SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 6
ATURAN 1
PENERAPAN
APPLICATION
a.Aturan-aturan ini berlaku bagi semua kapal di
laut bebas dan semua perairan yang ada hubungan
dengannya yang dapat dilayari oleh kapal-kapal
laut.
b. Tidak ada satupun dalam aturan-aturan ini
yang menghalangi berlakunya aturan-aturan
khusus yang dibuat oleh pihak yang berwenang atas
Bandar-bandar, pelabuhan-pelabuhan, sungai-
sungai, danau-danau atau perairan-perairan
pedalaman yang berhubungan dengan laut bebas
yang dapat dilayari oleh kapal-kapal laut.
c.Tidak ada dalam aturan-aturan khusus manapun
yang dibuat oleh pemerintah setiap nagara yang
berhubungan dengan kedudukan atau lampu-lampu
isyrat atau isyarat-isyarat suling tambahan bagi
kapal-kapal perang, dan kapal-kapal dalam konvoi
dan kapal nelayan yang sedang manangkap ikan
yang merupakan suatu armada. Kedudukan dari
lampu-lampu isyarat, sosok benda atau isyarat-
isyarat suling tambahan ini, sedapat mungkin harus
sedemikian rupa sehingga tidak akan dikelirukan
dengan lampu atau isyarat apapun yang diharuskan
dalam aturan-aturan ini.
d. Bagan-bagan pemisah lalu lintas dapat
disyahkan oleh organisasi untuk maksud
aturan-aturan ini.
e.Manakala pemerintah yang bersangkutan
berpendapat bahwa kapal konstruksi atau
kegunaan khusus tidak dapat memenuhi ketentuan
dari aturan-aturan ini sehubungan dengan jumlah,
jarak atau busur tampak lampu-lampu atau sosok-
sosok benda, maupun penempatan dari cirri-ciri
atau isyarat bunyi, tanpa menghalangi tugas khusus
kapal-kapal itu, maka kapal yang demikian itu
harus memenuhi ketentuan-ketentuan lain yang
berhubungan jumlah, tempat, jarak atau busur
tampak lampu-lampu atau sosok-sosok benda
manapun yang berhubungan denga penempatan dan
cirri-ciri alat isyarat bunyi, sebagaimana ditentukan
oleh pemerintahnya, yang semirip mungkin dengan
aturan-aturan ini, bagi kapal-kapal yang
bersangkutan.
Penjelasan Aturan 1
Jelas bahwa aturan ini berlaku bagi semua kapal dan
termasuk juga semua pesawat terbang laut yang
sedang berada di laut lepas dan semua perairan yang
ada hubungannya dengan laut lepas asalkan perairan
itu dapat dilayari oleh kapal laut. Aturan ini termasuk
kapal terbang laut sesuai bunyi aturan (3a).
Tetapi aturan-aturan ini tidak berlaku diperairan yang
mempunyai aturan khusus yang dibuat oleh pejabat
setempat meskipun perairan itu dapat dilayari oleh
kapal dan ada hubungannya dengan laut lepas. Namun
demikian aturan-aturan khusus itu harus dibuat sesuai
atau semirip mungkin dengan aturan internasional.
Jadi aturan internasional ini juga berlaku diperairan
territorial suatu Negara sepanjang tidak termasuk
daerah yang diberi rambu sebagai batas berlakunya
aturan pedalaman.
1(c) Disebutkan bahwa kapal-kapal perang, kapal
dalam konvoi dan kapal-kapal ikan dalam
Gugusan armada (umpamanya trawler di
samudera atlantic), berhasil memasang lampu-
lampu tambahan dan isyarat khusus dan kapal-
kapal niaga biasa diwajibkan memperhatikan
tanda-tanda pengenal ini, asalkan jangan
sampai terjadi kesalah pahamaman dan
pemerintah mangumumkannya secara resmi
melalui NTM atau BPI.
1(d) Bagian ini memberikan kekuasaan kepada
organisasi dimana dalam hal ini yang dimaksud
adalah IMO untuk mengakui adanya bagian
pemisah alur lalu-lintas yang tersebut dalam
aturan-10. Bagan pemisah lalu lintas atau dalam
bahasa inggrisnya Traffic Separation Scheme
disingkat TSS yang ditetapkan oleh IMO sebagai
berikut : Suatu bagan yang memisahkan lalu lintas
yang arahnya saling berlawanan atau hamper
berlawanan.
1(e) Ini sekarang berlaku bagi semua kapal yang
bentuk atau konstruksinya khusus
sehinggaTidak diharuskan bagi kapal-kapal
Angkatan Bersenjata. Pembebasan atau
keringanan juga diperluas bagi isyarat-isyarat
bunyi dan tambahan lampu-lampu dan sosok
benda.
Lampu-lampu kapal perang
Kapal-kapal induk menempatkan lampu tiangnya
tidak di bagian tengah kapal (gb 1) karena anjungan
komandonya terlatak di sisi lambung kanan. Di laut
terbuka lampu-lampu lambungnya dipasang di tepi
atau sampimg anjungan, maka nampak bahwa lampu
tiangnya tidak berada di tengah-tengah lampu
lambungnya. Akan tetapi dengan keamanan agar
kapal lain mengetahui lebarnya, jika kapal induk itu
memasuki perairan yang ramai, lampu lambung kiri
atau lampu lambung merahnya dipasang di sisi
lambung luar sebelah kiri.
Dengan demikian maka dari jauh akan nampak bahwa
lampu tiangnya tidak terletak di tengah-tengah antara
kedua lampu lambungnya. Dengan cara ini maka
lampu lampu lambung dan tiang kapal perang dan
kapal terbang yang mempunyai bentuk khusus boleh
menyimpang dari peraturan, namun demikian harus
diusahakan semirip mungkin agar tidak
membingungkan kapal-kapal lain yang melihatnya.
Gambar:
ATURAN 2
TANGGUNG JAWAB
RESPONSIBILITY
a.Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini
akan membebaskan tiap kapal atau pemiliknya,
Nakhoda atau awak kapalnya, atas akibat-akibat
setiap kelalaian untuk memenuhi aturan-aturan ini
atau atas kelalaian terhadap setiap tindakan
berjaga-jaga yang dipandang perlu menurut
kebiasaan seorang pelaut atau terhadap keadaan-
keadaan khusus di mana kapal berada.
b. Dalam menafsirkan dan memenuhi aturan-
aturan ini, harud benar-benar memperhatikan
Semua bahaya navigasi dan bahaya tubrukan serta
setiap keadaan khusus termasuk keterbatasan-
katerbatasan dari kapal-kapal yang terlibat, yang
dapat memaksa menyimpang dari aturan-aturan ini
untuk menghindari bahaya mendadak.
Penjelasan Aturan 2
Aturan 2(a) dan 2(b) ini merupakan petunjuk.
Maksudnya agar dicapai keamanan setinggi mungkin
bagi kapal dan orang-orang dan muatannya.
Ketentuan yang ada merupakan ketentuan umum
yang semuanya berlaku untuk setiap keadaan. Dalam
keadaan memenuhi hal-hal yang istimewa atau khusus
maka harus dilakukan suatu tindakan berjaga-jaga
yang logis dan tepat menurut apa yang harus
dilakukan oleh seorang pelaut yang baik. Betapa
pentingnya aturan ini terlihat dalam jalannya
pengusutan perkara tubrukan, dimana selalu
ditekankan adanya ketidakwaspadaan terhadap
tindakan berjaga
jaga yang diharuskan, yaitu : “Tindakan berjaga-jaga
yang diperlukan berdasarkan pelaut yang baik atau
keadaan khusus”.
Beberapa contoh mengenai tindakan berjaga-jaga
yang diisyaratkan oleh tindakan pelaut yang, atau
keaadan khusus adalah sebagai berikut:
1. Sebuah kapal yang sedang berlayar harus
menyimpangi kapal lain yang sedang berlabuh
berlabuh berdasarkan kecakapan pelaut. Akan tetapi
kapal yang sedang berlayar atau berhenti tidak perlu
menyimpangi kapal lain, kecuali kapal lain itu tidak
dapat mengolah gerak dan memperlihatkan tanda-
tanda, maka dia harus mengikuti aturan.
2. Apabila kapal itu berlabuh, maka harus
berbuat sedemikian rupa tanpa harus
membahayakan kapal lain yang mungkin akan
bernavigasi didekatnya. Dia tdk boleh berlabuh
terlalu dekat dengan kpl lain. Panjang rantainya
harus sesuai dgn keadaan sekitarnya & bilamana
perlu dipergunakan jangkar yg kedua.
3. Pada waktu kabut tebal, maka sebuah kapal
tanpa radar, tidak untuk berlayar sama sekali, akan
tetapi harus berlabuh, bilamana hal itu dapat
dilakukannya dengan aman.
4. Bila dua kapal saling mendekat pada sebuah
tikungan yang sukar dan sungai yang berarus, maka
menjadi kewajiban kapal yang melawan aruslah
untuk menunggu kapal lain untuk melewati tikungan
lebih dahulu.
5. Pengaruh perairan dangkal harus
diperhitungkan. Sebuah kapal yang berkecepatan
tinggi, di atas air akan menimbulkan medan tekanan
yang semakin besar bila aliran air disekitar kapal itu
terhalang. Dibawah kapal, akan terjadi perubahan
trim, kemuka atau kebelakang, tergantung pada
keadaan sekitarnya. Bila kedalaman air kurang dari
satu setengah dari sarat kapalnya, maka pengaruh ini
semakin nampak. Bila yang dangkal hanya di satu
sisi saja, maka medan tekanan akan menyebabkan
kapal akan membelok dari ambang itu dan dapat
menimbulkan bahaya tubrukan apabila ada kapal
lain yang berpapasan terlalu dekat. Gaya yang saling
mempengaruhi antara dua kapal, juga akan lebih
besar di perairan dangkal.
6. Pada aturan -10 hanya berlaku untuk
pemisaham alur lintas yang disyahkan oleh
organisasi. Sebelum diakui oleh IMCO maka harus
disyahkan dulu oleh siding yang diadakan setiap dua
tahun. Namun demikian dalam keadaan penting dan
mendasar suatu pemerintah dapat membuat
pemisahan alur lalu lintas yang baru atau tambahan
yang sudah ada sebelum diakui oleh IMCO.
Antara aturan 2(a) dengan 2(b) seolah-olah
bertentangan dimana aturan 2(a) wajib
memenuhi aturan sedangkan 2(b) boleh
menyimpang dari aturan. Sebenarnya
penyimpangan yang dimaksud adalah harus
berdasarkan untuk menghindari tubrukan dan
bahaya navigasi. Untuk menghindari bahaya
tubrukan, maka dianjurkan untuk selalu
mengikuti Aturan-aturan yang bersangkutan
seteliti mungkin. Tetapi bila dua kapal saling
berdekatan sedemikian rupa sehingga apabila
mengikuti aturan justru akan menimbulkan
bahaya tubrukan dan bahaya mendadak, maka
menurut aturan 2(b) ini diharuskan
menyimpangi aturan yang ada untuk
menghindari tubrukan.
Jadi : “Menyimpang dari aturan yang ada, dalam
keadaan khusus dan dalam keadaan adanya bahaya
mendadak, merupakan keharusan secara hokum”.
Selama tidak adanya bahaya mendadak, harus selalu
mengikuti aturan-aturan pencegahan tubrukan di laut.
“Maksud dari diadakannya aturan 2(b) ini ialah agar
pada keadaan khusus tidak mengikuti aturan yang ada
secara buta”.
Apakah ada bahaya yang mendadak atau tidak, dalam
praktek sukar untuk menentukannya. Untuk dapat
menyimpang dari aturan-aturan yang ada, haruslah
sangat hati-hati karena hal itu harus dapat
dipertanggung jawabkan dengan alasan-alasan sebagai
berikut:
1. Bila melaksanakan aturan yang ada,
justru akan menimbulkan tubrukan.
2. Olah gerak yang dilakukan harus
wajar, dan dapat mehindarkan tubrukan.
3. Tindakan berjaga-jaga yg diambil hrs
sesuai dengan syarat-syarat yang ada.
Harus selalu waspada dan selalu siap memenuhi
keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Semua bahaya navigasi dan tubrukan
2. Keadaan-keadaan khusus
3. Kemampuan olah gerak yang terbatas
dari kapal-kapal
Gambar 2(a)
B A C
Ket: A harus, terhadap B mempertahankan
haluannya dan menyimpang C.
Bagaimanapun A harus
membelok ke kanan dan lewat di be-
lakang C, kemudian kalau perlu
mengurangi kecepatan, atau
berhenti dan memberi jalan
terhadap C.
B harus, menyimpang A dan C, B harus
membelok ke kanan melewati
di belakang A dan C, kalau perlu
mengurangi kecepatan atau
gambar 2(a) berhenti, dan
memberikan jalan bagi A dan C.
C harus, mempertahankan haluan dan
lajunya.
Bahaya navigasi itu antara lain, melewati hujan,
angina, badai pasir, hujan abu, perairan yang dangkal,
gunung es, kerangka kapal. Kalau dua kapal dalam
kabut saling melihat maka keduanya harus saling
melakukan tindakan untuk menghindari bahaya
tubrukan.
Sebuah kapal yang dalam keadaan biasa harus
mempertahankan haluan dam kecepatannya, dalam
keadaan khusus harus menyimpang dari aturan untuk
menghindari bahaya mendadak.
Juga sebuah kapal yang terhadap kapal lain harus
mempertahankan haluan dan lajunya sedangkan
terhadap kapal lain lagi harus menyimpangi. (Gambar
2a)
Umpama dua kapal bertenaga berhaluan berlawanan,
Kedua kapal berdasarkan aturan harus menyimpang
Ke kanan masing-masing. Jika A berbuat demikian
maka akan menimbulkan bahaya kandas. Dalam hal
ini A tidak membelok ke
kanan, dan menyimpang dari aturan, dari jauh sudah
jauh sudah membelok ke kiri dan dilakukan secara
jelas, sehingga B aman atau A mengurangi kecepatan
