SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 25
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PEILONEFRITIS
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah individu yang mempunyai sub-sub sistem. Sub-sub sistem
tersebut adalah sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, sistem pencernaan,
sistem muskuloskeletal, sistem persyarafan, sistem perkemihan, dan sistem-
sistem yang lainnya. Keseimbangan antara semua sistem diatas itulah yang
menyebabkan manusia dikatakan sehat secara jasmani.Semua sistem tersebut
melibatkan organ-organ dalam menjalankan tugasnya, seperti sistem perkemihan
yang melibatkan organ ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Ginjal merupakan bagian utama dari saluran kemih yang terdiri dari organ-organ
tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air kemih (urin) ke
luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal,
antara lain yaitu infeksi ginjal. Infeksi ginjal atau pielonefritis merupakan
peradangan pada jaringan ginjal. Untuk lebih jelasnya, penulis akan membahas
tentang bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada
pasien yang mengalami pielonefritis agar tidak berlanjut menjadi pielonefritis
kronik.
B. Masalah
Masalah yang kami angkat pada makalah ini mengenai asuhan keperawatan pada
pasien dengan pielonefritis.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan proses pembelajaran mata kuliah ini peserta
didik diharapkan mampu mempraktekkan pengelolaan pelayanan
keperawatan profesional dan mahasiswa dapat menerapkan konsep dasar
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien khususnya pada kasus
pielonefritis.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tinjauan pustaka tentang pielonefritis.
b. Melakukan pengkajian pada klien pielonefritis.
c. Menganalisa data-data yang ditemukan pada klien pielonefritis.
d. Membuat nursing care planning pada klien pielonefritis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI FISIOLOGI
1. Ginjal
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh
manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme
terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan air. mempertahankan
keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan
garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.
2. Ureter
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih)
melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang
punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih.
3. Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung
seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga
panggul.Bila terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari
rongga panggul.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen.
Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian
melewati tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-
laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa,
dan pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut meatus. Pada
perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit
ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan
terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan
berfungsi sebagai saluran ekskretori.
B. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian Pielonefritis
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang
sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung
selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak
sukses madka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan
pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal (pelvis renalis),
tubulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner &
Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul
secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002:
668)
Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri
atas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan
air kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang
komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal.
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang
karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang
berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri
dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan
dengan selimut antibodi bakteri dalam urin.Ginjal biasanya membesar
disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi.Abses dapat dijumpai pada
kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan
kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.Pyelonefritis akut merupakan
salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui.Gangguan ini tidak dapat
dilepaskan dari infeksi saluran kemih.Infeksi ginjal lebih sering terjadi
pada wanita, hal ini karena saluran kemih bagian bawahnya (uretra) lebih
pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya terletak berdekatan
dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat mencapai kandung kemih
dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga akan bertambah pada
wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian pula, penderita
kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal lainnya lebih mudah
terkena infeksi ginjal dan saluran kemih.
b. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga
karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk
urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen
akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal
pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi
ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah
infeksi yang gawat. Pembagian Pielonefritis Pielonefritis akut Sering
ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan
hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
2. Etiologi
a. Bakteri
 Escherichis colli
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di
usus besar) merupakan penyebab infeksi yang sering ditemukan pada
pielonefritis akut tanpa komplikasi
 Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa.
Pseudomonas juga merupakan patogen pada manusia dan merupakan
penyebab infeksi pada saluran kemih.
 Klebsiella enterobacter
Klebsiella enterobacter merupakan salah satu patogen menular yang
umumnya menyebabkan infeksi pernapasan, tetapi juga dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih
 Species proteus
Proteus yang pada kondisi normal ditemukan di saluran cerna,
menjadi patogenik ketika berada di dalam saluran kemih.
 Enterococus
Mengacu pada suatu spesies streptococus yang mendiami saluran
