SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 6
NAMA

: SHINTA ARI HERDIANA

NIM

: 1001120553

MATA KULIAH

: USHUL FIQH
MUTLAQ DAN MUQAYYAD

PENGERTIAN MUTLAQ
Mutlaq secara bahasa artinya tidak terikat, kebalikan muqayyad. Secara istilah
mutlaq adalah lafadz yang mencakup pada jenisnya tetapi tidak mencakup seluruh afrad di
dalamnya. Contoh firman Allah berikut ini :
)3:‫والَّذِينَ يُظاهِرونَ من نِسائِهم ثُم يعُود ُونَ ِلما قَالُوا فَتَحْ رير رقَبَة من قَبل أَن يَتَماسَّا (المجادلة‬
ُ َ
َ َّ ْ ِ َ ْ ِ
َ ْ ِ ْ ْ ِ ٍ َ ُ ِ
َ
َ
“Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa
yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua
suami isteri itu bercampur.”
Lafadz “raqabah” (hamba sahaya) termasuk lafadz mutlaq yang mencakup semua
jenis raqabah(hamba sahaya) tanpa diikat atau dibatasi sesuatu yang lain. Maksudnya bisa
mencakup raqabah laki-laki atau perempuan, beriman atau tidak beriman. Jika dilihat dari
segi cakupannya, maka lafadz mutlaqadalah sama dengan lafadz ‘am. Namun keduanya tetap
memiliki perbedaan yang prinsip, yaitu lafadz‘am mempunyai sifat syumuli (melingkupi)
atau kulli (keseluruhan) yang berlaku atas satuan-satuan, sedangkan keumuman dalam
lafadz mutlaq bersifat badali (pengganti) dari keseluruhan dan tidak berlaku atas satuansatuan tetapi hanya menggambarkan satuan yang meliputi.
Hukum yang datang dari ayat yang berbentuk mutlaq, harus diamalkan berdasarkan
kemutlaq-annya, sebagaimana contoh ayat 3 surat al-Mujadalah di atas. Dengan demikian
kesimpulan hukumnya adalah bahwa seorang suami yang men-dzihar istrinya kemudian ingin
menarik kembali ucapannya, maka wajib memerdekakan hamba sahaya, baik yang beriman
ataupun yang tidak beriman.
Pengertian Muqayyad
Muqayyad secara bahasa artinya sesuatu yang terikat atau yang diikatkan kepada
sesuatu. Pengertian secara istilah ialah suatu lafadz yang menunjukkan hakikat sesuatu yang
1
terikat dengan suatu seperti sifat. Contohnya ialah lafadz “raqabah mukminah” (hamba
sahaya yang beriman) yang terdapat dalam firman Allah :
َ َ ِ ُ َ ْ َ َ
)33:‫ومن قَتَل مؤْ منًا خطأ ً فَتَحْ رير رقَبة مؤْ منَة (النساء‬
ٍ ِ ُ ٍَ َ ُ ِ
“Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman”.
Kata “raqabah” (hamba sahaya) dalam ayat ini memakai qayid atau ikatan
yaitu mukminah. Maka ketentuan hukum dari ayat ini ialah siapa pun yang melakukan
pembunuhan atau menghilangkan nyawa seseorang tanpa sengaja, maka dikenai denda
atau diyat, yaitu harus memerdekakan hamba sahaya yang beriman.
Oleh karena itu, setiap ayat yang datang dalam bentuk muqayyad, maka harus diamalkan
berdasarkanqayid yang menyertainya, seperti ayat raqabah di atas.
Membawa Hukum Mutlaq kepada Muqayyad
Apabila nash hukum datang dengan bentuk mutlaq dan pada sisi yang lain dengan
bentukmuqayyad, maka menurut ulama ushul ada empat kaidah di dalamnya, yaitu:
1. Jika sebab dan hukum yang ada dalam mutlaq sama dengan sebab dan hukum yang ada
dalammuqayyad. Maka dalam
yang mutlaq tadi

harus

hal

ditarik

ini hukum
atau

yang

dibawa

ditimbulkan

kepada hukum

oleh
ayat

ayat
yang

berbentuk muqayyad. Contoh:
a. Ayat mutlaq:
Surat al-Maidah ayat 3 tentang darah yang diharamkan, yaitu:
)3:‫حرمت علَيكم الميتَةُ والدَّم ولَحْ م الخنزير (المائدة‬
ِ ِِْْ ُ َ ُ َ َْْ ُُْ َ ْ َ ُِ
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah daging babi...”
Ayat ini menerangkan bahwa darah yang diharamkan ialah meliputi semua darah
tanpa terkecuali, karena lafadz “dam” (darah) bentuknya mutlaq tidak diikat oleh sifat
atau hal-hal lain yang mengikatnya.
Adapun sebab ayat ini ialah “dam” (darah) yang di dalamnya mengandung halhal bahaya bagi siapa yang memakannya, sedangkan hukumnya adalah haram.