nya dengan jelas dan membiarkan B saja yang
membelok ke kanan.
Gambar 2b
A
B
Keadaan khusus umpanya kalau bertemu dengan
iring-iringan kapal perang atau konvoi atau mendekati
sebuah kapal induk, atau waktu melakukan olah gerak
untuk menolong orang jatuh ke laut, karena peril olah
gerak yang menyimpang dari aturan (gambar 2d).
Pada waktu mengambil pandu sebetulnya tidak boleh
dianggap sebagai suatu keadaan khusus. Tergantung
keadaan olah geraknya, harus waspada dan hati-hati.
Apabila ada bahaya tubrukan harus dilakukan
tindakan yang menguntungkan dan tepat berdasarkan
kecakapan pelaut yang baik.
Pada waktu bertemu dengan iring-irngan kapal perang
atau mendekati kapal induk merupakan “keadaan
khusus” hingga harus menyimpangi dan dengan jelas
dan waktu yang cukup membelok.
ATURAN 3
DEFINISI-DEFINISI UMUM
GENERAL DEFINITION
Untuk maksud Aturan-aturan ini, kecuali di dalamnya
diisyaratkan lain :
a. Kata “kapal” mencakup setiap jenis
kendaraan air, termasuk kapal tanpa benaman
(displasment) dan pesawat terbang laut, yang
digunakan atau dapat digunakan sebagai sarana
angkutan di air.
b. Istilah “kapal tenaga” berarti setiap kapal yang
digerakkan dengan mesin.
c. Istilah “kapal layer” berarti setiap kapal yang
sedang berlayar dengan menggunakan layer,
dengan syarat bahwa mesin penggeraknya bila ada
tidak digunakan.
d. Istilah “kapal yang sedang menangkap ikan”
berarti setiap kapal yang menangkap ikan
dengan jaring, tali, pukat atau alat penangkap ikan
lainnya yang membatasi olah geraknya, tetapi
tidak meliputi kapal yang menangkap ikan dengan
tali pancing atau alat penangkap ikan lainnya yang
tidak membatasi kemampuan mengolah gerak di
air.
e. Kata “paswat terbang laut” mencakup setiap
pesawat terbang yang dibuat untuk mengolah
gerak di air.
f. Istilah “kapal yang tidak terkendalikan” berarti
kapal yang karena sesuatu keadaan istimewa
tidak mampu mrngolah gerak seperti yang
diisyaratkan oleh aturan-aturan ini dan karenanya
tidak mampu menyimpangi kapal lain.
g. Istilah “kapal yang kemampuan olah geraknya
terbatas” berarti kapal yang karena sifat
pekerjaannya mengakibatkan kemampuannya
untuk mengolah gerak seperti diisyaratkan oleh
aturan-aturan ini menjadi terbatas dan karenanya
tidak mampu menyimpangi kapal lain.
Kapal-kapal berikut harus dianggap sebagai kapal-
kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas,
kapal yang digunakan memasang, merawat atau
mengangkat merkah navigasi kapal atau pipa
laut ;
i. kapal yang melakukan kegiatan pengerukan,
penelitian atau pekerjaan-pekerjaan dibawah
air
ii. kapal yang melakukan pengisian atau
memindahkan orang-orang, perbekalan atau
muatan pada waktu sedang berlayar
iii. kapal yang sedang meluncurkan atau sedang
mendaratkan kembali pesawat terbang
iv. kapal yang melakukan kegiatan pembersihan
ranjau
v. kapal yang menunda sedemikian rupa
sehingga menjadikan tidak mampu untuk
menyimpang dari haluannya
h. Istilah “kapal yang terkendala oleh syaratnya”
berarti kapal tenaga yang karena saratnya terhadap
kedalaman air dan lebar perairan yang dapat
dilayari mengakibatkan kemampuan olah
geraknya untuk menyimpang dari garis haluan
yang menjadi terbatas sekali.
i. Istilah “sedang berlayar” berarti bahwa kapal
tidak berlabuh jangkar, atau diikat pada daratan
atau kandas.
j. Kapal-kapal yang harus dianggap melihat satu
sama lain hanya apabila kapal yang satudapat
dilihat dengan visual oleh kapal lainnya.
k. Istilah penglihatan terbatas berarti setiap keadaan
dalm mana daya tampaknya dibatasioleh kabut,
halimun, hujan salju, hujan badai, badai pasir atau
setiap sebab lain yang serupa dengan itu.
BAGIAN B
ATURAN-ATURAN MENYIMPANG DAN
BERLAYAR
SEKSI 1 SIKAP KAPAL-KAPAL DALAM
SETIAP KEADAAN PENGLIHATAN
ATURAN 4
PENERAPAN
APPLICATION
Aturan-aturan dalam seksi ini berlaku dalam setiap
keadaan penglihatan.
ATURAN 5
PENGAMATAN
LOOK OUT
Tiap kapal harus senantiasa melakukan pengamata
yang layak, baik dengan penglihatan dan pendengaran
maupun dengan semua sarana tersedia yang sesuai
dengan keadaan dan suasana yang ada sehingga dapat
membuat penilaian sepenuhnya terhadap situasi dan
bahaya tubrukan.
ATURAN 6
KECEPATAN AMAN
SAFE SPEED
Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan
kecepatan aman, sehingga dapat mengambil tindakan
yang tepat dan berhasil untuk menghindari tubrukan
dan dapat dihentikan dalam jarak yang sesuai dengan
keadaan dan suasana yang ada dalam menentukan
kecepatan aman, factor-faktor berikut termasuk
factor-faktor yang harus diperhitungkan,
a. Oleh semua kapal
i. tingkat
penglihatan
ii. kepadatan lalu lintas termasuk pemusatan
kapal-kapal ikan atau kapal-kapal lain
iii. kemampuan olah gerak kapal, khususnya yang
berhubungan dengan jarak henti dan
kemampuan berputar
iv. pada malam hari, terdapatnya cahaya latar
belakang, misalnya lampu-lampu dari daratan
atau pantulan lampu-lampu sendiri
v. sarat sehubungan dengan kedalaman air yang
ada
b. Tambahan bagi kapal-kapal yang radarnya dapat
bekerja dengan baik
i. cirri-ciri efisiensi dan keterbatasan pesawat
radar
ii. setiap kendala yang timbul oleh skala jarak
radar yang dipakai
iii. pngaruh keadaan laut, cuaca & sumber2
gangguan lain pd penggunaan radar
iv. kemungkinan bahwa kapal-kapal kecil,
gunung es dan benda-benda terapung lainnya
tidak dapat ditangkap oleh radar pada jarak yg
cukup
v. jumlah, posisi dan gerakan kapal-kapal yang
tertangkap radar
vi. berbagai macam penilaian penglihatan yang
lebih tepat yang mungkin didapat bila radar
digunakan untuk menentukan jarak kapal-
kapal atau benda lain di sekitarnya.
ATURAN 7
BAHAYA TUBRUKAN
RISK OF COLLISION
(a) Setiap kpl hrs menggunakan semua sarana yg
tersedia sesuai dgn keadaan dan suasana yang
ada untuk menentukan ada atau tidak adanya
bahaya tubrukan.Jika timbul keragu2an maka
bahaya demikian hrs dianggap ada.
(b) Penggunaan pesawat radar harus dilakukan
dengan tepat, jika dipasang di kapal dan bekerja
dengan baik, termasuk penyimakan jarak jauh
untuk memperoleh peringatan dini akan adanya
bahaya tubrukan dan pelacakan posisi radar atau
pngamatan sistematis yg sepadan atas benda2 yg
terindera.
(c) Praduga-praduga tidak boleh dibuat berdasarkan
keterangan yang sangat kurang khususnya
keterangan radar.
(a) Dalam menentukan ada atau tidak adanya
bahaya tubrukan, pertimbangan pertimbangan
berikut ini termasuk pertimbangan-pertimbangan
yang harus diperhitungkan,
i. Bahaya demikian harus dianggap ada jika
baringan pedoman kapal yang sedang
mendekat tidak menunjukkan perubahan yang
berarti.
ii. Bahaya
demikian kadang-kadang mungkin ada,
walaupun perubahan baringan yang berarti itu
nyata sekali, terutama bilamana sedang
mendekati kapal yang sangat besar atau suatu
tundaan atau sedang menghampiri sebuah kapal
dengan jarak yang dekat sekali.
ATURAN 8
TINDAKAN UNTUK MENGHINDARI
TUBRUKAN
ACTION TO AVOID COLLISION
(a) Setiap tindakan yang dilakukan untuk
menghindari bahaya tubrukan, jika keadaan
memungkinkan harus tegas, dilakukan dalam
waktu yang cukup lapang dan benar2
memperhatikan syarat-syarat kepelautan yang
baik.
(b) Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk
menghindari tubrukan jika keadaan meng izinkan
harus cukup besar shg segera menjadi jelas bagi
kpl lain yg sdang mengamati dgn penglihatan atau
dgn radar, serangkaian perubahan kecil dr
haluan & atau kcepatan hendaknya dihindari.
(c) Jika ada ruang gerak yang cukup perubahan
haluan saja mungkin merupakan tindakan yang
paling berhasil guna untuk menghindari situasi
saling mendekat saling merapat, dengan
ketentuan bahwa perubahan itu dilakukan dalam
waktu cukup dini, bersungguh-sungguh dan
tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling
mendekat salinh merapat.
(d) Tindakan yang dilakukan untuk menghindari
tubrukan dengan kapal lain harus sedemikian
rupa sehinga menghasilkan pelewatan dengan
jarak aman. Hasil guna tindakan itu harus
dikaji dengan seksama sampai kapal yang lain
itu pada akhirnya terlewati dan bebas sama sekali.
(e) Jika diperlukan untuk menghindari tubrukan
atau untuk memberikan waktu yang lebih
banyak untuk menilai keadaan, kapal harus
mengurangi kecepatannya atau menghilangkan
kecepatannya sama sekali dengan
memberhentikan atau menjalankam mundur
sarana penggegeraknya.
(i) Kapal yang oleh aturan ini diwajibkan tidak
boleh merintangi jalan atau jalan aman kapal
lainnya, bilaman diwajibkan oleh suatu
keadaan harus mengambil tindakan sedini
mungkin untuk memberi ruang gerak yang
cukup bagi jalan aman kapal lainnya.
(ii) Kapal yang diwajibkan untuk tidak merintangi
jalannya atau jalan aman kapal lain tidak
dibebaskan dari kewajiban ini jika mendekati
kapal lain mengakibatkan bahaya tubrukan,
dan bila mana akan mengambil tindakan harus
memperhatikan tindakan yang diwajibkan oleh
aturan-aturan dalam bagian ini.
(iii) Kapal yang jalannya tidak boleh
dirintangi tetap wajib sepenuhnya untuk
melaksanakan aturan-aturan dibagian ini
bilamana kedua kapal itu sedang berdekatan
satu dengan lainnya yang mengakibatkan
bahaya tubrukan.
ATURAN 9
ALUR-ALUR PELAYARAN SEMPIT
NARROW CHANNELS
a. Kapal jika berlayar mengikuti arah alur pelayaran
atau air pelayaran sempit harus berlayar sedekat
mungkin dengan batas luar alur pelayaran yang
terletak disisi lambung kanannya selama masih
aman & dapat dilaksanakan.
b. Kapal dengan panjang kurang dari 20 meter atau
kapal layer tidak boleh berlayar menghalang-
halangi jalannya kapal lain yang hanya dapat
berlayar dengan aman di dalam alur pelayaran
atau air perairan sempit.
c. Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh
menghalang-halangi jalannya kapal lain yang
berlayar di dalam alur pelayaran atau alur
pelayaran sempit.
d. Kapal tidak boleh memotong air pelayaran sempit
atau alur pelayaran, jika asalkan pemotongan
demikian itu menghalangi jalannya kapal yang
hanya dapat berlayar di alur dengan aman, di
dalam alur pelayaran atau air pelayaran demikian
itu. Kapal yang disebut belakangan boleh
menggunakan isyarat bunyi yang diatur dalam
aturan 34(d) jika ragu-ragu mengenai maksud
pada kapal yang memotong haluan itu.
e. (i) Di alur atau pelayaran sempit jika penyusulan
dapat dilaksanakan, hanya jika kapal yang disusul
itu melakukan tindakan untuk memungkinkan
dilewatinya dengan aman, maka kapal yang
bermaksud untuk menyusul harus menunjukkan
maksudnya dengan membunyikan isyarat yang
sesuai diisyaratkan dalam 9(a). Aturan 34(c)(i)
kapal yang disusul itu bila menyetujui harus
memperdengarkan isyarat sesuai dengan yang
ditentukan di dalam aturan 34(c)(ii) dan
mengambil langkah untuk memungkinkan untuk
dilewati dengan aman. Jika ragu-ragu boleh
membunyikan isyarat-isyarat yang di atur dalam
aturan 13. (ii) Aturan ini tidak membebaskan
kapal yang menyusul dari kewajibannya
berdasarkan aturan 13.
f. Kapal yang sedang mendekati tikungan atau
daerah pelayaran atau air pelayaran sempit dimana
kapal-kapal lain dapat dikaburkan oleh rintangan
yg terletak diantaranya, hrs berlayar dengan
kewaspadaan dan hati2 & harus mengirangi
bunyikan isyarat yg sesuai yg diisyaratkan dalam
aturan 34(e).
g. Setiap kapal, jika keadaan mengizinkan, harus
menghindarkan diri dari berlabuh jangkar di alur
pelatyaran sempit.
ATURAN 10
TATA PEMISAHAN LALU-LINTAS
TRAFFIC SPARATION SCHEMES
(a) Aturan ini berlaku bagi Tata Pemisahan Lalu-
Lintas yang diterima secara sah oleh
Organisasi dan tidak membebaskan setiap kapal
dari kewajibannya untuk melaksanakan Aturan
lainnya.
(b) Kapal yang sedang menggunakan Tata Pemisahan