cerna dan bersifat patogen di dalam saluran kemih
 Lactobacillus
Adalah flora normal di rongga mulut, saluran cerna, dan vagina,
dipertimbangkan sebagai kontaminan saluran kemih. Apabila
ditemukan lebih dari satu jenis bakteri, maka spesimen tersebut harus
dipertimbangkan terkontaminasi. Hampir semua gambaran klinis
disebaban oleh endotoksemia. Tidak semua bakteri bersifat patogen di
saluran perkemihan, tetapi semua bakteri tersebut ditemukan dalam
sampel biakan urine. Namun, bakteri-bakteri tersebut tetap merupakan
kontaminan.
b. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
c. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih
kembali ke dalam ureter.
d. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran plasma
efektif ke ginjal dan saluran kencing. Kecepatan filtrasi glomerulus dan
fungsi tubuler meningkat 30-50%. Dibawah keadaan yang normal
peningkatan kegiatan penyaringan darah bagi ibu dan janin yang tumbuh
tidak membuat ginjal dan uretra bekerja ekstra. Keduanya menjadi
dilatasi karena peristaltik uretra menurun. Sebagai akibat, gerakan urin ke
kandung kemih lebih lambat. Stasis urin ini meningkatkan kemungkinan
pielonefritis.
Estrogen dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi yang terjadi
pada kadung kemih yang akan naik ke ginjal. Bendungan dan atoni ureter
dalam kehamilan mungkin disebabkan oleh progesteron, obstipasi atau
tekanan uterus yang membesar pada ureter.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa
dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh
penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai
penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau
pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam
ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.
3. Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis,
Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal
berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah
(uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian
atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal,
yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu
24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat
seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila
terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang mempersulit
pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang
tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan
pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan
fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari
pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil
serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal
ginjal.
Pathway Pielonefritis
Penyebab (bakteri)
Masuk saluran kemih Masuk saluran darah
Adanya Obstruksi Ginjal
Aliran balik ginjal oleh bakteri
Peradangan / infeksi ginjal
Hematuria Demam
Kurang pengetahuan
Perubahan kenyamanan
Penguapan berlebihan Mukosa kering
Nafsu makan
berkurang
Kelemahan
Nyeri Akut
Gangguan
Pola Tidur
Ansietas
Hipertermi
Intoleransi
Aktivitas
Gangguan
nutrisi
Resiko
kekurangan
volume cairan
4. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian
dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah.
Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat
berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat.
Dapat terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat
yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya
iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran
pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut
berkontraksi kuat.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih
sulit untuk dikenali.
a. Pyelonefritis akut ditandai dengan :
- pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
- Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil,
nausea,
- nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan
fisik.
- Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
- Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa
hari.
- Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria
dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah
putih.
b. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga
kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala:
- Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak
mempunyai gejala yang spesifik.
- Adanya keletihan.
- Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
- Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,
proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.
- Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami
gagal ginjal.
- Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
- Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka
pada jaringan.
- Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis
adalah:
a. Whole blood
b. Urinalisis
c. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu menemukan
adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air
kemih lainnya
d. BUN
e. Creatinin
f. Serum Electrolytes
g. Biopsi ginjal
h. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan
atau abnormalitas struktur
6. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut
(Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)
a. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah
pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal,
terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya
obstruksi.
b. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang
dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan
sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan
akibat adanya pus.
c. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas
ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir
(mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan
jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik
disertai organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu)
(Brunner & Suddarth, 2002: 1437).
7. Penatalaksanaan Medik
Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan
sembuh tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit
kambuh kembali terutama pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah
seperti penderita diabetes atau adanya sumbatan/hambatan aliran urin
misalnya oleh batu, tumor dan sebagainya. Penatalaksanaan medis menurut
Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:
a. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial
seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin
dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro)
