KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
kekuatan hukum hadist
1.
2. nama kelompok:
1. Camilia alya k.
2. Koen garindra
3. mega
4. Rahadian f.
5. Rifa nadila
6. Siti asiyah
3. MACAM – MACAM HADIS DALAM KEKUATAN
HUKUM DAN CARA PENGAMALANNYA
Macam – macam hadis
1. Hadis
Mutawattir
2. Hadis
Masyhur
3. Hadis
Ahad
4. Kedudukan hadis sebagai sumber hukum islam
Sebagai sumber hukum islam, hadis berada satu tingkat di bawah al-Quran,
yang harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis tersebut. Hal ini
sebagaimana ada di firman Allah Swt : Q.S al-Hasyr/59:7 yang artinya “ dan
apa – apa yang diberikan rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa - apa
yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.” Demikian pula firman Allah Swt,
dalam ayat lain : Q.S. an-Nisa /4:80 yang artinya “ Barangsiapa menaati Rasul
(Muhammad), maka sesungguhnya ia telah menaati Allah Swt. Dan
barangsiapa berpaling (darinya), maka (ketahuilah) kami tidak mengutusmu
(Muhammad) untuk menjadi pemeliharaan mereka.
Hadis juga menetapkan hukum baru yang tidak terdapat pada al-Quran.
5. 1. Hadis mutawattir
Hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi dan sudah dipastikan
diantara mereka tidak bersepakat dusta
Contoh hadis :
ه هاَّلل ىهَلص هيِبهنال هنَأ عنهما هللا رضي ِاصَعْال ِنْب روْمَع ِنْب ِ هاَّلل ِدْبَع ْنَعواهغِِّلَب َلاَق َمهل ََسو ِهْيَلَعيِِّنَع
َعَتهم هيَلَع َبَذَك َْنمَو َجَرَح َََلو َليِئاَر ْسِإ يِنَب ْنَع واهثِِّدَحَو ًةَيآ ْوََلوَنِم هَُدَعَْْم ْأهوَبَتَيْلََ اًدِِّمارهنال
Daripada ‘Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu, bahawa
Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sampaikanlah dariku walau
satu ayat, dan ceritakanlah tentang Bani Israil tanpa perlu takut. Dan
barangsiapa berbohong ke atasku dengan sengaja maka bersiaplah dia
mengambil tempat duduknya di Neraka.” (Riwayat Al-Bukhari)
6. 2. Hadis masyhur
Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau
lebih yang tidak mencapai derajat mutawwir namun
setelah itu tersebar dan riwayatkan oleh sekian tabiin.
Contoh hadis : hadis yang artinya “ orang islam adalah
orang - orang yang tidak meganggu orang lain dengan
lidah dan tangannya.”(h.r. bukhari, muslim dan tirmizi )
7. 3. Hadis Ahad
Hadis yang diriwayatkan oleh satu atau dua perawi sehingga tidak
mencapai derajat muttawir. Hadis ini dibagi 4:
Hadis Sahih
Hadis Hasan
Hadis Da’if
Hadis Maudu’
8. Kekuatan hukum hadist
Sebagai sumber hukum islam, hadis berada satu tingkat dibawah al-quran.
Artinya jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam al-quran, yang
harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis tersebut. Kekuatan hadits
sebagai sumber hukum ditentukan oleh dua segi yaitu segi kebenaran
materinya (wurudnya) dan kekutan sunnah yang mengikuti kebenaran
pemberitaannya apakah hadits itu mutawatir atau ahad. Hadits sebagai
sumber hukum Islam dimaksudkan sebagai tasyri’ (menetapkan hukum) yang
mencakup segala urusan dan permasalahan, apakah itu masalah ibadah,
makanan, minuman, politik, peradilan, keluarga dan seterusnya. Dan semua
hadits yang diriwayatkan dengan sahih dari Nabi Saw. adalah hukum-hukum
yang wajib diikuti sepanjang masa, selama tidak ada qarinah (indikasi) yang
menggugurkan kewajiban tersebut.
9. Memahami Kandungan Hadis dihubungkan dengan Fungsi Nabi Muhammad SAW.
1. Sebagai Rasulullah saw.
Dalam memahami hadis Nabi saw. seorang pencinta hadis harus memahami dan
meneliti hadis Nabi tersebut, apakah hadis itu ketika diucapkan, beliau berkapasitas
sebagai Nabi atau Rasul?. Meskipun hal ini sulit untuk dilakukan tapi sangat dibutuhkan
dalam memahami hadis-hadis Rasulullah saw. Karena Nabi adalah manusia layaknya
manusia yang lain tentunya memiliki sifat sebagaimana manusia umumnya, yang
terkadang keliru dalam mengambil sebuah kebijakan mengangkut masalah
keduniaan. Hal ini tergambar dalam sabda beliau sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari “bahwasanya Ummu Salamah ra., istri Nabi saw, memberitakan dari
Rasulullah saw. bahwasanya beliau mendangar pertengkaran di (muka) pintu kamar
beliau. Maka beliau keluar menemui mereka, kemudian beliau bersabda:
بذلك له َأقضي صدق أنه َأحسب بعض من أبلغ يكون أن بعضكم َلعل الخصم يأتيني وإنه بشر أنا إنما
َليتركه أو َليأخذها النار من قطعة هي َإنما مسلم بحق له قضيت َمن
Artinya: Sesungguhnya saya adalah manusia (seperti manusia lainnya). Sesungguhnya
orang yang terlibat pertengkaran mendatangi saya, maka mungkin saja sebagian dari
kalian (orang-orang yang bertengkar) lebih mampu (berargumen) daripada yang
lainnya, maka saya (Nabi) menduga bahwa sungguh dia yang benar, lalu saya
putuskan (perkara itu) dengan memenangkannya. Barangsiapa yang telah saya
putusnya dengan (mengambil) hak sesama muslim, maka sesungguhnya keputusan itu
adalah potongan bara api neraka, maka, (terserah) dia mengambilnya atau
menolaknya
10. 2. Sebagai Kepala Negara atau Pemimpin Masyarakat
Dalam kehidupan bernegara, kehadiran seorang pemimpin adalah sesuatu yang sangat
penting untuk menjaga berbagai stabilitas baik politik, ekonomi, keamanan, maupun sosial.
