SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 13
PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut
otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus.
Asma timbul pada orang-orang tertentu yang secara agresif berespon terhadap
mediator-mediator peradangan atau iritan alergi. Faktor resiko adalah riwayat asma
pada keluarga, yang mengisyaratkan adanya kecenderungan genetik mengalami
bronkospasme.
Orang dewasa dapat menderita asma tanpa riwayat asma pada masa anakanak. Tercetusnya asma pada orang dewasa mungkin berkaitan dengan semakin
parahnya alergi yang sudah ada. Infeksi saluran napas atas yang berulang-ulang juga
dapat mencetuskan asma pada orang dewasa, demikian juga pajanan debu dan iritan
lingkungan kerja.

1
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian
Asma atau RAD (Reactive Air-way Disease) adalah gangguan inflamasi
kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini
adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan
gejala pernafasan (mengi dan gerak). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat
reversible, namun dapat menjadi kurang reversible bahkan relatif non reversible
tergantung berat dan lamanya penyakit.
2. Etiologi
Penyakit asma selalu dihubungkan dengan bronkospasme yang reversibel
sebagai faktor pencetusnya adalah:
a. Faktor ekstrinsik
Reaksi antigen-antibodi: karena inhalasi allergen seperti: debu, serbuk, bulu
binatang, makanan
b. Faktor intrinsik
-

Infeksi: para influenza virus, pneumonia

-

Fisik: cuaca dingin

-

Iritan: kimia

-

Latihan

-

Emosional

3. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan
maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain:
a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
b. Batuk produktif, sering pada malam hari
c. Nafas atau dada seperti tertekan
d. Dipsnu berat

2
e. Retraksi dada
f. Napas cuping hidung
g. Pernapasan yang dangkal dan cepat
h. Selama serangan asma, udara terperangkap karena spasme dan mucus
memperlambat ekspirasi. Hal ini menyebabkan waktu menghembuskan udara
menjadi lebih lama.
Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk
pada malam hari.
4. Patofisiologi
Patofisiologi asma tampaknya melibatkan suatu hiperresponsivitas suatu
reaksi peradangan. Pada raspon alergi di saluran napas, antibody IgE berikatan
dengan alergan dan menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi
tersebut, histamine dilepaskan. Histamine menyebabkan konstriksi otot polos
bronkhiolus. Apabila respons histaminnya berlebihan, maka dapat timbul spasme
asmatik. Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan
meningkatkan permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan
pembengkakan ruang intertisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitive berlebihan terhadap suatu alergan atau sel-sel mastnya terlalu mudah
mengalami degranulasi. Dimana pun letak hiphipersensitivitas respon peradangan
tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mucus, udema dan
obstruksi aliran udara. apakah kejadian pencetus dari suatu serangan asma adalah
infeksi virus, debu, atau iritan alergi, reaksi peradangan hipersensitiv dapat
mencetuskan suatu serangan. olah raga juga dapat berlaku sebagai suatu iritan
karena terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah besar dan cepat.
Udara ini belum mendapat pelembaban (humidifikasi), penghangatan, atau
pembersihan dari partikel-partikel debu secara adekuat sehingga dapat
mencetuskan serangan asma.
3
5. Komplikasi
Pneumotoraks, pneumomediastinum dan emfisema subkutis, atelektasis,
aspergilosis bronkopulmonal alergik, gagal nafas, bronchitis dan faktor iga.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sediaan hapus darah tepi dan pemeriksaan sputum
b. Uji prick tes
c. Sinar X dada
d. Uji fungsi paru
e. Tes tantangan metakolin atau histamin
f. Analisa gas darah:

PaCO2 > 40 mmHg

g. PaO2 > 70 mmHg
7. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah:
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
e. Menghindari efek samping obat asma dan mencegah obstruksi jalan nafas
yang irreversible.
Penatalaksanaan non farmakologis

Oksigen bila diperlukan

Terapi obat

Agonis β2: terbufalin, salbutamol, dan fenetol

Hindari faktor pencetus

Metilxantin: teofilin, aminophilin

Fisioterapi bila perlu

Antikolinergik

Penyuluhan pada klien

Kortikostereoid

dan keluarga

Inhibitor sel mast dan Natrium krondin

8. Prognosis
Prognosis sesuai dengan tingkat keparahan penyakit dan pengobatan yang
diberikan kepada klien.

4
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
2. Data Dasar Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala

: letih, lemah, tidak mampu melakukan aktivitas, susah tidur,
dispnea.

