SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 12
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Indepth Report




Online Activism; Perlu Terobosan Baru!




                  oleh :
             Firdaus Cahyadi
     Divisi Knowledge Management (KM)
            Yayasan Satudunia
Online activism, Apaan tuh?
                                 Online activism nama lain dari digital activism dan klik
                            activism. Istilah     itu    muncul   seiring   dengan   keniscayaan
                            perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) begitu
                            pesat   di   dunia,    tak    terkecuali   di   Indonesia.   Pesatnya
                            perkembangan TIK ini menimbulkan perubahan cara sesorang
                            berekspresi dan berkomunikasi. Solidaritas sosial yang terkait
dengan kasus tertentu pun begitu mudah digalang di dunia maya.
      Dukungan terhadap Prita Mulyasari dalam melawan RS OMNI Internasional dapat
dikatakan sebagai tonggak bagi online activism di Indonesia. “Koin untuk Keadilan” telah
menjadi semacam simbol perlawanan terhadap RS OMNI Internasional pada saat itu.
      Setelah Koin untuk Keadilan, muncul replikasi simbol-simbol perlawanan yang serupa,
seperti, gerakan koin untuk presiden. Meskipun gerakan itu tidak bisa sebesar gerakan pada
kasus Prita. Begitu pula penggalangan dukungan di dunia maya, nampaknya tidak ada yang
berhasil mengulang kesuksesan seperti pada kasus Prita Mulyasari melawan RS OMNI
Internasional.
      Kenapa belum ada (atau tidak ada) lagi online activism yang bisa mengulang
keberhasilan menggalang dukungan seperti dalam kasus Prita Mulyasari? Tentu ini sebuah
fenomona yang menarik untuk dicermati.


Bagaimana Aktivis Berkampanye Secara Online?
      Pada akhir Maret 2011, Yayasan SatuDunia menggelar survei publik secara online
yang bertemakan, “Internet untuk Gerakan Sosial”. Survei tersebut bertujuan untuk
memetakan bagaimana para aktivis, baik yang tergabung dalam organisasi maupun
individual, menggunakan internet untuk kegiatan kampanyenya.
      Beberapa responden yang telah mengisi survei online tersebut antara lain mereka
yang tergabung dalam organisasi seperti, Centre for Orangutan Protection, Yayasan
TERANGI, Koalisi Perempuan Indonesia, WWF-Indonesia, Muhammadiyah, FFI, Telapak,
project indonesia, Imparsial dan beberapa organisasi lain serta individu yang tidak tergabung
dalam sebuah organisasi.
      Sebanyak 97% responeden survei tersebut adalah aktivis yang tergabung dalam
sebuah organisasi. Hanya 3% yang tidak tergabung dalam organisasi. Seluruh responden
mengaku bahwa dirinya secara individu maupun organisasinya menggunakan internet untuk
aktivitasnya. Mereka menggunakan internet dengan berbagai tujuan secara bersamaan.

                               Tujuan Penggunaan Internet

                   88%                              94%


                                                                 Menambah jaringan
                                                                 Kampanye
                                                                 Komunikasi (email,
                                                                 chating dsb)
                                                                 Berbagi informasi dan
                                                                 pengetahuan




                  69%

                                             97%




      Ternyata banyak aktivis yang menggunakan internet untuk berkomunikasi melalui
email, chating dan sebagainya dengan sesama aktivis atau lembaga donor. Selain itu merka
juga sering menggunakan internet untuk berbagi informasi dan pengetahuan. Terdapat fakta
menarik, bahwa penggunaan internet untuk kampanye justru menempati urutan terakhir.
      Ada beberapa kemungkinan untuk menjelaskan fenomena ini. Kemungkinan pertama,
memang sebagian aktivis yang mengisi survei ini jarang menggunakan internet untuk tujuan
kampanyenya. Kemungkinan kedua, para aktivis yang mengisi survei ini menganggap sama
antara aktivitas berbagai informasi dan pengetahuan dengan kampanye. Padahal kedua
aktivitas itu berbeda dari segi tujuan outputnya.
      Berbagi informasi, tujuannya adalah pihak yang kita beri informasi mampu mengabil
keputusan berdasarkan informasi yang kita berikan, terlepas apapun keputusannya. Berbagi
pengetahuan, bertujuan agar pihak yang menerima produk pengetahuan dari kita dapat
meningkat kapasitasnya (menjadi lebih memahami) terkait substansi pengetahuan yang kita
bagikan.
      Selain itu juga agar pengetahuan yang kita bagikan bisa dijadikan ajang diskusi
sehingga berjalanlah proses-proses pengetahuan yang pada akhirnya muncul improvisasi
dan inovasi baru dari substansi pengetahuan yang kita bagikan.
      Sementara kegiatan kampanye tujuannya lebih spesifik, yaitu agar pihak yang
menerima pesan kampanye kita mendukung kegiatan kampanye kita. Jadi sudah sejak awal
output agar pihak yang menerima pesan kampanye itu mendukung sudah didesain dari awal.

                   Kegiatan kampanye yang sering dilakukan dengan internet


                  81%                              84%
                                                                           Mengirim press re-
                                                                           lease
                                                                           Membuat petisi online
                                                                           Membuat dan mengir-
                                                                           im surat terbuka
                                                                           Menggalang dukun-
                                                                           gan untuk menghadiri
                                                                           atau terlibat sebuah
                                                                           aksi/kegiatan


                    31%

                                         63%


      Dari data tersebut di atas ternyata mayoritas aktivis yang menjadi responden survei
mengirimkan press release melalui internet. Kemudian disusul dengan menggalang
dukungan atau undangan aksi. Data tersebut di atas dapat ditafsirkan bahwa penggunaan
internet untuk kampanye aktivis lebih banyak untuk melengkapi atau menggantikan kegiatan
kampanye yang semula belum atau tidak dilakukan dengan menggunakan internet.
      Misalnya, jika sebelumnya aktivis mengirimkan press release dengan mengirimkan fax.
Maka sekarang (dalam waktu bersamaan juga) mereka menggunakan email. Begitu juga
dengan mengirimkan undangan untuk sebuah aksi tertentu. Efektifitas waktu dan biaya
mungkin menjadi pertimbangan utama pilihan ini.

