SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 16
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) 
“SI RAMBUT JAGUNG” 
BLOK NUTRISI 
KODE NSA 131 
Kelompok 8 : 
1. Doni Novrilliadi (G1D013001) 
2. Liya Sintiawati (G1D013013) 
3. Cucu Tresnasih (G1D013026) 
4. Yulia Nurcahyani (G1D013032) 
5. Tri Zuniati (G1D013043) 
6. Septiana Prabawati (G1D013050) 
7. Septo Kristiana (G1D013054) 
8. Intan Nurdiana (G1D013066) 
9. Wilis Putri Arista (G1D013075) 
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 
UNIVERSITAS NEGERI JENDERAL SOEDIRMAN 
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN 
JURUSAN KEPERAWATAN 
PURWOKERTO 
2014
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur 
kehidupan terkait dengan satu set prioritas nutrien yang berbeda. Semua orang 
sepanjang kehidupan membutuhkan nutrien yang sama, namun dalam jumlah yang 
berbeda. Nutrien tertentu yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis yang 
spesifik dan tidak tergantung pada nutrien yang lain, sangat dibutuhkan untuk hidup 
dan sehat (Kusharisupeni, 2007). 
Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952- 
1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa 
Arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. 
Selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan mengejanya sebagai 
”nutrisi”( Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain, 1994). 
Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan 
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta 
mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses 
pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut 
selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh (Almatsier, 
2004). 
Pada kasus PBL kali ini akan di bahas mengenai ketidakcukupan gizi dalam 
tubuh yang menyebabkan masalah nutrisi. Berikut merupakan kasus yang kan di 
analisis. 
An. Jepri berusia 5 tahun datang ke puskesmas diantar ibunya dengan keluhan 
perut buncit, badannya sangat kurus, rambut berwarna seperti rambut jagung, edema 
pada ekstremitas, belum bisa berbicara dan berjalan. Informasi yang didapat dari 
ibunnya mengatakan bahwa anak Jepri selama tiga tahun di beri makan singkong 
karena keterbatasan ekonomi keluarga. Saat melakukan pengkajian, didapatkan bahwa 
BB anak tersebut adalah 10 Kg, ners Panji kemudian menghitung status kategori 
sangat kurus. Ners Panji berencana melakukan pengkajian lebih lanjut dan 
menentukan masalah keperawatan pada anak Jepri, sehingga Ners Panji dapat 
menentukan rencana tindakan mandiri dan kolaborasi yang tepat pada anak tersebut.
B. Tujuan 
1. Mengetahui perbedaan antara marasmus dan kwashiorkhor. 
2. Mengetahui patofisiologi penyakit edema. 
3. Mengetahui pengakuran status gizi NCHS persentil, Z-Score dan IMT. 
4. Mengetahui asuhan keperawatan pada kasus tersebut.
BAB II 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
A. Perbedaan Antara Marasmus dan Kwasiorkhor 
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau 
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, 
yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan 
karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi 
buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh 
membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana 
seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya 
berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein, 
karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis 
yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk 
adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Nency, 
2005). 
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor. 
Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari 
masing-masing tipe yang berbeda-beda 
1. Marasmus 
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang 
timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot 
di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan 
kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati 
dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun 
setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus 
adalah (Depkes RI, 2000). 
2. Kwashiorkor 
Kwashiorkor adalah gangguan gizi kerena kekurangan protein. Penampilan tipe 
kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya 
mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian 
tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus 
dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.
3. Marasmus-Kwashiorkor 
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor 
dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga 
energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping 
menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda 
kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan 
biokimiawi terlihat pula (Depkes RI, 2000). 
Perbedaan tanda dan gejala marasmus dan kwashiorkhor menurut Suryanah 
(1996) 
No. Kwashiorkor Marasmus 
1. Muka bulat seperti bulat (moon face) Anak terlihat tua dan tubuh kecil 
2. Rambut tidak normal dan warna 
seperti jagung serta mudah dicabut 
Rambut normal dan warnanya hitam 
3. Lengan bagian bawah bengkak, 
pembesaran pada hati dan edema 
pada kaki 
Badan kurus dan tak ada lapisan 
kulit 
