SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 31
HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN
PEMBERIAN ASI EKSLUSIF TERHADAP STATUS
KESEHATAN BAYI
Posted on 20 November 2012 by delimayany
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kecerdasan seorang anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik atau
bawaan yang diturunkan oleh orang tua, namun utamanya dipengaruhi oleh pertumbuhan
otak.
Peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan paling sempurna bagi bayi
merupakan suatu upaya nyata dalam mewujudkan kesehatan dan gizi masyarakat khususnya
bayi dan anak balita (Depkes RI, 2008) Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi
yang paling utama pada saat ini di Indonesia adalah kurang kalori, protein, hal ini banyak
ditemukan bayi dan anak yang masih kecil dan sudah mendapat adik lagi yang sering disebut
“kesundulan” artinya terdorong lagi oleh kepala adiknya yang telah muncul dilahirkan.
Keadaan ini karena anak dan bayi merupakan golongan rentan.
Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurang juga
karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol dengan cara dan jumlah yang
tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang
negatif dipandang dari segi gizi.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang
diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI
tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar
empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral
utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.
Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI termasuk ASI
EKSLUSIF telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional
Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP- ASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu
tanggal 22 Desember 1990 yang betemakan “Dengan Asi, kaum ibu mempelopori
peningkatan kualitas manusia Indonesia”. Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa
ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berusia empat bulan.Pemberian
ASI tanpa pemberiaan makanan lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif. Selanjutnya
bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI kemudian pemberian ASI di teruskan
sampai anak berusia dua tahun.ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak
memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung
terserap.
Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu
dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan.
Selama enam bulan pertama.Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering dapat
menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama.
ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-akhir
ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan menyusui.
Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti, padahal hanya
sedikit bayi yang sebenarnya menggunakan susu botol atau susu formula. Kalau hal yang
demikian terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap upaya
pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI.
Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di Rumah Sakit UGM Yogyakarta
tahun 1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan satu tahun 50,6%.
Sedangkan data dari survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1991 bahwa ibu,
yang memberikan ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47% diperkotaan dan 55% dipedesaan
(Depkes 1992) dari laporan SKDI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan
ASI EKSLUSIF kepada bayinya mencapai 47%, sedangkan pada repelita VI ditargetkan 80%
(Hapsari, 2009)
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa pemberian Asi di
Indonesia saat ini memperihatinkan, persentase bayi yang menyusu ekslusif sampai 6 bulan
hanya 15,3%.
Hal ini terjadi karena rendahnya kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan
pemberian asi. Masalah utama penyebab rendahnya penggunaan Asi di Indonesia adalah
faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu – ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan
pentingnya Asi, serta jajaran kesehatan yang sepenuhnya mendukung peningkatan pemberian
Asi (PP – ASI) (SehatNews.com)
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka
Cakupan ASI Ekslusif 6 bulan di Indonesia hanya 32,3%, masih jauh dari rata-rata dunia
yaitu 38%. Sementara saat ini jumlah bayi dibawah 6 bulan yang diberi susu formula
meningkat 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007.
Sejalan dengan penelitain yang dilakukan oleh Purnami (2008) tentang faktor – faktor
penyebab kegagalan ASI ekslusif diKelurahan Kembang Sari wilayah kerja Puskesmas
Selong, penyebab kegagalan ASI ekslusif adalah faktor ibu yang meliputi sosial budaya
(pengetahuan yang kurang tentang ASI ekslusif 46,9% dan 84,6% gagal memberikan ASI
ekslusif karena adanya kebiasaan dan kepercayaan keluarga/lingkungan seperti memberi
makanan pengganti ASI berupa susu formula, bubur, pisang dan makanan padat lainnya
sebelum bayi berusia 6 bulan).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afifah (2007) tentang Faktor yang berperan
dalam kegagalan praktik pemberian ASI Ekslusif, diantara 12 subjek penelitian, terdapat 2
ibu pekerja, namun satu diantaranya berhenti bekerja setelah bayi berusia 2 bulan.
Permasalahan utama dalam pemberian ASI ekslusif adalah sosial budaya antara lain
kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya
mendukung, gencarnya promosi susu formula, ibu bekerja dan dukungan keluarga. Adapun
kebiasaan ibu yang tidak mendukung pemberian ASI adalah memberi makanan/minuman
setelah bayi lahir seperti madu, air kelapa, nasi papah, pisang dan memberi susu formula
sejak dini, orang tua dan keluarga juga masih menyediakan dan menganjurkan pemberian
susu formula dan kepercayaan seperti adanya kepercayaan kalau menyusui dapat merusak
payudara dan adanya kepercayaan memberikan madu/air manis merupakan suatu ajaran
agama.
Kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya promosi susu formula
sebagai pengganti ASI, membuatmasyarakat kurang mempercayai kehebatan ASI, sehingga
akhirnya memilih susu formula. Padahal, promosi penambahan Arachidonic Acid (AA),
DHA, ARA dan lain sebagainya pada susu formula, ternyata sudah terkandung dalam
komposisi ASI. Demikian pula dengan zat kekebalan tubuh (antibodi), kebutuhan gizi dan
nutrisi untuk bayi (Prasetyono, 2009).
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Hellen Keller International pada tahun 2002 di
Indonesia, diketahui bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya medapatkan ASI eksklusif selama
1,7 bulan. Padahal, kajian World Health Organization (WHO) yang dituangkan dalam
Kepmen No.450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
(Prasetyono, 2009).
World Health Organization (WHO), United Nation Children’s Fund (UNICEF), dan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No.
450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk
mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu
mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih
(Prasetyono, 2009).
United Nation Children’s Fund (UNICEF) menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di
Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya bisa dicegah melalui
pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran, tanpa
harus memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi. UNICEF juga menyatakan
bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada
bulan pertama kelahirannya. Dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang
disusui oleh ibunya secara eksklusif (Siregar, 2003).

Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan
dunia (WHO). Sentral Laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan survey demografi dan
kesehatan Indonesia 2002-2003, hanya 15% ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5
bulan. Di Indonesia, rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang
bersamaan, pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat. Ironisnya, pada tahun 2005-2006,
bayi di Amerika Serikat yang mendapatkan ASI eksklusif justru meningkat menjadi 60-70%
(Yuliarti, 2010).
Menurut sebuah studi yang dilaporkan oleh Reuters, ketika ibu menyusui bayinya hingga
berumur 1 tahun, ada nilai tambah bagi kesehatan ibu dan si anak. Dalam studi yang
dilaporkan tersebut, para peneliti menemukan bukti bahwa durasi menyusui ASI kepada bayi
bisa menurunkan resiko ibu terkena tekanan darah tingi, diabetes, kolesterol tinggi dan
penyakit kardiovaskular setelah si ibu menoupose.
Berbagai penelitian pun melaporkan, bayi yang diberi susu formula terancam mengalami
obesitas. Kebanyakan susu formula berbasis susu sapi yang mengandung protein jauh lebih
banyak dari pada protein pada manusia. Tidak mengherankan bahwa bayi yang mendapat
ASI tidak segemuk bayi yang mendapat susu formula. Tidak sedikit bayi terserang diare
akibat susu formula karena gula susu sapi (laktosa) pada beberapa bayi (Tempo, 2008).
Bayi yang tidak mendapat zat kekebalan pada ASI rentan akan infeksi. Kekurangan gizi dapat
terjadi apabila susu formula tidak diberikan sesuai dengan petunjuk penggunaan, bayi yang
diberi susu formula lebih mudah alergi serta mengalami gangguan pertumbuhan mulut,
rahang dan gigi (Asian Brain, 2008)
Hasil evaluasi program kesehata ibu dan anak (KIA) pada rapat kerja Kesehatan Nasional
(Rakernas) bulan Maret 2010 menunjukkan bahwa cakupan pemberian Asi Ekslusif di
Indonesia hanya mencapai 68% dari target yang diharapkan yaitu sebesar 80% (Depkes RI,
2010)
Sementara di Sumatera Utara, cakupan pemberian ASI Ekslusif pada tahun 2009 mencatat
berkisar 72,5% dengan target 80%. Sedangkan tahun 2010 pemberian Asi Ekslusif hanya
mencapai target 54,14%. Sedangkan di Kabupaten Langkat tercatat hanya 24,10% (Dinas
Kesehatan Kabupaten Langkat, 2010). Rendahnya cakupan pemberian ASI tersebut
disebabkan beberapa faktor, diantaranya karena kurangnya pengetahuan, kesadaran, motivasi
dan sikap ibu yang rendah untuk menyusui.
Puskesmas merupakan poster terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
Puskesmas berfungsi melaksanakan tugas teknis dan administratif. Keberadaan puskesmas
sangat penting dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh, terpadu, merata
dan terjangkau oleh masyarakat diwilayah kerjanya.
Wilayah kerja puskesmas pantai cermin kabupaten langkat membawahi 18 (Delapan belas)
desa. Puskesmas lerletak di Desa pantai cermin Kecamatan Tanjung Pura. Mayoritas
penduduk bekerja sebagai petani.
Berdasarkan data yang ada, pe
nulis tertarik untuk melakukan penelitian hubungan sosial budaya dan pengetahuan ibu
tentang ASI terhadap Status Kesehatan Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Langkat.

1.1 Perumusan Masalah
United Nation Children’s Fund (UNICEF) menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di
Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya bisa dicegah melalui
pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran, tanpa
harus memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi. UNICEF juga menyatakan
bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada
bulan pertama kelahirannya. Dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang
disusui oleh ibunya secara eksklusif (Siregar, 2003).
Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan
dunia (WHO). Sentral Laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan survey demografi dan
kesehatan Indonesia 2002-2003, hanya 15% ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5
bulan. Di Indonesia, rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang
bersamaan, pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat. Ironisnya, pada tahun 2005-2006,
bayi di Amerika Serikat yang mendapatkan ASI eksklusif justru meningkat menjadi 60-70%
(Yuliarti, 2010).
Sedangkan di Kabupaten Langkat tercatat hanya 24,10% (Dinas Kesehatan Kabupaten
Langkat, 2010). Rendahnya cakupan pemberian ASI tersebut disebabkan beberapa faktor,
diantaranya karena kurangnya pengetahuan, kesadaran, motivasi dan sikap ibu yang rendah
untuk menyusui.
Berdasarkan data yang ada, penulis tertarik untuk mengetahui “Apakah ada hubungan antara
sosial budaya dan pengetahuan ibu tentang ASI terhadap Status Kesehatan Bayi di Wilayah
Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat?”

1.3. Pertanyaan Penelitian
.
Seberapa besar pengetahuan ibu tentang Asi Ekslusif dan faktor apa saja yang
mempengaruhinya, penulis menduga faktor sosial budaya yang mempengaruhinya ?

1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1.Tujuan Umum
Mengetahui hubungan sosial budaya dan pengetahuan tentang Asi Ekslusif dengan
Status kesehatan bayi di wilayah kerja puskesmas pantai cermin kecamatan tanjung pura
Kabupaten Langkat Tahun 2012.
1.4.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan Pendidikan dengan status kesehatan bayi di wilayah
kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun
2012
2. Untuk mengetahui hubungan Pekerjaan dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja
puskesmas pantai cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012
3. Untuk mengetahui hubungan Penghasilan dengan status kesehatan bayi di wilayah
kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun
2012
4. Untuk mengetahui hubungan Agama dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012
5. Untuk mengetahui hubungan Suku dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012
6. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Asi dengan status kesehatan bayi di
wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Tahun 2012
7. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan antara hubungan pengetahuan Asi
dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan
Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012

1.5.

Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini merupakan masukan bagi pengembangan program pelayanan
kesehatan masyarakat, khususnya dalam peningkatan program pemberian Asi Ekslusif pada
bayi (0 – 6 bulan)

1.5.2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat merupakan konstribusi bagi pengembangan khazanah ilmu
kesehatan masyarakat, utamanya dalam pengembangan gizi masyarakat.

1.6. Sistematika Penelitian
Bagian tesis ini terdiri dari Pendahuluan, Tinjauan pustaka, Kerangka konsep/kerangka pikir,
Metodologi, Hasil penelitian/pembahasan, Kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. 2.

Sosial Budaya
1. 1. Definisi Sosial

Kata sosial berasal dari kata “socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan bersama. Sedangkan menurut KBBI (1989) sosial adalah
berkenaan dengan masyarakat dan sifat – sifat kemasyarakatan.
Sosial budaya adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi
nuraninya untuk dan atau dalam kehidupan bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia
membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kedidupan
bermasyarakat (Ahira, 2011)
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu mahluk yang saling bergantung kehidupannya satu
sama lain, oleh karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan pertolongan
orang lain. Disamping itu manusia adalah makhluk berbudaya, yang dikaruniai akal oleh
tuhan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya termasuk masalah kesehatan (
Notoatmodjo, 2005 ).
Dalam era globalisasi, dunia menjadi sempit, budaya lokal dan budaya nasional akan
tertembus oleh bahaya universal. Dengan demikian akan terjadi pergeseran nilai kehidupan.
Kemajuan ilmu pengetahuan terhadah pesatnyainformasi. Segala sesuatu yang terjadi dimuka
bumi dengan sekejap diketahui oleh seluruh penguhuni bumi. Dalam era globalisasi
pengakuan akan hak azasi manusia mulai memasyarakat (Sumiati, 2009)
Manusia berada dalam lingkungan sosial budaya yang terdiri dari pola interaksi antar budaya,
tekhnologi dan organisasi sosial termasuk didalamnya jumlah penduduk dan perilakunya
yang terdapat dalam spasial tertentu. Lingkungan sosial budaya mengalami perubahan sejalan
dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya.
Dinamika masyarakat dapat memberikan kesempatan kebudayaan untuk berkembang
sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat dan tidak ada
masyarakat tanpa kebudayaan sebagai wadah pendukungnya ( Deliyanto, 2008 ).
Menurut Deliyanto (2008), dalam bukunya Lingkungan Sosial Budaya, memberikan difinisi
kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu
pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan kesenian. Moral, hukum, adat istiadat dan
kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang di dapat manusia sebagai anggota
masyarakat.
Menurut Notoadmodjo (2005) ada beberapa aspek sosoial yang mempengaruhi kesehatan
antara lain:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat
mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah),
dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pengetahuan dan
kesadarannya melalui proses pembelajaran. Sehingga perilaku tersebut diharapkan
berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng), karena didasasri oleh kesadaran
(Notoatmodjo, 2005).
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
(Hidayat, 2005)
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan.
(Notoatmodjo, 2003)
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidik. (Notoatmodjo, 2003)
1. 2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan sehari-hari seperti PNS, petani, pedagang. Di
kota-kota besar, para ibu yang aktif melakukan kegiatan komersial, seperti bekerja di kantor
atau pabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai tambahan penghasilan, serta berkecimpung
dalam kegiatan sosial yang menyita banyak waktu di luar rumah, memilih untuk
menggunakan susu formula lantaran dianggap lebih menguntungkan dan membantu mereka.
Dengan adanya susu formula, mereka tidak perlu memberikan ASI kepada anak, dan
menghabiskan banyak waktu di rumah bersama anak (Dwi Sunar, 2009)
Pekerjaan adalah perubahan melakukan suatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil
dalam hal pencarian nafkah. Jenis dan lapangan pekerjaan berhubungan erat dengan status
ekonomi individu, keluarga, dan masyarakat (Chandra, 2008)
1. 3.