                 Media yang biasa digunakan untuk kegiatan kampanye online

                               22%
                                                  milis (mailing list)   forum-forum
                    88%                 50%                              diskusi (kaskus
                                                                         dsb)
                                                  website organ-         blog
                                                  isasi
                                                  Website User           Other
                                        41%       Generete Con-
                                                  tent/UGC

                        72%       28%
Dari data di atas nampak bahwa sebagian besar aktivis yang menjadi responden
survei menggunakan media mailing list (milis) untuk melakukan kampanye. Selain milis
mereka juga sering menggunakan web organisasi atau pribadi untuk melakukan kampanye.
Kemudian disusul dengan penggunaan blog, posting di forum-forum diskusi dan menulis di
web 2.0 (User Generate Content/UGC).
        Web 2.0 (User Generate Content) adalah web yang membebaskan penggunanya
membuat kontennya sendiri. Web 2.0 yang sering digunakan untuk kegiatan kampanye para
aktivis yang menjadi responden survei adalah kompasiana, politikana dan beberapa web
yang lain.


                           Website dengan User Generete Content
         apa saja yang paling sering anda/organisasi anda gunakan untuk kampanye?

                                                 28%

                                                                      Kompasiana.com
                                                                      Politikana.com
                                                                      Satuportal.net
                  50%                                                 Lainnya



                                                   9%


                                           13%



                Forum di Internet yang sering digunakan untuk kampanye

                   28%



                                                            forum detik.com
                                                            forum kaskus.com
                                               50%
                                                            lainnya




                    22%
Sedangkan forum diskusi di internet yang sering digunakan untuk melakukan
kampanye adalah forum detik.com. Forum diskusi kaskus.us yang menurut alexa menempati
peringkat teratas justru berada pada urutan kedua setelah forum detik.com. Bahkan banyak
aktivis yang menggunakan forum diskusi lainnya sebagai media kampanye.
      Belum atau tidak digunakannya secara maksimal forum kaskus dan detik.com ini
menjadi sesuatu yang menarik untuk dicermati. Mengingat menurut alexa.com, kedua forum
itu menempati ranking yang bagus, terutama kaskus.
      Sedangkan media sosial yang sering digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan
kampanye adalah facebook. Ini menjadi relevan karena memang Indonesia termasuk negara
dengan pengguna facebook terbesar di dunia.



                   Situs jejaring sosial yang sering digunakan untuk kampanye
                           Other

                 www.koprol.com

                  www.plurk.com

                   metacafe.com

                    youtube.com

                   friendster.com

                      twitter.com

                   facebook.com

                                    0%   10%   20%   30%   40%   50%   60%   70%   80%



      Meskipun terlihat telah aktif melakukan kampanye di internet, namun sebanyak 19%
responden mengaku belum atau tidak mengetahui sejauh mana efektifitas kampanye dengan
menggunakan internet. Apa itu artinya? Bisa jadi kampanye dengan menggunakan internet
belum masuk kedalam bagian dari strategi kampanyenya, sehingga dampak dari efektifitas
kegiatan itu belum atau tidak dapat diukur.


Kendala yang Dihadapi saat Berkampanye Secara Online
      Ternyata ada beberapa kendala menurut responden survei dalam malakukan
kampanye secara online. Ada kendala sumberdaya manusia, ada pula kendala terkait
perencanaan kampanye secara keseluruhan (terkait target kampanye, misalnya). Namun ada
pula kendala yang terkait dengan akses internet yang belum merata di Indonesia.
Akses internet yang belum merata umumnya menjadi kendala bagi aktivis yang
bekerja di lapangan, terutama di Indonesia Timur dan daerah terpencil lainnya. Jika dikaitkan
dengan pembangunan infrastruktur internet kendala tersebut menjadi relevan.
      DI Indonesia, infrastruktur telekomunikasi dan informatika (telematika) terkonsentrasi di
Jawa dan Indonesia Barat. Sementara Indonesia Timur, yang menjadi kawasan yang kaya
sumber daya alam sehingga sering muncul konflik perebutan akses sumber daya alam antara
masyarakat   dan     korporasi   serta   negara,       justru    minim   infrastruktur   internet   dan
telekomunikasinya.




                                   Penyebaran fiber optik di Indonsia


      Akibatnya, penduduk di kawasan Indonesia timur tidak memiliki akses terhadap
telematika. Kondisi ini sering disebut sebagai sebuah kesenjangana akses telematika.
Ketiadaan akses telematika ini bisa jadi yang menyebabkan pendapatan ekonomi penduduk
di kawasan Indonesia Timur selalu lebih rendah dibandingkan penduduk di kawasan
Indonesia barat, terutama Pulau Jawa.
      Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada akhir 2004,
seperti ditulis www.iptek.net, menunjukan, bahwa sebanyak 75 persen pelanggan dan
pengguna internet berlokasi di Jakarta, 15 persen di Surabaya, 5 persen di daerah lain di
pulau Jawa dan 5 persen sisanya di propinsi lainnya.
      Terkait dengan ketimpangan akses telematika, data terbaru terkait dengan ICT di
Indonesia ternyata tidak mengalami banyak perubahan. Data terbaru dari Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kominfo), seperti yang ditulis dalam buku putih ICT tahun 2010
menyebutkan bahwa sejak tahun 2007-2008, akses internet di Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup tinggi.
       Pada tahun 2007, prosentase keluarga yang telah memiliki akses internet adalah
5,58%. Pada tahun 2008 meningkat menjadi 8,56%. Namun peningkatan itu masih di
dominasi dari wilayah Jawa dan Indonesia bagian barat. Pada tahun 2007 misalnya, kawasan
di Jawa, prosentase keluarga yang memiliki akses internet sebesar 6,65%. Dan pada tahun
2008 meningkat menjadi 9,95%.
       Ketimpangan akses terhadap internet juga terlihat dalam pembangunan infrastruktur
telematika (telekomunikasi dan informatika). Sebanyak 65,2% infrastruktur backbone serat
optik terkonsentrasi di Jawa, kemudian diikuti oleh Sumatera (20,31%) dan Kalimantan
(6,13%). Wilayah Indonesia timur (Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) belum terjangkau
infrastruktur ini.
       Pengertian backbone sendiri adalah saluran atau koneksi berkecepatan tinggi yang
menjadi lintasan utama dalam sebuah jaringan. Kesejangan infrastruktur ini telah
mengakibatkan terjadinya kesenjangan akses telematika antar wilayah di Indonesia.


