SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 12
BAB I 
PENDAHULUAN 
Pendidikan karakter adalah Salah satu hal yang sederhana karena kata ‘karakter’ adalah 
semua pengembangan diri siswa dalam interaksi belajar hingga awal dan berakhirnya proses 
pengajaran bisa tercapai pembentukan siswa yang berkarakter. 
Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter 
adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik 
dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua 
yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. 
Abstrac : 
Character education is one simple thing as the word 'character' is all personal development of 
students in the learning interaction to the beginning and end of the teaching processc an be 
achieved formation of student character. 
Character education in schools is needed, although the character is the foundation of 
education in the family. If a child gets a good education character of his family, the child will 
be the next good character. But many parents are more concerned than the intelligence aspect 
of character education. 
Latar belakang masalah 
Dewasa ini berkembang tuntutan untuk perubahan kurikulum pendidikan yang 
mengedepankan perlunya membangun karakter bangsa. Hal ini didasarkan pada fakta dan 
persepsi masyarakat tentang menurunnya kualitas sikap dan moral anak-anak atau generasi 
muda. 
Pada saat ini yang diperlukan sekarang adalah kurikulum pendidikan yang 
berkarakter; dalam arti kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus diorientasikan 
bagi pembentukan karakter peserta didik.Perbaikan kurikulum merupakan bagian tak 
terpisahkan dari kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa suatu kurikulum yang berlaku harus 
secara terus-menerus dilakukan peningkatan dengan mengadopsi kebutuhan yang 
berkembang dalam masyarakat dan kebutuhan peserta didik.
BAB II 
PEMBAHASAN 
Perubahan kurikulum pendidikan merupakan agenda yang secara rutin berlangsung 
dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di negara berkembang.Dewasa ini 
mengedepankan perlunya membangun karakter bangsa.Hal ini didasarkan pada fakta dan 
persepsi masyarakat tentang menurunnya kualitas sikap dan moral anak-anak atau generasi 
muda.Yang diperlukan sekarang adalah kurikulum pendidikan yang berkarakter; dalam arti 
kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus diorientasikan bagi pembentukan 
karakter peserta didik. 
Melihat perjalanan sejarah pendidikan dari dekade sebelumnya, para orang tua, secara 
subyektif, membuat perbandingan antara situasi pendidikan masa kini dengan situasi di mana 
mereka dulu mengalami pendidikan di sekolah, atas situasi, sikap, perilaku sosial anak-anak, 
remaja, generasi muda sekarang, sebagian orang tua menilai terjadinya kemerosotan atau 
degradasi sikap atau nilai-nilai budaya bangsa. Mereka menghendaki adanya sikap dan 
perilaku anak-anak yang lebih berkarakter, kejujuran, memiliki integritas yang merupakan 
cerminan budaya bangsa, dan bertindak sopan santun dan ramah tamah dalam pergaulan 
keseharian. Selain itu diharapkan pula generasi muda tetap memiliki sikap mental dan 
semangat juang yang menjunjung tinggi etika, moral, dan melaksanakan ajaran agama. 
Jika ditarik garis lurus bahwa mereka yang kini menjadi orang dewasa adalah produk 
pendidikan pada beberapa dekade sebelumnya, maka yang dipertanyakan adalah kurikulum 
pendidikan di masa sebelumnya itu. 
Apa yang dilakukan oleh beberapa orang tua tersebut tidak sepenuhnya salah. Ada 
baiknya dilakukan “review” menyeluruh terhadap suatu kurikulum pendidikan. Kehendak 
untuk melakukan peninjauan kurikulum, sesungguhnya, bukan hanya semata-mata atas 
desakan dan tuntutan para orang tua.Perbaikan kurikulum merupakan bagian tak terpisahkan 
dari kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa suatu kurikulum yang berlaku harus secara terus-menerus 
dilakukan peningkatan dengan mengadobsi kebutuhan yang berkembang dalam 
masyarakat dan kebutuhan peserta didik.Kunci sukses implementasi kurikulum terutama 
adalah pada pendidik, kelembagaan sekolah, dukungan kebijakan strategis, dan lingkungan 
pendidikan itu sendiri. 
Definisi kurikulum memang sangat beragam, baik dalam arti luas maupun dalam arti 
sempit.Tetapi untuk tujuan penulisan ini, kiranya perlu dikutip pernyataan Sukmadinata 
(2004:150) yang mengatakan, kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum
semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah.Dalam kurikulum 
terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. 
Selanjutnya dijelaskan, dalam memahami konsep kurikulum, setidaknya ada tiga 
pengertian yang harus dipahami, yaitu; (1) kurikulum sebagai substansi atau sebagai suatu 
rencana belajar; (2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum yang merupakan 
bagian dari sistem persekolahan dan sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat; (3) 
kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang kajian kurikulum, yang merupakan 
bidang kajian para ahli kurikulum, pendidikan dan pengajaran. 
Mengacu pada pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa kurikulum merupakan 
rancangan pendidikan, yang berisi serangkaian proses kegiatan belajar siswa. Dengan 
demikian secara implisit kurikulum memiliki tujuan yaitu tujuan pendidikan.Selain itu juga 
jelas bahwa banyak faktor yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan, yaitu guru, siswa, 
orang tua, dan lingkungan. 
Manajemen persekolahan juga menjadi variabel penting dalam mewujudkan tujuan 
pendidikan.Bagaimana iklim sekolah diciptakan, turut berperan dalam mewarnai anak 
didik.Apakah iklim kebebasan, disiplin, ketertiban, dan kreativitas benar-benar tercipta di 
lingkungan sekolah. 
Pendidikan Karakter 
Pendidikan karakter bukan merupakan hal yang baru sekarang.penanamannilai-nilai 
sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dahulu kala.Akan tetapi, 
seiring dengan perubahan zaman, agaknya menuntut adanya penanaman kembali nilai-nilai 
tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pengajaran. 
Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam rencana pelaksanaan 
pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin 
memudar. Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan 
dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang 
tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. 
Pendidikan Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun, disiplin, 
tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada 
aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, dan adil. 
Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak 
didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya 
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. 
Distribusi penanaman nilai- nilai utama dalam tiap mata pelajaran dapat dilihat sebagai
berikut: 
1. Pendidikan Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun, 
disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai 
keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan 
kewajiban, kerja keras, dan adil. 
2. Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, 
jujur, mengahargai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain. 
3. Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung 
jawab, ingin tahu, santun, nasionalis. 
4. Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, 
kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja 
keras. 
5. Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, 
bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, 
bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu 
6. Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerja 
sama, patuh pada aturan sosial 
7. Seni Budaya: Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain, 
ingin, jujur, disiplin, demokratis 
8. Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, 
mengahrgai karya dan prestasi orang lain 
9. TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung 
jawab, dan menghargai karya orang lain. 
10. Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan, menghargai karya orang lain, nasional, 
peduli. 
Bagaimana kesemuanya diaplikasikan? Setiap nilai utama tersebut dapat dimasukkan ke 
dalam pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan konfirmasi. 
Bagian pertama adalah Eksplorasi, antara lain dengan cara: 
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema 
materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam terbuka jadi guru dan peserta 
didik belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir 
logis, kreatif, kerjasama) 
2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber 
belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan 
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: 
kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan) 
4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh 
nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri) 
5. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau 
lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras) 
Bagian kedua adalah Elaborasi, nilai- nilai yang dapat ditanamkan antara lain: 
1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas 
tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis) 
2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk 
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang 
ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun) 
3. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan 
bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis) 
4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh 
nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab) 
5. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi 
belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai) 
6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan 
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: 
jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama) 
7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun 
kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, 
kerjasama) 
8. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang 
dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, 
kerjasama) 
9. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan 
rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling 
menghargai, mandiri, kerjasama) 
Dan bagian ketiga adalah konfirmasi, nilai-nilainya antara lain: 
1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, 
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan:
saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis) 
2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui 
berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis) 
3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar 
yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan 
kekurangan) 
4. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, 
keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru yang berfungsi sebagai: 
 Narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang 
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar 
(contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun); 
 Membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli); 
 Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi 
(contoh nilai yang ditanamkan: kritis) 
 Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang 
ditanamkan: cinta ilmu); dan 
 Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum 
berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri). 
Penanaman nilai diatas yang nantinya diharapkan akan menjadikan peserta didik menjadi 
lebih berkarakter. 
Di masa lalu, dogma atau doktrin negara dilakukan melalui penataran-penataran 
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) atau melalui mata pelajaran 
Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Pelaksanaan penataran P4 juga menjadi program wajib 
setiap siswa baru pada jenjang sekolah menengah sampai perguruan tinggi. 
Pada semua mata pelajaran, secara implisit termuat tujuan pembelajaran yaitu adanya 
perubahan kognitif, sikap, dan perilaku pembelajar. Kesemua kegiatan pembelajaran, 
khususnya untuk mata pelajaran yang terkait langsung dengan pembangunan mental dan 
moral pembelajar, itu dimaksudkan sebagai usaha untuk membentuk sikap warga negara yang 
menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa, mempererat persatuan dan kesatuan, 
menciptakan kesadaran hidup bernegara, dan membangun moral bangsa. Faktanya, setelah 
berlangsung bertahun-tahun, “produk” penataran P4 itu tidak sesuai dengan yang diharapkan. 
Penyakit sosial dan penyakit masyarakat masih saja merebak.sudah bukan lagi disebut 
sebagai kenakalan remaja. Yang terlihat sekarang adalah perilaku tidak jujur, korupsi, kolusi,
nepotisme, suap, makelar kasus, bahkan tindakan terorisme, hilangnya sikap kesabaran, 
pelanggaran norma masyarakat, merosotnya disiplin berlalu-lintas di jalanan, memudarnya 
rasa malu, meredupnya sikap saling menghargai, dan sebagainya. 
Selain itu, yang juga tampak menonjol adalah rendahnya penghargaan terhadap karya 
sendiri dan atau karya bangsa sendiri.Hal ini diindikasikan dengan tindakan pembajakan 
produk yang melanggar hak cipta, perilaku mencontek dalam ujian, dan bahkan sikap 
mengagung-agungkan gelar, telah melunturkan etos belajar, sehingga terjadi pemalsuan 
ijazah.Apalagi ditambah dengan sikap konsumerisme dan gempuran iklan produk konsumtif 
yang menyerbu setiap hari melalui berbagai media, kian menunjukkan betapa kita telah 
kehilangan jati diri dan tidak mempunyai karakter. 
Dalam tataran ini, belajar atau sekolah dianggap bukan sebagai kebutuhan, tetapi 
hanya merupakan wahana memburu status. Sekolah dipandang bukan sebagai wahana 
sosialisasi dan membangun jiwa merdeka, tetapi dipandang sebagai jembatan menuju 
“kemewahan”. 
Pendidikan berbeda dengan indoktrinasi.Pendidikan lebih bermuatan nilai-nilai 
kemanusiaan, sedangkan indoktrinasi berkaitan dengan kepentingan politik.Pendidikan bukan 
untuk menciptakan kemakmuran lahiriah, karena kemakmuran itu hanya merupakan dampak 
dari pendidikan. 
Kurikulum Pendidikan 
Pertanyaannya, adakah yang salah dalam kurikulum pendidikan di masa lalu?Apakah 
kurikulum di masa lalu tidak memuat pendidikan karakter?Apakah kurikulum itu sendiri 
telah memiliki karakter, sehingga mampu membentuk karakter peserta didik?Sebagaimana 
diketahui, bahwa suatu kurikulum diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi pada 
masanya.Kurikulum yang berlaku pada masanya itu dapat dipandang telah memiliki 
kesesuaian dengan situasi dan kondisi pada waktu itu dan memiliki tujuan-tujuan ideal yang 
telah dipertimbangkan dengan matang. 
Kurikulum pendidikan yang berlaku dalam persekolahan di Indonesia telah mengalami 
berbagai penyempurnaan, terakhir dengan apa yang disebut sebagai Kurikulum Tingkat 
Satuan Pendidikan (KTSP), yang merupakan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi 
(KBK) (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan 
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). 
Implikasi lain dalam KTSP dan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 
