SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 15
Pertusis disebut sebagai tussis quinta,
whooping cough, batuk rejan.
Penyebab pertusis adalah bordetella pertusis
atau haomophilus pertusis.
Bordetella pertussis adalah suatu kuman
tidak bergerak, gram negative dan did
apatkan dengan cara melakukan pengambilan
usapan pada daerah nasofaring pasien
pertusis kemudian ditanam pada agar media
bordet-gangou.
Penyakit ini banyak mengenai anak umur 1-5
tahun dan lebih banyak anak laki-laki dari
pada anak wanita. Cara penularan melalui
kontak dnegan pasien pertusis. Pemberian
imunisasi dapat mengurangi angka kejadian
dan kemudian yang disebabkan pertusis.
Lesi biasanya terdapat pad abronkus dan
bronkiolus, tetapi terdapat perubahan.
Perubahan pada selaput lender trakea, laring
dan nasofaring. Lesi berupa nekrosis bagian
basah dan tengah sel epitel torak, disertai
infiltrate neurotrofil dan makrofag lender
yang terebntuk dapat menyumbat bronkus
kecil hingga dapat menimbulkan emfisema
dan atelektosis.
Prognosis pertusis bergantung ada tidaknya
komplikasi, terutama komplikasi paru dan
susunan saraf yang sangat berbahaya
khususnya pada bayi dan anak kecil.
1. Alat pernafasan
Dapat terjadi otitis media (sering pada bayi),
bronchitis, bronkopneumonia, atelektasis
yang disebabkan sumbatan mucus,
emfisema (dapat terjadi emfisema
mediastinum,leher, kulit pada kaswus yang
berat) bronkrektasis sedangkan tuberculosis
yang sebelumnya telah ada dapat menjadi
bertambah berat.
2. Alat Pencernaan
Muntah-muntah yang berat dapat
menimbulkan emasiasi (anak menjadi kurus
sekali) prolaps rectum atau hernia yang
mungkin timbul karena tingginyua tekanan
intra abdominal, ulkus pada ujung lidah
karena tergosok pada gigi atau tergigik waktu
serangan batuk, juga stomatitis.
3. Susunan syaraf
Kejang dapat timbul karena gangguan
keseimbangan elektrolit akibat muntah-
muntah.
Massa tunas 7-14 hari, penyakit dapat
berlangsung sampai 6 minggu atau lebih dan
terbagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium kataralis
Lamanya 1-2 minggu. Pada permulaan hanya
berupa batuk-batuk ringan terutama pada malam
hari. Batuk-batuk ini makin lama makin
bertambah berat dan terjadi siang dan malam.
Gejala lain adalah pilek, serak dan anoreksia.
Stadium ini menyerupai influenza biasa.
2. Stadium spasmodic
Lamanya 2-4 minggu. Pada akhir minggu batuk
makin bertambah berat dan terjadi proksismal
berupa batuk-batuk khas. Pasien tampak
berkeringat, pembuluh darah leher dan muka
melebar. Batuk sedemikian beratnya hingga pasien
tapak gelisah dengan muka merah dan sianotik.
Serangan batuk panjang, tidak ada inspirium
diantaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan
napas panjang dan dalam berbunyi melengking).
Sering disertai muntah dan banyak sputum yang
kental. Anak dapat terberak-berak dan terkencing-
kencing. Aktivitas seperti tertawa dan menangis
dapat menimbulkan serangan batuk.
3. Stadium konvalensi
Lamanya kira-kira 2 minggu sampai sembuh. Pada
minggu keempat jumlah dan beratnya serangan
batuk berkurang, juga muntah berkurang pula, nafsu
makan timbul kembali. Ronki difus yang terdapat
pada stadium spasmodic mulai menghilang. Infeksi
semacam common cold dapat menimbulkan serangan
batuk lagi. Bila menjumpai pasien dengan batuk
sudah lama dan telah diberi obat tidak ada perbaikan.
Apalagi terdapat keluhan batuk makin panjang
disertai muntah pada akhir batuk dan suara
melengking dapat diduga bahwa pasien menderita
pertusis.
Pada stadium kataralis dan permulaan
stadium spasmodic jumlah leukosit meninggi
kadang sampai 15000-45.000 per mm3
dengan limfosis, diagnosis dapat diperkuat
dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan
nafas yang dikeluarkan pada waktu batuk.
Secara laboratorium diagnosis pertusis dapat
ditentukan berdasrkan adanya kuman dalam
biakan atau dengan pemeriksaan
imunofluresen.
Medik
1. Antibiotik
a. Eritromisin dengan dosis 50 mg/kg BB/hari
dibagi dalam 4 dosis. Obat ini menghilangkan
B. Pertusis dari nasofaring dalam 2-6 hari.
b. Amphisilin dengan dosis 100 mg/kg
BB/hari dibagi 4 dosis
c. Lain-lain, kloramfenikol, tetrasiklin :
Kotrimoksazol.
2. Imunoglubulin
3. Ekspektoransia dan mukolitik
4. Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk
berat
5. Luminal sebagai sedative.
TERIMA KASIH