Online Activism; Perlu Terobosan Baru
       Untuk memaksimalkan online activism perlu sebuah terobosan baru untuk mengatasi
segala kendala yang ada. Setidaknya ada dua trobosan yang harus dilakukan. Pertama,
trobosan dari eksternal atau di sisi kebijakan. Kedua, trobosan dari internal organisasi atau
individu penggiat online activism.
       Terobosan dari sisi kebijakan, misalnya, perlu ada terobosan agar arah kebijakan
infrastruktur telematika mulai menjangkau daerah-daerah luar Jawa, utamanya di Indonesia
Timur. Selama ini kebijakan telematika yang terlalu liberal dan diserahkan ke mekanisme
pasar terbukti membuat konsentrasi pembangunan infrastruktur hanya di wilayah Jawa dan
Indonesia Barat. Pembangunan infrastruktur telematika di kawasan Indonesia Timur dianggap
tidak menguntungkan secara ekonomi oleh korporasi-korporasi yang menyelenggarakan
bisnis telematika.
       Di pembangunan infrastruktur dasar telematika inilah, negara harus lebih berperan.
Warga di kawasan Indonesia Timur memiliki hak yang sama dengan saudaranya di Indonesia
Barat. Mereka bukan sekedar angka. Mereka berhak atas akses telematika seperti warga
yang tinggal di Jawa dan Indonesia Barat. Artinya, diperlukan sebuah trobosan kebijakan
telematika di luar mekanisme pasar yang selama ini telah menjadi pakem dari kebijakan
telematika di Indonesia.
      Peluang untuk melakukan trobosan dari sisi kebijakan itu masih memungkinan, karena
di saat ini (April 2011) pemerintah sedang melakukan harmonisasi Rancangan Undang
Undang (RUU) Konvergensi Telematika. Di salah satu pasal dari RUU itu berbicara masalah
layanan universal telematika.
      Terobosan selanjutnya adalah dari sisi internal organisasi atau individu. Di internal
organisasi atau individu, kegiatan kampanye dengan menggunakan media internet harus
sudah direncanakan sejak awal. Singkat kata, kampanye secara online harus menjadi bagian
dari strategi kampanye.
      Karena masuk dalam strategi kampanye, maka pengetahuan terhadap media di
internet yang akan digunakan untuk kampanye menjadi mutlak diperlukan. Misalnya ketika
kita memilih forum di internet untuk menyebarkan material kampanye. Kita harus mengetahui
berapa mamber dari forum itu, bagaimana rangking forum itu menurut alexa atau situs
pemeringkat website lainnya.
      Hasil survei di atas yang menunjukan belum dimanfaatkanya secara maksimal forum
diskusi di kaskus dan detik.com adalah salah satu contohnya. Kedua forum itu selain memiliki
anggota yang banyak juga menempati peringkat yang baik menurut alexa.com.
      Begitu pula pemanfaatan web 2.0 atau (User Generate Content). Berdasarkan survei
di atas, para aktivis lebih banyak memanfatkan web kompasiana dan politikana. Mungkin
salah satu pertimbangan menggunakan kompasiana untuk kampanye adalah peringkatnya
yang lumayan baik. Itu benar. Namun sejatinya ada beberapa web 2.0 di Indonesia yang
belum dimanfaatkan secara maksimal untuk kampanye.
      Web 2.0, gantibaju.com misalnya. Gantibaju.com seperti toko kaos online. Akan tetapi,
disain kaos yang dijual adalah disain dari anggota komunitasnya.Alexa.com (per 30 Maret
2011) menempatkan gantibaju.com pada rangking ke 93,899 dunia. Sementara untuk
Indonesia, gantibaju.com berada pada peringkat ke 1072. Peringkat web 2.0, gantibaju.com
lebih baik dari peringkat politikana, per 30 Maret 2011.
      Seperti kita sudah sering lihat di account jejaring sosial facebook milik sebagian aktivis.
Di antara mereka ada yang mengupload desain kaos kampanye. Dan kaos kampanye itu
kebanyakan memang dijual, dan keuntungan dari penjualannya itu untuk biaya kampanye
atau advokasi. Selain diupload di facebook, bisa juga kaos kampanye itu diupload di web
gantibaju.com misalnya.
Begitu pula, mengenai film kampanye. Sudah banyak film kampanye yang dibuat oleh
para aktivis. Seringkali film kampanye itu diupload di youtube atau facebook. Padahal selain
di kedua situs itu, kita bisa memberikan ulasan terhadap film kampanye itu melalui web 2.0
Bicarafilm.com.
      Bicarafilm.com, konsepnya adalah blog keroyokan tempat menuangkan pemikiran
mereka dalam bentuk tulisan, kemudian dikomentari oleh warga/user lainnya. Yang menarik
adalah tulisan-tulisan tersebut dimoderasi oleh warga/user dengan memberi rating. Tulisan
yang ratingnya tinggi otomatis masuk di Headline. Alexa.com (per 30 Maret 2011)
menempatkan Bicarafilm.com pada peringkat ke 573,797 dunia. Sementara untuk Indonesia,
Bicarafilm.com berada pada peringkat ke 10,968.
      Begitu pula ketika kita memilih menggunakan milis untuk memposting material
kampanye kita. Kita juga perlu tahu, siapa dan berapa anggota milis tersebut. Beberapa
waktu yang lalu, milis forum pembaca kompas, menjadi milis yang efektif untuk menyebarkan
material kampanye. Karena selain memiliki banyak anggota, beberapa wartawan juga
menjadi anggota dari milis itu. Sehingga materi kampanye kita besar kemungkinan dikutip
atau minimal dijadikan background dari si wartawan untuk membuat liputan terkait isu yang
kita kampanyekan.
      Nampaknya para aktivis sosial digital, baik yang tergabung dalam organisasi maupun
tidak, telah memanfatkan peluang media baru (internet) untuk bekampanye. Namun,
nampaknya penggunaan internet untuk kampanye belum masuk dalam sebuah strategi besar
komunikasi atau kampanye mereka.

