SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 21
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR 5 TAHUN 2014 
TENTANG 
APARATUR SIPIL NEGARA 
Review 
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pemerintahan Indonesia yang dibimbing 
oleh Dr. Tjahjanulin Domai, M.S 
Oleh: 
Olyvia Risky Fajarina (135030100111034) 
Astri Dewi Pujiati (135030101111006) 
Wahyu Riyani (135030101111044) 
Ghina Nurrahma (135030107111001) 
Intan Cahyaningtyas Atmaja (135030107111002) 
Bernadeta Yunita S.W (135030107111007) 
Kelas C 
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI 
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 
November, 2014
KATA PENGANTAR 
Puji syukur penulis panjatkatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah 
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah 
yang mengangkat tema tentang pengambilan keputusan. Penyusunan makalah ini guna 
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pemerintahan Indonesia di Universitas Brawijaya. 
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah 
membantu dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Bapak Dr. Tjahjanulin 
Domai, M.S selaku Dosen pembimbing mata kuliah yang telah membimbing dan 
mendukung dalam penyelesaian makalah ini. 
Penulis menyadari penyusunan makalah ini jauh dari sempuna. Oleh sebab itu, 
penulis memohon kepada pembaca atas kritik dan saran guna melengkapi makalah ini. 
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan bagi pembaca dan 
penulis sendiri. 
Malang, 19 November 2014 
Tim Penyusun
Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur 
Sipil Negara merupakan langkah atau suatu bentuk untuk mewujudkan cita-cita serta tujuan 
Negara Indonesia sendiri yang sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang 
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 melalui pembentukan aparatur sipil negara 
yang memiliki integritas, professional, netral dan bebas dari intervensi pihak manapun 
termasuk politik, jujur, serta mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan 
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik 
Indonesia tahun 1945. Bukan hanya itu saja, tetapi lahirnya undang-undang ini sebagai 
bentuk bahwa pelaksanaan manajemen aparatur sipil Negara belum sesuai dengan 
perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan yang 
dimiliki oleh calon pegawai. 
Pertimbangan lainnya juga menjelaskan bahwa aparatur sipil Negara merupakan 
bagian dari reformasi birokrasi, sehingga perlu untuk ditetapkan sebagai profesi yang 
mempunyai kewajiban mengelola dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya serta 
wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam 
pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara. Kemudian, disisi lain juga disebutkan bahwa 
adanya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang 
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sudah tidak sesuai dengan tuntutan 
nasional dan tantangan global sehingga perlu diganti. Adapun, pembahasan mengenai 
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara adalah 
sebagai berikut: 
BAB I 
KETENTUAN UMUM 
(Pasal 1) 
Dalam undang-undang yang dimaksud dengan : 
Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai 
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi 
pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah 
pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh 
pejabat Pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau 
diserahi tugas Negara lainya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. 
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya diangkat PNS adalah warga Negara Indonesia 
yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh Pembina 
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian 
Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi 
syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam 
rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Manajemen ASN adalah pengolahan ASN untuk 
mengahasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas 
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kondisi, dan nepotisme. 
System informasi ASN adalah rangkaian informasi dan data mengenai pegawai ASN 
yang disusun secara sistematis, menyeluruh, dan terintegrasi dengan berbasis teknologi. 
Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi adalah Pejabat Pimpinan Tinggi. 
Adapun istilah-istilah dalam ASN, antara lain : Jabatan Administrasi, Pejabat Administrasi, 
Jabatan Fungsional, Pejabat Fungsional, Pejabat Yang Berwenang, Pejabat Pembina 
Kepegawaian, Instansi Pemerintah, Instansi Pusat, Instansi Daerah, Menteri, Komisi ASN,
Lembaga Administrasi Negara, Badan Kepegawaian Negara. System Merit adalah kebijakan 
dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil 
dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal-usul, 
jenis kelamin, status pernikahan, umur atau kondisi kecacatan. 
BAB II 
ASAS, PRINSIP, NILAI DASAR, SERTA KODE ETIK DAN KODE PERILAKU 
(Pasal 2-5) 
Adapun asas-asas ASN yang disesuaikan dengan pasal 2 adalah sebagai berikut: 
1. Kepastian hukum 
2. Profesionalitas 
3. Proporsionalitas 
4. Keterpaduan 
5. Delegasi 
6. Netralis 
7. Akuntabilitas 
8. Efektif dan efisien 
9. Keterbukaan 
10. Nondiskriminatif 
11. Persatuan dan kesatuan 
12. Keadilan dan kesetaraan dan, 
13. Kesejahteraan.
Prinsip ASN sebagai profesi yang sesuai dengan pasal 3 diantaranya: 
1. Nilai dasar 
2. Kode etik dan kode perilaku 
3. Komitmen, intregitas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan public 
4. Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 
5. Kualifikasi akademik 
6. Jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas dan 
7. Profesionalitas jabatan. 
Nilai dasar dalam prinsip (pasal 4) : 
1. Memegang teguh ideologi pancasila 
2. Setia dan mempertahankan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta 
pemerintahan yang sah 
3. Mengabdi pada Negara dan rakyat Indonesia 
4. Menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak 
5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian 
6. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif 
7. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah 
8. Dst. 
Kode Etik dan Kode Perilaku (pasal 5): 
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab dan berintegritas tinggi 
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin 
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan 
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 
5. Melaksanakan tugasnya seuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang 
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika 
pemerintahan. 
6. Dst
BAB III 
JENIS, STATUS DAN KEDUDUKAN 
Berdasarkan pasal 6, maka jenis pegawai ASN itu terdiri dari PNS & PPPK. Ditinjau dari 
segi status pada pasal 7, maka PNS merupakan pegawai ASN yang berstatus tetap yang diangkat 
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki NIP. Sedangkan status PPPK adalah pegawai 
ASN yang diangkat karena adanya perjanjian kerja atau kontrak kerja oleh Pejabat Pembina 
Kepegawaian yang disesuaikan dengan kebutuhan instansi pemerintah dan ketentuan undang-undang 
ini. Sedangkan pada pasal 8 dan pada pasal 9, dijelaskan bahwa sebagai pegawai ASN 
maka kedudukannya sebagai unsur aparatur negara yang mana patuh terhadap kebijakan yang 
telah dibuat oleh pimpinan instansi pemerintah serta bebas dari intervensi dari setiap golongan 
dan bahkan partai politik. 
BAB IV 
FUNGSI, TUGAS DAN PERAN 
Sesuai dengan pasal 10, maka pegawai ASN itu berfungsi sebagai pelaksana kebijakan 
publik, pelayanan publik serta sebagai sarana untuk merekatkan dan memersatukan bangsa 
dimana memiliki tugas seperti yang dijelaskan pada pasal 11 yaitu: 
1). Melaksanakan kebijakan publik yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian 
dimana kebijakan publik yang dibuat disesuaikan dengan ketentuan peraturan 
perundang-undangan. 
2). Sebagai pegawai ASN yang memberikan pelayanan publik, maka pelayanan publik 
yang diberikan haruslah profesional dan berkualitas. 
3). Merupakan tugas yang sangat penting yaitu mempererat persatuan dan kesatuan 
NKRI. 
Jadi, dapat ditentukan dengan melakukan peninjauan terhadap atau melalui adanya 
pelaksanaan kebijakan dan pemberian pelayan publik yang prima dan berkualitas, maka dapat 
disimpulkan bahwa pegawai ASN ini berperan sebagai perencana, pelaksana dan pengawas 
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional (pasal 12).
BAB V 
JABATAN ASN 
Pasal 13 menyebutkan bahwa jabatan ASN itu terdiri dari jabatan administrasi, jabatan 
fungsional dan jabatan pimpinan tinggi. 
A). Jabatan Administrasi 
Dalam jabatan ini (pasal 14-15) diuraikan lagi menjadi 3 jenis jabatan 
administrasi beserta tanggung jawabnya, yaitu: 
1). Jabatan administrator 
Pejabat yang menduduki jabatan ini bertanggung jawab sebagai pemimpin dari seluruh 
pelaksanaan kegiatan dalam memberikan pelayanan publik serta administrasi 
pemerintahan dan pembangunan. 
2). Jabatan pengawas 
Pejabat yang menduduki jabatan ini bertanggung jawab untuk mengendalikan 
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana. 
3). Jabatan pelaksana 
Pejabat yang menduduki jabatan ini bertanggung jawab melaksanakan kegiatan 
pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. 
Jadi, setiap jabatan yang ada itu ditetapkan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan 
(pasal16 ) dan untuk ketentuan yang lebih lanjut lagi diatur dalam peraturan pemerintah (pasal 
17). 
B). Jabatan fungsional 
Pada pasal 18 dijelaskan bahwa di dalam ASN, jabatan fungsional ini terdiri dari: 
1). Jabatan fungsional keahlian 
Selanjutnya, jabatan ini diuraikan lagi sehingga jabatan ini terdiri atas: 
a). Ahli utama 
b). Ahli madya 
c). Ahli muda 
d). Ahli pertama
2). Jabatan fungsional keterampilan 
Jabatan ini selanjutnya diuraikan lagi sehingga jabatan ini terdiri atas: 
a). Penyelia 
b). Mahir 
c). Terampil 
d). Pemula 
Sedangkan untuk ketentuan yang lebih lanjut tentang jabatan fungsional baik jabatan 
fungsional keahlian maupun jabatan fungsional keterampilan diatur dengan peraturan 
pemerintah. 
C. Jabatan Pimpinan Tinggi 
Pada pasal 19 dijelaskan bahwa jabatan ini memiliki fungsi untuk memimpin dan 
memotivasi setiap Pegawai ASN pada Instansi Pemerintah melalui: 
a. kepeloporan dalam bidang: 
1. keahlian profesional; 
2. analisis dan rekomendasi kebijakan; dan 
3. kepemimpinan manajemen. 
b. pengembangan kerja sama dengan instansi lain; dan 
c. keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN dan melaksanakan kode etik dan kode 
perilaku ASN. 
Jabatan ini terdiri dari jabatan pimpinan tinggi utama, jabatan pimpinan tinggi madya dan 
jabatan pimpinan tinggi pratama. Setiap jabatan ditetapkan syarat kompetensi, kualifikasi, 
kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan lain 
yang dibutuhkan. Adapun ketentuan lebih lanjut tentang hal-hal sebelumnya diatur dengan 
Peraturan Pemerintah. 
Sesuai dengan pasal 20, maka jabatan ASN itu diisi dari Pegawai ASN, namun ada jabatan 
ASN tertentu yang dapat diisi dari prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan dari anggota 
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pengisian jabatan ASN tertentu tersebut dilaksanakan 
pada Instansi Pusat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Tentara Nasional 
Indonesia dan Undang-Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Untuk ketentuan 
lebih lanjutnya dan tata cara pengisiannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VI 
HAK DAN KEWAJIBAN 
Sebagai Pegawai ASN, PNS sesuai dengan pasal 21, memiliki beberapa hak diantaranya 
adalah gaji, tunjangan dan fasilitas; cuti; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; perlindungan; 