4. Kelihatan tidak lapar Kelihatan sangat lapar 
5. BB kurang walaupun tidak kurus BB sangat kuarang 
6. Diare Kadang-kadang disertai diare 
menahun 
7. Lingkar lengan <14 cm Lingkar lengan >14 cm 
8. Anemis Mata cekung 
9. Tampak sedih dan duduk diam tidak 
bergerak (apatis) 
Lebih aktif dan tidak apatis 
10. Perut bengkak/buncit karena otot 
perut lemah 
Tidak ada busung/buncit 
11. Edema Tidak ada edema
B. Patofisiologi Penyakit Edema 
Edema disebabkan karena permeabilitas kapiler glomerulus meningkat. Tekanan 
osmotik darah lebih besar dari pada limfe. Daya permeabilitas ini bergantung kepada 
substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya 
akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat 
bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic 
koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. 
Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan 
menimbulkan edema. Hal ini disebabkan karena : 
1. Hipoproteinemia 
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya 
daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar 
vaskula sebagai cairan edema. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan 
edema umum. 
2. Tekanan osmotik koloid 
Tekanan osmotik koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga 
tidak dapat melawan tekanan osmotik yang terdapat dalam darah. Tetapi pada 
keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika 
permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan 
dapat menyebabkan edema.
3. Retensi natrium dan air 
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada 
yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi 
hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan 
ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi 
edema. 
Diketahui dari kasus bahwa klien mengalami edema karena kukurangan 
protein atau dapat disebut juga Edema Hipoalbuminalik. Menurut Underwood 
(1999) Kekurangan protein dapat menjadikan edema karena berkurangnya 
tekanan osmotik plasma. Rendahnya tekanan osmotik plasma membuat cairan 
tidak dapat ditarik kembali kedalam akhir vena dari anyaman kapiler dan tetap 
ada dalam jaringan. Cairan yang ada didalam jaringan inilah yang membuat 
edema. 
C. Pengukuran Status Gizi 
Ambang batas status gizi dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu persen terhadap 
median, persentil, dan standar deviasi unit atau Z-score, yaitu : 
1. Persen Terhadap Median 
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi 
median sama dengan persentil 50 (Supariasa, 2001). 
Rumus persen terhadap median : 
%median = 
푛푖푙푎푖 푖푛푑푖푣푖푑푢 푠푢푏푗푒푘 
푛푖푙푎푖 푚푒푑푖푎푛 푏푎푘푢 푟푢푗푢푘푎푛 
x 100% 
2. Persentil 
Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap 
median, akhirnya memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau 
nilai tengah dari jumlah populasi berasa diatasnya dan setengahnya berada 
dibawahnya. National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan 
persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas 
gizi lebih (Supariasa, 2001). 
3. Standar Deriasi Unit (SD)
Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan 
menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan 
(Supariasa, 2001). Rumus perhitungan status gizi dengan Z-score yaitu : 
SG = 
푁푖푙푎푖 푅푖푖푙−푁푖푙푎푖 푀푒푑푖푎푛 
푁푖푙푎푖 푀푒푑푖푎푛 −(±푆퐷) 
Ket : 
1) Nilai Riil = nilai hasil pengukuran (TB atau BB) 
2) Nilai Median berdasarkan umur dapat dilihat di tabel z-score (terlampir) 
3) ±SD, 
+ SD = Standar deviasi upper, digunakan saat nilai riil lebih besar daripada 
nilai median 
- SD = Standar deviasi lower, digunakan saat nilai riil kurang dari nilai median 
Besarnya nilai standar deviasi dapat dilihat di tabel Z-score (terlampir) 
4) Ukuran 
Indeks SG Z-Score 
BB/U • BB lebih (over weight) 
• BB normal (normal weight) 
• BB rendah (under weight) 
• BB sangat rendah (severe 
underweight) 
> +2 SD 
-2 SD s/d +2 SD 
-3 SD s/d < -2 SD 
< -3 SD 
TB/U 
PB/U 
• TB jangkung (tall) 
• TB normal (normal height) 
• TB pendek (stunted) 
• TB sangat pendek (severe stunted) 
> +2 SD 
-2 SD s/d +2 SD 
-3 SD s/d < -2 SD 
< -3 SD 
BB/TB 
BB/PB 
• Gemuk (fatty) 
• Normal 
• Kurus (wasted) 
• Sangat kurus (severe wasted) 
> +2 SD 
-2 SD s/d +2 SD 
-3 SD s/d < -2 SD 
< -3 SD
Contoh soal : 
Diket : Data yang diperoleh An. Jepri 
BB anak : 10 kg Nilai riil < nilai Median, SD Upper (-SD) : 16 
Usia : 5 tahun 
Nilai median : 18, 3 
Jawab : SG : 
푁푖푙푎푖 푅푖푖푙−푁푖푙푎푖 푀푒푑푖푎푛 
푁푖푙푎푖 푀푒푑푖푎푛 −(±푆퐷) 
= 
10−18,3 
18,3−16 
= 
−8,3 
2,3 
= -3,6 
Kesimpulan, Status gizi anak Jepri sangat rendah karena SG kurang dari -3 yaitu -3,6 
 Pengukuran yang lain yang dapat digunakan pada orang dewasa adalah dengan 
menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) 
Rumus : IMT = 
퐵퐵 (푘푔) 
푇퐵2 (푚2 ) 
Pedoman : 
IMT <17,0 = BB kurang tingkat berat 
IMT 17,0 s.d. 18,5 = BB kurang tingkat sedang 
IMT 18,5-25 = BB Normal 
IMT 25,0-27,0 = BB lebih tingkat ringan 
IMT > 25 = BB lebih tingkat berat 
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian 
a. Identitas 
1) Nama : An. Febri 
2) Usia : 5 tahun 
3) Jenis kelamin : laki-laki 
b. Keluhan utama : - berat badan turun 
- tidak nafsu makan 
c. Riwayat kesehatan keluarga : - hanya makan singkong selama 3 tahun 
- ekonomi keluarganya rendah 