Penghasilan

Penghasilan adalah pendapat keluarga perbulan yang dapat mencukupi kebutuhan keluarga.
Pada saat ini kebutuhan ekonomi merupakan bagian penting dalam keluarga sehingga tidak
hanya suami yang harus bekerja, tetapi istripun membantu suami untuk mencukupi kebutuhan
keluarga, sehingga banyak wanita yang bekerja diluar rumah. Wanita diperkotaan bekerja di
sector formal maupun informal. Pada kondisi tersebut menyulitkan untuk tetap menyusui
bayinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh purnamawati (2003) yang menunjukkan
bahwa pada sosial ekonomi rendah memiliki peluang 4,6 kali memberikan ASI disbanding
ibu dengan sosial ekonomi tinggi (Ridwan, 2010)
Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku
seseorang. Telah diuraikan terlebih dahulu bahwa faktor sosio budaya merupakan faktor
eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap –
tiap etnis di Indonesia yang berbeda – beda, karena memang masing – masing etnis
mempunya budaya yang berneda dan khas (Notoadmodjo, 2005)
Notoatmodjo (2005) menjelaskan, kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan
manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Dari berbagai definisi kebudayaan dapat diperoleh pengertian kebudayaan adalah sesuatu
yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kegiatan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan manusia
sebagai mahluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditunjukkan untuk membantu manusia dalam melansungkan kehidupan
bermasyarakat ( Wikipedia Bahasa Indonesia, 2009 ).
Faktor yang mempengaruhi budaya adalah :
1) Kebiasaan
Kebiasaan adalah pengalaman seseorang yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar seperti
lingkungan yang diketahui dipersepsikan sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak
dan diwujudkan dalam bentuk tindakan (Notoatmodjo, 2005 ).
Kebiasaan adalah proses peniruan (mimesis) yang dilakukan oleh seseorang dari orang lain
yang terjadi dalam masyarakat ( Brata, 2006 ).
Kebiasaan merupakan kumpulan petunjuk hidup mengenai perilaku yang diulang-ulang
dalam bentuk yang sama (Laning, 2007 ).
Sosial budaya yang mendukung dalam pemberian ASI adalah :
a) Kebiasaan minum jamu merupakan keyakinan ingin sehat, keyakinan ini hendaknya
dapat didorong dengan lebih memotivasi pentingnya makanan bergizi dan seimbang bagi ibu
hamil dan menyusui, pentingnya memelihara payudara ibu sebelum melahirkan untuk
persiapan ASI bagi bayinya
b) Kebiasaan untuk tidak memisahkan bayi dan ibunya mendekatkan hubungan batin
antara ibu dan bayi. Disamping itu juga meransang keluarnya ASI sesegera mungkin pada
waktu bayi membutuhkan (Judwanto, 2006)
Sosial budaya yang tidak mendukung pemberian ASI adalah :
a) Kebiasaan membuang kolostrom, karena kolostrom dianggap kotor disebabkan karena
warnanya kekuning-kuningan.
b) Memberikan ASI diselingi atau ditambah minuman atau makanan lain pada waktu bayi
berusia beberapa hari. Cara ini tidak tepat karena pemberian makanan/minuman lain selain
ASI akan menyebabkan bayi kenyang sehingga mengurangi keluarnya ASI. Selain itu bayi
akan menjadi malas menyusu karena sudah mendapat makanan/minuman terlebih dahulu.
Dan yang lebih penting juga dapat mengakibatkan penyakit seperti diare ataupun penyakit
infeksi lainnya.
c) Kebiasaan memberikan susu sapi/formula sebagai pengganti ASI apabila bayi ditinggal
ibunya atau bayi rewel.
d) Kebiasaan memberikan susu formula dengan menggunakan botol susu agar tidak
merepotkan ibu.
e) Kebiasaan memberikan makanan padat/sereal pada bayi sebelum usia 6 bulan agar bayi
cepat kenyang dan tidak rewel.
f) Meninggalkan bayi untuk bekerja sehingga memberikan susu botol sebagai pengganti
ASI (Judarwanto, 2006).

2) Kepercayaan
Fishbein dan azjen (1995) menyebutkan pengertian kepercayaan atau keyakinan dengan kata
“belief” yang memiliki pengertian sebagai inti dari setiap perilaku manusia. Aspek
kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap
suatu objek.

Kepercayaan adalah akuan akan benarnya terhadap suatu perkara. Biasanya seorang yang
menaruh kepercayaan ke atas sesuatu perkara itu akan disertai oleh perasaan “pasti” atau
kepastian terhadap perkara yang berkenaan. Kepercayaan dalam kontek psikologi bermaksud
suatu keadaan jiwa yang berkaitan dengan sikap bekedudukan memihak (propositional
attitude). Kepercayaan senantiasa melibatkan penekanan, penuntutan dan jangkaan daripada
seorang individu mengenai kebenaran sesuatu. Kebenaran yang dituntut itu mungkin sahih,
dan mungkin palsu secara obyektif, tapi bagi indivudu yang berkenaan itu adalah sahih
(Wikipedia Bahasa Melayu, 2008).
Kepercayaan adalah suatu unsur yang sifatnya universal dalam persepsi religi/kepercayaan,
antara lain kepercayaan akan kekuatan gaib yang lebih tinggi dari derajad manusia, berbagai
hal yang dilakukan manusia untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatankekuatan tersebut (Mulyadi, 2000).
Sosial budaya yang mendukung dalam pemberian ASI adalah :
a) Kepercayaan minum wejah (sejenis minuman dari daun-daunan tertentu) dengan
keyakinan bahwa ASI akan lebih banyak keluar.
b) Kepercayaan bahwa ibu kembali dari bepergian harus segera mencuci payudara sekitar
puting yang berwarna coklat disebabkan karena ibu yang bepergian bisa mendapat “angin
jahat“ maknanya adalah menyusui harus dalam keadaan bersih termasuk pemeliharaan
kebersihan payudara.
c) ASI tidak boleh dibuang sembarangan karena dalam ASI terkandung unsur manusia.
Makna dari kepercayaan tersebut adalah bahwa ASI harus diberikan kepada bayi bukan untuk
dibuang (Arisman, 2007)
Sosial budaya yang tidak mendukung pemberian ASI adalah :
a) Berbagai tahayul untuk berpantangan makanan yang seharusnya tidak dimakan oleh
ibu yang sedang menyusui seperti ikan laut, udang, cumi-cumi, dll, dengan anggapan ASI
akan berbau amis sehingga bayi tidak menyukainya.
b) Kepercayaan untuk memberikan cairan manis ketika bayi lahir sebagai salah satu cara
dalam agama (Abdurrahman, 2002).
c) Kepercayaan untuk memberikan makanan pada bayi umur beberapa hari dengan cara
dibiarkan dalam beberapa lama untuk diberikan kepada bayi dengan tujuan mendapat berkah.
d) Keyakinan bahwa dengan menyusui akan merusak bentuk tubuh dan payudara (
Judarwanto, 2006).
e) Kepercayaan untuk berhenti menyusui bayi apabila ibu dalam keadaan hamil (Arisman,
2007).

2.1.1. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi pemberian ASI antara lain;
1) Ketidaktahuan tentang pentingnya ASI, cara menyusui, perlekatan yang benar.
2) Kurang memahami penatalaksanaan laktasi
Mengenal manajemen laktasi yang penatalaksanaanya dimulai sejak masa kehamilan, lalu
pada masa bayi lahir sampai berusia 2 tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
3) Kebiasaan memberikan prelacteal feeding yakni memberikan makanan atau minuman
kepada bayi sebelum ASI keluar antara lain: air kelapa, air tajin, madu, susu formula, pisang
dan lain-lain.
4) Kepercayaan atau keyakinan sebagai akibat pemberian ASI atau maakanan tambahan
lain termasuk keyakinan berdasarkan agama atau kepercayaan lain (tahayul).
5) Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi pembuatan
makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu formula mendorong ibu untuk
mengganti ASI dengan makanan olahan lain.
6)
Ibu bekerja, pemberian susu sapi adalah salah satu jalan keluar untuk memberikan
makanan pada bayi yang ditinggalkan dirumah.
7)
Faktor psikologis ibu sehingga adanya kepercayaan merasa ASI kurang,
kecemasan/stress, takut bentuk payudara rusak, badan menjadi gemuk, dll.
8)
Kurang motivasi keluarga/suami, petugas kesehatan termasuk instistusi yang
mempekerjai perempuan untuk menyusui (Yudhoyono, 2007).
Menurut Maas (2004), walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan
merupakan permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI,
namun yang terjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan
konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi.
Di samping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini disebabkan
banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil
maupun sesudah melahirkan. Sebagai contoh, pada masyarakat Tanjung Pura ibu yang
menyusui pantang untuk mengkonsumsi bayam, ikan laut atau sayur nangka. Di beberapa
daerah ada yang memantangkan ibu yang menyusui untuk mengkonsumsi telur.
Pada beberapa masyarakat tradisonal Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang
terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makanan pada bayi yang berbeda,
dengan konsepsi kesehatan modren. Sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep
kesehatan modren atau medis dianjurkan selama 2 tahun dan pemberian makanan tambahan
berupa makanan padat sebaiknya sesudah bayii berumur 4 tahun.

2.2 Konsep Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior).Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yang dibagi atas :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk
ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Tahu merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah, yang dapat diukur dengan kemampuan
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

1. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
1. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang sebenarnya (real).
1. Analisis (analysis)
Analsis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu ama lain.
1. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
1. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria -kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

2.3. Konsep ASI eksklusif
2.3.1. Defenisi ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam –
garam organik yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu (mammae) sebagai makanan utama
bagi bayi (Soetjiningsih, 2002). ASI (Air Susu Ibu) sebagai makananyang alamiah juga
merupakan makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru
dilahirkannya dan komposisinya yang sesuai untuk pertumbuhan bayi serta ASI juga
mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit (Utami,
2005)

2.3.2 Pengertian ASI eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garamgaram anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi
bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI
eksklusif ini.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama.ASI merupakan makanan alamiah yang pertama
dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.Pada tahun
2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI
eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian,
ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi
(Hapsah, 2009)
ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses
menyusui. Secara alamiah, ia mampu menghasilkan ASI. ASI merupakan makanan yang
disiapkan untuk calon bayi saat ia mengalami kehamilan. Semasa kehamilan, payudara akan
mengalami perubahan untuk menyiapkan produksi ASI tersebut (Khasanah, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO) dan United Nation Children’s Fund (UNICEF),
ASI eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping lainnya hingga
bayi berusia 6 bulan.
Kata eksklusif , diambil dari kata asli bahasa Inggris, exclusive yang menurut kamus (John M.
Echolas & Hassan Shadily) artinya sendirian, tidak disertai dengan yang lain. Dengan
demikian, pemberian ASI eksklusif diartikan sebagai pemberian ASI sepenuhnya tanpa
disertai tambahan atau selingan apa pun sejak bayi lahir hingga umur tertentu (Budiasih,
2008).
ASI ialah makanan Ekslusuif bagi bayi. NIlai gizi yang terkandung dalam ASI sangat tinggi
sehingga sebenarnya ia tidak memerlukan tambahan komposisi apapun dari luar. Secara
alamiah, Tuhan memang telah menciptakan ASI sedeikian rupa sehingga sangat cocok untuk
dijadikan makanan yang mudah dicerna olehnya dengan cara diserap melalui putting ibunya
(Knasanah, 2011)
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi yang hanya diberi
ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan
tim (dr. Utami Roesli,SpA, 2005).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6
bulan (Yuliarti, 2010).
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain,
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat
(Prasetyono, 2009).

2.3.3. Macam macam ASI
1. a.

Kolostrum

Adalah cairan tahap pertama Asi yang dihasilkan selama masa kehamilan.
Kolostrum ini seringkali disalah artikan dengan susu basi. Pada hal Kolostrum bukan susu
basi yang kaya akan kandungan gizi dan zat imun. Kolostrum mempunyai kandungan yang
tinggi protein, vitamin yang larut dalam lemak serta mineral mineral.
Selain itu dalam kolostrum ada kandungan zat immunoglobulin.zat immunoglobulin ini
merupakan antibody dari ibu untuk bayi yang juga berfungsi sebagai immunitas pasif untuk
bayi. Immunitas pasif ini akan melindungi bayi dari berbagai bakteri dan virus yang
merugikan sealama tahun–tahun pertama sang bayi.
Kolostrum juga berguna bagi usus bayi.Kolostrum merupakan pembersih usus bayi yang
dapat membersihkan mikonium. Dengan adanya kolostrum ini maka mukosa usus bayi baru
lahir bias segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini ditandai dengan feces bayi yang
pertama kali berwarna hitam. Bebarapa ciri-ciri kolostrum yaitu: Berwarna kuning atau
krem, lebih kental dibandingkan denagan cairan susu tahap berikutnya, berakhir bebrapa hari
setelah kelahiran bayi (2 – 4 hari).

1. b.

Transitional Milk

Transitional Milk atau ASI peralihan adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum. Biasanya
ASI ini akan berakhir sekitar 2 minggu setelah kolostrum. Kandungan dalam ASI.peralihan
memang tidak selengkap Kolostrum. Beberapa zat yang tergantung dalam Asi peralihan ini
adalah lemak, laktosa, vitamin terlarut dalam air dan mengandung lebih banyak kalori dari
pada kolostrum.
1. Mature Milk
Asi Matura tau mature Milk adalah cairan terakhir yang dihasilkan oleh sang ibu. ASI matur
berisi 90% air yang diperlukan untuk memelihara hidrasi bayi sedangkan 10% kandungannya
adalah karbohitrat, protein dan lemak yang diperlukan untuk kebutuhan hidup dan
perkembangan bayi. Dalam perkembangannya ASI matur dapat terus berubah disesuaikan
dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Dalam perkembangannya ada 2 tipe mature milk
atau ASI matur yaitu foremilk dan hindmilk.Kedua jenis tersebut diatas sangat dibutuhkan
ketika ibu menyusui yang akan menjamin nutrisi bayi yang akan diperlukan sesuai tumbuh
kembang bayi. Jenis foremilk adalah jenis ini dihasilkan selama awal menyusui dan
mengandung air, vitamin-vitamin dan protein.Sedangkan hindmilk adalah jenis dihasilkan
setelah pemberian awal menyusui dan mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat
diperlukan untuk pertambahan berat bayi (Kodrat, 2010).
2.3.4 Kandungan ASI
ASI adalah makanan yang kaya gizi bagi bayi, tetapi tidak pernah tahu seberapa banyak
kandungan gizi yang terdapat di dalamnya terutama sekali air susu pertama setelah ibu
melahirkan. Berbeda air susu berikutnya yang berwarna putih, yang hanya sedikit
mengandung protein sekitar 1% dengan kolostrum. Pada kolostrum banyak mengandung
protein sekitar 16%, immunoglobulin A (Ig A), laktoferin, sel-sel darah putih, faktor bifidus,
yang semuanya sangat penting bagi pertumbuhan bayi terhadap serangan penyakit (infeksi),
lebih banyak mengandung vitamin A dan mineral-mineral seperti seng (Zn) dan natrium
(Na), serta lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa (Sunartyo, 2008).
Komposisi ASI bersifat dinamis : berubah dari waktu ke waktu. Ada kolostrum yang
mengandung antibody, foremilk yang mengandung lebih banyak protein, dan hindmilk yang
mengandung lebih banyak lemak (Sri Budiasih, 2008).
2.3.5. Komposisi Kolostrum, ASI, dan Susu Sapi
Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi per 100 gram dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1
Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi Per 100 Gram
KOLOSTRUM
GIZI

1 s/d 5 hari

Energi (Kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (g)
Fospor (mg)

100 gram
58
2,7
2,9
5,3
31
14

SUSU
ASI

SUSU SAPI

100 gram

100 gram

77
1,1
4,0
9,5
33
14

65
3,5
3,5
4,9
118
93
Besi (mg)
Vit A (SI)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niacin (mg)
Asam Askorbat

0
296
0,015
0,029
0,075
4,4

0,9
240
0,01
0,04
0,2
5

0,1
140
0,03
0,17
0,1
1

Sumber : F. G. Winarno
2.3.6 Manfaat ASI
Tidak diragukan lagi bahwa bayi yang diberi ASI, terutama ASI Ekslusif
memiliki banyak manfaat. Manfaat utama yang dapat diperoleh dari ASI, yaitu ia bisa
mendapatkan nutrisi terlengkap dan terbaik baginya. Selain itu, ASI juga dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit dan alergi, serta meringankan kerja pencernaannya dan lain
sebagainya (Khasanah, 2011)
1. ASI baik bagi pertumbuhan otak bayi
Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupan. Sel – sel otak yang
banyaknya 14 miliar sel, tidak bisa tumbuh dan berkembang secara alami saja sehingga ia
membutuhkan nutrisi, seperti lemak dan protein.
Nutrisi yang paling bagus dan paling cocok tiada lain adalah yang terdapat dalam ASI karena
ASI sangat sempurna sebagai nutrisi bagi bayi.
ASI mengandung AA (Asam Arakhidonat) termasuk kelompok omega-6 dan DHA (Asam
Dekosa Heksanoat) kelompok omega-3, dan nutrisi lain seperti protein, laktosa dan lemak
lainnyayang merupakan zat yang dapat merangsang pertumbuhan otak bayi. Untuk
menunjang pertumbuhan otak bayi, makanan yang mengandung AA dan DHA sebagaimana
terdapat dalam ASI sangat diperlukan baginya.Dalam perkembangan otak bayi lebih
mengutamakan zat AA dan DHA dalam bentuk jadi seperti yang terdapat dalam ASI.
Makanan yang paling bagus dan dapat menunjang pertumbuhan otak bayi tidak ada selain
ASI Ekslusif.ASI mengandung zat – zat yang sangat dibutuhkan bayi.Oleh sebab itu, jika
anda menginginkan bayi anda cerdas, ASI harus diberikan kepadanya. Jika ia tidak diberi
ASI, jangan harap pertumbuhan sel otaknya akan bagus. Banyak penelitian menunjukkan
bahwa bayi yang diberi ASI memiliki IQ lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tidak
diberi ASI.
1. ASI adalah Sumber Nutrisi Terbaik Bagi Bayi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena
disesuaikan dengan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya.
ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Jika proses
menyusui dilakukan dengan tehnik yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan
cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai usia 6 bulan.
Air susu ibu yang memiliki bayi premature mengandung lebih banyak zat lemak, protein,
natrium, klorida dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi. Bahkan telat dibuktikan bahwa
fungsi mata bayi berkembang lebih baik pada bayi premature yang diberi ASI dan mereka
memperlihatkan kecakapan yang lebih baik dibandingkan bayi premature yang tidak diberi
ASI (Khasanah, 2011).

