1. KELEMBAGAAN
DAN PERAN MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG
RDTR-PZ
Diklat Penyusunan RDTR dan PZ
Modul Tahun 2012
Disampaikan oleh:
Ir. Renyansih
Balai Diklat PU Wil. I Medan, 27Mei – 1 Juni 2013
2. Kelembagaan Penataan Ruang
Hubungan antara BKPRN dengan BKPRD
Penjelasan BKPRD
Tugas-tugas BKPRD Provinsi dan Kabupaten
Kota
Pemberdayaan Kelembagaan BKPRD di
Kabupaten/Kota
2
3. UU No. 26 Tahun
2007
Tentang Penataan Ruang
Pasal 9
Penyelenggaraan
Penataan Ruang
dilaksanakan oleh
Seorang Menteri
keppres No. 4
tahun 2009:
BKPRN
Anggota: 15 Menteri
Departemen/Lembaga
Pemerintah Non
Departemen diketuai
Menko Perekonomian
3
4. Ketua / merangkap anggota : Menteri Koordinator Bid.
Perekonomian;
Wakil Ketua I / merangkap anggota : Menteri Pekerjaan
Umum;
Wakil Ketua II / merangkap anggota : Menteri Dalam Negeri;
Sekretaris /merangkap anggota : Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
1. Menteri Pertahanan;
2. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;
3. Menteri Perindustrian;
4. Menteri Pertanian;
5. Menteri Kehutanan;
6. Menteri Perhubungan;
7. Menteri Kelautan dan Perikanan;
8. Menteri Negara Lingkungan Hidup;
9. Kepala Badan Pertanahan Nasional;
10. Wakil Sekretaris Kabinet.
4
5. Ketua/merangkap anggota : Menteri Pekerjaan Umum;
Wakil Ketua I/merangkap anggota : Deputi MenKo Bid. Perekonomian Bid.
Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, KemenKo Perekonomian;
Wakil Ketua II/merangkap anggota : Deputi Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Bid. Pengemb. Reg. dan Otonomi Daerah, Bappenas;
Wakil Ketua III/merangkap anggota : Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah, DDN;
Sekretaris /merangkap anggota : Direktur Jenderal Penataan Ruang, Dep. PU;
1. Dirjen. Pemerintahan Umum, DDN;
2. Dirjen Strategi Pertahanan, DepHan;
3. Kepala Badan Geologi, Dep.ESDM;
4. Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri, Dep.Ind
5. Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air,
DepTan;
6. Dirjen Pengelolaan Hutan dan
Konservasi Alam, DepHut;
7. Dirjen Planologi Kehutanan,
Departemen Kehutanan;
8. Sekretaris Jenderal Departemen
Perhubungan;
9. Dirjen Kelautan, Pesisir, dan
Pulau-pulau Kecil, DKP;
10.Dirjen Hukum dan Perjanjian
Internasional, Dep. Luar Negeri;
11.Deputi Meneg. Lingkungan Hidup
Bid. Tata Lingkungan, Kemeneg.
LH;
12.Deputi Kepala BPN Bidang
Pengaturan dan Penataan, BPN;
13.Deputi Sekretaris Kabinet Bidang
Hukum, Sekretariat Kabinet;
14.Deputi Kepala Bakosurtanal Bid.
Pemetaan Dasar, Bakosurtanal;
15.Deputi Kepala LAPAN, Bidang
Penginderaan Jauh, LAPAN.
5
6. BKPRN Instansi Pusat
Provinsi Provinsi
Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota
BKPRD Prov.
BKPRD
Kab/Kota
BKPRD
Kab/Kota
BKPRD
Kab/Kota
BKPRD
Kab/Kota
6
7. Otonomi Daerah &
Prinsip Good
Governance
PENATAAN
RUANG
DAERAH
Tujuan Penataan Ruang
• Meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat dan
menjaga keutuhan NKRI
• Pemanfaatan ruang
yang berkualitas
• Penataan ruang
berwawasan lingkungan
Sinergi antar pelaku
Revitalisasi kebijakan,
sistem dan kelembagaan
Integrasi perencanaan
pemanfaatan ruang dan
perencanaan
pembangunan
Sinkronisasi
pemanfaatan ruang
PENATAAN RUANG
DAERAH YANG EFEKTIF
Sinkronisasi
pengendalian
pemanfaatan ruang
7
8. Keputusan
Menteri Dalam
Negeri Nomor 50
th 2009 tentang
Pedoman
Koordinasi
Penataan Ruang
Daerah
BKPRD
Provinsi
a. Sekretariat BKPRD
Provinsi; dan
b. Kelompok Kerja.
Menyelesaikan
permasalahan
penataan ruang
yang menjadi
kewajiban di lintas
kabupaten/kota
Keputusan Menteri
Dalam Negeri
Nomor 50 th 2009
tentang Pedoman
Koordinasi
Penataan Ruang
Daerah
BKPRD
Kabupate
n/Kota
BKPRD Kabupaten/Kota
dibantu:
a. Sekretariat BKPRD
Kabupaten/Kota; dan
b. Kelompok Kerja.
Menyelesaikan
permasalahan
penataan ruang
yang menjadi
kewajiban di
wilayah
kabupaten/kota
BKPRD Provinsi dibantu
8
9. BKPRD Provinsi dalam
melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1), dapat:
a. menggunakan tenaga ahli
yang diperlukan;
b. membentuk Tim Teknis
untuk menangan
penyelesaian masalah-
masalah yang bersifat
khusus; dan
c. meminta bahan yang
diperlukan dari SKPD
Provinsi.
BKPRD Kabupaten/Kota
dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 14 ayat (1), dapat :
a. menggunakan tenaga
ahli yang diperlukan;
b. membentuk Tim Teknis
untuk menangani
penyelesaian masalah-
masalah yang bersifat
khusus; dan
c. meminta bahan yang
diperlukan dari SKPD
Kabupaten/Kota.
9
10. BKPRD Provinsi
dalam melaksanakan
tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
4, dibantu:
a. Sekretariat BKPRD
Provinsi; dan
b. Kelompok Kerja.
BKPRD
Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 14, dibantu:
a. Sekretariat BKPRD
Kabupaten/Kota; dan
b. Kelompok Kerja.
10
11. 1. Mendorong pembentukan dan pelaksanaan program BKPRD Provinsi dan
Kab./Kota
2. Penataan kelembagaan BKPRD
3. Sinkronisasi produk penataan ruang melalui evaluasi raperda Provinsi
dan Kab./Kota
4. Rapat koordinasi BKPRD Provinsi dan Kab./Kota se-indonesia
5. Fasilitasi dan koordinasi permasalahan penataan ruang provinsi dan lintas
kab./Kota
6. Penyusunan rencana Kawasan Strategis Provinsi
7. Mendorong penyusunan pergub sebagai petunjuk pelaksanaan perda :
1. Pergub tentang pedoman perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang Provinsi
2. Pergub tentang pengelolaan kawasan lindung
3. Pergub tentang pengelolaan kawasan rawan bencana
4. Mendorong penyusunan pergub-pergub lain melalui inisiatif instansi yang
relevan,
misalnya pergub tentang telekomunikasi dapat dimotori oleh dinas
perhubungan
dan lain-lain.