                               Efektifitas Kampanye di Internet

                                               18%


                                                           Efektif
                                                           Tidak Efektif
                                                           Belum atau
                                                           tidak tahu
                                                           efektifitas-
                                                           nya




                             82%
Hal itu nampak dari responden survei yang menyebutkan bahwa sebanyak 18% belum
atau tidak tahu apakah kampanyenya di internet itu efektif. Ketidakjelasan tujuan kampanye,
target sasaran dari kampanye, media di internet yang dipilih besar kemungkinan menjadi
penyebab utama para aktivis belum mengetahui bagaimana mengukur efektifitas dari
kegiatan kampanyenya.
      Intinya, perlu integrasi strategi kampanye dengan strategi pengetahuan dalam online
aktivism. Dari integrasi kedua strategi itu, bisa muncul sebuah trobosan-trobosan baru di luar
'kotak' dari kegiatan kampanye yang selama ini telah dilakukan secara online. Dengan
integrasi itu kita bisa mengetahui kapan kita menggunakan facebook, twitter, web.2.0, blog
untuk kampanye secara online.
      Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah kampanye secara online ini hanyalah salah
satu alat. Artinya, jangan sampai online aktivism ini melupakan kita untuk tetap melakukan
kampanye secara offline. Merawat hubungan secara offline dengan wartawan tetap
diperlukan meskipun di waktu yang bersamaan kita juga melakukan online activism. Kasus
Prita Mulyasari melawan RS OMNI Internasional menjadi begitu menggema, salah satunya
adalah peran media massa konvensional yang ikut memblowupnya.




Bahan Bacaan.
   1. Gerakan Rakyat Dukung Pembebasan Nenek Minah.
      http://www.facebook.com/home.php?sk=2361831622#!/group.php?gid=180415896573
   2. Dukung Korban Lapindo Mendapatkan Keadilan,
      http://www.causes.com/causes/333125
   3. DUKUNGAN BAGI IBU PRITA MULYASARI, PENULIS SURAT KELUHAN MELALUI
      INTERNET YANG DITAHAN, http://www.causes.com/causes/290597
   4. Koin Prita Selesai Dihitung,
      http://megapolitan.kompas.com/read/2009/12/30/2338022/koin.prita.selesai.dihitung
   5. Kronologi Kasus Prita Mulyasari,
      http://hukum.tvone.co.id/berita/view/15586/2009/06/08/kronologi_kasus_prita_mulyasa
      ri/
   6. Hak Asasi Manusia Pilar Utama Kebijakan Konten di Indonesia , Kertas Posisi
      Yayasan Satudunia tentang Kebijakan Konten Yayasan Satudunia, Satudunia, 2010
   7. Di Tengah Kegelapan, Kami Nyalakan Lentera, Kertas Posisi Yayasan Satudunia
tentang ICT di Indonesia, Satudunia, 2010
8. http://web.bisnis.com/sektor-riil/telematika/1id179371.html
9. http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=5&ch=inti
10. http://www.satuportal.net/content/internet-pornogafi-dan-gerakan-sosial

Weitere ähnliche Inhalte

Andere mochten auch

Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaPolicy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaSatuDunia Foundation
 
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_duniaIndepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_duniaSatuDunia Foundation
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaSatuDunia Foundation
 
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...SatuDunia Foundation
 
Indept report lapindo agustus 2011
Indept report lapindo agustus 2011Indept report lapindo agustus 2011
Indept report lapindo agustus 2011SatuDunia Foundation
 
Question and answer tentang keadilan iklim yayasan satu dunia
Question and answer tentang keadilan iklim yayasan satu duniaQuestion and answer tentang keadilan iklim yayasan satu dunia
Question and answer tentang keadilan iklim yayasan satu duniaSatuDunia Foundation
 
Final report kebijakan telematika dan pertarungan wacana di era konvergensi m...
Final report kebijakan telematika dan pertarungan wacana di era konvergensi m...Final report kebijakan telematika dan pertarungan wacana di era konvergensi m...
Final report kebijakan telematika dan pertarungan wacana di era konvergensi m...SatuDunia Foundation
 
20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo
20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo
20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindoSatuDunia Foundation
 
Peneltian Prof Merlyna Lim, DEMOCRATIZATION & CORPORATIZATION OF MEDIA
Peneltian Prof Merlyna Lim, DEMOCRATIZATION & CORPORATIZATION OF MEDIAPeneltian Prof Merlyna Lim, DEMOCRATIZATION & CORPORATIZATION OF MEDIA
Peneltian Prof Merlyna Lim, DEMOCRATIZATION & CORPORATIZATION OF MEDIASatuDunia Foundation
 
Indepth report konsumtivisme dan tergusurnya ruang publik di internet
Indepth report konsumtivisme dan tergusurnya ruang publik di internetIndepth report konsumtivisme dan tergusurnya ruang publik di internet
Indepth report konsumtivisme dan tergusurnya ruang publik di internetSatuDunia Foundation
 
Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masya...
Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masya...Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masya...
Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masya...SatuDunia Foundation
 

Andere mochten auch (15)

Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaPolicy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
 
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_duniaIndepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
 
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
 
Indept report lapindo agustus 2011
Indept report lapindo agustus 2011Indept report lapindo agustus 2011
Indept report lapindo agustus 2011
 
Question and answer tentang keadilan iklim yayasan satu dunia
Question and answer tentang keadilan iklim yayasan satu duniaQuestion and answer tentang keadilan iklim yayasan satu dunia
Question and answer tentang keadilan iklim yayasan satu dunia
 
Final report kebijakan telematika dan pertarungan wacana di era konvergensi m...
Final report kebijakan telematika dan pertarungan wacana di era konvergensi m...Final report kebijakan telematika dan pertarungan wacana di era konvergensi m...
Final report kebijakan telematika dan pertarungan wacana di era konvergensi m...
 