1. ASI Meringankan Pencernaan Bayi
Kondisi system pencernaan bayi pada bulan – bulan pertama belum berfungsi secara
sempurna.Oleh karena itu, asupan nutrisi untuknya tidak boleh yang memberatkan kerja
system pencernaanya. Selain itu ASI mengandung nutrisi yang lengkap, ASI juga dilengkapi
dengan enzim – enzim yang membantu proses pencernaan sehingga meringankan kerja
system pencernaan bayi.
Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupan. Sel – sel otak yang
banyaknya 14 miliar sel tidak bisa tumbuh dan berkembang secara alami saja sehingga ia
membutuhkan nutrisi, seperti lemak protein.

1. ASI Meningkatkan Kekebalan Tubuh Bayi
Awal tahun kehidupan bayi merupakan masa paling rawan.Disamping memenuhi kebutuhan
nutrisinya, ASI juga melindungi bayi dari berbagai macam penyakit.Ia yang baru lahir belum
memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi sempurna, karena ada beberapa unsur penting yang
masih kurang untuk melawan infeksi.Ia masih memerlukan tambahan faktor yang
mendukung kekebalan tubuhnya dari luar.
Pada waktu bayi baru lahir, secara alamiah, ia mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya
melalui placenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahirannya, padahal dari
waktu ia lahir sampai ia berusia beberapa bulan, ia belum dapat membentuk kekebalan
sendiri secara sempurna.
Kemampuannya untuk membantu daya tahan tubuhnyasendiripun menjadi lambat sehingga
akanterjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi
apabila ia diberi ASI. Sebab, ASI mengandung faktor kekebalan tubuh yang diperlukan bagi
tubuhnya.ASI awal mengandung faktor kekebalan tubuh yang lebih tinggi dibanding ASI
yang keluar selanjutnya.Hal ini menunjukkan bahwa ASI lebih dari sekedar makanan
(Khasanah, 2011)
Pemberian ASI sampai bayi mencapai usia 4 – 6 bulan, akan memberikan kekebalan terhadap
berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh
yang dapat melindungi dirinya dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, virus, jamur, maupun
parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat antiinfeksi dalam ASI maka ia yang mendapat
ASI Eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi. ASI mengandung faktor – faktor
kekebalan seperti berikut :
1. Faktor Bifilus
Hal ini merupakan suatu karbohidrat yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri
menguntungkan, yaitu bakteri Lactobacillus bifidus.Dalam usus bayi yang diberi ASI, bakteri
tersebut mendominasi flora bakteri dan memproduksi asam laktat dari laktosa. Asam laktat
akan menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan parasit lainnya.

1. Faktor Laktoferin
Laktoferin adalah suatu protein yang mengikat zat besi yang terdapat dalam ASI.Zat besi
yang terikat tidak dapat digunakan oleh bakteri – bakteri usus yang berbahaya, yang
membutuhkan untuk pertumbuhan sehingga bakteri berbahaya tidak dapat tumbuh.
1. Faktor Laktospirosidase
Laktospirosidase merupakan enzim yang terdapat dalam ASI yang membantu membunuh
bakteri berbahaya.
1. Faktor Sel – sel Fagosit
Sel – sel fagosit berfungsi sebagai pemakan bakteri yang berbahaya bagi tubuh bayi
1. Faktor Sel Limfosit dan Makrofag
Sel limfosit dan makrofag mampu mengeluarkan zat antibody untuk meningkatkan imuntas
terhadap penyakit pada tubuh bayi.
1. Faktor Lisozim
Lipozim merupakan salah satu enzim yang terdapat dalam ASI.Enzim tersebut memiliki
fungsi membunuh berbagai macam bakteri dan kuman, serta berperan sebagai pelindung
terhadap berbagai macam virus.

1. Faktor Interferon
Interferon berfungsi menghambat pertumbuhan virus sehingga tubuh bayi anda pun bisa
terhindar dari beragam penyakit yang disebabkan virus.
Berbagai factor kekebalan diatas akan saling bekerja sama melindungi bayi dari berbagai
penyakit. Berbagai penelitian pun menunjukkan bahwa bayi yang disusui lebih sedikit
terkena diare dibandingkan dengan bayi yang diberi makanan buatan.Ia juga lebih sedikit
menderita saluran pernapasan dan telinga tengah.

1. ASI Mudah Dicerna oleh Bayi
ASI memiliki unsure yang istimewa karena ASI merupakan makanan yang paling mudah
dicerna bayi. Meskipun demikian sangat kaya akan zat gizi, ASI sagat mudah dicerna oleh
system pencernaan bayi yang masih rentan. Maka dari itu, ia memerlukan sedikit energy
dalam mencerna ASI sehingga ia dapat menggunakan energinya untuk pertumbuhan dan
perkembangan organ. ASI mudah dicerna karena mengandung enzim pencernaan yang
terkandung dalam ASI.

1. ASI Tidak Mudah Tercemar
ASI steril dan tidak mudah tercemar karena ASI langsung dikeluarkan oleh mulut bayi ketika
menyusu da tidak ada ruang untuk baktri masuk kedalam ASI. Sementara itu, pada susu
formula mudah dan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu kurang mengetahui cara
pembuatan susu formula yang benar dan baik.

1. ASI Menghindarkan Bayi dari Alergi
Alergi adalah suatu bentuk penolakan tubuh yang berlebihan atas masuknya zat asing
kedalam tubuh.Alergi sering terjadi pada bayi karena system pengaman tubuh yang belum
terbentuk sempurna.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ASI mampu melindungi terhadap
beberapa jenis gangguan alergi.Komposisi ASI sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi bayi.Bayi yang diberi ASI terhindar dari alergi karena ASI mengandung antibody
IgA tinggi dalam ASI yang berfungsi sebagai pencegahan system imun terhadap zat pemicu
alergi.
1. ASI Mengurangi Risiko Obesitas di Kemudian Hari
Berat badan berlebih atau obesitas pada anak di Indonesia akhir – akhir ini jumlahnya
semakin bertambah.Masalah ini merupakan masalah kompleks dengan banyak sebab.Namun,
berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI memiliki peran awal dalam
mengurangi obesitas pada anak. Anak – anak yang diberi ASI memiliki resiko berat badan
berlebih atau obesitas lebih rendah ketimbang anak yang diberi susu formula.
Proses menyusui cukup berbeda dari pemberian susu formula. Seorang bayi yang menyusu,
cenderung mengambil ASI sesuai kebutuhannya dan berhenti ketika ia sudah merasa cukup.
Kemungkinan, ada sesuatu didalam ASI yang mencegah kenaikan berat badan.

1. ASI Tidak Menimbulkan Karies Gigi pada Bayi
Kandungan selenium yang banyak dalam ASI mampu melindungi bayi terhadap timbulnya
karies gigi. Karies gigi pada bayi yang terdapat pada susu formula jauh lebih tinggi
dibandingkan yang terdapat pada ASI.
1. ASI Menyehatkan Paru – paru bayi
Banyak orang tahu bahwa menyusui sangat baik untuk bayi.Tetapi, sedikit orang yang
mengerti bahwa menyusui juga baik untuk paru – paru bayi. Proses menyedot ASI dapat
memperkuat paru – paru bayi. Berdasarkan hasil penelitian, anak – anak pada umur 10 tahun
dicek fungsi dan kapasitas paru – parunya, da hasilnya menunjukkan bahwa anak – anak yang
menyusu ASI selama 4 bulan lebih memiliki paru – paru lebih sehat dan kuat ketimbang anak
yang hanya menyusu melalui botol.
Ternyata, proses menyusu merupakan aktivitas olah raga yang menyehatkan. Latihan fisik
yang terjadi saat proses menyusui kira – kira 6 kali dalam sehari selama 4 bulan,
kemungkinan akan meningkatkan kapasitas paru – paru dan perputaran udara dari paru –
paru, dibandingkan dengan anak – anak yang menggunakan botol. Aktivitas olah raga
memberikan manfaat 2 kali bagi bayi yang menyusu pada ibu dari pada yang memakai botol.
1. Menyusu sebagai Media Mendidik Bayi sejak dini
Menyusu bukanlah sekedar memberi makanan, melainkan juga sebagai saranan dalam
mendidik bayi. Sambil anda menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah ia dengan hangat.
Tindakan ini sudah dapat menibulkan rasa aman padanya sehingga kelak ia akan memiliki
emosi yang tinggi. Hal tersebut menjadi dasar bayi pertumbuhan manusia menuju sumber
daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk menyayangi orang lain.
1. Menyusui Dapat Menjalin Interaksi antara Ibu dan Bayi
Pengaruh kontak langsung antara ibu dan bayi selama proses menyusui dapat membentuk
ikatan kasih saying diantara mereka karena berbagai rangsangan, seperti sentuhan kulit (skin
to skin contact).
Bayi akan merasakan aman dan puas karena ia merasakan kehangat tubuh ibu dan
menengarkan denyut jantung ibu yang sudah dikenalnya sejak ia masih dalam rahim. Selain
itu, interaksi tersebut juga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan pskiologisnya
yang tergantung pada eratnya hubungan mereka (Khasanah, 2011)

Manfaat ASI Bagi Ibu
Manfaat memberikan ASI tidak hanya dirasakan oleh bayi saja, tetapi menyusui juga banyak
memberikan manfaat bagi ibu.Ada berbagai manfaat yang bisa didapatkan si ibu jika
memberikan ASI kepada bayinya. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menguntungkan secara Ekonomi
Dengan menyusui secara Ekslusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi
sampai bayi berumur 4 atau 6 bulan. Dengan demikian, menyusui akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya. Biaya bisa
dialokasikan untuk memberikan makanan yang lebih bergizi kepada ibu menyusui karena
menyusui memerlukan zat gizi yang lebih.
1. ASI Tidak Pernah Basi
ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah payudara ibu. Bila gudang ASI telah
kosong, ASI langsung diproduksi, sebaliknya jika ASI tidak digunakan akan diserap kembali
oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tidak pernah basi dan ia tidak perlu memerah, atau
pun membuang ASI-nya sebelum menyusui..
1. Timbul Rasa Percaya Diri pada Diri Ibu untuk Menyusui
Menyusui dapat memberikan rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi
ASI yang mencukupi untuk bayinya. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying
terhadap bayi sehingga bisa meningkatkan produksi hormone, terutama oksitoksin yang pada
akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.

1. Praktis dan tidak Merepotkan
Bila bayi diberi ASI, ibu tidak perlu repot mempersiapkan alat – alat dan membuat minuman
bayi, serta pergi ketoko untuk membeli susu formula. ASI selalu tersedia dan ketika bayi
ingin langsung dapat diberikan tanpa ribet mempersiapkan susu botol.
1. Menyusui Dapat Menunda Kehamilan
Menyusui bisa menjadi cara Keluarga Berencanan (KB) yang paling efektif untuk mencegah
kehamilan jika dilakukan secara tepat dengan beberapa syarat, yaitu belum mengalami
menstruasi, pemberian ASI-nya tidak boleh dihentikan sama sekali, dan belum 6 bulan atau
masih ASI Eksklusif. Dengan menyusui secara Ekslusif, dapat menunda haid dan kehamilan
sehingga hal ini bisa digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal
sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
1. Mengurangi Resiko Berat Badab Berlebih
Dengan menyusui, lemak ayang ada di tubuh akan diubah menjadi ASI sehingga tidak
menyebabkan kegemukan dan cepat mengembalikan bentuk tubuh seperti sebelumnya.
Menyusui membutuhkan energy sekitar 500 kalori perhari sehingga ibu tidak perlu
mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi. Ditemukan pengurangan berat badan sebesar
0,44 kg untuk setiap bulan ketika menyusui.

1. Mempercepat Pengecilan Ukuran Rahim
Isapan bayi saat menyusui mampu membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa pra kehamilan, dan mengurangi resiko perdarahan.Saat menyusui, ada
hormone oksitoksin yang berperan dalam produksi ASI.Ternyata, hormone tersebut juga
berfungsi membantu rahim kembali mengecil lebih cepat dibanding ibu yang tidak menyusui.
1. Mengurangi Resiko Kanker Payudara
Diperkirakan zat innate immune system yang terdapat dalam ASI bisa memberikan
perlindungan terhadap jaringan payudara ibu sehingga bisa terhindar dari ancaman kanker
payudara.

1. Mengurangi Resiko Kanker Rahim
Hormon yang berperan dalam produksi ASI, ternyata juga berperan menuntaskan proses nifas
sehingga rahim kembali bersih dari sisa – sisa melahirkan.Hal ini dapat menurunkan resiko
kanker rahim pada ibu yang menyusui bayinya.
1. Mengurangi Stres dan Kegelisahan
Hormon oksitoksin akan keluar saat ibu menyusui bayinya, hormon ini berguna
untuk mengurangi stress yang dialami sehingga ibu yang menyusui akan memiliki perasaan
yang positif dan dapat melakukan lebih banyak hal – hal yang positif.
1. Mengurangi Resiko Osteoporosis
Osteoporosis banyak terjadi pada wanita lanjut usia.
Untuk mengurangi resiko osteoporosis masa lanjut usia, ia perlu memiliki tulang padat.
Menyusui ternyata akan meningkatkan kepadatan tulang sehingga mengurangi resiko
osteoporosis dan patah tulang pada usia lanjut (Khasanah, 2011)