dan pengembangan kompetensi. Sedangkan PPPK sesuai dengan pasal 22, juga memiliki hak-hak 
yang sama dengan PNS, akan tetapi tidak memperoleh hak berupa fasilitas serta jaminan 
pensiun dan jaminan hari tua. Di samping memperoleh hak, maka sesuai dengan pasal 23, 
pegawai ASN juga wajib untuk melaksanakan kewajiban, diantaranya: 
1. Setia dan taat pada pancasila, UUD 1945, NKRI, dan pemerintah yang sah 
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa 
3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang 
4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan 
5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan 
tanggung jawab 
6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan 
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan 
7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai 
dengan ketentuan perundang-undangan 
8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI 
BAB VII 
KELEMBAGAAN 
Pada pasal 25, Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan 
tertinggi mendelegasikan sebagian kekuasaannya kepada Kementrian, KASN, LAN dan BKN. 
Selanjutnya pada pasal 26, Menteri berwenang menetapkan kebijakan di bidang pendayagunaan 
Pegawai ASN. Pasal 27-28 menyebutkan bahwa KASN yaitu lembaga non struktural yang secara 
umum bertujuan untuk menciptakan Pegawai ASN yang profesional dan berkinerja, memberikan 
pelayanan secara adil dan netral serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa. LAN sesuai 
dengan pasal 43-44 berkaitan dengan kewenangan penelitian, pengkajian kebijakan Manajemen 
ASN, pembinaan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ASN. Jika BKN yang 
disesuaikan dengan pasal 47-48, maka berkaitan dengan kewenangan penyelenggaraan 
Manajemen ASN, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan 
kriteria Manajemen ASN.
BAB VIII 
MANAJEMEN ASN 
Pada pasal 51 dijelaskan tentang manajemen ASN yang diselenggarakan berdasarkan 
Sistem Merit. Sedangkan, pada pasal 52 dijelaskan bahwa manajemen ASN itu meliputi 
Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. 
Dalam menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pejabat dapat 
dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat yang Berwenang. Seperti halnya pada 
pasal 53 dimana dijelaskan bahwa sebagai pejabat pembina kepegawaian, Presiden selaku 
pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN dapat mendelegasikan kewenangannya dalam 
rangka menetapkan pengangkatan sampai pemberhentian pejabat selain pejabat pimpinan tinggi 
utama dan madya, dan pejabat fungsional keahlian utama kepada: 
a. menteri di kementerian; 
b. pimpinan lembaga di lembaga pemerintah nonkementerian; 
c. sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan lembaga nonstruktural; 
d. gubernur di provinsi; dan 
e. bupati/walikota di kabupaten/kota. 
Selanjutnya, pada pasal 54 dijelaskan bahwa dalam rangka pembinaan Manajemen ASN, 
Presiden dapat mendelegasikan kewenangannya kepada Pejabat yang Berwenang di kementerian, 
sekretaris jenderal/sekretariat lembaga negara, sekretariat lembaga nonstruktural, sekretaris 
daerah provinsi dan kabupaten/kota. Dalam menjalankan fungsi manajemen ASN, maka pejabat 
yang berwenang harus berkonsultasi dan memberikan rekomendasi usulan kepada Pejabat 
Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing, dimana yang diusulkannya yaitu mengenai 
pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional 
serta menjalankan fungsi Manajemen ASN di Instansi Pemerintah berdasarkan Sistem Merit. 
Pada pasal 55 disebutkan bahwa manajemen PNS itu terdiri dari: 
a). Penyusunan dan penetapan kebutuhan. 
Jadi, setiap instansi pemerintah itu wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan 
PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja yang dilakukan dalam jangka waktu 5 
(lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan secara nasional 
oleh Menteri.
b). Pengadaan. 
Pengadaan PNS merupakan kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan Administrasi 
dan/atau Jabatan Fungsional dalam suatu Instansi Pemerintah yang dilakukan berdasarkan 
penetapan kebutuhan yang ditetapkan oleh Menteri secara nasional dengan melalui tahapan 
perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, masa 
percobaan, dan pengangkatan menjadi PNS. 
c). Pangkat dan jabatan. 
PNS yang diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu telah memenuhi kriteria 
berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang 
dibutuhkan oleh jabatan dengan yang dimiliki oleh pegawai. Setiap jabatan tertentu 
dikelompokkan dalam klasifikasi jabatan PNS yang menunjukkan kesamaan karakteristik, 
mekanisme, dan pola kerja. Selain itu, PNS dapat berpindah antar dan antara Jabatan Pimpinan 
Tinggi, Jabatan Administrasi, dan Jabatan Fungsional di Instansi Pusat dan Instansi Daerah 
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan penilaian kinerja serta dapat diangkat dalam jabatan 
tertentu pada lingkungan instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik 
Indonesia. 
d). Pengembangan karier. 
Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi (teknis, 
manajerial, sosial kultural), penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah dengan 
mempertimbangkan pula integritas dan moralitas. 
e). Pola karier. 
Setiap Instansi Pemerintah perlu menyusun pola karier PNS secara khusus dan 
terintegrasi sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pola karier nasional dalam rangka menjamin 
keselarasan potensi PNS dengan kebutuhan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan 
pembangunan. 
f). Promosi. 
Setiap PNS yang telah memenuhi persyaratan mempunyai hak yang sama untuk 
dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi. Untuk pejabat administrasi dan fungsional 
PNS, promosinya dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian setelah mendapat pertimbangan 
tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah. 
g). Mutasi. 
Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat, antar- 
Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-Instansi Pusat dan Instansi
Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri. Mutasi PNS 
dilakukan dengan memperhatikan prinsip larangan konflik kepentingan. Adanya mutasi PNS ini 
dapat membebani APBN dan APBD. 
h). Penilaian kinerja. 
Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS yang 
didasarkan sistem prestasi dan sistem karier dan dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada 
tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan memperhatikan target, capaian, hasil, 
dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS. 
i). Penggajian dan tunjangan. 
Pemerintah wajib memberikan gaji dan tunjangan secara bertahap, adil dan layak kepada 
PNS sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan resiko pekerjaannya dalam rangka 
menjamin kesejahteraan PNS. Untuk gaji PNS pusat dibebankan pada APBN, sedangkan gaji 
PNS daerah dibebankan pada APBD. 
j). Penghargaan. 
PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, 
dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan yang dapat 
berupa: 
a. tanda kehormatan; 
b. kenaikan pangkat istimewa; 
c. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau 
d. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan. 
k). Disiplin. 
Agar tata tertib itu dapat terpelihara, maka PNS itu wajib disiplin dalam melaksanakan 
tugasnya. Oleh karena itu, Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap 
PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin termasuk memberikan sanksi bagi 
yang melanggar aturan.
l). Pemberhentian. 
PNS itu dapat diberhentikan secara hormat karena meninggal dunia, atas permintaan 
sendiri, dll. Ada yang diberhentikan secara tidak hormat karena 
melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik 
Indonesia Tahun 1945, menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik, dll. Serta ada yang 
diberhentikan secara sementara karena diangkat menjadi pejabat Negara, komisioner atau 
anggota lembaga nonstructural, dll. 
m). Jaminan pensiun dan jaminan hari tua. 
PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS sesuai 
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adanya kedua jaminan tersebut dimaksudkan 
sebagai bentuk perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, hak dan penghargaan atas 
pengabdian PNS. 
n). Perlindungan. 
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa jaminan kesehatan, 
jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan bantuan hukum.
Serta pada pasal ini dijelaskan bahwa Manajemen PNS pada Instansi Pusat 
dilaksanakan oleh pemerintah pusat, sedangkan di tingkat daerah dilaksanakan oleh 
pemerintah daerah dimana keseluruhan itu disesuaikan dengan ketentuan peraturan 
perundang-undangan. 
Selanjutnya, pada pasal 93 manajemen PPPK itu meliputi: 
a) Penetapan kebutuhan 
Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK 
berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja yang dilakukan untuk jangka waktu 
5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan dan jenis 
jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur dengan Peraturan Presiden. Kebutuhan jumlah 
dan jenis jabatan PPPK ditetapkan dengan Keputusan Menteri. 
b) Pengadaan 
Pengadaan calon PPPK merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pada 
Instansi Pemerintah dimana setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang 
sama untuk melamar menjadi calon PPPK setelah memenuhi persyaratan. Adapun 
prosesnya dimulai dari tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, 
pengumuman hasil seleksi, dan pengangkatan menjadi PPPK dengan ditetapkannya 
keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian. Masa perjanjian kerja paling singkat 1 (satu) 
tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan penilaian kinerja. 
c) Penilaian kinerja 
Adanya penilaian kinerja PPPK ini bertujuan untuk menjamin objektivitas prestasi 
kerja yang sudah disepakati berdasarkan perjanjian kerja antara Pejabat Pembina 
Kepegawaian dengan pegawai yang bersangkutan baik di tingkat individu dan tingkat unit 
atau organisasi dengan memperhatikan target, sasaran, hasil, manfaat yang dicapai, dan 
perilaku pegawai. 
d) Penggajian dan tunjangan 
Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PPPK sesuai dengan 
beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan resiko pekerjaan. Untuk PPPK pusat, gaji 
dibebankan kepada APBN, sedangkan untuk PPPK daerah gajinya dibebankan kepada 
APBD. 
e) Pengembangan kompetensi 
PPPK diberikan kesempatan untuk pengembangan kompetensi yang direncanakan 
setiap tahun oleh Instansi Pemerintah. Pengembangan kompetensi tersebut harus 
dievaluasi oleh Pejabat yang Berwenang dan dipergunakan sebagai salah satu dasar untuk 
perjanjian kerja selanjutnya. 
f) Pemberian penghargaan 
PPPK yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, 
kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan
penghargaan berupa tanda kehormatan, kesempatan prioritas untuk pengembangan 
kompetensi dan kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan. 
g) Disiplin 
PPPK wajib mematuhi disiplin PPPK agar tata tertib tetap terpelihara dan pelaksanaan 
tugas dapat berjalan secara lancer. Oleh karena itu, Instansi Pemerintah wajib 
melaksanakan penegakan disiplin terhadap PPPK serta melaksanakan berbagai upaya 
peningkatan disiplin. 
h) Pemutusan hubungan perjanjian kerja 
Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat karena jangka 
waktu perjanjian kerja berakhir, atas permintaan sendiri, dll. Pemutusan hubungan 
perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena 
