Pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru di bawah rezim Soeharto didasarkan pada teori Rostow dan dilaksanakan melalui program Pelita lima tahunan. Pelita I-V menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan dengan peningkatan produksi pertanian dan industri serta infrastruktur. Pembangunan ini mendorong perkembangan ekonomi Indonesia melalui tahap-tahap yang ditetapkan teori Rostow mulai dari masyarakat trad
Histo analisis pembangunan ekonomi pada masa orde baru dibawah rezim soeharto
1. Pembangunan Ekonomi Pada Masa Orde Baru dibawah Rezim Soeharto
oleh :
Dede Yusuf
Pendidikan Sejarah 2011-Universitas Pendidikan Indonesia
Mafia-mafia Barckeley yang biasa lazim disebut ini, memang menjadikan Indonesia
ketika pada masa Orde Baru dihiasi oleh roda laju perkembangan pertumbuhan ekonomi yang
signifikan dan hal ini dilihat oleh mata dunia Internasional. Seluruhnya bertumpu pada teori
lepas landas dari Rostow, yang dimana terjadi perbedaan sistem penerpan pada masa Orde
Lama oleh Soekarno yang cenderung kepada ekonomi kerakyatan dan koprasi dengan Orde
Baru yang cenderung liberal dengan adopsi sistem perkonomian dari Amerika yang dibawa
oleh lulusan-lulusan dari Barckeley yang dimana lulusan-lulusan tersebut adalah Soemitro,
seorang tokoh yang pernah diasingkan ketika Indonesia berada dibawah rezim Soekarno.
A. Perkembangan Awal Ekonomi Orde Baru
Pada masa awal Orde Baru. Pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat. Mulai
dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur,dll. Saat permulaan Orde
Baru program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama
pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan
kebutuhan pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga
pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu
menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan
pemerintah.
Di Indonesia, teori Rostow pada masa Soeharto dilaksanakan sebagai landasan
pembangunan jangka panjang Indonesia yang ditetapkan secara berkala untuk waktu 5
tahunan , yang terkenal dengan pembangunan 5 tahun. Dengan demikian, implementasi teori
Rostow berdasarkan 5 tahap teori Rostow yaitu: masyarakat tradisional, persyaratan untuk
lepas landas, lepas landas, gerakan kearah kedewasaan, dan yang terakhir masa konsumsi
tinggi. Menurut Rostow pembangunan ekonomi suatu masyarakat tradisional menuju
masyarakat modern merupakan sebuah proses yang berdimensi banyak. (Sadono, 2010, hal.
167)
Masa Orde Baru ini bisa dikatakan sebagai tonggak dari perkembangan ekonomi
Indonesia, karena pada masa ini dihiasi oleh roda laju perkembangan pertumbuhan ekonomi
yang signifikan. Pada masa awal Orde Baru, pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat.
Mulai dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur, dll. Saat permulaan
2. Orde Baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional
terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Setelah itu, dikeluarkan ketetapan MPRS
No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan,
yang kemudian diteruskan oleh Kabinet AMPERA yang membuat kebijakan mengacu pada
Tap MPRS tersebut. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain: mendobrak kemacetan
ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan; debirokratisasi
untuk memperlancar kegiatan perekonomian; dan berorientasi pada kepentingan produsen
kecil. Sedangkan tindak lanjut dari pemerintah adalah dengan melakukan Pola Umum
Pembangunan Jangka Panjang (25-30 tahun) dilakukan secara periodik lima tahunan yang
disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun).
1. Pelita I (1 April 1969 – 31 Maret 1974)
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perbaikan
prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I
lebih menitikberatkan pada sektor pertanian. Keberhasilan dalam Pelita I yaitu:
Produksi beras mengalami kenaikan rata-rata 4% setahun.
Banyak berdiri industri pupuk, semen, dan tekstil.
Perbaikan jalan raya.
Banyak dibangun pusat-pusat tenaga listrik.
Semakin majunya sektor pendidikan.
Menurut teori Rostow, perkembangan ekonomi pada Pelita I ini masuk ke dalam
tahap masyarakat tradisional. Dimana awalnya, sistem ekonomi yang mendominasi
masyarakat tradisional adalah pertanian, dengan cara-cara bertani yang tradisional.
Produktivitas kerja manusia lebih rendah bila dibandingkan dengan tahapan pertumbuhan
berikutnya. Produksi masih sangat terbatas, dan cenderung bersifat statis (kemajuan berjalan
sangat lamban).
