Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem integumen akibat jamur Tinea Kapitis, Tinea Korporis dan Kandidiasis, meliputi pengertian, etiologi, tanda dan gejala, komplikasi, diagnosa, dan rencana tindakan keperawatan."
1. ASKEP PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISITEM
INTEGUMEN AKIBAT JAMUR
“ Tinea Kapitis, Tinea Korporis & Kandidiasis ”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
WD. YUYUN ANGGARAINI
MUH. ASWIN
LA ARE
NUR HIDAYAH
JAHRATUN
AKDEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
3. KATA PENGATAR
“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul
“ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN AKIBAT
JAMUR Tinea Kapitis, Tinea Korporis & Kandidiasia” ini dapat terselesaikan
sebagaimana yang diharapkan. Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan
pengikutnya hingga hari kiamat.
Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan suatu
asuhan keperawatan sehingga nanti dilapangan dalam hal mempraktekan segala tindakan
yang berhubungan dengna penyakit ini dapat melakukannya dengan baik. Oleh karena itu,
penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat mendukung salah satu indikator
pembelajaran Etika Keperawatan itu sendiri.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini
masih banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan makalah ini. Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB MUNA”.
Raha, 18 September 2011
Penyusun
4. DAFTAR ISI
Kata pengantar...................................................................................................................i
Daftar isi............................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................2
Bab II Pembahasan..............................................................................................................2
A. Pengertian................................................................................................................2
B. Etiologi....................................................................................................................2
C. Patofisiologi.............................................................................................................
D. Tanda dan Gejala.....................................................................................................
E. Komplikasi................................................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................
G. Penatalaksanaan Medik..............................................................................................
H. Konsep Keperawatan..................................................................................................
Bab III Penutup..................................................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................
Daftar Pustaka
5. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tinea merupakan jenis penyakit yang jarang ditemukan pada siapapun tapi pada
dasaranya jenis penyakit ini sering ditemukan pada pria. Tinea adalah penyakit pada jaringan
yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas pada kulit pada epidermis, rambut,
dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita (jamur yang menyerang kulit). Tinea
sendiri merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural
(selangkangan), sekitar anus, bokong dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
Begitu pula dengan kandidiasis yang merupakan penyakit jamur yang bersifat
akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat
mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan
septikemia, endokarditis, atau meningitis.
Di dalam makalah ini kami akan bahas lebih jelas lagi dan terperinci mengenai
jenie-jenis penyakit “tinea” terutama tinea kapitis dan tinea korporis serta kandidiasis.
B. TUJUAN
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :
1. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui penyakit tinea kapitis, tinea
korporis dan kandidiasis
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan menginterprestasikan suatu tindakan untuk
menangani penyakit tinea kapitis, tinea korporis dan kandidiasis ini sendiri
C. TINJAUAN PUSTAKA
Teknik penulisan makalah ini adalah tinjauan pustaka dengan mengambil literatur
– literatur atau teori – teori melalui buku – buku yang berkaitan dan informasi melalui
layanan internet.
6. BAB II
PEMBAHASAN
1. Tinea Kapitis
A. Pengertian
Tinea Kapitis (ringwrom of the scalp) adala kelainan pada kulit dan rambut kepala, alis dan
bulu mata.
B. Etiologi
Tinea kapitis disebabkan oleh beberapa spesies trychopiton dan microsporum di Indonesia
terbanyak adalah M. Canis dan tonsurans.
C. Patofisiologi
Tinea kapitis disebabkan oleh trychopphyt canis T. Tonsurans ditularkan melalui kontak
antara anak dengan anak yang dapat menyerang batang rambut yang menyebabkan
kerontokkan secara klinis yang akan dijumpai sebuah atau beberapa bercagak yang budar,
berwarna kemudian rambut menjadi rapuh dan patah atau didekat sehingga meninggalkan
bercak – bercak kebotakan.
D. Tanda Dan Gejala
Infeksi jamur yang menular pada tangkai rambut sehingga dijumpai pada anak – anak. Bercak
– bercak kemerahan dengan pembentukan skuma. Postula atau popula kecil pada bagian tepi
lesi. Rambut menjadi rapuh, mudah patah pada permukaan kulit kepala.
