2. STRUKTUR INSANE
• STRUKTUR INSAN terdiri dari alam fisik (inderawi) dan
alam-alam atas (alamul a’laa), termasuk alam malaikat
• Manusia itu adalah hewan yang mampu berpikir
(hayyawan nathiq)., maksudnya berjasmani seperti hewan,
tapi juga mampu mencerap pengetahuan tentang Allah
SWT sebagaimana malaikat.
• Perbedaan antara manusia dengan hewan adalah adanya
tambahan unsur jiwa (an-nafs) yang membuat manusia
mampu berpikir dan mewujudkan apa yang dipikirkannya
(nathiq), baik dalam bentuk perkataan hingga perbuatan,
sehingga bila saja binatang diberi jiwa (an-nafs)
sebagaimana yang diberikan kepada manusia, tentu ia akan
sanggup berpikir dan akhirnya mukallafah.
3. Struktur manusia menurut al Ghazali
• Jasmani (jism) :
Jasmani manusia terbentuk dari berbagai
komponen dan unsur yang sanggup
‘membawa’ dan mempertahankan ruh dan
nafsnya, yang kemudian menjadi suatu tubuh
berpostur yang memiliki wajah, dua tangan
dan kaki, serta bisa tertawa.
• Jiwa (an-nafs),
• Ruh
4. POTENSI ROHANIYAH INSAN
• Tuhan menciptakan jiwa sebelum benda materi.
Jiwa berada di dunia yang lebih halus. Sebuah
dunia yang lebih dekat dengan Tuhan. Disini
sejatinya tidak ada tabir antara jiwa dengan
Tuhan.
• Tuhan bertanya kepada jiwa, "Apakah Aku Tuhan
Kalian?" Suara Tuhan menjadi akar dari semua
musik yang menyentuh hati, menyemangati dan
membahagiakan jiwa.
• Jiwa mengetahui bahwa Tuhan telah menciptakan
mereka. Mereka selaras dengan kehendak tuhan
dan mereka bersemangat berada di dalam
hadirat-Nya.
Al nafs (jiwa) …………………………………
5. • Sayangnya, begitu kita terwujud dalam bentuk
materi, kita menjadi buta terhadap rahasia di
dalam diri kita tersebut. Sebagai makhluk materi,
kita tidak dapat mewujudkan sifat-sifat
ketuhanan tersebut, kita tertarik pada benda-
benda duniawi.
• Namun, Tuhan juga memberi pelbagai alat untuk
kembali pada tingkat kesadaran azali kita, untuk
keluar dari wadah tanah liat. Alat -alat tersebut
adalah akal dan HATI yang merupakan potensi-
potensi yang dimiliki oleh jiwa manusia
6. Mengenal Nafs, sifat -sifat dan karakteristiknya
• Kalimat nafs menurut bahasa Arab berarti jiwa atau roh....
(Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab-
Indonesia)
• Dalam al-Qur'an kalimat nafs bisa berarti macam-macam :
1). Nafs, sbg diri /seseorang , (QS 'Ali Imran: 61/ Adz-Dzariyat : 21)
2). Nafs, sbg Tuhan, (QS Al-An'am : 12 dan 54 )
3). Nafs, sbg person /sesuatu , (QS al-Furqan : 3)
4). Nafs, sbg roh, (QS al-An'am : 93)
5). Nafs sbg jiwa, (QS al-Syams : 7/ al-Fajr : 27)
6). Nafs sbg totalitas manusia (QS al-Maidah : 32 / Al-Qashas : 19)
7). Nafs sbg sisi dalam diri manusia yang melahirkan tingkah
laku, (QS. al-Ra'du : 11)
7. QS al-Maidah : 32
•
َ
ف ْو
َ
أ ٍس ْف
َ
ن ِرْي
َ
غِب ا ًس ْف
َ
ن َلَت
َ
ق ْن َم ُهَّن
َ
أَت
َ
ق ا َمَّن
َ
أ
َ
ك
َ
ف ِضْراأل يِف ٍاد َسَاسَّالن َل
َّالن اَي ْح
َ
أ ا َمَّن
َ
أ
َ
ك
َ
ف ا َاهَي ْح
َ
أ ْن َمَو اًيعِم َجاًيعِم َج َاس
• …..barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-
akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang
siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya.