2.3.7 Cara Pemberian ASI
Pemberian ASI dapat dilakukan secepat mungkin setelah bayi dilahirkan.Kolostrum adalah
ASI yang diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bersalin. Kolostrum kaya akan
nutrisi dan antibody yang dapat melindungi bayi dari berbagai infeksi.
Ketika bayi anda terbangun dan siap untuk menyusui, pastikan anda dalam posisi yang baik
dan nyaman sebelum memulai menyusui.
Duduklah dengan punggung tersokong dengan baik, kaki ke bawah, dan telapak kaki
diletakkan pada lantai (posisi kaki jangan dibiarkan tergantung karena membuat tidak
nyaman).Posisi tidur di satu sisi tubuh juga baik untuk memberikan ASI.Setelah
mendapatkan posisi yang nyaman, letakkan bayi ke dekat payudara Anda, dengan kepala dan
pundak bayi menghadap Anda, lalu dengan satu tangan lain, siapkan payudara Anda.
Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk memegang daerah areola (bagian yang berwarna gelap)
sekitar putting susu. Bukalah mulut bayi dengan menyentuhkan putting susu ke mulut bayi,
ketika mulut bayi terbuka lebar, masukkan putting susu Anda, sehingga seluruh putting susu
masuk secara penuh ke mulut bayi dan bagian areola payudara sebanyak mungkin berada
dalam mulut bayi. Lalu dekaplah bayi ke arah tubuh ibu.Dengan posisi ini, ujung hidung bayi
dan dagunya menyentuh payudara Anda, juga seluruh tubuh bayi menghadap tubuh bayi.
Setelah selesai menyusui, jangan langsung menarik bayi dari payudara, tapi letakkan jari
kelingking Anda yang bersih di sudut mulut bayi, dan keluarkan putting susu Anda secara
perlahan.
Gunakanlah kedua belah payudara secara bergantian setiap menyusui, selalu kosongkan
payudara yang satu sebelum memberikan yang satunya sehingga bayi mendapatkan
komposisi nutrisi yang penuh. Biasanya pada payudara kedua, bayi hanya meminum sedikit
atau tidak tertarik lagi, karena sudah tercukupi keperluannya saat itu (dr. Suririnah, 2009).
Berilah bayi dengan ASI dalam beberapa menit dari masing-masing kedua payudara untuk
beberapa hari pertama kehidupannya. Cara ini dapat mencegah terjadinya pengerasan
payudara karena adanya sisa air susu yang tidak sempat keluar. Memang tidak mudah
memindahkan bayi dari payudara yang satu ke lainnya, dibutuhkan kesabaran dan pengertian
dari sang ibu, terutama bagi ibu muda yang baru punya anak pertama. Cara ini mungkin
bermanfaat bagi ibu, yaitu dengan menekan pelan payudara dan menjauhkannya dari mulut
bayi.Seiring dengan berlalunya waktu, ibu sudah lebih berpengalaman dan tahu kapan harus
mengganti payudaranya yang dihisap bayinya. Susuilah bayi hingga sebanyak 10 sampai 12
kali dalam sehari (24 jam). Dengan demikian ibu dapat membuat jadwal rutin dimana bayi
akan menyusu sebanyak yang diinginkan dalam sehari (Sunartyo, 2008).
Biarkan bayi menyusu dari setiap payudara selama yang diinginkannya, biasanya antara 2040 menit atau lebih, lalu bayi akan melepaskan payudara Anda ketika dia merasa kenyang
(dr. Suririnah, 2009).
Memberikan ASI setiap 10 menit secara rutin tiap hari adalah cara terbaik unuk menaikkan
berat badan bayi dari pada mengikuti keinginan bayi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Komite Dokter Umum dan Asosiasi Praktisi Medis Inggris diketahui bahwa memberikan ASI
secara rutin setiap 10 menit setiap hari membuat bayi lebih sehat dan berat badannya lebih
baik.Washlaw menyatakan kesimpulan itu diambil berdasarkan survei terhadap 63 ibu yang
memberikan ASI eksklusif di Bradford, Inggris. Berdasarkan hasil penelitian itu, para ibu
menyusui disarankan memberikan ASI kepada bayi maksimum 10 menit setiap tiga jam
(www. Dechacare.com).
Pemberian ASI Mempererat Hubungan Ibu dan Bayi
Rahasia kedekatan ibu dan bayinya adalah ASI atau Air Susu Ibu. Hal ini didapat dalam
sebuah p[enelitian bahwa ASI selama beberapa bulan pertama hidup bayi sangat
mempngaruhi kedekatan hubungan (Bonding) antara ibu dan bayi. Respon otak ibu yang
memberikan ASI juga lebih aktif ketika mendengar bayinya menangis.
Penelitian ini dipublikasikan pada Journal of Child Psychology and Psychiatry May 2011.
Penelitian di Pusat Study Anak di Yale University membagi peserta menjadi dua kelompok,
Sembilan orang ibu yang menyusui bayinya dan 8 orang ibu yang memberikan susu formula,
kemudian dilakukan MRI sebulan setelah bayi mereka lahir. Kandungan hormone cinta “love
hormone” Oxytocin pada tubuh ibu yang menyusui ternyata lebih tinggi daripada ibu yang
tidak menyusui bayinya.Hormone ini sangat mempengaruhi keakraban hubungan antara ibu
dan anak. Begitu banyak manfaat ASI untuk bayi yang sudah kita ketahui, namun ternyata
ada juga manfaat bagi sang ibu, yaitu hubungan yang lebih erat (bonding) dengan bayinya
yang pasti akan terbawa sampai bayi menjadi dewasa.
2.4 .Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Asi Ekslusif dengan Status Kesehaan Bayi
Komposisi ASI yang bersifat dinamis, yaitu berubah dari waktu ke waktu. ASI pertama yang
berwarna kuning bening yang keluar 0-7 hari setelah ibu melahirkan merupakan zat
kekebalan tubuh yang sangat ampuh.
Memberikan ASI setiap 10 menit secara rutin tiap hari adalah cara terbaik menaikkan berat
badan bayi daripada mengikuti keinginan bayi. Badan Kesehatan Dunia World Health
Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
kepada bayinya. Namun, separuh responden dalam penelitian Komite Dokter Umum
menyatakan biasa memberikan makanan tambahan bila bayi menginginkan (Dechacare.com).
Pemberian Asi secara Ekslusif dianjurkan untuk jangka waktu sekurang – kurangnya 4 bulan,
tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan maka bayi diperkenalkan
MP – ASI sampai usia 2 tahun. Jika bayi hanya diberikan Asi saja sesuai dengan lamanya
pemberian Asi Ekslusif maka manfaat Asi sangat lah besar bagi bayi.
Sumber gizi yang terutama berasal dari makanan, makanan yang bergizi merupakan modal
utama dalam perkembangan tubuh, terutam. bagi bayi. Makanan bergizi tidak hanya
menentukan kesehatan tubuh bayi di kemudian hari, tetapi juga untuk pertumbuhan otaknya
(Anneahira, 2012)
Salah satu upaya untuk menekan kekurangan gizi pada balita adalah dengan
memberikan ASI Eksklusif. Air Susu Ibu adalah cairan formula tersehat untuk bayi yang
mengandung nutrisi stabil (terbentuk dari nutrisi yang mengalir di darah sang ibu). Kadar
lemak, gula, air dan protein yang dosisnya tepat sesuai dengan kebutuhan balita.
WHO menganjurkan agar para ibu menyusui balitanya secara ekslusif sampai umur 6
bulan (sebelum diberikannya makanan tambahan) atau maksimal 2 tahun.
Adapun status kesehatan bayi dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :
2.4.1.1. Status Gizi
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan.Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak
sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam
meneruskan pembangunan bangsa. Indikator kesehatan anak terdiri dari angka kematian bayi,
status gizi, dan angka harapan waktu lahir (Eni, 2011)
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.Status gizi juga di defenisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000)
Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu
diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan
hanya 39 ribu anak.
Ditinjau dari tinggi badan, sebayak 25,8 persen anak balita Indonesia pendek (SKRT,
2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang
berkepanjangan.Lebih jauh, kekurang gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak
anak.Padahal, otak tumbuh selama masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai
dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan.
2.4.1.2. Peniaian Status Gizi
Penilaian status gizi secara langsung menurut Supariasa (2001 ) dapat dilakukan dengan
:
1. a.

Antropometri

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia.Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat umur
dan tingkat gizi.Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan
protein dan energy.
1. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk meniai hasil status gizi berdasarkan atas perubahan –
perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi, seperti kulit, mata,
rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid.
1. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara
laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot
1. Biofisik
Penilaianstatus gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melibatkan
kemampuan fungsi da melihat perubahan struktur jaringan.
2.4.1.3. Macam Klasifikasi Status Gizi
a. Klasifikasi Status Gizi
TabelTabel Status Gizi
INDEKS
Berat badan menurut Umur (BB/U)

Tinggi badan menurut umur (TB/U)

STATUS GIZI AMBANG BATAS*)
Gizi Lebih
>+ 2 SD
Gizi Baik
≥-2 SD sampai +SD
Gizi Kurang <-2 SD sampai ≥ -3 SD
Gizi Buruk
<- 3 SD
Normal
≥ 2 SD
Pendek
< – 2 SD
Gemuk
>+ 2 SD
Normal
≥- 2 SD sampai + 2 SD
Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Kurus (wasted) <- 2 SD sampai ≥ – 3 SD
Kurus sekali < – 3 S
Sumber : Depkes, RI, 2002
1. Klasifikasi di atas berdasarkan para meter antropometri yang dibedakan atas :
1) Berat badan/Umur
Status gizi ini diukur sesuai dengan dengan berat badan terhadap umur dalam bulan yang
hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel
2) Tinggi badan/Umur
Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel
3) Berat badan/Tinggi badan
Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap tinggi badan yang hasilnya
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel
4)

Lingkar lengan atas/Umur

Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan
gizi baik dengan batasan indeks sebesar 1,5 cm/tahun.
5) Parameter Berat badan/Tinggi badan banyak digunakan karena memiliki kelebihan :
-

Tidak membutuhkan data umur

-

Dapat membedakan proporsi (gemuk, normal, kurus)

6) Menurut Depkes RI (2005) parameter berat badan/tinggi badan berdasarkan kategori ZScore diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
-

Gizi buruk (sangat kurus )

-

Gizi kurang (kurus)

-

Gizi baik (normal)

-

Gizi lebih (gemuk)

2.4.2. Tingkat Kecerdasan Bayi

: < – 3 SD
: – 3 SD s/d < – 2 SD
: – 2SD s/d + 2SD
:> + 2 SD
Otak bayi berkembang pesat menginjak trimester kedua, dan ini berlangsung
hingga usia 18 bulan. Setelah itu, perkembanganny akan mulai melandai. Oleh karena itu,
usia dibawah 2 tahun biasa disebut sebagai masa keemasan (Golden Age) (Nova, 2012)
Jika pada masa ini bayi kurang mendapat gizi, bisa terjadi gangguan – gangguan
yang akan berpengaruh pada aspek kognitifnya. Oleh sebab itu, seorang ibu harus memahami
pentingnya gizi bagi anak. Ketika bayi baru lahir, jumlah sel otaknya mencapai 66 persen dan
beratnya 27 di usia 2 tahun, berat otak anak mencapai 1200 gram. Artinya, usia ini memang
masa perkembangan otak yang sangat cepat.
Ahli kromosom menyarankan menyarankan agar anak di usia 2 tahun, otak
anakdiberi stimulus yang bisa memacu pertumbuhan otaknya. Masukan terbaik adalah
kolesterol dan asam lemak esensial yaitu omega3 dan omega 6.Bisa juga dengan memberikan
sebutir ayam kampong setiap hari.Ini sudah memadai bagi seorang anak.Sumber ikan laut
juga bisa menjadi alternative pengganti telur ayam kampong. Sayangnya orang Indonesia
tidak terlalu suka makan ikan laut dan cenderung suka pada ikan tawar yang kadaromega3
nya tidak terlalu tinggi (Nova, 2012).

1. Tabel Kecerdasan Bayi
Table berikut dapat dipakai sebagai panduan untuk mengukur tingkat kecerdasan bayi :
No Kegiatan Bayi
Umur Bayi
1 Telungkup
2,5 – 4,5 bulan
2 Duduk sendiri
5 – 7,5 bulan
3 Merangkak
8 bulan
4 Berdiri sendiri
9,5 – 13,5 bulan
5 Berjalan sendiri
11 – 15 bulan
6 Memanggil ibu (mama) 9 – 13 bulan
7 Menendang bola
15 – 23 bulan
8 Mencuci tangan
19 bulan
9 Mengenal warna
33 bulan
Sumber :http://indonesiaindonesia.com/f/45232-tabel-kecerdasan-bayi/html.

2.3.3. Kekebalan Tubuh (Imunitas)
Awal tahun kehidupan bayi merupakan masa paling rawan.Disamping memenuhi
kebutuhan nutrisinya, ASI juga melindungi bayi dari berbagai macam penyakit.Ia yang baru
lahir belum memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi sempurna, karena ada beberapa unsur
penting yang masih kurang untuk melawan infeksi. Ia masih memerlukan tambahan faktor
yang mendukung kekebalan tubuhnya dari luar.
Pada waktu bayi baru lahir, secara alamiah, ia mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya
melalui placenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahirannya, padahal dari
waktu ia lahir sampai ia berusia beberapa bulan, ia belum dapat membentuk kekebalan
sendiri secara sempurna.
Kemampuannya untuk membantu daya tahan tubuhnyasendiripun menjadi lambat sehingga
akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi
apabila ia diberi ASI. Sebab, ASI mengandung faktor kekebalan tubuh yang diperlukan bagi
tubuhnya.ASI awal mengandung faktor kekebalan tubuh yang lebih tinggi dibanding ASI
yang keluar selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa ASI lebih dari sekedar makanan
(Khasanah, 2011)
Pemberian ASI sampai bayi mencapai usia 4 – 6 bulan, akan memberikan kekebalan
terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat
kekebalan tubuh yang dapat melindungi dirinya dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, virus,
jamur, maupun parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat antiinfeksi dalam ASI maka ia
yang mendapat ASI Eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi
Metode persalinan Caesar ternyata membuat anak beresiko terkena alergi dan asma.Dan
lahiran normal sangatlah jauh lebih baik, karena membuat bayi lebih sehat.Dimana terdapat
bakteri-bakteri baik dalam tubuh ibu hamil saat melahirkan yang dibutuhkan bayi.Probiotik
terdapat pada ibu yang melahirkan normal, ini berguna untuk mencegah kelainan usus pada
bayi-bayi yang baru lahir.
Selain itu juga, pemberian ASi eksklusif sangat penting dari pada susu botol pada bayi. ASI
mengandung probiotik dan prebiotik yang menjadi faktor pertumbuhan untuk probiotik.
Sehingga bayi yang diberi ASI memiliki perkembangan sistem imun yang aktif, yang dapat
melawan alergi dan melawan bakteri usus (Perempuan.com)
Bayi bisa mendapatkan probiotik dari ibunya selama masa kehamilan dan lewat ASI.Itulah
sebabnya mengapa ASI bagus untuk memperkuat sistem imun bayi.Namun sayangnya, ASI
bukanlah produk yang standar. Sebab kandungan probiotik dalam ASI berbeda-beda antara
setiap wanita (Kosmo.Com)
2.5.

Puskesmas

2.5.1.

Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1999)
2.5.2. Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan, faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan infrastruktut lainnya merupakan
pertimbangan di dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.Puskesmas merupakan
perangkat pemerintah daerah, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditentukan oleh
Walikota dengan sasaran teknik dari Sudin Kesehatan yang disetujui oleh Dinas Kesehatan
Propinsi.Sasaran penduduk yang dilayani oleh puskesmas yaitu 339, 437 jiwa penduduk
setiap puskesmas.Untuk memperluas jangkauan pelayanan puskesmas perlu ditunjang dengan
unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu atau
puskesmas keliling.
Khusus di kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja puskesmas
bisa melputi satu kelurahan. Puskesmas kecamatan dengan jumlah penduduk 339,437 jiwa
atau lebih merupakan puskesmas pembina yang berfungsi sebagai puskesmas rujukan dan
juga mempunyai fungsi koordinasi (Depkes RI, 1999).
2.5.3. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi :
1.
2.
3.
4.