Tanda

: keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan/kehilangan massa otot

b. Integritas ego
Gejala

: perubahan pola hidup

Tanda

: ansietas, ketakutan, peka rangsang

c. Makanan/cairan
Gejala

: tidak selera makan, berat badan menurun

d. Hygiene
Gejala

: penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.

e. Pernafasan
Gejala

: sesak nafas, dada terasa tertekan, lapar udara (kronis), batuk

Tanda

: ekspirasi yang memanjang, penggunaan otot aksesori pernafasan,
bunyi nafas mengi, gelisah

f. Keamanan
Gejala

: riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan

Tanda

: kemerahan, berkeringat

g. Interaksi sosial
Gejala

: ketergantungan hubungan, kurang sistem pendukung

Tanda

: keterbatasan mobilitas fisik

5
3.

Penyimpangan KDM
Faktor intrinsik
↓
Infeksi oleh kuman
↓
Menginfeksi saluran nafas

Faktor ekstrinsik
↓
Alergen

Pengaktifan sel mast sebagai respon imun (makrofag, eosinofil, limfosit)
↓
Pengaktifan mediator kimiawi (serotonim, bradikinin, histamine)
Edema bronkus

Sekresi mukus meningkat

Hipersekresi mukus dalam
rongga jalan nafas
↓
Sesak nafas dan
batuk bersputum
↓
Pemasukan O2
inadekuat
↓
Pola nafas
tidak efektif
Serangan
paroksimal
↓
Merangsang
sistem saraf
simpatis
↓
Mengaktifkan RAS
dalam mengaktifkan
kerja organ tubuh
↓
Rapid Eye Movement
(REM) menurun
↓
Susah tidur
↓
Perubahan pola
Istirahat tidur

Bronkospasme

Hiperesponsive jalan nafas
↓
Penyempitan jalan nafas
↓
Kompensasi tubuh untuk
mendapatkan suplai O2 yang
cukup ke jaringan menurun
↓
Kontraksi otot-otot pernafasan
↓
Metabolisme tubuh meningkat
↓
Pengeluaran energi berlebihan
↓
Cadangan energi kurang
↓
Metabolisme ke jaringan terhambat
↓
Kelemahan dan kelelahan otot
↓
Intoleransi aktivitas
Dispnea, wheezing, batuk, sputum
↓
Merangsang vomiting center
↓
Mual/muntah
↓
Anoreksia
↓
Asupan makanan berkurang
↓
Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan

6

inflamasi

Mukosa saluran
nafas menebal
↓
Penyempitan lumen
↓
Batuk bersputum
↓
Peningkatan produksi
sputum
↓
Jalan nafas tidak efektif
↓
Bersihan jalan
nafas inefektif

Perubahan status
kesehatan klien
↓
Proses hospitalisasi
↓
Kurangnya informasi dan
pengetahuan klien dan
keluarga tentang
penyakitnya
↓
Stressor psikologis bagi
klien dan keluarga
↓
Ansietas
4. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas
2. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan peningkatan produksi
mukus
3. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan otot
5. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya
6. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya
5. Rencana Tindakan Keperawatan
a.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas
-

Auskultasi bunyi nafas
Rasional : derajat spasme bronkus dengan obstruksi jalan nafas dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misal: tidak
ada bunyi nafas mengi.

-

Kaji frekuensi nafas
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama adanya stress/
proses infeksi akut

-

Berikan pada klien posisi yang nyaman
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

-

Pertahankan polusi udara minimum, misal: debu, asap dan bulu bantal
yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional

:merupakan faktor pencetus alergi, pernafasan dan dapat
memperberat sesak.