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Betari Wanda Saskia
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
khairil10
 

Was ist angesagt? (19)

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
 
Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Nafas
Bakteri Penyebab Infeksi Saluran NafasBakteri Penyebab Infeksi Saluran Nafas
Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Nafas
 
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan AKut)
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan AKut)ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan AKut)
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan AKut)
 
Leaflet pneumonia
Leaflet pneumoniaLeaflet pneumonia
Leaflet pneumonia
 
Askep pneumonia pipin
Askep pneumonia pipinAskep pneumonia pipin
Askep pneumonia pipin
 
Askep difteri
Askep difteriAskep difteri
Askep difteri
 
2. penyakit kelainan faring
2. penyakit kelainan faring2. penyakit kelainan faring
2. penyakit kelainan faring
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
 
4. penyakit kelainan laring
4. penyakit kelainan laring4. penyakit kelainan laring
4. penyakit kelainan laring
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisLaporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan Bronkitis
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Bronkitis & Bronkiektasis
Bronkitis & BronkiektasisBronkitis & Bronkiektasis
Bronkitis & Bronkiektasis
 
PPT BRONKHITIS AKUT
PPT BRONKHITIS AKUTPPT BRONKHITIS AKUT
PPT BRONKHITIS AKUT
 
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
 
Pneumonia magister
Pneumonia magisterPneumonia magister
Pneumonia magister
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 
Pneumonia (ppt -_ardian_s._leky)[1]
Pneumonia (ppt -_ardian_s._leky)[1]Pneumonia (ppt -_ardian_s._leky)[1]
Pneumonia (ppt -_ardian_s._leky)[1]
 
TONSILITIS
TONSILITISTONSILITIS
TONSILITIS
 

Ähnlich wie Pertusis anak AKPER PENKAB MUNA

Satuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejanSatuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejan
MJM Networks
 
Download (1)
Download (1)Download (1)
Download (1)
Maia Cheo
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi PleuraAsuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Nola Hastuti
 
penularan penyakit melalui vektor PES.pptx
penularan penyakit melalui vektor PES.pptxpenularan penyakit melalui vektor PES.pptx
penularan penyakit melalui vektor PES.pptx
lulukesling
 

Ähnlich wie Pertusis anak AKPER PENKAB MUNA (20)

Satuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejanSatuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejan
 
Present ispa
Present ispaPresent ispa
Present ispa
 
Download (1)
Download (1)Download (1)
Download (1)
 
askep EFUSI PLEURA.docx
askep  EFUSI PLEURA.docxaskep  EFUSI PLEURA.docx
askep EFUSI PLEURA.docx
 
macam-macam kelainan pada sistem pernafasan
macam-macam kelainan pada sistem pernafasanmacam-macam kelainan pada sistem pernafasan
macam-macam kelainan pada sistem pernafasan
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi PleuraAsuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
 
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
 
Bordetella pertussis
Bordetella pertussisBordetella pertussis
Bordetella pertussis
 
A1 PNEUMONIA.pptx
A1 PNEUMONIA.pptxA1 PNEUMONIA.pptx
A1 PNEUMONIA.pptx
 
Rinitis akut
Rinitis akutRinitis akut
Rinitis akut
 
Askep Pneumonia.docx
Askep Pneumonia.docxAskep Pneumonia.docx
Askep Pneumonia.docx
 
penularan penyakit melalui vektor PES.pptx
penularan penyakit melalui vektor PES.pptxpenularan penyakit melalui vektor PES.pptx
penularan penyakit melalui vektor PES.pptx
 
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by SheraraKelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
 
Laringitis 2 AKPER PEMKAB MUNA
Laringitis 2 AKPER PEMKAB MUNA Laringitis 2 AKPER PEMKAB MUNA
Laringitis 2 AKPER PEMKAB MUNA
 
Lp askep bronkupneumonia
Lp askep bronkupneumoniaLp askep bronkupneumonia
Lp askep bronkupneumonia
 
Lp askep bronkupneumonia
Lp askep bronkupneumoniaLp askep bronkupneumonia
Lp askep bronkupneumonia
 
ispa
ispaispa
ispa
 
Tb
TbTb
Tb
 
Pneumoni1
Pneumoni1Pneumoni1
Pneumoni1
 
Pneumoni1
Pneumoni1Pneumoni1
Pneumoni1
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha

Mehr von Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Pertusis anak AKPER PENKAB MUNA

