Tanaman kakao merupakan komoditas penting bagi perekonomian Indonesia. Laporan ini membahas tentang pembibitan tanaman kakao, termasuk anatomi tanaman, cara pembibitan, dan pengaruh pelepasan pulp dan posisi benih terhadap pertumbuhan bibit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa biji dari bagian tengah buah memberikan pertumbuhan bibit terbaik.
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Penelitian tanaman cacao
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional Indonesia, khususnya
sebagai penyedia lapangan kerja, dan sumber pendapatan. Selain itu, kakao juga
berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan
agroindustri.
Kakao juga merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan
kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia merupakan salah satu
negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana
(20,2%) dengan persentasi 13,6%. Permintaan dunia terhadap komoditas kakao
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hingga tahun 2011, ICCO (International
Cocoa Organization) memperkirakan produksi kakao dunia akan mencapai 4,05
juta ton, sementara konsumsi akan mencapai 4,1 juta ton, sehingga akan terjadi
defisit sekitar 50 ribu ton per tahun (Suryani, 2007).
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman kakao
adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman kakao merupakan
tanaman tahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat
buruk dalam pengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik
tidak akan memberikan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan
tidak akan kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembibitan kakao adalah
1. Mengetahui anatomi dari tanaman kakao.
2. Mengetahui cara pembibitan dan perawatan tanaman kakao dengan baik.
3. Mengetahui apakah ada pengaruh pelepasan pulp dan posisi benih dalam
buah terhadap pertumbuhan bibit kakao.
2. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kakao termasuk marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae yang
banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta, dan perkebunan
Negara. Sistematik tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo adalah :
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Jenis : Theobroma cacao
Kakao secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe besar, yaitu Criollo
(Amerika Tengah dan Amerika Selatan) dan Forastero (Amazona dan Trinitario).
Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generativ ataupun vegetatif.
Kakao lindak umumnya diperbanyak dengan benih dari klon-klon induk yang
terpilih. Sedangkan kakao mulia umumnya diperbanyak secara vegetatif. Namun,
kakao lindak pun dewasa ini juga sering diperbanyak secara vegetatif untuk
meningkatkan mutu dan hasil. Budidaya kakao sangat ditentukan oleh tersedianya
benih dan bibit yang baik untuk menjamin tersedianya benih yang bermutu, maka
dewasa ini di Indonesia terdapat sekitar 10 produsen benih (F.X. Susanto, 1994).
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi
untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara
pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana (20,2%)
dengan persentasi 13,6%. Permintaan dunia terhadap komoditas kakao semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Namun, kualitas biji kakao yang diekspor oleh
Indonesia dikenal sangat rendah (berada di kelas 3 dan 4). Hal ini disebabkan oleh
pengelolaan produk kakao yang masih tradisional (85% biji kakao produksi
nasional tidak difermentasi) sehingga kualitas kakao Indonesia menjadi rendah.
3. 3
Kualitas rendah menyebabkan harga biji dan produk kakao Indonesia di pasar
internasional dikenai potongan sebesar USD 200/ton atau 10-15 % dari harga
pasar. Selain itu, beban pajak ekspor kakao olahan (sebesar 30%) relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan beban pajak impor produk kakao (5%), kondisi
tersebut telah menyebabkan jumlah pabrik olahan kakao Indonesia terus menyusut
(Suryani, 2007). Selain itu para pedagang (terutama trader asing) lebih senang
mengekspor dalam bentuk biji kakao atau non olahan (Rohman, 2009).
Faktor yang mempengaruhi pembibitan tanaman kakao seperti juga tanaman
perkebunan yang lain adalah air, cahaya matahari, unsur hara, suhu, dan
kelembaban. Pertumbuhan vegetatif bibit terbagi atas pertumbuhan daun, batang
dan akar. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan daun dan batang
ialah hormon dan nutrisi (faktor dalam), status air dalam jaringan tanaman, suhu
udara dan cahaya (faktor luar). Pertumbuhan akar dipengaruhi suhu media
tumbuh, ketersediaan oksigen (aerasi), faktor fisik media tumbuh, pH media
tumbuh, selain faktor dalam dan status air dalam jaringan tanaman. Pertumbuhan
daun dan perluasan batang menentukan luas permukaan daun dan struktur
tajuk yang sangat penting sehubungan dengan proses fotosintesis. Sedangkan
perluasan akar akan menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian akan
berfungsi kembali sebagai organ penyerap unsur hara mineral.
Faktor dalam diantaranya nutrisi dapat terpenuhi dengan pemberian bahan
organik, faktor luar diantaranya cahaya dapat dipenuhi dengan penaungan. Selain
mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk, penaungan berperan dalam
pengaturan suhu dan kelembaban. Naungan untuk pembibitan kakao adalah 50%.
