4. Pengertian
Muzara’ah
Secara bahasa: Muzara’ah maksudnya tharh al-
Zur’ah yang artinya melemparkan tanah
Secara istilah: muzara’ah yang maksudnya adalah al-
hadzar yang berarti modal
• http://smjsyariah89.wordpress.com/2011/07/19/muzaro%E2%80%99ah-dan-
mukhobaroh/; jumat 4 sep 2014
Sohari sahrani, fikih muamalah. Hlm 213
5. Pengertian
Mukhabaroh
(فصىال)فيأة بر المخا حكام.
وو منها يغرج ما ببعض لك الما أرض في مل العا عمل هي
مل العا من ر البذ.
Mukhoroh ialah kerja buruh atau karyawan di tanah orang
lain dengan keuntungan sebagian hasilnya dimana biji dari
buruh.
(Terjemahan Fatchul Qorib hlm. (294-295).
6. Dasar Hukum
ببعض بعضهم فق ير امران ولكن المزارعة مّيحر م ص ّيبّنال ّإن
فايمك بي أ فان خاه ا ليمحها أو عها فليزر أرض له كانت من بقوله
أرضه(رى البخا رواه.)
“Sesungguhnya Muhammad SAW. menyatakan tidak mengharamkan
bermuzara’ah bahkan beliau menyuruhnya, supaya yang sebagian menyayangi
sebagian yang lain dengan katanya, barang siapa yang memiliki tanah, maka
hendaklah ditanaminya atau memberikan faedahnya kepada saudaraya, jika ia
tidak mau, maka di tahan saja tanah itu.”
Menurut Al-Syafi’iyah, haram hukumnya haram melakukan muzaro’ah.
م ص هللا ل رسو أن:بأس وقال جرة بلمؤ عه المزار عن نهى
(مسلم روه)
“Bahwa Rasulullah SAW. Telah melarang bermuzara’ah dan memerintahkan
sewa-menyewa saja dan rasulullah SAW bersabda, itu tidak mengapa.”
Sohari sahra
9. 3. Hal Yang Berkaitan Dengan
Hasil
a.prosentase atau bagian masing2
di sebutkan ketika akad
b. Hasil adalah milik bersama
c. Bagian Amil dan Malik sama
dan dapat di ketahui
d. Tidak di syaratkan adanya
penambahan yang telah di ketahui
11. 5. Hal yang Berkaitan dengan waktu
Waktu Telah Ditentukan
Memungkinkan Untuk Menanam
Memungkinkan Kedua Belah Pihak
Hidup Menurut Kebiasaan
Sohari sahrani, fikih Muamalah, (Bogor:Galia Indonesia). hal 215
12. 6. Alat Muzara’ah
• Ijab danKabul
Ismail Nawawi, fikih Muamalah Klasik dan kontemporer.
Hlm 163
13. Hikmah
• Saling Tolong menolong (ta’awun)
yang saling menguntungkan
• Tidak terjadi kemubadziran baik tanah
maupun ternak
• Menimbulkan keadilan dan
keseimbangan
• Sobari Sahrani, Fikih muamalah, hal 218