selama 14 hari
b. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa
nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat
farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti
oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)
c. Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan
ginjal secara progresif.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E.
Smith tahun 2007:
a. Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
b. Monitor Vital Sign
c. Melakukan pemeriksaan fisik
d. Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
e. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.
f. Memantau input dan output cairan.
g. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)
h. Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur
pengobatan. Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan
memakan banyak biaya yang dapat membuat pasien berkecil hati.
8. Pencegahan
Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal yang
harus dilakukan:
a. minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongan
kandung kemih serta kontaminasi urin.
b. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
c. banyak istirahat di tempat tidur
d. terapi antibiotika
Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak
pernah mengalami infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan
cara membersihkan setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa
membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal
tersebut untuk mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air
besar agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra.Pada waktu
pemasangan kateter harus diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar
tidak terjadi infeksi.
Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
infeksi ginjal mempunyai khasiat sebagai antiradang, antiinfeksi, menurunkan
panas, dan diuretik (peluruh kemih). Tumbuhan obat yang dapat digunakan,
antara lain :
a. Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)
b. Meniran (Phyllanthus urinaria)
c. Sambiloto (Andrographis paniculata)
d. Pegagan (Centella asiatica)
e. Daun Sendok (Plantago major)
f. Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)
g. Rambut Jagung (Zea mays)
h. Krokot (Portulaca oleracea)
i. Jombang (Taraxacum mongolicum)
j. Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa).
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien pielonefritis menggunakan
pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
a. Data biologis meliputi :
1) Identitas Klien
2) Identitas penanggung
b. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM, Jantung
c. Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Infeksi darah meatus
3) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernian urine
4) Pengkajian pada costovertebralis
d. Riwayat psikososial
Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan persepsi terhadap kondisi
penyakit mekanisme kopin dan system pendukung
e. Pengkajian pengtahuan klien dan keluarga
1) Pemahaman tentang penyebab / perjalanan penyakit
2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi,
perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan
b. Nyeri akut b.d proses peradangan / infeksi
c. Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi
d. Ansietas b.d hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit dan tujuan
pengobatan
e. Gangguan pola tidur b.d hipertermi, nyeri
f. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
g. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat
3. Intervensi
Dx. 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
hipertermi, perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien
merasa nafsu makan bertambah.
Kriteria Hasil : menunjukkan status gizi : asupan makanan, cairan dan zat
gizi.
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
1
Mandiri
Pantau / catat permasukan diet Membantu dan mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan diet.
Kondisi fisik umum, gajala uremik
(contoh : mual, anoreksia,
gangguan rasa) dan pembatasan
diet multiple mempengaruhi
2
3
4
5
6
Tawarkan perawatan mulut
sering/cuci dengan larutan (25%)
cairan asam asetat. Berikan permen
karet, permen keras, penyegar mulut
diantara makan
Berikan makanan sedikit tapi sering
Kolaborasi :
Konsul dengan ahli gizi/tim
pendukung nutrisi
Batasi kalium, natrium dan
pemasukan fosat sesuai indikasi
Awasi pemeriksaan labiratorium,
contoh; BUN, albumin serum,
transferin, natrium dan kalium.
pemasukan makanan.
Mambran mukosa menjadi kering
dan pecah. Perawatan mulut
menyejukkan, meminyaki dan
membantu menyegarkan rasa mulut
yang sering tidak nyaman pada
uremia dan membatasi pemasukan
oral. Pencucian dengan asam asetat
membantu menetralkan amonea
yang dibentuk oleh perubahan urea.
Meminimalkan anoreksia dan mual
sehubungan dengan status
uremik/menurunnya paristaltik
Menentukan kalori individu dan
kebutuhan nutrisi dalam
pembatasan,dan mengidentifikasi
rute paling efektif dan produknya,
contoh tambahan oral, makanan
selang hiperalimentasi
Pembatasan elektrolit ini
dibutuhkan untuk mencegah
kerusakan ginjal lebih lanjut,
khususnya bila dialisis tidak
menjadi bagian pengobatan, dan
atau selama fase penyembuhan.
Indikator kebutuhan nutrisi,
pembatasan, dan kebutuhan /
efektivitas terapi.
Dx. 2 : Nyeri akut b.d proses peradangan, infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien
merasa nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil : Tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih, kandung
kemih tidak tegang, tenang, tidak mengekspresikan nyeri secara verbal
atau pada wajah, tidak ada posisi tubuh, tidak ada kegelisahan, tidak ada
kehilangan nafsu makan.
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
1
2
3
4
5
6
7
Mandiri :
Pantau intensitas, lokasi, dan factor
yang memperberat atau meringankan
nyeri
Berikan waktu istirahat yang cukup
dan tingkat aktivitas yang dapat di
toleran.
Anjurkan minum banyak 2-3 liter
jika tidak ada kontra indikasi
Pantau haluaran urine terhadap
perubahan warna, bau dan pola
berkemih, masukan dan haluaran
setiap 8 jam dan pantau hasil
urinalisis ulang
Berikan tindakan nyaman, seperti
pijatan punggung, lingkungan
istirahat
Berikan perawatan parineal
Kolaborasi :
Berikan analgesic sesuia kebutuhan
Rasa sakit yang hebat menandakan
adanya infeksi
Klien dapat istirahat dengan tenang
dan dapat merilekskan otot – otot
Untuk membantu klien dalam
berkemih
Untuk mengidentifikasi indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari
hasil yang di harapkan
Meningkatkan relaksasi,
menurunkan tegangan otot
Untuk mencegah kontaminasi
uretra
Analgesic memblok lintasan nyeri
8
dan evaluasi keberhasilannya
Berikan antibiotic. Buat berbagi
variasi sediaan minum, termasuk air
segar. Pemberian air sampai 2400
ml/hari
sehingga mengurangi nyeri
Akibat dari haluran urin
memudahkan berkemih sering dan
membantu membilas saluran
berkemih
Dp. 3 : Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam demam
pasien berkurang
Kriteria Hasil :hilangnya rasa mual, suhu tubuh kembali normal, nafas
normal dan suhu kulit lembab
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
1
2
3
4
Mandiri :
Pantau suhu pasien (drajat dan pola)
; perhatikan menggigil/diaforesis
Pantau suhu lingkungan, batasi /
tambahkan linen tempat tidur, sesuai
indikasi
Berikan kompres mandi hangat;
hindari penggunaan alkohol
Berikan selimut pendingin
Suhu 38,90 – 41,10 C menunjukkan
proses penyakit infeksius akut
Suhu ruangan/jumlah selimut
harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati
normal.
Dapat membantu mengurangi
demam. Catatan : penggunaan air
es/alkohol mungkin menyebabakan
kedinginan, peningkatan suhu
secara aktual. Selain itu alkohol
dapat mengeringkan kulit.
Digunakan untuk mengurangi
demam umumnya lebih besar dari
39,50-400 C pada waktu terjadi
kerusakan/ gangguan otak.
5 Kolaborasi :
Berikan antipiretik, misalnya ASA
(aspirin), asetaminofen (tylenol)
Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotelamus. Meskipun
demam mungkin dapat berguna
dalam membatasi pertumbuhan
organisme. Dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi
Dx. 4 : Ansietas b.d hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit
dan tujuan pengobatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam cemas
pasien Hilang dan tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah
Kriteria Hasil : tenang, gelisa berkurang, ketakutan berkurang, dapat
beristirahat, frekuensi nafas 12-24/menit
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
1
2
3
4
Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Pantau tingkat kecemasan
Beri dorongan spiritual
Beri penjelasan tentang penyakitnya
Agar klien mempunyai semangat
dan mau empati terhadap
perawatan dan pengobatan
Untuk mengetahui berat ringannya
kecemasan klien
Agar klien kembali menyerahkan
sepenuhnya kepada tuhan YME
Agar klien mengerti sepenuhnya
dengan penyakit yang di alaminya.
Dx. 5 : Gangguan pola tidur b.d hipertermi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien
merasa tidur dengan nyenyak.
Kriteria Hasil : jumlah jam tidur tidak terganggu, perasaan segar setelah
tidur atau istirahat, terjaga denganwaktu yang sesuai
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
1
2
3
4
5
Mandiri :
Instruksikan tindakan relaksasi
Hindari mengganggu bila mungkin,
mis : membangun untuk obat atau
terapi
Tentukan kebiasaan tidur biasanya
dan perubahan yang terjadi
Dorong posisi nyaman, bantu dalam
megubah posisi
Kolaborasi :
Berikan sedatif, hipnotik, sesuai
indikasi
Membantu menginduksi tidur
Tidur tanpa gangguan pasien
mungkin tidak mampu kembali
tidur bila terbangun
Mengkaji perlunya
mengidentifikasi intervensi yang
tepat.
Perubahan posisi mengubah area
tekanan dan meningkatkan istirahat
Mungkin di berikan untuk
membantu pasien tidur/istirahat
selama periode dari rumah ke
lingkungan baru. Catatan : hindari
penggunaan kebiasaan, karena ini
menurunkan waktu tidur.
Dp. 6 : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien
toleran aktifitas.
Kriteria Hasil : mengidentifikasi aktifitas dan atau situasi yang
menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi aktivitas.
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
1
2
Mandiri :
Bantu aktivitas perawatan diri yang
di perlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktifitas selama fase
penyembuhan.
Evaluasi respon pasien terhadap
aktifitas. Catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan / kelelahan
dan perubahan tanda vital selama
dan setelah aktivitas
Meminimalkan kelelahan dan
membantu keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
Menetapkan kemampuan /
kebutuhan pasien dan
memudahkan pemilihan intervensi.
Dx. 7 : Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien
dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat
Kriteria hasil :tidak memiliki konsentrasi urine yang berlebih, memiliki
keseimbangan asupan Dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
1
2
3
4
Mandiri :
Ukur dan catat urine setiap kali
berkemih
Pastikan kontinuitas kateter pirau /
akses
Tempatkan pasien pada posisi
telentang / tredelenburg sesui
kebutuhan
Pantau mambran mukosa kering,
torgor kulit yang kurang baik, dan
Untuk mengetahui adanya
perubahan warna dan untuk
mengetahui input / output
Terputusnya pirau / akses terbuka
akan memungkinkan eksanguinasi
Memaksimalkan aliran balik vena
bila terjadi hipotensi
Hipovolemia/cairian ruang ketiga
akan memperkuat tanda-tanda
5
6
rasa haus
Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan laboratorium
sesuai indikasi
~
Berikan cariran IV (contoh, garam
faal)/ volume ekspender (contoh
albumin)selama dialisa sesuai idikasi
dehidrasi
~ Menurun karena anemia,
hemodilusi atau kehilangan darah
aktual.
~ Cairan garam faal/dekstrosa,
elektrolit, dan NaHCO3 mungkin
diinfuskan dalam sisi vena
hemofelter Cav bila kecepatan
ultrafiltrasi tinggi digunakan untuk
membuang cairan ekstraseluler dan
cairan toksik. Volume ekspender
mungkin dibutuhkan selama /
setelah hemodialisa bila terjadi
hipotensi tiba-tiba.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan
interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih
melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah
jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara
hematogen kurang dari 3%.
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus
besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan
penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari
daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah
oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan
ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
B. Saran
Saran kami dalam makalah ini semoga para pembaca bisa lebih memahami
isi dari makalah ini dan dapat menerapkannya dalam melakukan asuhan
keperawatan dan membandingkan dengan referensi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatanpjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAmee Hidayat
 