Lalu-Lintas Harus :
(i) berlayar di dalam jalur lalu-lintas yang sesuai
dengan arah lalu-lintas umum untuk jalur itu
(ii) sedapat mungkin tetap bebas dari garis
pemisah atau zona pemisah lalu lintas
(iii) jalur lalu lintas pada umumnya
dimasuki atau ditinggalkan dari ujung jalur,
tetapi bilamana tindakan memasuki atau
meninggalkan jalur itu dilakukan dari salah
satu sisi, tindakan itu harus dilakukan
sedemikian rupa hingga membentuk sebuah
sudut yang sekecil-kecilnya terhadap arah lalu-
lintas umum
(c) Sedapat mungkin, kapal harus menghindari
memotong jalur-jalur lalu-lintas tetapi jika
terpaksa melakukannya, harus memotong dengan
haluan sedapat mungkin tegak lurus terhadap arah
lalu-lintas umum.
(d) (i) Kapal yang berada di sekitar Tata Pemisahan
Lalu-Lintas tidak boleh menggunakan zona
lalu-lintas dekat pantai bilamana ia dapat
menggunakan jalur lalu-lintas yang sesuai
dengan aman. Akan tetapi kpl yg panjangnya
kurang dr 20 meter kapal layar dan kpl yg
sedang menangkap ikan boleh menggunakan
zona lalu-lintas dekat pantai.
(ii) Lepas dari sub ayat (d) (i), kapal boleh
menggunakan zona lalu-lintas dekat pantai
bilamana sedang berlayar menuju atau dari
sebuah pelabuhan, instalasi atau bangunan
lepas pantai, stasiun pandu atau setiap tempat
yang berlokasi di dalam zona lalu-lintas dekat
pantai atau untuk menghindari bahaya
mendadak.
(e) Kapal, kecuali sebuah kapal yang sedang
memotong atau kapal-kapal yang sedang mema-
suki atau sedang meninggalkan jalur, pada
umumnya tidak boleh memasuki zona pemisah
atau memotong garis pemisah kecuali :
(i) dalam keadaan darurat untuk menghindari
bahaya mendadak
(ii) untuk menangkap ikan dalam zona pemisah
(f) Kapal yang sedang berlayar di daerah dekat ujung
Tata Pemisahan Lalu Lintas harus berlayar dengan
sangat hati-hati.
(g) Sedapat mungkin, kapal harus menghindari
dirinya berlabuh jangkar di dlm Tata Pemisahan
Lalu Lintas atau di daerah-daerah dekat ujung-
ujungnya.
(h) Kapal yang tidak menggunakan Tata Pemisahan
Lalu Lintas harus menghindarinya dengan
ambang batas selebar-lebarnya.
(i) Kapal yang sedang mrnangkap ikan tidak boleh
merintangi jalan setiap kapal lain yang sedang
mengikuti jalur lalu lintas.
(j) Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter
atau kapal-kapal layar tidak boleh merintangi jalan
aman kapal tenaga yang sedang mengikuti jalur
lalu lintas.
(k) Kapal yang kemampuan olah geraknya
terbatas, bilamana sedang melakukan operasi
untuk merawat saran keselamatan pelayaran di
dalam Tata Pemisahan Lalu Lintas dibebaskan
dari kewajiban untuk memenuhi aturan ini karena
pentingmya penyelenggaraan operasi itu.
(l) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas,
bilamana sedang melakukan operasi untuk
meletakkan, memperbaiki atau mengangkat
kabel laut, di dalam Tata Pemisahan Lalu Lintas
dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi
aturan ini sekedar untuk melakukan operasi itu.
SEKSI II
SIKAP KAPL-KAPAL DALAM KEADAAN
SALING MELIHAT
ATURAN 11
PENERAPAN
APPLICATION
Aturan-aturan dalam seksi ini berlaku bagi kapal-
kapal yang saling melihat.
Penjelasan aturan 11.
Aturan 3(k) menyebutkan bahwa kapal-kapal saling
melihat apabila kapal yang satu dapat teramati oleh
yang lainnya secara visual. Aturan seksi II ini tidak
berlaku bagi kapal lain yang terlihat pada layar radar
dan akan menimbulkan bahaya tubrukan, tanpa
terlihat dengan penglihatan (vidual).
ATURAN 12
KAPAL-KAPAL LAYAR
SAILING VESSELS
a. Apabila dua kapal layar saling mendekat satu
sama lain sehingga mengakibatkan bahaya
tubrukan salah satu daripadanya harus
menyimpangi yang lain dengan cara sebagai
berikut :
Jika masing-masing mendapat angin pada
lambung yang berlainan maka kapal yang
mendapat angin dari lambung kiri, harus
menyimpangi kapal yang lain.
Jika keduanya mendapat lambung yang sama,
maka kapal yang berada di atas angin harus
Menyimpangi kapal yang berada di bawah
angin.Jika kapal yang mendapat angin di lambung
kiri melihat kapal yang berada di atas angin dan
tidak dapat dipastikan apakah kapal yang lain itu
mendapat angina pada lambung kiri atau
kanannya, maka ia harus menyimpangi kapal lain.
b. Untuk memenuhi maksud-maksud aturan ini
yang dimaksud di sini yang berlawanan dengan
sisi di mana layar utama, atau bagi sebuah kapal
dengan layar segi empat, adalah sisi yang
berlawanan dengan sisi di mana layar membujur
itu berada.
ATURAN 13
PENYUSULAN
OVER TAKING
a. Lepas dari apapun yang tercantum dalam aturan-
aturan Bagian B seksi I dan II, setiap kapal yang
sedang menyusul setiap kapal lain, harus
menyimpangi jalannya kapal yang sedang disusul.
b. Sebuah kapal dianggap sedang menyusul, apabila
sedang mendekati kapal lain dari arah lebih dari
22,5 derajat ke belakang dari arah melintangnya,
yakni dalam posisi yang sedemikian, sehingga
terhadap kapal yang sedang disusul itu pada
malam hari ia hanya melihat lampu buritan kapal
lain itu, tetapi tidak satupun dari lampu-lampu
lambungnya.
c. Jika sebuah kapal dalam keragu-raguan apakah ia
sedang menyusul kapal lain, ia harus menganggap
bahwa demikian halna dan bertindak sesuai.
d. Setiap perubahan baringan secara beruntutan
antara kedua kapal itu tidakakan menye-babkan
kapal yang sedang menyusul itu menjadi sebuah
kapal yang menyilang dalam pengertian aturan-
aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban-
kewajibannya untuk menjauhi kapal yang disusul
sampai ia melewatinya dan bebas sama sekali.
ATURAN 14
SITUASI BERHADAPAN
HEAD ON SITUATION
a. Jika dua buah kapal tenaga sedang bertemu
dengan haluan tepat berlawanan atau hampir tepat
berlawanan sehingga mengakibatkan bahaya
tubrukan, masing-masing harus merubah
haluannya ke kanan sedemikian rupa sehingga
masing-masing akan berpapasan pada lambung
kirinya.
b. Situasi semacam ini harus dianggap ada, jika
sebuah kapal melihat kapal lainnya tepat atau
hampir tepat di depannya dan pada waktu malam
hari ia dapat melihat lampu-lampu tiang kapal lain
itu segaris dan atau kedua lampu lambung dan
pada siang hari melihat aspek yang sama dari
kapal itu.
c. Jika suatu kapal dalam keraguan apakah terdapat
situasi semacam itu, maka harus menganggap
bahwa memang demikian halnya dan bertindak
semestinya.
ATURAN 15
SITUASI MENYILANG
CROSSING SITUATION
Jika dua buah kapal tenaga sedang berlayar dengan
haluan saling menyilang sehingga dapat menimbulkan
bahaya tubrukan, maka kapal yang mendapatkan
kapal lain pada lambung kananya harus menyimpang
dan jika keadaan mengizinkan harus menghindari
untuk memotong di depan kapal lain.
ATURAN 16
TINDAKAN OLEH KAPAL YANG
MENYIMPANG
ACTION BY GIVE -WAY VESSEL
Setiap kapal yang diharuskan oleh aturan-aturan ini
untuk menyimpangi kapal lain sedapat mungkin
mengambil tindakan secara dini dan tegas untuk tetap
bebas sama sekali.
Penjelasan aturan 16
Sekarang keharusan menyimpang hanya berlaku nagi
sebuah kapal tenaga yang melihat kapal lain di sisi
kananya (Aturan 15). Keharusan untuk melewati pada
jarak aman (Aturan 8d) lebih tepat untuk membatasi
kapal melewati kapal lain pada jarak dekat di haluan
yang membahayakan.
Larangan umum untuk tidak memotong kapal lain di
depannya telah diperkenankan sejak akhir abad-19
yang berlaku bagi kapal-kapal layar dan kapal uap
dengan kecepatan rendah. Masa kini perbedaan dalam
kecepatan dan kemampuan olah gerak diantara kapal-
kapal sedemikian besar hingga tidak sesuai lagi untuk
mempertahankan larangan dalam situasi umpamanya
menyusul atau memotong kapal lain yang tidak dapat
diolah gerak.
ATURAN 17
TINDAKAN KAPAL LAIN YANG BERTAHAN
ACTION BY STAND- ON VESSEL
a. (i) Apabila salah satu dari dua buah kapal
diharuskan menyimpang,maka kpl yang lainnya
harus tetap mempertahankan haluan dan
kecepatannya.
(ii) Bagaimanapun, kapal yang tersebut belakangan
boleh mengambil tindakan untuk menghindari
tubrukan dengan olah geraknya sendiri, segera
setelah jelas baginya bahwa kapal yang
diwajibkan menyimpang tidak mengambil
tindakan yang sesuai dalam memenuhi aturan2
ini.
b. Bilaman oleh suatu sebab, kapal yang
diwajibkan mempertahankan haluan dan
kecepatannya mengetahui dirinya berada begitu
dekat, sehingga tubrukan tidak dapat dihindari
oleh tindakan kapal yang menyimpang itu saja,
maka kapal tersebut harus melakukan tindakan
sedemikian rupa sehingga akan sangat membantu
untuk menghindari tubrukan dengan sebaik-
baiknya.
c. Kapal tenaga yang bertindak dalam situasi
berpotongan sesuai dengan sub ayat (a) (ii)
aturan ini, untuk menghindari tubrukan dengan
kapal tenaga lain, jika keadaan mengizinkan tidak
boleh merubah haluannya ke kiri bagi kapal yang
berada dilambung kirinya.
d. Aturan-aturan ini tidak membebaskan kapal yang
menyimpang akan kewajibannya untuk
menghindari jalan.
ATURAN 18
TANGGUNG JAWAB ANTARA KAPAL-KAPAL
RESPONSIBILITIES BETWEEN VESSELS
Kecuali dalam aturan 9, 10, dan 13 mensyaratkan
lain :
a. Kapal tenaga yang sedang berlayar harus
menghindari jalannya ;
(i) kapal yang tidak terkendalikan
(ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas
(iii) kapal yang sedang
menangkap ikan
(iv)kapal layar
b. Kapal layar sedang berlayar harus menghindari
jalannya ;
(i) kapal yang tidak terkendali
(ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas
(iii) kapal yang sedang
menangkap ikan
c. Kapal yang sedang menangkap ikan yang sedang
berlayar, sedapat mungkin menghindari
jalannya,
(i) kapal yang tidak terkendali
(ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas
d. (i) Setiap kapal selain kapal yang tidak terkendali
atau kemampuan olah geraknya terbatas, jika
keadaan mengizinkan, harus menghindari agar
tidak menghalangi jalan yang aman bagi
kapal yang terkekang oleh saratnya yang
memperlihatkan isyarat-isyarat aturan-28
(ii) Kapal yang terkekang oleh saratnya harus
melakukan navigasi dengan sangat hati-hati
dengan memberikan perhatian penuh atas
keadaan khusus.
e. Pesawat terbang laut di atas air, pada umumnya
harus menjauhi semua kapal dan menghindar agar
tidak menghalang-halangi navigasi mereka.
Dalam keadaan bagaimanapun juga di mana
terdapat bahaya tubrukan ia harus memenuhi
aturan-aturan dalam bagian ini.
SEKSI III
SIKAP KAPAL DALAM PENGLIHATAN
TERBATAS
ATURAN 19
SIKAP KAPAL DALAM PENGLIHATAN
TERBATAS
CONDUCT OF VESSELS IN RESTRICTED
VISIBILITY
a. Aturan ini berlaku bagi kapal-kapal yang tidak
saling melihat jika sedang bernavigasi di atau
dekat suatu daerah dengan penglihatan terbatas.
b. Setiap kapal harus bergerak dengan kecepatan
aman disesuaikan dengan keadaan-keadaan dan
suasana penglihatan terbatas. Kapal tenaga
mesinnya harus siap untuk segera mengolah gerak
c. Setiap kapal harus memperlihatkan dengan
seksama keadaan-keadaan dan suasana
penglihatan terbatas yang ada, dalam memenuhi
aturan-aturan dari seksi I bagian ini.
d. Sebuah kapal yang mendeteksi adanya kapal lain
hanya dengan radar saja harus menentukan apakah
sedang berkembang keadaan terlalu dekat dan/
atau ada resiko tubrukan. Jika demikian dia harus
melakukan tindakan yang demikian itu terdiri dari
suatu perubahan haluan, maka sejauh mungkin
yang berikut ini harus dihindari :
i. Suatu perubahan haluan ke kiri untuk kapal
yang berada di muka arah melintang selain
daripada kapal yang sedang disusul.
ii. Suatu perubahan haluan ke arah kapal tepat
melintang atau di belakang arah melintang.
e. Kecuali apabila telah yakin bahwa tidak ada
bahaya tubrukan, setiap kapal yang mendengar
isyarat kabut kapal lain yang menurut
pertimbangannya berada di depan arah
melintangnya, atau yang tidak dapat menghindari