Kuratif (pengobatan)
Preventif (pencegahan)
Promotif (peningkatan kesehatan)
Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

2.5.4. Kegiatan Pokok Puskesmas
Sesuai dengan kemampuan tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan yang berbeda, maka
kegiatan pokok yang dilaksankaan oleh Puskesmas akan berbeda-beda, tetapi kegiatan pokok
yang harus dilaksanakan sebagai berikut :
1. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
2. KB (Keluarga Berencana)
3. Usaha Perbaikan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Pengobatan Umum termasuk Pelayanan Darurat/Kecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Usaha Kesehatan Sekolah
9. Kesehatan Olahraga
10. Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
11. Kesehatan Kerja
12. Kesehatan Gigi dan Mulut
13. Kesehatan Jiwa
14. Kesehatan Mata
15. Laboratorium
16. Peningkatan Peran serta Masyarakat (PPSM)
17. Kesehatan Usia Lanjut
18. Pembinaan Pengobatan Tradisional
19. Kesehatan Remaja
20. Pencatatan dan Pelaporan
2.5.5. Fungsi Puskesmas
Fungsi Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Sebagai Pusat Pembangunan di wilayah kerjanya
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
di wilayah kerjanya

2.5.6. Jangkauan Pelayanan
Sesuai dengan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan dan kepadatan penduduk dalam
wilayah kerja puskesmas, tidak semua penduduk dapat terlayani dengan mudah.Agar
jangkauan pelayanan kesehatan lebih merata dan luas, puskesmas perlu ditunjang dengan
Puskesmas Pembantu, penempatan Bidan Desa dan puskesmas keliling. Di samping itu
pergerakan peran serta masyarakat untuk mengelola Posyandu dan membina Dasa Wisma
akan dapat menjangkau pelayanan kesehatan.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

1000 hari dalam kehidupan mar13
1000 hari dalam kehidupan mar131000 hari dalam kehidupan mar13
1000 hari dalam kehidupan mar13Agustini Raintung
 
Gizi pada 1000 hari pertama kehidupan
Gizi pada 1000 hari pertama kehidupanGizi pada 1000 hari pertama kehidupan
Gizi pada 1000 hari pertama kehidupanSari Setiawan
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal PenelitianYayu Ferdian
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)Lia Oktaviani
 
Kb 2 gizi pada bayi dan balita
Kb 2 gizi pada bayi dan  balitaKb 2 gizi pada bayi dan  balita
Kb 2 gizi pada bayi dan balitapjj_kemenkes
 
makanan anak Prasekolah (Gizi dan Diet)
makanan anak Prasekolah (Gizi dan Diet)makanan anak Prasekolah (Gizi dan Diet)
makanan anak Prasekolah (Gizi dan Diet)Pebri Adi
 
Bab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoroBab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoroyogi859225
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...Anisa Imaniar
 
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...Putri shyafira El - maryam
 
Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...
Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...
Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...Made Candra
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitanrukmana rukmana
 

Was ist angesagt? (17)

Jpkeperawatandd150467
Jpkeperawatandd150467Jpkeperawatandd150467
Jpkeperawatandd150467
 
1000 hari pertumbuhan yang menentukan
1000 hari pertumbuhan yang menentukan1000 hari pertumbuhan yang menentukan
1000 hari pertumbuhan yang menentukan
 
1000 hari dalam kehidupan mar13
1000 hari dalam kehidupan mar131000 hari dalam kehidupan mar13
1000 hari dalam kehidupan mar13
 
Gizi pada 1000 hari pertama kehidupan
Gizi pada 1000 hari pertama kehidupanGizi pada 1000 hari pertama kehidupan
Gizi pada 1000 hari pertama kehidupan
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal Penelitian
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
 
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
 
Kb 2 gizi pada bayi dan balita
Kb 2 gizi pada bayi dan  balitaKb 2 gizi pada bayi dan  balita
Kb 2 gizi pada bayi dan balita
 
makanan anak Prasekolah (Gizi dan Diet)
makanan anak Prasekolah (Gizi dan Diet)makanan anak Prasekolah (Gizi dan Diet)
makanan anak Prasekolah (Gizi dan Diet)
 
Bab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoroBab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoro
 
31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid
31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid
31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid
 
Bab 1 agama
Bab 1 agamaBab 1 agama
Bab 1 agama
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
 
Gerakan 1000 hpk fix
Gerakan 1000 hpk fixGerakan 1000 hpk fix
Gerakan 1000 hpk fix
 
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
 
Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...
Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...
Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
 

Ähnlich wie Sosbud 7

Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil
Manajemen asuhan kebidanan ibu hamilManajemen asuhan kebidanan ibu hamil
Manajemen asuhan kebidanan ibu hamilnunasf
 
BAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docx
BAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docxBAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docx
BAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docxApriliaDianRisnawati
 
Asi eksklusif pertumbuhan
Asi eksklusif pertumbuhanAsi eksklusif pertumbuhan
Asi eksklusif pertumbuhanfla_wellz
 
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asihubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asinikenwahyu
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Septian Muna Barakati
 
9 KAK ASI.docx
9 KAK ASI.docx9 KAK ASI.docx
9 KAK ASI.docxholipah2
 
leaflet asi eksklusif.docx
leaflet asi eksklusif.docxleaflet asi eksklusif.docx
leaflet asi eksklusif.docxObhieTj
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Operator Warnet Vast Raha
 
Kel 1 Trimester 1.docx
Kel 1 Trimester 1.docxKel 1 Trimester 1.docx
Kel 1 Trimester 1.docxGesti6
 
Manfaat asi bagi ibu dan bayi
Manfaat asi bagi ibu dan bayiManfaat asi bagi ibu dan bayi
Manfaat asi bagi ibu dan bayiKebayoran Baru
 
Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.pptx
Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.pptxGizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.pptx
Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.pptxyakoptagoli2
 

Ähnlich wie Sosbud 7 (20)

Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil
Manajemen asuhan kebidanan ibu hamilManajemen asuhan kebidanan ibu hamil
Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil
 
Chapter i
Chapter iChapter i
Chapter i
 
Chapter i
Chapter iChapter i
Chapter i
 
BAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docx
BAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docxBAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docx
BAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docx
 
Asi eksklusif pertumbuhan
Asi eksklusif pertumbuhanAsi eksklusif pertumbuhan
Asi eksklusif pertumbuhan
 
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asihubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
 
BAB I gizi
BAB I giziBAB I gizi
BAB I gizi
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
 
Mira mydi
Mira mydiMira mydi
Mira mydi
 
9 KAK ASI.docx
9 KAK ASI.docx9 KAK ASI.docx
9 KAK ASI.docx
 
leaflet asi eksklusif.docx
leaflet asi eksklusif.docxleaflet asi eksklusif.docx
leaflet asi eksklusif.docx
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
 
31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid
31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid
31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid
 
543 1968-1-pb
543 1968-1-pb543 1968-1-pb
543 1968-1-pb
 
543 1968-1-pb
543 1968-1-pb543 1968-1-pb
543 1968-1-pb
 
mpasi idai.pdf
mpasi idai.pdfmpasi idai.pdf
mpasi idai.pdf
 
Kel 1 Trimester 1.docx
Kel 1 Trimester 1.docxKel 1 Trimester 1.docx
Kel 1 Trimester 1.docx
 
stunting.pptx
stunting.pptxstunting.pptx
stunting.pptx
 
Manfaat asi bagi ibu dan bayi
Manfaat asi bagi ibu dan bayiManfaat asi bagi ibu dan bayi
Manfaat asi bagi ibu dan bayi
 
Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.pptx
Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.pptxGizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.pptx
Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.pptx
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Sosbud 7