2
b. Ayat Muqayyad:
Surat al-An’am ayat 145, dalam masalah yang sama yaitu “dam” (darah) yang
diharamkan.
ُ َ ْ َّ ِ ُ َ ْ َ ٍ ِ َ
)541:‫قُل َل أَجد ُ فِي ما أُوحي إِلَي محرما علَى طاعم يطعمهُ إَل أَن يكونَ ميتَةً أَو دَما مسفُوحا (األنعام‬
ً ْ َ ً ْ َْ
َ ً َّ َ ُ َّ َ ِ
ِ َ ْ
َ
“Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu,
sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir”.
Lafadz “dam” (darah) dalam ayat di atas berbentuk muqayyad, karena diikuti
olehqarinah atau qayid yaitu lafadz “masfuhan” (mengalir). Oleh karena itu darah
yang diharamkan menurut ayat ini ialah “dam-an masfuhan” (darah yang mengalir).
Sebab dan hukum antara ayat al-An’am ayat 145 ini dengan surat al-Maidah
ayat 3 adalah sama yaitu masalah darah yang diharamkan.
Berdasarkan kaidah bahwa “Apabila sebab dan hukum yang terdapat dalam
ayat yang mutlak sama dengan sebab dan hukum yang terdapat pada ayat yang
muqayyad, maka pelaksanaan hukumnya ialah yang mutlak dibawa atau ditarik
kepada muqayyad.” Dengan demikian hukum yang terdapat dalam ayat 3 surat alMaidah yakni darah yang diharamkan harus dipahami darah yang mengalir
sebagaimana surat al-An’am ayat 145.
2. Jika sebab yang ada dalam mutlaq dan muqayyad sama tetapi hukum keduanya berbeda,
maka dalam hal ini yang mutlaq tidak bisa ditarik kepada muqayyad. Contoh:
a. Ayat mutlaq :
Surat al-Maidah ayat 6 tentang tayammum, yaitu:
َ
ِْ ُْ
)6:‫....فَتَيَمموا صعيدًا طيِبًا فَامسحوا بِوجوهكم وأ َْيدِيكم منهُ....( المائدة‬
َِ
ُ َّ
َ ُْ ِ ُ ُ ُ َ ْ
“Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah...”
Lafadz “yad” (tangan) dalam ayat di atas berbentuk mutlaq karena tidak ada
lafadz lain yang mengikat lafadz “yad” (tangan). Dengan demikian kesimpulan
dari ayat ini ialahkeharusan menyapukan tanah ke muka dan kedua tangan, baik itu
hingga pergelangan tangan atau sampai siku, tidak ada masalah. Kecuali jika di
3
sana ada dalil lain seperti hadits yang menerangkan tata cara tayammum oleh Nabi
yang memberikan contoh mengusap tangan hanya sampai pergelangan tangan.
b. Ayat Muqayyad:
Surat al-Maidah ayat 6 tentang wudhu’, yaitu:
)6:‫يا أَيُّها الَّذِينَ آمنُوا إذَا قُمتُم إلَى الصَلة فَاغسلُوا وجوهكم وأ َْيديكم إلَى المرافق ...(المائدة‬
ِ ْ ْ ِ َ
َ َ
ِ ِ َ َ ْ ِ ْ ُ َ ِ َ ْ ُ َ ُ ُ ِ ْ ِ َ َّ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku...”
Lafadz “yad” (tangan) dalam ayat ini berbentuk muqayyad karena ada lafadz
yang mengikatnya yaitu “ilal marafiqi” (sampai dengan siku). Maka berdasarkan ayat
tersebut mencuci tangan harus sampai siku.
Sebab dari ayat di atas adalah sama dengan ayat mutlaq yang sebelumnya
yaitu keharusan bersuci untuk mendirikan shalat, akan tetapi hukumnya
berbeda. Ayat mutlaq sebelumnya menerangkan keharusan menyapu dengan tanah,
sedang ayat muqayyadmenerangkan keharusan mencuci dengan air. Maka ketentuan
hukum yang ada pada ayatmutlaq tidak bisa ditarik kepada yang muqayyad.
Artinya, ketentuan menyapu tangan dengan tanah tidak bisa dipahami sampai siku,
sebagaimana ketentuan wudhu’ yang mengharuskan membasuh tangan sampai
siku. Dengan demikian ayat mutlaq danmuqayyad berjalan sesuai dengan ketentuan
hukumnya sendiri-sendiri tidak bisa dijadikan satu.
3. Jika sebab yang ada pada mutlaq dan muqayyad berbeda, tetapi hukum keduanya sama,
maka

yang mutlaq tidak

bisa

dipahami

dan

diamalkan

sebagaimana

yang muqayyad. Contoh:
a.

