanism of action Isotinic acid hydrazid (ISONIAZID)  MIC : 0,02 – 0,05 μg/ml  active against replicating bacilli  INH is a prodrug, must be activated by M. TB’s ezyme => catalase peroxidase  INH active form => reactive species (superoxide, peroxide, hydroxil radical, nitric oxide, isonicotinic acyl radical and electrophilic species)  reactive species reacts with nicotinamide adenine dinucleotide (NAD(H)) to form INH – NAD adduct  Isoniazid’s target is enoyl acyl carrier protein (InhA enzyme) => INH – NAD adduct damage InhA enzyme  InhA enzyme involved in elongation of fatty acid in mycolic acid sythesis  Others INH’s target are acyl carrier protein (AcpM) and a b- ketoacyl-ACP synthase (KasA). Those enzymes also involved in mycolic enzyme synthesis
  • 29. ATD Mechanism of action and M. TB resistant pathogenesis Rifampicin  MICs 0.05 to 1 μg/ml on solid or liquid media but the MIC is higher in egg media (MIC = 2.5–10 μg/ml) RMP is active against both growing and stationary phase bacilli with low metabolic activity  Rifampicin’s mechanism of action :  interferes RNA synthesis by damage RNA polymerase => blocks the elongation of the RNA chain  The RNA polymerase is an oligomer consisting of a core enzyme formed by four chains α2ββ′  rifampicin bind with β subunit of RNA polymerase
  • 30. ATD Mechanism of action and M. TB resistant pathogenesis Pyrazinamid Dapat mempersingkat lama terapi TB dari 9 – 12 bulan menjadi 6 bulan Bekerja dengan baik terhadap M. TB semidorman yang berada pada suasana asam dan lingkungan anaerob yang rendah oksigen, OAT lain tidak bisa membunuh M. TB yang berada pada keadaan tersebut
  • 31. ATD Mechanism of action Etambutol  bakteriostatik terhadap M. TB yang aktif membelah, namun tidak mempunyai pengaruh terhadap M. TB yang tidak sedang membelah.  gangguan biosintesis arabinogalaktan dan gangguan parsial biosintesis LAM dinding sel M. TB.  Etambutol mencegah polimerasi arabinan arabinogalaktan sehingga menyebabkan akumulasi D-Arabinofuranosyl-P- Decaprenol, yaitu suatu prekursor atau zat intermediet pada biosintesis arabinan.
  • 32. ATD Mechanism of action Streptomisin  efektif membunuh M. TB yang aktif membelah  tidak berpengaruh terhadap M. TB yang tidak aktif membelah atau yang terdapat di dalam sel  berikatan dengan pada protein ribosomal S12 dan 16S rRNA dari subunit 30S ribosom M. TB. Ikatan tersebut menyebabkan terjadinya misreading mRNA saat proses translasi
  • 33. Rasionalisasi OAT 4 kelompok populasi kuman (Mitchison) : • Kel A ; kuman tumbuh aktif dan cepat dapat, pH netral , banyak pada dinding kaviti  dibunuh INH, R dan S juga dapat membunuh populasi ini • Kel B ; semi dormant tumbuh lamban berada dalam suasana asam biasanya di dlm makrofag atau dinding kaviti  dibunuh oleh Z • Kel C ; semi dormant metabolisme sangat cepat dan singkat hanya beberapa jam saja  dibunuh oleh R • Kel D: dormant tidak dapat dibunuh oleh obat- obatan
  • 34. Rasionalisasi OAT Tujuan fase intensif :  Monoterapi : angka kekambuhan dan gagal terapi >> Designed to kill actively growing and semidormant bacilli. This means a shorter duration of infectiousness, usually with rapid smear conversion (80–90%) after 2–3 months of treatment  << kematian << NMR << kekambuhan Tujuan fase lanjutan : The continuation phase eliminates most residual bacilli and reduces failures and relapses. At the start of the continuation phase, numbers of bacilli are low and there is less chance of selecting drug-resistant mutants  fewer drugs are therefore needed. •Ketika obat di stop ada periode waktu ketika bakteri tidak tumbuh kembali (post AB effect/lag phase) •Bila kuman tb kontak dgn OAT  maka pertumbuhan akan melemah dlm 2-3 hari (lag phase) dan kemudian aktif kembali •Lag phase ini berbeda untuk tiap OAT
  • 35. Prasyarat utama OAT yang bermanfaat 1. Aktiviti bakterisidal dini 2. Aktiviti sterilisasi 3. Kemampuan untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap obat penyerta
  • 36. Aktivititi bakterisidal dini • Definisi : kemampuan obat untuk membunuh kuman tb pada beberapa hari setelah pengobatan • Pada pasien TB yang diobati dengan 1 obat atau kombinasi pada 2 minggu pertama  penurunan log cfu  tidak ada obat lain ataupun kombinasi yang lebih superior dari INH pada 2 hari pertama • • INH  aktiviti bakterisidal dininya sangat tinggi
  • 37. Aktiviti sterilisasi • Definisi ; kemampuan untuk membunuh kuman persister • Persister ;metabolik aktiviti rendah replikasi lambat daripada kuman yang berada di dinding kaviti • R  mempunyai kemampuan sebagai aktiviti sterilisasi
  • 38. Kemampuan untuk mencegah resistensi terhadap obat penyerta • Kemampuan obat untuk mencegah seleksi mutan yang resisten terhadap obat penyerta • Tidak semua OAT mempunyai kemampuan yang sama untuk mencegah resistensi terhadap obat penyerta
  • 39. Efek samping OAT • Alergi OAT • DIH Pyrazinamid, Isoniazid, rifampicin  bilirubin > 2x OT – PT > 5x OT – PT 3x dan gejala klinis (+) OT – PT 3x namun gejala klinis (-) => pengawasan
  • 40. Suspek MDR 1. Gagal kategori II 2. Gagal konversi kategori II 3. Riwayat berobat di fasilitas non DOTS 4. Gagal kategori I 5. Gagal konversi kategori I 6. Kambuh 7. Lalai 8. Terduga TB dengan keluhan – kontak dengan pasien TB MDR 9. TB - HIV
  • 41. TB - HIV • Ko-infeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. • TB penyebab utama kematian pada ODHA (sekitar 40-50%). • Hanya sekitar 10% orang tanpa HIV bila terinfeksi kuman TB maka akan menjadi sakit TB, namun 60% ODHA yang terinfeksi kuman TB akan menjadi sakit TB aktif • jumlah pasien ko-infeksi TB-HIV di dunia diperkirakan ada sebanyak 14 juta orang.
  • 42.
  • 43. Perubahan gambaran foto toraks pada pasien TB/HIV menggambarkan derajat tingkat kekebalan. Pada penurunan tingkat kekebalan tubuh yang ringan gambaran foto toraks masih menunjukkan gambaran tipikal (kavitas, infiltrat di apeks paru). Jika penurunan tingkat kekebalan sudah lebih berat maka gambaran foto toraks menjadi tidak tipikal.
  • 44. TATALAKSANA TB - HIV • INTERAKSI Rifampicin – Nevirapin!!!