Sapa edisi 1 desember 2011
Sapa edisi 1 desember 2011Sapa edisi 1 desember 2011
Sapa edisi 1 desember 2011
 
Zpm208 database
Zpm208 databaseZpm208 database
Zpm208 database
 
Posterkursuskm 02-2012
Posterkursuskm 02-2012Posterkursuskm 02-2012
Posterkursuskm 02-2012
 
20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo
20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo
20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo
 
Peneltian Prof Merlyna Lim, DEMOCRATIZATION & CORPORATIZATION OF MEDIA
Peneltian Prof Merlyna Lim, DEMOCRATIZATION & CORPORATIZATION OF MEDIAPeneltian Prof Merlyna Lim, DEMOCRATIZATION & CORPORATIZATION OF MEDIA
Peneltian Prof Merlyna Lim, DEMOCRATIZATION & CORPORATIZATION OF MEDIA
 
Indepth report konsumtivisme dan tergusurnya ruang publik di internet
Indepth report konsumtivisme dan tergusurnya ruang publik di internetIndepth report konsumtivisme dan tergusurnya ruang publik di internet
Indepth report konsumtivisme dan tergusurnya ruang publik di internet
 
Zpm206 diagram konteks bag 1
Zpm206 diagram konteks bag 1Zpm206 diagram konteks bag 1
Zpm206 diagram konteks bag 1
 
Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masya...
Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masya...Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masya...
Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masya...
 

Mehr von SatuDunia Foundation

Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadUbah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadSatuDunia Foundation
 
Indepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoIndepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoSatuDunia Foundation
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiSatuDunia Foundation
 
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011SatuDunia Foundation
 
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)SatuDunia Foundation
 
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiWarta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiSatuDunia Foundation
 
Konvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikKonvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikSatuDunia Foundation
 
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
Hiv aids dan media sosial  aditya wardanaHiv aids dan media sosial  aditya wardana
Hiv aids dan media sosial aditya wardanaSatuDunia Foundation
 
Knowledge management v2.0 mirta amalia
Knowledge management   v2.0 mirta amaliaKnowledge management   v2.0 mirta amalia
Knowledge management v2.0 mirta amaliaSatuDunia Foundation
 
Indepth report konglomerasi media di era konvergensi telematika
Indepth report konglomerasi media di era konvergensi telematikaIndepth report konglomerasi media di era konvergensi telematika
Indepth report konglomerasi media di era konvergensi telematikaSatuDunia Foundation
 

Mehr von SatuDunia Foundation (19)

Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadUbah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
 
A-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi TelematikaA-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi Telematika
 
Komik publikasi KM 2012
Komik publikasi KM 2012 Komik publikasi KM 2012
Komik publikasi KM 2012
 
Indepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoIndepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindo
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
 
Mapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in IndonesiaMapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in Indonesia
 
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
 
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
 
120216 digital (mujtaba hamdi)
120216 digital (mujtaba hamdi)120216 digital (mujtaba hamdi)
120216 digital (mujtaba hamdi)
 
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiWarta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
 
Id mdgr2007 bahasa
Id mdgr2007 bahasaId mdgr2007 bahasa
Id mdgr2007 bahasa
 
Mereka berani melawan pemiskinan
Mereka berani melawan pemiskinanMereka berani melawan pemiskinan
Mereka berani melawan pemiskinan
 
Konvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikKonvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publik
 
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
Hiv aids dan media sosial  aditya wardanaHiv aids dan media sosial  aditya wardana
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
 
Ham dan hiv aids harwib
Ham dan hiv aids harwibHam dan hiv aids harwib
Ham dan hiv aids harwib
 
Hak odha dan lgbt king oey
Hak odha dan lgbt king oeyHak odha dan lgbt king oey
Hak odha dan lgbt king oey
 
Knowledge management v2.0 mirta amalia
Knowledge management   v2.0 mirta amaliaKnowledge management   v2.0 mirta amalia
Knowledge management v2.0 mirta amalia
 
Perang informasi lapindo daus ppt
Perang informasi lapindo daus pptPerang informasi lapindo daus ppt
Perang informasi lapindo daus ppt
 
Indepth report konglomerasi media di era konvergensi telematika
Indepth report konglomerasi media di era konvergensi telematikaIndepth report konglomerasi media di era konvergensi telematika
Indepth report konglomerasi media di era konvergensi telematika
 