-

Dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir
7
Rasional

: memberi pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

-

Penatalaksanaan pemberian O2
Rasional

-

: dapat memperbaiki/mencegah terjadinya hipoksia

Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi
•

Bronchodilator
Rasional

: merilekskan otot pernafasan dan menurunkan kongesti
lokal. Menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan
produksi mukosa.

•

Metilxantin
Rasional

: menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos
dengan peningkatan langsung siklus AMP. Dapat juga
menurunkan kelemahan otot/kegagalan pernafasan
dengan meningkatkan kontraktilitas diafragma.

b. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan peningkatan produksi
mukus
-

Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk:
•

Nafas dalam dan perlahan sebelum duduk setegak mungkin

•

Gunakan nafas diafragmatik

•

Tahan nafas selama 3 – 5 detik kemudian dengan perlahan hembuskan
sebanyak mungkin melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen
harus turun)

•

Ambil nafas kedua, tahan dan batuk dari dada (bukan dari belakang
mulut atau tenggorok) dengan menggunakan nafas pendek

•

Demonstrasikan pernafasan pursed-up
Rasional : batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif,
dapat menimbulkan frustasi

-

Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekret

8
•

Pertahankan hidrasi adekuat: meningkatkan masukan cairan 2-4
liter/hari. Bila tidak dikontraindikasikan oleh penurunan cardiac
output viskositas sekresi.

•

Pertahankan kelembaban adekuat udara inspirasi

•

Hindari lingkungan yang mengandung stimulasi

Rasional

: sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat
menyebabkan sumbatan mukus yang dapat menimbulkan
atelektasis.

-

Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan
Rasional

: pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan
tindakan

-

Dorong dan berikan perawatan mulut
Rasional

: hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan
mencegah bau mulut.

-

Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi
•

Expectorant

Rasional

: mengencerkan sputum sehingga mudah dikeluarkan

c. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk
-

Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi
Rasional

-

Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional

-

: mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensiyang tepat
: membantu menginduksi tidur

Hindari mengganggu bila mungkin, misal: membangunkan untuk obat
atau terapi.
Rasional : tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien
mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun

-

Penatalaksanaan pemberian sedatif sesuai indikasi
Rasional : Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur/istirahat
selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru.
9
Hindari penggunaan kebiasaan, karena obat ini menurunkan
waktu tidur REM.
d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
-

Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan
makan, dan evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena
dispnea, produksi sputum dan obat. Selain itu, banyak pasien
dengan asma mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun
kegagalan pernafasan membuat status hipermetabolik dengan
peningkatan kebutuhan kalori.

-

Auskultasi bunyi usus
Rasional : penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan
motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang
berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan
makanan buruk, penurunan aktivitas.

-

Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk
sekali pakai dan tissue.
Rasional

: rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama
terhadap nafsu makan dan membuat mual dan muntah
dengan peningkatan kesulitan nafas.

-

Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan.
Berikan porsi kecil tapi sering
Rasional

: membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan
dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan
kalori total.

-

Timbang berat badan sesuai indikasi jika memungkinkan
Rasional

: berguna untuk menentukan kebutuhan kalori. Penurunan
berat badan dapat berlanjut meskipun masukan adekuat
sesuai teratasinya edema.

10
-

Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi
Rasional

: menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan
meningkatkan masukan.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan otot
-

Atur posisi yang nyaman bagi klien
Rasional

: meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi
yang digunakan untuk penyembuhan.