melakukan pelanggaran disiplin PPPK tingkat berat, dll. Bahkan, pemutusan hubungan 
perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak dengan hormat karena seperti salah satunya karena 
melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara 
Republik Indonesia Tahun 1945, dll. 
i) Perlindungan 
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa jaminan hari tua, jaminan 
kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan bantuan hukum. 
BAB IX 
PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI 
Pasal 108-111 
Pada bagian ini Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dilakukan secara terbuka dan 
kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi 
kepangkatan, pendidikan dan latihan, serta Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi yang utama 
dilakukan di tingkat Nasional sesuai dengan Undang-undang. Dalam Pengisian Jabatan 
Pimpinan Tinggi, harus dilakukan secara terbuka dan kompetitif. Hal ini dikarenakan agar 
masyarakat mengetahui bentuk profesionalitas dari para calon-calon pengisi jabatan pimpinan 
tinggi tersebut. Pengisian jabatan ini dapat berasal dari Non PNs dengan persetujuan 
Presiden, dan juga pengisian jabatan pimpinan tinggi ini dapat diisi oleh para Prajurit TNI 
dan anggota Kepolisian yang telah mengundurkan diri dari dinas aktif dimana mereka bekerja 
di instansi sebelumnya. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dilakukan oleh Pejabat 
Pembinaan Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi instansi 
pemerintah yang sebelumnya telah berkoordinasi dengan KASN. Instansi Pemerintah yang 
jelas menerapkan sistem Merit dalam pembinaan pegawai dan ASN wajib lapor berkala pada 
KASN untuk mendapatkan persetujuan baru.
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Pusat (Pasal 112-113) 
Pada UU bagian ini membahas tentang pemilihan 3 nama calon untuk setiap satu lowongan 
pekerjaan pengisian jabatan pimpinan tinggi utama/madya yang dilakukan oleh panitia 
seleksi Instansi Pemerintah. 
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Daerah (pasal 114-115) 
Pengisian jabatan pimpinan tinggi madya ditingkat provinsi dilakukan oleh Pejabat Pembina 
Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi. Dengan mengusulkan 3 
nama calon pimpinan untuk satu lowongan jabatan. Prosedurnya sama seperti pembentukan 
di instansi pusat namun berbeda sedikit, khusus untuk pimpinan tinggi pratama yang 
memimpin sekretariat daerah kabupaten/kota sebelum ditetapkan oleh Bupati/Walikota 
terlebih dahulu dikoordinasikan pada Gubernur. 
Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi (pasal 116-118) 
Dalam hal ini,Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi 
selama 2 tahun yang terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi. Pejabat Pimpinan 
Tinggi seperti Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota menduduki jabatan selama 5 tahun. 
Apabila didapatkan kejanggalan dalam kinerja atau penyelewengan wewenang yang telah 
dijanjikan dalam waktu satu tahun pada suatu jabatan. Maka, para pejabat pimpinan tinggi 
tersebut akan diberikan kesempatan 6 bulan untuk memperbaiki kinerjanya. Apabila tetap 
didapatkan laporan kinerja yang buruk ataupun tidak ada perbaikan pada pimpinan jabatan 
tinggi selama 6 bulan, maka Pejabat yang bersangkutan harus mengikuti kembali seleksi 
ulang uji kompetensi. Dengan berdasarkan uji kompetensi tersebut pejabat yang bersangkutan 
dapat dipindahkan pada jabatan lain ataupun ditempatkan yang lebih rendah daripada 
sebelumnya sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku. 
Pejabat Pimpinan Tinggi yang Mencalonkan sebagai Gubernur, dan Wagub, 
Bupati/Walikota dan Wakilnya (Pasal 119) 
Pada bagian ini dijelaskan pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama yang akan 
mencalonkan diri menjadi Gubernur/Wagub dan Bupati/Walikota/wakil Bupati/Wakil 
Walikota wajib menyatakan pengunduruan diri secara tertulis dari PNS sejak mendaftar 
sebagai calon. Hal ini dikarenakan agar adanya penempatan pejabat secara jelas sesuai 
dengan profesionalitasnya dan sekaligus menghindari adanya rangkap jabatan yang akan 
menimbulkan penyelewengan seperti KKN. 
Pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (Pasal 120) 
Diperlukan pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi agar sesuai syarat 
kompetensi, kualifikasi kepangkatan, pendidikan dan latihan. Pejabat Pembina Kepegawaian 
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. Laporan ini disampaikan oleh 
Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri. Kemudian KASN memberikan 
rekomendasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dalam hal : 
a. Pembentukan panitia seleksi 
b. Pengumuman Jabatan yang lowong 
c. Pelaksanaan seleksi, dan 
d. Pengusulan nama calon
BAB X 
PEGAWAI ASN YANG MENJADI PEJABAT NEGARA 
Menurut pasal 121, pegawai ASN dapat menjadi pejabat negara. Pejabat Negara yang 
dimaksud pada pasal 122 adalah pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi ketua, wakil 
ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi; ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa 
Keuangan; ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial; ketua dan wakil ketua Komisi 
Pemberantasan Korupsi; Menteri dan jabatan setingkat menteri; Kepala perwakilan Republik 
Indonesia di Luar Negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa 
Penuh diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS. 
Sedangkan, PNS yang tidak lagi menjabat sebagai pejabat negara dapat menduduki Jabatan 
Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrasi, atau Jabatan Fungsional, sepanjang tersedia 
lowongan jabatan. Sehingga, hal ini tidak menyediakan lowongan jabatan dalam waktu 
paling lama 2 (dua) tahun PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat. 
Pegawai ASN dari PNS yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara maka 
diaktifkan kembali sebagai PNS. Namun, bagi Pegawai ASN dari PNS baik yang 
mencalonkan diri maupun dicalonkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden; ketua, wakil 
ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat; ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan 
Perwakilan Daerah; gubernur dan wakil gubernur; bupati/walikota dan wakil bupati/wakil 
walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar 
sebagai calon. 
BAB XI 
ORGANISASI 
Pegawai ASN itu terhimpun ke dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik 
Indonesia yang bertujuan untuk menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi 
ASN dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Agar tujuan dapat tercapai 
maka korps profesi ASN Republik Indonesia menjalankan fungsinya yaitu sebagai 
pembinaan dan pengembangan profesi ASN dan memberikan perlindungan hukum dan 
advokasi kepada anggota korps profesi ASN Republik Indonesia terhadap dugaan 
pelanggaran Sistem Merit dan mengalami masalah hukum dalam melaksanakan tugas, 
memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik Instansi Pemerintah terhadap pelanggaran 
kode etik profesi dan kode perilaku profesi serta menyelenggarakan usaha untuk peningkatan 
kesejahteraan anggota korps profesi ASN Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan 
peraturan perundang-undangan.
BAB XII 
SISTEM INFORMASI ASN (PASAL 127-128) 
Informasi ASN ini dibutuhkan untuk efisiensi, efektivitas, dan akurasi. Akurasi adalah 
pendekatan dari pengukuran hasil nilai kuantitas / ketepatan. Sistem Informasi ASN ini 
diselenggrakan secara Nasional terintegrasi antar Instansi Pemerintah. Untuk menjamin 
keterpaduan dan akurasi data dalam sistem Informasi ASN setiap instansi pemerintah wajib 
memutakhirkan data secara berkala dan menyampaikannya kepada BKN. Sistem informasi 
ASN harus memuat seluruh Informasi dan data pegawai ASN yaitu : 
a. Data riwayat hidup 
b. Riwayat pendidikan formal/non formal 
c. Riwayat jabatan & kepangkatan 
d. Riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan 
e. Riwayat pengalaman organisasi 
f. Riwayat gaji 
g. Riwayat pendidikan dan latihan 
h. Daftar penilaian prestasi kerja 
i. Surat keputusan dan kompetensi. 
BAB XIII 
PENYELESAIAN SENGKETA (Pasal 129) 
Jika terjadi sengketa Pegawai ASN, maka dapat diselesaikan melalui upaya 
administratif. Upaya administratif itu sendiri terdiri dari keberatan dan banding administratif. 
Keberatan diajukan secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum 
dengan memuat alasan keberatan dan tembusannya disampaikan kepada pejabat yang 
berwenang menghukum. Sedangkan, banding administratif diajukan kepada badan 
pertimbangan ASN. Untuk ketentuan lebih lanjut mengenai upaya administratif dan badan 
pertimbangan ASN diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XIV 
KETENTUAN PERALIHAN 
Pada bab ini ada 2 pasal yang dibahas yakni pasal 130 dan pasal 131. Dalam pasal 
130 dijelaskan bahwasanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai 
dan Pensiun Janda/Duda Pegawai (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1969 Nomor 
42, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 2906) dan peraturan 
pelaksanaannya tetap berlaku sampai ditetapkannya peraturan pelaksanaan dari Undang- 
Undang ini yang mengatur mengenai program pensiun PNS. Sedangkan pada pasal 131 
menjelaskan adanya penyetaraan terhadap jabatan PNS yang dibagi menjadi 6 bagian yakni: 
a. jabatan eselon Ia kepala lembaga pemerintah nonkementerian setara dengan jabatan 
pimpinan tinggi utama; 
b. jabatan eselon Ia dan eselon Ib setara dengan jabatan pimpinan tinggi madya; 
c. jabatan eselon II setara dengan jabatan pimpinan tinggi pratama; 
d. jabatan eselon III setara dengan jabatan administrator; 
e. jabatan eselon IV setara dengan jabatan pengawas; dan 
f. jabatan eselon V dan fungsional 
BAB XV 
KETENTUAN PENUTUP 
Pada bab ini terdiri dari 10 pasal yaitu pasal 132 sampai pasal 141. Dalam rangka 
menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN 
diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN merupakan rangkaian informasi 
dan data mengenai Pegawai ASN yang disusun secara sistematis, menyeluruh, dan 
terintegrasi dengan berbasis teknologi yang diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi. 
Sistem ASN paling lama tahun 2015 dilaksanakan secara nasional. Selain itu PNS pusat dan 
PNS daerah akan disebut sebagai pegawai ASN sejak Undang-Undang ini berlaku. 
Untuk membentuk ASN yang mampu menyelenggarakan pelayanan publik dan 
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik 
Indonesia, perlu mengganti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok 
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok 
Kepegawaian. Untuk itu dengan adanya Undang-Undang baru ini, Undang-Undang Nomor 8 
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang- 
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 
1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Adapun 
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan 
Undang Undang ini.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara 
ini mulai berlaku sejak pada tanggal diundangkan yaitu, 15 Januari 2014. Disahkan oleh 
presiden republik Indonesia saat itu yaitu DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Undang- 
Undang ini dibuat dengan tujuan agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan 
pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara 
Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA 
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Kesimpulan undang no 5 tahun 2014
Kesimpulan undang no 5 tahun 2014Kesimpulan undang no 5 tahun 2014
Kesimpulan undang no 5 tahun 2014Parja Negara
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)Tri Widodo W. UTOMO
 