• Dalam term totalitas manusia berarti manusia sebagai
makhluk dunia sekaligus harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya nanti diakhirat. Dan kehidupan yang hakiki
sebenarnya adalah kehidupan nanti di akhirat kelak ….
9. • 1) Jiwa Mineral (an-Nafs maddani)
Dunia mineral sangatlah dekat dengan Tuhan. Dia tidak pernah
memberontak kepada kehendak Tuhan. la merupakan wadah
percikan ilahi yang suci di dalam diri manusia.ia berfungsi sebagai
dasar/fondasi yang kuat untuk mendukung kita di dalam
kehidupan.ibarat suatu bangunan ia adalah kerangkanya yang
senantiasa harus ada.
• 2) Jiwa tumbuhan (an-nafs nabati)
Jiwa tumbuhan berfungsi untuk membantu manusia menjaga
kesehatan dan kekuatan tubuh, jika tidak seimbang dia menjadi
sumber kemalasan dan sikap hiperaktif. Jiwa tumnbuhan mengatur
pertumbuhan dan asimilasi dari bahan-bahan makanan. Jika kita
kekurangan vitamin ataupun mineral, maka kita perlahan akan
menjadi lemah dan mungkin jatuh sakit. Jiwa nabati segera
mengetahui kekurangan tersebut, dan efeknya ia memberitahu
kepada kita. Di waktu kita berada di dalam rahim, kita sepenuhnya
berfungsi sebagai jiwa tumbuhan. Kita dihubungkan pada rahim
pada rahim ibu kita dengan tali pusar, yang berfungsi sebagai
penyalur makanan. Namun jiwa tumbuhan masih ada hingga jasad
mati/rusak .
10. • 3) Jiwa hewani (an-nafs al-hayawuni)
Jiwa hewani bertujuan untuk memberikan kepada manusia
hasrat dan dorongan untuk melaksanakan pelayanan-
pelayanan yang bermanfaat di dalam dunia ini. Ketika tidak
seimbang jiwa hewani akan mendorong manusia bersikap
buruk dengan amarah, ketamakan dan nafsu birahi
• 4) Jiwa Pribadi (an-nafs nafsani)
Jiwa pribadi merupakan tempat ego. Manusia memiliki ego
negative dan ego positif. Mulai tingkat jiwa ini dan tingkat
selanjutnya, hanya dimiliki oleh manusia tidak dimiliki oleh
tunibuhan, kalau jiwa jiwa sebelumnya dimiliki juga oleh
binatang. Jiwa pribadi bertujuan untuk membina manusia,
menyediakan kecerdasan untuk memahami diri kita dan
dunia di sekeliling kita. Jika tidak seimbang akan
menyesatkan manusia melalui keangkuhan dan egoisme.
11. • 5) Jiwa insani (an-nafs - al insani)
Jiwa insani terletak di dalam qalb. la adalah Jiwa insani
berguna untuk memberikan belas kasihan dan kecerdasan
yang mendalam, tempat keimanan serta kreatifitas dari
hati. Jika tidak seimbang, maka ia akan membuat manusia
bodoh dengan rasa belas kasihan tidak pada tempatnya.
• 6) Jiwa Rahasia (an-nafs-al sirri)
Jiwa rahasia adalah bagian dari diri manusia untuk
mengingat Allah. Jiwa rahasia terletak di dalam hati
batiniah. Jiwa rahasia dapat memunculkan kearifan
batiniyah sejati *). Namun jika tidak seimbang, maka ia
dapat membuat manusia menolak dunia dan melakukan
pemisahan antara hal2 spiritual dan material dan menjadi
penghambat dari kesatuan yang utuh dengan Allah dan dia
berada di dalam kegelapan selamanya.
*) Jiwa rahasia memunculkan kesadaran batiniyah untuk selalu mencari, mencintai dan mengenal Allah.