-

Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda-tanda vital.
Rasional

: menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi

-

Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung selama waktu fase akut
sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalihan
yang tepat.
Rasional

: menurunkan stres dan rangsang berlebihan, meningkatkan
istirahat

-

Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat
Rasional

:pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual
pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan

-

Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional

: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen

f. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya
-

Kaji perasaan klien dan keluarga, beri sikap empati dan dengarkan
keluhan klien
Rasional

: mengurangi kecemasan klien dan keluarga sehingga dapat
bekerjasama dalam proses perawatan

11
-

Berikan informasi/penjelasan pada klien dan keluarga mengenal kondisi,
rencana

perawatan

dan

prognosis

pasien

secara

akurat

dan

memperingatkan kondisi dan situasi
Rasional

: pemberian informasi yang jelas sehingga menghindari
kesalahan persepsi.

-

Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional

: memungkinkan untuk menyampaikan bahwa yang
didasarkan adalah kebutuhan dari individu dan kelancaran
proses perawatan.

-

Diskusikan tentang tindakan keperawatan dan medis serta penggunaan
obat-obat yang diberi.
Rasional

: penting untuk perkembangan pemulihan atau pencegahan
terhadap komplikasi.

12
Daftar Pustaka
Corwin J. Elizabeth buku saku Patofisiologi. 2001, Jakarta. EGC.
Pearce C. Evalin. Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia. Jakarta.
1981
Masjoer Arif. dkk. Kapita Salekta Kedokteran. Jakarta. Media Aescula Plus. 2001
www.google.com

13

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt? (20)

Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMADefinisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
 
Leaflet asma bronkhial
Leaflet asma bronkhialLeaflet asma bronkhial
Leaflet asma bronkhial
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Makalah ASMA
Makalah ASMAMakalah ASMA
Makalah ASMA
 
materi pendidikan khusus
materi pendidikan khususmateri pendidikan khusus
materi pendidikan khusus
 
Patofisiologi asma
Patofisiologi asmaPatofisiologi asma
Patofisiologi asma
 
Tugas kesol (asma) mistia
Tugas kesol (asma)  mistiaTugas kesol (asma)  mistia
Tugas kesol (asma) mistia
 
Keperawatan dudut2
Keperawatan dudut2Keperawatan dudut2
Keperawatan dudut2
 
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
 
Ppt ppok
Ppt ppokPpt ppok
Ppt ppok
 
Asma bronkhial
Asma bronkhialAsma bronkhial
Asma bronkhial
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Leaflet asma bronkial akper pemda muna
Leaflet asma bronkial akper pemda munaLeaflet asma bronkial akper pemda muna
Leaflet asma bronkial akper pemda muna
 
SAP Asma Anak
SAP Asma AnakSAP Asma Anak
SAP Asma Anak
 
Penatalaksanaan eksaserbasi asma
Penatalaksanaan eksaserbasi asmaPenatalaksanaan eksaserbasi asma
Penatalaksanaan eksaserbasi asma
 
PPOK
PPOKPPOK
PPOK
 
Satpel asma
Satpel asmaSatpel asma
Satpel asma
 
228747728 sap-asma
228747728 sap-asma228747728 sap-asma
228747728 sap-asma
 
Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1
 
Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA
Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA
Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA
 

Ähnlich wie ASMA (20)

PW ASMA.pptx
PW ASMA.pptxPW ASMA.pptx
PW ASMA.pptx
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
 
TTTT.pptx
TTTT.pptxTTTT.pptx
TTTT.pptx
 
Lp pnemonia
Lp pnemoniaLp pnemonia
Lp pnemonia
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Ppom
PpomPpom
Ppom
 
Ppom AKPER PEMKAB MUNA
Ppom AKPER PEMKAB MUNA Ppom AKPER PEMKAB MUNA
Ppom AKPER PEMKAB MUNA
 
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
 
Askep asma
Askep asmaAskep asma
Askep asma
 
Makalah sistem pernapasan 8
Makalah sistem pernapasan 8Makalah sistem pernapasan 8
Makalah sistem pernapasan 8
 
Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2
 
Lp askep bronkupneumonia
Lp askep bronkupneumoniaLp askep bronkupneumonia
Lp askep bronkupneumonia
 
Lp askep bronkupneumonia
Lp askep bronkupneumoniaLp askep bronkupneumonia
Lp askep bronkupneumonia
 