11
12. TUGAS POKJA SEKRETARIAT BKPRD
1. menyiapkan bahan dalam rangka kelancaran tugas BKPRD Provinsi;
2. memfasilitasi terselenggaranya jadwal kerja kegiatan BKPRD Provinsi;
3. menyiapkan dan mengembangkan informasi Tata Ruang Provinsi;
4. menerima pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan terjadinya pelanggaran dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
TUGAS POKJA PERENCANAAN BKPRD
memberikan masukan kepada BKPRD Provinsi dalam rangka perumusan kebijakan penataan ruang Provinsi;
mengkoordinasikan penyusunan Rencana Tata Ruang yang menjadi wewenang dan tanggungjawab Provinsi;
mengkoordinasikan dan melakukan fasilitasi serta supervisi penyusunan Rencana Tata Ruang yang menjadi
wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/Kota;
mengkoordinasikan penyusunan RTRW Provinsi dalam rangka sinkronisasi RTRW Provinsi yang berbatasan;
menginvetarisasi dan mengkaji masalah-masalah yang timbul dalam perencanaan serta memberikan alternatif
pemecahannya;
TUGAS POKJA PENGENDALIAN BKPRD
memberikan masukan kepada BKPRD Provinsi dalam rangka perumusan kebijakan pemanfaatan dan
pengendalian ruang Provinsi;
mengkoordinasikan pengawasan (pemantauan, evaluasi, dan pelaporan) terhadap Rencana Tata Ruang;
mengkoordinasikan penertiban dan perizinan pemanfaatan ruang Provinsi;
menginvetarisasi dan mengkaji masalah-masalah yang timbul dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang;
12
13. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut
BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk
mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang di Provinsi dan di Kabupaten/Kota dan
mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Gubernur dan
Bupati/Walikota dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
a. Penanggung jawab : Gubernur dan Wakil
Gubernur;
b. Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi;
c. Sekretaris : Kepala Bappeda Provinsi;
d. Anggota : SKPD terkait penataan ruang yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
daerah.
BKPRD Provinsi - pertemuan paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 3 (tiga) bulan untuk menghasilkan
rekomendasi alternatif kebijakan penataan ruang.
13
14. Tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah [BKPRD] Provinsi
a. Perencanaan tata ruang
1.mengoordinasikan dan merumuskan penyusunan rencana tata ruang
provinsi;
2.memaduserasikan rencana pembangunan jangka panjang dan
menengah dengan rencana tata ruang provinsi serta
mempertimbangkan pengarus-utamaan pembangunan berkelanjutan
melalui instrumen KajianLingkungan Hidup Strategis (KLHS);
3.mengintegrasikan, memaduserasikan, dan mengharmonisasikan
rencana tata ruang provinsi dengan rencana tata ruang wilayah
nasional, rencana tata ruang pulau/kepulauan, rencana tata ruang
kawasan strategis nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi yang
berbatasan, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dalam
provinsi yang bersangkutan;
4.mengoordinasikan pelaksanaan konsultasi rancangan peraturan
daerah tentang rencana tata ruang provinsi kepada BKPRN dalam
rangka memperoleh persetujuan substansi teknis;
14
15. Tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah [BKPRD] Provinsi
a. Perencanaan tata ruang ….lanjutan
5. mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi rancangan peraturan
daerah tentang rencana tata ruang provinsi kepada Menteri
Dalam Negeri;
6. mengoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang
provinsi;
7. mensinergikan penyusunan rencana tata ruang kabupaten/kota
dengan provinsi dan antar kabupaten/kota yang berbatasan;
8. melakukan fasilitasi dan supervisi penyusunan rencana tata
ruang yang menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam provinsi yang bersangkutan;
9. melakukan fasilitasi pelaksanaan konsultasi substansi teknis
rencana tata ruang kabupaten/kota;
10.memberikan masukan kepada Gubernur untuk dijadikan bahan
rekomendasi atas rancangan peraturan daerah tentang rencana
15
16. Tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah [BKPRD] Provinsi
a. Perencanaan tata ruang ….lanjutan
11.memberikan rekomendasi kepada Gubernur dalam proses
penetapan rancangan peraturan daerah menjadi peraturan
daerah tentang rencana tata ruang kabupaten/kota;
12.melakukan fasilitasi pelaksanaan konsultasi substansi teknis
rencana tata ruang kabupaten/kota ke BKPRN;
13.melakukan fasilitasi pelaksanaan evaluasi rencana tata ruang
kabupaten/kota;
14.melakukan fasilitasi proses penetapan rencana tata ruang
kabupaten/kota; dan
15.mengoptimalkan peran masyarakat dalam perencanaan tata
ruang.
16
17. Tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah [BKPRD] Provinsi
b. Pemanfaatan Ruang
1.mengoordinasikan penanganan dan penyelesaian permasalahan
dalam pemanfaatan ruang baik di provinsi maupun di
kabupaten/kota, dan memberikan pengarahan serta saran
pemecahannya;
2.memberikan rekomendasi guna memecahkan permasalahan
pemanfaatan ruang provinsi dan permasalahan pemanfaatan ruang
yang tidak dapat diselesaikan kabupaten/kota;
3.memberikan informasi dan akses kepada pengguna ruang terkait
rencana tata ruang provinsi;
4.menjaga akuntabilitas publik sebagai bentuk layanan pada jajaran
pemerintah, swasta, dan masyarakat;
5.melakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasama penataan ruang antar
provinsi; dan
6.mengoptimalkan peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang.
17
18. Tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah [BKPRD] Provinsi
c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang
1.mengoordinasikan penetapan arahan peraturan zonasi sistem
provinsi;
2.memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang provinsi
dan kabupaten/kota;
3.melakukan fasilitasi dalam pelaksanaan penetapan insentif dan
disinsentif dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang provinsi
dan/atau lintas provinsi serta lintas kabupaten/kota;
4.melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan penyelenggaraan penataan ruang;
5.melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang
untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana
tata ruang;
6.mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian
pemanfaatan ruang; dan
18
19. Tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah [BKPRD] Provinsi
merumuskan berbagai kebijakan
penyelenggaraan penataan ruang propinsi
mengkoordinasikan penyusunan RTRWP
mengkoordinasikan penyusunan Rencana
Rinci Tata Ruang Kawasan
mengintegrasikan dan memaduserasikan
RTRWP dengan RTRW kab/kota, RTRWN,
RTRW Kawasan Tertentu dan RTRWP yang
berbatasan
memaduserasikan RPJM dan tahunan yang
dilakukan pemerintah provinsi, masyarakat
dan dunia usaha dengan Rencana Tata
Ruang
1
2
3
4
5
melaksanakan kegiatan pengawasan yang
meliputi pelaporan, evaluasi dan pemantauan
penyelenggaraan pemanfaatan ruang
6
memberikan rekomendasi penertiban
terhadap pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang
7
memberikan rekomendasi perizinan tata
ruang provinsi
8
mengoptimalkan peran serta masyarakat
dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang
9
Cek bandingkan dg
Permendagri 50/2009
19
20. mengembangkan informasi penataan ruang
propinsi untuk kepentingan pengguna ruang
di jajaran pemerintah, masyarakat dan
swasta
10
mensosialisasikan dan menyebarluaskan
informasi penataan ruang propinsi.