  • 1.
  • 2. Pertusis disebut sebagai tussis quinta, whooping cough, batuk rejan. Penyebab pertusis adalah bordetella pertusis atau haomophilus pertusis. Bordetella pertussis adalah suatu kuman tidak bergerak, gram negative dan did apatkan dengan cara melakukan pengambilan usapan pada daerah nasofaring pasien pertusis kemudian ditanam pada agar media bordet-gangou.
  • 3. Penyakit ini banyak mengenai anak umur 1-5 tahun dan lebih banyak anak laki-laki dari pada anak wanita. Cara penularan melalui kontak dnegan pasien pertusis. Pemberian imunisasi dapat mengurangi angka kejadian dan kemudian yang disebabkan pertusis.
  • 4. Lesi biasanya terdapat pad abronkus dan bronkiolus, tetapi terdapat perubahan. Perubahan pada selaput lender trakea, laring dan nasofaring. Lesi berupa nekrosis bagian basah dan tengah sel epitel torak, disertai infiltrate neurotrofil dan makrofag lender yang terebntuk dapat menyumbat bronkus kecil hingga dapat menimbulkan emfisema dan atelektosis.
  • 5. Prognosis pertusis bergantung ada tidaknya komplikasi, terutama komplikasi paru dan susunan saraf yang sangat berbahaya khususnya pada bayi dan anak kecil.
  • 6. 1. Alat pernafasan Dapat terjadi otitis media (sering pada bayi), bronchitis, bronkopneumonia, atelektasis yang disebabkan sumbatan mucus, emfisema (dapat terjadi emfisema mediastinum,leher, kulit pada kaswus yang berat) bronkrektasis sedangkan tuberculosis yang sebelumnya telah ada dapat menjadi bertambah berat.
  • 7. 2. Alat Pencernaan Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi (anak menjadi kurus sekali) prolaps rectum atau hernia yang mungkin timbul karena tingginyua tekanan intra abdominal, ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigik waktu serangan batuk, juga stomatitis.
  • 8. 3. Susunan syaraf Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah- muntah.
  • 9. Massa tunas 7-14 hari, penyakit dapat berlangsung sampai 6 minggu atau lebih dan terbagi dalam 3 stadium, yaitu : 1. Stadium kataralis Lamanya 1-2 minggu. Pada permulaan hanya berupa batuk-batuk ringan terutama pada malam hari. Batuk-batuk ini makin lama makin bertambah berat dan terjadi siang dan malam. Gejala lain adalah pilek, serak dan anoreksia. Stadium ini menyerupai influenza biasa.
  • 10. 2. Stadium spasmodic Lamanya 2-4 minggu. Pada akhir minggu batuk makin bertambah berat dan terjadi proksismal berupa batuk-batuk khas. Pasien tampak berkeringat, pembuluh darah leher dan muka melebar. Batuk sedemikian beratnya hingga pasien tapak gelisah dengan muka merah dan sianotik. Serangan batuk panjang, tidak ada inspirium diantaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking). Sering disertai muntah dan banyak sputum yang kental. Anak dapat terberak-berak dan terkencing- kencing. Aktivitas seperti tertawa dan menangis dapat menimbulkan serangan batuk.
  • 11. 3. Stadium konvalensi Lamanya kira-kira 2 minggu sampai sembuh. Pada minggu keempat jumlah dan beratnya serangan batuk berkurang, juga muntah berkurang pula, nafsu makan timbul kembali. Ronki difus yang terdapat pada stadium spasmodic mulai menghilang. Infeksi semacam common cold dapat menimbulkan serangan batuk lagi. Bila menjumpai pasien dengan batuk sudah lama dan telah diberi obat tidak ada perbaikan. Apalagi terdapat keluhan batuk makin panjang disertai muntah pada akhir batuk dan suara melengking dapat diduga bahwa pasien menderita pertusis.
  • 12. Pada stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodic jumlah leukosit meninggi kadang sampai 15000-45.000 per mm3 dengan limfosis, diagnosis dapat diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan nafas yang dikeluarkan pada waktu batuk. Secara laboratorium diagnosis pertusis dapat ditentukan berdasrkan adanya kuman dalam biakan atau dengan pemeriksaan imunofluresen.
  • 13. Medik 1. Antibiotik a. Eritromisin dengan dosis 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis. Obat ini menghilangkan B. Pertusis dari nasofaring dalam 2-6 hari. b. Amphisilin dengan dosis 100 mg/kg BB/hari dibagi 4 dosis c. Lain-lain, kloramfenikol, tetrasiklin : Kotrimoksazol.
  • 14. 2. Imunoglubulin 3. Ekspektoransia dan mukolitik 4. Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk berat 5. Luminal sebagai sedative.