Patofisiologi asma
Patofisiologi asmaPatofisiologi asma
Patofisiologi asma
 
Infeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akutInfeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akut
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

ASMA

  • 1. PENDAHULUAN Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus. Asma timbul pada orang-orang tertentu yang secara agresif berespon terhadap mediator-mediator peradangan atau iritan alergi. Faktor resiko adalah riwayat asma pada keluarga, yang mengisyaratkan adanya kecenderungan genetik mengalami bronkospasme. Orang dewasa dapat menderita asma tanpa riwayat asma pada masa anakanak. Tercetusnya asma pada orang dewasa mungkin berkaitan dengan semakin parahnya alergi yang sudah ada. Infeksi saluran napas atas yang berulang-ulang juga dapat mencetuskan asma pada orang dewasa, demikian juga pajanan debu dan iritan lingkungan kerja. 1
  • 2. BAB I KONSEP DASAR MEDIS 1. Pengertian Asma atau RAD (Reactive Air-way Disease) adalah gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan (mengi dan gerak). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat reversible, namun dapat menjadi kurang reversible bahkan relatif non reversible tergantung berat dan lamanya penyakit. 2. Etiologi Penyakit asma selalu dihubungkan dengan bronkospasme yang reversibel sebagai faktor pencetusnya adalah: a. Faktor ekstrinsik Reaksi antigen-antibodi: karena inhalasi allergen seperti: debu, serbuk, bulu binatang, makanan b. Faktor intrinsik - Infeksi: para influenza virus, pneumonia - Fisik: cuaca dingin - Iritan: kimia - Latihan - Emosional 3. Manifestasi Klinis Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain: a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop b. Batuk produktif, sering pada malam hari c. Nafas atau dada seperti tertekan d. Dipsnu berat 2
  • 3. e. Retraksi dada f. Napas cuping hidung g. Pernapasan yang dangkal dan cepat h. Selama serangan asma, udara terperangkap karena spasme dan mucus memperlambat ekspirasi. Hal ini menyebabkan waktu menghembuskan udara menjadi lebih lama. Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari. 4. Patofisiologi Patofisiologi asma tampaknya melibatkan suatu hiperresponsivitas suatu reaksi peradangan. Pada raspon alergi di saluran napas, antibody IgE berikatan dengan alergan dan menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamine dilepaskan. Histamine menyebabkan konstriksi otot polos bronkhiolus. Apabila respons histaminnya berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan meningkatkan permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang intertisium paru. Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitive berlebihan terhadap suatu alergan atau sel-sel mastnya terlalu mudah mengalami degranulasi. Dimana pun letak hiphipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mucus, udema dan obstruksi aliran udara. apakah kejadian pencetus dari suatu serangan asma adalah infeksi virus, debu, atau iritan alergi, reaksi peradangan hipersensitiv dapat mencetuskan suatu serangan. olah raga juga dapat berlaku sebagai suatu iritan karena terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah besar dan cepat. Udara ini belum mendapat pelembaban (humidifikasi), penghangatan, atau pembersihan dari partikel-partikel debu secara adekuat sehingga dapat mencetuskan serangan asma. 3
  • 4. 5. Komplikasi Pneumotoraks, pneumomediastinum dan emfisema subkutis, atelektasis, aspergilosis bronkopulmonal alergik, gagal nafas, bronchitis dan faktor iga. 6. Pemeriksaan Diagnostik a. Sediaan hapus darah tepi dan pemeriksaan sputum b. Uji prick tes c. Sinar X dada d. Uji fungsi paru e. Tes tantangan metakolin atau histamin f. Analisa gas darah: PaCO2 > 40 mmHg g. PaO2 > 70 mmHg 7. Penatalaksanaan Tujuan terapi asma adalah: a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma b. Mencegah kekambuhan c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise e. Menghindari efek samping obat asma dan mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversible. Penatalaksanaan non farmakologis Oksigen bila diperlukan Terapi obat Agonis β2: terbufalin, salbutamol, dan fenetol Hindari faktor pencetus Metilxantin: teofilin, aminophilin Fisioterapi bila perlu Antikolinergik Penyuluhan pada klien Kortikostereoid dan keluarga Inhibitor sel mast dan Natrium krondin 8. Prognosis Prognosis sesuai dengan tingkat keparahan penyakit dan pengobatan yang diberikan kepada klien. 4