Indepth report online activism; perlu trobosan baru

  • 1. Indepth Report Online Activism; Perlu Terobosan Baru! oleh : Firdaus Cahyadi Divisi Knowledge Management (KM) Yayasan Satudunia
  • 2. Online activism, Apaan tuh? Online activism nama lain dari digital activism dan klik activism. Istilah itu muncul seiring dengan keniscayaan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) begitu pesat di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Pesatnya perkembangan TIK ini menimbulkan perubahan cara sesorang berekspresi dan berkomunikasi. Solidaritas sosial yang terkait dengan kasus tertentu pun begitu mudah digalang di dunia maya. Dukungan terhadap Prita Mulyasari dalam melawan RS OMNI Internasional dapat dikatakan sebagai tonggak bagi online activism di Indonesia. “Koin untuk Keadilan” telah menjadi semacam simbol perlawanan terhadap RS OMNI Internasional pada saat itu. Setelah Koin untuk Keadilan, muncul replikasi simbol-simbol perlawanan yang serupa, seperti, gerakan koin untuk presiden. Meskipun gerakan itu tidak bisa sebesar gerakan pada kasus Prita. Begitu pula penggalangan dukungan di dunia maya, nampaknya tidak ada yang berhasil mengulang kesuksesan seperti pada kasus Prita Mulyasari melawan RS OMNI Internasional. Kenapa belum ada (atau tidak ada) lagi online activism yang bisa mengulang keberhasilan menggalang dukungan seperti dalam kasus Prita Mulyasari? Tentu ini sebuah fenomona yang menarik untuk dicermati. Bagaimana Aktivis Berkampanye Secara Online? Pada akhir Maret 2011, Yayasan SatuDunia menggelar survei publik secara online yang bertemakan, “Internet untuk Gerakan Sosial”. Survei tersebut bertujuan untuk memetakan bagaimana para aktivis, baik yang tergabung dalam organisasi maupun individual, menggunakan internet untuk kegiatan kampanyenya. Beberapa responden yang telah mengisi survei online tersebut antara lain mereka yang tergabung dalam organisasi seperti, Centre for Orangutan Protection, Yayasan TERANGI, Koalisi Perempuan Indonesia, WWF-Indonesia, Muhammadiyah, FFI, Telapak, project indonesia, Imparsial dan beberapa organisasi lain serta individu yang tidak tergabung dalam sebuah organisasi. Sebanyak 97% responeden survei tersebut adalah aktivis yang tergabung dalam sebuah organisasi. Hanya 3% yang tidak tergabung dalam organisasi. Seluruh responden mengaku bahwa dirinya secara individu maupun organisasinya menggunakan internet untuk
  • 3. aktivitasnya. Mereka menggunakan internet dengan berbagai tujuan secara bersamaan. Tujuan Penggunaan Internet 88% 94% Menambah jaringan Kampanye Komunikasi (email, chating dsb) Berbagi informasi dan pengetahuan 69% 97% Ternyata banyak aktivis yang menggunakan internet untuk berkomunikasi melalui email, chating dan sebagainya dengan sesama aktivis atau lembaga donor. Selain itu merka juga sering menggunakan internet untuk berbagi informasi dan pengetahuan. Terdapat fakta menarik, bahwa penggunaan internet untuk kampanye justru menempati urutan terakhir. Ada beberapa kemungkinan untuk menjelaskan fenomena ini. Kemungkinan pertama, memang sebagian aktivis yang mengisi survei ini jarang menggunakan internet untuk tujuan kampanyenya. Kemungkinan kedua, para aktivis yang mengisi survei ini menganggap sama antara aktivitas berbagai informasi dan pengetahuan dengan kampanye. Padahal kedua aktivitas itu berbeda dari segi tujuan outputnya. Berbagi informasi, tujuannya adalah pihak yang kita beri informasi mampu mengabil keputusan berdasarkan informasi yang kita berikan, terlepas apapun keputusannya. Berbagi pengetahuan, bertujuan agar pihak yang menerima produk pengetahuan dari kita dapat meningkat kapasitasnya (menjadi lebih memahami) terkait substansi pengetahuan yang kita bagikan. Selain itu juga agar pengetahuan yang kita bagikan bisa dijadikan ajang diskusi sehingga berjalanlah proses-proses pengetahuan yang pada akhirnya muncul improvisasi dan inovasi baru dari substansi pengetahuan yang kita bagikan. Sementara kegiatan kampanye tujuannya lebih spesifik, yaitu agar pihak yang menerima pesan kampanye kita mendukung kegiatan kampanye kita. Jadi sudah sejak awal
  • 4. output agar pihak yang menerima pesan kampanye itu mendukung sudah didesain dari awal. Kegiatan kampanye yang sering dilakukan dengan internet 81% 84% Mengirim press re- lease Membuat petisi online Membuat dan mengir- im surat terbuka Menggalang dukun- gan untuk menghadiri atau terlibat sebuah aksi/kegiatan 31% 63% Dari data tersebut di atas ternyata mayoritas aktivis yang menjadi responden survei mengirimkan press release melalui internet. Kemudian disusul dengan menggalang dukungan atau undangan aksi. Data tersebut di atas dapat ditafsirkan bahwa penggunaan internet untuk kampanye aktivis lebih banyak untuk melengkapi atau menggantikan kegiatan kampanye yang semula belum atau tidak dilakukan dengan menggunakan internet. Misalnya, jika sebelumnya aktivis mengirimkan press release dengan mengirimkan fax. Maka sekarang (dalam waktu bersamaan juga) mereka menggunakan email. Begitu juga dengan mengirimkan undangan untuk sebuah aksi tertentu. Efektifitas waktu dan biaya mungkin menjadi pertimbangan utama pilihan ini. Media yang biasa digunakan untuk kegiatan kampanye online 22% milis (mailing list) forum-forum 88% 50% diskusi (kaskus dsb) website organ- blog isasi Website User Other 41% Generete Con- tent/UGC 72% 28%
  • 5. Dari data di atas nampak bahwa sebagian besar aktivis yang menjadi responden survei menggunakan media mailing list (milis) untuk melakukan kampanye. Selain milis mereka juga sering menggunakan web organisasi atau pribadi untuk melakukan kampanye. Kemudian disusul dengan penggunaan blog, posting di forum-forum diskusi dan menulis di web 2.0 (User Generate Content/UGC). Web 2.0 (User Generate Content) adalah web yang membebaskan penggunanya membuat kontennya sendiri. Web 2.0 yang sering digunakan untuk kegiatan kampanye para aktivis yang menjadi responden survei adalah kompasiana, politikana dan beberapa web yang lain. Website dengan User Generete Content apa saja yang paling sering anda/organisasi anda gunakan untuk kampanye? 28% Kompasiana.com Politikana.com Satuportal.net 50% Lainnya 9% 13% Forum di Internet yang sering digunakan untuk kampanye 28% forum detik.com forum kaskus.com 50% lainnya 22%
  • 6. Sedangkan forum diskusi di internet yang sering digunakan untuk melakukan kampanye adalah forum detik.com. Forum diskusi kaskus.us yang menurut alexa menempati peringkat teratas justru berada pada urutan kedua setelah forum detik.com. Bahkan banyak aktivis yang menggunakan forum diskusi lainnya sebagai media kampanye. Belum atau tidak digunakannya secara maksimal forum kaskus dan detik.com ini menjadi sesuatu yang menarik untuk dicermati. Mengingat menurut alexa.com, kedua forum itu menempati ranking yang bagus, terutama kaskus. Sedangkan media sosial yang sering digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan kampanye adalah facebook. Ini menjadi relevan karena memang Indonesia termasuk negara dengan pengguna facebook terbesar di dunia. Situs jejaring sosial yang sering digunakan untuk kampanye Other www.koprol.com www.plurk.com metacafe.com youtube.com friendster.com twitter.com facebook.com 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Meskipun terlihat telah aktif melakukan kampanye di internet, namun sebanyak 19% responden mengaku belum atau tidak mengetahui sejauh mana efektifitas kampanye dengan menggunakan internet. Apa itu artinya? Bisa jadi kampanye dengan menggunakan internet belum masuk kedalam bagian dari strategi kampanyenya, sehingga dampak dari efektifitas kegiatan itu belum atau tidak dapat diukur. Kendala yang Dihadapi saat Berkampanye Secara Online Ternyata ada beberapa kendala menurut responden survei dalam malakukan kampanye secara online. Ada kendala sumberdaya manusia, ada pula kendala terkait perencanaan kampanye secara keseluruhan (terkait target kampanye, misalnya). Namun ada pula kendala yang terkait dengan akses internet yang belum merata di Indonesia.
  • 7. Akses internet yang belum merata umumnya menjadi kendala bagi aktivis yang bekerja di lapangan, terutama di Indonesia Timur dan daerah terpencil lainnya. Jika dikaitkan dengan pembangunan infrastruktur internet kendala tersebut menjadi relevan. DI Indonesia, infrastruktur telekomunikasi dan informatika (telematika) terkonsentrasi di Jawa dan Indonesia Barat. Sementara Indonesia Timur, yang menjadi kawasan yang kaya sumber daya alam sehingga sering muncul konflik perebutan akses sumber daya alam antara masyarakat dan korporasi serta negara, justru minim infrastruktur internet dan telekomunikasinya. Penyebaran fiber optik di Indonsia Akibatnya, penduduk di kawasan Indonesia timur tidak memiliki akses terhadap telematika. Kondisi ini sering disebut sebagai sebuah kesenjangana akses telematika. Ketiadaan akses telematika ini bisa jadi yang menyebabkan pendapatan ekonomi penduduk di kawasan Indonesia Timur selalu lebih rendah dibandingkan penduduk di kawasan Indonesia barat, terutama Pulau Jawa. Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada akhir 2004, seperti ditulis www.iptek.net, menunjukan, bahwa sebanyak 75 persen pelanggan dan pengguna internet berlokasi di Jakarta, 15 persen di Surabaya, 5 persen di daerah lain di pulau Jawa dan 5 persen sisanya di propinsi lainnya. Terkait dengan ketimpangan akses telematika, data terbaru terkait dengan ICT di Indonesia ternyata tidak mengalami banyak perubahan. Data terbaru dari Kementerian
  • 8. Komunikasi dan Informatika (Kominfo), seperti yang ditulis dalam buku putih ICT tahun 2010 menyebutkan bahwa sejak tahun 2007-2008, akses internet di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2007, prosentase keluarga yang telah memiliki akses internet adalah 5,58%. Pada tahun 2008 meningkat menjadi 8,56%. Namun peningkatan itu masih di dominasi dari wilayah Jawa dan Indonesia bagian barat. Pada tahun 2007 misalnya, kawasan di Jawa, prosentase keluarga yang memiliki akses internet sebesar 6,65%. Dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 9,95%. Ketimpangan akses terhadap internet juga terlihat dalam pembangunan infrastruktur telematika (telekomunikasi dan informatika). Sebanyak 65,2% infrastruktur backbone serat optik terkonsentrasi di Jawa, kemudian diikuti oleh Sumatera (20,31%) dan Kalimantan (6,13%). Wilayah Indonesia timur (Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) belum terjangkau infrastruktur ini. Pengertian backbone sendiri adalah saluran atau koneksi berkecepatan tinggi yang menjadi lintasan utama dalam sebuah jaringan. Kesejangan infrastruktur ini telah mengakibatkan terjadinya kesenjangan akses telematika antar wilayah di Indonesia. Online Activism; Perlu Terobosan Baru Untuk memaksimalkan online activism perlu sebuah terobosan baru untuk mengatasi segala kendala yang ada. Setidaknya ada dua trobosan yang harus dilakukan. Pertama, trobosan dari eksternal atau di sisi kebijakan. Kedua, trobosan dari internal organisasi atau individu penggiat online activism. Terobosan dari sisi kebijakan, misalnya, perlu ada terobosan agar arah kebijakan infrastruktur telematika mulai menjangkau daerah-daerah luar Jawa, utamanya di Indonesia Timur. Selama ini kebijakan telematika yang terlalu liberal dan diserahkan ke mekanisme pasar terbukti membuat konsentrasi pembangunan infrastruktur hanya di wilayah Jawa dan Indonesia Barat. Pembangunan infrastruktur telematika di kawasan Indonesia Timur dianggap tidak menguntungkan secara ekonomi oleh korporasi-korporasi yang menyelenggarakan bisnis telematika. Di pembangunan infrastruktur dasar telematika inilah, negara harus lebih berperan. Warga di kawasan Indonesia Timur memiliki hak yang sama dengan saudaranya di Indonesia Barat. Mereka bukan sekedar angka. Mereka berhak atas akses telematika seperti warga yang tinggal di Jawa dan Indonesia Barat. Artinya, diperlukan sebuah trobosan kebijakan
  • 9. telematika di luar mekanisme pasar yang selama ini telah menjadi pakem dari kebijakan telematika di Indonesia. Peluang untuk melakukan trobosan dari sisi kebijakan itu masih memungkinan, karena di saat ini (April 2011) pemerintah sedang melakukan harmonisasi Rancangan Undang Undang (RUU) Konvergensi Telematika. Di salah satu pasal dari RUU itu berbicara masalah layanan universal telematika. Terobosan selanjutnya adalah dari sisi internal organisasi atau individu. Di internal organisasi atau individu, kegiatan kampanye dengan menggunakan media internet harus sudah direncanakan sejak awal. Singkat kata, kampanye secara online harus menjadi bagian dari strategi kampanye. Karena masuk dalam strategi kampanye, maka pengetahuan terhadap media di internet yang akan digunakan untuk kampanye menjadi mutlak diperlukan. Misalnya ketika kita memilih forum di internet untuk menyebarkan material kampanye. Kita harus mengetahui berapa mamber dari forum itu, bagaimana rangking forum itu menurut alexa atau situs pemeringkat website lainnya. Hasil survei di atas yang menunjukan belum dimanfaatkanya secara maksimal forum diskusi di kaskus dan detik.com adalah salah satu contohnya. Kedua forum itu selain memiliki anggota yang banyak juga menempati peringkat yang baik menurut alexa.com. Begitu pula pemanfaatan web 2.0 atau (User Generate Content). Berdasarkan survei di atas, para aktivis lebih banyak memanfatkan web kompasiana dan politikana. Mungkin salah satu pertimbangan menggunakan kompasiana untuk kampanye adalah peringkatnya yang lumayan baik. Itu benar. Namun sejatinya ada beberapa web 2.0 di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal untuk kampanye. Web 2.0, gantibaju.com misalnya. Gantibaju.com seperti toko kaos online. Akan tetapi, disain kaos yang dijual adalah disain dari anggota komunitasnya.Alexa.com (per 30 Maret 2011) menempatkan gantibaju.com pada rangking ke 93,899 dunia. Sementara untuk Indonesia, gantibaju.com berada pada peringkat ke 1072. Peringkat web 2.0, gantibaju.com lebih baik dari peringkat politikana, per 30 Maret 2011. Seperti kita sudah sering lihat di account jejaring sosial facebook milik sebagian aktivis. Di antara mereka ada yang mengupload desain kaos kampanye. Dan kaos kampanye itu kebanyakan memang dijual, dan keuntungan dari penjualannya itu untuk biaya kampanye atau advokasi. Selain diupload di facebook, bisa juga kaos kampanye itu diupload di web gantibaju.com misalnya.
  • 10. Begitu pula, mengenai film kampanye. Sudah banyak film kampanye yang dibuat oleh para aktivis. Seringkali film kampanye itu diupload di youtube atau facebook. Padahal selain di kedua situs itu, kita bisa memberikan ulasan terhadap film kampanye itu melalui web 2.0 Bicarafilm.com. Bicarafilm.com, konsepnya adalah blog keroyokan tempat menuangkan pemikiran mereka dalam bentuk tulisan, kemudian dikomentari oleh warga/user lainnya. Yang menarik adalah tulisan-tulisan tersebut dimoderasi oleh warga/user dengan memberi rating. Tulisan yang ratingnya tinggi otomatis masuk di Headline. Alexa.com (per 30 Maret 2011) menempatkan Bicarafilm.com pada peringkat ke 573,797 dunia. Sementara untuk Indonesia, Bicarafilm.com berada pada peringkat ke 10,968. Begitu pula ketika kita memilih menggunakan milis untuk memposting material kampanye kita. Kita juga perlu tahu, siapa dan berapa anggota milis tersebut. Beberapa waktu yang lalu, milis forum pembaca kompas, menjadi milis yang efektif untuk menyebarkan material kampanye. Karena selain memiliki banyak anggota, beberapa wartawan juga menjadi anggota dari milis itu. Sehingga materi kampanye kita besar kemungkinan dikutip atau minimal dijadikan background dari si wartawan untuk membuat liputan terkait isu yang kita kampanyekan. Nampaknya para aktivis sosial digital, baik yang tergabung dalam organisasi maupun tidak, telah memanfatkan peluang media baru (internet) untuk bekampanye. Namun, nampaknya penggunaan internet untuk kampanye belum masuk dalam sebuah strategi besar komunikasi atau kampanye mereka. Efektifitas Kampanye di Internet 18% Efektif Tidak Efektif Belum atau tidak tahu efektifitas- nya 82%
  • 11. Hal itu nampak dari responden survei yang menyebutkan bahwa sebanyak 18% belum atau tidak tahu apakah kampanyenya di internet itu efektif. Ketidakjelasan tujuan kampanye, target sasaran dari kampanye, media di internet yang dipilih besar kemungkinan menjadi penyebab utama para aktivis belum mengetahui bagaimana mengukur efektifitas dari kegiatan kampanyenya. Intinya, perlu integrasi strategi kampanye dengan strategi pengetahuan dalam online aktivism. Dari integrasi kedua strategi itu, bisa muncul sebuah trobosan-trobosan baru di luar 'kotak' dari kegiatan kampanye yang selama ini telah dilakukan secara online. Dengan integrasi itu kita bisa mengetahui kapan kita menggunakan facebook, twitter, web.2.0, blog untuk kampanye secara online. Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah kampanye secara online ini hanyalah salah satu alat. Artinya, jangan sampai online aktivism ini melupakan kita untuk tetap melakukan kampanye secara offline. Merawat hubungan secara offline dengan wartawan tetap diperlukan meskipun di waktu yang bersamaan kita juga melakukan online activism. Kasus Prita Mulyasari melawan RS OMNI Internasional menjadi begitu menggema, salah satunya adalah peran media massa konvensional yang ikut memblowupnya. Bahan Bacaan. 1. Gerakan Rakyat Dukung Pembebasan Nenek Minah. http://www.facebook.com/home.php?sk=2361831622#!/group.php?gid=180415896573 2. Dukung Korban Lapindo Mendapatkan Keadilan, http://www.causes.com/causes/333125 3. DUKUNGAN BAGI IBU PRITA MULYASARI, PENULIS SURAT KELUHAN MELALUI INTERNET YANG DITAHAN, http://www.causes.com/causes/290597 4. Koin Prita Selesai Dihitung, http://megapolitan.kompas.com/read/2009/12/30/2338022/koin.prita.selesai.dihitung 5. Kronologi Kasus Prita Mulyasari, http://hukum.tvone.co.id/berita/view/15586/2009/06/08/kronologi_kasus_prita_mulyasa ri/ 6. Hak Asasi Manusia Pilar Utama Kebijakan Konten di Indonesia , Kertas Posisi Yayasan Satudunia tentang Kebijakan Konten Yayasan Satudunia, Satudunia, 2010 7. Di Tengah Kegelapan, Kami Nyalakan Lentera, Kertas Posisi Yayasan Satudunia
  • 12. tentang ICT di Indonesia, Satudunia, 2010 8. http://web.bisnis.com/sektor-riil/telematika/1id179371.html 9. http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=5&ch=inti 10. http://www.satuportal.net/content/internet-pornogafi-dan-gerakan-sosial