1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam sistem pendidikan nasional, kita mengenal tiga komponen utama, yakni (1)
peserta didik, (2) guru, dan (3) kurikulum. Dalam proses belajar mengajar, ketiga komponen
tersebut terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Tanpa
peserta didik, guru tidak akan dapat melaksanakan proses pembelajaran. Tanpa guru para siswa
juga tidak akan dapat secara optimal belajar. Tanpa kurikulum, guru pun tidak akan mempunyai
bahan ajar yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting di samping guru dan fasilitas.
Dengan kurikulum jelaslah gambaran tentang tujuan yang akan dicapai, bahan pembelajaran
yang akan diolah, program pembelajaran yang akan dilaksanakan, serta kegiatan pembelajaran
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Kurikulum memberikan pedoman kepada guru
untuk menyusun dan melaksanakan program pembelajaran. Gambaran tentang tinggi mutu
keluaran juga dapat diperkirakan dari kurikulum yang dilaksanakan.
Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah, hal ini berarti bahwa
kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pembelajaran. Dan
dalam makalah ini akan kita bahas secara lebih rinci apa itu kurikulum.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini hanyalah membahas tentang pengertian kurikulum, macam
macam kurikulum, konsep kurikulum dan kedudukannya dalam pendidikan.
2. PEMBAHASAN
A. KONSEP KURIKULUM
1. Pengertian kurikulum
Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan
pandangan yang beragam. Menurut pandangan klasik, kurikulum dipandang sebagai rencana
pelajaran disuatu sekolah atau juga merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus
disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Pandangan yang muncul sejak zaman Yunani kuno
ini, dalam lingkungan tertentu masih diakui hingga kini, sebagaimana pendapat Robert S. Zais
(1976:7), “a recesourse of subject matters to be mastered”. Menurut pendapat ini, kurikulum
identik dengan bidang studi. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah,
itulah kurikulum.
Sedangkan dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu
pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh
Caswel dan Campbell.
Pengertian kurikulum menurut para ahli akan dijelaskan satu persatu dibawah ini:
a) George A. Beauchamp (1986)
Mengemukakan bahwa : “ A Curriculun is a written document which may contain many
ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given
school”.
Maksudnya Sebuah Kurikulum adalah dokumen tertulis yang dapat berisi banyak bahan,
tetapi pada dasarnya merupakan rencana untuk pendidikan murid selama pendaftaran mereka di
sekolah diberikan
b) Caswel dan Campbell (1935)
mengatakan bahwa kurikulum … to be composed of all the experiences children have
under the guidance of teachers. Maksudnya bahwa kurikulum ialah terdiri dari semua
pengalaman anak-anak di bawah bimbingan guru.
c) Ronald C. Doll (1974)
mengatakan bahwa : “ …the curriculum has changed from content of courses study and
list of subject and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or
3. direction of school.Maksudnya kurikulum adalah perubahan dari isi program studi dan daftar
subyek dan kursus untuk semua pengalaman yang ditawarkan kepada pelajar di bawah naungan
atau arah sekolah.
d) Mauritz Johnson (1967)
Menurutnya, kurikulum hanya berkenaan dengan serangkaian terstruktur hasil
pembelajaran tertentu, hasil yang dicapai dari hasil belajar siswa.
e) Mc Donald (1967)
Memandang kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran, yang terdiri dari
empat komponen, yaitu: mengajar (kegiatan professional guru terhadap murid), belajar (kegiatan
responsi siswa terhadap guru), pembelajaran (interaksi antara guru murid pada proses belajar
mengajar) dan kurikulum (pedoman proses belajar mengajar).
f) Bauchamp (1968)
Menekankan kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. Ia menegaskan
bahwa kurikulum adalah dokumen tertulis dan sekaligus merupakan rencana pendidikan yang
given di sekolah. Tetapi, kurikulum tidak hanya dinilai dari segi dokumen dan rencana
pendidikan, karena ia harus memiliki fungsi operasional kegaiatan belajar mengajar, dan menjadi
pedoman bagi pengajar maupun pelajar.
g) Hilda Taba (1962)
Berpendapat, kurikulum tidak hanya terletak pada pelaksanaanya, tetapi pada keluasan
cakupannya, terutama pada isi, metode dan tujuannya, terutama tujuan jangka panjang, karena
justeru kurikulum terletak pada tujuannya yang umum dan jangka panjang itu, sedangkan
imlementasinya yang sempit termasuk pada pengajaran, yang keduanya harus kontinum.
h) Hamid Hasan (1988)
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan mengemukakan
bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
1. kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai
suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3. kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai
suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
4. kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai
suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan
perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
4. i) Purwadi (2003)
Purwadi memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1) kurikulum sebagai
ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam
melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional
yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni
kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari penerapan
kurikulum.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Rumusan ini lebih spesifik mengandung
pokok – pokok pikiran, sebagai berikut:
1. Kurikulum merupakan suatu rencana/perencanaan;
2. Kurikulum merupakan pengaturan, yang sistematis dan terstruktur;
3. Kurikulum memuat isi dan bahan pelajaran bidang pengajaran tertentu;
4. Kurikulum mengandung cara, metode dan strategi pengajaran;
5. Kurikulum merupakan pedoman kegiatan belajar mengajar;
6. Kurikulum, dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan;
7. Kurikulum merupakan suatu alat pendidikan.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Dan dinyatakan didalamnya, bahwa: “Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan
kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing
satuan pendidikan.