1999 jo. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan 
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi sebagai Daerah Otonom adalah desentralisasi pengelolaan pendidikan kepada 
pemerintah daerah. 
Diskusi yang berkembang kemudian adalah kesiapan daerah dalam melaksanakan 
pengelolaan pendidikan dan mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.Selain itu juga terkait 
dengan batas-batas kewenangan pemerintah pusat dalam memberikan dukungan pelaksanaan 
KTSP. 
KTSP telah mengatur segala prinsip dan ketentuan-ketentuan pelaksanaanya.Yang sekarang 
tampak nyata adalah kendala-kendala dalam implementasi, di mana faktor kesiapan guru, 
ketersediaan sarana, kesiapan siswa, dan dukungan dari orang tua atau masyarakat yang 
kurang memadai. 
Kemandirian Bangsa 
Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar. Kondisi ini 
secara ekonomi menjadi target pasar yang besar pula bagi produk-produk negara lain. 
Apabila kondisi ini tidak diimbangi dengan perbaikan sektor pendidikan, maka dapat 
diprediksi situasi yang semakin buruk, yaitu bahwa bangsa dan negara dengan jumlah 
penduduk yang besar ini hanya akan menjadi target pemasaran produk dan budaya dari luar 
(asing). 
Selama ini masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai bangsa yang gemar 
mengkonsumsi, tetapi lalai dalam aspek “produksi”.Longgarnya regulasi, kesiapan mental 
yang mampu memfilter masuknya budaya negatif dari luar, dan tekanan globalisasi atau pasar 
bebas, semakin memperkeruh situasi ini. 
Pandangan tentang apa yang datang dari luar selalu baik, tanpa mempertimbangkan baik dan 
buruknya, melahirkan ketidakseimbangan peradaban. Atau lebih tepatnya disebut 
“keterkejutan budaya (cultural shock)” 
Kategorisasi era perkembangan teknologi dari era agraris, era industri, dan era 
teknologi modern, telah nyata dalam kehidupan sebagian masyarakat kita. Contoh paling 
nyata adalah petani di sawah yang memiliki handphone, hanya sekadar agar tidak disebut 
“kuno”, atau ketinggalan jaman, tetapi tidak menggunakan handphone itu untuk kepentingan-kepentingan 
fungsionalnya. Contoh ini hanyalah merupakan salah satu paradok kehidupan 
yang terkait dengan pendidikan. Masih banyak contoh lain yang dapat diajukan dalam 
menunjukkan “keterkejutan budaya” sebagai dampak penerapan kurikulum pendidikan 
persekolahan. Keterombang-ambingnya generasi muda di “persimpangan budaya” 
memerlukan komitmen kalangan pendidik untuk mampu memberikan rambu-rambu dan 
sekaligus menanamkan nilai-nilai dan falsafah budaya bangsa sendiri tetap dalam kerangka
kehidupan berbangsa dan bernegara. 
Membangun Peradaban 
Menghadapi tuntutan era globalisasi yang antara lain ditandai dengan adanya 
persaingan bebas dalam pergaulan dunia, maka pengelolaan pendidikan harus dirancang 
secara komprehensif dan integratif, direncanakan secara matang, dan mendapat dukungan 
dari semua pihak. Kurikulum juga harus memiliki keseimbangan dalam hal tujuan-tujuan 
yang ingin dicapai; tidak saja aspek kognitif dan keterampilan, tetapi juga penting aspek-aspek 
mental, etika, moral, dan seni. 
Trianto (2010:11) mengatakan, perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam 
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh 
perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi, serta seni dan budaya. 
Dalam kaitan ini, yang terpenting adalah pencapaian substansi tujuan pendidikan dan 
proses pendidikan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Kurikulum 
adalah serangkaian proses pembelajaran untuk membentuk siswa yang memiliki integritas 
dan membangun sikap mandiri dalam rangka menghadapi kehidupan di masa depan. Sikap 
mental mandiri individual dalam diri siswa, secara kolektif dan kumulatif pada akhirnya akan 
mampu membentuk sikap mental kemandirian bangsa. 
KTSP yang diidealkan sekarang harus dilaksanakan dengan sepenuh hati oleh semua 
pihak dan dukungan dari pemerintah pusat berupa kebijakan-kebijakan yang benar-benar 
berorientasi pada pencapaian tujuan-tujuan diterapkannya KTSP. Konsepsi kompetensi dalam 
kurikulum adalah; (1) kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu 
dalam berbagai konteks; (2) kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa 
untuk menjadi kompeten; (3) kompeten merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal 
dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran; dan (4) keandalan kemampuan siswa 
untuk melakukan sesuatu yang harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar 
yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur. 
Secara prinsip, kebijakan dan implementasi kurikulum pendidikan persekolahan 
dimaksudkan untuk membentuk manusia seutuhnya, menyiapkan generasi muda menghadapi 
kehidupan di masa datang, dan membangun sikap mental bangsa yang mandiri.Pembentukan 
manusia seutuhnya dan segala atribut yang termasuk di dalamnya, hanya bisa dilaksanakan 
apabila didukung dengan kesiapan semua pihak dan penyediaan fasilitas yang memadai 
secara merata. 
Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan kembali bahwa yang terpenting dalam 
kurikulum adalah kemampuan suatu kurikulum dalam mengadaptasi perkembangan yang
terjadi dalam masyarakat dan menerapkannya dalam proses pendidikan. Konsepsi kompetensi 
siswa yang diharapkan dari suatu kurikulum yang terutama adalah melakukan sesuatu sesuai 
konteks dan secara kreatif. Kreativitas manusia sebagai wujud dari pendidikan ini yang 
kemudian akan menjadi khasanah yang memperkaya budaya dan peradaban bangsa. Isi 
(content) suatu kurikulum harus merupakan usaha-usaha yang terarah dan terpadu untuk 
membangun sikap mental bangsa yang memiliki karakter dan mampu membangun peradaban 
bangsanya sendiri.
BAB III 
PENUTUP 
Kesimpulan: 
Akhirnya, dapat ditarik beberapa poin penting sebagai berikut: (1) Kurikulum 
pendidikan yang berlaku pada suatu masa sebenarnya telah berusaha mengadopsi semua 
kebutuhan belajar siswa. Kurikulum pendidikan senantiasa dilakukan penyempurnaan sesuai 
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam masyarakat dan melestarikan nilai-nilai 
budaya bangsa. (2) Suatu kurikulum harus dirancang secara komprehensif, integratif, 
berimbang antara berbagai tujuan pendidikan, dan adaptif serta bervisi kedepan, dan bukan 
semata-mata karena kepentingan politis. (3) Kompetensi dapat diartikan sebagai kebiasaan 
berpikir dan bersikap sesuai dengan konteks, dan yang diharapkan dari siswa sebagai hasil 
pendidikan adalah melakukan sesuatu selain secara kontekstual tetapi juga secara kreatif yang 
akan memperkaya khasanah budaya bangsa; (4) Diperlukan kesiapan dan dukungan baik dari 
guru, siswa, orang tua dan masyarakat dan pemerintah dalam mewujudkan tujuan-tujuan 
pendidikan dalam sistem persekolahan. (5) Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan 
bebas antar-negara harus diimbangi dengan penerapan kurikulum yang menekankan 
pentingnya sikap kemandirian bangsa dalam membangun peradaban bangsa sendiri. (*)
Daftar pustaka 
1. John Mccain,Mark salter,”Karakter-Karakter yang Menggugah Dunia”Gramedia 
Pustaka Utama”Jakarta 2009 
2. Heri Gunawan, S.Pd.I., M.Ag.” Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi” 
Alfabeta,Bandung,2011 
3. Hamka Abdul Aziz,”Membangun Karakter Bangsa”Pustaka Al 
Mawardi.Surakarta,2011 
4. Supriyoko,Pendidikan Karakter Membangun Peradaban,Samudera Biru, Jakarta2011 
5. Sutarjo Adisusilo,”Pembelajaran Nilai Karakter”,Rajagrafindo, Jakarta,2012 
6. Yoyon Bahtiar Irianto,Kebijakan Pembaharuan Pendidikan,Rajawali 
Press,Jakarta,2012