d. Pola fungsional : pola makan = makan singkong 
e. Pemeriksaan fisik : - rambut jagung 
- edema ekstremitas 
- badan sangat kurus 
- perut buncit 
- BB = 10 kg 
- z-score = -3,6 (sangat rendah) 
f. Data tumbuh kembang : belum bisa bicara dan berjalan 
g. Pemeriksaan penunjang : 
2. Analisa data pengkajian 
No. 
Tanggal 
pengkajian 
Analisa data Masalah Etiologi Symptom 
1. 18 
September 
2014 
DS : 
Ibu pasien 
mengatakan 
bahwa anak 
Ketidak-seimbangan 
nutrisi 
(kurang dari 
Faktor 
ekonomi
Jepri selama 3 
tahun hanya 
diberi makan 
singkong 
DO : 
BB = 10 kg 
(20% dibawah 
BBI) 
Z-score = -3,6 
(sangat rendah) 
NCHS = 50% 
(gizi buruk) 
Perut buncit 
Rambut jagung 
Edema 
ekstremitas 
kebutuhan) 
Berdasarkan hasil analisa data pengkajian dapat ditetapkan diagnosa 
terhadap An. Febri sesuai dengan buku panduan NANDA yaitu 
“Ketidakseimbangan nurisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan faktor 
ekonomi. Adapun batasan karakteristiknya antara lain : kurangnya makanan, BB 
lebih dari 20% dibawah BBI dan hasil penghitungan Z score dan NCHS 
menunjukkan gizi pasien sangat buruk”. 
3. Rencana keperawatan 
No. 
Tangg 
al 
Diagnosa 
keperawatan 
Tujuan dan hasil 
kriteria (NOC) 
Intervensi 
(NIC) 
Rasionalisasi 
1. 18 
Septe 
Ketidak-seimbangan 
NOC : Nutrition 
Status 
NIC : 
1. Nutrition
mber 
2014 
nutrisi b.d. 
faktor ekonomi 
Setelah dilakukan 
asuhan keperawatan 
status nutrisi pasien 
meningkat dengan 
kriteria hasil : 
Indikator A T 
Nutrient 
1 3 
intake 
Weight 
ratio 
1 3 
Keterangan : 
1= buruk 
2= kurang 
3= sedang 
4= baik 
5= sangat baik 
management 
a. tentukan 
pilihan 
makanan 
pasien. 
b. sediakan 
pilihan 
makanan yang 
sesuai untuk 
pasien. 
c. lakukan 
kolaborasi 
dengan ahli 
gizi. 
2. Nutrition 
theraphy 
a. lakukan 
penkajian 
nurisi lebih 
lanjut 
b. berikan 
makanan 
dengan warna, 
bentuk, tekstur 
dan jenis yang 
unik dan 
beragam. 
3. Nutritional 
counseling 
a. diskusikan 
kebutuhan 
Agar makanan 
yang akan 
diberikan 
kepada pasien 
sesuai dengan 
angka 
kebutuhan 
kalori dan 
jenis nutrien 
apa saja yang 
dibutuhkan 
pasien. 
Untuk 
menarik 
perhatian 
pasien agar 
nafsu 
makannya 
meningkat. 
Agar keluarga
nutrisi pasien 
dan presepsi 
pasien/keluaga 
tentang 
makanan yang 
telah 
direkomen-dasikan. 
b. berikan 
informasi 
kepada 
keluarga 
mengenai 
kebutuhan 
nutrisi pasien 
untuk 
kesehatannya. 
4. Nutritional 
monitoring 
a. monitor 
pemilihan 
makanan. 
b. monitor 
intake kalori 
dan nutrient. 
c. catat 
perubahan 
signifikan 
status nutrisi 
dan inisiatif 
treatments 
d. catat ada 
dan pasien 
mengetahui 
apa saja 
kebutuhan 
nutrisi yang 
harus dipenuhi 
untuk 
meningkatkan 
status gizi dan 
kesehatannya 
dan berusaha 
untuk 
memenuhinya. 
Untuk 
mengetahui 
perkembangan 
pada status 
nutrisi pasien 
sebelum dan 
setelah 
dilakukan 
tindakan
tidaknya luka, 
edema, dll. 
keperawatan, 
serta 
mengetahui 
apakah ada 
gangguan lain 
atau tidak.
BAB III 
KESIMPULAN 
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau 
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi 
buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau 
kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Patofisiologi penyakit edema 
disebabkan karena permeabilitas kapiler glomerulus meningkat. Tekanan osmotik darah lebih 
besar dari pada limfe. Pengukuran menggunakan NCHS Z-Score didapat hasil -3,6 yang 
menandakan anak Febri dalam kondisi sangat rendah status gizinnya. Diagnosa yang muncul 
pada kasus tersebut Ketidakseimbangan nurisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan 
faktor ekonomi. Adapun batasan karakteristiknya antara lain : kurangnya makanan, BB lebih 
dari 20% dibawah BBI dan hasil penghitungan Z score dan NCHS menunjukkan gizi pasien 
sangat buruk.
BAB IV 
DAFTAR PUSTAKA 
Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. 
Badudu-Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 
Davey, P.2005.At A Glance Medicine.Jakarta:Erlangga 
Depkes RI, 2000. Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional tahun 2001-2005, Jakarta. 
Kusharisupeni, 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan (Prinsip-Prinsip Dasar).Dalam: 
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas KesehatanMasyarakat 
Universitas Indonesia, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: P.T. 
RajaGrafindo Persada, 135. 
Mc.Closkey, J.C. and Bulecheck, G.M. (2004). Nursing Intervention Clssification (NIC). 
4th Edition. USA : Mosby. 
Moorhead, S. and Johnson, M., et al. (2004). Nursing Outcomes Classification (NOC) 
4th Edition. USA : Mosby. 
NANDA. (2012). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC. 
Nency Y, Arifin M.T., 2005. Gizi Buruk Ancaman Generasi yang Hilang. Diakses tanggal 21 
Sep. 14, http://ppi-jepang.org. 
Supariasa, I. D. N. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC 
Tambayong, J.2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC 
Underwood, J.C.E. (1999). Patologi : Umum dan Sistematik Ed 2. Jakarta : EGC.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Materi v pembuatan formula pada gizi buruk
Materi v pembuatan formula pada gizi burukMateri v pembuatan formula pada gizi buruk
Materi v pembuatan formula pada gizi buruk
Joni Iswanto
 