Tanaman muda kakao sangat sensitif terhadap angin yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada daun, sehingga perlu dilindungi (Soeratno, 1980). Pembibitan
adalah suatu kegiatan untuk menghasilkan atau memproduksi bibit. Kegiatan yang
dilakukan dalam pembibitan terdiri dari perencanaan pembibitan, pembangunan
persemaian, penyiapan media bibit, perlakuan pendahuluan terhadap benih
sebelum disemaikan, penyemaian benih, penyapihan bibit, pemeliharaan bibit,
pengepakan dan pengangkutan bibit serta administrasi pembibitan (Willy, 2010
4. 4
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan tinggi pembibitan tanaman kakao
Perlakuan Tinggi tanaman
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST
P0L1 11.6 10.5 12.7 14.1
P0L2 9.6 11.5 13.0 13.8
P0L3 10.8 11.2 13.0 14.0
P1L1 10.6 12.4 14.4 14.6
P1L2 10.7 10.2 13.6 14.8
P1L3 10.4 11.2 10.3 10.4
Grafik 1. Grafik pengamatan tinggi pembibitan tanaman kakao
Tabel 2. Hasil pengamatan jumlah daun pembibitan tanaman kakao
Perlakuan Jumlah Daun
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST
P0L1 1.9 2.7 3.6 4.6
P0L2 1.7 3.1 4.6 5.5
P0L3 1.8 3.6 4.4 5.4
P1L1 1.6 2.6 3.4 4.4
P1L2 2.0 3.4 4.5 5.5
P1L3 1.9 3.0 3.1 4.3
Grafik 2. Grafik pengamatan jumlah daun pembibitan tanaman kakao
5. 5
B. Pembahasan
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditi unggulan
Indonesia, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan
ekspor, serta memiliki prospek yang cukup cerah pada era globalisasi persaingan
pasar bebas, yang tujuannya untuk meningkatkan pendapatan devisa negara.
Dengan demikian perluasan tanaman kakao perlu terus ditingkatkan. Untuk
meningkatkan produksi tanaman kakao, pemilihan bibit merupakan langkah
pertama yang harus diperhatikan.
Pembibitan adalah suatu kegiatan untuk menghasilkan atau memproduksi bibit.
Kegiatan yang dilakukan dalam pembibitan terdiri dari perencanaan pembibitan,
pembangunan persemaian, penyiapan media bibit, perlakuan pendahuluan
terhadap benih sebelum disemaikan, penyemaian benih, penyapihan bibit,
pemeliharaan bibit, pengepakan dan pengangkutan bibit serta administrasi
pembibitan.
Dalam pembibitan kakao harus menggunakan benih yang baik yang dapat
diperoleh dari buah terpilih dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Buah sudah masak dengan kriteria sudah mengalami perubahan warna
yakni bila muda berwarna hijau sudah berubah menjadi kuning dan yang
muda merah sudah berwarna oranye atau jingga.
2. Dompolan biji sudah terlepas dari kulit buah.
3. Buah dipetik dari batang utama atau cabang primer.
4. Bebas dari serangan hama dan penyakit.
5. Ukuran buah sedang.
Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generatif ataupun vegetatif. Pada
praktikum yang dilakukan kali ini tanaman kakao diperbanyak dengan cara
generatif yaitu dengan menggunakan biji kakao yang telah dipilih dari klon-klon
induk terpilih. Pembibitan kakao yang dilakukan kali ini dengan dua perlakuan
yaitu dengan pulp dan tanpa pulp untuk tiga bagian yaitu ujung, tengah dan
pangkal. Masing-masing perlakuan diulang dua kali pada tujuh kelompok dengan
waktu pengamatan selama 6 minggu dan parameter yang diamati yaitu tinggi
tanaman dan jumlah daun. Untuk tinggi tanaman dan jumlah daun selalu
6. 6
mengalami peningkatan dalam pertumbuhannya namun hasil peningkatan untuk
masing-masing perlakuan tidak berbeda jauh. Pada pengamatan tinggi tanaman
kakao, didapat hasil yang tertinggi pada minggu terakhir yaitu pada perlakuan
pulp bagian tengah. Hal ini menunjukkan bahwa biji yang terletak di bagian
tengah buah kakao dapat dijadikan sumber bibit yang baik.
Untuk pengamatan pada jumlah daun, pengamatan dan pengukuran jumlah daun
baru dilakukan pada minggu ketiga karena pada minggu pertama dan kedua
setelah tanam pertumbuhan daun belum terlihat karena kotiledon baru terangkat
ke atas permukan. Dari hasil yang didapat untuk jumlah daun terbanyak pada
pengamatan minggu terakhir terdapat pada perlakuan pulp dan tanpa pulp bagian
tengah.
Pada pengamatan terakhir banyak terdapat tanaman kakao yang mati. Hal ini
mungkin disebabkan karena praktikan yang kurang dalam pemeliharaan tanaman
kakao. Misalnya dalam hal penyiraman yang tidak teratur sehingga tanaman
kakao tersebut kekurangan air lalu kering dan mati.
7. 7
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan dari laporan hasil survei pengelolaan kebun kakao sebagai berikut
1. Kakao merupakan kamoditi perkebunan yang memiliki prospek yang luas
dalam pengembangannya
2. Masyarakat Katangana mengalami perkembangan sangat bagus dilihat dari
masyarakat yang sebagian besar memilih menanam kakao.
3. dari teknik budidaya perkebunan kakao milik kelompok tani Masyarakat
Katangana yang umumnya sama dengan budidaya kakao lainnya, yaitu
dilakukan pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan,
pemanenan dan pasca panen.
8. 8
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, F.X. 1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil.
Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
Rohman, Saepul. 2009. Teknik Fermentasi Dalam Pengolahan Biji Kakao.
http://majarimagazine.com/2009/06/teknik-fermentasi-dalam-pengolahan-
biji-kakao/ diakses tanggal 20 Desember 2011 pukul 19.30 wib.