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Materi pendalaman pedagogik plpg 2016
Materi pendalaman pedagogik plpg 2016Materi pendalaman pedagogik plpg 2016
Materi pendalaman pedagogik plpg 2016
yulianusmendrofa
 
P&P Inkuiri Penemuan
P&P Inkuiri PenemuanP&P Inkuiri Penemuan
P&P Inkuiri Penemuan
thongsewkim
 
Definisi Kaedah Penyelidikan Tindakan
Definisi Kaedah Penyelidikan TindakanDefinisi Kaedah Penyelidikan Tindakan
Definisi Kaedah Penyelidikan Tindakan
mandalina landy
 
Teori pembelajaran
Teori pembelajaranTeori pembelajaran
Teori pembelajaran
Eyzan Rashid
 

Was ist angesagt? (19)

Model pembelajaran honey & mumford izzyansyazwani
Model pembelajaran honey & mumford izzyansyazwaniModel pembelajaran honey & mumford izzyansyazwani
Model pembelajaran honey & mumford izzyansyazwani
 
Power
PowerPower
Power
 
Bab 2 : pbkk 3193 aplikasi teori pembelajaran behavioris dalam bimbingan dan ...
Bab 2 : pbkk 3193 aplikasi teori pembelajaran behavioris dalam bimbingan dan ...Bab 2 : pbkk 3193 aplikasi teori pembelajaran behavioris dalam bimbingan dan ...
Bab 2 : pbkk 3193 aplikasi teori pembelajaran behavioris dalam bimbingan dan ...
 
Bab 4 pbkk 3193 aplikasi teori pembelajaran sosial dalam bimbingan dan kaun...
Bab 4   pbkk 3193 aplikasi teori pembelajaran sosial dalam bimbingan dan kaun...Bab 4   pbkk 3193 aplikasi teori pembelajaran sosial dalam bimbingan dan kaun...
Bab 4 pbkk 3193 aplikasi teori pembelajaran sosial dalam bimbingan dan kaun...
 
Materi pendalaman pedagogik plpg 2016
Materi pendalaman pedagogik plpg 2016Materi pendalaman pedagogik plpg 2016
Materi pendalaman pedagogik plpg 2016
 
MP_20111004
MP_20111004MP_20111004
MP_20111004
 
Gaya belajar visual
Gaya belajar visualGaya belajar visual
Gaya belajar visual
 
1.2 sorotan literatur
1.2 sorotan literatur1.2 sorotan literatur
1.2 sorotan literatur
 
Aplikasi 5E dalam PNP
Aplikasi 5E dalam PNP Aplikasi 5E dalam PNP
Aplikasi 5E dalam PNP
 
Implikasi motivasi terhadap pengajaran dan pembelajaran
Implikasi motivasi terhadap pengajaran dan pembelajaranImplikasi motivasi terhadap pengajaran dan pembelajaran
Implikasi motivasi terhadap pengajaran dan pembelajaran
 
pendekatan inkuiri dalam pendidikan kimia
pendekatan inkuiri dalam pendidikan kimiapendekatan inkuiri dalam pendidikan kimia
pendekatan inkuiri dalam pendidikan kimia
 
P&P Inkuiri Penemuan
P&P Inkuiri PenemuanP&P Inkuiri Penemuan
P&P Inkuiri Penemuan
 
Definisi Kaedah Penyelidikan Tindakan
Definisi Kaedah Penyelidikan TindakanDefinisi Kaedah Penyelidikan Tindakan
Definisi Kaedah Penyelidikan Tindakan
 
Teori pembelajaran
Teori pembelajaranTeori pembelajaran
Teori pembelajaran
 
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRIMODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
 
36039471 perbezaan-teori
36039471 perbezaan-teori36039471 perbezaan-teori
36039471 perbezaan-teori
 
teori
teoriteori
teori
 
Pendidikan Sains Berasaskan Inkuiri (Inquiry-Based Science Education)
Pendidikan Sains Berasaskan Inkuiri (Inquiry-Based Science Education)Pendidikan Sains Berasaskan Inkuiri (Inquiry-Based Science Education)
Pendidikan Sains Berasaskan Inkuiri (Inquiry-Based Science Education)
 
Kajian teoritis pendekatan saintifik
Kajian teoritis pendekatan saintifikKajian teoritis pendekatan saintifik
Kajian teoritis pendekatan saintifik
 

Andere mochten auch (18)

Makalah kemuhamadiyaan
Makalah kemuhamadiyaanMakalah kemuhamadiyaan
Makalah kemuhamadiyaan
 
Makalah imunoglobin lengkap
Makalah imunoglobin lengkapMakalah imunoglobin lengkap
Makalah imunoglobin lengkap
 
Makalah perpajakan
Makalah perpajakanMakalah perpajakan
Makalah perpajakan
 
Pengertian narkoba
Pengertian narkobaPengertian narkoba
Pengertian narkoba
 
Makalah patologi tahir
Makalah patologi tahirMakalah patologi tahir
Makalah patologi tahir
 
Uty
UtyUty
Uty
 
Makalah kenalakan remaja
Makalah kenalakan remajaMakalah kenalakan remaja
Makalah kenalakan remaja
 
Makalahalternator 120506091754-phpapp02(1)
Makalahalternator 120506091754-phpapp02(1)Makalahalternator 120506091754-phpapp02(1)
Makalahalternator 120506091754-phpapp02(1)
 
Makalah ikatan hidrogen
Makalah ikatan hidrogenMakalah ikatan hidrogen
Makalah ikatan hidrogen
 
Badan kependudukan dan keluarga berencana nasional
Badan kependudukan dan keluarga berencana nasionalBadan kependudukan dan keluarga berencana nasional
Badan kependudukan dan keluarga berencana nasional
 
Makalah kacang panjang
Makalah kacang panjangMakalah kacang panjang
Makalah kacang panjang
 
Makalah imunoglobin 11
Makalah imunoglobin 11Makalah imunoglobin 11
Makalah imunoglobin 11
 
Makalah etika keperawatan
Makalah etika keperawatanMakalah etika keperawatan
Makalah etika keperawatan
 
Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
 
Makalah profesi guru
Makalah profesi guruMakalah profesi guru
Makalah profesi guru
 
Makalah1
Makalah1Makalah1
Makalah1
 
Makalahku
MakalahkuMakalahku
Makalahku
 
Laporan lengkap
Laporan lengkapLaporan lengkap
Laporan lengkap
 

Ähnlich wie Makalah karakter

peranan sekolah bagi fpk
peranan sekolah bagi fpkperanan sekolah bagi fpk
peranan sekolah bagi fpk
MusaDiq YaaCob
 
Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4
Viki Dita
 
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docxPENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
hasrinafebriani06
 
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)
Sariki Sarif
 
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiran
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiranPermendikbud tahun2014 nomor103_lampiran
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiran
Ia Hidarya
 
Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...
Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...
Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...
محمد أشرف زين الدين
 

Ähnlich wie Makalah karakter (20)

Makalah karakter
Makalah karakterMakalah karakter
Makalah karakter
 
Makalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakterMakalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakter
 
Makalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakterMakalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakter
 
Makalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakterMakalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakter
 
edukasi 1502 3462-1-pb
edukasi 1502 3462-1-pbedukasi 1502 3462-1-pb
edukasi 1502 3462-1-pb
 
Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2
 
Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2
 
peranan sekolah bagi fpk
peranan sekolah bagi fpkperanan sekolah bagi fpk
peranan sekolah bagi fpk
 
Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4
 
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docxPENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
 
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)
 
29876007
2987600729876007
29876007
 
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
 
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiran
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiranPermendikbud tahun2014 nomor103_lampiran
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiran
 
Pendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didikPendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didik
 
Kurikulum pembelajaran
Kurikulum pembelajaranKurikulum pembelajaran
Kurikulum pembelajaran
 
Power Point.KK C Pedagogik SD.Kelas Tinggi
Power Point.KK C Pedagogik  SD.Kelas TinggiPower Point.KK C Pedagogik  SD.Kelas Tinggi
Power Point.KK C Pedagogik SD.Kelas Tinggi
 
Urgensi pendidikan karakter
Urgensi pendidikan karakterUrgensi pendidikan karakter
Urgensi pendidikan karakter
 
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdf
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdfArtikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdf
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdf
 
Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...
Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...
Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...
 