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMutiara Shifa
 
Hubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHarles Janang
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Oswar Mungkasa
 
Tatanan organisasi pemerintahan negara
Tatanan organisasi pemerintahan negaraTatanan organisasi pemerintahan negara
Tatanan organisasi pemerintahan negaraendahmustika
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahDadang Solihin
 
Aktor, institusi, dan instrumen kebijakan publik
Aktor, institusi, dan instrumen kebijakan publikAktor, institusi, dan instrumen kebijakan publik
Aktor, institusi, dan instrumen kebijakan publikSiti Sahati
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Pendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanPendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanQiu El Fahmi
 
konsep region dan aplikasi regionalisasi
konsep region dan aplikasi regionalisasikonsep region dan aplikasi regionalisasi
konsep region dan aplikasi regionalisasiagungkunaedi
 
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAYosi Larasati
 
Manajemen strategis pada pemerintah daerah
Manajemen strategis pada pemerintah daerahManajemen strategis pada pemerintah daerah
Manajemen strategis pada pemerintah daerahArief H
 
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan AdministratorDraft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan AdministratorArdi Susanto
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanTri Widodo W. UTOMO
 
Agenda Setting & Perumusan Kebijakan Publik
Agenda Setting & Perumusan Kebijakan PublikAgenda Setting & Perumusan Kebijakan Publik
Agenda Setting & Perumusan Kebijakan PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Uu nomor 5 tahun 2014 tentang asn
Uu nomor 5 tahun 2014 tentang asnUu nomor 5 tahun 2014 tentang asn
Uu nomor 5 tahun 2014 tentang asnParja Negara
 

Was ist angesagt? (20)

Proyeksi penduduk
Proyeksi pendudukProyeksi penduduk
Proyeksi penduduk
 
Kesimpulan undang no 5 tahun 2014
Kesimpulan undang no 5 tahun 2014Kesimpulan undang no 5 tahun 2014
Kesimpulan undang no 5 tahun 2014
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
 