  • 5. BAB II KONSEP DASAR KEPERAWATAN 2. Data Dasar Pengkajian a. Aktivitas/istirahat Gejala : letih, lemah, tidak mampu melakukan aktivitas, susah tidur, dispnea. Tanda : keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan/kehilangan massa otot b. Integritas ego Gejala : perubahan pola hidup Tanda : ansietas, ketakutan, peka rangsang c. Makanan/cairan Gejala : tidak selera makan, berat badan menurun d. Hygiene Gejala : penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari. e. Pernafasan Gejala : sesak nafas, dada terasa tertekan, lapar udara (kronis), batuk Tanda : ekspirasi yang memanjang, penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas mengi, gelisah f. Keamanan Gejala : riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan Tanda : kemerahan, berkeringat g. Interaksi sosial Gejala : ketergantungan hubungan, kurang sistem pendukung Tanda : keterbatasan mobilitas fisik 5
  • 6. 3. Penyimpangan KDM Faktor intrinsik ↓ Infeksi oleh kuman ↓ Menginfeksi saluran nafas Faktor ekstrinsik ↓ Alergen Pengaktifan sel mast sebagai respon imun (makrofag, eosinofil, limfosit) ↓ Pengaktifan mediator kimiawi (serotonim, bradikinin, histamine) Edema bronkus Sekresi mukus meningkat Hipersekresi mukus dalam rongga jalan nafas ↓ Sesak nafas dan batuk bersputum ↓ Pemasukan O2 inadekuat ↓ Pola nafas tidak efektif Serangan paroksimal ↓ Merangsang sistem saraf simpatis ↓ Mengaktifkan RAS dalam mengaktifkan kerja organ tubuh ↓ Rapid Eye Movement (REM) menurun ↓ Susah tidur ↓ Perubahan pola Istirahat tidur Bronkospasme Hiperesponsive jalan nafas ↓ Penyempitan jalan nafas ↓ Kompensasi tubuh untuk mendapatkan suplai O2 yang cukup ke jaringan menurun ↓ Kontraksi otot-otot pernafasan ↓ Metabolisme tubuh meningkat ↓ Pengeluaran energi berlebihan ↓ Cadangan energi kurang ↓ Metabolisme ke jaringan terhambat ↓ Kelemahan dan kelelahan otot ↓ Intoleransi aktivitas Dispnea, wheezing, batuk, sputum ↓ Merangsang vomiting center ↓ Mual/muntah ↓ Anoreksia ↓ Asupan makanan berkurang ↓ Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan 6 inflamasi Mukosa saluran nafas menebal ↓ Penyempitan lumen ↓ Batuk bersputum ↓ Peningkatan produksi sputum ↓ Jalan nafas tidak efektif ↓ Bersihan jalan nafas inefektif Perubahan status kesehatan klien ↓ Proses hospitalisasi ↓ Kurangnya informasi dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya ↓ Stressor psikologis bagi klien dan keluarga ↓ Ansietas
  • 7. 4. Diagnosa keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas 2. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus 3. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan otot 5. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya 6. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya 5. Rencana Tindakan Keperawatan a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas - Auskultasi bunyi nafas Rasional : derajat spasme bronkus dengan obstruksi jalan nafas dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misal: tidak ada bunyi nafas mengi. - Kaji frekuensi nafas Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama adanya stress/ proses infeksi akut - Berikan pada klien posisi yang nyaman Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi. - Pertahankan polusi udara minimum, misal: debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu. Rasional :merupakan faktor pencetus alergi, pernafasan dan dapat memperberat sesak. - Dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir 7
  • 8. Rasional : memberi pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara. - Penatalaksanaan pemberian O2 Rasional - : dapat memperbaiki/mencegah terjadinya hipoksia Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi • Bronchodilator Rasional : merilekskan otot pernafasan dan menurunkan kongesti lokal. Menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa. • Metilxantin Rasional : menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan peningkatan langsung siklus AMP. Dapat juga menurunkan kelemahan otot/kegagalan pernafasan dengan meningkatkan kontraktilitas diafragma. b. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus - Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk: • Nafas dalam dan perlahan sebelum duduk setegak mungkin • Gunakan nafas diafragmatik • Tahan nafas selama 3 – 5 detik kemudian dengan perlahan hembuskan sebanyak mungkin melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus turun) • Ambil nafas kedua, tahan dan batuk dari dada (bukan dari belakang mulut atau tenggorok) dengan menggunakan nafas pendek • Demonstrasikan pernafasan pursed-up Rasional : batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, dapat menimbulkan frustasi - Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekret 8