Mehr von Septian Muna Barakati

Mehr von Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Kürzlich hochgeladen

ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
Arisatrianingsih
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
arifyudianto3
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
IftitahKartika
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
VinaAmelia23
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
yoodika046
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
rororasiputra
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
EnginerMine
 

Kürzlich hochgeladen (19)

Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifierKonsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
 
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxperbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdfB_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
 
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian KompetePEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 

Makalah karakter

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Pendidikan karakter adalah Salah satu hal yang sederhana karena kata ‘karakter’ adalah semua pengembangan diri siswa dalam interaksi belajar hingga awal dan berakhirnya proses pengajaran bisa tercapai pembentukan siswa yang berkarakter. Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Abstrac : Character education is one simple thing as the word 'character' is all personal development of students in the learning interaction to the beginning and end of the teaching processc an be achieved formation of student character. Character education in schools is needed, although the character is the foundation of education in the family. If a child gets a good education character of his family, the child will be the next good character. But many parents are more concerned than the intelligence aspect of character education. Latar belakang masalah Dewasa ini berkembang tuntutan untuk perubahan kurikulum pendidikan yang mengedepankan perlunya membangun karakter bangsa. Hal ini didasarkan pada fakta dan persepsi masyarakat tentang menurunnya kualitas sikap dan moral anak-anak atau generasi muda. Pada saat ini yang diperlukan sekarang adalah kurikulum pendidikan yang berkarakter; dalam arti kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus diorientasikan bagi pembentukan karakter peserta didik.Perbaikan kurikulum merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa suatu kurikulum yang berlaku harus secara terus-menerus dilakukan peningkatan dengan mengadopsi kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat dan kebutuhan peserta didik.
  • 2. BAB II PEMBAHASAN Perubahan kurikulum pendidikan merupakan agenda yang secara rutin berlangsung dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di negara berkembang.Dewasa ini mengedepankan perlunya membangun karakter bangsa.Hal ini didasarkan pada fakta dan persepsi masyarakat tentang menurunnya kualitas sikap dan moral anak-anak atau generasi muda.Yang diperlukan sekarang adalah kurikulum pendidikan yang berkarakter; dalam arti kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus diorientasikan bagi pembentukan karakter peserta didik. Melihat perjalanan sejarah pendidikan dari dekade sebelumnya, para orang tua, secara subyektif, membuat perbandingan antara situasi pendidikan masa kini dengan situasi di mana mereka dulu mengalami pendidikan di sekolah, atas situasi, sikap, perilaku sosial anak-anak, remaja, generasi muda sekarang, sebagian orang tua menilai terjadinya kemerosotan atau degradasi sikap atau nilai-nilai budaya bangsa. Mereka menghendaki adanya sikap dan perilaku anak-anak yang lebih berkarakter, kejujuran, memiliki integritas yang merupakan cerminan budaya bangsa, dan bertindak sopan santun dan ramah tamah dalam pergaulan keseharian. Selain itu diharapkan pula generasi muda tetap memiliki sikap mental dan semangat juang yang menjunjung tinggi etika, moral, dan melaksanakan ajaran agama. Jika ditarik garis lurus bahwa mereka yang kini menjadi orang dewasa adalah produk pendidikan pada beberapa dekade sebelumnya, maka yang dipertanyakan adalah kurikulum pendidikan di masa sebelumnya itu. Apa yang dilakukan oleh beberapa orang tua tersebut tidak sepenuhnya salah. Ada baiknya dilakukan “review” menyeluruh terhadap suatu kurikulum pendidikan. Kehendak untuk melakukan peninjauan kurikulum, sesungguhnya, bukan hanya semata-mata atas desakan dan tuntutan para orang tua.Perbaikan kurikulum merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa suatu kurikulum yang berlaku harus secara terus-menerus dilakukan peningkatan dengan mengadobsi kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat dan kebutuhan peserta didik.Kunci sukses implementasi kurikulum terutama adalah pada pendidik, kelembagaan sekolah, dukungan kebijakan strategis, dan lingkungan pendidikan itu sendiri. Definisi kurikulum memang sangat beragam, baik dalam arti luas maupun dalam arti sempit.Tetapi untuk tujuan penulisan ini, kiranya perlu dikutip pernyataan Sukmadinata (2004:150) yang mengatakan, kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum
  • 3. semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah.Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Selanjutnya dijelaskan, dalam memahami konsep kurikulum, setidaknya ada tiga pengertian yang harus dipahami, yaitu; (1) kurikulum sebagai substansi atau sebagai suatu rencana belajar; (2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum yang merupakan bagian dari sistem persekolahan dan sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat; (3) kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang kajian kurikulum, yang merupakan bidang kajian para ahli kurikulum, pendidikan dan pengajaran. Mengacu pada pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa kurikulum merupakan rancangan pendidikan, yang berisi serangkaian proses kegiatan belajar siswa. Dengan demikian secara implisit kurikulum memiliki tujuan yaitu tujuan pendidikan.Selain itu juga jelas bahwa banyak faktor yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan, yaitu guru, siswa, orang tua, dan lingkungan. Manajemen persekolahan juga menjadi variabel penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan.Bagaimana iklim sekolah diciptakan, turut berperan dalam mewarnai anak didik.Apakah iklim kebebasan, disiplin, ketertiban, dan kreativitas benar-benar tercipta di lingkungan sekolah. Pendidikan Karakter Pendidikan karakter bukan merupakan hal yang baru sekarang.penanamannilai-nilai sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dahulu kala.Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman, agaknya menuntut adanya penanaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pengajaran. Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin memudar. Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Pendidikan Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, dan adil. Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Distribusi penanaman nilai- nilai utama dalam tiap mata pelajaran dapat dilihat sebagai