Siklus respon seksual
Siklus respon seksualSiklus respon seksual
Siklus respon seksualSulistia Rini
 
Kebutuhan cairan dan elketrlit
Kebutuhan cairan dan elketrlitKebutuhan cairan dan elketrlit
Kebutuhan cairan dan elketrlitdinda putri
 
Sistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power pointSistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power pointFatimah Zahra
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYASOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYADnr Creatives
 
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitKeseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitViodeta Viodeta
 
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-point
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-pointDokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-point
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-pointPutriPamungkas8
 
Laporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibiaLaporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibiaNurhikmaUmati
 
Holistic Care
Holistic CareHolistic Care
Holistic CareCahya
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineSulistia Rini
 
Trend dan issue dibidang pendidikan keperawatan komunitas 1
Trend dan issue dibidang pendidikan keperawatan komunitas 1Trend dan issue dibidang pendidikan keperawatan komunitas 1
Trend dan issue dibidang pendidikan keperawatan komunitas 1Govermment Company
 
Anatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi WanitaAnatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi WanitaHetty Astri
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Fransiska Oktafiani
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienzulindarisma
 
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanYandrawati S.KM
 

Was ist angesagt? (20)

134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
Siklus respon seksual
Siklus respon seksualSiklus respon seksual
Siklus respon seksual
 
Kebutuhan cairan dan elketrlit
Kebutuhan cairan dan elketrlitKebutuhan cairan dan elketrlit
Kebutuhan cairan dan elketrlit
 
Sistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power pointSistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power point
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYASOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
 
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitKeseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit
 
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-point
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-pointDokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-point
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-point
 
Laporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibiaLaporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibia
 
Holistic Care
Holistic CareHolistic Care
Holistic Care
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
Trend dan issue dibidang pendidikan keperawatan komunitas 1
Trend dan issue dibidang pendidikan keperawatan komunitas 1Trend dan issue dibidang pendidikan keperawatan komunitas 1
Trend dan issue dibidang pendidikan keperawatan komunitas 1
 
Anatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi WanitaAnatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
 
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyamanKebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
 

Ähnlich wie 131550624 makalah-askep-pielonefritis (20)

Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Isk
IskIsk
Isk
 
PATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHAN
PATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHANPATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHAN
PATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHAN
 
Satpel isk
Satpel iskSatpel isk
Satpel isk
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Satpel isk
Satpel iskSatpel isk
Satpel isk
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA Askep isk AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah pyelonephritis
Makalah pyelonephritisMakalah pyelonephritis
Makalah pyelonephritis
 
Sap infeksi salurah kemih
Sap infeksi salurah kemihSap infeksi salurah kemih
Sap infeksi salurah kemih
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Definisi
DefinisiDefinisi
Definisi
 
ISK KELOMPOK 3.pptx
ISK KELOMPOK 3.pptxISK KELOMPOK 3.pptx
ISK KELOMPOK 3.pptx
 
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Etiologi isk
Etiologi iskEtiologi isk
Etiologi isk
 

Kürzlich hochgeladen

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfBangKoko
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIMuhammadAlfiannur2
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdncindyrenatasaleleuba
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfsrirezeki99
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxkemenaghajids83
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 