2. Pelita II (1 April 1974 – 31 Maret 1979)
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perumahan,
sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja . Pelita II
berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun. Perbaikan
dalam hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna produksi. Lalu banyak jalan dan
jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.
3. Pelita II telah menunjukkan adanya peningkatan dari Pelita I, walupun belum terlihat
secara signifikan. perkembangan ekonomi berada pada tahap transisi, yakni dari tahap
masyarakat tradisional menuju tahap persyaratan untuk lepas landas.
3. Pelita III (1 April 1979 – 31 Maret 1984)
Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan. Asas-asas pemerataan di
tuangkan dalam berbagai langkah kegiatan pemerataan, seperti pemerataan pembagian kerja,
kesempatasn kerja, memperoleh keadilan, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan
perumahan,dll.
Pada Pelita III ini, masyarakat sedang mencoba menjajaki tahap pra-lepas landas,
walaupun belum sepenuhnya berada pada tahap perkembangan tersebut.
4. Pelita IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989)
Pada Pelita IV lebih dititik beratkan pada sektor pertanian menuju swasembada
pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri itu sendiri. Hasil
yang dicapai pada Pelita IV antara lain adanya Swasembada Pangan. Pada tahun 1984
Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton. Hasil-nya Indonesia berhasil
swasembada beras. kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan
dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. hal ini merupakan prestasi besar bagi Indonesia.
Selain swasembada pangan, pada Pelita IV juga dilakukan Program KB dan Rumah untuk
keluarga.
Pada Pelita IV, perkembangan ekonomi masyarakat telah benar-benar berada pada
tahap pra-lepas landas, dimana selama tahapan ini, tingkat investasi menjadi lebih tinggi dan
hal itu memulai sebuah pembangunan yang dinamis. Perkembangan ekonomi pada Pelita IV
ini dipengaruhi oleh adanya revolusi industri. Pada tahap ini, masyarakat berada pada masa
transisi, dimana mereka mulai mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas
kekuatan sendiri (self-sustainable growth).
5. Pelita V (1 April 1989 – 31 Maret 1994)
Pada Pelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk
memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta
menghasilkan barang ekspor. Pelita V adalah akhir dari pola pembangunan jangka panjang
tahap pertama.
Pada tahap inilah Indonesia benar-benar berada pada tahap pra-lepas landas, dimana
perkembangan ekonominya dititik beratkan pada produksi pertanian dan industri. Tujuan
utama dari Pelita V ini memang untuk memantapkan dan memaksimalkan apa yang telah
berhasil dicapai pada Pelita IV.
4. 6. Pelita VI
Setelah adanya Pelita V, lalu dilanjutkan pembangunan jangka panjang ke dua, yaitu
dengan mengadakan Pelita VI yang di harapkan akan mulai memasuki proses tinggal landas
Indonesia untuk memacu pembangunan dengan kekuatan sendiri, demi menuju terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Pelita VI yang merupakan awal pembangunan jangka panjang kedua ini pada
akhirnya membuat Indonesia menapaki tahap-tahap perkembangan selanjutnya, yakni tahap
menuju kedewasaan dan tahap era konsumsi tinggi. Tahap menuju kedewasaan ini ditandai
dengan mulai bermunculan industri dengan teknologi baru, misalnya industri kimia atau
industri listrik. Kedewasaan dimulai ketika perkembangan industry terjadi tidak saja meliputi
teknik-tiknik produksi, tetapi juga dalam aneka barang yang diproduksi, misalnya saja ekspor
dan impor batik di Indonesia. Sedangkan tahap yang terakhir dari perkembangan ekonomi
pada masa Orde Baru, yakni tahap era konsumsi tinggi, ditandai dengan sebagian besar
masyarakat hidup makmur. Pada tahap ini perhatian masyarakat sudah lebih menekankan
pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan
lagi kepada masalah produksi. Contohnya: pengguna sepeda motor yang jumlahnya lebih
banyak dibandingkan mobil, dimana setiap kenaikan satu juta kiloliter berarti menambah
subsidi Rp1,9 triliun. Karena itu, pemerintah akan mengarahkan kebijakan penghematan
subsidi BBM bagi pengendara sepeda motor.
Sumber:
M.C. Ricklef. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi
Poesponegoro, M.D. dan Notosusanto, N. 1981. Sejarah Nasional Indonesia .
Jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka.
Sadomo, Sukirno. 2010. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Kencana