Ppt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidismePpt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidisme
KANDA IZUL
 
Laporan tutorial skenario 2 blok mata fix
Laporan tutorial skenario 2 blok mata fixLaporan tutorial skenario 2 blok mata fix
Laporan tutorial skenario 2 blok mata fix
Faris Budiyanto
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Verar Oka
 

Was ist angesagt? (20)

PPT macam-macam syok
PPT macam-macam syokPPT macam-macam syok
PPT macam-macam syok
 
Anemia power point 2
Anemia power point 2Anemia power point 2
Anemia power point 2
 
Materi v pembuatan formula pada gizi buruk
Materi v pembuatan formula pada gizi burukMateri v pembuatan formula pada gizi buruk
Materi v pembuatan formula pada gizi buruk
 
Stroke Basic Knowledge Bhs Indonesia
Stroke Basic Knowledge Bhs IndonesiaStroke Basic Knowledge Bhs Indonesia
Stroke Basic Knowledge Bhs Indonesia
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaAnamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
 
Stroke 4
Stroke 4Stroke 4
Stroke 4
 
Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6
 
Manuver leopold
Manuver leopoldManuver leopold
Manuver leopold
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
 
Overview syok
Overview syokOverview syok
Overview syok
 
Laporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritisLaporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritis
 