12. • 7) Jiwa maha rahasia (an-nafs sirr al-asrar)
Jiwa rahasia merupakan sesuatu yang benar-
benar trensendent, ia adalah jiwa azali (ruh) yang
ditiupkan oleh Tuhan ke dalam diri manusia - ia
adalah inti kita.
Ketika manusia meninggal dunia, keempat jiwa
pertama akan mengikuti tubuh jasmaniyah
manusia dan keempat jiwa selanjutnya akan
meninggalkan tubuh dan mereka tidak binasa dan
akan kembali kepada Tuhannya*)
13. • Keselarasan komponen dan potensi -potensi
ketujuh jiwa itu dimetamorfosikan bagai "Kereta
Kuda" *) Semua komponen 2 dalam kereta kuda
harus sehat dan kuat. tidak ada yang merasa
berkuasa *) agar berfungsi dan dapat
menggerakkan kereta kuda itu hingga sampai
pada tujuan akhirnya.
• Menurut sufi kuno menyamakan jiwa -jiwa
tersebut dengan sebuah kereta kuda Jiwa mineral
adalah rangka atau as. Jiwa tumbuhan adalah
badan dan keretanya, jiwa hewan adalah
kudanya. Dan jiwa pribadi adalah pengendaranya.
Jiwa insani dipadu dengan jiwa rahasia dan jiwa
maharahasia, adalah si pemilik yang duduk di
dalam kereta kuda tersebut.
14. *) Jika kereta kuda berkuasa, maka tidak akan ada
perjalanan. Tidak ada yang bergerak, sebab tidak ada
motivasi untuk pergi kemanapun.
Jika kuda-kuda tersebut berkuasa, maka mereka akan
membawa kereta kuda tersebut ke ladang rumput dan
kuda itu akan berhenti selamanya di tempat itu.
Jika Sang pengendara tidak memiliki kemampuan
untuk menunjukkan tujuan yang benar, tak peduli
seberapa baik ia dapat mengendarainya melewati liku-
liku jalan dan rintangan-rintangan. Kecerdasan pribadi
adalah alat yang baik, namun terbatas dan berpusat
pada dirinya sendiri. Maka kita memerlukan jiwa
insani, jiwa rahasia dan maha rahasia untuk
mengarahkan kereta itu k arah tujuannya.
15. Tingkatan NAFS : 1) Nafsu Ammarah
• Nqfs Ammarah merupakan nafs yang sifatnya selalu
menyuruh kepada pada berbuat kejahatan. Nafsu tirani
berusaha untuk mendominasi dan mengendalikan pikiran
serta tindakan manusia. Sebagian orang yang didominasi
oleh nafs tirani ini mungkin saja melakukan amalan-amalan
keagamaan, namun hanya berupa pameran belaka yang
dirancang untuk mendapatkan penghargaan orang lain
("riya dalam ibadah")
• Ketika Allah memerintah untuk berbuat baik, orang yang
bernafs tirani ini ada sesuatu yang mendorong untuk
berbuat sebaliknya, mengingkarinya. Pada kondisi ini, orang
tersebut diperintah oleh akal kecerdasan. Cirinya adalah
Kecerdasan yang tidak disertai dengan keimanan dan
aqidah yang kokoh. Tidak ada cinta terhadap Tuhan, tidak
ada pengendalian batiniah bahkan perasaan dosa, yang
menjadi tujuannya adalah tercapainya kepentingan
penumpukkan harta, kekuasaaan dan kepuasan egoisme
*)
16.
17. 2) Nafs lawwamah Penuh Penyesalan
• Diatas nafs tirani adalah nafs penuh penyesalan. Pada tingkat ini orang
yang memiliki nafs penyesalan ,mulai memahami dampak negatif
pendekatan egois kita terhadap dunia, walaupun kita tidak memiliki
kemampuan untuk merubahnya. Amalan buruk kita saat ini mulai terasa
menjijikkan bgi kita. Kita memasuki lingkaran berbuat dosa, menyesali
perbuatan tersebut, kemudian kembali berbuat dosa.