Karenanya, setiap negara memiliki aturan tentang persyaratan untuk menjadi seorang
pemimpin. Menyangkut masalah kepemimpinan, Nabi saw selaku sebagai kepala negara
sangat memperhatikan masalah kepemimpinan. Nabi saw mengharuskan orang-orang
mukmin agar taat pada pemimpin walaupun pemimpin tersebut dari budak Habsyi. Nabi
juga mensyaratkan agar yang menjadi pemimpin adalah dari suku Quraisy. Hadis tentang
kepemimpinan dari suku Quraisy dapat ditemukan dalam kitab hadis yang diriwayatkan oleh
Imam al- Bukhari, Imam Muslim, Imam al- Tirmidzi, dan Imam Ahmad bin Hanbal.
.
.
11. 3. Sebagai Hakim
Adakalanya suatu hadis dinyatakan Nabi saw dalam kapasitas beliau sebagai hakim atau manusia
layaknya manusia yang lain. Sebagai contoh adalah hadis Nabi tentang keterbatasan pengetahuan
hakim, berbunyi:
بحق له قضيت َمن بذلك له َأقضي صدق أنه َأحسب بعض من أبلغ يكون أن بعضكم َلعل الخصم يأتيني وإنه بشر أنا إنما
َليتركها أو َليأخذها النار من قطعة هي َإنما مسلم
Artinya: Sesungguhnya saya adalah manusia (seperti manusia lainnya). Sesungguhnya orang yang
terlibat pertengkaran mendatangi saya, maka mungkin saja sebagian dari kalian (orang-orang yang
bertengkar) lebih mampu (berargumen) daripada yang lainnya, maka saya (Nabi) menduga bahwa
sungguh dia yang benar, lalu saya putuskan (perkara itu) dengan memenangkannya. Barangsiapa
yang telah saya putusnya dengan (mengambil) hak sesama muslim, maka sesungguhnya keputusan
itu adalah potongan bara api neraka, maka, (terserah) dia mengambilnya atau menolaknya. (HR.
Jama’ah). Apa yang berlaku bagi hakim sebagaimana yang dikemukakan oleh Nabi saw. tersebut
bersifat universal. Akan tetapi, keputusan yang ditetapkan oleh hakim disuatu segi mungkin bersifat
universal, temporal, ataupun lokal, sedangkan di segi yang lain, keputusan hakim itu mungkin benar
dan mungkin tidak benar. Dengan demikian, hadis Nabi tersebut dinyatakan oleh Nabi saw. dalam
kapasitas beliau sebagai hakim.[15]
12. 4. Sebagai Pribadi
Dalam kapasitas beliau sebagai manusia layaknya manusia yang lain, banyak pernyataan
Nabi saw, yang berkaitan dengan beliau ketika beliau menyabdakan hadis tersebut
layaknya manusia umumnya. Contoh;
عمه عن تميم بن عباد عن:إحدى واضعا المسجد َي مستلْيا سلم و عليه هللا صلى هللا رسول رأى أنه
األخرى على رجليه.
Artinya: Dari Ubad bin Tamin dari pamannya (Abdullah bin Zaid) bahwasanya dia telah
melihat Rasulullah saw. Berbaring dalam mesjid sambil meletakkan kaki yang satu di atas kaki
yang lain. (HR. Bukhari,Muslim, dan Ahmad).
Secara tekstual, hadis di atas menunjukkan bahwa cara Nabi Saw. Berbaring dalam posisi
meletakkan kaki yang satu di atas kaki yang lain. Pada saat itu tampaknya Nabi sedang
merasa nyaman dengan berbaring dalam posisi seperti yang digambarkan oleh hadis di
atas, meletakkan kaki yang satu di atas kaki yang lain.Perbuatan itu dilakukan oleh Nabi Saw.
Dalam kapasitas beliau sebagai pribadi.
13. Pengamalan hadits
Yang dimaksud pengamalan hadits adalah mengunakan hadits sebagai fungsinya yakni
sebagai hujjah, bayanul Al-Qur'an, ta'qidul-Qur'an dan manhajul ‘amaliyah . Adalah hadits
yang berkatagori hadits maqbul (yang diterima) yaitu; Hadits sahih, baik yang lizatihi
maupun yang ligairihi dan Hadits hasan baik yang lizatihi maupun yang ligairihi. Jadi Hadits
yang berkatagori hadits mardud (hadits da'if) tidak dapat diamalkan. Namun demikian,
menurut mayoritas ulama hadits (muhaditsin) tidak semua hadits maqbul tidak dapat
diamalkan semuanya. Hal ini bukan karena kurang kemaqbulannya namun karena sebab
yang lain. Oleh sebab itu, hadits maqbul itu dibagi dua bagian yaitu:
1. Hadits Maqbul wama'mulun bih (hadits yang diterima dan dapat diamalkan)
2. Hadits Maqbul waghairu ma'mulun bih (hadits yang diterima tetapi tidak dapat
diamalkan)
a. Hadits Maqbul wama'mulun bih (hadits yang diterima dan dapat diamalkan)