131550624 makalah-askep-pielonefritis

  • 1. MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PEILONEFRITIS SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah individu yang mempunyai sub-sub sistem. Sub-sub sistem tersebut adalah sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal, sistem persyarafan, sistem perkemihan, dan sistem- sistem yang lainnya. Keseimbangan antara semua sistem diatas itulah yang menyebabkan manusia dikatakan sehat secara jasmani.Semua sistem tersebut melibatkan organ-organ dalam menjalankan tugasnya, seperti sistem perkemihan yang melibatkan organ ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal merupakan bagian utama dari saluran kemih yang terdiri dari organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air kemih (urin) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal. Infeksi ginjal atau pielonefritis merupakan peradangan pada jaringan ginjal. Untuk lebih jelasnya, penulis akan membahas tentang bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada pasien yang mengalami pielonefritis agar tidak berlanjut menjadi pielonefritis kronik. B. Masalah Masalah yang kami angkat pada makalah ini mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan pielonefritis. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan proses pembelajaran mata kuliah ini peserta didik diharapkan mampu mempraktekkan pengelolaan pelayanan keperawatan profesional dan mahasiswa dapat menerapkan konsep dasar dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien khususnya pada kasus pielonefritis.
  • 3. 2. Tujuan Khusus a. Menjelaskan tinjauan pustaka tentang pielonefritis. b. Melakukan pengkajian pada klien pielonefritis. c. Menganalisa data-data yang ditemukan pada klien pielonefritis. d. Membuat nursing care planning pada klien pielonefritis.
  • 4. BAB II PEMBAHASAN A. ANATOMI FISIOLOGI 1. Ginjal Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan air. mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam darah. 2. Ureter Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih) melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih. 3. Vesika urinaria Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul.Bila terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul. 4. Uretra Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen. Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki- laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretori.
  • 5. B. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Pielonefritis Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses madka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal (pelvis renalis), tubulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436). Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668) Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri atas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal. Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu : a. Pyelonefritis akut Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang
  • 6. berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin.Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi.Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.Pyelonefritis akut merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui.Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran kemih.Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih bagian bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga akan bertambah pada wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian pula, penderita kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal lainnya lebih mudah terkena infeksi ginjal dan saluran kemih. b. Pielonefritis kronis Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat. Pembagian Pielonefritis Pielonefritis akut Sering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
  • 7. 2. Etiologi a. Bakteri  Escherichis colli Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan penyebab infeksi yang sering ditemukan pada pielonefritis akut tanpa komplikasi  Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa. Pseudomonas juga merupakan patogen pada manusia dan merupakan penyebab infeksi pada saluran kemih.  Klebsiella enterobacter Klebsiella enterobacter merupakan salah satu patogen menular yang umumnya menyebabkan infeksi pernapasan, tetapi juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih  Species proteus Proteus yang pada kondisi normal ditemukan di saluran cerna, menjadi patogenik ketika berada di dalam saluran kemih.  Enterococus Mengacu pada suatu spesies streptococus yang mendiami saluran cerna dan bersifat patogen di dalam saluran kemih  Lactobacillus Adalah flora normal di rongga mulut, saluran cerna, dan vagina, dipertimbangkan sebagai kontaminan saluran kemih. Apabila ditemukan lebih dari satu jenis bakteri, maka spesimen tersebut harus dipertimbangkan terkontaminasi. Hampir semua gambaran klinis disebaban oleh endotoksemia. Tidak semua bakteri bersifat patogen di saluran perkemihan, tetapi semua bakteri tersebut ditemukan dalam sampel biakan urine. Namun, bakteri-bakteri tersebut tetap merupakan kontaminan. b. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat. c. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke dalam ureter.
  • 8. d. Kehamilan Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran plasma efektif ke ginjal dan saluran kencing. Kecepatan filtrasi glomerulus dan fungsi tubuler meningkat 30-50%. Dibawah keadaan yang normal peningkatan kegiatan penyaringan darah bagi ibu dan janin yang tumbuh tidak membuat ginjal dan uretra bekerja ekstra. Keduanya menjadi dilatasi karena peristaltik uretra menurun. Sebagai akibat, gerakan urin ke kandung kemih lebih lambat. Stasis urin ini meningkatkan kemungkinan pielonefritis. Estrogen dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi yang terjadi pada kadung kemih yang akan naik ke ginjal. Bendungan dan atoni ureter dalam kehamilan mungkin disebabkan oleh progesteron, obstipasi atau tekanan uterus yang membesar pada ureter. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. 3. Patofisiologi Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor.
  • 9. Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.
  • 10. Pathway Pielonefritis Penyebab (bakteri) Masuk saluran kemih Masuk saluran darah Adanya Obstruksi Ginjal Aliran balik ginjal oleh bakteri Peradangan / infeksi ginjal Hematuria Demam Kurang pengetahuan Perubahan kenyamanan Penguapan berlebihan Mukosa kering Nafsu makan berkurang Kelemahan Nyeri Akut Gangguan Pola Tidur Ansietas Hipertermi Intoleransi Aktivitas Gangguan nutrisi Resiko kekurangan volume cairan