  • 4. berikut: 1. Pendidikan Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, dan adil. 2. Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, mengahargai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain. 3. Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis. 4. Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras. 5. Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu 6. Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerja sama, patuh pada aturan sosial 7. Seni Budaya: Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin, jujur, disiplin, demokratis 8. Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, mengahrgai karya dan prestasi orang lain 9. TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain. 10. Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan, menghargai karya orang lain, nasional, peduli. Bagaimana kesemuanya diaplikasikan? Setiap nilai utama tersebut dapat dimasukkan ke dalam pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan konfirmasi. Bagian pertama adalah Eksplorasi, antara lain dengan cara: 1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam terbuka jadi guru dan peserta didik belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama) 2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
  • 5. 3. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan) 4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri) 5. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras) Bagian kedua adalah Elaborasi, nilai- nilai yang dapat ditanamkan antara lain: 1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis) 2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun) 3. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis) 4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab) 5. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai) 6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama) 7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama) 8. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama) 9. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama) Dan bagian ketiga adalah konfirmasi, nilai-nilainya antara lain: 1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan:
  • 6. saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis) 2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis) 3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan) 4. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru yang berfungsi sebagai:  Narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);  Membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);  Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis)  Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan  Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri). Penanaman nilai diatas yang nantinya diharapkan akan menjadikan peserta didik menjadi lebih berkarakter. Di masa lalu, dogma atau doktrin negara dilakukan melalui penataran-penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) atau melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Pelaksanaan penataran P4 juga menjadi program wajib setiap siswa baru pada jenjang sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Pada semua mata pelajaran, secara implisit termuat tujuan pembelajaran yaitu adanya perubahan kognitif, sikap, dan perilaku pembelajar. Kesemua kegiatan pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran yang terkait langsung dengan pembangunan mental dan moral pembelajar, itu dimaksudkan sebagai usaha untuk membentuk sikap warga negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa, mempererat persatuan dan kesatuan, menciptakan kesadaran hidup bernegara, dan membangun moral bangsa. Faktanya, setelah berlangsung bertahun-tahun, “produk” penataran P4 itu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penyakit sosial dan penyakit masyarakat masih saja merebak.sudah bukan lagi disebut sebagai kenakalan remaja. Yang terlihat sekarang adalah perilaku tidak jujur, korupsi, kolusi,
  • 7. nepotisme, suap, makelar kasus, bahkan tindakan terorisme, hilangnya sikap kesabaran, pelanggaran norma masyarakat, merosotnya disiplin berlalu-lintas di jalanan, memudarnya rasa malu, meredupnya sikap saling menghargai, dan sebagainya. Selain itu, yang juga tampak menonjol adalah rendahnya penghargaan terhadap karya sendiri dan atau karya bangsa sendiri.Hal ini diindikasikan dengan tindakan pembajakan produk yang melanggar hak cipta, perilaku mencontek dalam ujian, dan bahkan sikap mengagung-agungkan gelar, telah melunturkan etos belajar, sehingga terjadi pemalsuan ijazah.Apalagi ditambah dengan sikap konsumerisme dan gempuran iklan produk konsumtif yang menyerbu setiap hari melalui berbagai media, kian menunjukkan betapa kita telah kehilangan jati diri dan tidak mempunyai karakter. Dalam tataran ini, belajar atau sekolah dianggap bukan sebagai kebutuhan, tetapi hanya merupakan wahana memburu status. Sekolah dipandang bukan sebagai wahana sosialisasi dan membangun jiwa merdeka, tetapi dipandang sebagai jembatan menuju “kemewahan”. Pendidikan berbeda dengan indoktrinasi.Pendidikan lebih bermuatan nilai-nilai kemanusiaan, sedangkan indoktrinasi berkaitan dengan kepentingan politik.Pendidikan bukan untuk menciptakan kemakmuran lahiriah, karena kemakmuran itu hanya merupakan dampak dari pendidikan. Kurikulum Pendidikan Pertanyaannya, adakah yang salah dalam kurikulum pendidikan di masa lalu?Apakah kurikulum di masa lalu tidak memuat pendidikan karakter?Apakah kurikulum itu sendiri telah memiliki karakter, sehingga mampu membentuk karakter peserta didik?Sebagaimana diketahui, bahwa suatu kurikulum diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi pada masanya.Kurikulum yang berlaku pada masanya itu dapat dipandang telah memiliki kesesuaian dengan situasi dan kondisi pada waktu itu dan memiliki tujuan-tujuan ideal yang telah dipertimbangkan dengan matang. Kurikulum pendidikan yang berlaku dalam persekolahan di Indonesia telah mengalami berbagai penyempurnaan, terakhir dengan apa yang disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang merupakan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). Implikasi lain dalam KTSP dan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 jo. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