Mutlaq
Surat al-Mujadalah ayat 3 tentang kafarah dzihar yang dilakukan seorang

suami kepada istrinya.
َّ َ
)3:‫والذِينَ يُظاهِرونَ من نِسائِهم ثُم يعُود ُونَ ِلما قَالُوا فَتَحْ رير رقَبَة من قَبل أَن يَتَماسَّا ...(المجادلة‬
ُ َ
َ َّ ْ ِ َ ْ ِ
َ ْ ِ ْ ْ ِ ٍ َ ُ ِ
َ
“Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak
menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan
seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur.”
4
Lafadz “raqabah” (hamba

sahaya)

dalam

masalah dzihar ini

berbentuk mutlaqkarena tidak ada lafadz yang mengikatnya. Sehingga seorang suami
yang sudah terlanjur men-dzihar istrinya dan ingin ditarik ucapannya, maka sebelum
mencampurinya harus memerdekan hamba sahaya atau budak, baik yang beriman
ataupun yang tidak.
b.

Muqayyad

Surat an-Nisa’ ayat 92 tentang kafarah qatl (pembunuhan) yang tidak sengaja, yaitu :
َ َ ِ ُ َ ْ َ َ
)39:‫ومن قَتَل مؤْ منًا خطأ ً فَتَحْ رير رقَبة مؤْ منَة (النساء‬
ٍ ِ ُ ٍَ َ ُ ِ
“dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman.”
Lafadz “raqabah” (hamba

sahaya)

dalam

ayat

ini

berbentuk muqayyad dengan diikat lafadz “mukminah” (beriman), maka hukumnya
ialah keharusan untuk memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Karena sebabnya
berbeda, satu masalah kafarah dzihar dan yang lain kafarah qatl, walaupun hukumnya
sama-sama memerdekakan hamba sahaya, namun tetap diamalkan sesuai dengan
ketentuannya masing-masing. Ayat mutlaq berjalan berdasarkan kemutlaq-annya,
sedang yangmuqayyad berjalan berdasarkan kemuqayyadannya.
4. Jika sebab dan hukum yang ada pada mutlaq berbeda dengan sebab dan hukum yang
ada padamuqayyad, maka yang mutlak tidak bisa dipahami dan diamalkan sebagaimana
yangmuqayyad. Contoh:
a. Mutlaq
Masalah had pencurian yang terdapat dalam surat al-Maidah ayat 38 yang berbunyi :
َ ْ
َّ
)33:‫والسَّارق والسَّارقَةُ فَاقطعُوا أ َْيديَهما جزَ اء بما كسبَا نكَاَل منَ اّللِ ( المائدة‬
ِ ً َ َ َ َِ ً َ َُ ِ
ِ
َ ُ ِ
َ
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan
dari Allah.”
Lafadz “yad” dalam ayat di atas berbentuk mutlaq, yakni keharusan
memotong tangan tanpa diberi batasan sampai daerah mana dari tangan yang harus
dipotong.
5
b. Muqayyad
Masalah wudhu’ yang dijelaskan dalam surat al-Maidah ayat 6, yaitu:
َ َّ
)6:‫يَا أَيُّها الَّذينَ آمنُوا إِذَا قُمتُم إِلَى الصَلةِ فَاغسلُوا وجوهكم وأ َْيديَكم إِلَى المرافِق (المائدة‬
ِ َ
ُْ ِ َ َُْ ُ ُ ِ ْ
ْ ْ
َ
ِ َ َْ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku.”
Lafadz “yad” dalam ayat wudhu’ ini berbentuk muqayyad karena diikat
dengan lafadz “ilal marafiqi” (sampai dengan siku). Ketentuannya hukumnya adalah
kewajiban mencuci tangan sampai siku.
Dari dua ayat di atas terdapat lafadz yang sama yaitu lafadz “yad”. Ayat
pertama berbentukmutlaq, sedangkan yang kedua berbentuk muqayyad. Keduanya
mempunyai sebab dan hukum yang berbeda. Yang mutlaq berkenaan dengan
pencurian

yang

hukumannya

harus

potong

tangan.