  • 1. HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF TERHADAP STATUS KESEHATAN BAYI Posted on 20 November 2012 by delimayany BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kecerdasan seorang anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orang tua, namun utamanya dipengaruhi oleh pertumbuhan otak. Peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan paling sempurna bagi bayi merupakan suatu upaya nyata dalam mewujudkan kesehatan dan gizi masyarakat khususnya bayi dan anak balita (Depkes RI, 2008) Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini di Indonesia adalah kurang kalori, protein, hal ini banyak ditemukan bayi dan anak yang masih kecil dan sudah mendapat adik lagi yang sering disebut “kesundulan” artinya terdorong lagi oleh kepala adiknya yang telah muncul dilahirkan. Keadaan ini karena anak dan bayi merupakan golongan rentan. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras. Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI termasuk ASI EKSLUSIF telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP- ASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang betemakan “Dengan Asi, kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia Indonesia”. Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berusia empat bulan.Pemberian ASI tanpa pemberiaan makanan lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI kemudian pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun.ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap.
  • 2. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan. Selama enam bulan pertama.Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama. ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti, padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya menggunakan susu botol atau susu formula. Kalau hal yang demikian terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI. Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di Rumah Sakit UGM Yogyakarta tahun 1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan satu tahun 50,6%. Sedangkan data dari survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberikan ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47% diperkotaan dan 55% dipedesaan (Depkes 1992) dari laporan SKDI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI EKSLUSIF kepada bayinya mencapai 47%, sedangkan pada repelita VI ditargetkan 80% (Hapsari, 2009) Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa pemberian Asi di Indonesia saat ini memperihatinkan, persentase bayi yang menyusu ekslusif sampai 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini terjadi karena rendahnya kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian asi. Masalah utama penyebab rendahnya penggunaan Asi di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu – ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya Asi, serta jajaran kesehatan yang sepenuhnya mendukung peningkatan pemberian Asi (PP – ASI) (SehatNews.com) Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Cakupan ASI Ekslusif 6 bulan di Indonesia hanya 32,3%, masih jauh dari rata-rata dunia yaitu 38%. Sementara saat ini jumlah bayi dibawah 6 bulan yang diberi susu formula meningkat 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007. Sejalan dengan penelitain yang dilakukan oleh Purnami (2008) tentang faktor – faktor penyebab kegagalan ASI ekslusif diKelurahan Kembang Sari wilayah kerja Puskesmas Selong, penyebab kegagalan ASI ekslusif adalah faktor ibu yang meliputi sosial budaya (pengetahuan yang kurang tentang ASI ekslusif 46,9% dan 84,6% gagal memberikan ASI ekslusif karena adanya kebiasaan dan kepercayaan keluarga/lingkungan seperti memberi makanan pengganti ASI berupa susu formula, bubur, pisang dan makanan padat lainnya sebelum bayi berusia 6 bulan). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afifah (2007) tentang Faktor yang berperan dalam kegagalan praktik pemberian ASI Ekslusif, diantara 12 subjek penelitian, terdapat 2 ibu pekerja, namun satu diantaranya berhenti bekerja setelah bayi berusia 2 bulan. Permasalahan utama dalam pemberian ASI ekslusif adalah sosial budaya antara lain kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung, gencarnya promosi susu formula, ibu bekerja dan dukungan keluarga. Adapun
  • 3. kebiasaan ibu yang tidak mendukung pemberian ASI adalah memberi makanan/minuman setelah bayi lahir seperti madu, air kelapa, nasi papah, pisang dan memberi susu formula sejak dini, orang tua dan keluarga juga masih menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula dan kepercayaan seperti adanya kepercayaan kalau menyusui dapat merusak payudara dan adanya kepercayaan memberikan madu/air manis merupakan suatu ajaran agama. Kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI, membuatmasyarakat kurang mempercayai kehebatan ASI, sehingga akhirnya memilih susu formula. Padahal, promosi penambahan Arachidonic Acid (AA), DHA, ARA dan lain sebagainya pada susu formula, ternyata sudah terkandung dalam komposisi ASI. Demikian pula dengan zat kekebalan tubuh (antibodi), kebutuhan gizi dan nutrisi untuk bayi (Prasetyono, 2009). Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Hellen Keller International pada tahun 2002 di Indonesia, diketahui bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya medapatkan ASI eksklusif selama 1,7 bulan. Padahal, kajian World Health Organization (WHO) yang dituangkan dalam Kepmen No.450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan (Prasetyono, 2009). World Health Organization (WHO), United Nation Children’s Fund (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2009). United Nation Children’s Fund (UNICEF) menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran, tanpa harus memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi. UNICEF juga menyatakan bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya. Dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif (Siregar, 2003). Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia (WHO). Sentral Laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia 2002-2003, hanya 15% ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan. Di Indonesia, rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang bersamaan, pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat. Ironisnya, pada tahun 2005-2006, bayi di Amerika Serikat yang mendapatkan ASI eksklusif justru meningkat menjadi 60-70% (Yuliarti, 2010). Menurut sebuah studi yang dilaporkan oleh Reuters, ketika ibu menyusui bayinya hingga berumur 1 tahun, ada nilai tambah bagi kesehatan ibu dan si anak. Dalam studi yang
  • 4. dilaporkan tersebut, para peneliti menemukan bukti bahwa durasi menyusui ASI kepada bayi bisa menurunkan resiko ibu terkena tekanan darah tingi, diabetes, kolesterol tinggi dan penyakit kardiovaskular setelah si ibu menoupose. Berbagai penelitian pun melaporkan, bayi yang diberi susu formula terancam mengalami obesitas. Kebanyakan susu formula berbasis susu sapi yang mengandung protein jauh lebih banyak dari pada protein pada manusia. Tidak mengherankan bahwa bayi yang mendapat ASI tidak segemuk bayi yang mendapat susu formula. Tidak sedikit bayi terserang diare akibat susu formula karena gula susu sapi (laktosa) pada beberapa bayi (Tempo, 2008). Bayi yang tidak mendapat zat kekebalan pada ASI rentan akan infeksi. Kekurangan gizi dapat terjadi apabila susu formula tidak diberikan sesuai dengan petunjuk penggunaan, bayi yang diberi susu formula lebih mudah alergi serta mengalami gangguan pertumbuhan mulut, rahang dan gigi (Asian Brain, 2008) Hasil evaluasi program kesehata ibu dan anak (KIA) pada rapat kerja Kesehatan Nasional (Rakernas) bulan Maret 2010 menunjukkan bahwa cakupan pemberian Asi Ekslusif di Indonesia hanya mencapai 68% dari target yang diharapkan yaitu sebesar 80% (Depkes RI, 2010) Sementara di Sumatera Utara, cakupan pemberian ASI Ekslusif pada tahun 2009 mencatat berkisar 72,5% dengan target 80%. Sedangkan tahun 2010 pemberian Asi Ekslusif hanya mencapai target 54,14%. Sedangkan di Kabupaten Langkat tercatat hanya 24,10% (Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, 2010). Rendahnya cakupan pemberian ASI tersebut disebabkan beberapa faktor, diantaranya karena kurangnya pengetahuan, kesadaran, motivasi dan sikap ibu yang rendah untuk menyusui. Puskesmas merupakan poster terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Puskesmas berfungsi melaksanakan tugas teknis dan administratif. Keberadaan puskesmas sangat penting dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh, terpadu, merata dan terjangkau oleh masyarakat diwilayah kerjanya. Wilayah kerja puskesmas pantai cermin kabupaten langkat membawahi 18 (Delapan belas) desa. Puskesmas lerletak di Desa pantai cermin Kecamatan Tanjung Pura. Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Berdasarkan data yang ada, pe nulis tertarik untuk melakukan penelitian hubungan sosial budaya dan pengetahuan ibu tentang ASI terhadap Status Kesehatan Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat. 1.1 Perumusan Masalah United Nation Children’s Fund (UNICEF) menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran, tanpa harus memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi. UNICEF juga menyatakan
  • 5. bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya. Dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif (Siregar, 2003). Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia (WHO). Sentral Laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia 2002-2003, hanya 15% ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan. Di Indonesia, rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang bersamaan, pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat. Ironisnya, pada tahun 2005-2006, bayi di Amerika Serikat yang mendapatkan ASI eksklusif justru meningkat menjadi 60-70% (Yuliarti, 2010). Sedangkan di Kabupaten Langkat tercatat hanya 24,10% (Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, 2010). Rendahnya cakupan pemberian ASI tersebut disebabkan beberapa faktor, diantaranya karena kurangnya pengetahuan, kesadaran, motivasi dan sikap ibu yang rendah untuk menyusui. Berdasarkan data yang ada, penulis tertarik untuk mengetahui “Apakah ada hubungan antara sosial budaya dan pengetahuan ibu tentang ASI terhadap Status Kesehatan Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat?” 1.3. Pertanyaan Penelitian . Seberapa besar pengetahuan ibu tentang Asi Ekslusif dan faktor apa saja yang mempengaruhinya, penulis menduga faktor sosial budaya yang mempengaruhinya ? 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1.Tujuan Umum Mengetahui hubungan sosial budaya dan pengetahuan tentang Asi Ekslusif dengan Status kesehatan bayi di wilayah kerja puskesmas pantai cermin kecamatan tanjung pura Kabupaten Langkat Tahun 2012. 1.4.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan Pendidikan dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012
  • 6. 2. Untuk mengetahui hubungan Pekerjaan dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja puskesmas pantai cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 3. Untuk mengetahui hubungan Penghasilan dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 4. Untuk mengetahui hubungan Agama dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 5. Untuk mengetahui hubungan Suku dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 6. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Asi dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 7. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan antara hubungan pengetahuan Asi dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Aplikatif Hasil penelitian ini merupakan masukan bagi pengembangan program pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya dalam peningkatan program pemberian Asi Ekslusif pada bayi (0 – 6 bulan) 1.5.2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat merupakan konstribusi bagi pengembangan khazanah ilmu kesehatan masyarakat, utamanya dalam pengembangan gizi masyarakat. 1.6. Sistematika Penelitian Bagian tesis ini terdiri dari Pendahuluan, Tinjauan pustaka, Kerangka konsep/kerangka pikir, Metodologi, Hasil penelitian/pembahasan, Kesimpulan dan saran.
  • 7. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 2. Sosial Budaya 1. 1. Definisi Sosial Kata sosial berasal dari kata “socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama. Sedangkan menurut KBBI (1989) sosial adalah berkenaan dengan masyarakat dan sifat – sifat kemasyarakatan. Sosial budaya adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan atau dalam kehidupan bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kedidupan bermasyarakat (Ahira, 2011) Manusia adalah makhluk sosial, yaitu mahluk yang saling bergantung kehidupannya satu sama lain, oleh karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan pertolongan orang lain. Disamping itu manusia adalah makhluk berbudaya, yang dikaruniai akal oleh tuhan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya termasuk masalah kesehatan ( Notoatmodjo, 2005 ). Dalam era globalisasi, dunia menjadi sempit, budaya lokal dan budaya nasional akan tertembus oleh bahaya universal. Dengan demikian akan terjadi pergeseran nilai kehidupan. Kemajuan ilmu pengetahuan terhadah pesatnyainformasi. Segala sesuatu yang terjadi dimuka bumi dengan sekejap diketahui oleh seluruh penguhuni bumi. Dalam era globalisasi pengakuan akan hak azasi manusia mulai memasyarakat (Sumiati, 2009) Manusia berada dalam lingkungan sosial budaya yang terdiri dari pola interaksi antar budaya, tekhnologi dan organisasi sosial termasuk didalamnya jumlah penduduk dan perilakunya
  • 8. yang terdapat dalam spasial tertentu. Lingkungan sosial budaya mengalami perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya. Dinamika masyarakat dapat memberikan kesempatan kebudayaan untuk berkembang sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat dan tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan sebagai wadah pendukungnya ( Deliyanto, 2008 ). Menurut Deliyanto (2008), dalam bukunya Lingkungan Sosial Budaya, memberikan difinisi kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan kesenian. Moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Notoadmodjo (2005) ada beberapa aspek sosoial yang mempengaruhi kesehatan antara lain: 1. Pendidikan Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran. Sehingga perilaku tersebut diharapkan berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng), karena didasasri oleh kesadaran (Notoatmodjo, 2005). Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Hidayat, 2005) Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan. (Notoatmodjo, 2003) Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik. (Notoatmodjo, 2003) 1. 2. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan sehari-hari seperti PNS, petani, pedagang. Di kota-kota besar, para ibu yang aktif melakukan kegiatan komersial, seperti bekerja di kantor atau pabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai tambahan penghasilan, serta berkecimpung dalam kegiatan sosial yang menyita banyak waktu di luar rumah, memilih untuk menggunakan susu formula lantaran dianggap lebih menguntungkan dan membantu mereka. Dengan adanya susu formula, mereka tidak perlu memberikan ASI kepada anak, dan menghabiskan banyak waktu di rumah bersama anak (Dwi Sunar, 2009) Pekerjaan adalah perubahan melakukan suatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil dalam hal pencarian nafkah. Jenis dan lapangan pekerjaan berhubungan erat dengan status ekonomi individu, keluarga, dan masyarakat (Chandra, 2008)
  • 9. 1. 3. Penghasilan Penghasilan adalah pendapat keluarga perbulan yang dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Pada saat ini kebutuhan ekonomi merupakan bagian penting dalam keluarga sehingga tidak hanya suami yang harus bekerja, tetapi istripun membantu suami untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sehingga banyak wanita yang bekerja diluar rumah. Wanita diperkotaan bekerja di sector formal maupun informal. Pada kondisi tersebut menyulitkan untuk tetap menyusui bayinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh purnamawati (2003) yang menunjukkan bahwa pada sosial ekonomi rendah memiliki peluang 4,6 kali memberikan ASI disbanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi (Ridwan, 2010) Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Telah diuraikan terlebih dahulu bahwa faktor sosio budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap – tiap etnis di Indonesia yang berbeda – beda, karena memang masing – masing etnis mempunya budaya yang berneda dan khas (Notoadmodjo, 2005) Notoatmodjo (2005) menjelaskan, kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari berbagai definisi kebudayaan dapat diperoleh pengertian kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kegiatan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan manusia sebagai mahluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditunjukkan untuk membantu manusia dalam melansungkan kehidupan bermasyarakat ( Wikipedia Bahasa Indonesia, 2009 ). Faktor yang mempengaruhi budaya adalah : 1) Kebiasaan Kebiasaan adalah pengalaman seseorang yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar seperti lingkungan yang diketahui dipersepsikan sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak dan diwujudkan dalam bentuk tindakan (Notoatmodjo, 2005 ). Kebiasaan adalah proses peniruan (mimesis) yang dilakukan oleh seseorang dari orang lain yang terjadi dalam masyarakat ( Brata, 2006 ). Kebiasaan merupakan kumpulan petunjuk hidup mengenai perilaku yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama (Laning, 2007 ). Sosial budaya yang mendukung dalam pemberian ASI adalah : a) Kebiasaan minum jamu merupakan keyakinan ingin sehat, keyakinan ini hendaknya dapat didorong dengan lebih memotivasi pentingnya makanan bergizi dan seimbang bagi ibu
  • 10. hamil dan menyusui, pentingnya memelihara payudara ibu sebelum melahirkan untuk persiapan ASI bagi bayinya b) Kebiasaan untuk tidak memisahkan bayi dan ibunya mendekatkan hubungan batin antara ibu dan bayi. Disamping itu juga meransang keluarnya ASI sesegera mungkin pada waktu bayi membutuhkan (Judwanto, 2006) Sosial budaya yang tidak mendukung pemberian ASI adalah : a) Kebiasaan membuang kolostrom, karena kolostrom dianggap kotor disebabkan karena warnanya kekuning-kuningan. b) Memberikan ASI diselingi atau ditambah minuman atau makanan lain pada waktu bayi berusia beberapa hari. Cara ini tidak tepat karena pemberian makanan/minuman lain selain ASI akan menyebabkan bayi kenyang sehingga mengurangi keluarnya ASI. Selain itu bayi akan menjadi malas menyusu karena sudah mendapat makanan/minuman terlebih dahulu. Dan yang lebih penting juga dapat mengakibatkan penyakit seperti diare ataupun penyakit infeksi lainnya. c) Kebiasaan memberikan susu sapi/formula sebagai pengganti ASI apabila bayi ditinggal ibunya atau bayi rewel. d) Kebiasaan memberikan susu formula dengan menggunakan botol susu agar tidak merepotkan ibu. e) Kebiasaan memberikan makanan padat/sereal pada bayi sebelum usia 6 bulan agar bayi cepat kenyang dan tidak rewel. f) Meninggalkan bayi untuk bekerja sehingga memberikan susu botol sebagai pengganti ASI (Judarwanto, 2006). 2) Kepercayaan Fishbein dan azjen (1995) menyebutkan pengertian kepercayaan atau keyakinan dengan kata “belief” yang memiliki pengertian sebagai inti dari setiap perilaku manusia. Aspek kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap suatu objek. Kepercayaan adalah akuan akan benarnya terhadap suatu perkara. Biasanya seorang yang menaruh kepercayaan ke atas sesuatu perkara itu akan disertai oleh perasaan “pasti” atau kepastian terhadap perkara yang berkenaan. Kepercayaan dalam kontek psikologi bermaksud suatu keadaan jiwa yang berkaitan dengan sikap bekedudukan memihak (propositional attitude). Kepercayaan senantiasa melibatkan penekanan, penuntutan dan jangkaan daripada seorang individu mengenai kebenaran sesuatu. Kebenaran yang dituntut itu mungkin sahih, dan mungkin palsu secara obyektif, tapi bagi indivudu yang berkenaan itu adalah sahih (Wikipedia Bahasa Melayu, 2008).