situasi saling mendekat terlalu rapat hingga kapal
yang ada di depan arah melintangnya, harus
mengurangi kecepatannya serendah mungkin yang
dengan kecepatan itu kapal tersebut dapat
mempertahankan haluannya. Jika dianggap perlu,
kapal itu harus meniadakan kecepatannya sama
sekali dan bagaimanapun juga berlayar dengan
kewaspadaan khusus hingga bahaya tubrukan
telah barlalu.
BAGIAN C
SOSOK-SOSOK BENDA
ATURAN 20
PEMBERLAKUAN
APPLICATION
a. Aturan-aturan dalam bagian ini harus dipenuhi
dalam segala keadaan cuaca.
b. Aturan-aturan tentang lampu-lampu harus
dipenuhi semenjak saat matahari terbenam sampai
matahari terbit, dan selama jangka waktu tersebut
lampu-lampu lain tidak boleh diperlihatkan,
kecuali lampu-lampu demikian itu tidak
terkelirukan dengan lampu-lampu yamg
ditetapkan dalam aturan-aturan ini atau tidak
melemahkan daya tampak atau sifat khususnya,
atau mengganggu pengamatan yang baik.
c. Lampu-lampu yang diisyaratkan dalam aturan-
aturan ini, jika dipasang, harus juga diperlihatkan
sejak saat matahari terbit sampai saat matahari
terbenam dalam keadaan penglihatan terbatas dan
boleh diperlihatkan dalam semua keadaan lain
apabila dianggap perlu.
d. Aturan-aturan mengenai sosok benda harus
dipenuhi pada siang hari.
e. Lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang
disebutkan secara terperinci di dalam aturan-
aturan ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan
Lampiran I peraturan ini.
ATURAN 21
DEFINISI
a. “Lampu Tiang” berarti lampu putih yang
ditempatkan di atas sumbu membujur kapal yang
memperlihatkan cahaya yang tidak terputus-putus
meliputi busur cakrawala 22,5 derajat dan
dipasang sedemikian rupa sehingga
memperlihatkan cahaya dari arah lurus ke muka
sampai 22,5 derajat lebih ke belakang dari arah
melintang pada setiap sisi kapal.
b. “Lampu-lampu lambung” berarti lampu hijau di
lambung kanan dan merah di lambung kiri
masing-masing memperlihatkan cahaya yang tidak
terputus meliputi busur cakrawala sebesar 112,5
derajat dan dipasang sedemikian rupa sehingga
memperlihatkan cahaya dari arah lurus ke muka
sampai 22,5 derajat lebih ke belakang dariarah
pada sisi masing-masing. Di kapal yang
panjangnya kurang dari 20 meter, lampu-lampu
lambung itu boleh digabungkan dalam satu lentera
yang ditempatkan di sumbu di bujue kapal.
c. “Lampu buritan” berarti lampu putih yang
ditempatkan sedekat mungkin dengan buritan,
memperlihatkan cahaya yang tidak terputus-putus
yang meliputi busur cakrawala 135 derajat dan
dipasang sedemikian rupa hingga memperlihatkan
cahaya dari arah lurus ke belakang sampai 67,5
derajat pada masing-masing sisi kapal.
d. “Lampu Tunda” berarti lampu kuning yang
mempunyai sifat-sifat yang “lampu buritan” yang
ditentukan dalam paragraph (c) aturan ini.
e. “Lampu Kedip” berate lampu-lampu yang
berkedip-kedip dengan teratur dengan frekwensi
120 kedipan atau lebih tiap menit.
f. “Lampu Keliling” berarti sebuah lampu yang
memperlihatkan terputus meliputi busur cakrawala
360 derajat.
ATURAN 22
JARAK TAMPAK LAMPU-LAMPU
VISIBITY OF LIGHTS
Lampu-lampu yang diisyaratkan dalam aturan ini
harus mempunyai kuat cahaya seperti yang disebutkan
secara terperinci dalam Seksi B Lampiran I supaya
dapat dilihat pada jarak minimum sebagai berikut:
a. Di kapal-kapal dengan panjang 50 meter atau
lebih
- lampu tiang 6 mil
- lampu lambung 2 mil
- lampu buritan 3 mil
- lampu tunda 3 mil
- lampu keliling putih, merah, hijau, atau kuning,
3 mil
b. Di kapal-kapal dgn panjang 12 meter atau lebih
tetapi kurang dari 50 meter
- lampu tiang 5 mil, kecuali kalau panjang kpl itu
kurang dr 20 meter 3 mil
- lampu lambung 2 mil
- lampu tunda 2 mil
- lampu keliling putih, merah, hijau, atau kuning 2
mil
c. Di kapal-kapal dengan panjang kurang dari 12
meter
- lampu tiang 2 mil
- lampu lambung 1 mil
- lampu buritan 2 mil
- lampu tunda 2 mil
- lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning 2
mil
d. Di kapal atau benda yang ditunda yang terbenam
dan tidak kelihatan dengan jelas
- lampu keliling putih 3 mil
Penjelasan:
Definisi “tampak” di sini ialah tampak pada waktu
malam gelap dan cuaca terang.
ATURAN 23
KAPAL TENAGA YANG SEDANG BERLAYAR
POWER- DRIVEN VESSELS UNDERWAY
(a) Kapal tenaga yang sedang berlayar harus
memperlihatkan:
(i) lampu tiang depan
(ii) lampu tiang kedua dibelakang dan lebih tinggi
daripada tiang lampu depan, kecuali kpl yg
panjangnya kurang dr 50 meter tidak
diwajibkan memperlihatkan lampu demikian,
tetapi boleh memperlihatkannya.
(iii) lampu-lampu lambung
(iv)lampu buritan
(b) Kapal bantalan udara jika sedang beroperasi tanpa
berat benaman di samping lampu-lampu yang
telah ditentukan dalam paragraph (a) aturan ini
harus memperlihatkan lampu keliling kuning
kedip.
ATURAN 24
MENUNDA DAN MENDORONG
TOWING AND PUSHING
a. Kapal tenaga bilamana sedang menunda, harus
memperlihatkan;
(i) sebagai pengganti lampu yang ditentukan di
dalam aturan 23(a) (i) atau (a)
(ii) dua lampu tiang yang bersusun tegak lurus,
bilamana panjang tundaan, diukur dari buritan
kapal yang sedang menunda sampai ke ujung
belakang tundaan lebih dari 200 meter, tiga
lampu yang demikian itu, bersusun tegak
lurus.
(iii) lampu-lampu lambung
(iv)lampu buritan
(v) lampu tunda, tgak lurus di atas lampu buritan
(vi)bilamana panjang tundaan lebih dari 200
meter, sosok belah ketupat di suatu tempat
yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
b. Bilamana kapal yang sedang mendorong dan
kapal yang sedang didorong maju diikat erat-erat
dalam suatu unit yang berangkai, kapal itu harus
dianggap sebagai sebuah kapal tenaga dan
memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan
dalam aturan 2.
c. Kapal tenaga bilamana sedang mendorong maju
atau sedang di dalam hal suatu unit berangkai,
harus memperlihatkan;
(i) sebagai pengganti lampu yg ditentukan dalam
aturan 23(a) (i) atau (a)
(ii) dua lampu tiang bersusun tegak lurus
(iii) lampu-lampu lambung
d. Kapal tunda yang dikenal paragraph (a) atau (c)
aturan ini harus juga memenuhi aturan 23 (a) (ii).
e. Kapal atau benda yang sedang ditunda, selain
pada yang dinyatakan di dalam paragraph (g)
aturan ini harus memperlihatkan;
(i) lampu-lampu lambung
(ii) lampu buritan
(iii) bilamana panjang tundaan lebih
dari 200 meter, sosok belah ketupat tempat
yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
f. Dgn ketentuan bahwa berapapun jumlah kapal
yang sedang digandeng atau didorong dalam suatu
kelompok, harus diberi lampu sebagai satu kapal.
(i) kapal yang sedang didorong maju yang
bukan merupakan bagian dari suatu unit
berangkai, harus memperlihatkan lampu-
lampu lambung di ujung depan.kapal yang
sedang di gandeng harus memperlihatkan
lampu buritan dan di ujung depan.
(iii) kapal yang sedang
digandeng harus memperlihatkan lampu
buritan dan diujung depan, lampu-lampu
lambung.
g. Kapal atau benda yang terbenam sebagian, atau
gabungan dari kapal-kapal atau benda-benda
demikian yang sedang ditunda yang tidak
kelihatan dengan jelas harus memperlihatkan:
(i) Jika lebarnya kurang dari 25 meter, atau lampu
keliling putih di ujung depan atau di dekatnya
dan satu di ujung belakang atau di dekatnya,
kecuali apabila naga umbang itu tidak perlu
memperhatikan lampu di ujung depan atau di
dekatnya.
(ii) Jika lebarnya 25 meter atau lebih, dua lampu
keliling putih tambahan di ujungujung paling
luar dari lebarnya atau di dekatnya.
(iii)
Jika panjangnya lebih dari 100 meter, lampu-
lampu keliling putih tambahan di antara
lampu-lampu yang ditentukan di dalam sub
paragraph (i) dan (ii) sedemikian rupa hingga
jarak antara lampu-lampu tidak boleh lebih
dari 100 meter.
h. Apabila karena suatu sebab yang cukup beralasan
sehingga tidak memungkinkan kapal atau benda
yang sedang ditunda memperlihatkan lampu-
lampu atau sosok benda yang ditentukan dalam
paragraph (c) atau (g) aturan ini, semua upaya
yang mungkin harus ditempuh untuk menerangi
kapal atau benda yang ditunda itu atau setidak-
tidaknya menunjukkan adanya kapal atau benda
demikian itu.
i. Apabila oleh suatu sebab yang cukup beralasan
sehingga tidak memungkinkan kapal yang tidak
biasa melakukan operasi-operasi penundaan untuk
memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan
dalam paragraf (a) atau (c) aturan ini, maka kapal
demikian itu tidak diisyaratkan untuk
memperlihatkan lampu-lampu itu bilamana sedang
menunda kapal lain dalam bahaya atau dalam
keadaan lain yang membutuhkan pertolongan.
Segala upaya yang mungkin harus ditempuh untuk
menunjukkan sifat hubungan antara kapal yang
sedang menunda dan kapal yang sedang ditunda
sebagaimana yang diharuskan dan dibolehkan
dalam aturan 36 terutama untuk menerangi tali
tunda.
ATURAN 25
KAPAL LAYAR YANG SEDANG BERLAYAR
DAN
KAPAL YANG SEDANG BERLAYAR DENGAN
DAYUNG
SAILING VESSELS UNDERWAY AND VESSELS
UNDER OARS
a. Kapal layar yang sedang berlayar harus
memperlihatkan;
(i) lampu-lampu lambung
(ii) lampu buritan
b. Di kapal layar yang panjangnya kurang dari 20
meter, lampu-lampu yang ditentukan di dalam
paragraph (a) aturan ini boleh digabungkan di
dalam satu lentera yang dipasang di puncak tiang
atau di dekatnya, di suatu tempat yang dapat
kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
c. Kapal layar yang sedang berlayar, di samping
lampu-lampu yang telah ditentukan di dalam
paragraph (a) aturan ini, boleh memperlihatkan di
puncak tiang atau di dekatnya, di suatu tempat
yang dapat kelihatan sejelas-jelasnya, dua lampu
keliling bersusun tegak lurus, yang di atas merah
dan di bawah hijau, tetapi lampu-lampu ini tidak
boleh diperlihatkan bersama- sama dengan lentera
kombinasi yang dibolehkan perafraf (b) aturan ini.
d. (i) Kapal layar yang panjangnya kurang dari 7
meter, jika mungkin harus memperlihatkan
lampu-lampu yang ditentukan di dalam
paragraph (a) atau harus selalu siap dengan
sebuah lampu senter atau lentera yang
menyala yang memperlihatkan cahaya putih
yang harus ditunjukkan dlam waktu yang
memadai untuk mencegah tubrukan.
(ii) Kapal yang sedang berlayar dengan dayung
boleh memperlihatkan lampu-lampu yang
ditentukan di dalam aturan ini bagi kapal-
kapal layar, tetapi jika tidak
memperlihatkannya, kapal yang sedang
berlayar dengan dayung itu harus selalu siap
dengan sebuah lampu senter atau lentera yang
menyala yang memperlihatkan cahaya putih
yang harus ditunjukkan dalam waktu yang
memadai untuk mencegah tubrukan.
e. Kapal yang sedang berlayar dengan layar
bilamana sedang digerakkan juga dengan mesin,
harus memperlihatkan sosok benda berbentuk
kerucut dengan puncak, ke bawah, di bagian
depan kapal di suatu tempat yang dapat kelihatan
dengan sejelas-jelasnya.
ATURAN 26
KAPAL IKAN
FISHING VESSELS
a. Kapal yang sedang menangkap ikan, apakah
sedang berlayar atau berlabuh jangkar, hanya
boleh memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-
sosok benda yang ditentukan oleh aturan ini.
b. Kapal yang sedang mendogol, maksudnya sedang
menarik pukat tarik atau alat lain di dalam air
yang digunakan sebagai alat menangkap ikan
harus memperlihatkan;
(i) dua lampu keliling bersusun tegak lurus tang
di atas hijau dan yang di bawah putih, atau
sosok benda yang terdiri dari dua kerucut yang
titik-titik puncaknya berimpit, bersusun tegak
lurus kapal yang panjangnya kurang dari 20
meter, sebagai ganti sosok benda ini boleh
memperlihatkan keranjang.
(ii) Lampu tiang belakang dan lebih tinggi dari
lampu hijau keliling; kapal yang panjangnya
kurang dari 50 meter tidak wajib
memperlihatkan lampu yang demikian itu
Akan tetapi boleh memperlihatkannya.
(iii) Bila
man mempunyai laju di air, sebagai tambahan
atas lampu yang ditentukan dalam paragraph
ini, lampu2 lambung dan lampu buritan.
c. Kapal yang sedang menangkap ikan, kecuali yang
sedang mendogol harus memperlihatkan:
(i)Dua lampu keliling bersusun tegak lurus, yang
di atas merah dan di bawah putih, atau
sosok benda yang terdiri dari dua kerucut
yang titik-titik puncaknya berimpit
bersusun tegak lurus, kapal yang
panjangnya kurang dari 20 meter, sebagai
pengganti pengganti sosok benda ini boleh
mem perlihatkan keranjang.
(ii)Bila ada alat penangkap ikan yang menjulur
mendatar dari kapal lebih dari 150 meter,
lampu putih keliling atau kerucut yang titik
puncaknya ke atas kea rah alat penangkap
ikan itu.
(iii)Bilaman mampunyai kecepatan di air, di
samping lampu-lampu yang ditentukan
dalam paragraph ini lampu-lampu lambung
dan lampu-lampu buritan.
d. Kapal yang sedang menangkap ikan berdekatan
sekali denga kapal-kapal lain yang menangkap
ikan, boleh memperlihatkan isyarat-isyarat
tanbahan yang diuraikan denganjelas di dalam
Lampiran II Peraturan ini.
e. Bilaman sedang tidak menangkap ikan tidak boleh
memperlihatkan lampu-lampu atau sosok benda
yang ditentukan dalam aturan ini tetapi hanya
lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang
ditentukan bagi kapal yang sesuai dengan
panjangnya.
ATURAN 27
KAPAL YANG TIDAK TERKENDALI ATAU
YANG KEMAMPUAN OLAH GERAKNYA
TERBATAS
VESSELS NOT UNDER COMMAND
OR
RESTRICTED THEIR ABILITY TO MANOUEVER
a. Kapal yang tidak terkendali harus
memperlihatkan;
(i) dua lampu merah kaliling bersusun tegak lurus
kelihatan sejelas-jelasnya.
(ii) dua bola atau sosok benda yang serupa, tempat
yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
(iii) bilamana mempunyai
laju di air, sebagai tambahan atas lampu-lampu
yg ditentukan di dlm paragraph ini, lampu2
lambung & lampu buritan.
b. Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas,
kecuali kapal yang sedang melaksanakan
pekerjaan pembersihan ranjau, harus
memperlihatkan;
(i) tiga lampu keliling bersusun tegak lurus di
suatu tempat yang dapat kelihatan dengan
sejelas-jelasnya. Lampu yang tertinggi dan
terendah harus merah sedang lampu tengah
harus putih.
(ii) tiga sosok benda bersusun tegak lurus di suatu
tempat yang dapat kelihatan sejelas-jelasnya.
Sosok benda yang tertinggi dan yang terendah
harus bola, sedangkan yang tengah harus belah
ketupat.
(iii) bilamana mempunyai
laju di air, lampu atau lampu-lampu tiang,
lampu-lampu lambung dan lampu buritan,
sebagai tambahan atas lampu-lampu yang
ditentukan dalam sub paragraph (1).
(iv)bilamana berlabuh jangkar, sebagai tambahan
atas lampu-lampu atau sosok-sosok benda
yang ditentukan di dalam sub paragraph (i)
atau (ii) lampu-lampu atau sosok2 benda yang
ditentukan dalam aturan 30.
c. Kapal tenaga yang sedang melakukan penundaan
sedemikian rupa sehingga sangat membatasi
kemampuan kapal yang sedang menunda dan
tundaannya itu untuk menyimpang dari haluannya
yang ditentukan di dalam aturan 24(a) harus
memperlihatkan lampu-lampu atau sosok yang
ditentukan di dalam sub paragrap (b) (i) dan (ii)
aturan ini.
d. Kapal yang sedang melaksanakan pengerukan atau
pekerjaan di dalam air, bilaman kemampuan olah
geraknya terbatas, harus memperlihatkan lampu-
lampu dan sosok-sosok benda yang ditentukan di
dalam sub paragraph (b) (i), (ii), dan (iii) aturan
ini dan sebagai tambahan bilaman ada rintangan
harus memperlihatkan;
(i) dua lampu merah keliling atau dua bola
bersusun tegak lurus untuk menunjukkan sisi
tempat rintangan itu berada.
(ii) dua lampu hijau keliling atau dua sosok belah
ketupat bersusun tegak lurus untuk
menunjukkan sisi yang boleh dilewati kapal
lain.
(iii) bilamana berlabuh
jangkar, lampu atau sosok-sosok benda yang
diterbitkan di dalam paragraph ini sebagai
ganti lampu-lampu atau sosok benda yang
ditentukan dalam aturan 30.
e. Bila ukuran kapal yang sedang melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan penyelaman itu membuatnya
tidak mampu memperlihatkan semua lampu dan
sosok benda yang ditentukan di dalam paragraph
(d) aturan ini, harus memperlihatkan yang berikut
ini;
(i) tiga lampu keliling bersusun tegak lurus di
suatu tempat yang diperlihatkan sejelas-
jelasnya. Lampu yang tetinggi dan yang
terendah harus merah, sedangkan lampu yang
ditengah putih.
(ii) tiruan bendera kaku “A” dari kode
Internasional yang tingginya tidak kueang dari
1 meter. Langkah-langkah harus dilakukan
untuk menjamin agar tiruan itu dapat kelihatan
keliling. Kapal yang sedang melaksanakan
pekerjaan pembersihan ranjau, sebagai
tambahan atas lampu-lampu yang telah
ditentukan bagi kapal tenaga di dalam aturan
23 atau atas lampu-lampu atay sosok benda
yang ditentukan bagi kapal yang berlabuh
jangkar di dalam aturan 20, man yang sesuai,
harus memperlihatkan tiga lampu hijau
keliling atau tigs bola. Salah satu dan lampu-
lampu atau sosok-sosok benda ini harus
diperlihatkan di puncak tiang depan atau
didekatnya dan satu masing-masing ujung
andang-andang depan. Lampu-lampu atau
sosok benda ini menunjukkan bahwa
berbahayalah kapal lain yang mendekat dalam
jarak 1000 meter dari penyapu ranjau itu.
f. Kapal-kapal yang panjangnya kurang dari 12
meter, kecuali kapal-kapal yang sedang
menjalankan pekerjaan penyelaman, tidak wajib
memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok
benda yang ditentukan dalam aturan ini.
g. Isyarat-isyarat yang ditentukan dalam aturan ini
bukan isyarat dalam bahaya dan membutuhkan
pertolongan, isyarat-isyarat demikian tercantum di
dalam Lampiran IV Peraturan ini.
ATURAN 28
KAPAL YANG TERKENDALA OLEH
SARATNYA
VESSELS CONSTRAINED BY THEIR DROUGHT
Kapal yang terkendala oleh saratnya, sebagai
tambahan atas lampu-lampu yang ditentukan bagi
kapal-kapal tenaga di dalam aturan 23, boleh
memperlihatkan tiga lampu merah keliling bersusun
tegak lurus, atau sebuah silinder di tempat yang dapat
kelihatan sejelas-jelasnya.
ATURAN 29
KAPAL PANDU
PILOT VESSELS
a. Kapal yang sedang bertugas kepanduan harus
memperlihatkan;
(i) di puncak tiang atau di dekatnya, dua lampu
keliling bersusun tegak lurus yang di atas putih
dan yang di bawah merah.
(ii) bilamana sedang berlayar, sebagai tambahan,
lampu-lampu lambung dan lampu buritan.
(iii) bilamana berlabuh
jangkar, sebagai tambahan atas lampu-lampu
yang ditentukan di dalam sub paragraph (i),
lampu-lampu atau sosok benda yang
ditentukan di dalam aturan 30 bagi kapal-kapal
yang berlabuh jangkar.
b. Kapal pandu bilamana tidak sedang bertugas
kepanduan harua memperlihatkan lampu-lampu
atau sosok-sosok benda yang ditentukan bagi
kapal yang serupa sesuai dengan panjangnya.
ATURAN 30
KAPAL-KAPAL YANG BERLABUH JANGKAR
DAN KAPAL-KAPAL KANDAS
ANCHORED VESSELS AND VESSELS
AGROUND
a. Kapal yang sedang berlabuh jangkar harus
memperlihatkan di tempat yang paling baik yang
dapat dilihat:
(i) dibangun depan, lampu
keliling putih atau sebuah bola
(ii) di atau dekat buritan
pada ketinggian yang lebih rendah daripada
lampu yang diisyaratkan oleh ayat (i), sebuah
lampu keliling putih.
b. Kapal dengan panjang kurang dari 50 meter boleh
memperlihatkan sebuah lampu keliling putih di
tempat yang paling baik dapat dilihat sebagai
pengganti lampu-lampu yang diisyaratkan dalam
ayat (a) aturan ini.
c. Kapal yang berlabuh jangkar boleh, dan kapal
dengan panjang 100 meter atau lebih harus juga
menggunakan lampu-lampu kerja atau lampu-
lampu yang serupa untuk menerangi geladak-
geladaknya.
d. Kapal kandas harus memperlihatkan lampu-lampu
yang diisyaratkan dalam ayat (a) atau (b) dan
sebagai tambahan ditempat yang paling baik dapat
dilihat.
(i) dua lampu keliling merah yang bersusun tegak
(ii) tiga bola yang bersusun tegak
e. Kapal denganpanjang kurang dari 7 meter, jika
sedang berlabuh jangkar, tidak di dalam atau dekat
alur pelayaran sempit, air pelayaran atau tempat
berlabuh jangkar, atau di mana kapal-kapal lain
biasanya berlayar, tidak diharuskan
memperlihatkan lampu-lampu atau tanda-tanda
yang diisyaratkan dalam ayat-ayt (a), (b), atau (d).
f. Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter,
bilaman kandas, tidak diisyaratkan
memperlihatkan lampu-lampu atau sosok benda
yang ditentukan dalam ayat (d) (i) dan (ii) aturan
ini.
ATURAN 31
PESAWAT-PESAWAT TERBANG LAUT
SEA PLANES
Apabila pesawat terbang laut tidak memungkinkan
untuk memperlihatkan lampu-lampu dan sosok benda
dengansifat-sifat atau latak-letaknya sebagaimana
yang diisyaratkan dalam aturan dalam bagian ini
pesawat terbang laut itu harus memperlihatkan lampu-
lampu dan sosok-sosok benda yang sifat-sifat dan
penempatannya semirip mungkin dengan lampu-
lampu dan sosok-sosok benda.
BAGIAN D ISYARAT-ISYARAT BUNYI
CAHAYA
ATURAN 32
DEFINISI
DEFINITIONS
a. Kata “suling” berarti setiap alat isyarat bunyi yang
dapat menghasilkan tiupan-tiupan yang ditentukan
dan yang memenuhi perincian-perincian dalam
Lampiran III dari Peraturan-peraturan ini.
b. Istilah “tiup pendek” berarti tiupan yang lamanya
kurang lebih 1 detik.
c. Istilah “tiup panjang” berarti tiupan yang lamanya
4 sampai 6 detik.
ATURAN 33
PERLENGKAPAN UNTUK ISYARAT-ISYARAT
BUNYI
EQUIPMENT FOR SOUND SIGNALS
a. Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih harus
dilengkapi dengan dan genta serta kapal yang
panjangnya 100 meter atau lebih sebagai
tambahan harus dilengkapi dengan gong yang
nada dan bunyinya tidak mungkin terkelirukan
dengan nada dan bunyi genta tersebut di atas.
Suling, genta, dan gong itu harus memenuhi
perincian-perincian dalam Lampiran III dari
Peraturan-peraturan ini. Genta atau gong itu
kedua-duanya boleh diganti dengan alat lain yang
cirri-ciri bunyinya sama dengan ketentuan bahwa
dengan alat-alat isyarat yang ditentukan itu harus
selalu mungkin dibunyikan dengan tangan.
b. Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak
diwajibkan memasang alat isyarat bunyi yang
diisyaratkan dalam ayat (a) aturan ini, tetapi jika
tidak, ia wajib dilengkapi dengan alat lain yang
menghasilkan isyarat bunyi yang efisien.
ATURAN 34
ISYARAT-ISYARAT OLAH GERAK DAN
PERINGATAN
MANOUEVERING AND WARNING SIGNALS
a. Jika kapal-kapal dalam penglihatan satu sama lain,
jika mengolah gerak sebagaimana yang
diperbolehkan atau diharuskan oleh aturan-aturan
ini, harus menunjukkan olah gerak itu dengan
isyarat2 suling sebagai berikut:
- satu tiup pendek berarti “saya sedang merubah
haluan ke kanan”.
- dua tiup pendek berarti “ saya sedang merubah
haluan ke kanan”.
- tiga tiup pendek berarti “saya sedang bergerak
mundur”.
b. Setiap kapal boleh menambah isyarat-isyarat
suling yang diisyaratkan dalam ayat (a) dengan
isyarat-isyarat cahaya, diulang secukupnya,
sementara olah gerak itu sedang dilaksanakan:
(i) isyarat-isyarat cahaya ini mempunyai
pengertian sebagai berikut;
- satu kedip berarti “saya sedang merubah
haluan ke kanan”.
- dua kedip berarti “ saya sedang merubah
haluan ke kiri”.
- tiga kedip berarti “ saya sedang bergerak
mundur”.
(ii) lamanya tiap kedip itu harus kira-kira satu
detik, selang waktu antara kedip-kedip itu
kira-kira satu detik, dan selang waktu antara
isyarat-isyarat yang berurutan tidak kurang
dari 10 detik.
(iii) lampu yang digunakan untuk
isyarat ini, jika dipasang harus berupa lampu
putih keliling, yang dapat kelihatan paling
sedikit pada jarak 5 mil, dan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan Lampiran I.
c. Jika saling melihat, di dalam alur pelayaran atau
air pelayaran sempit:
(i) kapal yang bermaksud menyusul kapal sesuai
dengan aturan 9(e)(i) harus menunjukkan