E. Komplikasi
Limfangitis
Selulitis
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit dalam larutan kalium hidroksida
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
• Aktifitas / istirahat
Tanda : klien tampak gelisah
• Integritas ego
Gejala : klien mengatakan stres terhadap penyakit
Tanda : tampak murung
• Hygiene
7. •
•
•
Gejala :
Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya
Kliien mengatakan lukanya memerah dan bau
Tanda : kliien nampak kotor dan bau, lesi nampak berisik
Integritas Kulit
Gejala : klien mengatakan gatal pada luanya
Tanda : Tampak adanya pustule eritema, lesi nampak kasar
Kenyamanan
Gejala : klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
Tanda : nampak sering menutup daerah luukaanya
Pengetahuan / pemahaman
Gejala : klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya.
b. Pengelompokkan Data
• Data Subyektif
•
Klien mengatakan gatal pada lukannya
Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
Klien mengatakna lukannya memerah dan bau
Klien mengatakan kurang dalam mmerawat kebersihan dirinya
Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya
Data Obyektif
Klien tampak gelisah
Tampak murung
Klien nampak kotor dan bau
Lesi nampak kasar
Lesi nampak bersisisk
Tampak adanya pustule, erytema, lesi
Tampak sering menutup daerah lukannya
c. Analisa Data
No
1
Problem
Gangguan
Integritas
kulit
Etiologi
M. canis & trychophiton
Mentagrohytes
Infeksi
Symptom
DS :
Klien mengatakan
gatal pada lukanya
DO :
Tampak adanya
Postila,eritema,lesi
Lesi
Postula
Eritema
2
Deficit
Perawatan
diri
Gangguan integritas kulit
M.canis & trychophiton
Mentagrohytes
DS :
-
Klien
mengatakan
8. Infeksi
Lesi
Postula
Kemelasan untuk membersihkan
Deficit perawatan diri
3
Gangguan
citra diri
M.canis & trychophiton
Mentagrohytes
Macula eritemaus
Merusak jaringan kulit sekitarnya
Bersisik ditepinya
4
Ansietas
Gangguan citra tubuh
Perubahan status kesehatan
Kurang pengetahuan
Stres psikologis
Ansietas
-
lukanya
memerah dan
bau
Klien
mengatakan
kurang dalam
merawat
kebersihan
dirinya
DO :
Nampak kotor
DS :
Klien mengatakan
malu dengan kondisi
badannya
DO :
- Lesi tampak kasar
- Lesi nampak bersisik
- Tampak sering
menutup daerah
lukanya
DS :
Klien mengatakan
kurang mengetahui
tentang penyakitnya
DO :
- Nampak
gelisah
- Nampak
murung
d. Prioritas Masalah
• Gangguan integritas kulit
• Devicit perawatan diri
• Gangguan citra tubuh
• Ansietas
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan gatal pada lukanya
DO : Tampak adanya pustule, erytema, dan lesi
Devicit perawatan diri berhubungan dengan adanya pustule ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan lukanya memerah dan bau
- Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya
DO : Nampak kotor dan bau
Gangguan citra tubuh berhuubungan dengan kerusakkan jaringan kulit
ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
9. DO :
-
Lesi tampak kasar
Lesi tampak bersisik
Tampak menutup daerah lukanya
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahusn ditandai dengan :
DS : Klien mengatakn kurang mengetahui tentang penyakitnya
DO :
- Nampak gelisah
- Nampak murung
3. Rencana Tindakan
No
Diagnosa keperawatan
1
Gangguan integritas
Kulit berhubungan
dengan adanya lesi
ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan gatal
pada lukanya
DO :
Tampak adanya pustule,
Eritema, dan lesi
2
Tujuan
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
gangguan integritas kulit
teratasi
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan ± 3
hari gangguan integritas
kulit berangsur-angsur
berkurang dengan
kriteria :
-Klien mengatakan gatal
sudah berkurang pada
lukanya
-Lesi berkurang
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan,
perawatan terpenuhi.
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan ± 3
hari perawatan diri klien
berangsur-angsur baik
dengan kriteria :
-Klien tidak lagi kotor
-Klien tidak lagi bau
Devicit perawatan diri
Berhubungan dengan
Adanya pustule ditandai
dengan :
DS :
-Klien mengatakan
lukanya memerah dan
bau
-klien mengatakan
kurang dalam melakukan
perawatan diri
DO :
-Nampak kotor
-Nampak bau
Intervensi
1. Observasi klien
2. Kompres air
hangat
3. Hindari
makanan yang
mmengandung
tinggi protein
4. kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
antibiotik
Rasional
1.Untuk menentukan
rencana tindakan
selanjutnya
2.Untuk mengurangi
adanya rasa gatal yang
berlebihan
3.Untuk mengurangi
alergi pada kulit
4.Untuk mencegah
pertumbuhan jamur
dan meningkatkan
kesehatan
1. observasi
kondisi kulit
2. Dorongan
perawatan diri
3. ajarkan klien
mandi terapeutik
4. Berikan pakian
yang bersih pada
klien
1. Untuk menentukan
rencana tindakan
2. Dapat menngkatkan
semgngat klien dalam
membersihkan diri
3. Untu mencegah
perlunya infeksi jamur
4. Untuk mencegah
infeksi silang.
1. Kaji perubahan
pada klien
2. Berikan
keyakinan pada
diri individu
1. Untuk mnentukan
rencana tindakan
selanjutnya
2. Meningkatkan
kepercaayaan diri
3
Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan
kerusakkan jaringan kulit
ditandai dengan :
DS :
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
klien dapat menerima
situasi dirinya :
10. Klien mengatakkan malu
dengan kondisi badannya
DO :
-Lesi tampak kasar
-Lesi nampak bersisik
-Tampak menutup
dengan lukanya
4
Ansietas berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
berhubungan dengan :
DS :
Klien mengatakan kurang
mengetahui tentang
penyakitnya
DO :
-Nampak gelisah
-Nampak murung
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan ± 3
hari klien mulai menerima
keadaannya dengan
kriteria:
-Klien sudah tidak merasa
malu
-Lesi tidak lagi kasara
-Lesi tidak lagi bersisik
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
tingkat kecemasan hilang
Tupen :
Setelah dibarikan
tindakan keperawatan ± 3
hari kecemasan berangsur
angsur kembali normal
dengan kriteria :
-Tidak lagi gelisah
-Tidak lagi murung
3. Dorongan
interaksi dengan
keluarga
pasien
Dapat
mempertahankan
komonikasi dengan
mendukung secara
terus-menerus pada
klien
1. Observasi kaji
tingkat
pengetahuan klien
2. Jelaskan
tentang penyakit
klien
3. Beri
kesempatan
kepada kien untuk
mendiskusikan
tentang
penyakitnya
1. Untuk menentukan
rencana tindakan
selanjutnya
2. untuk menambah
pengetahuan klien
tentang penyakitnya
3. Memberi
pemahaman yang lebih
tentang penyakitnya.
11.
12. 2. Tinea Korporis
A. Pengertian
Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit berrambut halus (glaborus skin).
B. Etiologi
Tinea korporis disebabkan oleh jamur M. Chan dan Trycopiton mentaggropites yang berasal
dari binatang dan jamur, T. Rubrrum berasal dari manusia.
C. Patofisiologi
Tinea korporis disebabkan oleh infeksi jamur dari binatang dan manusia. Pada bagian yang
terinfeksi akan tampak lesi berbentuk cincin muncul eritema dan pustule seperti cincin
dengan sisik ditepinya.
D. Tanda Dan Gejala
Dimulai dengan macula ertematus yang berlanjut menjadi cincin- cincin papula atau vesikel
dengan bagian tengah yang bersih. Lesi ditemukan pada kelompok – kelompok yang dapat
meluas kekulit kepala, rambut atau kuku. Terasa gatal (pruiritis), hewan peliharaan yang
terinfeksi merupakan sumber penularan.
E. Komplikasi
Limfangitis
Selulitis
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit dalam larutan kaliium hidroksida
G. Konsep Asuhan Keperawatan
4. Pengkajian
e. Pengumpulan Data
• Aktifitas / istirahat
Tanda : klien tampak gelisah
• Integritas ego
Gejala : klien mengatakan stres terhadap penyakit
Tanda : tampak murung
• Hygiene
Gejala :
Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya
Kliien mengatakan lukanya memerah dan bau
Tanda : kliien nampak kotor dan bau, lesi nampak berisik
• Integritas Kulit
Gejala : klien mengatakan gatal pada luanya
Tanda : Tampak adanya pustule eritema, lesi nampak kasar
• Kenyamanan
Gejala : klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
13. •
f.
Tanda : nampak sering menutup daerah luukaanya
Pengetahuan / pemahaman
Gejala : klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya.
Pengelompokkan Data
• Data Subyektif
•
Klien mengatakan gatal pada lukannya
Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
Klien mengatakna lukannya memerah dan bau
Klien mengatakan kurang dalam mmerawat kebersihan dirinya
Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya
Data Obyektif
Klien tampak gelisah
Tampak murung
Klien nampak kotor dan bau
Lesi nampak kasar
Lesi nampak bersisisk
Tampak adanya pustule, erytema, lesi
Tampak sering menutup daerah lukannya
g. Analisa Data
No
Problem
Etiologi
1
Gangguan
M. canis & trychophiton
Integritas
kulit
Mentagrohytes
Infeksi
Symptom
DS :
Klien mengatakan
gatal pada lukanya
DO :
Tampak adanya
Postila,eritema,lesi
Lesi
Postula
Eritema
2
Deficit
Perawatan
diri
Gangguan integritas kulit
M.canis & trychophiton
Mentagrohytes
DS :
-
Infeksi
Lesi
Postula
Kemelasan untuk membersihkan
Deficit perawatan diri
-
Klien
mengatakan
lukanya
memerah dan
bau
Klien
mengatakan
kurang dalam
merawat
kebersihan
dirinya
DO :
Nampak kotor
14. 3
Gangguan
citra diri
M.canis & trychophiton
Mentagrohytes
Macula eritemaus
Merusak jaringan kulit sekitarnya
Bersisik ditepinya
4
Ansietas
Gangguan citra tubuh
Perubahan status kesehatan
Kurang pengetahuan
Stres psikologis
Ansietas
DS :
Klien mengatakan
malu dengan kondisi
badannya
DO :
- Lesi tampak kasar
- Lesi nampak bersisik
- Tampak sering
menutup daerah
lukanya
DS :
Klien mengatakan
kurang mengetahui
tentang penyakitnya
DO :
- Nampak
gelisah
- Nampak
murung
h. Prioritas Masalah
• Gangguan integritas kulit
• Devicit perawatan diri
• Gangguan citra tubuh
• Ansietas
5. Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan gatal pada lukanya
DO : Tampak adanya pustule, erytema, dan lesi
Devicit perawatan diri berhubungan dengan adanya pustule ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan lukanya memerah dan bau
- Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya
DO : Nampak kotor dan bau
Gangguan citra tubuh berhuubungan dengan kerusakkan jaringan kulit
ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
DO :
- Lesi tampak kasar
- Lesi tampak bersisik
- Tampak menutup daerah lukanya
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahusn ditandai dengan :
DS : Klien mengatakn kurang mengetahui tentang penyakitnya
DO :
- Nampak gelisah
- Nampak murung
6. Rencana Tindakan
15. No
Diagnosa keperawatan
1
Gangguan integritas
Kulit berhubungan
dengan adanya lesi
ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan gatal
pada lukanya
DO :
Tampak adanya pustule,
Eritema, dan lesi
2
Tujuan
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
gangguan integritas kulit
teratasi
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan ± 3
hari gangguan integritas
kulit berangsur-angsur
berkurang dengan
kriteria :
-Klien mengatakan gatal
sudah berkurang pada
lukanya
-Lesi berkurang
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan,
perawatan terpenuhi.
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan ± 3
hari perawatan diri klien
berangsur-angsur baik
dengan kriteria :
-Klien tidak lagi kotor
-Klien tidak lagi bau
Devicit perawatan diri
Berhubungan dengan
Adanya pustule ditandai
dengan :
DS :
-Klien mengatakan
lukanya memerah dan
bau
-klien mengatakan
kurang dalam melakukan
perawatan diri
DO :
-Nampak kotor
-Nampak bau
Intervensi
1. Observasi klien
2. Kompres air
hangat
3. Hindari
makanan yang
mmengandung
tinggi protein
4. kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
antibiotik
Rasional
1.Untuk menentukan
rencana tindakan
selanjutnya
2.Untuk mengurangi
adanya rasa gatal yang
berlebihan
3.Untuk mengurangi
alergi pada kulit
4.Untuk mencegah
pertumbuhan jamur
dan meningkatkan
kesehatan
1. observasi
kondisi kulit
2. Dorongan
perawatan diri
3. ajarkan klien
mandi terapeutik
4. Berikan pakian
yang bersih pada
klien
1. Untuk menentukan
rencana tindakan
2. Dapat menngkatkan
semgngat klien dalam
membersihkan diri
3. Untu mencegah
perlunya infeksi jamur
4. Untuk mencegah
infeksi silang.
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
klien dapat menerima
situasi dirinya :
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan ± 3
hari klien mulai menerima
keadaannya dengan
kriteria:
-Klien sudah tidak merasa
malu
-Lesi tidak lagi kasara
1. Kaji perubahan
pada klien
2. Berikan
keyakinan pada
diri individu
3. Dorongan
interaksi dengan
keluarga
1. Untuk mnentukan
rencana tindakan
selanjutnya
2. Meningkatkan
kepercaayaan diri
pasien
Dapat
mempertahankan
komonikasi dengan
mendukung secara
terus-menerus pada
klien
3
Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan
kerusakkan jaringan kulit
ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakkan malu
dengan kondisi badannya
DO :
-Lesi tampak kasar
-Lesi nampak bersisik
-Tampak menutup
dengan lukanya
16. 4
Ansietas berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
berhubungan dengan :
DS :
Klien mengatakan kurang
mengetahui tentang
penyakitnya
DO :
-Nampak gelisah
-Nampak murung
-Lesi tidak lagi bersisik
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
tingkat kecemasan hilang
Tupen :
Setelah dibarikan
tindakan keperawatan ± 3
hari kecemasan berangsur
angsur kembali normal
dengan kriteria :
-Tidak lagi gelisah
-Tidak lagi murung
1. Observasi kaji
tingkat
pengetahuan klien
2. Jelaskan
tentang penyakit
klien
3. Beri
kesempatan
kepada kien untuk
mendiskusikan
tentang
penyakitnya
1. Untuk menentukan
rencana tindakan
selanjutnya
2. untuk menambah
pengetahuan klien
tentang penyakitnya
3. Memberi
pemahaman yang lebih
tentang penyakitnya.
17. 3. Kandidiasis
A. Pengertian
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies
Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku,
bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau
meningitis.
B. Etiologi
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang lainnya
adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis, C.
lusitaneae.
Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian besar
dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari
spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik yang
memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga merupakan
penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.
C. PATOFISIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang lainnya
adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis, C.
lusitaneae.
Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian besar
dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari
spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik yang
memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga merupakan
penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.
D. Tanda dan Gejala
Gejalanya tergantung kepada bagian tubuh yang terkena infeksi:
• Infeksi pada mulut (thrush) merupakan bercak keputihan yang terasa sakit. Bila
bercak timbul di kerongkongan akan menimbulkan gangguan mengunyah atau
gangguan makan.
• Infeksi pada katup jantung menimbulkan demam, murmur dan pembesaran limpa.
• Infeksi pada retina bisa menyebabkan kebutaan.
• Kandidemia dan infeksi pada ginjal bisa menyebabkan demam, penurunan tekanan
darah (syok) dan berkurangnya pembentukan air kemih.
18. E. Pemerikasaan Penunjang
Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan adanya pemeriksaan
penunjang, antara lain :
• Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 % atau
dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu
• Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat
pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk mencegah pertumbuhan
bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 0C, koloni
tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans
dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.
F. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan untuk kandidiasis antara lain :
1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi,
2. Topikal
Obat topical untuk kandidiasis meliputi:
a. Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan
sehari 2 kali selama 3 hari,
b. Nistatin: berupa krim, salap, emulsi,
c. Amfoterisin B,
d. Grup azol antara lain:
1) Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
2) Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
3) Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
4) Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
5) Antimikotik yang lain yang berspektrum luas. 1,10
3. Sistemik
a. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat
ini tidak diserap oleh usus.
b. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik
c. Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam
dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari
atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150
mg dosis tunggal.
d. Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang
dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari.
4. Khusus:
a. Kandidiasis intertriginosa : pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap
kering dengan penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol
2 kali sehari. Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol
oral 100 mg selama 1-2 minggu atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.
19. b. Diaper disease : Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan
lembab. Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan
bedak bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang
adekuat. Terapi topikal yang efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B,
mikonazol atau klotrimazol.
c. Paronikia : pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat
dicoba untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio
antifungi dapat digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan itrakonazol
atau terbinafin
d. Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas. Termasuk
ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan ekonazol. Mekanisme
kerja dari grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol mengubah
cairan membran sel dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya dalam
penghambatan replikasi dan penghambatan transformasi bentuk ragi ke bentuk
hifa yang merupakan bentuk invasive dan patogenik dari parasit.
e. Nistatin dan amfoterisin adalah polyene yang aktif melawan beberapa fungi
tapi hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada bakteri.
Obat ini mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi permeabilitas dan
transport.
f. Terbinafine adalah alinamine yang merupakan fungisida jangkauan yang luas
pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang terlibat dalam
sintesis ergosterol dari bagian dinding sel jamur.
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran, status gizi, personal hygine, TB, BB, suhu, TD, nadi, respirasi
b. Pemeriksaan sistemik
Kepala (mata, hidung, telinga, gigi&mulut), leher (terdapat perbesaran tyroid atau
tidak), tengkuk, dada (inspeksi), genitalia, ekstremitas atas dan bawah(inspeksi).
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium (dermatologi)
2. Diagnosa Keperawatan & Intervensi
a. Kerusakan imegritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan respon paradangan
Tujuan: Tidak terjadi kerusakan imegritas kulit dan peradangan pada klien
Kriteria:
Kerusakan imegritas kulit berkurang
Tanda-tanda peradangan hilang
20. Keluhan klien berkurang
Intervensi:
Kaji riwayat imegritas kulit
Kaji kebutuhan yang dapat mengurangi kerusakan imegritas kulit dan jelaskan
tentang teknik mengurangi respon peradangan
Ciptakan lingkungan yang nyaman (mengganti alat tenun)
Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan
b. Risiko hambatan interaksi sosial ybd keadaan yang memalukan
Tujuan : klien bisa berinteraksi
Kriteria:
Klien terbuka tentang keadaannya
Klien tidak mengisolasi diri
Klien dapat istirahat dengan tenang
Intervensi:
Berikan penjelasan tentang penyakit yang diderita
Menciptakan lingkungan yang nyaman
Mendorong klien berinteraksi dengan orang lain
Anjurkan agar klien tidak perlu merasa malu dengan keadaannya
Lakukan personal hyigne pada klien
c. Harga diri rendah ybd penampilan dan respon orang lain
Tujuan : Klien percaya diri dengan keadaannya
Kriteria:
Klien merasa rileks
Berinteraksi denga orang-orang disekitarnya
Klien dapat menerima dirinya apa adanya
Intervensi:
Observasi interaksi klien dengan orang lain
Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman serta menjauhkan faktor risiko
Libatkan klien dan keluarga dalam prosedur pelaksanaan dan perawatan
Ajarkan penggunaan relaksasi
Beritahu tentang penyakit klien bahwa penyakit klien tidak berbahaya
21.
22. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tinea kapitis (ringworm of the scalp) adala kelainan pada kulit dan rambut
kepala, alis dan bulu mata .Sedangkan tinea korporis adalah dermatofitosis pada
kulit berrambut halus (glaborus skin)Yang menjadi masalah perawatan dari
penyakit tinea kapitis ini adalah :
• Gangguan integritas kulit
• Devicit perawtan diri
• Gangguan citra tubuh
• Ansietas
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut
disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat
mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat
menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis.
B. Saran
Tinea kapitis,tinea korporis dan kandidiasis merupakan penyakit yang
jarang ditemukan namun penting untuk diketahui oleh seorang perawat. Oleh
karena itu, kita sebagai mahasisiwa Akademi Keperawatan harus mengetahui cara
menangani dan memberikan asuhan keperawatan pada klien yang menderita
penyakit tersebut. Sehungga jika kita menemukan kasus dilapangan, setidaknya kita
sudah mengenal penyakit ini.