  • 11. Kepercayaan adalah suatu unsur yang sifatnya universal dalam persepsi religi/kepercayaan, antara lain kepercayaan akan kekuatan gaib yang lebih tinggi dari derajad manusia, berbagai hal yang dilakukan manusia untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatankekuatan tersebut (Mulyadi, 2000). Sosial budaya yang mendukung dalam pemberian ASI adalah : a) Kepercayaan minum wejah (sejenis minuman dari daun-daunan tertentu) dengan keyakinan bahwa ASI akan lebih banyak keluar. b) Kepercayaan bahwa ibu kembali dari bepergian harus segera mencuci payudara sekitar puting yang berwarna coklat disebabkan karena ibu yang bepergian bisa mendapat “angin jahat“ maknanya adalah menyusui harus dalam keadaan bersih termasuk pemeliharaan kebersihan payudara. c) ASI tidak boleh dibuang sembarangan karena dalam ASI terkandung unsur manusia. Makna dari kepercayaan tersebut adalah bahwa ASI harus diberikan kepada bayi bukan untuk dibuang (Arisman, 2007) Sosial budaya yang tidak mendukung pemberian ASI adalah : a) Berbagai tahayul untuk berpantangan makanan yang seharusnya tidak dimakan oleh ibu yang sedang menyusui seperti ikan laut, udang, cumi-cumi, dll, dengan anggapan ASI akan berbau amis sehingga bayi tidak menyukainya. b) Kepercayaan untuk memberikan cairan manis ketika bayi lahir sebagai salah satu cara dalam agama (Abdurrahman, 2002). c) Kepercayaan untuk memberikan makanan pada bayi umur beberapa hari dengan cara dibiarkan dalam beberapa lama untuk diberikan kepada bayi dengan tujuan mendapat berkah. d) Keyakinan bahwa dengan menyusui akan merusak bentuk tubuh dan payudara ( Judarwanto, 2006). e) Kepercayaan untuk berhenti menyusui bayi apabila ibu dalam keadaan hamil (Arisman, 2007). 2.1.1. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi pemberian ASI antara lain; 1) Ketidaktahuan tentang pentingnya ASI, cara menyusui, perlekatan yang benar. 2) Kurang memahami penatalaksanaan laktasi
  • 12. Mengenal manajemen laktasi yang penatalaksanaanya dimulai sejak masa kehamilan, lalu pada masa bayi lahir sampai berusia 2 tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. 3) Kebiasaan memberikan prelacteal feeding yakni memberikan makanan atau minuman kepada bayi sebelum ASI keluar antara lain: air kelapa, air tajin, madu, susu formula, pisang dan lain-lain. 4) Kepercayaan atau keyakinan sebagai akibat pemberian ASI atau maakanan tambahan lain termasuk keyakinan berdasarkan agama atau kepercayaan lain (tahayul). 5) Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu formula mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan lain. 6) Ibu bekerja, pemberian susu sapi adalah salah satu jalan keluar untuk memberikan makanan pada bayi yang ditinggalkan dirumah. 7) Faktor psikologis ibu sehingga adanya kepercayaan merasa ASI kurang, kecemasan/stress, takut bentuk payudara rusak, badan menjadi gemuk, dll. 8) Kurang motivasi keluarga/suami, petugas kesehatan termasuk instistusi yang mempekerjai perempuan untuk menyusui (Yudhoyono, 2007). Menurut Maas (2004), walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang terjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi. Di samping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan. Sebagai contoh, pada masyarakat Tanjung Pura ibu yang menyusui pantang untuk mengkonsumsi bayam, ikan laut atau sayur nangka. Di beberapa daerah ada yang memantangkan ibu yang menyusui untuk mengkonsumsi telur. Pada beberapa masyarakat tradisonal Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makanan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modren. Sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan modren atau medis dianjurkan selama 2 tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya sesudah bayii berumur 4 tahun. 2.2 Konsep Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
  • 13. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yang dibagi atas : 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, yang dapat diukur dengan kemampuan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 1. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 1. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya (real). 1. Analisis (analysis) Analsis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu ama lain. 1. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 1. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria -kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007). 2.3. Konsep ASI eksklusif 2.3.1. Defenisi ASI
  • 14. ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam – garam organik yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu (mammae) sebagai makanan utama bagi bayi (Soetjiningsih, 2002). ASI (Air Susu Ibu) sebagai makananyang alamiah juga merupakan makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya dan komposisinya yang sesuai untuk pertumbuhan bayi serta ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit (Utami, 2005) 2.3.2 Pengertian ASI eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garamgaram anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama.ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.Pada tahun 2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi (Hapsah, 2009) ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. Secara alamiah, ia mampu menghasilkan ASI. ASI merupakan makanan yang disiapkan untuk calon bayi saat ia mengalami kehamilan. Semasa kehamilan, payudara akan mengalami perubahan untuk menyiapkan produksi ASI tersebut (Khasanah, 2011). Menurut World Health Organization (WHO) dan United Nation Children’s Fund (UNICEF), ASI eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping lainnya hingga bayi berusia 6 bulan. Kata eksklusif , diambil dari kata asli bahasa Inggris, exclusive yang menurut kamus (John M. Echolas & Hassan Shadily) artinya sendirian, tidak disertai dengan yang lain. Dengan demikian, pemberian ASI eksklusif diartikan sebagai pemberian ASI sepenuhnya tanpa disertai tambahan atau selingan apa pun sejak bayi lahir hingga umur tertentu (Budiasih, 2008). ASI ialah makanan Ekslusuif bagi bayi. NIlai gizi yang terkandung dalam ASI sangat tinggi sehingga sebenarnya ia tidak memerlukan tambahan komposisi apapun dari luar. Secara alamiah, Tuhan memang telah menciptakan ASI sedeikian rupa sehingga sangat cocok untuk dijadikan makanan yang mudah dicerna olehnya dengan cara diserap melalui putting ibunya (Knasanah, 2011) ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan
  • 15. tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (dr. Utami Roesli,SpA, 2005). ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat (Prasetyono, 2009). 2.3.3. Macam macam ASI 1. a. Kolostrum Adalah cairan tahap pertama Asi yang dihasilkan selama masa kehamilan. Kolostrum ini seringkali disalah artikan dengan susu basi. Pada hal Kolostrum bukan susu basi yang kaya akan kandungan gizi dan zat imun. Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi protein, vitamin yang larut dalam lemak serta mineral mineral. Selain itu dalam kolostrum ada kandungan zat immunoglobulin.zat immunoglobulin ini merupakan antibody dari ibu untuk bayi yang juga berfungsi sebagai immunitas pasif untuk bayi. Immunitas pasif ini akan melindungi bayi dari berbagai bakteri dan virus yang merugikan sealama tahun–tahun pertama sang bayi. Kolostrum juga berguna bagi usus bayi.Kolostrum merupakan pembersih usus bayi yang dapat membersihkan mikonium. Dengan adanya kolostrum ini maka mukosa usus bayi baru lahir bias segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini ditandai dengan feces bayi yang pertama kali berwarna hitam. Bebarapa ciri-ciri kolostrum yaitu: Berwarna kuning atau krem, lebih kental dibandingkan denagan cairan susu tahap berikutnya, berakhir bebrapa hari setelah kelahiran bayi (2 – 4 hari). 1. b. Transitional Milk Transitional Milk atau ASI peralihan adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum. Biasanya ASI ini akan berakhir sekitar 2 minggu setelah kolostrum. Kandungan dalam ASI.peralihan memang tidak selengkap Kolostrum. Beberapa zat yang tergantung dalam Asi peralihan ini adalah lemak, laktosa, vitamin terlarut dalam air dan mengandung lebih banyak kalori dari pada kolostrum.
  • 16. 1. Mature Milk Asi Matura tau mature Milk adalah cairan terakhir yang dihasilkan oleh sang ibu. ASI matur berisi 90% air yang diperlukan untuk memelihara hidrasi bayi sedangkan 10% kandungannya adalah karbohitrat, protein dan lemak yang diperlukan untuk kebutuhan hidup dan perkembangan bayi. Dalam perkembangannya ASI matur dapat terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Dalam perkembangannya ada 2 tipe mature milk atau ASI matur yaitu foremilk dan hindmilk.Kedua jenis tersebut diatas sangat dibutuhkan ketika ibu menyusui yang akan menjamin nutrisi bayi yang akan diperlukan sesuai tumbuh kembang bayi. Jenis foremilk adalah jenis ini dihasilkan selama awal menyusui dan mengandung air, vitamin-vitamin dan protein.Sedangkan hindmilk adalah jenis dihasilkan setelah pemberian awal menyusui dan mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat diperlukan untuk pertambahan berat bayi (Kodrat, 2010). 2.3.4 Kandungan ASI ASI adalah makanan yang kaya gizi bagi bayi, tetapi tidak pernah tahu seberapa banyak kandungan gizi yang terdapat di dalamnya terutama sekali air susu pertama setelah ibu melahirkan. Berbeda air susu berikutnya yang berwarna putih, yang hanya sedikit mengandung protein sekitar 1% dengan kolostrum. Pada kolostrum banyak mengandung protein sekitar 16%, immunoglobulin A (Ig A), laktoferin, sel-sel darah putih, faktor bifidus, yang semuanya sangat penting bagi pertumbuhan bayi terhadap serangan penyakit (infeksi), lebih banyak mengandung vitamin A dan mineral-mineral seperti seng (Zn) dan natrium (Na), serta lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa (Sunartyo, 2008). Komposisi ASI bersifat dinamis : berubah dari waktu ke waktu. Ada kolostrum yang mengandung antibody, foremilk yang mengandung lebih banyak protein, dan hindmilk yang mengandung lebih banyak lemak (Sri Budiasih, 2008). 2.3.5. Komposisi Kolostrum, ASI, dan Susu Sapi Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi per 100 gram dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1 Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi Per 100 Gram KOLOSTRUM GIZI 1 s/d 5 hari Energi (Kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (g) Fospor (mg) 100 gram 58 2,7 2,9 5,3 31 14 SUSU ASI SUSU SAPI 100 gram 100 gram 77 1,1 4,0 9,5 33 14 65 3,5 3,5 4,9 118 93
  • 17. Besi (mg) Vit A (SI) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niacin (mg) Asam Askorbat 0 296 0,015 0,029 0,075 4,4 0,9 240 0,01 0,04 0,2 5 0,1 140 0,03 0,17 0,1 1 Sumber : F. G. Winarno 2.3.6 Manfaat ASI Tidak diragukan lagi bahwa bayi yang diberi ASI, terutama ASI Ekslusif memiliki banyak manfaat. Manfaat utama yang dapat diperoleh dari ASI, yaitu ia bisa mendapatkan nutrisi terlengkap dan terbaik baginya. Selain itu, ASI juga dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit dan alergi, serta meringankan kerja pencernaannya dan lain sebagainya (Khasanah, 2011) 1. ASI baik bagi pertumbuhan otak bayi Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupan. Sel – sel otak yang banyaknya 14 miliar sel, tidak bisa tumbuh dan berkembang secara alami saja sehingga ia membutuhkan nutrisi, seperti lemak dan protein. Nutrisi yang paling bagus dan paling cocok tiada lain adalah yang terdapat dalam ASI karena ASI sangat sempurna sebagai nutrisi bagi bayi. ASI mengandung AA (Asam Arakhidonat) termasuk kelompok omega-6 dan DHA (Asam Dekosa Heksanoat) kelompok omega-3, dan nutrisi lain seperti protein, laktosa dan lemak lainnyayang merupakan zat yang dapat merangsang pertumbuhan otak bayi. Untuk menunjang pertumbuhan otak bayi, makanan yang mengandung AA dan DHA sebagaimana terdapat dalam ASI sangat diperlukan baginya.Dalam perkembangan otak bayi lebih mengutamakan zat AA dan DHA dalam bentuk jadi seperti yang terdapat dalam ASI. Makanan yang paling bagus dan dapat menunjang pertumbuhan otak bayi tidak ada selain ASI Ekslusif.ASI mengandung zat – zat yang sangat dibutuhkan bayi.Oleh sebab itu, jika anda menginginkan bayi anda cerdas, ASI harus diberikan kepadanya. Jika ia tidak diberi ASI, jangan harap pertumbuhan sel otaknya akan bagus. Banyak penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI memiliki IQ lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI. 1. ASI adalah Sumber Nutrisi Terbaik Bagi Bayi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Jika proses menyusui dilakukan dengan tehnik yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai usia 6 bulan.
  • 18. Air susu ibu yang memiliki bayi premature mengandung lebih banyak zat lemak, protein, natrium, klorida dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi. Bahkan telat dibuktikan bahwa fungsi mata bayi berkembang lebih baik pada bayi premature yang diberi ASI dan mereka memperlihatkan kecakapan yang lebih baik dibandingkan bayi premature yang tidak diberi ASI (Khasanah, 2011). 1. ASI Meringankan Pencernaan Bayi Kondisi system pencernaan bayi pada bulan – bulan pertama belum berfungsi secara sempurna.Oleh karena itu, asupan nutrisi untuknya tidak boleh yang memberatkan kerja system pencernaanya. Selain itu ASI mengandung nutrisi yang lengkap, ASI juga dilengkapi dengan enzim – enzim yang membantu proses pencernaan sehingga meringankan kerja system pencernaan bayi. Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupan. Sel – sel otak yang banyaknya 14 miliar sel tidak bisa tumbuh dan berkembang secara alami saja sehingga ia membutuhkan nutrisi, seperti lemak protein. 1. ASI Meningkatkan Kekebalan Tubuh Bayi Awal tahun kehidupan bayi merupakan masa paling rawan.Disamping memenuhi kebutuhan nutrisinya, ASI juga melindungi bayi dari berbagai macam penyakit.Ia yang baru lahir belum memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi sempurna, karena ada beberapa unsur penting yang masih kurang untuk melawan infeksi.Ia masih memerlukan tambahan faktor yang mendukung kekebalan tubuhnya dari luar. Pada waktu bayi baru lahir, secara alamiah, ia mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui placenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahirannya, padahal dari waktu ia lahir sampai ia berusia beberapa bulan, ia belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Kemampuannya untuk membantu daya tahan tubuhnyasendiripun menjadi lambat sehingga akanterjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila ia diberi ASI. Sebab, ASI mengandung faktor kekebalan tubuh yang diperlukan bagi tubuhnya.ASI awal mengandung faktor kekebalan tubuh yang lebih tinggi dibanding ASI yang keluar selanjutnya.Hal ini menunjukkan bahwa ASI lebih dari sekedar makanan (Khasanah, 2011) Pemberian ASI sampai bayi mencapai usia 4 – 6 bulan, akan memberikan kekebalan terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi dirinya dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, virus, jamur, maupun parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat antiinfeksi dalam ASI maka ia yang mendapat ASI Eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi. ASI mengandung faktor – faktor kekebalan seperti berikut : 1. Faktor Bifilus
  • 19. Hal ini merupakan suatu karbohidrat yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri menguntungkan, yaitu bakteri Lactobacillus bifidus.Dalam usus bayi yang diberi ASI, bakteri tersebut mendominasi flora bakteri dan memproduksi asam laktat dari laktosa. Asam laktat akan menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan parasit lainnya. 1. Faktor Laktoferin Laktoferin adalah suatu protein yang mengikat zat besi yang terdapat dalam ASI.Zat besi yang terikat tidak dapat digunakan oleh bakteri – bakteri usus yang berbahaya, yang membutuhkan untuk pertumbuhan sehingga bakteri berbahaya tidak dapat tumbuh. 1. Faktor Laktospirosidase Laktospirosidase merupakan enzim yang terdapat dalam ASI yang membantu membunuh bakteri berbahaya. 1. Faktor Sel – sel Fagosit Sel – sel fagosit berfungsi sebagai pemakan bakteri yang berbahaya bagi tubuh bayi 1. Faktor Sel Limfosit dan Makrofag Sel limfosit dan makrofag mampu mengeluarkan zat antibody untuk meningkatkan imuntas terhadap penyakit pada tubuh bayi. 1. Faktor Lisozim Lipozim merupakan salah satu enzim yang terdapat dalam ASI.Enzim tersebut memiliki fungsi membunuh berbagai macam bakteri dan kuman, serta berperan sebagai pelindung terhadap berbagai macam virus. 1. Faktor Interferon Interferon berfungsi menghambat pertumbuhan virus sehingga tubuh bayi anda pun bisa terhindar dari beragam penyakit yang disebabkan virus. Berbagai factor kekebalan diatas akan saling bekerja sama melindungi bayi dari berbagai penyakit. Berbagai penelitian pun menunjukkan bahwa bayi yang disusui lebih sedikit terkena diare dibandingkan dengan bayi yang diberi makanan buatan.Ia juga lebih sedikit menderita saluran pernapasan dan telinga tengah. 1. ASI Mudah Dicerna oleh Bayi
  • 20. ASI memiliki unsure yang istimewa karena ASI merupakan makanan yang paling mudah dicerna bayi. Meskipun demikian sangat kaya akan zat gizi, ASI sagat mudah dicerna oleh system pencernaan bayi yang masih rentan. Maka dari itu, ia memerlukan sedikit energy dalam mencerna ASI sehingga ia dapat menggunakan energinya untuk pertumbuhan dan perkembangan organ. ASI mudah dicerna karena mengandung enzim pencernaan yang terkandung dalam ASI. 1. ASI Tidak Mudah Tercemar ASI steril dan tidak mudah tercemar karena ASI langsung dikeluarkan oleh mulut bayi ketika menyusu da tidak ada ruang untuk baktri masuk kedalam ASI. Sementara itu, pada susu formula mudah dan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu kurang mengetahui cara pembuatan susu formula yang benar dan baik. 1. ASI Menghindarkan Bayi dari Alergi Alergi adalah suatu bentuk penolakan tubuh yang berlebihan atas masuknya zat asing kedalam tubuh.Alergi sering terjadi pada bayi karena system pengaman tubuh yang belum terbentuk sempurna.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ASI mampu melindungi terhadap beberapa jenis gangguan alergi.Komposisi ASI sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi bayi.Bayi yang diberi ASI terhindar dari alergi karena ASI mengandung antibody IgA tinggi dalam ASI yang berfungsi sebagai pencegahan system imun terhadap zat pemicu alergi. 1. ASI Mengurangi Risiko Obesitas di Kemudian Hari Berat badan berlebih atau obesitas pada anak di Indonesia akhir – akhir ini jumlahnya semakin bertambah.Masalah ini merupakan masalah kompleks dengan banyak sebab.Namun, berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI memiliki peran awal dalam mengurangi obesitas pada anak. Anak – anak yang diberi ASI memiliki resiko berat badan berlebih atau obesitas lebih rendah ketimbang anak yang diberi susu formula. Proses menyusui cukup berbeda dari pemberian susu formula. Seorang bayi yang menyusu, cenderung mengambil ASI sesuai kebutuhannya dan berhenti ketika ia sudah merasa cukup. Kemungkinan, ada sesuatu didalam ASI yang mencegah kenaikan berat badan. 1. ASI Tidak Menimbulkan Karies Gigi pada Bayi Kandungan selenium yang banyak dalam ASI mampu melindungi bayi terhadap timbulnya karies gigi. Karies gigi pada bayi yang terdapat pada susu formula jauh lebih tinggi dibandingkan yang terdapat pada ASI.
  • 21. 1. ASI Menyehatkan Paru – paru bayi Banyak orang tahu bahwa menyusui sangat baik untuk bayi.Tetapi, sedikit orang yang mengerti bahwa menyusui juga baik untuk paru – paru bayi. Proses menyedot ASI dapat memperkuat paru – paru bayi. Berdasarkan hasil penelitian, anak – anak pada umur 10 tahun dicek fungsi dan kapasitas paru – parunya, da hasilnya menunjukkan bahwa anak – anak yang menyusu ASI selama 4 bulan lebih memiliki paru – paru lebih sehat dan kuat ketimbang anak yang hanya menyusu melalui botol. Ternyata, proses menyusu merupakan aktivitas olah raga yang menyehatkan. Latihan fisik yang terjadi saat proses menyusui kira – kira 6 kali dalam sehari selama 4 bulan, kemungkinan akan meningkatkan kapasitas paru – paru dan perputaran udara dari paru – paru, dibandingkan dengan anak – anak yang menggunakan botol. Aktivitas olah raga memberikan manfaat 2 kali bagi bayi yang menyusu pada ibu dari pada yang memakai botol. 1. Menyusu sebagai Media Mendidik Bayi sejak dini Menyusu bukanlah sekedar memberi makanan, melainkan juga sebagai saranan dalam mendidik bayi. Sambil anda menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah ia dengan hangat. Tindakan ini sudah dapat menibulkan rasa aman padanya sehingga kelak ia akan memiliki emosi yang tinggi. Hal tersebut menjadi dasar bayi pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk menyayangi orang lain. 1. Menyusui Dapat Menjalin Interaksi antara Ibu dan Bayi Pengaruh kontak langsung antara ibu dan bayi selama proses menyusui dapat membentuk ikatan kasih saying diantara mereka karena berbagai rangsangan, seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasakan aman dan puas karena ia merasakan kehangat tubuh ibu dan menengarkan denyut jantung ibu yang sudah dikenalnya sejak ia masih dalam rahim. Selain itu, interaksi tersebut juga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan pskiologisnya yang tergantung pada eratnya hubungan mereka (Khasanah, 2011) Manfaat ASI Bagi Ibu Manfaat memberikan ASI tidak hanya dirasakan oleh bayi saja, tetapi menyusui juga banyak memberikan manfaat bagi ibu.Ada berbagai manfaat yang bisa didapatkan si ibu jika memberikan ASI kepada bayinya. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Menguntungkan secara Ekonomi Dengan menyusui secara Ekslusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 atau 6 bulan. Dengan demikian, menyusui akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya. Biaya bisa dialokasikan untuk memberikan makanan yang lebih bergizi kepada ibu menyusui karena menyusui memerlukan zat gizi yang lebih.