Dari sekian banyaknya pengertian kurikulum menurut para ahli, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
2. Macam-Macam Kurikulum dan perkembangannya
5. a) Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika
itu penyebutannya lebih populer menggunakan learn plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah
curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi
melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan dan
pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Situasi perpolitikan dengan gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947,
baru diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut
kurikulum 1950. Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal
pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya.
Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan
bermasyarakat, daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian
sehari-hari, perhatian terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani.
b) Rencana Pelajaran Teruai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata
pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995.
Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau. Di
penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.
Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
c) Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut
Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,”
6. katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual
di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap
jenjang pendidikan.
d) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
“Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur
Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi:
petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis
rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
e) Kurikulum 1984 (CBSA)
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum
1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode
1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta sekarang Universitas Negeri Jakarta periode 1984-
1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya,
banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang
kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak
lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
f) Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
7. Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran
beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga
mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma
menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran
Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
g) Kurikulum 2004 (KBK)
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai
berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila
dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional
masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu
lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman
dan kompetensi siswa. Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau
Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan.
Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.
h) KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004.
Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti
silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah
koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)
8. 3. Konsep Kurikulum
Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan
sebagai bidang studi.
a. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:
Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid
di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga
dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan
belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai
dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan
pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup
lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.
b. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem:
Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan,
sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur
personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan,
mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya
suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum
agar tetap dinamis.
c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli
pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu
tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum
mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai
kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan
memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk:
(1) mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah- istilah teknis,
(2) mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan
baru,
(3) melakukan penelitian inferensial dan prediktif,
9. (4) mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan model-model
kurikulum.
Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun
bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.
B. KEDUDUKAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN
Tugas utama seorang guru adalah membimbing, mengajar, serta melatih peserta didik
secara professional sehingga dapat mengantarkan peserta didiknya kepada pencapaian tujuan
pendidikan. Sehingga untuk melaksanakan tugas tersebut guru harus berpedoman pada suatu alat
yang disebut kurikulum.
Kurikulum bertujuan sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-rambu dalam
pelaksanaan proses pembelajaran (belajar mengajar). Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi
pendidikan di sekolah, hal ini berarti bahwa kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari pendidikan atau pembelajaran.
Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah
berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial, ataupun
kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun mengembangkan
kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta alat-alat bantu tertentu.
Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara-cara dan alat-alat penilaian
tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode-alat, dan penilaian
merupakan komponen-komponen utama kurikulum. Dengan berpedoman pada kurikulum,
interaksi pendidikan antara guru dan siswa berlangsung. Interaksi ini tidak berlangsung dalam
ruang hampa, tetapi selalu terjadi dalam lingkungan tertentu, yang mencakup antara lain
lingkungan fisik, alam, sosial budaya, ekonomi, politik, dan religi.
Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan
tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Kurikulum merupakan suatu
bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber
konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum
berbagai institusi pendidikan.
Kedudukan Kurikulum ini bersifat sentral, karena mengarahkan segala bentuk aktifitas
pendidikan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Dalam Kontek ini kurikulum bermakna
sebagai alat untuk mencapai tujuan.
10. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan
bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Jadi, Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta
pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Menurut perkembangannya kurikulum terdiri atas:
a) Rencana Pelajaran 1947
b) Rencana Pelajaran Teruai 1952
c) Kurikulum 1968
d) Kurikulum 1975
e) Kurikulum 1984 (CBSA)
f) Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
g) Kurikulum 2004 (KBK)
h) KTSP 2006
Ada tiga konsep tentang kurikulum sebagai berikut:
a. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:
b. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem:
c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
Kedudukan Kurikulum ini bersifat sentral, karena mengarahkan segala bentuk aktifitas
pendidikan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Dalam Kontek ini kurikulum bermakna
sebagai alat untuk mencapai tujuan.
11. B. KRITIK DAN SARAN
Demikianlah isi dari makalah kami ini. Dan kami sangat menyadari bahwa dalam
penulisan maupun penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
demi perbaikan makalah ini agar menjadi lebih baik lagi selanjutnya.
Akhirnya, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata-kata, dan
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini kami ucapkan
terima kasih.