Dokumen tersebut membahas upaya meningkatkan produksi kain sarung batik dengan memperbaiki kondisi lingkungan kerja pada IKM Batik Moh. Palal. Lingkungan kerja yang nyaman diharapkan dapat menciptakan kerja sama tim yang baik antar karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Peningkatan produktivitas diperlukan untuk bersaing dengan produk tekstil impor.

1. 1
MENINGKATKAN JUMLAH PRODUKSI KAIN SARUNG BATIK
DENGAN CARA PERBAIKAN KENYAMANAN LINGKUNGAN KERJA
PADA IKM BATIK MOH. PALAL
1.1 Latar Belakang
Pada perkembangan dunia usaha yang semakin maju dan kompetitif menuntut adanya
penyesuaian yang harus dilakukan oleh perusahaan. Penyesuaian yang harus
dilakukan pada perusahaan antara lain perusahaan diharapkan untuk membuat
lingkungan kerja menjadi lebih menyenangkan agar dalam perusahaan tercipta kerja
sama antar karyawan yang baik. Keadaan ini akan sangat berpengaruh pada
peningkatan produktivitas tenaga kerja dalam suatu perusahaan atau industri kecil dan
menengah (IKM).
Pada dasarnya keberadaan industri kecil dan menengah (IKM) mencerminkan wujud
nyata kehidupan sosial dan ekonomi yang telah menjadi bagian terbesar rakyat
Indonesia. Salah satu peran IKM yang besar ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap
pemenuhan jumlah produksi nasional. Peran IKM dalam meningkatkan jumlah produksi
nasional ini tentunya akan memberikan dampak positif bagi kemajuan IKM itu sendiri.
Dalam era globalisasi dan pasar bebas sekarang ini banyak barang dari luar negeri
masuk ke pasar Indonesia. Keberadaannya menyebabkan terjadinya persaingan yang
sangat tajam dengan produk dalam negeri. Sektor industri yang merasakan dampak
paling besar salah satunya adalah sektor IKM khususnya bidang tekstil. Banyaknya
produk tekstil misalnya batik printing dari China yang masuk ke Indonesia sangat
mengancam kemajuan IKM batik di Indonesia. Pada kwartal pertama 2008 pemerintah
melalui Departemen Perindustrian meluncurkan program baru bagi pemberdayaan dan
pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) yang diberi label One Village One
Product atau Satu Desa Satu Produk. Kebijakan yang menjiplak konsep Jepang ini
bertujuan untuk menggali dan mempromosikan produk inovatif dan kreatif berbasis
sumber daya lokal yang bersifat unik, khas daerah, bernilai tambah tinggi, ramah
lingkungan, serta memiliki citra dan daya saing internasional, dengan sasaran
meningkatnya jumlah produk IKM yang memenuhi standar pasar global.
Peningkatan jumlah produksi IKM dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan pada
semua aspek di lingkungan IKM. Salah satu aspek yang memberikan pengaruh besar