• Gambaran orang yang mempunyai nafs penyesalan ini diilustrasikan oleh
Jalaludiin Ar-Rumi bagaikan orang yang masuk ke dalam kamar yang
gelap, pada titik tertentu ia berubah menyalakan (menyesal), karena ia
melihat isi ruang kamar tersebut dipenuhi oleh kotoran keladai, kambing
dan segala sesuatu yang buruk. Setelah mengamati situasi tersebut ia
berusaha membersihkan kotoran tersebut dan mengusir binatang-
binatang itu dari kamar, yang didukung dengan berdzikir kepada Allah dan
perasaan berdosa yang mendalam Para penguasa ditingkat ini masih
berupa kepandaian duniawi. Perdana mentrinya adalah egoisme . namun
sifat-sifatnya lebih lembut dari nafs tirani.
• Manusia yang diliputi nafs penuh penyesalan dalam beribadah tampak
seakan-akan ta'at, suci saleh dan lurus. Namun dicemari oleh keangkuhan,
egoisme, dengki, ambisi, ketidaktulusan - dan hal-hal yang merusaknya…
18.
19. 3) Nafs Ilhami
• Pada tingkat ketiga ini, orang mulai merasakan
kesenangan sejati di dalam shalat, berdo'a dan
beribadah lainnya. la mulai mengalami sendiri
kebenaran spiritual yang selama ini hanya ia dengar
atau ia baca. la mulai merasakan cinta hakiki kepada
Allah dan kepada ciptannya. Tingkat ini juga
merupakan awal dari praktik tasawwuf yang sejati.
Karena pada tingkat sebelumnya ini, yang terbaik yang
diproleh adalah pemahaman palsu dan pemujaan ritual
semu.
• Ketika seseorang memulai mendengar suara nurani
mereka. la mulai terilhami untuk mengetahui petunjuk
kebenaran , maka nafs terilhami dan mendapat cahaya
kebenaran, ia mampu membedakan antara yang benar
dan salah. (Lih. Q.s. Asy-Syams : 7)
20. • Bahaya nafs yang terilhami
Walaupun keburukan-keburukan nafs tirani dan nafs penuh
penyesalan sudah berlalu. Namun orang yang memiliki nafs ilhami
belumlah berada ditempat yang aman. Egoisme masih sangat utuh
dan dapat medapat membawa ia ke jalan yang salah, dan
kemunafikan masih merupakan hal yang sangat berbahaya pada
tingkat ini Tingkat ini dapat menjadi tingkat pertumbuhan nafs yang
sangat berbahaya. Untuk pertama kalinya ia mampu merasakan
pengalaman dan pengetahuan spiritual yang sejati. Namun jika
pengalaman dan pengetahuan ini disaring oleh ego,maka ia akan
melambung dengan dahsyatnya. Seperti halnya ibarat para
seniman, penulis pemusik dan ilmuwan yang kreatif. Orang-orang
ini mungkin saja merasakan terobosan dan menemukan inspirasi
yang kreatif.
Bahayanya mereka mungkin saja mengira bahwa mereka sendirilah
sumber dari inspirasi tersebut
21.
22. 4) Nafs Tenteram (nafs Muthmainnah)
• Pada tingkat ini, ia sudah mencapai ketentraman.
Ketentraman yang dimaksud jauh berbeda dari keadaan
yang biasa kita alami .Ketentraman disini adalah
pencapaian sepiritual yang sejati yang merasa puas dengan
masa sekarang, dengan segala yang ada, dengan yang
segala Allah berikan kepada kita. Ketentraman dan
kepuasan ini berakar pada cinta kepada Allah .
• Nafs yang tentram diterangi oleh cahaya hati sedemikiian
rupa, sehinga ia mengusir seluruh sifat-sifat buruk dan
menjadi disifati oleh sifat-sifat mulia dan sepenuhnya
memusatkan perhatiannya pada hati dan menemaninya
dalam perjalanan menuju wilayah kesucian, sementara
dibersihkan dari dosa-dosa dan tekun dalam
pengabdiannya
23.
24. 5). Nafs Radliyyah
• Pada tingkatan nafs Radliyyah, oang yang memiliki nafs ini
tidak hanya puas terhadap taqdir Allah . Iajuga mera puas
terhadap segala kesulitan dan ujian kehidupan, yang juga
berasal dari Allah*). Kondisi orang yang memiliki nafs Ridla
ini sangatlah berbeda dengan cara biasa yang biasa kita
lakukan di dalam kehidupandi dunia ini.