  • 9. • Pertahankan hidrasi adekuat: meningkatkan masukan cairan 2-4 liter/hari. Bila tidak dikontraindikasikan oleh penurunan cardiac output viskositas sekresi. • Pertahankan kelembaban adekuat udara inspirasi • Hindari lingkungan yang mengandung stimulasi Rasional : sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis. - Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan Rasional : pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan - Dorong dan berikan perawatan mulut Rasional : hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut. - Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi • Expectorant Rasional : mengencerkan sputum sehingga mudah dikeluarkan c. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk - Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi Rasional - Instruksikan tindakan relaksasi Rasional - : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensiyang tepat : membantu menginduksi tidur Hindari mengganggu bila mungkin, misal: membangunkan untuk obat atau terapi. Rasional : tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun - Penatalaksanaan pemberian sedatif sesuai indikasi Rasional : Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur/istirahat selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru. 9
  • 10. Hindari penggunaan kebiasaan, karena obat ini menurunkan waktu tidur REM. d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia - Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan, dan evaluasi berat badan dan ukuran tubuh. Rasional : Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat. Selain itu, banyak pasien dengan asma mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun kegagalan pernafasan membuat status hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan kalori. - Auskultasi bunyi usus Rasional : penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas. - Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tissue. Rasional : rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas. - Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan porsi kecil tapi sering Rasional : membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total. - Timbang berat badan sesuai indikasi jika memungkinkan Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori. Penurunan berat badan dapat berlanjut meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema. 10
  • 11. - Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi Rasional : menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan meningkatkan masukan. e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan otot - Atur posisi yang nyaman bagi klien Rasional : meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. - Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda-tanda vital. Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi - Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung selama waktu fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalihan yang tepat. Rasional : menurunkan stres dan rangsang berlebihan, meningkatkan istirahat - Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat Rasional :pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan - Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen f. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya - Kaji perasaan klien dan keluarga, beri sikap empati dan dengarkan keluhan klien Rasional : mengurangi kecemasan klien dan keluarga sehingga dapat bekerjasama dalam proses perawatan 11
  • 12. - Berikan informasi/penjelasan pada klien dan keluarga mengenal kondisi, rencana perawatan dan prognosis pasien secara akurat dan memperingatkan kondisi dan situasi Rasional : pemberian informasi yang jelas sehingga menghindari kesalahan persepsi. - Kaji tingkat kecemasan klien Rasional : memungkinkan untuk menyampaikan bahwa yang didasarkan adalah kebutuhan dari individu dan kelancaran proses perawatan. - Diskusikan tentang tindakan keperawatan dan medis serta penggunaan obat-obat yang diberi. Rasional : penting untuk perkembangan pemulihan atau pencegahan terhadap komplikasi. 12
  • 13. Daftar Pustaka Corwin J. Elizabeth buku saku Patofisiologi. 2001, Jakarta. EGC. Pearce C. Evalin. Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia. Jakarta. 1981 Masjoer Arif. dkk. Kapita Salekta Kedokteran. Jakarta. Media Aescula Plus. 2001 www.google.com 13