Sedangkan

yang muqayyad berkenaan masalah wudhu’ yang mengharuskan membasuh tangan
sampai siku. Dari sini dapat disimpulkan bahwa yang mutlaq tidak bisa dipahami
menurut yang muqayyad.

6

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Perang khaibar
Perang khaibarPerang khaibar
Perang khaibar
anindianr
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
Marhamah Saleh
 
02 pengertian komunikasi r02 stu
02 pengertian komunikasi r02 stu02 pengertian komunikasi r02 stu
02 pengertian komunikasi r02 stu
azlifairuz
 

Was ist angesagt? (20)

Perjanjian Hudaibiyah
Perjanjian HudaibiyahPerjanjian Hudaibiyah
Perjanjian Hudaibiyah
 
Ulum al quran lengkap pt 1
Ulum al quran lengkap pt 1Ulum al quran lengkap pt 1
Ulum al quran lengkap pt 1
 
DAURAH ULUM AL QURAN : MUKJIZAT KISAH KISAH AL-QURAN
DAURAH ULUM AL QURAN : MUKJIZAT KISAH  KISAH AL-QURANDAURAH ULUM AL QURAN : MUKJIZAT KISAH  KISAH AL-QURAN
DAURAH ULUM AL QURAN : MUKJIZAT KISAH KISAH AL-QURAN
 
Keistimewaan al quran
Keistimewaan al quranKeistimewaan al quran
Keistimewaan al quran
 
Istihsan (استحسان)
Istihsan (استحسان)Istihsan (استحسان)
Istihsan (استحسان)
 
Usul Fiqh 1 - Topik 8 - Sumber Hukum Islam: Ijma' (Ijmak)
Usul Fiqh 1 - Topik 8 - Sumber Hukum Islam: Ijma' (Ijmak)Usul Fiqh 1 - Topik 8 - Sumber Hukum Islam: Ijma' (Ijmak)
Usul Fiqh 1 - Topik 8 - Sumber Hukum Islam: Ijma' (Ijmak)
 
Power Poin Asbabun nuzul dalam alquran
Power Poin Asbabun nuzul dalam alquranPower Poin Asbabun nuzul dalam alquran
Power Poin Asbabun nuzul dalam alquran
 
Ushul Fiqh - Syara man Qoblana
Ushul Fiqh - Syara man QoblanaUshul Fiqh - Syara man Qoblana
Ushul Fiqh - Syara man Qoblana
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
sejarah pembukuan hadits
sejarah pembukuan hadits sejarah pembukuan hadits
sejarah pembukuan hadits
 
-al-quran turun 7 huruf
-al-quran turun 7 huruf-al-quran turun 7 huruf
-al-quran turun 7 huruf
 
Taqlid
TaqlidTaqlid
Taqlid
 
Usul fiqh, 'azimah.
Usul fiqh, 'azimah.Usul fiqh, 'azimah.
Usul fiqh, 'azimah.
 
Tafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinahTafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinah
 
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADHUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
 
Perang khaibar
Perang khaibarPerang khaibar
Perang khaibar
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
 
02 pengertian komunikasi r02 stu
02 pengertian komunikasi r02 stu02 pengertian komunikasi r02 stu
02 pengertian komunikasi r02 stu
 
Ulum al quran
Ulum al quranUlum al quran
Ulum al quran
 
Qiraat
QiraatQiraat
Qiraat
 

Ähnlich wie Mutlaq

PPT METODOLOGI FILSAFAT HUKUM ISLAM AS VA.pptx
PPT METODOLOGI FILSAFAT HUKUM ISLAM AS VA.pptxPPT METODOLOGI FILSAFAT HUKUM ISLAM AS VA.pptx
PPT METODOLOGI FILSAFAT HUKUM ISLAM AS VA.pptx
DeniSujani
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Fakhri Cool
 
Dalil kewajiban berjilbab
Dalil kewajiban berjilbabDalil kewajiban berjilbab
Dalil kewajiban berjilbab
ilisthea
 

Ähnlich wie Mutlaq (20)

Chap 2.docx
Chap 2.docxChap 2.docx
Chap 2.docx
 
DOC-20230916-WA0002..pptx
DOC-20230916-WA0002..pptxDOC-20230916-WA0002..pptx
DOC-20230916-WA0002..pptx
 
Mutlaq Muqayyad
Mutlaq MuqayyadMutlaq Muqayyad
Mutlaq Muqayyad
 
Al ‘âm wa al-khâsh
Al ‘âm wa al-khâshAl ‘âm wa al-khâsh
Al ‘âm wa al-khâsh
 
Usul fiqh, nasakh.
Usul fiqh, nasakh.Usul fiqh, nasakh.
Usul fiqh, nasakh.
 