Bagan MTBS
Bagan MTBSBagan MTBS
Bagan MTBS
 
Crohn dan kolitis ulseratif
Crohn dan kolitis ulseratifCrohn dan kolitis ulseratif
Crohn dan kolitis ulseratif
 
Ppt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidismePpt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidisme
 
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHFKasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
 
Laporan tutorial skenario 2 blok mata fix
Laporan tutorial skenario 2 blok mata fixLaporan tutorial skenario 2 blok mata fix
Laporan tutorial skenario 2 blok mata fix
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
 
Terapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anakTerapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anak
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
 

Andere mochten auch (8)

Askep nutrisi
Askep nutrisiAskep nutrisi
Askep nutrisi
 
Kul malnutrisi
Kul malnutrisiKul malnutrisi
Kul malnutrisi
 
GIZIBURUK(MARASMUS,KWASHIORKOR,MARASMIK-KWASHIORKOR)
GIZIBURUK(MARASMUS,KWASHIORKOR,MARASMIK-KWASHIORKOR)GIZIBURUK(MARASMUS,KWASHIORKOR,MARASMIK-KWASHIORKOR)
GIZIBURUK(MARASMUS,KWASHIORKOR,MARASMIK-KWASHIORKOR)
 
presentasi penyakit kwasiorkhor (Biokimia II)
presentasi penyakit kwasiorkhor (Biokimia II)presentasi penyakit kwasiorkhor (Biokimia II)
presentasi penyakit kwasiorkhor (Biokimia II)
 
Bahan Presentasi Bides "Sukses Karier, Nyaman Lingkungan, Dapur Berasap" di J...
Bahan Presentasi Bides "Sukses Karier, Nyaman Lingkungan, Dapur Berasap" di J...Bahan Presentasi Bides "Sukses Karier, Nyaman Lingkungan, Dapur Berasap" di J...
Bahan Presentasi Bides "Sukses Karier, Nyaman Lingkungan, Dapur Berasap" di J...
 
Kwashiorkor
KwashiorkorKwashiorkor
Kwashiorkor
 
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
 
Makanan bergizi dan seimbang untuk anak
Makanan bergizi dan seimbang untuk anakMakanan bergizi dan seimbang untuk anak
Makanan bergizi dan seimbang untuk anak
 

Ähnlich wie Pbl 1 malnutrition

Chapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi BurukChapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi Buruk
STIMLOG
 

Ähnlich wie Pbl 1 malnutrition (20)

Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
KEP
KEPKEP
KEP
 
Klb
KlbKlb
Klb
 
Chapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi BurukChapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi Buruk
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
gizi-buruk
 gizi-buruk gizi-buruk
gizi-buruk
 
Tugas Presentasi Marasmus .pptx
Tugas Presentasi Marasmus .pptxTugas Presentasi Marasmus .pptx
Tugas Presentasi Marasmus .pptx
 
PENGANTAR ILMU GIZI
 PENGANTAR ILMU GIZI  PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI
 
Masalah gizi pada lansia
Masalah gizi pada lansiaMasalah gizi pada lansia
Masalah gizi pada lansia
 
Anemia Pada Ibu Nifas
Anemia Pada Ibu NifasAnemia Pada Ibu Nifas
Anemia Pada Ibu Nifas
 
ASKEP Diabetes mellitus
ASKEP Diabetes mellitusASKEP Diabetes mellitus
ASKEP Diabetes mellitus
 
malnutrisi
malnutrisimalnutrisi
malnutrisi
 
PPT NIFAS ROMIH RATNANINGSIH.pptx
PPT NIFAS ROMIH RATNANINGSIH.pptxPPT NIFAS ROMIH RATNANINGSIH.pptx
PPT NIFAS ROMIH RATNANINGSIH.pptx
 
Makalah agung : Defisiensi Karbohidrat MARASMUS
Makalah agung : Defisiensi Karbohidrat MARASMUSMakalah agung : Defisiensi Karbohidrat MARASMUS
Makalah agung : Defisiensi Karbohidrat MARASMUS
 
Askep disentri
Askep disentriAskep disentri
Askep disentri
 
PBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit KuningPBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit Kuning
 
Angka Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil RISKESDAS 2019
Angka Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil RISKESDAS 2019Angka Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil RISKESDAS 2019
Angka Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil RISKESDAS 2019
 
Angka Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Riskesdas 2018
Angka Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Riskesdas 2018Angka Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Riskesdas 2018
Angka Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Riskesdas 2018
 
Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018
Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018 Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018
Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018
 

