Dokumen tersebut membahas tentang pengertian wanprestasi dalam perjanjian dan hukum perdata Indonesia. Secara ringkas, wanprestasi adalah kelalaian debitur dalam memenuhi kewajiban sesuai perjanjian. Jika terjadi wanprestasi, kreditur berhak menuntut ganti rugi sesuai kerugian nyata yang diderita. Syarat utama ganti rugi adalah kerugian harus dapat diduga pada saat perjanjian dibuat dan merupakan akibat
2. Pengertian Wanprestasi
Prestasi adalah suatu yang wajib harus dipenuhi
oleh debitur dalam setiap perikatan.
Apabila debitur tidak memenuhi prestasi
sebagaimana yang telah ditentukan dalam
perjanjian, ia dikatakan wanprestasi (kelalaian).
3. Macam – Macam Wanprestasi
1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi. Dalam
hal ini debitur dapat segera dituntut ganti rugi.
2. Tidak tunai memenuhi prestasi atau prestasi
dipenuhi sebagian.
3. Terlambat memenuhi prestasi.
4. Keliru memenuhi prestasi.
4. Penetapan Wanprestasi
Dalam menetapkan kapan debitur wanprestasi
pada perjanjian yang prestasinya untuk tidak
berbuat sesuatu, misalnya untuk tidak
membangun tembok yang tingginya lebih dari 2
meter, sehingga begitu debitur membangun
tembok yang tingginya lebih dari 2 meter, sejak
itu ia dalam keadaan wanprestasi.
Dalam perjanjian yang prestasinya untuk
memberi sesuatu atau untuk berbuat sesuatu
(tidak menetapkan kapan debitur harus
memenuhi prestasi), sehingga untuk pemenuhan
prestasi tersebut debitur harus lebih dahulu diberi
teguran (sommatie/ingebrekestelling) agar ia
5. Teguran / Somatie
Cara memberikan teguran
(sommatie/ingebrekestelling) terhadap debitur
diatur di dalam pasal 1238 KUH Perdata yang
menentukan, bahwa teguran itu harus dengan
surat perintah atau dengan akta sejenis.
Yang dimaksud dengan surat perintah dalam
Pasal 1238 KUH Perdata tersebut adalah
peringatan resmi oleh jurusita pengadilan.
Sedangkan yang dimaksud dengan akta sejenis
adalah suatu tulisan biasa (bukan resmi), surat
maupun telegram, yang tujuannya sama yakni
untuk memberiperingatan kepada debitur agar
memenuhi prestasi dalam tempo tertentu.
6. Tuntutan Kreditur
Apabila debitur dalam keadaan wanprestasi,
kreditur dapat memilih diantara beberapa
kemungkinan tuntutan sebagaimana disebut
dalam Pasal 1267 KUH Perdata, yaitu:
1. Pemenuhan perikatan.
2. Pemenuhan perikatan dengan ganti kerugian.
3. Ganti kerugian.
4. Pembatalan perjanjian timbal balik.
5. Pembatalan dengan ganti kerugian.
7. Penggantian Kerugian
Ketentuan tentang ganti rugi dalam KUH Perdata
diatur dalam Pasal 1243 sampai 1252. Dari pasal
– pasal itu dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud ganti rugi adalah sanksi yang dapat
dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi
prestasi dalam suatu perikatan untuk
memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga.
Biaya adalah segala pengeluaran atau
perongkosan yang secara nyata telah dikeluarkan
oleh kreditur. Rugi adalah segala kerugian karena
musnahnya atau rusaknya barang – barang milik
kreditur akibat kelalaian debitur. Sedangkan
bunga adalah segala keuntungan yang
diharapkan atau sudah diperhitungkan.
8. Penggantian Kerugian
Menurut pasal 1243 KUH Perdata, debitur baru
diwajibkan membayar ganti rugi, biaya, bunga
bila ia wanprestasi setelah dinyatakan lalai oleh
kreditur tetap tidak melaksanakan perikatan, atau
bila debitur tidak melaksanakan prestasi dalam
tenggang waktu yang telah ditetapkan dalam
perikatan.
9. Penggantian Kerugian
Kreditur yang menuntut pembayaran ganti rugi,
biaya dan bunga harus membuktikan bahwa:
1. Ada perikatan.
2. Debitur tidak melaksanakan perikatan atau
berwanprestasi.
3. Debitur telah dinyatakan lalai.
4. Kreditur menderita kerugian karena
wanprestasi debitur.
Ada dua jenis kerugian, yaitu:
a. Kerugian yang sungguh – sungguh diderita
(werkelijk geleden schade).
b. Kerugian berupa kehilangan keuntungan
(gederfde winst).
10. Syarat – Syarat Ganti Kerugian
1. Kerugian yang dapat diduga atau sepatutnya
diduga pada waktu perikatan dibuat.
Menurut Pasal 1247 KUH Perdata, bahwa debitur
hanya wajib mengganti kerugian atas kerugian yang
dapat diduga pada waktu perikatan dibuat, kecuali
jika ada arglist (kesengajaan).
2. Kerugian yang merupakan akibat langsung dan
serta merta daripada wanprestasi.
Antara wanprestasi dan kerugian harus mempunyai
hubungan kausal. Jika tidak, maka kerugian tidak
harus diganti. Untuk timbulnya suatu akibat tertentu,
terdapat sejumlah syarat – syarat yang tidak terbatas
yang mendukung terjadinya akibat tertentu.