Lafadz ‘am
Lafadz ‘amLafadz ‘am
Lafadz ‘am
 
Pembentangan usul
Pembentangan usulPembentangan usul
Pembentangan usul
 
PPT METODOLOGI FILSAFAT HUKUM ISLAM AS VA.pptx
PPT METODOLOGI FILSAFAT HUKUM ISLAM AS VA.pptxPPT METODOLOGI FILSAFAT HUKUM ISLAM AS VA.pptx
PPT METODOLOGI FILSAFAT HUKUM ISLAM AS VA.pptx
 
Tugas 1
Tugas 1Tugas 1
Tugas 1
 
Usul fiqh, hadith.
Usul fiqh, hadith.Usul fiqh, hadith.
Usul fiqh, hadith.
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
 
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdf
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdfMutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdf
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdf
 
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benarMutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
 
Dalil kewajiban berjilbab
Dalil kewajiban berjilbabDalil kewajiban berjilbab
Dalil kewajiban berjilbab
 
3 'am dan khas
3 'am dan khas3 'am dan khas
3 'am dan khas
 
Tugasan usul fiqh2
Tugasan usul fiqh2Tugasan usul fiqh2
Tugasan usul fiqh2
 
Ushul Fiqh II Lafadz dari Segi Taklif
Ushul Fiqh II Lafadz dari Segi TaklifUshul Fiqh II Lafadz dari Segi Taklif
Ushul Fiqh II Lafadz dari Segi Taklif
 
Mutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.docxMutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.docx
 
Mutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.pdf
Mutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.pdfMutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.pdf
Mutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.pdf
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

Mehr von Shinta Ari Herdiana

Mehr von Shinta Ari Herdiana (20)

Makalah TATA RAGA TINJU GULAT BALAPAN KUDA DAN LAIN SEBAGAINYA YANG BERHADIAH
Makalah TATA RAGA TINJU GULAT BALAPAN KUDA DAN LAIN SEBAGAINYA YANG BERHADIAHMakalah TATA RAGA TINJU GULAT BALAPAN KUDA DAN LAIN SEBAGAINYA YANG BERHADIAH
Makalah TATA RAGA TINJU GULAT BALAPAN KUDA DAN LAIN SEBAGAINYA YANG BERHADIAH
 
Top up 2 book
Top up 2 bookTop up 2 book
Top up 2 book
 
Text analysis of teacher texts
Text analysis of teacher textsText analysis of teacher texts
Text analysis of teacher texts
 
Blending clipping
Blending clippingBlending clipping
Blending clipping
 
Prose
ProseProse
Prose
 
Introduction to literature
Introduction to literatureIntroduction to literature
Introduction to literature
 
Methapor, simile, personofication, symbol, image n imagery and analysis of po...
Methapor, simile, personofication, symbol, image n imagery and analysis of po...Methapor, simile, personofication, symbol, image n imagery and analysis of po...
Methapor, simile, personofication, symbol, image n imagery and analysis of po...
 
Persentasi pendekatan dan metode dalam pendidikan islam
Persentasi pendekatan dan metode dalam pendidikan islamPersentasi pendekatan dan metode dalam pendidikan islam
Persentasi pendekatan dan metode dalam pendidikan islam
 
Materi filsafat pendikan islam
Materi filsafat pendikan islamMateri filsafat pendikan islam
Materi filsafat pendikan islam
 
Makalah pendekatan dan metode dalam pendidikan islam
Makalah pendekatan dan metode dalam pendidikan islamMakalah pendekatan dan metode dalam pendidikan islam
Makalah pendekatan dan metode dalam pendidikan islam
 
Konsep pendidikan filsafat pendidikan islam
Konsep pendidikan filsafat pendidikan islamKonsep pendidikan filsafat pendidikan islam
Konsep pendidikan filsafat pendidikan islam
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
Gender in education
Gender in educationGender in education
Gender in education
 
Culture of korea (shinta ari herdiana)
Culture of korea (shinta ari herdiana)Culture of korea (shinta ari herdiana)
Culture of korea (shinta ari herdiana)
 
Acquisition of phonology
Acquisition of phonologyAcquisition of phonology
Acquisition of phonology
 
Modal auxiliaries
Modal auxiliariesModal auxiliaries
Modal auxiliaries
 
Main verbs and modal auxiliaries (can n may)
Main verbs and modal auxiliaries (can n may)Main verbs and modal auxiliaries (can n may)
Main verbs and modal auxiliaries (can n may)
 