maksudnya dengan isyarat2 sulingnya sbb.
- dua titik
panjang diikuti satu tiup pendek berarti
“saya hendak menyusul dari sisi kanan
anda”.
- dua tiup
panjang diikuti dua tiup pendek berarti
“saya hendak menyusul dari sisi kiri anda”.
(ii) Kapal yang akan disusul bilamana
bertindak sesuai dengan aturan 9(e)(i)
harus menunjukkan persetujuannya
dengan isyarat-isyarat sulingnya sebagai
berikut:
- satu tiup panjang, satu tiup pendek, satu
tiup panjang, dan satu tiup pendek.
d. Apabila kapal yang saling melihat sedang saling
mendekat dank arena suatu sebab, apakah salah
satu dari kapal-kapal itu atau keduanya tidak
berhasil memahami maksud-maksud atau
tindakan-tindakankapal yang lain, atau dalam
keadaan ragu-ragu apakah kapal lain sedang
melakukan tindakan yang memadai untuk
menghindari bahaya tubrukan, kapal yang dalam
keadaan ragu-ragu itu harus segera menyatakan
keragu-raguannya dengan memperdengarkan
sekurang-kurangnya 5 tiup pendek dan cepat dan
suling isyarat demikian boleh ditambah dengan
isyarat cahaya dan sekurang-kurangnya 5 kedip
pendek dan cepat.
e. Kapal yang sedang mendekati tikungan atau
daerah alur pelayaran yang ditempat itu kapal-
kapal lain dapat terhalang oleh rintangan, harus
memperdengarkan satu tiup panjang. Isyarat
demikian itu harus disambut dengan tiup panjang
oleh setiap kapal yang sedang mendekat yang
mungkin dalam jarak dengar disekitar tikungan
atau di balik rintangan itu.
f. Apabila suling-suling dipasang di kapal terpisah
denganjarak antara lebih dari 100 meter, hanya
satu suling saja yang harus digunakan untuk
memberikan isyarat-isyarat olah gerak dan isyarat
peringatan.
ATURAN 35
ISYARAT-ISYARAT BUNYI DALAM
PENGLIHATAN TERBATAS
SOUND SIGNALS IN RESTRICTED VISBILITY
Di dalam atau dekat daerah penglihatan terbatas, baik
pada waktu siang atau pada waktu malam isyarat-
isyarat yang diisyaratkan dalam aturan ini harus
digunakan sebagai berikut:
a. Kapal tenaga yang mempunyai laju di air
memperdengarkan satu tiup panjang dengan
selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
b. Kapal tenaga yang sedang berlayar tetapi berhenti
dan tidak mempunyai laju di air harus
memperdengarkan dua tiup panjang beruntun
dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit dan
selang waktu tiup-tiup panjang itu kira-kira 2
detik.
c. Kapal yang tidak terkendalikan, kapal yang
kemampuan olah geraknya terbatas, kapal yang
terkendala oleh syaratnya, kapal layar, kapal yang
sedang menangkap ikan dan kapal yang sedang
menunda atau mendorong kapal lain, sebagai
pengganti isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam
ayat (a) atau (b) aturan ini harus
memperdengarkan tiga tiup beruntun, yakni satu
tiup panjang diikuti oleh dua tiup pendek
denganselang waktu tidak lebih dari 2 menit.
d. Kapal sedang menangkap ikan bilamana berlabuh
jangkar dan kapal yang kemampuan olah geraknya
terbatas bilamana sedang menjalankan
pekerjaannya dalam keadaan berlabuh jangkar
sebagai pengganti isyarat-isyarat yang ditentukan
dalam paragraph (g) aturan ini, harua
memperdengarkan isyarat yang ditentukan di
dalam ayat (c) aturan ini.
e. Kapal yang ditunda atau jika kapal yang ditunda
itu lebih dari satu, maka kapal yang paling
belakang dari tundaan itu jika diawaki, harus
memperdengarkan 4 tiup beruntun, yakni 1 tiup
panjang diikuti 3 tiup pendek, denganselang waktu
tidak lebih dari 2 menit. Bilaman mungkin, isyarat
ini harus diperdengarkan oleh kapal yang
menunda.
f. Bilaman kapal yang sedang mendorong dan kapal
yang sedang didorong maju diikat erat-erat dalam
kesatuan gabungankapal-kapal itu harus dianggap
sebagai sebuah kapal tenaga dan harus
memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan
di dalam ayat (a) atau (b) aturan ini.
g. Kapal berlabuh jangkar harus membunyikan genta
dengan cepat selama kira-kira 5 detik dengan
selang waktu tidak lebih dari 1 menit. Di kapal
yang panjangnya 100 meter atau lebih genta itu
harus dibunyikan di bagian depan kapal dan
segera setelah pembunyian genta, gong harus
dengan cepat selama kira-kira 5 detik di bagian
belakang kapal. Kapal yang berlabuh jangkar,
sebagai tambahan, boleh memperdengarkan tiga
tiup beruntun, yakni sati tiup pendek, satu tiup
panjang dan satu tiup pendek, untuk mengingatkan
kapal lain yang mendekat mengenai
kedudukannya dan kemungkinan tubrukan.
h. Kapal yang kandas harus memperdengarkan iysrat
genta dan jika dipersyaratkan, isyarat gong yang
ditentukan di dalam ayat (g) aturan ini, dan
sebagai tambahan, harus memperdengarkan tiga
ketukan terpisah, dan jelas dengan genta sesaat
sebelum dan segera setelah membunyikan genta
yang cepat itu. Kapal yang kandas sebagai
tambahan boleh memperdengarkan isyarat suling
yang sesuai.
i. Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak
wajib memperdengarkan isyarat-isyarat tersebut di
atas, tetapi jika tidak memperdengarkan isyarat
bunyi lain yang efisien dengan selang waktu tidak
lebih dari 2 menit.
j. Kapal pandu bilamana sedang bertugas
kepanduan, sebagai tambahan atas isyarat-isyarat
yang ditentukan dalam ayat (a), (b), atau (g)
aturan ini, boleh memperdengarkan isyarat
pengenal yang terdiri dari empat tiup pendek.
ATURAN 36
ISYARAT UNTUK MENARIK PERHATIAN
SIGNALS TO ATTRACT ATTENTION
Jika untuk menarik perhatian kapal lain, setiap kapal
boleh menggunakan isyarat cahaya atau isyarat bunyi
yang tidak dapat terkelirukan di dalam aturan-aturan
ini, atau boleh mengarahkan berkas cahaya lampu
sorotnya kejurusan manapun. Sembarang cahaya yang
digunakan untuk menarik perhatian kapal lain harus
sedemikian rupa sehingga tidak dapat terkelirukan
denganalat bantu navigasi apapun. Untuk memenuhi
maksud aturan ini penggunaan lampu berselang
selang atau lampu berputar dengan intensitas tinggi,
misalnya lampu-lampu Stroba, harus dihindarkan.
ATURAN 37
ISYARAT-ISYARAT BAHAYA
DISTRESS SIGNALS
Apabila sebuah kapal dalam keadaan bahaya dan
memerlukan pertolongan ia harus menggunakan atau
memperlihatkan isyarat-isyarat yang disyaratkan
dalam Lampiran IV Peraturan ini.
BAGIAN E
PEMBEBASAN
ATURAN 38
PEMBEBASAN
EXEMPTIONS
Setiap kapal (atau kelas kapal-kapal) dengan
ketentuan bahwa kapal itu memenuhi syarat-syarat
Peraturan Internasional tentang Pencegahan mulai
berlaku atau yang pada tanggal itu dalam Tahapan
Pembangunan yang sesuai, dibebaskan dari kewajiban
untuk memenuhi peraturan ini sebagai berikut:
a. Pemasangan lampu-lampu dengan jarak yang
ditentukan di dalam aturan 22, sampai 4
tahunsetelah tanggal mulai berlakunya peraturan
ini.
b. Pemasangan lampu-lampu dengan perincian warna
sebagaimana yang ditentukan di dalam Seksi 7
Lampiran I Peraturan ini, sampai 4 tahun setelah
tanggal mulai berlakunya peraturan.
c. Penempatan kembali lampu-lampu sebagai akibat
dari pengubahan satuan-satuan imperial ke satuan-
satuan metric dan pembulatan-pembulatan angka-
angka ukuran, merupakan pembebasan tetap.
d. (i) Penempatan kembali lampu-lampu tiang di
kapal-kapal yang panjangnya kurang dari 150
meter, sebagai akibat dariketetapan seksi 3(a)
Lampiran I Peraturan ini, sampai sembilan
tahun setelah tanggal mulai berlakunya
Peraturan ini.
(ii) Penempatan kembali lampu-lampu tiang di
kapal-kapal yang panjangnya 150 meter atau
lebih sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan
Seksi 3(a) Lampiran I Peraturan ini, sampai
sembilan tahun setelah tanggal mukai
berlakunya Peraturan ini.
e. Penempatan kembali lampu-lampu tiang, sebagai
akibat dari ketetapan-ketetapan Seksi 2(g) dan
3(b) Lampiran I Peraturan ini, sampai sembilan
tahun setelah tanggal mulai berlakunya Peraturan
ini.
f. Syarat-syarat tentang alat-alat isyarat bunyi yang
ditentukan dalam Lampiran III Peraturan ini,
sampai sembilan tahun yanggal mulai berlakunya
Peraturan ini.
g. Penempatan kembali lampu-lampu keliling,
sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan Seksi 9(b)
Lampiran I Peraturan ini, merupakan pembebasan
tetap.
LAMPIRAN I
PENEMPATAN DAN PERINCIAN TEKHNIS
LAMPU-LAMPU DAN SOSOK-SOSOK BENDA
POSITIONING AND TECHNICAL DETAILS
OF
LIGHTS AND SHAPES
1. Definisi istilah “tinggi di atas badan” berarti
ketinggian di atas geladak jalan terus yang paling
atas. Ketinggian ini harus diukur dari kedudukan
tegak lurus di bawah tempat lampu.
2. Penempatan dan pemidahan lampu-lampu secara
tegak,
a.Di kapal tanaga yang panjangnya 20 meter atau
lebih lampu-lampu harus titempatkan sebagai
berikut;
i. Lampu tiang depan, jika hanya dipasang
satu lampu, maka lampu tersebut, pada
ketinggian di atas badan tidak kurang dari
6 meter, maka ketinggiannya di atas badan
tidak kurang dari lebar tersebut, tetapi
sekalipun demikian lampu itu tidak perlu
ditempatkan pada ketinggian lebih dari 12
meter.
ii. Apabila dipasamg 2 lampu tiang maka
lampu yang dibelakang sekurang-
kurangnya 4.5 meter tegak lurus lebih
tinggi daripada yang di depan.
Pemisahan secara tegak lampu-lampu tiang kapal-
kapal tenaga harus sedemikian rupa, sehingga dalam
segala keadaan trim biasa, lampu belakang akan
terlihat di atas dan terpisah dari lampu depan, pada
jarak 1000 meter dari tinggi muka jika dilihat dari
permukaan laut.
“t” tidak kurang dari 6 m, bila lebar
kapal lebih dari 6 m “t”-lebar kapal
tetapi tidak perlu melebihi 12 m.
P = 20 m atau lebih
Gb.36 Posisi tegak dari lampu-lampu tiang
Lampu kapal tenaga yang panjangnya 12 meter tetapi
kurang dari 20 meter harus ditempatkan pada
ketinggian di atas tutup tajuk tidak kurang dari 20
meter.
Apabila aturan-aturan mensyaratkan pemasangan dua
atau tiga lampu yang bersusun tegak, maka lampu-
lampu ini harus diberi jarak sebagai berikut:
1. Di kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih,
lampu-lampu demikian harus dipisahkan tidak
kurang dari 2 meter dan lampu yg terendah,
kecuali dimana diisyaratkan lampu tunda, tidak
kurang dari 4 meter diatas badan.
2. Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter,
lampu-lampu demikian harus dipisahkan tidak
kurang dari 1 meter dan lampu yang terendah,
kecuali dimana di isyaratkan lampu tunda, tidak
kurang dari 2 meter di atas.
3. Apabila dipasang tiga lampu, maka lampu-lampu
itu harus dipisahkan dengan jarak yang sama.
SOSOK LAMPU2
1. Kapal tenaga sedang menunda dengan :
- panjang kapal >= 50 m
- panjang tundaan >200 m
2. Kapal layar yang sedang berlayar yang juga
menggunakan mesin (Aturan 25)
3. Kapal yang sedang mendogol, menangkap
ikan (tarik trol) / (Aturan 26)
4. Kapal yang tidak dapat di olah gerak, kandas
(Aturan 27)
5. Kapal keruk
6. Kapal ranjau
7. Kapal yang terkendala oleh saratnya (Aturan
28)
8. Kapal pandu (Aturan 29)
9. Kapal yg terbatas kemampuan OG nya
kurang dari 2 meter dan lampu yg terendah,
kecuali dimana diisyaratkan lampu tunda, tidak
kurang dari 4 meter diatas badan.
2. Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter,
lampu-lampu demikian harus dipisahkan tidak
kurang dari 1 meter dan lampu yang terendah,
kecuali dimana di isyaratkan lampu tunda, tidak
kurang dari 2 meter di atas.
3. Apabila dipasang tiga lampu, maka lampu-lampu
itu harus dipisahkan dengan jarak yang sama.
SOSOK LAMPU2
1. Kapal tenaga sedang menunda dengan :
- panjang kapal >= 50 m
- panjang tundaan >200 m
2. Kapal layar yang sedang berlayar yang juga
menggunakan mesin (Aturan 25)
3. Kapal yang sedang mendogol, menangkap
ikan (tarik trol) / (Aturan 26)
4. Kapal yang tidak dapat di olah gerak, kandas
(Aturan 27)
5. Kapal keruk
6. Kapal ranjau
7. Kapal yang terkendala oleh saratnya (Aturan
28)
8. Kapal pandu (Aturan 29)
9. Kapal yg terbatas kemampuan OG nya