11
mengkoordinasikan penanganan dan
penyelesaian masalah atau konflik yang
timbul dalam penyelenggaraan penataan
ruang baik di propinsi maupun di
Kabupaten/Kota, dan memberikan
pengarahan serta saran pemecahannya
12
memberikan rekomendasi guna
memecahkan masalah atau konflik
pemanfaatan ruang propinsi dan masalah
atau konflik pemanfaatan ruang yang tidak
dapat diselesaikan Kabupaten/Kota
13
melaksanakan fasilitasi, supervisi dan
koordinasi dengan Dinas/Instansi Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat
dan dunia usaha berkaitan dengan
penyelenggaraan penataan ruang
14
menterpadukan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang dengan Kabupaten/Kota
dan Provinsi sekitarnya.
15
melakukan evaluasi tahunan atas kinerja
penataan ruang provinsi
16
menjabarkan petunjuk Gubernur berkenaan
dengan pelaksanaan fungsi dan kewajiban
Koordinasi Penyelenggaraan Penataan
Ruang Provinsi
17
Cek bandingkan dg Permendagri 50/2009
20
21. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut
BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk
mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang di Provinsi dan di Kabupaten/Kota dan
mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Gubernur dan
Bupati/Walikota dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
BKPRD Kab/Kota - pertemuan paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 3 (tiga) bulan untuk menghasilkan
rekomendasi alternatif kebijakan penataan ruang.
a. Penanggung jawab : Bupati dan Wakil Bupati; atau
Walikota dan Wakil Walikota;
a. Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;
b. Sekretaris : Kepala Bappeda Kabupaten/Kota;
c. Anggota : SKPD terkait penataan ruang yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan daerah.
21
22. susunan keanggotaan BKPRD kab/kota :
penanggung jawab : bupati/walikota
ketua : wakil bupati/walikota
ketua harian : sekretaris daerah
sekretaris : kepala bappeda
wakil sekretaris : kepala dinas yang mengurusi tata ruang
anggota : disesuaikan dengan tingkat kebutuhan
dan potensi daerah
bupati/walikota membentuk dan
menugaskan BKPRD untuk
melaksanakan tugas koordinasi
penataan ruang daerah kab/kota
Cek bandingkan dg
Permendagri 50/2009
22
23. Tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah [BKPRD] Kab/Kota
a. Perencanaan tata ruang
1. mengoordinasikan dan merumuskan penyusunan rencana tata
ruang kabupaten/kota;
2. memaduserasikan rencana pembangunan jangka panjang dan
menengah dengan rencana tata ruang kabupaten/kota serta
mempertimbangkan pengarus-utamaan pembangunan
berkelanjutan melalui instrumen KajianLingkungan Hidup Strategis
(KLHS);
3. mengintegrasikan, memaduserasikan, dan mengharmonisasikan
rencana tata ruang kabupaten/kota dengan rencana tata ruang
wilayah nasional, rencana tata ruang pulau/kepulauan, rencana tata
ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang wilayah
provinsi, rencana tata ruang kawasan strategis provinsi, dan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
23
24. Tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah [BKPRD] Kab/Kota
a. Perencanaan tata ruang ….lanjutan
4. mensinergikan penyusunan rencana tata ruang kabupaten/kota
dengan provinsi dan antar kabupaten/kota yang berbatasan;
5. mengoordinasikan pelaksanaan konsultasi rancangan peraturan
daerah tentang rencana tata ruang kabupaten/kota kepada BKPRD
Provinsi dan BKPRN;
6. mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi rencana tata ruang
kabupaten/kota ke provinsi;
7. mengoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang
kabupaten/kota; dan
8. mengoptimalkan peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
24
25. Tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah [BKPRD] Kab/Kota
b. Pemanfaatan Ruang
1. mengoordinasikan penanganan dan penyelesaian permasalahan
dalam pemanfaatan ruang baik di kabupaten/kota, dan
memberikan pengarahan serta saran pemecahannya;
2. memberikan rekomendasi guna memecahkan permasalahan
dalam pemanfaatan ruang kabupaten/kota;
3. memberikan informasi dan akses kepada pengguna ruang terkait
rencana tata ruang kabupaten/kota;
4. menjaga akuntabilitas publik sebagai bentuk layanan pada
jajaran pemerintah, swasta, dan masyarakat;
5. melakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasama penataan ruang
antar kabupaten/kota; dan
6. mengoptimalkan peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang.
25
26. Tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah [BKPRD] Provinsi
c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang
1.mengoordinasikan penetapan peraturan zonasi sistem
kabupaten/kota;
2.memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang
kabupaten/kota;
3.melakukan identifikasi dalam pelaksanaan insentif dan disinsentif
dalampelaksanaan pemanfaatan ruang kabupaten/kota dengan
provinsi dan dengan kabupaten/kota terkait;
4.melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan penyelenggaraan penataan ruang;
5.melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang
untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana
tata ruang; dan
6.mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian
pemanfaatan ruang.