Makalah euthanasia
Makalah euthanasiaMakalah euthanasia
Makalah euthanasia
 
Lesson plan exam
Lesson plan examLesson plan exam
Lesson plan exam
 
Lesson plan 5
Lesson plan 5Lesson plan 5
Lesson plan 5
 

Kürzlich hochgeladen

ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
AgusRahmat39
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
dheaprs
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 

Mutlaq

  • 1. NAMA : SHINTA ARI HERDIANA NIM : 1001120553 MATA KULIAH : USHUL FIQH MUTLAQ DAN MUQAYYAD PENGERTIAN MUTLAQ Mutlaq secara bahasa artinya tidak terikat, kebalikan muqayyad. Secara istilah mutlaq adalah lafadz yang mencakup pada jenisnya tetapi tidak mencakup seluruh afrad di dalamnya. Contoh firman Allah berikut ini : )3:‫والَّذِينَ يُظاهِرونَ من نِسائِهم ثُم يعُود ُونَ ِلما قَالُوا فَتَحْ رير رقَبَة من قَبل أَن يَتَماسَّا (المجادلة‬ ُ َ َ َّ ْ ِ َ ْ ِ َ ْ ِ ْ ْ ِ ٍ َ ُ ِ َ َ “Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur.” Lafadz “raqabah” (hamba sahaya) termasuk lafadz mutlaq yang mencakup semua jenis raqabah(hamba sahaya) tanpa diikat atau dibatasi sesuatu yang lain. Maksudnya bisa mencakup raqabah laki-laki atau perempuan, beriman atau tidak beriman. Jika dilihat dari segi cakupannya, maka lafadz mutlaqadalah sama dengan lafadz ‘am. Namun keduanya tetap memiliki perbedaan yang prinsip, yaitu lafadz‘am mempunyai sifat syumuli (melingkupi) atau kulli (keseluruhan) yang berlaku atas satuan-satuan, sedangkan keumuman dalam lafadz mutlaq bersifat badali (pengganti) dari keseluruhan dan tidak berlaku atas satuansatuan tetapi hanya menggambarkan satuan yang meliputi. Hukum yang datang dari ayat yang berbentuk mutlaq, harus diamalkan berdasarkan kemutlaq-annya, sebagaimana contoh ayat 3 surat al-Mujadalah di atas. Dengan demikian kesimpulan hukumnya adalah bahwa seorang suami yang men-dzihar istrinya kemudian ingin menarik kembali ucapannya, maka wajib memerdekakan hamba sahaya, baik yang beriman ataupun yang tidak beriman. Pengertian Muqayyad Muqayyad secara bahasa artinya sesuatu yang terikat atau yang diikatkan kepada sesuatu. Pengertian secara istilah ialah suatu lafadz yang menunjukkan hakikat sesuatu yang 1
  • 2. terikat dengan suatu seperti sifat. Contohnya ialah lafadz “raqabah mukminah” (hamba sahaya yang beriman) yang terdapat dalam firman Allah : َ َ ِ ُ َ ْ َ َ )33:‫ومن قَتَل مؤْ منًا خطأ ً فَتَحْ رير رقَبة مؤْ منَة (النساء‬ ٍ ِ ُ ٍَ َ ُ ِ “Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman”. Kata “raqabah” (hamba sahaya) dalam ayat ini memakai qayid atau ikatan yaitu mukminah. Maka ketentuan hukum dari ayat ini ialah siapa pun yang melakukan pembunuhan atau menghilangkan nyawa seseorang tanpa sengaja, maka dikenai denda atau diyat, yaitu harus memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Oleh karena itu, setiap ayat yang datang dalam bentuk muqayyad, maka harus diamalkan berdasarkanqayid yang menyertainya, seperti ayat raqabah di atas. Membawa Hukum Mutlaq kepada Muqayyad Apabila nash hukum datang dengan bentuk mutlaq dan pada sisi yang lain dengan bentukmuqayyad, maka menurut ulama ushul ada empat kaidah di dalamnya, yaitu: 1. Jika sebab dan hukum yang ada dalam mutlaq sama dengan sebab dan hukum yang ada dalammuqayyad. Maka dalam yang mutlaq tadi harus hal ditarik ini hukum atau yang dibawa ditimbulkan kepada hukum oleh ayat ayat yang berbentuk muqayyad. Contoh: a. Ayat mutlaq: Surat al-Maidah