  • 22. 1. ASI Tidak Pernah Basi ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah payudara ibu. Bila gudang ASI telah kosong, ASI langsung diproduksi, sebaliknya jika ASI tidak digunakan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tidak pernah basi dan ia tidak perlu memerah, atau pun membuang ASI-nya sebelum menyusui.. 1. Timbul Rasa Percaya Diri pada Diri Ibu untuk Menyusui Menyusui dapat memberikan rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayinya. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi sehingga bisa meningkatkan produksi hormone, terutama oksitoksin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI. 1. Praktis dan tidak Merepotkan Bila bayi diberi ASI, ibu tidak perlu repot mempersiapkan alat – alat dan membuat minuman bayi, serta pergi ketoko untuk membeli susu formula. ASI selalu tersedia dan ketika bayi ingin langsung dapat diberikan tanpa ribet mempersiapkan susu botol. 1. Menyusui Dapat Menunda Kehamilan Menyusui bisa menjadi cara Keluarga Berencanan (KB) yang paling efektif untuk mencegah kehamilan jika dilakukan secara tepat dengan beberapa syarat, yaitu belum mengalami menstruasi, pemberian ASI-nya tidak boleh dihentikan sama sekali, dan belum 6 bulan atau masih ASI Eksklusif. Dengan menyusui secara Ekslusif, dapat menunda haid dan kehamilan sehingga hal ini bisa digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL). 1. Mengurangi Resiko Berat Badab Berlebih Dengan menyusui, lemak ayang ada di tubuh akan diubah menjadi ASI sehingga tidak menyebabkan kegemukan dan cepat mengembalikan bentuk tubuh seperti sebelumnya. Menyusui membutuhkan energy sekitar 500 kalori perhari sehingga ibu tidak perlu mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi. Ditemukan pengurangan berat badan sebesar 0,44 kg untuk setiap bulan ketika menyusui. 1. Mempercepat Pengecilan Ukuran Rahim Isapan bayi saat menyusui mampu membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra kehamilan, dan mengurangi resiko perdarahan.Saat menyusui, ada hormone oksitoksin yang berperan dalam produksi ASI.Ternyata, hormone tersebut juga berfungsi membantu rahim kembali mengecil lebih cepat dibanding ibu yang tidak menyusui.
  • 23. 1. Mengurangi Resiko Kanker Payudara Diperkirakan zat innate immune system yang terdapat dalam ASI bisa memberikan perlindungan terhadap jaringan payudara ibu sehingga bisa terhindar dari ancaman kanker payudara. 1. Mengurangi Resiko Kanker Rahim Hormon yang berperan dalam produksi ASI, ternyata juga berperan menuntaskan proses nifas sehingga rahim kembali bersih dari sisa – sisa melahirkan.Hal ini dapat menurunkan resiko kanker rahim pada ibu yang menyusui bayinya. 1. Mengurangi Stres dan Kegelisahan Hormon oksitoksin akan keluar saat ibu menyusui bayinya, hormon ini berguna untuk mengurangi stress yang dialami sehingga ibu yang menyusui akan memiliki perasaan yang positif dan dapat melakukan lebih banyak hal – hal yang positif. 1. Mengurangi Resiko Osteoporosis Osteoporosis banyak terjadi pada wanita lanjut usia. Untuk mengurangi resiko osteoporosis masa lanjut usia, ia perlu memiliki tulang padat. Menyusui ternyata akan meningkatkan kepadatan tulang sehingga mengurangi resiko osteoporosis dan patah tulang pada usia lanjut (Khasanah, 2011) 2.3.7 Cara Pemberian ASI Pemberian ASI dapat dilakukan secepat mungkin setelah bayi dilahirkan.Kolostrum adalah ASI yang diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bersalin. Kolostrum kaya akan nutrisi dan antibody yang dapat melindungi bayi dari berbagai infeksi. Ketika bayi anda terbangun dan siap untuk menyusui, pastikan anda dalam posisi yang baik dan nyaman sebelum memulai menyusui. Duduklah dengan punggung tersokong dengan baik, kaki ke bawah, dan telapak kaki diletakkan pada lantai (posisi kaki jangan dibiarkan tergantung karena membuat tidak nyaman).Posisi tidur di satu sisi tubuh juga baik untuk memberikan ASI.Setelah mendapatkan posisi yang nyaman, letakkan bayi ke dekat payudara Anda, dengan kepala dan pundak bayi menghadap Anda, lalu dengan satu tangan lain, siapkan payudara Anda. Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk memegang daerah areola (bagian yang berwarna gelap) sekitar putting susu. Bukalah mulut bayi dengan menyentuhkan putting susu ke mulut bayi, ketika mulut bayi terbuka lebar, masukkan putting susu Anda, sehingga seluruh putting susu masuk secara penuh ke mulut bayi dan bagian areola payudara sebanyak mungkin berada dalam mulut bayi. Lalu dekaplah bayi ke arah tubuh ibu.Dengan posisi ini, ujung hidung bayi dan dagunya menyentuh payudara Anda, juga seluruh tubuh bayi menghadap tubuh bayi.
  • 24. Setelah selesai menyusui, jangan langsung menarik bayi dari payudara, tapi letakkan jari kelingking Anda yang bersih di sudut mulut bayi, dan keluarkan putting susu Anda secara perlahan. Gunakanlah kedua belah payudara secara bergantian setiap menyusui, selalu kosongkan payudara yang satu sebelum memberikan yang satunya sehingga bayi mendapatkan komposisi nutrisi yang penuh. Biasanya pada payudara kedua, bayi hanya meminum sedikit atau tidak tertarik lagi, karena sudah tercukupi keperluannya saat itu (dr. Suririnah, 2009). Berilah bayi dengan ASI dalam beberapa menit dari masing-masing kedua payudara untuk beberapa hari pertama kehidupannya. Cara ini dapat mencegah terjadinya pengerasan payudara karena adanya sisa air susu yang tidak sempat keluar. Memang tidak mudah memindahkan bayi dari payudara yang satu ke lainnya, dibutuhkan kesabaran dan pengertian dari sang ibu, terutama bagi ibu muda yang baru punya anak pertama. Cara ini mungkin bermanfaat bagi ibu, yaitu dengan menekan pelan payudara dan menjauhkannya dari mulut bayi.Seiring dengan berlalunya waktu, ibu sudah lebih berpengalaman dan tahu kapan harus mengganti payudaranya yang dihisap bayinya. Susuilah bayi hingga sebanyak 10 sampai 12 kali dalam sehari (24 jam). Dengan demikian ibu dapat membuat jadwal rutin dimana bayi akan menyusu sebanyak yang diinginkan dalam sehari (Sunartyo, 2008). Biarkan bayi menyusu dari setiap payudara selama yang diinginkannya, biasanya antara 2040 menit atau lebih, lalu bayi akan melepaskan payudara Anda ketika dia merasa kenyang (dr. Suririnah, 2009). Memberikan ASI setiap 10 menit secara rutin tiap hari adalah cara terbaik unuk menaikkan berat badan bayi dari pada mengikuti keinginan bayi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Komite Dokter Umum dan Asosiasi Praktisi Medis Inggris diketahui bahwa memberikan ASI secara rutin setiap 10 menit setiap hari membuat bayi lebih sehat dan berat badannya lebih baik.Washlaw menyatakan kesimpulan itu diambil berdasarkan survei terhadap 63 ibu yang memberikan ASI eksklusif di Bradford, Inggris. Berdasarkan hasil penelitian itu, para ibu menyusui disarankan memberikan ASI kepada bayi maksimum 10 menit setiap tiga jam (www. Dechacare.com). Pemberian ASI Mempererat Hubungan Ibu dan Bayi Rahasia kedekatan ibu dan bayinya adalah ASI atau Air Susu Ibu. Hal ini didapat dalam sebuah p[enelitian bahwa ASI selama beberapa bulan pertama hidup bayi sangat mempngaruhi kedekatan hubungan (Bonding) antara ibu dan bayi. Respon otak ibu yang memberikan ASI juga lebih aktif ketika mendengar bayinya menangis. Penelitian ini dipublikasikan pada Journal of Child Psychology and Psychiatry May 2011. Penelitian di Pusat Study Anak di Yale University membagi peserta menjadi dua kelompok, Sembilan orang ibu yang menyusui bayinya dan 8 orang ibu yang memberikan susu formula, kemudian dilakukan MRI sebulan setelah bayi mereka lahir. Kandungan hormone cinta “love hormone” Oxytocin pada tubuh ibu yang menyusui ternyata lebih tinggi daripada ibu yang tidak menyusui bayinya.Hormone ini sangat mempengaruhi keakraban hubungan antara ibu dan anak. Begitu banyak manfaat ASI untuk bayi yang sudah kita ketahui, namun ternyata ada juga manfaat bagi sang ibu, yaitu hubungan yang lebih erat (bonding) dengan bayinya yang pasti akan terbawa sampai bayi menjadi dewasa.
  • 25. 2.4 .Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Asi Ekslusif dengan Status Kesehaan Bayi Komposisi ASI yang bersifat dinamis, yaitu berubah dari waktu ke waktu. ASI pertama yang berwarna kuning bening yang keluar 0-7 hari setelah ibu melahirkan merupakan zat kekebalan tubuh yang sangat ampuh. Memberikan ASI setiap 10 menit secara rutin tiap hari adalah cara terbaik menaikkan berat badan bayi daripada mengikuti keinginan bayi. Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kepada bayinya. Namun, separuh responden dalam penelitian Komite Dokter Umum menyatakan biasa memberikan makanan tambahan bila bayi menginginkan (Dechacare.com). Pemberian Asi secara Ekslusif dianjurkan untuk jangka waktu sekurang – kurangnya 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan maka bayi diperkenalkan MP – ASI sampai usia 2 tahun. Jika bayi hanya diberikan Asi saja sesuai dengan lamanya pemberian Asi Ekslusif maka manfaat Asi sangat lah besar bagi bayi. Sumber gizi yang terutama berasal dari makanan, makanan yang bergizi merupakan modal utama dalam perkembangan tubuh, terutam. bagi bayi. Makanan bergizi tidak hanya menentukan kesehatan tubuh bayi di kemudian hari, tetapi juga untuk pertumbuhan otaknya (Anneahira, 2012) Salah satu upaya untuk menekan kekurangan gizi pada balita adalah dengan memberikan ASI Eksklusif. Air Susu Ibu adalah cairan formula tersehat untuk bayi yang mengandung nutrisi stabil (terbentuk dari nutrisi yang mengalir di darah sang ibu). Kadar lemak, gula, air dan protein yang dosisnya tepat sesuai dengan kebutuhan balita. WHO menganjurkan agar para ibu menyusui balitanya secara ekslusif sampai umur 6 bulan (sebelum diberikannya makanan tambahan) atau maksimal 2 tahun. Adapun status kesehatan bayi dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu : 2.4.1.1. Status Gizi Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan.Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Indikator kesehatan anak terdiri dari angka kematian bayi, status gizi, dan angka harapan waktu lahir (Eni, 2011) Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.Status gizi juga di defenisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000) Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak.
  • 26. Ditinjau dari tinggi badan, sebayak 25,8 persen anak balita Indonesia pendek (SKRT, 2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan.Lebih jauh, kekurang gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak.Padahal, otak tumbuh selama masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan. 2.4.1.2. Peniaian Status Gizi Penilaian status gizi secara langsung menurut Supariasa (2001 ) dapat dilakukan dengan : 1. a. Antropometri Antropometri adalah ukuran tubuh manusia.Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi.Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energy. 1. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode untuk meniai hasil status gizi berdasarkan atas perubahan – perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi, seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. 1. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot 1. Biofisik Penilaianstatus gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melibatkan kemampuan fungsi da melihat perubahan struktur jaringan. 2.4.1.3. Macam Klasifikasi Status Gizi a. Klasifikasi Status Gizi TabelTabel Status Gizi INDEKS Berat badan menurut Umur (BB/U) Tinggi badan menurut umur (TB/U) STATUS GIZI AMBANG BATAS*) Gizi Lebih >+ 2 SD Gizi Baik ≥-2 SD sampai +SD Gizi Kurang <-2 SD sampai ≥ -3 SD Gizi Buruk <- 3 SD Normal ≥ 2 SD Pendek < – 2 SD
  • 27. Gemuk >+ 2 SD Normal ≥- 2 SD sampai + 2 SD Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Kurus (wasted) <- 2 SD sampai ≥ – 3 SD Kurus sekali < – 3 S Sumber : Depkes, RI, 2002 1. Klasifikasi di atas berdasarkan para meter antropometri yang dibedakan atas : 1) Berat badan/Umur Status gizi ini diukur sesuai dengan dengan berat badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2) Tinggi badan/Umur Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 3) Berat badan/Tinggi badan Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap tinggi badan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 4) Lingkar lengan atas/Umur Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan gizi baik dengan batasan indeks sebesar 1,5 cm/tahun. 5) Parameter Berat badan/Tinggi badan banyak digunakan karena memiliki kelebihan : - Tidak membutuhkan data umur - Dapat membedakan proporsi (gemuk, normal, kurus) 6) Menurut Depkes RI (2005) parameter berat badan/tinggi badan berdasarkan kategori ZScore diklasifikasikan menjadi 4 yaitu: - Gizi buruk (sangat kurus ) - Gizi kurang (kurus) - Gizi baik (normal) - Gizi lebih (gemuk) 2.4.2. Tingkat Kecerdasan Bayi : < – 3 SD : – 3 SD s/d < – 2 SD : – 2SD s/d + 2SD :> + 2 SD
  • 28. Otak bayi berkembang pesat menginjak trimester kedua, dan ini berlangsung hingga usia 18 bulan. Setelah itu, perkembanganny akan mulai melandai. Oleh karena itu, usia dibawah 2 tahun biasa disebut sebagai masa keemasan (Golden Age) (Nova, 2012) Jika pada masa ini bayi kurang mendapat gizi, bisa terjadi gangguan – gangguan yang akan berpengaruh pada aspek kognitifnya. Oleh sebab itu, seorang ibu harus memahami pentingnya gizi bagi anak. Ketika bayi baru lahir, jumlah sel otaknya mencapai 66 persen dan beratnya 27 di usia 2 tahun, berat otak anak mencapai 1200 gram. Artinya, usia ini memang masa perkembangan otak yang sangat cepat. Ahli kromosom menyarankan menyarankan agar anak di usia 2 tahun, otak anakdiberi stimulus yang bisa memacu pertumbuhan otaknya. Masukan terbaik adalah kolesterol dan asam lemak esensial yaitu omega3 dan omega 6.Bisa juga dengan memberikan sebutir ayam kampong setiap hari.Ini sudah memadai bagi seorang anak.Sumber ikan laut juga bisa menjadi alternative pengganti telur ayam kampong. Sayangnya orang Indonesia tidak terlalu suka makan ikan laut dan cenderung suka pada ikan tawar yang kadaromega3 nya tidak terlalu tinggi (Nova, 2012). 1. Tabel Kecerdasan Bayi Table berikut dapat dipakai sebagai panduan untuk mengukur tingkat kecerdasan bayi : No Kegiatan Bayi Umur Bayi 1 Telungkup 2,5 – 4,5 bulan 2 Duduk sendiri 5 – 7,5 bulan 3 Merangkak 8 bulan 4 Berdiri sendiri 9,5 – 13,5 bulan 5 Berjalan sendiri 11 – 15 bulan 6 Memanggil ibu (mama) 9 – 13 bulan 7 Menendang bola 15 – 23 bulan 8 Mencuci tangan 19 bulan 9 Mengenal warna 33 bulan Sumber :http://indonesiaindonesia.com/f/45232-tabel-kecerdasan-bayi/html. 2.3.3. Kekebalan Tubuh (Imunitas) Awal tahun kehidupan bayi merupakan masa paling rawan.Disamping memenuhi kebutuhan nutrisinya, ASI juga melindungi bayi dari berbagai macam penyakit.Ia yang baru lahir belum memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi sempurna, karena ada beberapa unsur
  • 29. penting yang masih kurang untuk melawan infeksi. Ia masih memerlukan tambahan faktor yang mendukung kekebalan tubuhnya dari luar. Pada waktu bayi baru lahir, secara alamiah, ia mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui placenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahirannya, padahal dari waktu ia lahir sampai ia berusia beberapa bulan, ia belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Kemampuannya untuk membantu daya tahan tubuhnyasendiripun menjadi lambat sehingga akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila ia diberi ASI. Sebab, ASI mengandung faktor kekebalan tubuh yang diperlukan bagi tubuhnya.ASI awal mengandung faktor kekebalan tubuh yang lebih tinggi dibanding ASI yang keluar selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa ASI lebih dari sekedar makanan (Khasanah, 2011) Pemberian ASI sampai bayi mencapai usia 4 – 6 bulan, akan memberikan kekebalan terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi dirinya dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, virus, jamur, maupun parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat antiinfeksi dalam ASI maka ia yang mendapat ASI Eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi Metode persalinan Caesar ternyata membuat anak beresiko terkena alergi dan asma.Dan lahiran normal sangatlah jauh lebih baik, karena membuat bayi lebih sehat.Dimana terdapat bakteri-bakteri baik dalam tubuh ibu hamil saat melahirkan yang dibutuhkan bayi.Probiotik terdapat pada ibu yang melahirkan normal, ini berguna untuk mencegah kelainan usus pada bayi-bayi yang baru lahir. Selain itu juga, pemberian ASi eksklusif sangat penting dari pada susu botol pada bayi. ASI mengandung probiotik dan prebiotik yang menjadi faktor pertumbuhan untuk probiotik. Sehingga bayi yang diberi ASI memiliki perkembangan sistem imun yang aktif, yang dapat melawan alergi dan melawan bakteri usus (Perempuan.com) Bayi bisa mendapatkan probiotik dari ibunya selama masa kehamilan dan lewat ASI.Itulah sebabnya mengapa ASI bagus untuk memperkuat sistem imun bayi.Namun sayangnya, ASI bukanlah produk yang standar. Sebab kandungan probiotik dalam ASI berbeda-beda antara setiap wanita (Kosmo.Com) 2.5. Puskesmas 2.5.1. Pengertian Puskesmas Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1999) 2.5.2. Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan, faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan infrastruktut lainnya merupakan pertimbangan di dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.Puskesmas merupakan
  • 30. perangkat pemerintah daerah, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditentukan oleh Walikota dengan sasaran teknik dari Sudin Kesehatan yang disetujui oleh Dinas Kesehatan Propinsi.Sasaran penduduk yang dilayani oleh puskesmas yaitu 339, 437 jiwa penduduk setiap puskesmas.Untuk memperluas jangkauan pelayanan puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu atau puskesmas keliling. Khusus di kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja puskesmas bisa melputi satu kelurahan. Puskesmas kecamatan dengan jumlah penduduk 339,437 jiwa atau lebih merupakan puskesmas pembina yang berfungsi sebagai puskesmas rujukan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Depkes RI, 1999). 2.5.3. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi : 1. 2. 3. 4. Kuratif (pengobatan) Preventif (pencegahan) Promotif (peningkatan kesehatan) Rehabilitatif (pemulihan kesehatan) 2.5.4. Kegiatan Pokok Puskesmas Sesuai dengan kemampuan tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan yang berbeda, maka kegiatan pokok yang dilaksankaan oleh Puskesmas akan berbeda-beda, tetapi kegiatan pokok yang harus dilaksanakan sebagai berikut : 1. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) 2. KB (Keluarga Berencana) 3. Usaha Perbaikan Gizi 4. Kesehatan Lingkungan 5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Pengobatan Umum termasuk Pelayanan Darurat/Kecelakaan 7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 8. Usaha Kesehatan Sekolah 9. Kesehatan Olahraga 10. Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) 11. Kesehatan Kerja 12. Kesehatan Gigi dan Mulut 13. Kesehatan Jiwa 14. Kesehatan Mata 15. Laboratorium 16. Peningkatan Peran serta Masyarakat (PPSM) 17. Kesehatan Usia Lanjut 18. Pembinaan Pengobatan Tradisional 19. Kesehatan Remaja 20. Pencatatan dan Pelaporan
  • 31. 2.5.5. Fungsi Puskesmas Fungsi Puskesmas adalah sebagai berikut : 1. Sebagai Pusat Pembangunan di wilayah kerjanya 2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat 3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya 2.5.6. Jangkauan Pelayanan Sesuai dengan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan dan kepadatan penduduk dalam wilayah kerja puskesmas, tidak semua penduduk dapat terlayani dengan mudah.Agar jangkauan pelayanan kesehatan lebih merata dan luas, puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas Pembantu, penempatan Bidan Desa dan puskesmas keliling. Di samping itu pergerakan peran serta masyarakat untuk mengelola Posyandu dan membina Dasa Wisma akan dapat menjangkau pelayanan kesehatan.