  • 8. Propinsi sebagai Daerah Otonom adalah desentralisasi pengelolaan pendidikan kepada pemerintah daerah. Diskusi yang berkembang kemudian adalah kesiapan daerah dalam melaksanakan pengelolaan pendidikan dan mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.Selain itu juga terkait dengan batas-batas kewenangan pemerintah pusat dalam memberikan dukungan pelaksanaan KTSP. KTSP telah mengatur segala prinsip dan ketentuan-ketentuan pelaksanaanya.Yang sekarang tampak nyata adalah kendala-kendala dalam implementasi, di mana faktor kesiapan guru, ketersediaan sarana, kesiapan siswa, dan dukungan dari orang tua atau masyarakat yang kurang memadai. Kemandirian Bangsa Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar. Kondisi ini secara ekonomi menjadi target pasar yang besar pula bagi produk-produk negara lain. Apabila kondisi ini tidak diimbangi dengan perbaikan sektor pendidikan, maka dapat diprediksi situasi yang semakin buruk, yaitu bahwa bangsa dan negara dengan jumlah penduduk yang besar ini hanya akan menjadi target pemasaran produk dan budaya dari luar (asing). Selama ini masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai bangsa yang gemar mengkonsumsi, tetapi lalai dalam aspek “produksi”.Longgarnya regulasi, kesiapan mental yang mampu memfilter masuknya budaya negatif dari luar, dan tekanan globalisasi atau pasar bebas, semakin memperkeruh situasi ini. Pandangan tentang apa yang datang dari luar selalu baik, tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya, melahirkan ketidakseimbangan peradaban. Atau lebih tepatnya disebut “keterkejutan budaya (cultural shock)” Kategorisasi era perkembangan teknologi dari era agraris, era industri, dan era teknologi modern, telah nyata dalam kehidupan sebagian masyarakat kita. Contoh paling nyata adalah petani di sawah yang memiliki handphone, hanya sekadar agar tidak disebut “kuno”, atau ketinggalan jaman, tetapi tidak menggunakan handphone itu untuk kepentingan-kepentingan fungsionalnya. Contoh ini hanyalah merupakan salah satu paradok kehidupan yang terkait dengan pendidikan. Masih banyak contoh lain yang dapat diajukan dalam menunjukkan “keterkejutan budaya” sebagai dampak penerapan kurikulum pendidikan persekolahan. Keterombang-ambingnya generasi muda di “persimpangan budaya” memerlukan komitmen kalangan pendidik untuk mampu memberikan rambu-rambu dan sekaligus menanamkan nilai-nilai dan falsafah budaya bangsa sendiri tetap dalam kerangka
  • 9. kehidupan berbangsa dan bernegara. Membangun Peradaban Menghadapi tuntutan era globalisasi yang antara lain ditandai dengan adanya persaingan bebas dalam pergaulan dunia, maka pengelolaan pendidikan harus dirancang secara komprehensif dan integratif, direncanakan secara matang, dan mendapat dukungan dari semua pihak. Kurikulum juga harus memiliki keseimbangan dalam hal tujuan-tujuan yang ingin dicapai; tidak saja aspek kognitif dan keterampilan, tetapi juga penting aspek-aspek mental, etika, moral, dan seni. Trianto (2010:11) mengatakan, perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi, serta seni dan budaya. Dalam kaitan ini, yang terpenting adalah pencapaian substansi tujuan pendidikan dan proses pendidikan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Kurikulum adalah serangkaian proses pembelajaran untuk membentuk siswa yang memiliki integritas dan membangun sikap mandiri dalam rangka menghadapi kehidupan di masa depan. Sikap mental mandiri individual dalam diri siswa, secara kolektif dan kumulatif pada akhirnya akan mampu membentuk sikap mental kemandirian bangsa. KTSP yang diidealkan sekarang harus dilaksanakan dengan sepenuh hati oleh semua pihak dan dukungan dari pemerintah pusat berupa kebijakan-kebijakan yang benar-benar berorientasi pada pencapaian tujuan-tujuan diterapkannya KTSP. Konsepsi kompetensi dalam kurikulum adalah; (1) kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2) kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten; (3) kompeten merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran; dan (4) keandalan kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur. Secara prinsip, kebijakan dan implementasi kurikulum pendidikan persekolahan dimaksudkan untuk membentuk manusia seutuhnya, menyiapkan generasi muda menghadapi kehidupan di masa datang, dan membangun sikap mental bangsa yang mandiri.Pembentukan manusia seutuhnya dan segala atribut yang termasuk di dalamnya, hanya bisa dilaksanakan apabila didukung dengan kesiapan semua pihak dan penyediaan fasilitas yang memadai secara merata. Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan kembali bahwa yang terpenting dalam kurikulum adalah kemampuan suatu kurikulum dalam mengadaptasi perkembangan yang
  • 10. terjadi dalam masyarakat dan menerapkannya dalam proses pendidikan. Konsepsi kompetensi siswa yang diharapkan dari suatu kurikulum yang terutama adalah melakukan sesuatu sesuai konteks dan secara kreatif. Kreativitas manusia sebagai wujud dari pendidikan ini yang kemudian akan menjadi khasanah yang memperkaya budaya dan peradaban bangsa. Isi (content) suatu kurikulum harus merupakan usaha-usaha yang terarah dan terpadu untuk membangun sikap mental bangsa yang memiliki karakter dan mampu membangun peradaban bangsanya sendiri.
  • 11. BAB III PENUTUP Kesimpulan: Akhirnya, dapat ditarik beberapa poin penting sebagai berikut: (1) Kurikulum pendidikan yang berlaku pada suatu masa sebenarnya telah berusaha mengadopsi semua kebutuhan belajar siswa. Kurikulum pendidikan senantiasa dilakukan penyempurnaan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam masyarakat dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa. (2) Suatu kurikulum harus dirancang secara komprehensif, integratif, berimbang antara berbagai tujuan pendidikan, dan adaptif serta bervisi kedepan, dan bukan semata-mata karena kepentingan politis. (3) Kompetensi dapat diartikan sebagai kebiasaan berpikir dan bersikap sesuai dengan konteks, dan yang diharapkan dari siswa sebagai hasil pendidikan adalah melakukan sesuatu selain secara kontekstual tetapi juga secara kreatif yang akan memperkaya khasanah budaya bangsa; (4) Diperlukan kesiapan dan dukungan baik dari guru, siswa, orang tua dan masyarakat dan pemerintah dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan dalam sistem persekolahan. (5) Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan bebas antar-negara harus diimbangi dengan penerapan kurikulum yang menekankan pentingnya sikap kemandirian bangsa dalam membangun peradaban bangsa sendiri. (*)
  • 12. Daftar pustaka 1. John Mccain,Mark salter,”Karakter-Karakter yang Menggugah Dunia”Gramedia Pustaka Utama”Jakarta 2009 2. Heri Gunawan, S.Pd.I., M.Ag.” Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi” Alfabeta,Bandung,2011 3. Hamka Abdul Aziz,”Membangun Karakter Bangsa”Pustaka Al Mawardi.Surakarta,2011 4. Supriyoko,Pendidikan Karakter Membangun Peradaban,Samudera Biru, Jakarta2011 5. Sutarjo Adisusilo,”Pembelajaran Nilai Karakter”,Rajagrafindo, Jakarta,2012 6. Yoyon Bahtiar Irianto,Kebijakan Pembaharuan Pendidikan,Rajawali Press,Jakarta,2012