ayat 3 tentang darah yang diharamkan, yaitu: )3:‫حرمت علَيكم الميتَةُ والدَّم ولَحْ م الخنزير (المائدة‬ ِ ِِْْ ُ َ ُ َ َْْ ُُْ َ ْ َ ُِ “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah daging babi...” Ayat ini menerangkan bahwa darah yang diharamkan ialah meliputi semua darah tanpa terkecuali, karena lafadz “dam” (darah) bentuknya mutlaq tidak diikat oleh sifat atau hal-hal lain yang mengikatnya. Adapun sebab ayat ini ialah “dam” (darah) yang di dalamnya mengandung halhal bahaya bagi siapa yang memakannya, sedangkan hukumnya adalah haram. 2
  • 3. b. Ayat Muqayyad: Surat al-An’am ayat 145, dalam masalah yang sama yaitu “dam” (darah) yang diharamkan. ُ َ ْ َّ ِ ُ َ ْ َ ٍ ِ َ )541:‫قُل َل أَجد ُ فِي ما أُوحي إِلَي محرما علَى طاعم يطعمهُ إَل أَن يكونَ ميتَةً أَو دَما مسفُوحا (األنعام‬ ً ْ َ ً ْ َْ َ ً َّ َ ُ َّ َ ِ ِ َ ْ َ “Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir”. Lafadz “dam” (darah) dalam ayat di atas berbentuk muqayyad, karena diikuti olehqarinah atau qayid yaitu lafadz “masfuhan” (mengalir). Oleh karena itu darah yang diharamkan menurut ayat ini ialah “dam-an masfuhan” (darah yang mengalir). Sebab dan hukum antara ayat al-An’am ayat 145 ini dengan surat al-Maidah ayat 3 adalah sama yaitu masalah darah yang diharamkan. Berdasarkan kaidah bahwa “Apabila sebab dan hukum yang terdapat dalam ayat yang mutlak sama dengan sebab dan hukum yang terdapat pada ayat yang muqayyad, maka pelaksanaan hukumnya ialah yang mutlak dibawa atau ditarik kepada muqayyad.” Dengan demikian hukum yang terdapat dalam ayat 3 surat alMaidah yakni darah yang diharamkan harus dipahami darah yang mengalir sebagaimana surat al-An’am ayat 145. 2. Jika sebab yang ada dalam mutlaq dan muqayyad sama tetapi hukum keduanya berbeda, maka dalam hal ini yang mutlaq tidak bisa ditarik kepada muqayyad. Contoh: a. Ayat mutlaq : Surat al-Maidah ayat 6 tentang tayammum, yaitu: َ ِْ ُْ )6:‫....فَتَيَمموا صعيدًا طيِبًا فَامسحوا بِوجوهكم وأ َْيدِيكم منهُ....( المائدة‬ َِ ُ َّ َ ُْ ِ ُ ُ ُ َ ْ “Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah...” Lafadz “yad” (tangan) dalam ayat di atas berbentuk mutlaq karena tidak ada lafadz lain yang mengikat lafadz “yad” (tangan). Dengan demikian kesimpulan dari ayat ini ialahkeharusan menyapukan tanah ke muka dan kedua tangan, baik itu hingga pergelangan tangan atau sampai siku, tidak ada masalah. Kecuali jika di 3
  • 4. sana ada dalil lain seperti hadits yang menerangkan tata cara tayammum oleh Nabi yang memberikan contoh mengusap tangan hanya sampai pergelangan tangan. b. Ayat Muqayyad: Surat al-Maidah ayat 6 tentang wudhu’, yaitu: )6:‫يا أَيُّها الَّذِينَ آمنُوا إذَا قُمتُم إلَى الصَلة فَاغسلُوا وجوهكم وأ َْيديكم إلَى المرافق ...(المائدة‬ ِ ْ ْ ِ َ َ َ ِ ِ َ َ ْ ِ ْ ُ َ ِ َ ْ ُ َ ُ ُ ِ ْ ِ َ َّ “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku...” Lafadz “yad” (tangan) dalam ayat ini berbentuk muqayyad karena ada lafadz yang mengikatnya yaitu “ilal marafiqi” (sampai dengan siku). Maka berdasarkan ayat tersebut mencuci tangan harus sampai siku. Sebab dari ayat di atas adalah sama dengan ayat mutlaq yang sebelumnya yaitu keharusan bersuci untuk mendirikan shalat, akan tetapi hukumnya berbeda. Ayat mutlaq sebelumnya menerangkan keharusan menyapu dengan tanah, sedang ayat muqayyadmenerangkan keharusan mencuci dengan air. Maka ketentuan hukum yang ada pada ayatmutlaq tidak bisa ditarik kepada yang muqayyad. Artinya, ketentuan menyapu tangan dengan tanah tidak bisa dipahami sampai siku, sebagaimana ketentuan wudhu’ yang mengharuskan membasuh tangan sampai siku. Dengan demikian ayat mutlaq danmuqayyad berjalan sesuai dengan ketentuan hukumnya sendiri-sendiri tidak bisa dijadikan satu. 3. Jika sebab yang ada pada mutlaq dan muqayyad berbeda, tetapi hukum keduanya sama, maka yang mutlaq tidak bisa dipahami dan diamalkan sebagaimana yang muqayyad. Contoh: a. Mutlaq Surat al-Mujadalah ayat 3 tentang kafarah dzihar yang dilakukan seorang suami kepada istrinya. َّ َ )3:‫والذِينَ يُظاهِرونَ من نِسائِهم ثُم يعُود ُونَ ِلما قَالُوا فَتَحْ رير رقَبَة من قَبل أَن يَتَماسَّا ...(المجادلة‬ ُ َ َ َّ ْ ِ َ ْ ِ َ ْ ِ ْ ْ ِ ٍ َ ُ ِ َ “Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur.” 4
  • 5. Lafadz “raqabah” (hamba sahaya) dalam masalah dzihar ini berbentuk mutlaqkarena tidak ada lafadz yang mengikatnya. Sehingga seorang suami yang sudah terlanjur men-dzihar istrinya dan ingin ditarik ucapannya, maka sebelum mencampurinya harus memerdekan hamba sahaya atau budak, baik yang beriman ataupun yang tidak. b. Muqayyad Surat an-Nisa’ ayat 92 tentang kafarah qatl (pembunuhan) yang tidak sengaja, yaitu : َ َ ِ ُ َ ْ َ َ )39:‫ومن قَتَل مؤْ منًا خطأ ً فَتَحْ رير رقَبة مؤْ منَة (النساء‬ ٍ ِ ُ ٍَ َ ُ ِ “dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman.” Lafadz “raqabah” (hamba sahaya) dalam ayat ini berbentuk muqayyad dengan diikat lafadz “mukminah” (beriman), maka hukumnya ialah keharusan untuk memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Karena sebabnya berbeda, satu masalah kafarah dzihar dan yang lain kafarah qatl, walaupun hukumnya sama-sama memerdekakan hamba sahaya, namun tetap diamalkan sesuai dengan ketentuannya masing-masing. Ayat mutlaq berjalan berdasarkan kemutlaq-annya, sedang yangmuqayyad berjalan berdasarkan kemuqayyadannya. 4. Jika sebab dan hukum yang ada pada mutlaq berbeda dengan sebab dan hukum yang ada padamuqayyad, maka yang mutlak tidak bisa dipahami dan diamalkan sebagaimana yangmuqayyad. Contoh: a. Mutlaq Masalah had pencurian yang terdapat dalam surat al-Maidah ayat 38 yang berbunyi : َ ْ َّ )33:‫والسَّارق والسَّارقَةُ فَاقطعُوا أ َْيديَهما جزَ اء بما كسبَا نكَاَل منَ اّللِ ( المائدة‬ ِ ً َ َ َ َِ ً َ َُ ِ ِ َ ُ ِ َ “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.” Lafadz “yad” dalam ayat di atas berbentuk mutlaq, yakni keharusan memotong tangan tanpa diberi batasan sampai daerah mana dari tangan yang harus dipotong. 5
  • 6. b. Muqayyad Masalah wudhu’ yang dijelaskan dalam surat al-Maidah ayat 6, yaitu: َ َّ )6:‫يَا أَيُّها الَّذينَ آمنُوا إِذَا قُمتُم إِلَى الصَلةِ فَاغسلُوا وجوهكم وأ َْيديَكم إِلَى المرافِق (المائدة‬ ِ َ ُْ ِ َ َُْ ُ ُ ِ ْ ْ ْ َ ِ َ َْ “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku.” Lafadz “yad” dalam ayat wudhu’ ini berbentuk muqayyad karena diikat dengan lafadz “ilal marafiqi” (sampai dengan siku). Ketentuannya hukumnya adalah kewajiban mencuci tangan sampai siku. Dari dua ayat di atas terdapat lafadz yang sama yaitu lafadz “yad”. Ayat pertama berbentukmutlaq, sedangkan yang kedua berbentuk muqayyad. Keduanya mempunyai sebab dan hukum yang berbeda. Yang mutlaq berkenaan dengan pencurian yang hukumannya harus potong tangan. Sedangkan yang muqayyad berkenaan masalah wudhu’ yang mengharuskan membasuh tangan sampai siku. Dari sini dapat disimpulkan bahwa yang mutlaq tidak bisa dipahami menurut yang muqayyad. 6