• Ketika rasa syukur dan cinta kepada Allah demikian
besarnya, raa sakit tidak dirasakan bahkan yang pahit pun
terasa manis, segala keburukan menjadi kebaikan yang
indah. Maka kondisi ini sudah mencapai stasiun nafs ridha.
• Ciri- ciri lain orang yang memiliki nafs ridha adalah kejaiban,
kebebasan*), ketulusan, perenungan dan ingat kepada
Allah.
• NAmun orang yang memiliki nafs ridha ini belum lepas dari
dualisme antara "Aku " dan "Dia" yang mempengaruhi
jiwanya.
25.
26. 6) Nafs Mardhiyyah
• PAda tingkat ini,orang memiliki nafs mardiyyah merasakan dunia
sebagai satu kesatuan yang utuh. Dia menjadi manusia yang sejati.
Karena dalam tingkat ini adalah tingkat pernikahan antara
batiniyyah dan roh. Orang yang memiliki nafs ini tidak lagi terpisah
antara hasrat materi dia dan hasrata akan selalu bersama Allah
Sehingga ia selalu memilih kondisi apapun yang Allah pilihkan untuk
dirinya dan menempatkan di dalamnya.
• Pada tingkat ini, orang yang memiliki nafs mardyiyyah menyadari
bahwa seluruh kekuatan untuk bertindak datang darai Allah, dia
tidak melakukan sesuatu apapun dengan sendirinya. Dia tidak
merasa takut terhadap segala sesuatu atau meminta seuatu apapun
• Dalam tingkat ini ego sudah melebur dengan roh. Dia tidak
mengenal dirinya. Dan mengatakkan bahwa "milikku" adalah syirik
yang tersembunyi yang ingin melenyapkan dari dirinya. Orang
tingkatan nafs mardyiyyah sudah dalam tingkatan kondisi fana'
fillah
27. 7) Nafs Shufiyyah : Suci
• Segelintir orang yang mencapai tingkatan ini, hanya
para nabi dan wali Allah, orang yang mencapai
tingkatan nafsu suci telah melampaui diri secara utuh.
• Tidak ada lagi ego ataupun diri. Yang tinggal hanyalah
kesatuan dengan Tuhan
• Jalaluddin ar-Rumi menggambarkan, orang yang
mencapai tingkatan nafs ini, tidak ada lagi perasaan diri
yang terpisah atau identitas terpisah. Tak ada batas
jelas antara diri dan Tuhan, ia telah menjadi garam
yang larut dalam lautan; yang ada hanyalah Tuhan
28.
29. • Masih dalam rangka mengenali diri, Imam al-Ghazali menjelaskan adanya
empat potensi dalam diri manusia, dimana masing-masing memiliki
kebahagiannya sendiri.
• Keempat potensi tersebut adalah sifat binatang ternak, sifat binatang
buas, sifat setan dan sifat malaikat. Beliau pun menguraikan sebagai
berikut: "Sesungguhnya kebahagiaan binatang ternak itu di saat makan,
minum, tidur dan melampiaskan hasrat seksnya. Jika Anda termasuk
golongan mereka, maka bersungguh-sungguhlah dalam memenuhi
kebutuhan perut dan kemaluan.
• Kebahagiaan binatang buas itu dikala ia berhasil memukul dan
membunuh.
• Kebahagiaan setan itu ketika ia berhasil melakukan makar, kejahatan dan
tipu muslihat. Jika Anda berasal dari golongan mereka, maka sibukkanlah
diri Anda dengan kesibukan setan.
• Sedangkan kebahagiaan malaikat itu tatkala ia menyaksikan indahnya
kehadiran Tuhan. Maka jika Anda termasuk golongan malaikat,
bersungguh-sungguhlah dalam mengenali asal-usul Anda, hingga
mengetahui jalan menuju kepada-Nya dan terbebas dari belenggu
syahwat dan amarah". (lihat: Kimiya al-Sa'adah).