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
 
Hubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lain
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
 
Tatanan organisasi pemerintahan negara
Tatanan organisasi pemerintahan negaraTatanan organisasi pemerintahan negara
Tatanan organisasi pemerintahan negara
 
Pancasila dan pengetahuan ilmiah
Pancasila dan pengetahuan ilmiahPancasila dan pengetahuan ilmiah
Pancasila dan pengetahuan ilmiah
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Manajemen asn
Manajemen asnManajemen asn
Manajemen asn
 
Aktor, institusi, dan instrumen kebijakan publik
Aktor, institusi, dan instrumen kebijakan publikAktor, institusi, dan instrumen kebijakan publik
Aktor, institusi, dan instrumen kebijakan publik
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Pendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanPendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunan
 
konsep region dan aplikasi regionalisasi
konsep region dan aplikasi regionalisasikonsep region dan aplikasi regionalisasi
konsep region dan aplikasi regionalisasi
 
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
 
Manajemen strategis pada pemerintah daerah
Manajemen strategis pada pemerintah daerahManajemen strategis pada pemerintah daerah
Manajemen strategis pada pemerintah daerah
 
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan AdministratorDraft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
 
Agenda Setting & Perumusan Kebijakan Publik
Agenda Setting & Perumusan Kebijakan PublikAgenda Setting & Perumusan Kebijakan Publik
Agenda Setting & Perumusan Kebijakan Publik
 
Uu nomor 5 tahun 2014 tentang asn
Uu nomor 5 tahun 2014 tentang asnUu nomor 5 tahun 2014 tentang asn
Uu nomor 5 tahun 2014 tentang asn
 

Ähnlich wie Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

4. instrumen kepegawaian
4. instrumen kepegawaian4. instrumen kepegawaian
4. instrumen kepegawaianDian Oktavia
 
19040704035_Deva Mahendra C.B._Hukum Kepegawaian.pptx
19040704035_Deva Mahendra C.B._Hukum Kepegawaian.pptx19040704035_Deva Mahendra C.B._Hukum Kepegawaian.pptx
19040704035_Deva Mahendra C.B._Hukum Kepegawaian.pptxDevaMahendraCaesarBi1
 
Ruu tentang aparatur_sipil_negara
Ruu tentang aparatur_sipil_negaraRuu tentang aparatur_sipil_negara
Ruu tentang aparatur_sipil_negaraWahyudi Oetomo
 
Uu no 5_2014 tentang asn
Uu no 5_2014 tentang asnUu no 5_2014 tentang asn
Uu no 5_2014 tentang asncatur2
 
Ruu ruu tentang_aparatur_sipil_negara
Ruu ruu tentang_aparatur_sipil_negaraRuu ruu tentang_aparatur_sipil_negara
Ruu ruu tentang_aparatur_sipil_negaraBondan Prime
 
Ruu asn-yang-disahkan
Ruu asn-yang-disahkanRuu asn-yang-disahkan
Ruu asn-yang-disahkanJimmy Gaeck
 
Undang Undang Republik Indonesia No 5 thn 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Undang Undang Republik Indonesia No 5 thn 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraUndang Undang Republik Indonesia No 5 thn 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Undang Undang Republik Indonesia No 5 thn 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraBudhi Emha
 
Manajemen ASN 4 des.pdf
Manajemen ASN 4 des.pdfManajemen ASN 4 des.pdf
Manajemen ASN 4 des.pdfDediWahyudi41
 
Uu nomor 5 th 2014 ttg aparatur sipil negara 1390794640
Uu nomor 5 th 2014 ttg aparatur sipil negara 1390794640Uu nomor 5 th 2014 ttg aparatur sipil negara 1390794640
Uu nomor 5 th 2014 ttg aparatur sipil negara 1390794640SMPN 2 SLIYEG INDRAMAYU
 
UNDANG-UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA
UNDANG-UNDANG APARATUR SIPIL NEGARAUNDANG-UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA
UNDANG-UNDANG APARATUR SIPIL NEGARAsantoni toni
 
Undang undang Nomor 05 Tahun 2014
Undang undang Nomor 05 Tahun 2014Undang undang Nomor 05 Tahun 2014
Undang undang Nomor 05 Tahun 2014Parja Negara
 
UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil NegaraUU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil NegaraAndamAnnisa
 
UU Nomor 05 Tahun 2014.pdf
UU Nomor 05 Tahun 2014.pdfUU Nomor 05 Tahun 2014.pdf
UU Nomor 05 Tahun 2014.pdfandispd60
 
Uu 5 2014_asn
Uu 5 2014_asnUu 5 2014_asn
Uu 5 2014_asnpemali316
 

Ähnlich wie Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (20)

4. instrumen kepegawaian
4. instrumen kepegawaian4. instrumen kepegawaian
4. instrumen kepegawaian
 
dsy
dsydsy
dsy
 
19040704035_Deva Mahendra C.B._Hukum Kepegawaian.pptx
19040704035_Deva Mahendra C.B._Hukum Kepegawaian.pptx19040704035_Deva Mahendra C.B._Hukum Kepegawaian.pptx
19040704035_Deva Mahendra C.B._Hukum Kepegawaian.pptx
 
Ruu tentang aparatur_sipil_negara
Ruu tentang aparatur_sipil_negaraRuu tentang aparatur_sipil_negara
Ruu tentang aparatur_sipil_negara
 
UU ASN NO. 5 TH. 2014
UU ASN NO. 5 TH. 2014UU ASN NO. 5 TH. 2014
UU ASN NO. 5 TH. 2014
 
Uu no 5 2014 ttg asn
Uu no 5 2014 ttg asnUu no 5 2014 ttg asn
Uu no 5 2014 ttg asn
 
UU_NO_5_2014.PDF
UU_NO_5_2014.PDFUU_NO_5_2014.PDF
UU_NO_5_2014.PDF
 
Uu no 5_2014 tentang asn
Uu no 5_2014 tentang asnUu no 5_2014 tentang asn
Uu no 5_2014 tentang asn
 
Ruu ruu tentang_aparatur_sipil_negara
Ruu ruu tentang_aparatur_sipil_negaraRuu ruu tentang_aparatur_sipil_negara
Ruu ruu tentang_aparatur_sipil_negara
 
Ruu asn-yang-disahkan
Ruu asn-yang-disahkanRuu asn-yang-disahkan
Ruu asn-yang-disahkan
 
Undang Undang Republik Indonesia No 5 thn 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Undang Undang Republik Indonesia No 5 thn 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraUndang Undang Republik Indonesia No 5 thn 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Undang Undang Republik Indonesia No 5 thn 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
 
Manajemen ASN 4 des.pdf
Manajemen ASN 4 des.pdfManajemen ASN 4 des.pdf
Manajemen ASN 4 des.pdf
 
Manajemen ASN
Manajemen ASNManajemen ASN
Manajemen ASN
 
221 uu asn
221 uu asn221 uu asn
221 uu asn
 
Uu nomor 5 th 2014 ttg aparatur sipil negara 1390794640
Uu nomor 5 th 2014 ttg aparatur sipil negara 1390794640Uu nomor 5 th 2014 ttg aparatur sipil negara 1390794640
Uu nomor 5 th 2014 ttg aparatur sipil negara 1390794640
 
UNDANG-UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA
UNDANG-UNDANG APARATUR SIPIL NEGARAUNDANG-UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA
UNDANG-UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA
 
Undang undang Nomor 05 Tahun 2014
Undang undang Nomor 05 Tahun 2014Undang undang Nomor 05 Tahun 2014
Undang undang Nomor 05 Tahun 2014
 
UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil NegaraUU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
 
UU Nomor 05 Tahun 2014.pdf
UU Nomor 05 Tahun 2014.pdfUU Nomor 05 Tahun 2014.pdf
UU Nomor 05 Tahun 2014.pdf
 