Kürzlich hochgeladen

KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 

Kürzlich hochgeladen (20)

KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOASCATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 

Pbl 1 malnutrition

  • 1. PROBLEM BASED LEARNING (PBL) “SI RAMBUT JAGUNG” BLOK NUTRISI KODE NSA 131 Kelompok 8 : 1. Doni Novrilliadi (G1D013001) 2. Liya Sintiawati (G1D013013) 3. Cucu Tresnasih (G1D013026) 4. Yulia Nurcahyani (G1D013032) 5. Tri Zuniati (G1D013043) 6. Septiana Prabawati (G1D013050) 7. Septo Kristiana (G1D013054) 8. Intan Nurdiana (G1D013066) 9. Wilis Putri Arista (G1D013075) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2014
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur kehidupan terkait dengan satu set prioritas nutrien yang berbeda. Semua orang sepanjang kehidupan membutuhkan nutrien yang sama, namun dalam jumlah yang berbeda. Nutrien tertentu yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis yang spesifik dan tidak tergantung pada nutrien yang lain, sangat dibutuhkan untuk hidup dan sehat (Kusharisupeni, 2007). Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952- 1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan mengejanya sebagai ”nutrisi”( Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain, 1994). Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh (Almatsier, 2004). Pada kasus PBL kali ini akan di bahas mengenai ketidakcukupan gizi dalam tubuh yang menyebabkan masalah nutrisi. Berikut merupakan kasus yang kan di analisis. An. Jepri berusia 5 tahun datang ke puskesmas diantar ibunya dengan keluhan perut buncit, badannya sangat kurus, rambut berwarna seperti rambut jagung, edema pada ekstremitas, belum bisa berbicara dan berjalan. Informasi yang didapat dari ibunnya mengatakan bahwa anak Jepri selama tiga tahun di beri makan singkong karena keterbatasan ekonomi keluarga. Saat melakukan pengkajian, didapatkan bahwa BB anak tersebut adalah 10 Kg, ners Panji kemudian menghitung status kategori sangat kurus. Ners Panji berencana melakukan pengkajian lebih lanjut dan menentukan masalah keperawatan pada anak Jepri, sehingga Ners Panji dapat menentukan rencana tindakan mandiri dan kolaborasi yang tepat pada anak tersebut.
  • 3. B. Tujuan 1. Mengetahui perbedaan antara marasmus dan kwashiorkhor. 2. Mengetahui patofisiologi penyakit edema. 3. Mengetahui pengakuran status gizi NCHS persentil, Z-Score dan IMT. 4. Mengetahui asuhan keperawatan pada kasus tersebut.
  • 4. BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perbedaan Antara Marasmus dan Kwasiorkhor Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Nency, 2005). Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda 1. Marasmus Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000). 2. Kwashiorkor Kwashiorkor adalah gangguan gizi kerena kekurangan protein. Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.
  • 5. 3. Marasmus-Kwashiorkor Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula (Depkes RI, 2000). Perbedaan tanda dan gejala marasmus dan kwashiorkhor menurut Suryanah (1996) No. Kwashiorkor Marasmus 1. Muka bulat seperti bulat (moon face) Anak terlihat tua dan tubuh kecil 2. Rambut tidak normal dan warna seperti jagung serta mudah dicabut Rambut normal dan warnanya hitam 3. Lengan bagian bawah bengkak, pembesaran pada hati dan edema pada kaki Badan kurus dan tak ada lapisan kulit 4. Kelihatan tidak lapar Kelihatan sangat lapar 5. BB kurang walaupun tidak kurus BB sangat kuarang 6. Diare Kadang-kadang disertai diare menahun 7. Lingkar lengan <14 cm Lingkar lengan >14 cm 8. Anemis Mata cekung 9. Tampak sedih dan duduk diam tidak bergerak (apatis) Lebih aktif dan tidak apatis 10. Perut bengkak/buncit karena otot perut lemah Tidak ada busung/buncit 11. Edema Tidak ada edema