26
27. 5
6
1
2
3
4
tugas badan koordinasi penataan ruang
daerah [BKPRD] kab/kota
merumuskan berbagai kebijakan
penyelenggaraan penataan ruang kab/kota
dengan memperhatikan kebijakan penataan
ruang nasional dan provinsi
mengkoordinasikan penyusunan RTRW
kab/kota
mengkoordinasikan penyusunan Rencana
Rinci Tata Ruang dan Rencana Tata Ruang
Kawasan sebagai jabaran lebih lanjut RTRW
kab/kota
mengintegrasikan dan memaduserasikan
penyusunan RTRW kab/kota dengan dengan
RTRWP, RTRW Kawasan yang telah
ditetapkan propinsi dan RTRW Kab/kota yang
berbatasan
memaduserasikan RPJM dan tahunan yang
dilakukan pemerintah kab/kota, masyarakat
dan dunia usaha dengan Rencana Tata
Ruang
Mengoptimalkan penyelenggaraan
penertiban, pengawasan (pemantauan,
evaluasi dan pelaporan) dan perijinan
pemanfaatan ruang
7
8memberikan rekomendasi penertiban
terhadap pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang
melaksanakan kegiatan pengawasan yang
meliputi pelaporan, evaluasi, dan pemantauan
penyelenggaraan pemanfaatan ruang
Cek dg Permendagri
50/2009
27
28. 13
11
12
9
10
memberikan rekomendasi perijinan tata
ruang kab/kota
mengoptimalkan peran serta masyarakat
dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
mengembangkan data dan informasi
penataan ruang kab/kota untuk kepentingan
pengguna ruang dijajaran pemerintah,
masyarakat dan swasta
mensosialisasikan dan menyebarluaskan
informasi penataan ruang kab/kota
mengkoordinasikan penanganan dan
penyelesaian masalah yang timbul dalam
penyelenggaraan penataan ruang kab/kota
dan memberikan pengarahan serta saran
pemecahannya
14
15
16
melaksanakan fasilitasi, supervisi kepada
Dinas/Instansi, masyarakat dan dunia usaha
berkaitan dengan penataan ruang
menterpadukan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang kab/kota dengan
kab/kota yang berbatasan
melakukan evaluasi tahunan atas kinerja
penataan ruang kab/kota
17
18
menjabarkan petunjuk bupati/walikota
berkenaan dengan pelaksanaan fungsi dan
kewajiban Koordinasi Penyelenggaraan
Penataan Ruang Kab/Kota
menyampaikan laporan pelaksanaan tugas
BKPRD kab/kota secara berkala kepada
bupati/walikota
Cek dg Permendagri
50/200928
29. 5
6
1
2
3
4
Salah satu upaya pemberdayaan BKPRD Kabupaten/Kota adalah dengan
meningkatkan kemampuan BKPRD kab/kota dalam melaksanakan tugasnya:
Mampu merumuskan berbagai kebijakan
penyelenggaraan penataan ruang kab/kota
dengan memperhatikan kebijakan penataan
ruang provinsi dan nasional
Mampu mengkoordinasikan penyusunan
RTRW kab/kota
Mampu mengkoordinasikan penyusunan
Rencana Rinci Tata Ruang dan Rencana
Tata Ruang Kawasan sebagai jabaran
lebih lanjut RTRW kab/kota
Mampu mengintegrasikan dan memaduserasi
kan penyusunan RTRW kab/kota dengan
RTRWP, RTRW Kawasan yg telah ditetapkan
propinsi & RTRW Kab/kota yang berbatasan
Mampu memaduserasikan RPJM & Rencana
Tahunan yang dilakukan pemerintah kab/kota,
masyarakat dan dunia usaha dengan RT RW
Mampu mengoptimalkan penyelenggaraan
pengawasan (pemantauan, evaluasi dan
pelaporan), penertiban, dan perijinan
pemanfaatan ruang
7
8Mampu memberikan rekomendasi penertiban
terhadap pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang
Mampu melaksanakan kegiatan pengawasan
yang meliputi pelaporan, evaluasi, dan
pemantauan penyelenggaraan pemanfaatan
ruang
Cek bandingkan dg Permendagri
29
30. 13
11
12
9
10
Mampu memberikan rekomendasi perijinan
tata ruang kab/kota
Mampu mengoptimalkan peran masyarakat
dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
Mampu mengembangkan data dan informasi
penataan ruang kab/kota untuk kepentingan
pengguna ruang dijajaran pemerintah,
masyarakat dan swasta
Mampu mensosialisasikan dan menyebar-
luaskan informasi penataan ruang kab/kota
Mampu mengkoordinasikan penanganan dan
penyelesaian masalah yang timbul dalam
penyelenggaraan penataan ruang kab/kota
dan memberikan pengarahan serta saran
pemecahannya
14
15
16
Mampu melaksanakan fasilitasi, supervisi
kepada Dinas/Instansi, masyarakat & dunia
usaha berkaitan dengan penataan ruang
Mampu menterpadukan perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, & pengendalian
pemanfaatan ruang kab/kota dengan
kab/kota yang berbatasan
Mampu melakukan evaluasi tahunan atas
kinerja penataan ruang kab/kota
17
18
Mampu menjabarkan petunjuk walikota/ bu-
pati berkenaan dengan pelaksanaan fungsi
dan kewajiban Koordinasi Penyelenggaraan
Penataan Ruang Kab/Kota
Mampu menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas BKPRD kab/kota secara berkala
kepada bupati/walikota
Cek bandingkan dg Permendagri
50/2009
30
31. 31
Peraturan perundang-undangan yang
melandasi peran masyarakat dalam penataan
ruang:
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
UU 26/2007 tentang Penataan Ruang.
PP 68/2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara
Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang jo.
PP 69/1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewaijban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.
(Cek konsiderans PP 68/2010 MEMUTUSKAN: Peran Masyarakat
Dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang)
Keputusan Mendagri 9/1998 tentang Peran
Serta Masyarakat dalam Perencanaan Tata
Ruang di Daerah.
32. 32
Pengertian
Peran serta masyarakat
(berdasarkan PP 69/1996 dan
Permendagri 9/1998)
didefinisikan sebagai “berbagai
kegiatan masyarakat, yang
timbul atas kehendak dan
keinginan sendiri di tengah
masyarakat, untuk berminat
dan bergerak dalam
penyelenggaraan penataan
ruang”
Peran masyarakat (PP 68/2010) adalah
partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Permen PU No. 06/PRT/M/2007
Tgl 16 Maret 2007 tentang
PEDOMAN UMUM RTBL :
Peran masyarakat adalah
keterlibatan masyarakat secara
sukarela di dalam proses
perumusan kebijakan dan
pelaksanaan
keputusan dan/atau kebijakan
yang berdampak langsung
terhadap
kehidupan masyarakat pada
setiap tahap kegiatan
pembangunan
33. 33
Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang PEDOMAN UMUM RTBL Tgl 16
Maret 2007
34. a. Mengetahui rencana tata ruang;
b. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat PR;
c. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang
timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang
sesuai dengan rtr;
d. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang thdp
pembangunan yang tidak sesuai dengan rtr di wilayahnya;
e. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rtr kepada pejabat
berwenang, dan
f. Mengajukan gugatan ganti kerugian kpd pem dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak
sesuai dengan rtr menimbulkan kerugian 34
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT
UU No. 26/2007 Ps 60
Dalam Penataan Ruang, setiap orang berhak untuk:
35. a. Menaati RTR yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai milik umum.
35
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang
wajib:
Ps 61
36. Pasal 65
Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh
pemerintah dengan melibatkan peran masyarakat
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan
antara lain melalui:
a. partisipasi dalam penyusunan RTR
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang
36
Pasal 55
Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan PR
dilakukan pengawasan terhadap kinerja tur, bin, dan lak PR
Pengawasan dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat
(dengan menyampaikan laporan/pengaduan)
37. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Pasal 139
(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan
atau tertulis dalam rangka penyiapan atau
pembahasan rancangan Perda.
37
38. 1. Pemanfaatan ruang perkotaan oleh pemerintah
Program penyediaan ruang terbuka hijau
Program penataan bangunan, misal revitalisasi,
konservasi
Program penyediaan dan perbaikan perumahan dan
permukiman, misalnya kasiba, lisiba, rumah susun,
rumah sederhana, KIP, relokasi permukiman
Program penyediaan dan pengelolaan air bersih
Program penyehatan lingkungan permukiman, misal
jamban, IPAL, TPA, TPS, drainase
Program pembangunan dan pemeliharaan jalan.
38
Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan dilakukan oleh
berbagai pelaku pembangunan: pemerintah, swasta, atau
masyarakat, melalui beragam kegiatan pemanfaatan ruang.
Sebagai contoh:
39. 39
2. Pemanfaatan ruang perkotaan oleh swasta
Pembangunan (kompleks) perumahan
Pembangunan sarana komersial, misalnya
toko, ruko, mal, hotel, resor, lapangan golf
Pembangunan (kompleks) industri.
3. Pemanfaatan ruang perkotaan oleh masyarakat
Pembangunan rumah
Pembangunan sarana komersial, misalnya
warung, toko, ruko.
40. 1. Menjamin hak masyarakat dan swasta dalam
pemanfaatan ruang perkotaan yang dilakukan oleh
pihak lain, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah.
2. Memberikan kesempatan dan akses kepada
masyarakat dan swasta dalam perumusan dan
penetapan keputusan/kebijakan yang terkait dengan
pemanfaatan ruang perkotaan yang memberikan
dampak dan/atau manfaat.
3. Mencegah terjadinya penyimpangan pemanfaatan
ruang dari rencana tata ruang yang telah ditetapkan
melalui pengawasan dan pengendalian pemanfaatan
ruang oleh masyarakat dan swasta.
40
Tujuan Pelibatan Masyarakat Dan Swasta
Dalam Pemanfaatan Ruang Perkotaan
41. 1. Menempatkan masyarakat sebagai pelaku yang sangat
menentukan dalam proses pemanfaatan ruang;
2. Memposisikan pemerintah sebagai fasilitator dalam
proses pemanfaatan ruang;
3. Menghormati hak yang dimiliki masyarakat serta
menghargai kearifan lokal dan keberagaman sosial
budayanya;
4. Menjunjung tinggi keterbukaan dengan semangat tetap
menegakkan etika;
5. Memperhatikan perkembangan teknologi dan bersikap
profesional.
41
Prinsip-Prinsip Dasar Pelibatan Masyarakat
42. a. Mengawasi dan mengontrol kebijakan pemerintah agar
sejalan dengan aspirasi masyarakat, swasta.
b. Menyiapkan konsepsi pelibatan masyarakat dan swasta
untuk disampaikan kepada pemerintah agar
ditindaklanjuti.
c. Melembagakan mekanisme pengawasan publik yang
lebih transparan dan akuntabel.
d. Memberikan masukan, saran agar kebijakan yang ada
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa
mengorbankan kepentingan masyarakat.
e. Melakukan sosialisasi kebijakan pemanfaatan ruang
perkotaan yang transparan dan akuntabel.
f. Melakukan sosialiasi untuk meningkatkan pemahaman
dan kesadaran masyarakat dan swasta akan manfaat
kebijakan penataan ruang dan pemanfaatan ruang
perkotaan yang partisipatif.
42
Berbagai peran yang dapat dimiliki, meskipun
tidak terbatas pada peran itu saja:
43. Ps 9 antara lain disebutkan, peran serta masyarakat
dalam proses perencanaan RUTR kabupaten/kota;
pemberian masukan dalam penentuan arah
pengembangan wilayah yang akan dicapai dan
pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau
pendapat dalam penyusunan strategi pelaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
Ps 47, Peran serta masyarakat dalam perencanaan
dapat dilaksanakan dalam bentuk kerjasama dalam
penelitian dan pengembangan dengan dan/atau
bantuan tenaga ahli kepada Bappeda
kabupaten/kota
43
Permendagri No.9/1998
44. Perencanaan Tata Ruang Pemanfaatan Ruang Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
a. masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana
tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan
wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan
masalah pembangunan wilayah
atau kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata
ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. kerja sama dengan Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau sesama
unsur masyarakat dalam
perencanaan tata ruang.
a. masukan mengenai kebijakan
pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau sesama
unsur masyarakat dalam pemanfaatan
ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang
sesuai dengan kearifan lokal dan
rencana tata ruang yang telah
ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan
keserasian dalam pemanfaatan ruang
darat, ruang laut, ruang udara, dan
ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan
pertahanan dan keamanan serta
memelihara dan meningkatkan
kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan sumber daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam
pemanfaatan ruang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
a. masukan terkait arahan dan/atau
peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif
serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan
mengawasi pelaksanaan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau
pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan dugaan penyimpangan
atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar
rencana tata ruang yang telah
ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap
keputusan pejabat yang berwenang
terhadap pembangunan yang
dianggap tidak sesuai dengan
rencana tata ruang.
44
Bentuk peran serta masyarakat dalam penataan
ruang
PP 68/2010
45. TUR NO peran masyarakat
BINWAS Pemerintah dan pemerintah daerah
standar pelayanan minimal
45
Tugas dan Tanggung Jawab
PP 68/2010
46. Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 ayat (1) antara lain:
a. sosialisasi peraturan perundang-undangan dan
pedoman bidang penataan ruang;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
pelaksanaan penataan ruang;
c. pengembangan sistem informasi dan komunikasi
penataan ruang;
d. penyebarluasan informasi penataan ruang
kepada masyarakat; dan
e. pengembangan kesadaran dan tanggung jawab
masyarakat.
46
BIN – PP 68/2010
47. Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 ayat (1) dilakukan terhadap
1. kinerja pelaksanaan standar pelayanan minimal
dan
2. pelibatan peran masyarakat dalam perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
47
WAS – PP 68/2010
membangun sistem informasi dan komunikasi
penyelenggaraan penataan ruangCek:
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
48. Perencanaan
Tata Ruang
Pemanfaatan
Ruang
Pengendalian
Pemanfaatan
Ruang
Pemberian masukan
untuk
menentukan arah
pengembangan wilayah
Pemanfaatan ruang
daratan dan ruang udara
Pengawasan
terhadappemanfaatan
ruang
Identifikasi potensi dan
masalah pembangunan
termasuk bantuan
untuk memperjelas hak
atas ruang
Bahan pemikiran dan
pertimbangan berkenaan
dengan bentuk dan
pola pemanfaatan
perdesaan dan
perkotaan
Bantuan pemikiran atau
pertimbangan untuk
penertiban kegiatan
pemanfaatan ruang dan
peningkatan kualitas
penataan ruang
Pemberian masukan
dalam merumuskan
perencanaan tata ruang
Penyelenggaraan
kegiatan pembangunan
berdasarkan tata ruang
yang telah ditetapkan 48
Bentuk peran serta masyarakat dalam penataan
ruang
PP 69/96
49. Pemberian masukan dalam
merumuskan perencanaan
tata ruang
Penyelenggaraan kegiatan
pembangunanberdasarkan
kegiatan tata ruang yang telah
ditetapkan
Pemberian informasi, saran,
pertimbangan atau pendapat
dalam penyusunan strategi
pelaksanaan pemanfaatan
ruang
Pengaturan pemanfaatan tanah, air,
udara dan sumber daya alam untuk
tercapainya pemanfaatan ruang
yang berkualitas
Pengajuan keberatan
terhadap rancangan rencana
tata ruang
Perubahan atau konversi
pemanfaatan ruang sesuai
Rencana Tata Ruang
Kerja sama penelitian
dan pengembangan
Bantuan Tenaga ahli
Kegiatan menjaga, memeliharadan
meningkatkan kelestarian
lingkungan
49
Bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang.......
lanjutan
Sumber: Warta Kebijakan CIFOR, No. 6 Agustus 2002
50. Peran Masyarakat
50
Pasal 17
(1) Pengembangan kesadaran dan tanggung
jawab masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf h merupakan upaya untuk
menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran
dan tanggung jawab masyarakat dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
(2) Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan melalui:
a. penyuluhan bidang penataan ruang;
b. pemberian ceramah, diskusi umum, dan debat publik;
c. pembentukan kelompok masyarakat peduli tata ruang;
dan
d. penyediaan unit pengaduan.
PP no. 15 tahun 2010 – Penyelenggaraan Penataan Ruang
51. Kearifan Lokal
51
Kearifan lokal merupakan entitas yang sangat
menentukan harkat dan martabat manusia dalam
komunitasnya (Geertz, 2007). Bentuk kearifan lokal
dapat dikategorikan ke dalam dua aspek, yaitu yang
berwujud nyata (tangible) dan yang tak berwujud
(intangible). Sedangkan jenis kearifan lokal meliputi
kelembagaan, nilai-nilai adat, serta tata cara dan
prosedur, termasuk dalam pemanfaatan ruang (tanah
ulayat). Dalam kaitannya dengan penataan ruang,
kearifan lokal dapat menjadi landasan dalam
penyelenggaraan penataan ruang karena beberapa
nilai yang terkandung dalam kearifan lokal terbukti
masih relevan diaplikasikan hingga sekarang, baik
dalam aspek pengaturan, pembinaan, pelaksanaan,
serta aspek pengawasan dalam penyelenggaran
penataan ruang.
HARMONISASI KEARIFAN LOKAL DALAM REGULASI PENATAAN
RUANG
Makalah pada Seminar Nasional “Urban Culture, Urban Future :
Harmonisasi
Penataan Ruang dan Budaya Untuk Mengoptimalkan Potensi Kota”
Oleh:
Ir. Imam S. Ernawi, MCM., MSc.
Direktur Jenderal Penataan Ruang - Kementerian Pekerjaan Umum
52. 52
Dalam upaya mengharmonisasikan, menjaga,
dan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal
dalam konteks penataan ruang, pemerintah
perlu melakukan beberapa upaya pada berbagai
aspek pada tingkatan penyelenggaraan penataan
ruang. Selain itu, karena keterkaitan yang erat
antara potensi budaya dan penyelenggaraan
penataan ruang, diperlukan upaya untuk
mengakomodasi nilai budaya lokal/adat
istiadat ke dalam hukum positif, yaitu ke dalam
regulasi penataan ruang, yaitu melalui proses
adopsi, adaptasi, dan asimilasi.
Kata Kunci: kearifan lokal, regulasi, penataan
ruang, dan pusaka (heritage)
Kearifan Lokallanjutan…..
HARMONISASI KEARIFAN LOKAL DALAM REGULASI PENATAAN
RUANG
Makalah pada Seminar Nasional “Urban Culture, Urban Future :
Harmonisasi
Penataan Ruang dan Budaya Untuk Mengoptimalkan Potensi Kota”
Oleh:
Ir. Imam S. Ernawi, MCM., MSc.
Direktur Jenderal Penataan Ruang - Kementerian Pekerjaan Umum
53. 1. Mengembalikan fungsi dan sifat demokratis yang
sebenarnya;
2. Sistem kerja yang accountable;
3. Mekanisme kerja yang transparan;
4. Kemampuan bekerjasama dengan berbagai
kalangan masyarakat;
5. Kepedulian besar terhadap penduduk miskin dikota
dengan cara mengentaskan mereka dari
kemiskinan dan memberdayakan mereka disektor
ekonomi, dan;
6. Kepedulian yang besar terhadap lingkungan hidup
dalam rangka komitmen yang besar terhadap
sustainable development.
Mitlin dan Satterthwaite (1996)
Sumber: Problem Partisipasi Masyarakat Dalam Penataan Ruang Di Era Otonomi Daerah -RM Kurniawan
Desiarto
53
Visi good governance dituntut mampu
mewujudkan enam aspek kehidupan kota
54.
55. Rencana Akses Jalan Masuk ke
Permukiman
Lokasi Permukiman Nelayan
Lokasi Permukiman Nelayan
Lokasi Permukiman Nelayan
56. Normalisasi sungai Mensapa oleh Pemda Kab. Nunukan
Peningkatan jalan existing sepanjang 700 meter oleh Pemda Kab.
Nunukan. Jalan ini tersambung dengan jalan yang dibangun oleh
Kedeputian kawasan
Tapak pembangunan
75 unit rumah
Jalan akses sepanjang 1.285 Meter dibangun oleh Kedeputian
Pengembangan kawasan
RENCANA RINCI PENATAAN
KAWASAN MENSAPA (100 HA)
58. 1. Penggagas Awal
2. Penetapan Lokasi Kawasan dgn SK Bupati
3. Pembebasan Lahan (28 HA)
4. Pembangunan Rumah Nelayan 25 Unit
5. Penyediaan Tempat Penampungan Air Hujan
75 Unit
6. Peningkatan Jalan Existing 700 Meter
7. Normalisasi Sungai
8. Penyusunan DED Kanal (pelaks. Fisik 2007)
9. Penetapan Kelembagaan Pengelola dengan SK
Bupati
10. Penetapan calon penghuni 75 KK
11. Penetapan Rencana Rinci Penataan Kawasan
(100 HA) dengan SK Bupati
PERAN MASING-MASING PIHAK
dalam PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN
KABUPATEN NUNUKAN
PEMKAB. NUNUKAN
(PELAKU UTAMA)
DUKUNGAN KEDEPUTIAN BIDANG
PENGEMBANGAN KAWASAN
(MENPERA)
1. Fasilitasi rapat koordinasi dengan
sektor terkait di Pusat (MENPERA,
DKP, DEP. PU)
2. Penyusunan Rencana Rinci
Penataan Kawasan seluas 100 HA
3. Bantuan Teknis dari Aspek
Pengelolaan kawasan
4. Penyusunan DED Prasarana
Lokal/Sekunder Kawasan berupa
jalan Akses 2.000 Meter
5. Pembangunan Jalan Akses
sepanjang 1.285 Meter dengan
ROW 20 Meter.
59. 1. Pembangunan 50 Unit Rumah panggung Untuk
Nelayan
PERAN MASING-MASING PIHAK
dalam PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN
KABUPATEN NUNUKAN
DUKUNGAN KEDEPUTIAN BIDANG
PERUMAHAN FORMAL (MENPERA)
PERAN DEPARTEMEN KELAUTAN
DAN PERIKANAN (DKP)
1. Pembangunan Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN)
berupa pematangan lahan untuk
tapak fasilitas pelabuhan dan
pengadaan tiang pancang untuk
dermaga
2. Paket pemberdayaan dengan
pembangunan bagan untuk
kelompok nelayan (pelaks. 2007)
DUKUNGAN DIT. JENDERAL
CIPTA KARYA – DEP. PU
(Satker Propinsi Kaltim )
1. Pembangunan Jalan Lingkungan
berupa jalan konstruksi kayu
(Jeramba/gertak)
60. Pengguliran & Penataan
Keserasian Lingkungan
/Bangunan
TATA ORGANISASI PENGELOLAAN KAWASAN NELAYAN
Lembaga Pengembangan Permukiman Nelayan (LP2N)
B K M
Pengelola
Lingkungan
SAR
Kelompok
Nelayan
Kelompok Home
Industry
Koperasi /Lembaga Ekonomi
Keamanan
Lingkungan
MASYARAKAT WARGA PESISIR / PEMUKIMAN NELAYAN
Penanganan
Fasum
Pogram Kerja:
Manajemen Organisasi
Kualitas penangkapan ikan
Pengelolaan hasil perikanan
Pemasaran
Pogram Kerja:
Manajemen Usaha
Kualitas Produksi
Pemasaran
Kebersihan &
Kesehatan
Lingkungan
Pemukiman
Balai Pertemuan/
Rumah Ibadah dan
Gedung Pendidikan
Air Bersih
Sanitasi
PengelolaanLimbah
Program Kerja
• Manajemen Balakar
• Pencegahan Kebagaran
• Penanganan Kebakaran
• Penanganan Bencana
Memperkuat modal kerja
Membantu pengembangan investasi skala kecil, individu / kelompok
Memperbesar ukuran motor dan kapal
Mengembangkan usaha budidaya perikanan
Mengembangkan usaha perdagangan dan pengolahan ikan
Membangun kelompok dan lembaga ekonomi masyarakat pesisir
Mengembangkan jaringan pasar
Pelatihan dan peningkatan kapasitas SDM
Kelurahan
RW
RT I
LURAH
Pengembangan
Perumahan
Keamanan
Pemkab
Nunukan
Konsultan
Pendamping
Unit Pengelola Keuangan
(UPK)
61. 1. Calon pemilik diusulkan oleh BKM Mansapa sebagai
pengelola kawasan
2. Bupati Menetapkan calon pemilik
3. Dicicil dapat dengan pengembalian harian
4. Hasil pencicilan akan dipakai untuk membangun
rumah baru dan pengelolaan lingkungan oleh BKM
KEPEMILIKAN RUMAH
66. 1. Penggagas Awal
2. Penetapan Lokasi Kawasan dgn SK Bupati
3. Pembebasan Lahan Tahap I (12 HA)
4. Pembangunan Rumah Tipe 36 termasuk jalan
lingkungan
5. Penyediaan Air Bersih
6. Pemberian subsidi sebesar Rp 2 juta untuk
setiap keluarga pembeli
7. Penetapan kelembagaan pengelola kawasan
8. Penetapan Rencana Rinci Penataan Kawasan
(60 HA) dengan SK BUpati
PERAN MASING-MASING PIHAK
dalam PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
ENTIKONG KAB. SANGGAU - KALBAR
PEMKAB. SANGGAU
(PELAKU UTAMA)
DUKUNGAN KEDEPUTIAN BIDANG
PENGEMBANGAN KAWASAN
(MENPERA)
1. Fasilitasi rapat koordinasi dengan
sektor terkait di Pusat (MENPERA,
DPU)
2. Penyusunan Rencana Rinci
Penataan Kawasan seluas 60 HA
3. Bantuan Teknis dari Aspek
Pengelolaan kawasan
4. Penyusunan DED Prasarana
Lokal/Sekunder Kawasan berupa
jalan Akses 2.700 Meter
5. Pembangunan Jalan Akses
sepanjang 600 Meter dengan ROW
20 Meter.
6. Pematangan Lahan seluas 3 HA
DUKUNGAN KEDEPUTIAN PEMBIAYAAN (MENPERA)
Fasilitasi pembiayaan
BRI bersedia memberi kredit (proses akad kredit kurang dari 1 bulan
68. Kegiatan pengembangan kawasan dapat terlaksana secara
baik karena
a. Kementerian Negara Perumahan Rakyat;
b. Pemerintah Daerah (Propinsi dan Kab/Kota),
c. Sektoral terkait (Depkeu, Bappenas, Dep.PU, DKP, BPN,
Dephub, Dephan, Dep. Perdagangan,dlsb);
d. Badan Usaha Pemerintah/Swasta (Pengembang, Perbankan,
Lembaga Pembiayaan KPR, dlsb), dan
e. Masyarakat (Kelompok/Individual).
2. Pemerintah Daerah (Kab) berperan sebagai ujung
tombak pengembangan kawasan perumahan
1. Koordinasi dan Sinergi lintas sektor terjalin dengan
baik, antara lain:
3. Adanya perhatian/keberpihakan yang cukup besar
Pemerintah Daerah (Kab) dan Pengembang serta
lembaga pembiayaan untuk penyediaan perumahan bagi
warganya terutama yang MBR
4. Pengelolaan oleh masyarakat/BKM dapat berjalan
berkesinambungan bila sektor terkait/sektor yang
ditunjang melaksanakan pemberdayaan ekonomi MBR.
69. PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN BERBASIS PERAN MASYARAKAT
1. Pengertian Pembangunan berbasis peran
masyarakat (community-based development)
adalah pembangunan dengan orientasi yang
optimal pada pendayagunaan masyarakat, baik
secara langsung maupun tidak langsung,
masyarakat diberikan kesempatan aktif
beraspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan
program-program bangunan dan lingkungan
yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya.
Proses penyusunan Dokumen RTBL harus
melibatkan peran aktif masyarakat dalam setiap
tahap kegiatan.
69
Permen PU no 6 Tahun 2007 - RTBL
70. 70
2. Manfaat
a. Memupuk pemahaman dan kesadaran masyarakat akan
hak, kewajiban, dan peranannya di dalam proses
pembangunan, sehingga tumbuh rasa memiliki dan
tanggung jawab yang kuat terhadap hasil-hasilnya.
b. Meminimalkan konflik, sehingga mempercepat proses
kegiatan secara keseluruhan, serta terbangunnya suatu
ikatan di masyarakat.
c. Efisiensi dan efektivitas. Keputusan yang diambil akan
bersifat efisien dan efektif jika sesuai dengan kondisi yang
ada, baik kebutuhan, keinginan, maupun sumber daya di
masyarakat.
d. Memberdayakan masyarakat setempat, terutama dalam
hal membentuk dan membangun kepercayaan diri,
kemampuan bermasyarakat dan bekerja sama.
Permen PU no 6 Tahun 2007 - RTBL
PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN BERBASIS PERAN MASYARAKAT
71. 71
3. Prinsip Utama
a. Berdasarkan kesepakatan dan hasil kerjasama
Kesepakatan yang dicapai adalah hasil dialog dan negosiasi berbagai
pihak yang terlibat atau pun pihak yang terkena dampak perencanaan.
b. Sesuai dengan aspirasi publik
Perencanaan disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan dan kondisi
yang ada di masyarakat.
c. Kejelasan tanggung jawab
i . Adanya sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan yang transparan dan terbuka bagi
publik.
i i . Terbuka kemungkinan untuk mengajukan keberatan dan gugatan melalui instansi yang
berwenang menangani gugatan kepada pemilik, pengelola, dan/atau pengguna atas
penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungannya.
d. Kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam proses
pembangunan.
Setiap anggota masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholders),
terutama yang akan terkena dampak langsung dari suatu kegiatan
pembangunan, memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk
berkiprah.
Permen PU no 6 Tahun 2007 - RTBL
PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN BERBASIS PERAN MASYARAKAT
72. 72
4. Tahapan Perencanaan Partisipatif
a. Persiapan: pengenalan program yang akan dilakukan kepada
masyarakat terkait, pembentukan kelompok, pendefinisian pihak terkait,
penentuan pendekatan pihak terkait, dan penyusunan strategi
pengumpulan informasi.
b. Identifikasi aspirasi dan analisis permasalahan: penyusunan tujuan,
kebutuhan, dan kepentingan semua pihak, pelibatan seluruh pemangku
kepentingan (stakeholders), penciptaan dan sosialisasi mekanisme, serta
analisis kebutuhan dan sumber daya pengembangan kawasan.
c. Analisis perilaku lingkungan: terutama mengenai interaksi kawasan
perkotaan yang sudah memiliki struktur kota yang solid pada kawasan
perencanaan.
d. Rencana pengembangan: pedoman utama, arahan pengembangan,
kepentingan prioritas, identifikasi hambatan, identifikasi sumber daya, dan
visi pengembangan kawasan.
e. Strategi pengembangan dan publikasi: perencanaan tahapan,
monitoring dan evaluasi, persetujuan legal, strategi kerja sama dengan
wakil-wakil komunitas, penyebaran informasi dan publikasi program.
f. Penerapan rencana: publikasi rencana pelaksanaan, adaptasi
Permen PU no 6 Tahun 2007 - RTBL
PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN BERBASIS PERAN MASYARAKAT
73. 73
a. Tenaga kerja, yaitu kontribusi masyarakat sebagai
pekerja didalam proses penataan lingkungan/kawasan.
b. Sebagai inisiator program, yaitu masyarakat
mengajukan usulan awal mengenai kemungkinan
penataan bangunan dan lingkungan setempat.
c. Berbagi biaya, yaitu masyarakat berbagi tanggung
jawab terhadap pembiayaan kegiatan penataan.
d. Berdasarkan kontrak, yaitu masyarakat terikat kontrak
untuk melaksanakan suatu/seluruh program kegiatan
penataan.
e. Pengambilan keputusan pada seluruh proses, yaitu
melibatkan masyarakat di dalam proses pengambilan
keputusan sejak awal proyek, sehingga hasilnya sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Permen PU no 6 Tahun 2007 - RTBL
PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN BERBASIS PERAN MASYARAKAT
5. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat
74. 74
a. Persiapan: sosialisasi kepada masyarakat, identifikasi
organisasi masyarakat setempat, dan penunjukan organisasi
masyarakat setempat.
b. Perencanaan Tahunan: penyusunan visi-misi kegiatan,
partisipasi swadaya masyarakat dalam pendanaan suatu
kegiatan.
c. Perancangan: partisipasi dalam memberikan masukan dan
pengambilan keputusan perancangan lingkungan/kawasan.
d. Pelelangan: partisipasi masyarakat dan swasta dalam
pembangunan fisik.
e. Pelaksanaan: partisipasi masyarakat sebagai tenaga kerja
dan partisipasi (bantuan) masyarakat dalam pengadaan bahan
bangunan.
f. Monitoring dan Evaluasi: partisipasi dalam pelaksanaan
monitoring dan evaluasi kegiatan.
Permen PU no 6 Tahun 2007 - RTBL
PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN BERBASIS PERAN MASYARAKAT
6. Proses Partisipasi Masyarakat
75. iv. Prinsip-prinsip Penataan Intensitas Pemanfaatan
Lahan
75(4) Dari Sisi Pemangku Kepentingan, melalui kepentingan bersama
antarpelaku kota, yaitu:
a) Penetapan berbagai insentif-disinsentif pembangunan untuk
mencapai keseimbangan distribusi Intensitas Pemanfaatan Lahan
bagi keuntungan bersama dari berbagai pihak (pengelola,
pemerintah daerah setempat, pengembang, pemilik lahan dan
masyarakat umum);
b) Diperlukan nilai besaran elemen yang tepat (misalnya KDB)
yang membantu pembentukan ruang terbuka sebagai tempat
interaksi sosial manusia penggunanya;
c) Penentuan berbagai insentif-disinsentif pembangunan, baik
berupa Insentif Luas Bangunan maupun Insentif Langsung yang
diarahkan kompensasinya untuk dapat terkait dengan penyediaan
berbagai fasilitas bagi kepentingan publik, seperti jalur pejalan
kaki, arkade, ruang terbuka umum, atau pun fasilitas bersama;
d) Penentuan mekanisme pengendalian atas pemberian insentif,
khususnya dalam mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan
penggunaan fasilitas yang disediakan pada masa pemakaiannya,
misalnya arkade yang diubah peruntukannya kembali menjadi
Permen PU no 6 Tahun 2007 - RTBL
82. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat tentang Perumahan
Kawasan Khusus
Tahun 2006
1) Permenpera No. 14 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus
2) Permenpera No. 15 Tahun 2006 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengembangan
Kawasan Nelayan
3) Permenpera No. 16 Tahun 2006 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengembangan
Perumahan Kawasan Industri
4) Permenpera No. 17 Tahun 2006 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengembangan
Perumahan Kawasan Perbatasan