Uu 5 2014_asn
Uu 5 2014_asnUu 5 2014_asn
Uu 5 2014_asn
 

Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

  • 1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA Review Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pemerintahan Indonesia yang dibimbing oleh Dr. Tjahjanulin Domai, M.S Oleh: Olyvia Risky Fajarina (135030100111034) Astri Dewi Pujiati (135030101111006) Wahyu Riyani (135030101111044) Ghina Nurrahma (135030107111001) Intan Cahyaningtyas Atmaja (135030107111002) Bernadeta Yunita S.W (135030107111007) Kelas C JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA November, 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang mengangkat tema tentang pengambilan keputusan. Penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pemerintahan Indonesia di Universitas Brawijaya. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Bapak Dr. Tjahjanulin Domai, M.S selaku Dosen pembimbing mata kuliah yang telah membimbing dan mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari penyusunan makalah ini jauh dari sempuna. Oleh sebab itu, penulis memohon kepada pembaca atas kritik dan saran guna melengkapi makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan bagi pembaca dan penulis sendiri. Malang, 19 November 2014 Tim Penyusun
  • 3. Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara merupakan langkah atau suatu bentuk untuk mewujudkan cita-cita serta tujuan Negara Indonesia sendiri yang sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 melalui pembentukan aparatur sipil negara yang memiliki integritas, professional, netral dan bebas dari intervensi pihak manapun termasuk politik, jujur, serta mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Bukan hanya itu saja, tetapi lahirnya undang-undang ini sebagai bentuk bahwa pelaksanaan manajemen aparatur sipil Negara belum sesuai dengan perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan yang dimiliki oleh calon pegawai. Pertimbangan lainnya juga menjelaskan bahwa aparatur sipil Negara merupakan bagian dari reformasi birokrasi, sehingga perlu untuk ditetapkan sebagai profesi yang mempunyai kewajiban mengelola dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya serta wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara. Kemudian, disisi lain juga disebutkan bahwa adanya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sudah tidak sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global sehingga perlu diganti. Adapun, pembahasan mengenai Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara adalah sebagai berikut: BAB I KETENTUAN UMUM (Pasal 1) Dalam undang-undang yang dimaksud dengan : Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat Pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas Negara lainya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya diangkat PNS adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh Pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Manajemen ASN adalah pengolahan ASN untuk mengahasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kondisi, dan nepotisme. System informasi ASN adalah rangkaian informasi dan data mengenai pegawai ASN yang disusun secara sistematis, menyeluruh, dan terintegrasi dengan berbasis teknologi. Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi adalah Pejabat Pimpinan Tinggi. Adapun istilah-istilah dalam ASN, antara lain : Jabatan Administrasi, Pejabat Administrasi, Jabatan Fungsional, Pejabat Fungsional, Pejabat Yang Berwenang, Pejabat Pembina Kepegawaian, Instansi Pemerintah, Instansi Pusat, Instansi Daerah, Menteri, Komisi ASN,
  • 4. Lembaga Administrasi Negara, Badan Kepegawaian Negara. System Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal-usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur atau kondisi kecacatan. BAB II ASAS, PRINSIP, NILAI DASAR, SERTA KODE ETIK DAN KODE PERILAKU (Pasal 2-5) Adapun asas-asas ASN yang disesuaikan dengan pasal 2 adalah sebagai berikut: 1. Kepastian hukum 2. Profesionalitas 3. Proporsionalitas 4. Keterpaduan 5. Delegasi 6. Netralis 7. Akuntabilitas 8. Efektif dan efisien 9. Keterbukaan 10. Nondiskriminatif 11. Persatuan dan kesatuan 12. Keadilan dan kesetaraan dan, 13. Kesejahteraan.
  • 5. Prinsip ASN sebagai profesi yang sesuai dengan pasal 3 diantaranya: 1. Nilai dasar 2. Kode etik dan kode perilaku 3. Komitmen, intregitas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan public 4. Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5. Kualifikasi akademik 6. Jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas dan 7. Profesionalitas jabatan. Nilai dasar dalam prinsip (pasal 4) : 1. Memegang teguh ideologi pancasila 2. Setia dan mempertahankan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah 3. Mengabdi pada Negara dan rakyat Indonesia 4. Menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak 5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian 6. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif 7. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah 8. Dst. Kode Etik dan Kode Perilaku (pasal 5): 1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab dan berintegritas tinggi 2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin 3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan 4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 5. Melaksanakan tugasnya seuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan. 6. Dst
  • 6. BAB III JENIS, STATUS DAN KEDUDUKAN Berdasarkan pasal 6, maka jenis pegawai ASN itu terdiri dari PNS & PPPK. Ditinjau dari segi status pada pasal 7, maka PNS merupakan pegawai ASN yang berstatus tetap yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki NIP. Sedangkan status PPPK adalah pegawai ASN yang diangkat karena adanya perjanjian kerja atau kontrak kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian yang disesuaikan dengan kebutuhan instansi pemerintah dan ketentuan undang-undang ini. Sedangkan pada pasal 8 dan pada pasal 9, dijelaskan bahwa sebagai pegawai ASN maka kedudukannya sebagai unsur aparatur negara yang mana patuh terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pimpinan instansi pemerintah serta bebas dari intervensi dari setiap golongan dan bahkan partai politik. BAB IV FUNGSI, TUGAS DAN PERAN Sesuai dengan pasal 10, maka pegawai ASN itu berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayanan publik serta sebagai sarana untuk merekatkan dan memersatukan bangsa dimana memiliki tugas seperti yang dijelaskan pada pasal 11 yaitu: 1). Melaksanakan kebijakan publik yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dimana kebijakan publik yang dibuat disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2). Sebagai pegawai ASN yang memberikan pelayanan publik, maka pelayanan publik yang diberikan haruslah profesional dan berkualitas. 3). Merupakan tugas yang sangat penting yaitu mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. Jadi, dapat ditentukan dengan melakukan peninjauan terhadap atau melalui adanya pelaksanaan kebijakan dan pemberian pelayan publik yang prima dan berkualitas, maka dapat disimpulkan bahwa pegawai ASN ini berperan sebagai perencana, pelaksana dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional (pasal 12).
  • 7. BAB V JABATAN ASN Pasal 13 menyebutkan bahwa jabatan ASN itu terdiri dari jabatan administrasi, jabatan fungsional dan jabatan pimpinan tinggi. A). Jabatan Administrasi Dalam jabatan ini (pasal 14-15) diuraikan lagi menjadi 3 jenis jabatan administrasi beserta tanggung jawabnya, yaitu: 1). Jabatan administrator Pejabat yang menduduki jabatan ini bertanggung jawab sebagai pemimpin dari seluruh pelaksanaan kegiatan dalam memberikan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. 2). Jabatan pengawas Pejabat yang menduduki jabatan ini bertanggung jawab untuk mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana. 3). Jabatan pelaksana Pejabat yang menduduki jabatan ini bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Jadi, setiap jabatan yang ada itu ditetapkan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan (pasal16 ) dan untuk ketentuan yang lebih lanjut lagi diatur dalam peraturan pemerintah (pasal 17). B). Jabatan fungsional Pada pasal 18 dijelaskan bahwa di dalam ASN, jabatan fungsional ini terdiri dari: 1). Jabatan fungsional keahlian Selanjutnya, jabatan ini diuraikan lagi sehingga jabatan ini terdiri atas: a). Ahli utama b). Ahli madya c). Ahli muda d). Ahli pertama
  • 8. 2). Jabatan fungsional keterampilan Jabatan ini selanjutnya diuraikan lagi sehingga jabatan ini terdiri atas: a). Penyelia b). Mahir c). Terampil d). Pemula Sedangkan untuk ketentuan yang lebih lanjut tentang jabatan fungsional baik jabatan fungsional keahlian maupun jabatan fungsional keterampilan diatur dengan peraturan pemerintah. C. Jabatan Pimpinan Tinggi Pada pasal 19 dijelaskan bahwa jabatan ini memiliki fungsi untuk memimpin dan memotivasi setiap Pegawai ASN pada Instansi Pemerintah melalui: a. kepeloporan dalam bidang: 1. keahlian profesional; 2. analisis dan rekomendasi kebijakan; dan 3. kepemimpinan manajemen. b. pengembangan kerja sama dengan instansi lain; dan c. keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN dan melaksanakan kode etik dan kode perilaku ASN. Jabatan ini terdiri dari jabatan pimpinan tinggi utama, jabatan pimpinan tinggi madya dan jabatan pimpinan tinggi pratama. Setiap jabatan ditetapkan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan lain yang dibutuhkan. Adapun ketentuan lebih lanjut tentang hal-hal sebelumnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sesuai dengan pasal 20, maka jabatan ASN itu diisi dari Pegawai ASN, namun ada jabatan ASN tertentu yang dapat diisi dari prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan dari anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pengisian jabatan ASN tertentu tersebut dilaksanakan pada Instansi Pusat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Tentara Nasional Indonesia dan Undang-Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Untuk ketentuan lebih lanjutnya dan tata cara pengisiannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