  • 6. B. Patofisiologi Penyakit Edema Edema disebabkan karena permeabilitas kapiler glomerulus meningkat. Tekanan osmotik darah lebih besar dari pada limfe. Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Hal ini disebabkan karena : 1. Hipoproteinemia Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum. 2. Tekanan osmotik koloid Tekanan osmotik koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotik yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema.
  • 7. 3. Retensi natrium dan air Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema. Diketahui dari kasus bahwa klien mengalami edema karena kukurangan protein atau dapat disebut juga Edema Hipoalbuminalik. Menurut Underwood (1999) Kekurangan protein dapat menjadikan edema karena berkurangnya tekanan osmotik plasma. Rendahnya tekanan osmotik plasma membuat cairan tidak dapat ditarik kembali kedalam akhir vena dari anyaman kapiler dan tetap ada dalam jaringan. Cairan yang ada didalam jaringan inilah yang membuat edema. C. Pengukuran Status Gizi Ambang batas status gizi dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit atau Z-score, yaitu : 1. Persen Terhadap Median Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50 (Supariasa, 2001). Rumus persen terhadap median : %median = 푛푖푙푎푖 푖푛푑푖푣푖푑푢 푠푢푏푗푒푘 푛푖푙푎푖 푚푒푑푖푎푛 푏푎푘푢 푟푢푗푢푘푎푛 x 100% 2. Persentil Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap median, akhirnya memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berasa diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya. National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih (Supariasa, 2001). 3. Standar Deriasi Unit (SD)
  • 8. Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan (Supariasa, 2001). Rumus perhitungan status gizi dengan Z-score yaitu : SG = 푁푖푙푎푖 푅푖푖푙−푁푖푙푎푖 푀푒푑푖푎푛 푁푖푙푎푖 푀푒푑푖푎푛 −(±푆퐷) Ket : 1) Nilai Riil = nilai hasil pengukuran (TB atau BB) 2) Nilai Median berdasarkan umur dapat dilihat di tabel z-score (terlampir) 3) ±SD, + SD = Standar deviasi upper, digunakan saat nilai riil lebih besar daripada nilai median - SD = Standar deviasi lower, digunakan saat nilai riil kurang dari nilai median Besarnya nilai standar deviasi dapat dilihat di tabel Z-score (terlampir) 4) Ukuran Indeks SG Z-Score BB/U • BB lebih (over weight) • BB normal (normal weight) • BB rendah (under weight) • BB sangat rendah (severe underweight) > +2 SD -2 SD s/d +2 SD -3 SD s/d < -2 SD < -3 SD TB/U PB/U • TB jangkung (tall) • TB normal (normal height) • TB pendek (stunted) • TB sangat pendek (severe stunted) > +2 SD -2 SD s/d +2 SD -3 SD s/d < -2 SD < -3 SD BB/TB BB/PB • Gemuk (fatty) • Normal • Kurus (wasted) • Sangat kurus (severe wasted) > +2 SD -2 SD s/d +2 SD -3 SD s/d < -2 SD < -3 SD
  • 9. Contoh soal : Diket : Data yang diperoleh An. Jepri BB anak : 10 kg Nilai riil < nilai Median, SD Upper (-SD) : 16 Usia : 5 tahun Nilai median : 18, 3 Jawab : SG : 푁푖푙푎푖 푅푖푖푙−푁푖푙푎푖 푀푒푑푖푎푛 푁푖푙푎푖 푀푒푑푖푎푛 −(±푆퐷) = 10−18,3 18,3−16 = −8,3 2,3 = -3,6 Kesimpulan, Status gizi anak Jepri sangat rendah karena SG kurang dari -3 yaitu -3,6  Pengukuran yang lain yang dapat digunakan pada orang dewasa adalah dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) Rumus : IMT = 퐵퐵 (푘푔) 푇퐵2 (푚2 ) Pedoman : IMT <17,0 = BB kurang tingkat berat IMT 17,0 s.d. 18,5 = BB kurang tingkat sedang IMT 18,5-25 = BB Normal IMT 25,0-27,0 = BB lebih tingkat ringan IMT > 25 = BB lebih tingkat berat D. Asuhan Keperawatan
  • 10. 1. Pengkajian a. Identitas 1) Nama : An. Febri 2) Usia : 5 tahun 3) Jenis kelamin : laki-laki b. Keluhan utama : - berat badan turun - tidak nafsu makan c. Riwayat kesehatan keluarga : - hanya makan singkong selama 3 tahun - ekonomi keluarganya rendah d. Pola fungsional : pola makan = makan singkong e. Pemeriksaan fisik : - rambut jagung - edema ekstremitas - badan sangat kurus - perut buncit - BB = 10 kg - z-score = -3,6 (sangat rendah) f. Data tumbuh kembang : belum bisa bicara dan berjalan g. Pemeriksaan penunjang : 2. Analisa data pengkajian No. Tanggal pengkajian Analisa data Masalah Etiologi Symptom 1. 18 September 2014 DS : Ibu pasien mengatakan bahwa anak Ketidak-seimbangan nutrisi (kurang dari Faktor ekonomi
  • 11. Jepri selama 3 tahun hanya diberi makan singkong DO : BB = 10 kg (20% dibawah BBI) Z-score = -3,6 (sangat rendah) NCHS = 50% (gizi buruk) Perut buncit Rambut jagung Edema ekstremitas kebutuhan) Berdasarkan hasil analisa data pengkajian dapat ditetapkan diagnosa terhadap An. Febri sesuai dengan buku panduan NANDA yaitu “Ketidakseimbangan nurisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan faktor ekonomi. Adapun batasan karakteristiknya antara lain : kurangnya makanan, BB lebih dari 20% dibawah BBI dan hasil penghitungan Z score dan NCHS menunjukkan gizi pasien sangat buruk”. 3. Rencana keperawatan No. Tangg al Diagnosa keperawatan Tujuan dan hasil kriteria (NOC) Intervensi (NIC) Rasionalisasi 1. 18 Septe Ketidak-seimbangan NOC : Nutrition Status NIC : 1. Nutrition
  • 12. mber 2014 nutrisi b.d. faktor ekonomi Setelah dilakukan asuhan keperawatan status nutrisi pasien meningkat dengan kriteria hasil : Indikator A T Nutrient 1 3 intake Weight ratio 1 3 Keterangan : 1= buruk 2= kurang 3= sedang 4= baik 5= sangat baik management a. tentukan pilihan makanan pasien. b. sediakan pilihan makanan yang sesuai untuk pasien. c. lakukan kolaborasi dengan ahli gizi. 2. Nutrition theraphy a. lakukan penkajian nurisi lebih lanjut b. berikan makanan dengan warna, bentuk, tekstur dan jenis yang unik dan beragam. 3. Nutritional counseling a. diskusikan kebutuhan Agar makanan yang akan diberikan kepada pasien sesuai dengan angka kebutuhan kalori dan jenis nutrien apa saja yang dibutuhkan pasien. Untuk menarik perhatian pasien agar nafsu makannya meningkat. Agar keluarga
  • 13. nutrisi pasien dan presepsi pasien/keluaga tentang makanan yang telah direkomen-dasikan. b. berikan informasi kepada keluarga mengenai kebutuhan nutrisi pasien untuk kesehatannya. 4. Nutritional monitoring a. monitor pemilihan makanan. b. monitor intake kalori dan nutrient. c. catat perubahan signifikan status nutrisi dan inisiatif treatments d. catat ada dan pasien mengetahui apa saja kebutuhan nutrisi yang harus dipenuhi untuk meningkatkan status gizi dan kesehatannya dan berusaha untuk memenuhinya. Untuk mengetahui perkembangan pada status nutrisi pasien sebelum dan setelah dilakukan tindakan
  • 14. tidaknya luka, edema, dll. keperawatan, serta mengetahui apakah ada gangguan lain atau tidak.
  • 15. BAB III KESIMPULAN Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Patofisiologi penyakit edema disebabkan karena permeabilitas kapiler glomerulus meningkat. Tekanan osmotik darah lebih besar dari pada limfe. Pengukuran menggunakan NCHS Z-Score didapat hasil -3,6 yang menandakan anak Febri dalam kondisi sangat rendah status gizinnya. Diagnosa yang muncul pada kasus tersebut Ketidakseimbangan nurisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan faktor ekonomi. Adapun batasan karakteristiknya antara lain : kurangnya makanan, BB lebih dari 20% dibawah BBI dan hasil penghitungan Z score dan NCHS menunjukkan gizi pasien sangat buruk.
  • 16. BAB IV DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. Badudu-Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Davey, P.2005.At A Glance Medicine.Jakarta:Erlangga Depkes RI, 2000. Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional tahun 2001-2005, Jakarta. Kusharisupeni, 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan (Prinsip-Prinsip Dasar).Dalam: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Indonesia, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada, 135. Mc.Closkey, J.C. and Bulecheck, G.M. (2004). Nursing Intervention Clssification (NIC). 4th Edition. USA : Mosby. Moorhead, S. and Johnson, M., et al. (2004). Nursing Outcomes Classification (NOC) 4th Edition. USA : Mosby. NANDA. (2012). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC. Nency Y, Arifin M.T., 2005. Gizi Buruk Ancaman Generasi yang Hilang. Diakses tanggal 21 Sep. 14, http://ppi-jepang.org. Supariasa, I. D. N. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Tambayong, J.2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC Underwood, J.C.E. (1999). Patologi : Umum dan Sistematik Ed 2. Jakarta : EGC.