  • 11. 4. Tanda dan Gejala Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat. Dapat terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat. Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk dikenali. a. Pyelonefritis akut ditandai dengan : - pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal - Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea, - nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik. - Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness. - Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari. - Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih. b. Pielonefritis kronis Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala: - Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai gejala yang spesifik. - Adanya keletihan. - Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
  • 12. - Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun. - Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal. - Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks. - Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan. - Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi. 5. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis adalah: a. Whole blood b. Urinalisis c. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu menemukan adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya d. BUN e. Creatinin f. Serum Electrolytes g. Biopsi ginjal h. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur 6. Komplikasi Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669) a. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
  • 13. b. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus. c. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik. Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu) (Brunner & Suddarth, 2002: 1437). 7. Penatalaksanaan Medik Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh kembali terutama pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah seperti penderita diabetes atau adanya sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu, tumor dan sebagainya. Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007: a. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari b. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine) c. Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara progresif.
  • 14. Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007: a. Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi. b. Monitor Vital Sign c. Melakukan pemeriksaan fisik d. Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien. e. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis. f. Memantau input dan output cairan. g. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes) h. Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan. Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya yang dapat membuat pasien berkecil hati. 8. Pencegahan Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal yang harus dilakukan: a. minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongan kandung kemih serta kontaminasi urin. b. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal c. banyak istirahat di tempat tidur d. terapi antibiotika Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak pernah mengalami infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan cara membersihkan setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal tersebut untuk mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air besar agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra.Pada waktu pemasangan kateter harus diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar tidak terjadi infeksi. Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan infeksi ginjal mempunyai khasiat sebagai antiradang, antiinfeksi, menurunkan
  • 15. panas, dan diuretik (peluruh kemih). Tumbuhan obat yang dapat digunakan, antara lain : a. Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus) b. Meniran (Phyllanthus urinaria) c. Sambiloto (Andrographis paniculata) d. Pegagan (Centella asiatica) e. Daun Sendok (Plantago major) f. Akar alang-alang (Imperata cyllindrica) g. Rambut Jagung (Zea mays) h. Krokot (Portulaca oleracea) i. Jombang (Taraxacum mongolicum) j. Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa). C. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Dalam melakukan pengkajian pada klien pielonefritis menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu : a. Data biologis meliputi : 1) Identitas Klien 2) Identitas penanggung b. Riwayat kesehatan : 1) Riwayat infeksi saluran kemih 2) Riwayat pernah menderita batu ginjal 3) Riwayat penyakit DM, Jantung c. Pengkajian fisik : 1) Palpasi kandung kemih 2) Infeksi darah meatus 3) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernian urine 4) Pengkajian pada costovertebralis d. Riwayat psikososial Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan persepsi terhadap kondisi penyakit mekanisme kopin dan system pendukung
  • 16. e. Pengkajian pengtahuan klien dan keluarga 1) Pemahaman tentang penyebab / perjalanan penyakit 2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis 2. Diagnosa Keperawatan a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi, perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan b. Nyeri akut b.d proses peradangan / infeksi c. Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi d. Ansietas b.d hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit dan tujuan pengobatan e. Gangguan pola tidur b.d hipertermi, nyeri f. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum g. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat 3. Intervensi Dx. 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi, perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nafsu makan bertambah. Kriteria Hasil : menunjukkan status gizi : asupan makanan, cairan dan zat gizi. Intervensi : No Intervensi Rasionalisasi 1 Mandiri Pantau / catat permasukan diet Membantu dan mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik umum, gajala uremik (contoh : mual, anoreksia, gangguan rasa) dan pembatasan diet multiple mempengaruhi
  • 17. 2 3 4 5 6 Tawarkan perawatan mulut sering/cuci dengan larutan (25%) cairan asam asetat. Berikan permen karet, permen keras, penyegar mulut diantara makan Berikan makanan sedikit tapi sering Kolaborasi : Konsul dengan ahli gizi/tim pendukung nutrisi Batasi kalium, natrium dan pemasukan fosat sesuai indikasi Awasi pemeriksaan labiratorium, contoh; BUN, albumin serum, transferin, natrium dan kalium. pemasukan makanan. Mambran mukosa menjadi kering dan pecah. Perawatan mulut menyejukkan, meminyaki dan membantu menyegarkan rasa mulut yang sering tidak nyaman pada uremia dan membatasi pemasukan oral. Pencucian dengan asam asetat membantu menetralkan amonea yang dibentuk oleh perubahan urea. Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik/menurunnya paristaltik Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan,dan mengidentifikasi rute paling efektif dan produknya, contoh tambahan oral, makanan selang hiperalimentasi Pembatasan elektrolit ini dibutuhkan untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut, khususnya bila dialisis tidak menjadi bagian pengobatan, dan atau selama fase penyembuhan. Indikator kebutuhan nutrisi, pembatasan, dan kebutuhan / efektivitas terapi.
  • 18. Dx. 2 : Nyeri akut b.d proses peradangan, infeksi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang. Kriteria Hasil : Tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih, kandung kemih tidak tegang, tenang, tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah, tidak ada posisi tubuh, tidak ada kegelisahan, tidak ada kehilangan nafsu makan. Intervensi : No Intervensi Rasionalisasi 1 2 3 4 5 6 7 Mandiri : Pantau intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat Berikan perawatan parineal Kolaborasi : Berikan analgesic sesuia kebutuhan Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot – otot Untuk membantu klien dalam berkemih Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang di harapkan Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot Untuk mencegah kontaminasi uretra Analgesic memblok lintasan nyeri
  • 19. 8 dan evaluasi keberhasilannya Berikan antibiotic. Buat berbagi variasi sediaan minum, termasuk air segar. Pemberian air sampai 2400 ml/hari sehingga mengurangi nyeri Akibat dari haluran urin memudahkan berkemih sering dan membantu membilas saluran berkemih Dp. 3 : Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam demam pasien berkurang Kriteria Hasil :hilangnya rasa mual, suhu tubuh kembali normal, nafas normal dan suhu kulit lembab Intervensi : No Intervensi Rasionalisasi 1 2 3 4 Mandiri : Pantau suhu pasien (drajat dan pola) ; perhatikan menggigil/diaforesis Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alkohol Berikan selimut pendingin Suhu 38,90 – 41,10 C menunjukkan proses penyakit infeksius akut Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal. Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabakan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit. Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,50-400 C pada waktu terjadi kerusakan/ gangguan otak.
  • 20. 5 Kolaborasi : Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (tylenol) Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotelamus. Meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme. Dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi Dx. 4 : Ansietas b.d hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit dan tujuan pengobatan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam cemas pasien Hilang dan tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah Kriteria Hasil : tenang, gelisa berkurang, ketakutan berkurang, dapat beristirahat, frekuensi nafas 12-24/menit Intervensi : No Intervensi Rasionalisasi 1 2 3 4 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya Pantau tingkat kecemasan Beri dorongan spiritual Beri penjelasan tentang penyakitnya Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada tuhan YME Agar klien mengerti sepenuhnya dengan penyakit yang di alaminya.
  • 21. Dx. 5 : Gangguan pola tidur b.d hipertermi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa tidur dengan nyenyak. Kriteria Hasil : jumlah jam tidur tidak terganggu, perasaan segar setelah tidur atau istirahat, terjaga denganwaktu yang sesuai Intervensi : No Intervensi Rasionalisasi 1 2 3 4 5 Mandiri : Instruksikan tindakan relaksasi Hindari mengganggu bila mungkin, mis : membangun untuk obat atau terapi Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi Dorong posisi nyaman, bantu dalam megubah posisi Kolaborasi : Berikan sedatif, hipnotik, sesuai indikasi Membantu menginduksi tidur Tidur tanpa gangguan pasien mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun Mengkaji perlunya mengidentifikasi intervensi yang tepat. Perubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istirahat Mungkin di berikan untuk membantu pasien tidur/istirahat selama periode dari rumah ke lingkungan baru. Catatan : hindari penggunaan kebiasaan, karena ini menurunkan waktu tidur. Dp. 6 : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien toleran aktifitas. Kriteria Hasil : mengidentifikasi aktifitas dan atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi aktivitas. Intervensi :
  • 22. No Intervensi Rasionalisasi 1 2 Mandiri : Bantu aktivitas perawatan diri yang di perlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktifitas selama fase penyembuhan. Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan / kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pemilihan intervensi. Dx. 7 : Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat Kriteria hasil :tidak memiliki konsentrasi urine yang berlebih, memiliki keseimbangan asupan Dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam Intervensi : No Intervensi Rasionalisasi 1 2 3 4 Mandiri : Ukur dan catat urine setiap kali berkemih Pastikan kontinuitas kateter pirau / akses Tempatkan pasien pada posisi telentang / tredelenburg sesui kebutuhan Pantau mambran mukosa kering, torgor kulit yang kurang baik, dan Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input / output Terputusnya pirau / akses terbuka akan memungkinkan eksanguinasi Memaksimalkan aliran balik vena bila terjadi hipotensi Hipovolemia/cairian ruang ketiga akan memperkuat tanda-tanda
  • 23. 5 6 rasa haus Kolaborasi : Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi ~ Berikan cariran IV (contoh, garam faal)/ volume ekspender (contoh albumin)selama dialisa sesuai idikasi dehidrasi ~ Menurun karena anemia, hemodilusi atau kehilangan darah aktual. ~ Cairan garam faal/dekstrosa, elektrolit, dan NaHCO3 mungkin diinfuskan dalam sisi vena hemofelter Cav bila kecepatan ultrafiltrasi tinggi digunakan untuk membuang cairan ekstraseluler dan cairan toksik. Volume ekspender mungkin dibutuhkan selama / setelah hemodialisa bila terjadi hipotensi tiba-tiba. BAB III
  • 24. PENUTUP A. Kesimpulan Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%. Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. B. Saran Saran kami dalam makalah ini semoga para pembaca bisa lebih memahami isi dari makalah ini dan dapat menerapkannya dalam melakukan asuhan keperawatan dan membandingkan dengan referensi lainnya.
  • 25. DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC