SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 10
askep demam typhoid
Posted: Juni 2, 2011 in Keperawatan Anak
0
LAPORAN PENDAHULUAN
1. A. PENGERTIAN
1. Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan, dan
gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).
2. Typhoid adalah penyakit infeksi yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna
atau gangguan kesadaran (Mansjoer A, 2000).
3. Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan
kesadaran (Suriadi, 2001).
4. Typhoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi (Juwono R, 1996).
5. Typhoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella thypii (Hidayat, 2006).
1. B. ETIOLOGI
1. Penyebab typhoid adalah kuman salmonella typosa dan salmonella paratyphi A,
B, dan C memasuki saluran pencernaan (Noer, 1996).
2. Penyebab typhoid adalah kuman salmonella typosa, yang merupakan basil gram
negatif bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora. Kuman mempunyai 3
macam :
1. Antigen O (Ogne Houch) Somaus (terdiri dari rantai kompleks lipopoli
sakarida).
2. Antigen H (Houch) terdapat pola flagella.
3. Antigen Vi (Kapsul) merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi O antigen terhadap fagositosis (Hasan, 1991).
Kuman salmonella typosa dapat tumbuh di semua media pH 7,2 dan suhu 37o
C dan mati pada
suhu 54,4o
C.
1. C. PATOFISIOLOGI
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus. Melalui pembuluh limfe
halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limpa sehingga
organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk
kembali ke dalam darah (bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar
limfoid usus halus menimbulkan plak peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan
dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.
PATHWAY KEPERAWATAN
1. D. MANIFESTASI KLINIK
1. Pada minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut
pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
konstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada
pemeriksaan fisik hanya didapatkan pemeriksaan suhu tubuh.
2. Pada minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia,
lidah kotor, hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran berupa somnolen
sampai koma (Rampengan, 1993).
3. Menurut Ngastiyah (2005), gejala prodromal ditemukan seperti perasaan tidak
enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan
berkurang. Gambaran klinis yang biasa ditemukan ialah :
1. Demam. Biasanya berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten, dan suhu
tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam
keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan
normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut nafas berbau tidak
sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor, perut kembung, hati dan
limpa membesar disertai nyeri pada perabaan, dapat disertai konstipasi
atau diare.
3. Gangguan kesadaran. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun
tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau
gelisah (kecuali penyakitnya berat). Pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan roseola (bintik-bintik kemerahan).
1. E. KOMPLIKASI
Pada usus halus. Umumnya jarang terjadi tetapi bila terjadi sering fatal.
1. Perdarahan usus. Bila sedikit, hanya dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika
perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
2. Perforasi usus. Biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila
terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara
diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan
tegak.
3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang.
Komplikasi di luar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia), yaitu
meningitis, koleosistisis, ensefalopati. Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.
1. F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut FKUI (2005) untuk memastikan diagnosis perlu dikerjakan pemeriksaan laboratorium
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis
1. Pemeriksaan darah tepi
Terdapat gambaran leukopeni, limfositosis relatif dan aneosinofilia pada permulaan sakit.
Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan.
1. Pemeriksaan sumsum tulang
Terdapat gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif (retikuloendotelial system) RES dengan
adanya sel makrofag, sedangkan sistem eritropoesis, granolupoesis dan trombopoesis berkurang.
2. Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis
1. Biakan empedu
Basil salmonella typosa dapat ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam minggu pertama
sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urin dan feses dan mungkin akan tetap positif
untuk waktu yang lama. Jika pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan
basil salmonella typosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh.
1. Pemeriksaan widal
Pada permulaan terjadi penyakit, widal akan positif dan dalam perkembangan selanjutnya, misal
1 – 2 minggu kemudian akan semakin meningkat meski demam typhoid telah diobati.
Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap O. Titer yang bernilai
1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan yang progresif digunakan untuk membuat
diagnosis.
Menurut NN (2006) dikatakan meningkat dila titernya lebih dari 1/400 atau didapatkan kenaikan
titer 2 kali lipat dari titer sebelumnya dalam waktu satu minggu.
Hasil widal akan bertahan positif cukup lama (berbulan-bulan) sehingga meski sembuh dari
penyakit demam typhoid, widal masih mungkin positif. Tetapi tidak selalu pemeriksaan widal
positif walaupun penderita sungguh-sungguh menderita typhus abdominalis sebagaimana
terbukti pada autopsi setelah penderita meninggal dunia.
Titer dapat positif karena keadaan sebagai berikut :
1. Titer O dan H tinggi karena terdapatnya aglutinin normal, karena infeksi basil coli
patogen dalam usus.
2. Pada neonatus, zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui tali pusat.
3. Terdapat infeksi silang dengan ricketsia (werl felix).
4. Akibat imunisasi secara alamiah karena masuknya basil peroral atau pada keadaan infeksi
subklinis.
1. G. PENATALAKSANAAN
Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan
diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan diberikan pengobatan sebagai
berikut :
1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta.
2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah,
anoreksia, dan lain-lain.
1. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat
total), kemudian boleh duduk ; jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di
ruangan.
2. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran pasien menurun diberikan
makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat
juga diberikan makanan lunak.
3. Obat pilihan ialah kloramfenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat
lainnya seperti kortikoksazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100
mg/kg BB/hari (maksimum 2 gram per hari), diberikan 4 kali sehari per oral atau
intavena. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu
perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentukan zat anti
kurang karena basil terlalu cepat dimusnahkan.
4. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi
dan asidosis diberikan cairan secara intravena dan sebagainya.
Pembedahan
Pembedahan kurang diperlukan bila penggunaan obat-obatan dan dekompresi usus gagal
mengatasi perdarahan saluran cerna yang berat. Tindakan tersebut juga dibutuhkan bila terjadi
perforasi usus.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian anak dengan typhoid seperti ditemukan timbulnya demam yang khas yang
berlangsung selama kurang lebih 3 minggu dan menurun pada pagi hari serta meningkat pada
sore dan malam hari, nafsu makan menurun, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor ujung dan
tepinya kemerahan, adanya meteorismus, terjadi pembesaran hati dan limfa, adanya konstipasi
dan bahkan bisa terjadi gangguan kesadaran seperti apatis sampai somnolen, adanya bradikardia,
kemungkinan terjadi komplikasi seperti pendarahan pada usus halus, adanya perforasi usus,
peritonitis, peradangan pada meningen, bronkhopneumonia, dan lain-lain. Pada pemeriksaan
laboratorium dapat ditemukan leukopenia dengan limfositosis relatif, pada kultur empedu
ditemukan kuman pada darah, urin, feses, dan uji serologis widal menunjukkan kenaikan pada
titer antibodi O lebih besar atau sama dengan 1/200 dan H 1/200.
1. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dari intake yang tidak
adekuat.
3. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan kesadaran.
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah.
1. C. RENCANA KEPERAWATAN
Dx. I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan suhu tubuh dalam batas yang
normal (36 – 37 o
C).
NOC : Termoregulasi
Kriteria Hasil :
 Suhu tubuh dalam batas normal
 Nadi dan respirasi dalam batas normal
 Tidak ada perubahan warna kulit
 Tidak ada pusing
Indikator Skala :
1. : ekstrem
2 : berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada gangguan
NIC : Regulasi suhu
Intervensi :
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam.
2. Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasi.
3. Monitor warna kulit dan suhu.
4. Monitor hidrasi (misalnya turgor kulit, kelembapan membran mukosa).
5. Kolaborasi dengan pemberian antibiotik, yaitu kloramfenikol.
Dx. II
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nutrisi pasien adekuat.
NOC : Status nutrisi
Kriteria Hasil :
 Tidak terjadi penurunan berat badan.
 Asupan nutrisi adekuat.
 Tidak terjadi tanda-tanda malnutrisi.
Indikator Skala :
1. : Tidak adekuat
2. : Ringan
3. : Sedang
4. : Kuat
5. : Adekuat total
NIC : Manajemen nutrisi
Intervensi :
1. Kaji status nutrisi pasien.
2. Ketahui makanan kesukaan pasien.
3. Timbang berat badan pada interval yang tepat.
4. Anjurkan makanan sedikit tapi sering.
5. Sajikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk yang menarik.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat.
7. Berikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana untuk
memenuhinya.
Dx. III
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan cedera tidak terjadi.
NOC : Menjadi orang tua : Keamanan sosial
Kriteria Hasil :
 Keluarga akan mempersiapkan lingkungan yang aman.
 Keluarga akan mengenali resiko untuk menghindari cedera fisik.
Indikator Skala :
1 : tidak pernah menunjukan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan
NIC : Pencegahan jatuh
Intervensi :
1. Kaji status neurologis (GCS)
2. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang tujuan dari tindakan pengamanan.
3. Jaga keamanan lingkungan pasien.
4. Libatkan keluarga untuk mencegah bahaya jatuh.
5. Observasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital.
6. Dampingi pasien.
7. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk meminimalisis efek samping dari
medikasi / pengobatan yang menyebabkan jatuh.
Dx. IV
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nyeri berkurang / hilang.
NOC : Kontrol nyeri
Kriteria Hasil :
 Nyeri berkurang / hilang.
 Ekspresi wajah tidak tegang.
 Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif.
 Mengenali faktor penyebab nyeri.
Indikator Skala :
1. : ekstrem
2. : berat
3. : sedang
4. : ringan
5. : tidak ada gangguan
NIC : Manajemen nyeri
Intervensi :
1. Kaji skala nyeri yang komprehensif, meliputi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2. Gunakan teknik non farmakologi, misalnya teknik relaksasi.
3. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal.
4. Berikan analgetik sesuai kebutuhan.
5. Kondisikan lingkungan yang nyaman dengan membatasi pengunjung.
Dx. V
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tidak terjadi kekurangan volume
cairan.
NOC : Keseimbangan cairan
Kriteria Hasil :
 Intake dan output seimbang.
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
Indikator Skala :
1. : Berat
2. : Substansial
3. : Sedang
4. : Ringan
5. : Tidak ada gangguan
NIC : Pengelolaan cairan
Intervensi :
1. Monitor mual dan muntah.
2. Observasi tanda-tanda dehidrasi.
3. Anjurkan untuk minum yang banyak.
4. Monitor dan catat asupan dan haluaran cairan.
5. Monitor tanda-tanda vital.
6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
7. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
1. D. EVALUASI
Dx. I
 Suhu tubuh dalam batas normal 4
 Nadi dan respirasi dalam batas normal 4
 Tidak ada perubahan warna kulit 4
 Tidak ada pusing 4
Dx. II
 Tidak terjadi penurunan berat badan. 4
 Asupan nutrisi adekuat. 4
 Tidak terjadi tanda-tanda malnutrisi. 4
Dx. III
 Keluarga akan mempersiapkan lingkungan yang aman. 4
 Keluarga akan mengenali resiko untuk menghindari cedera fisik. 4
Dx. IV
 Nyeri berkurang / hilang. 4
 Ekspresi wajah tidak tegang. 4
 Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif. 4
 Mengenali faktor penyebab nyeri. 4
Dx. V
 Intake dan output seimbang. 4
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. 4
 Tanda-tanda vital dalam batas normal 4
DAFTAR PUSTAKA
Behirman, Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 12. Jakarta : EGC.
Betz, Cecily L. 2000. Buku Saku Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Suriadi dan Yulaini, Rita. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 1. Jakarta : PT Fajar
Intan Pratama.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Bunga AnanDjuean
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
saharwakumoro
 
Asuhan keperawatan diare
Asuhan keperawatan diareAsuhan keperawatan diare
Asuhan keperawatan diare
Yudha09
 
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihanPemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Christian Paomey
 

Was ist angesagt? (20)

Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
 
Askep demam tifoid
Askep demam tifoidAskep demam tifoid
Askep demam tifoid
 
Leaflet kejang demam...
Leaflet kejang demam...Leaflet kejang demam...
Leaflet kejang demam...
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
 
Asuhan keperawatan diare
Asuhan keperawatan diareAsuhan keperawatan diare
Asuhan keperawatan diare
 
Diare
Diare Diare
Diare
 
Askep demam tifoid AKPER PEMDA MUNA
Askep demam tifoid AKPER PEMDA MUNA Askep demam tifoid AKPER PEMDA MUNA
Askep demam tifoid AKPER PEMDA MUNA
 
Askep febris AKPER PEMDA MUNA
Askep febris AKPER PEMDA MUNA Askep febris AKPER PEMDA MUNA
Askep febris AKPER PEMDA MUNA
 
Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluargaDiagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anak
 
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNAIndry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
KPSP & DDST
KPSP & DDST KPSP & DDST
KPSP & DDST
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihanPemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
 

Andere mochten auch (10)

Kti asuhan keperawatan pada an. f dengan demam tifoid
Kti  asuhan keperawatan pada an. f dengan demam tifoidKti  asuhan keperawatan pada an. f dengan demam tifoid
Kti asuhan keperawatan pada an. f dengan demam tifoid
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoidAsuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
 
Makalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoidMakalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoid
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid
Asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoidAsuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid
Asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
 
Case study :Dengue fever
Case study :Dengue feverCase study :Dengue fever
Case study :Dengue fever
 
49821251 ncp
49821251 ncp49821251 ncp
49821251 ncp
 
Case study- Dengue Fver
Case study- Dengue FverCase study- Dengue Fver
Case study- Dengue Fver
 

Ähnlich wie Askep demam typoid

Typhus abdominalis
Typhus abdominalisTyphus abdominalis
Typhus abdominalis
meinan
 
Konsep Dasar Demam Thypoid.docx
Konsep Dasar Demam Thypoid.docxKonsep Dasar Demam Thypoid.docx
Konsep Dasar Demam Thypoid.docx
farida937092
 
194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid
FELIXDEO
 

Ähnlich wie Askep demam typoid (20)

Askep thipoid
Askep  thipoidAskep  thipoid
Askep thipoid
 
Typhus abdominalis
Typhus abdominalisTyphus abdominalis
Typhus abdominalis
 
Askep thipoid
Askep  thipoidAskep  thipoid
Askep thipoid
 
1. askep thipoid
1. askep  thipoid1. askep  thipoid
1. askep thipoid
 
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisKonsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
 
128114958 lp-febris
128114958 lp-febris128114958 lp-febris
128114958 lp-febris
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Belibis a17 demam_tifoid
Belibis a17 demam_tifoidBelibis a17 demam_tifoid
Belibis a17 demam_tifoid
 
Asuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteriAsuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteri
 
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babiiJtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Makalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifusMakalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifus
 
Konsep Dasar Demam Thypoid.docx
Konsep Dasar Demam Thypoid.docxKonsep Dasar Demam Thypoid.docx
Konsep Dasar Demam Thypoid.docx
 
Makalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifusMakalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifus
 
194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid
 
Lp faringitis
Lp faringitisLp faringitis
Lp faringitis
 
pertusis.pptx
pertusis.pptxpertusis.pptx
pertusis.pptx
 
PPT asuhan keperawatan.pptx
PPT asuhan keperawatan.pptxPPT asuhan keperawatan.pptx
PPT asuhan keperawatan.pptx
 
Etiologi isk
Etiologi iskEtiologi isk
Etiologi isk
 
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha

Mehr von Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Askep demam typoid

  • 1. askep demam typhoid Posted: Juni 2, 2011 in Keperawatan Anak 0 LAPORAN PENDAHULUAN 1. A. PENGERTIAN 1. Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005). 2. Typhoid adalah penyakit infeksi yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna atau gangguan kesadaran (Mansjoer A, 2000). 3. Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suriadi, 2001). 4. Typhoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi (Juwono R, 1996). 5. Typhoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii (Hidayat, 2006). 1. B. ETIOLOGI 1. Penyebab typhoid adalah kuman salmonella typosa dan salmonella paratyphi A, B, dan C memasuki saluran pencernaan (Noer, 1996). 2. Penyebab typhoid adalah kuman salmonella typosa, yang merupakan basil gram negatif bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora. Kuman mempunyai 3 macam : 1. Antigen O (Ogne Houch) Somaus (terdiri dari rantai kompleks lipopoli sakarida). 2. Antigen H (Houch) terdapat pola flagella. 3. Antigen Vi (Kapsul) merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis (Hasan, 1991). Kuman salmonella typosa dapat tumbuh di semua media pH 7,2 dan suhu 37o C dan mati pada suhu 54,4o C. 1. C. PATOFISIOLOGI Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus. Melalui pembuluh limfe halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus menimbulkan plak peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.
  • 2. PATHWAY KEPERAWATAN 1. D. MANIFESTASI KLINIK 1. Pada minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, konstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan pemeriksaan suhu tubuh. 2. Pada minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia, lidah kotor, hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma (Rampengan, 1993).
  • 3. 3. Menurut Ngastiyah (2005), gejala prodromal ditemukan seperti perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan berkurang. Gambaran klinis yang biasa ditemukan ialah : 1. Demam. Biasanya berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten, dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga. 2. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor, perut kembung, hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan, dapat disertai konstipasi atau diare. 3. Gangguan kesadaran. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat). Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola (bintik-bintik kemerahan). 1. E. KOMPLIKASI Pada usus halus. Umumnya jarang terjadi tetapi bila terjadi sering fatal. 1. Perdarahan usus. Bila sedikit, hanya dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. 2. Perforasi usus. Biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak. 3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang. Komplikasi di luar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, koleosistisis, ensefalopati. Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia. 1. F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Menurut FKUI (2005) untuk memastikan diagnosis perlu dikerjakan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut : 1. Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis 1. Pemeriksaan darah tepi Terdapat gambaran leukopeni, limfositosis relatif dan aneosinofilia pada permulaan sakit. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan. 1. Pemeriksaan sumsum tulang Terdapat gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif (retikuloendotelial system) RES dengan adanya sel makrofag, sedangkan sistem eritropoesis, granolupoesis dan trombopoesis berkurang. 2. Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis 1. Biakan empedu Basil salmonella typosa dapat ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urin dan feses dan mungkin akan tetap positif
  • 4. untuk waktu yang lama. Jika pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh. 1. Pemeriksaan widal Pada permulaan terjadi penyakit, widal akan positif dan dalam perkembangan selanjutnya, misal 1 – 2 minggu kemudian akan semakin meningkat meski demam typhoid telah diobati. Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan yang progresif digunakan untuk membuat diagnosis. Menurut NN (2006) dikatakan meningkat dila titernya lebih dari 1/400 atau didapatkan kenaikan titer 2 kali lipat dari titer sebelumnya dalam waktu satu minggu. Hasil widal akan bertahan positif cukup lama (berbulan-bulan) sehingga meski sembuh dari penyakit demam typhoid, widal masih mungkin positif. Tetapi tidak selalu pemeriksaan widal positif walaupun penderita sungguh-sungguh menderita typhus abdominalis sebagaimana terbukti pada autopsi setelah penderita meninggal dunia. Titer dapat positif karena keadaan sebagai berikut : 1. Titer O dan H tinggi karena terdapatnya aglutinin normal, karena infeksi basil coli patogen dalam usus. 2. Pada neonatus, zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui tali pusat. 3. Terdapat infeksi silang dengan ricketsia (werl felix). 4. Akibat imunisasi secara alamiah karena masuknya basil peroral atau pada keadaan infeksi subklinis. 1. G. PENATALAKSANAAN Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan diberikan pengobatan sebagai berikut : 1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta. 2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain. 1. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk ; jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan. 2. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak. 3. Obat pilihan ialah kloramfenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat lainnya seperti kortikoksazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100 mg/kg BB/hari (maksimum 2 gram per hari), diberikan 4 kali sehari per oral atau intavena. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentukan zat anti kurang karena basil terlalu cepat dimusnahkan. 4. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena dan sebagainya.
  • 5. Pembedahan Pembedahan kurang diperlukan bila penggunaan obat-obatan dan dekompresi usus gagal mengatasi perdarahan saluran cerna yang berat. Tindakan tersebut juga dibutuhkan bila terjadi perforasi usus. ASUHAN KEPERAWATAN 1. A. PENGKAJIAN Pada pengkajian anak dengan typhoid seperti ditemukan timbulnya demam yang khas yang berlangsung selama kurang lebih 3 minggu dan menurun pada pagi hari serta meningkat pada sore dan malam hari, nafsu makan menurun, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor ujung dan tepinya kemerahan, adanya meteorismus, terjadi pembesaran hati dan limfa, adanya konstipasi dan bahkan bisa terjadi gangguan kesadaran seperti apatis sampai somnolen, adanya bradikardia, kemungkinan terjadi komplikasi seperti pendarahan pada usus halus, adanya perforasi usus, peritonitis, peradangan pada meningen, bronkhopneumonia, dan lain-lain. Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukopenia dengan limfositosis relatif, pada kultur empedu ditemukan kuman pada darah, urin, feses, dan uji serologis widal menunjukkan kenaikan pada titer antibodi O lebih besar atau sama dengan 1/200 dan H 1/200. 1. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi). 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dari intake yang tidak adekuat. 3. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan kesadaran. 4. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi. 5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah. 1. C. RENCANA KEPERAWATAN Dx. I Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan suhu tubuh dalam batas yang normal (36 – 37 o C).
  • 6. NOC : Termoregulasi Kriteria Hasil :  Suhu tubuh dalam batas normal  Nadi dan respirasi dalam batas normal  Tidak ada perubahan warna kulit  Tidak ada pusing Indikator Skala : 1. : ekstrem 2 : berat 3 : sedang 4 : ringan 5 : tidak ada gangguan NIC : Regulasi suhu Intervensi : 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam. 2. Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasi. 3. Monitor warna kulit dan suhu. 4. Monitor hidrasi (misalnya turgor kulit, kelembapan membran mukosa). 5. Kolaborasi dengan pemberian antibiotik, yaitu kloramfenikol. Dx. II Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nutrisi pasien adekuat. NOC : Status nutrisi Kriteria Hasil :  Tidak terjadi penurunan berat badan.  Asupan nutrisi adekuat.  Tidak terjadi tanda-tanda malnutrisi. Indikator Skala : 1. : Tidak adekuat 2. : Ringan 3. : Sedang
  • 7. 4. : Kuat 5. : Adekuat total NIC : Manajemen nutrisi Intervensi : 1. Kaji status nutrisi pasien. 2. Ketahui makanan kesukaan pasien. 3. Timbang berat badan pada interval yang tepat. 4. Anjurkan makanan sedikit tapi sering. 5. Sajikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk yang menarik. 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat. 7. Berikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana untuk memenuhinya. Dx. III Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan cedera tidak terjadi. NOC : Menjadi orang tua : Keamanan sosial Kriteria Hasil :  Keluarga akan mempersiapkan lingkungan yang aman.  Keluarga akan mengenali resiko untuk menghindari cedera fisik. Indikator Skala : 1 : tidak pernah menunjukan 2 : jarang menunjukkan 3 : kadang menunjukkan 4 : sering menunjukkan 5 : selalu menunjukkan NIC : Pencegahan jatuh Intervensi : 1. Kaji status neurologis (GCS) 2. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang tujuan dari tindakan pengamanan. 3. Jaga keamanan lingkungan pasien. 4. Libatkan keluarga untuk mencegah bahaya jatuh. 5. Observasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital. 6. Dampingi pasien. 7. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk meminimalisis efek samping dari medikasi / pengobatan yang menyebabkan jatuh. Dx. IV Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nyeri berkurang / hilang. NOC : Kontrol nyeri
  • 8. Kriteria Hasil :  Nyeri berkurang / hilang.  Ekspresi wajah tidak tegang.  Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif.  Mengenali faktor penyebab nyeri. Indikator Skala : 1. : ekstrem 2. : berat 3. : sedang 4. : ringan 5. : tidak ada gangguan NIC : Manajemen nyeri Intervensi : 1. Kaji skala nyeri yang komprehensif, meliputi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. 2. Gunakan teknik non farmakologi, misalnya teknik relaksasi. 3. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal. 4. Berikan analgetik sesuai kebutuhan. 5. Kondisikan lingkungan yang nyaman dengan membatasi pengunjung. Dx. V Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tidak terjadi kekurangan volume cairan. NOC : Keseimbangan cairan Kriteria Hasil :  Intake dan output seimbang.  Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.  Tanda-tanda vital dalam batas normal Indikator Skala : 1. : Berat 2. : Substansial 3. : Sedang 4. : Ringan 5. : Tidak ada gangguan NIC : Pengelolaan cairan Intervensi : 1. Monitor mual dan muntah. 2. Observasi tanda-tanda dehidrasi. 3. Anjurkan untuk minum yang banyak.
  • 9. 4. Monitor dan catat asupan dan haluaran cairan. 5. Monitor tanda-tanda vital. 6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral. 7. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 1. D. EVALUASI Dx. I  Suhu tubuh dalam batas normal 4  Nadi dan respirasi dalam batas normal 4  Tidak ada perubahan warna kulit 4  Tidak ada pusing 4 Dx. II  Tidak terjadi penurunan berat badan. 4  Asupan nutrisi adekuat. 4  Tidak terjadi tanda-tanda malnutrisi. 4 Dx. III  Keluarga akan mempersiapkan lingkungan yang aman. 4  Keluarga akan mengenali resiko untuk menghindari cedera fisik. 4 Dx. IV  Nyeri berkurang / hilang. 4  Ekspresi wajah tidak tegang. 4  Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif. 4  Mengenali faktor penyebab nyeri. 4 Dx. V  Intake dan output seimbang. 4  Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. 4  Tanda-tanda vital dalam batas normal 4 DAFTAR PUSTAKA
  • 10. Behirman, Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 12. Jakarta : EGC. Betz, Cecily L. 2000. Buku Saku Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Jakarta : EGC. Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Suriadi dan Yulaini, Rita. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 1. Jakarta : PT Fajar Intan Pratama.