  • 9. BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN Sebagai Pegawai ASN, PNS sesuai dengan pasal 21, memiliki beberapa hak diantaranya adalah gaji, tunjangan dan fasilitas; cuti; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; perlindungan; dan pengembangan kompetensi. Sedangkan PPPK sesuai dengan pasal 22, juga memiliki hak-hak yang sama dengan PNS, akan tetapi tidak memperoleh hak berupa fasilitas serta jaminan pensiun dan jaminan hari tua. Di samping memperoleh hak, maka sesuai dengan pasal 23, pegawai ASN juga wajib untuk melaksanakan kewajiban, diantaranya: 1. Setia dan taat pada pancasila, UUD 1945, NKRI, dan pemerintah yang sah 2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa 3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang 4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan 5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab 6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan 7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan 8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI BAB VII KELEMBAGAAN Pada pasal 25, Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan tertinggi mendelegasikan sebagian kekuasaannya kepada Kementrian, KASN, LAN dan BKN. Selanjutnya pada pasal 26, Menteri berwenang menetapkan kebijakan di bidang pendayagunaan Pegawai ASN. Pasal 27-28 menyebutkan bahwa KASN yaitu lembaga non struktural yang secara umum bertujuan untuk menciptakan Pegawai ASN yang profesional dan berkinerja, memberikan pelayanan secara adil dan netral serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa. LAN sesuai dengan pasal 43-44 berkaitan dengan kewenangan penelitian, pengkajian kebijakan Manajemen ASN, pembinaan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ASN. Jika BKN yang disesuaikan dengan pasal 47-48, maka berkaitan dengan kewenangan penyelenggaraan Manajemen ASN, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria Manajemen ASN.
  • 10. BAB VIII MANAJEMEN ASN Pada pasal 51 dijelaskan tentang manajemen ASN yang diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit. Sedangkan, pada pasal 52 dijelaskan bahwa manajemen ASN itu meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. Dalam menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pejabat dapat dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat yang Berwenang. Seperti halnya pada pasal 53 dimana dijelaskan bahwa sebagai pejabat pembina kepegawaian, Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN dapat mendelegasikan kewenangannya dalam rangka menetapkan pengangkatan sampai pemberhentian pejabat selain pejabat pimpinan tinggi utama dan madya, dan pejabat fungsional keahlian utama kepada: a. menteri di kementerian; b. pimpinan lembaga di lembaga pemerintah nonkementerian; c. sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan lembaga nonstruktural; d. gubernur di provinsi; dan e. bupati/walikota di kabupaten/kota. Selanjutnya, pada pasal 54 dijelaskan bahwa dalam rangka pembinaan Manajemen ASN, Presiden dapat mendelegasikan kewenangannya kepada Pejabat yang Berwenang di kementerian, sekretaris jenderal/sekretariat lembaga negara, sekretariat lembaga nonstruktural, sekretaris daerah provinsi dan kabupaten/kota. Dalam menjalankan fungsi manajemen ASN, maka pejabat yang berwenang harus berkonsultasi dan memberikan rekomendasi usulan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing, dimana yang diusulkannya yaitu mengenai pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional serta menjalankan fungsi Manajemen ASN di Instansi Pemerintah berdasarkan Sistem Merit. Pada pasal 55 disebutkan bahwa manajemen PNS itu terdiri dari: a). Penyusunan dan penetapan kebutuhan. Jadi, setiap instansi pemerintah itu wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja yang dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan secara nasional oleh Menteri.
  • 11. b). Pengadaan. Pengadaan PNS merupakan kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan Administrasi dan/atau Jabatan Fungsional dalam suatu Instansi Pemerintah yang dilakukan berdasarkan penetapan kebutuhan yang ditetapkan oleh Menteri secara nasional dengan melalui tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan menjadi PNS. c). Pangkat dan jabatan. PNS yang diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu telah memenuhi kriteria berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan yang dimiliki oleh pegawai. Setiap jabatan tertentu dikelompokkan dalam klasifikasi jabatan PNS yang menunjukkan kesamaan karakteristik, mekanisme, dan pola kerja. Selain itu, PNS dapat berpindah antar dan antara Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrasi, dan Jabatan Fungsional di Instansi Pusat dan Instansi Daerah berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan penilaian kinerja serta dapat diangkat dalam jabatan tertentu pada lingkungan instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. d). Pengembangan karier. Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi (teknis, manajerial, sosial kultural), penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah dengan mempertimbangkan pula integritas dan moralitas. e). Pola karier. Setiap Instansi Pemerintah perlu menyusun pola karier PNS secara khusus dan terintegrasi sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pola karier nasional dalam rangka menjamin keselarasan potensi PNS dengan kebutuhan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan. f). Promosi. Setiap PNS yang telah memenuhi persyaratan mempunyai hak yang sama untuk dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi. Untuk pejabat administrasi dan fungsional PNS, promosinya dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian setelah mendapat pertimbangan tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah. g). Mutasi. Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat, antar- Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-Instansi Pusat dan Instansi
  • 12. Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri. Mutasi PNS dilakukan dengan memperhatikan prinsip larangan konflik kepentingan. Adanya mutasi PNS ini dapat membebani APBN dan APBD. h). Penilaian kinerja. Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karier dan dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS. i). Penggajian dan tunjangan. Pemerintah wajib memberikan gaji dan tunjangan secara bertahap, adil dan layak kepada PNS sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan resiko pekerjaannya dalam rangka menjamin kesejahteraan PNS. Untuk gaji PNS pusat dibebankan pada APBN, sedangkan gaji PNS daerah dibebankan pada APBD. j). Penghargaan. PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan yang dapat berupa: a. tanda kehormatan; b. kenaikan pangkat istimewa; c. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau d. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan. k). Disiplin. Agar tata tertib itu dapat terpelihara, maka PNS itu wajib disiplin dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin termasuk memberikan sanksi bagi yang melanggar aturan.
  • 13. l). Pemberhentian. PNS itu dapat diberhentikan secara hormat karena meninggal dunia, atas permintaan sendiri, dll. Ada yang diberhentikan secara tidak hormat karena melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik, dll. Serta ada yang diberhentikan secara sementara karena diangkat menjadi pejabat Negara, komisioner atau anggota lembaga nonstructural, dll. m). Jaminan pensiun dan jaminan hari tua. PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adanya kedua jaminan tersebut dimaksudkan sebagai bentuk perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, hak dan penghargaan atas pengabdian PNS. n). Perlindungan. Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan bantuan hukum.
  • 14. Serta pada pasal ini dijelaskan bahwa Manajemen PNS pada Instansi Pusat dilaksanakan oleh pemerintah pusat, sedangkan di tingkat daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah dimana keseluruhan itu disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya, pada pasal 93 manajemen PPPK itu meliputi: a) Penetapan kebutuhan Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja yang dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan dan jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur dengan Peraturan Presiden. Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK ditetapkan dengan Keputusan Menteri. b) Pengadaan Pengadaan calon PPPK merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pada Instansi Pemerintah dimana setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi calon PPPK setelah memenuhi persyaratan. Adapun prosesnya dimulai dari tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, dan pengangkatan menjadi PPPK dengan ditetapkannya keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian. Masa perjanjian kerja paling singkat 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan penilaian kinerja. c) Penilaian kinerja Adanya penilaian kinerja PPPK ini bertujuan untuk menjamin objektivitas prestasi kerja yang sudah disepakati berdasarkan perjanjian kerja antara Pejabat Pembina Kepegawaian dengan pegawai yang bersangkutan baik di tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi dengan memperhatikan target, sasaran, hasil, manfaat yang dicapai, dan perilaku pegawai. d) Penggajian dan tunjangan Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PPPK sesuai dengan beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan resiko pekerjaan. Untuk PPPK pusat, gaji dibebankan kepada APBN, sedangkan untuk PPPK daerah gajinya dibebankan kepada APBD. e) Pengembangan kompetensi PPPK diberikan kesempatan untuk pengembangan kompetensi yang direncanakan setiap tahun oleh Instansi Pemerintah. Pengembangan kompetensi tersebut harus dievaluasi oleh Pejabat yang Berwenang dan dipergunakan sebagai salah satu dasar untuk perjanjian kerja selanjutnya. f) Pemberian penghargaan PPPK yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan
  • 15. penghargaan berupa tanda kehormatan, kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi dan kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan. g) Disiplin PPPK wajib mematuhi disiplin PPPK agar tata tertib tetap terpelihara dan pelaksanaan tugas dapat berjalan secara lancer. Oleh karena itu, Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PPPK serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin. h) Pemutusan hubungan perjanjian kerja Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat karena jangka waktu perjanjian kerja berakhir, atas permintaan sendiri, dll. Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena melakukan pelanggaran disiplin PPPK tingkat berat, dll. Bahkan, pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak dengan hormat karena seperti salah satunya karena melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dll. i) Perlindungan Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa jaminan hari tua, jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan bantuan hukum. BAB IX PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI Pasal 108-111 Pada bagian ini Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi kepangkatan, pendidikan dan latihan, serta Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi yang utama dilakukan di tingkat Nasional sesuai dengan Undang-undang. Dalam Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, harus dilakukan secara terbuka dan kompetitif. Hal ini dikarenakan agar masyarakat mengetahui bentuk profesionalitas dari para calon-calon pengisi jabatan pimpinan tinggi tersebut. Pengisian jabatan ini dapat berasal dari Non PNs dengan persetujuan Presiden, dan juga pengisian jabatan pimpinan tinggi ini dapat diisi oleh para Prajurit TNI dan anggota Kepolisian yang telah mengundurkan diri dari dinas aktif dimana mereka bekerja di instansi sebelumnya. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dilakukan oleh Pejabat Pembinaan Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi instansi pemerintah yang sebelumnya telah berkoordinasi dengan KASN. Instansi Pemerintah yang jelas menerapkan sistem Merit dalam pembinaan pegawai dan ASN wajib lapor berkala pada KASN untuk mendapatkan persetujuan baru.
  • 16. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Pusat (Pasal 112-113) Pada UU bagian ini membahas tentang pemilihan 3 nama calon untuk setiap satu lowongan pekerjaan pengisian jabatan pimpinan tinggi utama/madya yang dilakukan oleh panitia seleksi Instansi Pemerintah. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Daerah (pasal 114-115) Pengisian jabatan pimpinan tinggi madya ditingkat provinsi dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi. Dengan mengusulkan 3 nama calon pimpinan untuk satu lowongan jabatan. Prosedurnya sama seperti pembentukan di instansi pusat namun berbeda sedikit, khusus untuk pimpinan tinggi pratama yang memimpin sekretariat daerah kabupaten/kota sebelum ditetapkan oleh Bupati/Walikota terlebih dahulu dikoordinasikan pada Gubernur. Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi (pasal 116-118) Dalam hal ini,Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 tahun yang terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi. Pejabat Pimpinan Tinggi seperti Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota menduduki jabatan selama 5 tahun. Apabila didapatkan kejanggalan dalam kinerja atau penyelewengan wewenang yang telah dijanjikan dalam waktu satu tahun pada suatu jabatan. Maka, para pejabat pimpinan tinggi tersebut akan diberikan kesempatan 6 bulan untuk memperbaiki kinerjanya. Apabila tetap didapatkan laporan kinerja yang buruk ataupun tidak ada perbaikan pada pimpinan jabatan tinggi selama 6 bulan, maka Pejabat yang bersangkutan harus mengikuti kembali seleksi ulang uji kompetensi. Dengan berdasarkan uji kompetensi tersebut pejabat yang bersangkutan dapat dipindahkan pada jabatan lain ataupun ditempatkan yang lebih rendah daripada sebelumnya sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku. Pejabat Pimpinan Tinggi yang Mencalonkan sebagai Gubernur, dan Wagub, Bupati/Walikota dan Wakilnya (Pasal 119) Pada bagian ini dijelaskan pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama yang akan mencalonkan diri menjadi Gubernur/Wagub dan Bupati/Walikota/wakil Bupati/Wakil Walikota wajib menyatakan pengunduruan diri secara tertulis dari PNS sejak mendaftar sebagai calon. Hal ini dikarenakan agar adanya penempatan pejabat secara jelas sesuai dengan profesionalitasnya dan sekaligus menghindari adanya rangkap jabatan yang akan menimbulkan penyelewengan seperti KKN. Pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (Pasal 120) Diperlukan pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi agar sesuai syarat kompetensi, kualifikasi kepangkatan, pendidikan dan latihan. Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. Laporan ini disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri. Kemudian KASN memberikan rekomendasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dalam hal : a. Pembentukan panitia seleksi b. Pengumuman Jabatan yang lowong c. Pelaksanaan seleksi, dan d. Pengusulan nama calon
  • 17. BAB X PEGAWAI ASN YANG MENJADI PEJABAT NEGARA Menurut pasal 121, pegawai ASN dapat menjadi pejabat negara. Pejabat Negara yang dimaksud pada pasal 122 adalah pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi; ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan; ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial; ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; Menteri dan jabatan setingkat menteri; Kepala perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS. Sedangkan, PNS yang tidak lagi menjabat sebagai pejabat negara dapat menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrasi, atau Jabatan Fungsional, sepanjang tersedia lowongan jabatan. Sehingga, hal ini tidak menyediakan lowongan jabatan dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat. Pegawai ASN dari PNS yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara maka diaktifkan kembali sebagai PNS. Namun, bagi Pegawai ASN dari PNS baik yang mencalonkan diri maupun dicalonkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden; ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat; ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah; gubernur dan wakil gubernur; bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon. BAB XI ORGANISASI Pegawai ASN itu terhimpun ke dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia yang bertujuan untuk menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Agar tujuan dapat tercapai maka korps profesi ASN Republik Indonesia menjalankan fungsinya yaitu sebagai pembinaan dan pengembangan profesi ASN dan memberikan perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota korps profesi ASN Republik Indonesia terhadap dugaan pelanggaran Sistem Merit dan mengalami masalah hukum dalam melaksanakan tugas, memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik Instansi Pemerintah terhadap pelanggaran kode etik profesi dan kode perilaku profesi serta menyelenggarakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota korps profesi ASN Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 18. BAB XII SISTEM INFORMASI ASN (PASAL 127-128) Informasi ASN ini dibutuhkan untuk efisiensi, efektivitas, dan akurasi. Akurasi adalah pendekatan dari pengukuran hasil nilai kuantitas / ketepatan. Sistem Informasi ASN ini diselenggrakan secara Nasional terintegrasi antar Instansi Pemerintah. Untuk menjamin keterpaduan dan akurasi data dalam sistem Informasi ASN setiap instansi pemerintah wajib memutakhirkan data secara berkala dan menyampaikannya kepada BKN. Sistem informasi ASN harus memuat seluruh Informasi dan data pegawai ASN yaitu : a. Data riwayat hidup b. Riwayat pendidikan formal/non formal c. Riwayat jabatan & kepangkatan d. Riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan e. Riwayat pengalaman organisasi f. Riwayat gaji g. Riwayat pendidikan dan latihan h. Daftar penilaian prestasi kerja i. Surat keputusan dan kompetensi. BAB XIII PENYELESAIAN SENGKETA (Pasal 129) Jika terjadi sengketa Pegawai ASN, maka dapat diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif itu sendiri terdiri dari keberatan dan banding administratif. Keberatan diajukan secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum dengan memuat alasan keberatan dan tembusannya disampaikan kepada pejabat yang berwenang menghukum. Sedangkan, banding administratif diajukan kepada badan pertimbangan ASN. Untuk ketentuan lebih lanjut mengenai upaya administratif dan badan pertimbangan ASN diatur dengan Peraturan Pemerintah.
  • 19. BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN Pada bab ini ada 2 pasal yang dibahas yakni pasal 130 dan pasal 131. Dalam pasal 130 dijelaskan bahwasanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1969 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 2906) dan peraturan pelaksanaannya tetap berlaku sampai ditetapkannya peraturan pelaksanaan dari Undang- Undang ini yang mengatur mengenai program pensiun PNS. Sedangkan pada pasal 131 menjelaskan adanya penyetaraan terhadap jabatan PNS yang dibagi menjadi 6 bagian yakni: a. jabatan eselon Ia kepala lembaga pemerintah nonkementerian setara dengan jabatan pimpinan tinggi utama; b. jabatan eselon Ia dan eselon Ib setara dengan jabatan pimpinan tinggi madya; c. jabatan eselon II setara dengan jabatan pimpinan tinggi pratama; d. jabatan eselon III setara dengan jabatan administrator; e. jabatan eselon IV setara dengan jabatan pengawas; dan f. jabatan eselon V dan fungsional BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pada bab ini terdiri dari 10 pasal yaitu pasal 132 sampai pasal 141. Dalam rangka menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN merupakan rangkaian informasi dan data mengenai Pegawai ASN yang disusun secara sistematis, menyeluruh, dan terintegrasi dengan berbasis teknologi yang diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi. Sistem ASN paling lama tahun 2015 dilaksanakan secara nasional. Selain itu PNS pusat dan PNS daerah akan disebut sebagai pegawai ASN sejak Undang-Undang ini berlaku. Untuk membentuk ASN yang mampu menyelenggarakan pelayanan publik dan menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu mengganti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Untuk itu dengan adanya Undang-Undang baru ini, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Adapun dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang Undang ini.
  • 20. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ini mulai berlaku sejak pada tanggal diundangkan yaitu, 15 Januari 2014. Disahkan oleh presiden republik Indonesia saat itu yaitu DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Undang- Undang ini dibuat dengan tujuan agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara