3. Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap
perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu.
Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang
berbeda dengan periode lain.
5. ANGKATAN20-AN (BALAI PUSTAKA)
UNSUR ESTETIK
1) Gaya bahasa
perumpamaan
2) beralur luru
3) Tokoh berwatak datar
4) Banyak degresi (
sisipan )
5) Sudut pandang orang
ketig
6) Bersifat didaktis
7) Bercorak romantic
UNSUR EKSTRAESTETIK
1) Adat kawin paksa
2) Pertentangan paham
antar kaum tua dan
kaum muda
3) Latar daerah
pedesaan
4) Cerita sesuai taman
5) Cita-cita kebangsaan
belum dipermasalahkan
UNSUR
KEBAHASAA
N
keindahan
bahasa
daripada isi ,
ejaan lama,
pepatah,
pribahasa
sehingga
sukar di
mengerti
POLA PIKIR
MASYARAKAT
kolot,
terbelakang,
percaya akan
adanya hal
mistik,
menjunjung
adat
dan hanya
perkataan
orangtua yang
paling benar
dan harus
dituruti.
TEMA
NOVEL
kawin paksa,
pertentanga
n adat,
pertentanga
n antara
kaum tua
dan kaum
muda.
6. KARYA SASTRA ANGKATAN 20-AN
• Siti Nurbaya (Karya Marah Rusli)-1922
• Tema: Kasih tak sampai dan kawin paksa
• Tokoh: Sitti Nurbaya, Samsul Bahri, Datuk Meringgih
• Sitti Nurbaya menceritakan cinta remaja antara Samsul bahri dan Sitti Nurbaya, yang
hendak menjalin cinta tetapi terpisah ketika Samsu dipaksa pergi ke Batavia. Belum
lama kemudian, Nurbaya menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih
(yang kaya tapi kasar) sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang; Nurbaya
kemudian dibunuh oleh Meringgih. Pada akhir cerita Samsu, yang menjadi anggota
tentara kolonial Belanda, membunuh Meringgih dalam suatu revolusi lalu meninggal
akibat lukanya.
7. KARYA SASTRA ANGKATAN 20-AN
• Novel yang berjudul “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar
• Menceritakan kisah kehidupan seorang anak gadis bernama Mariamin yang hidup sengsara karena
harus mengurus ibunya yang sakit-sakitan. Mariamin mempunyai kekasih yang berasal dari keluarga
kaya dan baik-baik yang bernama Aminu’ddin berjanji akan menikahinya setelah dia mendapat
pekerjaan tapi Aminu’ddin tidak menikahinya karena ayahnya tidak setuju dengan hubungan mereka,
Aminu’ddin hanya meminta maaf lewat surat .2 tahun berlalu , mariamin pun menikah dengan pria
yang tidak ia kenal bernama kasibun yang setelah sekian lama mengidap penyakit yang dapat menular
pada pasangannya. Suatu ketika Aminu’ddin datang ke rumah mariamin dan karena suaminya
cemburu suaminya malah menyiksa dan memukul Aminu’ddin, karena tidak tahan mariamin pun
melaporkannya ke polisi Sampai akhirnya mereka bercerai. Kesudahannya Mariamin terpaksa Pulang
ke negrinya membawa nama yang kurang baik, membawa malu, menambah azab dan sengsara yang
bersarang di rumah kecil yang di pinggir sungai Sipirok. Hidup Mariamin sudah habis dan
kesengsaraannya di dunia sudah berkesudahan. Azab dan Sengsara dunia ini sudah tinggal di atas
bumi, berkubur dengan jazad badan yang kasar itu.
8. ANGKATAN30-AN (PUJANGGABARU)
• UNSUR ESTETIK
1) Tidak banyak menggunakan bahasa
perumpamaan
2) Alur maju
3) Tokoh berwatak bulat
4) Tidak benyak digresi (sisipan)
5) Sudut pandang orang ketiga objektif
6) Bergaya romantic
• UNSUR EKSTRAESTETIK
Angkatan 30an :
1) Masalah tentang kehidupan masyarakat kota
2) Terdapat cita-cita kebangsaan
3) Bersifat didaktis
• BAHASA
Bahasa kurang sopan, lebih apa adanya,
sudah mendekati bahasa pada novel
zaman sekarang.
• POLA PIKIR MASYARAKAT
Pola pikir masyarakat semakin maju.
Kaum wanita juga ingin maju seperti
kaum lelaki.
• TEMA NOVEL
perbedaan laki-laki dan perempuan,
perempuan ingin maju, emansipasi
9. PENGARANG DAN KARYA ANGKATAN 30
• Pelopor Angkatan Pujangga Baru
adalah Sutan Takdir Ali Syahbana,
Armjin Pane, dan Amir Hamzah.
• Pengarang dan karya sastra yang
terkenal:
1.) Sutan Takdir Ali Syhabana (roman
Layar Terkembang (1948), Tebaran
Mega (1963), Dian Tak Kunjung Padam,
Kalah dan Manang, Grota Azzura)
2) Amir Hamzah (kumpulan puisi
Nyanyian Sunyi (1954), Buah Rindu
(1950), Setanggi Timur (1939))
3) Armin Pane (novel Belenggu (1654), Jiwa Berjiwa,
kumpulan sajak Gamelan Jiwa (1960), drama Jinak-
Jinak Merpati (1950))
4) Sanusi Pane (drama Manusia Baru, Pancaran
Cinta (1926), Puspa Mega (1971), Madah Kelana
(1931/1970), Sandhyakala Ning Majapahit (1971),
Kertadjaja (1971))
5) M. Yamin (drama Ken Arok dan Ken Dedes
(1951), Indonesia Tumpah Darahku (1928), Kalau
Dewi Tara Sudah Berkata, Tanah Air)
6) Rustam Efendi (drama Bebasari (1953), Pertjikan
Permenungan (1957))
7) Y.E. Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu Dendam
(1934)
8) Hamka (roman Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck)
10. ANGKATAN45
• Ciri-ciri Angkatan ’45 adalah:
1. Terbuka
2. Pengaruh unsur sastra asing lebih luas
3. Corak isi lebih realis, naturalis
4. Individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis
5. Penghematan kata dalam karya
6. Ekspresif
7. Sinisme dan sarkasme
8. Karangan prosa berkurang, puisi berkembang
11. KARYA SASTRA ANGKATAN 45
1. Chairil Anwar (Deru Campur Debu)
2. Achdiat Kartamiharja (novel Atheis)
3. Idrus (novel Surabaya, Aki)
4. Mochtar Lubis (Harimau, kumpulan drama Sedih dan
Gembira)
5. Pramduya Ananta Toer (novel Keluarga Gerilya)
6. Utuy Tatang Sontani (novel sejarah Tambera)
12. ANGKATAN 66
• Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada).
• Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita.
• Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian
yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan.
• Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam
politik pemerintahan lebih banyak mengemuka.
• Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi.
• Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang
banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah.
13. CIRI-CIRI ANGKATAN ‘66
• Bercorak perjuangan antitirani
• Protes politik
• Anti kezaliman dan kebatilan
• Bercorak membela keadilan
• Mencintai nusa
• Bangsa
• Negara dan persatuan
• Berontak terhadap ketidakadilan
• Pembelaan terhadap pancasila
• Berisi protes sosial dan politik
14. KARYA SASTRA ANGKATAN 66
Sutardji Calzoum Bachri : O, Amuk, Kapak
Taufik Ismail : Benteng, Tirani, Malu aku jadi orang Indonesia
W.S Rendra : Sajak Orang Miskin
15. ANGKATAN90
• Sastrawan angkatan reformasi, jd lebih bebas tidak terikat karyanya
• Hilman hariwijaya (cerpen, lupus), Ramadhan k.h (tentang korupsi)
• Ayu Utami dengan karyanya Saman, sebuah fragmen dari cerita
Laila Tak Mampir di New York. Karya ini menandai awal bangkitnya
kembali sastra Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya penulisan
Ayu Utami yang terbuka, bahkan vulgar, itulah yang membuatnya
menonjol dari pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang
ditulisnya adalah Larung, lanjutan dari cerita Saman.