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Gyro compass - kompas gasing
Gyro compass - kompas gasingGyro compass - kompas gasing
Gyro compass - kompas gasingGunawan Manalu
 
Prosedur darurat
Prosedur daruratProsedur darurat
Prosedur daruratMayeng Coey
 
Sistem keamanan dan keselamatan kapal
Sistem keamanan dan keselamatan kapalSistem keamanan dan keselamatan kapal
Sistem keamanan dan keselamatan kapalANGGI ANGGARA MALIK
 
Ukuran utama makalah
Ukuran utama makalahUkuran utama makalah
Ukuran utama makalahSurya Wardana
 
1 hardjanto pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...
1 hardjanto   pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...1 hardjanto   pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...
1 hardjanto pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...Didik Purwiyanto Vay
 
KELAIKLAUTAN KAPAL DAN DOKUMENTASI KAPAL
KELAIKLAUTAN KAPAL DAN DOKUMENTASI KAPALKELAIKLAUTAN KAPAL DAN DOKUMENTASI KAPAL
KELAIKLAUTAN KAPAL DAN DOKUMENTASI KAPALBeny Jackson Maliota
 
Sistem Navigasi hiperbola
Sistem Navigasi hiperbolaSistem Navigasi hiperbola
Sistem Navigasi hiperbolaGunawan Manalu
 
Kd 2 bagian bagian kapal
Kd 2 bagian bagian kapalKd 2 bagian bagian kapal
Kd 2 bagian bagian kapalrobert hokoyoku
 
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaranisetiawa1
 
Ilmu pelayaran datar
Ilmu pelayaran datarIlmu pelayaran datar
Ilmu pelayaran datarAika Hartini
 
CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010 ...
CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010          ...CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010          ...
CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010 ...Akbar Yahya Yogerasi
 
Bahan Ajar & Ujian Keahlian Pelaut STIP Jakarta
Bahan Ajar & Ujian Keahlian Pelaut STIP JakartaBahan Ajar & Ujian Keahlian Pelaut STIP Jakarta
Bahan Ajar & Ujian Keahlian Pelaut STIP JakartaAkmad Yani Ridzani
 

Was ist angesagt? (20)

Man Over Board Drill
Man Over Board DrillMan Over Board Drill
Man Over Board Drill
 
Communication on board the Ship
Communication on board the ShipCommunication on board the Ship
Communication on board the Ship
 
SOPEP LESSONS
SOPEP LESSONSSOPEP LESSONS
SOPEP LESSONS
 
Gyro compass - kompas gasing
Gyro compass - kompas gasingGyro compass - kompas gasing
Gyro compass - kompas gasing
 
Prosedur darurat
Prosedur daruratProsedur darurat
Prosedur darurat
 
Sistem keamanan dan keselamatan kapal
Sistem keamanan dan keselamatan kapalSistem keamanan dan keselamatan kapal
Sistem keamanan dan keselamatan kapal
 
Ukuran utama makalah
Ukuran utama makalahUkuran utama makalah
Ukuran utama makalah
 
Colregs 1972
Colregs 1972Colregs 1972
Colregs 1972
 
1 hardjanto pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...
1 hardjanto   pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...1 hardjanto   pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...
1 hardjanto pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...
 
RADAR ARPA.ppt
RADAR ARPA.pptRADAR ARPA.ppt
RADAR ARPA.ppt
 
KELAIKLAUTAN KAPAL DAN DOKUMENTASI KAPAL
KELAIKLAUTAN KAPAL DAN DOKUMENTASI KAPALKELAIKLAUTAN KAPAL DAN DOKUMENTASI KAPAL
KELAIKLAUTAN KAPAL DAN DOKUMENTASI KAPAL
 
Kepelautan1
Kepelautan1Kepelautan1
Kepelautan1
 
Sistem Navigasi hiperbola
Sistem Navigasi hiperbolaSistem Navigasi hiperbola
Sistem Navigasi hiperbola
 
Kd 2 bagian bagian kapal
Kd 2 bagian bagian kapalKd 2 bagian bagian kapal
Kd 2 bagian bagian kapal
 
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
 
Ilmu pelayaran datar
Ilmu pelayaran datarIlmu pelayaran datar
Ilmu pelayaran datar
 
ISPS Code
ISPS CodeISPS Code
ISPS Code
 
CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010 ...
CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010          ...CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010          ...
CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010 ...
 
FIRE SAFETY SYSTEM
FIRE SAFETY SYSTEMFIRE SAFETY SYSTEM
FIRE SAFETY SYSTEM
 
Bahan Ajar & Ujian Keahlian Pelaut STIP Jakarta
Bahan Ajar & Ujian Keahlian Pelaut STIP JakartaBahan Ajar & Ujian Keahlian Pelaut STIP Jakarta
Bahan Ajar & Ujian Keahlian Pelaut STIP Jakarta
 

Ähnlich wie P2TL LENGKAP

Soal ant ii dinas jaga
Soal ant ii dinas jagaSoal ant ii dinas jaga
Soal ant ii dinas jagaIrwanJaya7
 
1. Rule – 2 RESPONSIBILITY ANY SHIP THE OWNER.pdf
1. Rule – 2 RESPONSIBILITY ANY SHIP  THE OWNER.pdf1. Rule – 2 RESPONSIBILITY ANY SHIP  THE OWNER.pdf
1. Rule – 2 RESPONSIBILITY ANY SHIP THE OWNER.pdfLastriAni1
 
TUBRUKAN .pptx
TUBRUKAN .pptxTUBRUKAN .pptx
TUBRUKAN .pptxahmadznal
 
Presentation Olah Gerak - Single Buoy Mooring.pptx
Presentation Olah Gerak - Single Buoy Mooring.pptxPresentation Olah Gerak - Single Buoy Mooring.pptx
Presentation Olah Gerak - Single Buoy Mooring.pptxfajarnugraha091193
 
Kelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikananKelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikananbachrisb
 
Laut territorial_hukum internasional
Laut territorial_hukum internasionalLaut territorial_hukum internasional
Laut territorial_hukum internasionalMohammad Taufan
 
MAKALAH-OLAH-GERAK.docx
MAKALAH-OLAH-GERAK.docxMAKALAH-OLAH-GERAK.docx
MAKALAH-OLAH-GERAK.docxIppang4
 
Kepedulian lingkungan
Kepedulian lingkunganKepedulian lingkungan
Kepedulian lingkunganMayeng Coey
 
PPT KELOMPOK 3 .pptx
PPT KELOMPOK 3 .pptxPPT KELOMPOK 3 .pptx
PPT KELOMPOK 3 .pptxahmadznal
 
6 benny dan mudiyanto pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar
6 benny dan mudiyanto   pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar6 benny dan mudiyanto   pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar
6 benny dan mudiyanto pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayarDidik Purwiyanto Vay
 
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyahPENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyahYuliansyah Haroni
 
Harbour Facility.pptx
Harbour Facility.pptxHarbour Facility.pptx
Harbour Facility.pptxssuser9137ac
 
7. fender dan alat penambat
7. fender dan alat penambat7. fender dan alat penambat
7. fender dan alat penambatOkiDwipriyatno
 

Ähnlich wie P2TL LENGKAP (15)

Soal ant ii dinas jaga
Soal ant ii dinas jagaSoal ant ii dinas jaga
Soal ant ii dinas jaga
 
1. Rule – 2 RESPONSIBILITY ANY SHIP THE OWNER.pdf
1. Rule – 2 RESPONSIBILITY ANY SHIP  THE OWNER.pdf1. Rule – 2 RESPONSIBILITY ANY SHIP  THE OWNER.pdf
1. Rule – 2 RESPONSIBILITY ANY SHIP THE OWNER.pdf
 
TUBRUKAN .pptx
TUBRUKAN .pptxTUBRUKAN .pptx
TUBRUKAN .pptx
 
Presentation Olah Gerak - Single Buoy Mooring.pptx
Presentation Olah Gerak - Single Buoy Mooring.pptxPresentation Olah Gerak - Single Buoy Mooring.pptx
Presentation Olah Gerak - Single Buoy Mooring.pptx
 
Kelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikananKelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikanan
 
Laut territorial_hukum internasional
Laut territorial_hukum internasionalLaut territorial_hukum internasional
Laut territorial_hukum internasional
 
PORT STATE CONTROL TRAINING
PORT STATE CONTROL TRAININGPORT STATE CONTROL TRAINING
PORT STATE CONTROL TRAINING
 
MAKALAH-OLAH-GERAK.docx
MAKALAH-OLAH-GERAK.docxMAKALAH-OLAH-GERAK.docx
MAKALAH-OLAH-GERAK.docx
 
Kepedulian lingkungan
Kepedulian lingkunganKepedulian lingkungan
Kepedulian lingkungan
 
Pelabuhan by arizki
Pelabuhan by arizkiPelabuhan by arizki
Pelabuhan by arizki
 
PPT KELOMPOK 3 .pptx
PPT KELOMPOK 3 .pptxPPT KELOMPOK 3 .pptx
PPT KELOMPOK 3 .pptx
 
6 benny dan mudiyanto pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar
6 benny dan mudiyanto   pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar6 benny dan mudiyanto   pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar
6 benny dan mudiyanto pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar
 
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyahPENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
 
Harbour Facility.pptx
Harbour Facility.pptxHarbour Facility.pptx
Harbour Facility.pptx
 
7. fender dan alat penambat
7. fender dan alat penambat7. fender dan alat penambat
7. fender dan alat penambat
 

Mehr von sapriyun sihotang

Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...
Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...
Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...sapriyun sihotang
 
Dukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapang
Dukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapangDukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapang
Dukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapangsapriyun sihotang
 
Bupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus Yamaha
Bupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus YamahaBupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus Yamaha
Bupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus Yamahasapriyun sihotang
 
BIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKAN
BIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKANBIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKAN
BIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKANsapriyun sihotang
 
Surat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.Pi
Surat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.PiSurat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.Pi
Surat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.Pisapriyun sihotang
 
Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.
Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.
Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.sapriyun sihotang
 
44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKANsapriyun sihotang
 
43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKANsapriyun sihotang
 
DOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANG
DOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANGDOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANG
DOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANGsapriyun sihotang
 
Permen kp-nomor-35-tahun-2015-tentang-sistem-dan-sertifikasi-ham-
Permen kp-nomor-35-tahun-2015-tentang-sistem-dan-sertifikasi-ham-Permen kp-nomor-35-tahun-2015-tentang-sistem-dan-sertifikasi-ham-
Permen kp-nomor-35-tahun-2015-tentang-sistem-dan-sertifikasi-ham-sapriyun sihotang
 
Rencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARAT
Rencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARATRencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARAT
Rencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARATsapriyun sihotang
 
Format persuratan sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Format persuratan sertifikasi Awak Kapal PerikananFormat persuratan sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Format persuratan sertifikasi Awak Kapal Perikanansapriyun sihotang
 
Modul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Modul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal PerikananModul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Modul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal Perikanansapriyun sihotang
 
sop sertifikasi awak kapal perikanan
sop sertifikasi awak kapal perikanansop sertifikasi awak kapal perikanan
sop sertifikasi awak kapal perikanansapriyun sihotang
 

Mehr von sapriyun sihotang (15)

Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...
Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...
Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...
 
Dukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapang
Dukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapangDukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapang
Dukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapang
 
Bupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus Yamaha
Bupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus YamahaBupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus Yamaha
Bupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus Yamaha
 
BIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKAN
BIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKANBIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKAN
BIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKAN
 
Surat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.Pi
Surat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.PiSurat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.Pi
Surat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.Pi
 
Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.
Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.
Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.
 
44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
 
43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
 
DOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANG
DOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANGDOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANG
DOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANG
 
Permen kp-nomor-35-tahun-2015-tentang-sistem-dan-sertifikasi-ham-
Permen kp-nomor-35-tahun-2015-tentang-sistem-dan-sertifikasi-ham-Permen kp-nomor-35-tahun-2015-tentang-sistem-dan-sertifikasi-ham-
Permen kp-nomor-35-tahun-2015-tentang-sistem-dan-sertifikasi-ham-
 
Profil SMKN 2 Ketapang
Profil SMKN 2   Ketapang  Profil SMKN 2   Ketapang
Profil SMKN 2 Ketapang
 
Rencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARAT
Rencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARATRencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARAT
Rencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARAT
 
Format persuratan sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Format persuratan sertifikasi Awak Kapal PerikananFormat persuratan sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Format persuratan sertifikasi Awak Kapal Perikanan
 
Modul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Modul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal PerikananModul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Modul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal Perikanan
 
sop sertifikasi awak kapal perikanan
sop sertifikasi awak kapal perikanansop sertifikasi awak kapal perikanan
sop sertifikasi awak kapal perikanan
 

Kürzlich hochgeladen

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMRiniGela
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 

P2TL LENGKAP

  • 1. ATURAN 1 PENERAPAN APPLICATION a.Aturan-aturan ini berlaku bagi semua kapal di laut bebas dan semua perairan yang ada hubungan dengannya yang dapat dilayari oleh kapal-kapal laut. b. Tidak ada satupun dalam aturan-aturan ini yang menghalangi berlakunya aturan-aturan khusus yang dibuat oleh pihak yang berwenang atas Bandar-bandar, pelabuhan-pelabuhan, sungai- sungai, danau-danau atau perairan-perairan pedalaman yang berhubungan dengan laut bebas yang dapat dilayari oleh kapal-kapal laut. c.Tidak ada dalam aturan-aturan khusus manapun yang dibuat oleh pemerintah setiap nagara yang berhubungan dengan kedudukan atau lampu-lampu isyrat atau isyarat-isyarat suling tambahan bagi kapal-kapal perang, dan kapal-kapal dalam konvoi dan kapal nelayan yang sedang manangkap ikan yang merupakan suatu armada. Kedudukan dari lampu-lampu isyarat, sosok benda atau isyarat- isyarat suling tambahan ini, sedapat mungkin harus sedemikian rupa sehingga tidak akan dikelirukan dengan lampu atau isyarat apapun yang diharuskan dalam aturan-aturan ini. d. Bagan-bagan pemisah lalu lintas dapat disyahkan oleh organisasi untuk maksud aturan-aturan ini. e.Manakala pemerintah yang bersangkutan berpendapat bahwa kapal konstruksi atau kegunaan khusus tidak dapat memenuhi ketentuan dari aturan-aturan ini sehubungan dengan jumlah, jarak atau busur tampak lampu-lampu atau sosok- sosok benda, maupun penempatan dari cirri-ciri atau isyarat bunyi, tanpa menghalangi tugas khusus kapal-kapal itu, maka kapal yang demikian itu harus memenuhi ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan jumlah, tempat, jarak atau busur tampak lampu-lampu atau sosok-sosok benda manapun yang berhubungan denga penempatan dan cirri-ciri alat isyarat bunyi, sebagaimana ditentukan oleh pemerintahnya, yang semirip mungkin dengan aturan-aturan ini, bagi kapal-kapal yang bersangkutan. Penjelasan Aturan 1 Jelas bahwa aturan ini berlaku bagi semua kapal dan termasuk juga semua pesawat terbang laut yang sedang berada di laut lepas dan semua perairan yang ada hubungannya dengan laut lepas asalkan perairan itu dapat dilayari oleh kapal laut. Aturan ini termasuk kapal terbang laut sesuai bunyi aturan (3a). Tetapi aturan-aturan ini tidak berlaku diperairan yang mempunyai aturan khusus yang dibuat oleh pejabat setempat meskipun perairan itu dapat dilayari oleh kapal dan ada hubungannya dengan laut lepas. Namun demikian aturan-aturan khusus itu harus dibuat sesuai atau semirip mungkin dengan aturan internasional. Jadi aturan internasional ini juga berlaku diperairan territorial suatu Negara sepanjang tidak termasuk daerah yang diberi rambu sebagai batas berlakunya aturan pedalaman. 1(c) Disebutkan bahwa kapal-kapal perang, kapal dalam konvoi dan kapal-kapal ikan dalam Gugusan armada (umpamanya trawler di samudera atlantic), berhasil memasang lampu- lampu tambahan dan isyarat khusus dan kapal- kapal niaga biasa diwajibkan memperhatikan tanda-tanda pengenal ini, asalkan jangan sampai terjadi kesalah pahamaman dan pemerintah mangumumkannya secara resmi melalui NTM atau BPI. 1(d) Bagian ini memberikan kekuasaan kepada organisasi dimana dalam hal ini yang dimaksud adalah IMO untuk mengakui adanya bagian pemisah alur lalu-lintas yang tersebut dalam aturan-10. Bagan pemisah lalu lintas atau dalam bahasa inggrisnya Traffic Separation Scheme disingkat TSS yang ditetapkan oleh IMO sebagai berikut : Suatu bagan yang memisahkan lalu lintas yang arahnya saling berlawanan atau hamper berlawanan. 1(e) Ini sekarang berlaku bagi semua kapal yang bentuk atau konstruksinya khusus sehinggaTidak diharuskan bagi kapal-kapal Angkatan Bersenjata. Pembebasan atau keringanan juga diperluas bagi isyarat-isyarat bunyi dan tambahan lampu-lampu dan sosok benda. Lampu-lampu kapal perang Kapal-kapal induk menempatkan lampu tiangnya tidak di bagian tengah kapal (gb 1) karena anjungan komandonya terlatak di sisi lambung kanan. Di laut terbuka lampu-lampu lambungnya dipasang di tepi atau sampimg anjungan, maka nampak bahwa lampu tiangnya tidak berada di tengah-tengah lampu lambungnya. Akan tetapi dengan keamanan agar kapal lain mengetahui lebarnya, jika kapal induk itu memasuki perairan yang ramai, lampu lambung kiri atau lampu lambung merahnya dipasang di sisi lambung luar sebelah kiri. Dengan demikian maka dari jauh akan nampak bahwa lampu tiangnya tidak terletak di tengah-tengah antara kedua lampu lambungnya. Dengan cara ini maka lampu lampu lambung dan tiang kapal perang dan kapal terbang yang mempunyai bentuk khusus boleh menyimpang dari peraturan, namun demikian harus diusahakan semirip mungkin agar tidak membingungkan kapal-kapal lain yang melihatnya. Gambar: ATURAN 2 TANGGUNG JAWAB RESPONSIBILITY a.Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini akan membebaskan tiap kapal atau pemiliknya, Nakhoda atau awak kapalnya, atas akibat-akibat setiap kelalaian untuk memenuhi aturan-aturan ini atau atas kelalaian terhadap setiap tindakan berjaga-jaga yang dipandang perlu menurut kebiasaan seorang pelaut atau terhadap keadaan- keadaan khusus di mana kapal berada. b. Dalam menafsirkan dan memenuhi aturan- aturan ini, harud benar-benar memperhatikan Semua bahaya navigasi dan bahaya tubrukan serta setiap keadaan khusus termasuk keterbatasan- katerbatasan dari kapal-kapal yang terlibat, yang dapat memaksa menyimpang dari aturan-aturan ini untuk menghindari bahaya mendadak. Penjelasan Aturan 2 Aturan 2(a) dan 2(b) ini merupakan petunjuk. Maksudnya agar dicapai keamanan setinggi mungkin bagi kapal dan orang-orang dan muatannya. Ketentuan yang ada merupakan ketentuan umum yang semuanya berlaku untuk setiap keadaan. Dalam keadaan memenuhi hal-hal yang istimewa atau khusus maka harus dilakukan suatu tindakan berjaga-jaga yang logis dan tepat menurut apa yang harus dilakukan oleh seorang pelaut yang baik. Betapa pentingnya aturan ini terlihat dalam jalannya pengusutan perkara tubrukan, dimana selalu ditekankan adanya ketidakwaspadaan terhadap tindakan berjaga jaga yang diharuskan, yaitu : “Tindakan berjaga-jaga yang diperlukan berdasarkan pelaut yang baik atau keadaan khusus”. Beberapa contoh mengenai tindakan berjaga-jaga yang diisyaratkan oleh tindakan pelaut yang, atau keaadan khusus adalah sebagai berikut: 1. Sebuah kapal yang sedang berlayar harus menyimpangi kapal lain yang sedang berlabuh berlabuh berdasarkan kecakapan pelaut. Akan tetapi kapal yang sedang berlayar atau berhenti tidak perlu menyimpangi kapal lain, kecuali kapal lain itu tidak dapat mengolah gerak dan memperlihatkan tanda- tanda, maka dia harus mengikuti aturan. 2. Apabila kapal itu berlabuh, maka harus berbuat sedemikian rupa tanpa harus membahayakan kapal lain yang mungkin akan bernavigasi didekatnya. Dia tdk boleh berlabuh terlalu dekat dengan kpl lain. Panjang rantainya harus sesuai dgn keadaan sekitarnya & bilamana perlu dipergunakan jangkar yg kedua. 3. Pada waktu kabut tebal, maka sebuah kapal tanpa radar, tidak untuk berlayar sama sekali, akan tetapi harus berlabuh, bilamana hal itu dapat dilakukannya dengan aman. 4. Bila dua kapal saling mendekat pada sebuah tikungan yang sukar dan sungai yang berarus, maka menjadi kewajiban kapal yang melawan aruslah untuk menunggu kapal lain untuk melewati tikungan lebih dahulu. 5. Pengaruh perairan dangkal harus diperhitungkan. Sebuah kapal yang berkecepatan tinggi, di atas air akan menimbulkan medan tekanan yang semakin besar bila aliran air disekitar kapal itu terhalang. Dibawah kapal, akan terjadi perubahan trim, kemuka atau kebelakang, tergantung pada keadaan sekitarnya. Bila kedalaman air kurang dari satu setengah dari sarat kapalnya, maka pengaruh ini semakin nampak. Bila yang dangkal hanya di satu sisi saja, maka medan tekanan akan menyebabkan kapal akan membelok dari ambang itu dan dapat menimbulkan bahaya tubrukan apabila ada kapal lain yang berpapasan terlalu dekat. Gaya yang saling mempengaruhi antara dua kapal, juga akan lebih besar di perairan dangkal. 6. Pada aturan -10 hanya berlaku untuk pemisaham alur lintas yang disyahkan oleh organisasi. Sebelum diakui oleh IMCO maka harus disyahkan dulu oleh siding yang diadakan setiap dua tahun. Namun demikian dalam keadaan penting dan mendasar suatu pemerintah dapat membuat pemisahan alur lalu lintas yang baru atau tambahan yang sudah ada sebelum diakui oleh IMCO. Antara aturan 2(a) dengan 2(b) seolah-olah bertentangan dimana aturan 2(a) wajib memenuhi aturan sedangkan 2(b) boleh menyimpang dari aturan. Sebenarnya penyimpangan yang dimaksud adalah harus berdasarkan untuk menghindari tubrukan dan bahaya navigasi. Untuk menghindari bahaya tubrukan, maka dianjurkan untuk selalu mengikuti Aturan-aturan yang bersangkutan seteliti mungkin. Tetapi bila dua kapal saling berdekatan sedemikian rupa sehingga apabila mengikuti aturan justru akan menimbulkan bahaya tubrukan dan bahaya mendadak, maka menurut aturan 2(b) ini diharuskan menyimpangi aturan yang ada untuk menghindari tubrukan. Jadi : “Menyimpang dari aturan yang ada, dalam keadaan khusus dan dalam keadaan adanya bahaya mendadak, merupakan keharusan secara hokum”. Selama tidak adanya bahaya mendadak, harus selalu mengikuti aturan-aturan pencegahan tubrukan di laut. “Maksud dari diadakannya aturan 2(b) ini ialah agar pada keadaan khusus tidak mengikuti aturan yang ada secara buta”. Apakah ada bahaya yang mendadak atau tidak, dalam praktek sukar untuk menentukannya. Untuk dapat menyimpang dari aturan-aturan yang ada, haruslah sangat hati-hati karena hal itu harus dapat dipertanggung jawabkan dengan alasan-alasan sebagai berikut: 1. Bila melaksanakan aturan yang ada, justru akan menimbulkan tubrukan. 2. Olah gerak yang dilakukan harus wajar, dan dapat mehindarkan tubrukan. 3. Tindakan berjaga-jaga yg diambil hrs sesuai dengan syarat-syarat yang ada. Harus selalu waspada dan selalu siap memenuhi keadaan-keadaan sebagai berikut: 1. Semua bahaya navigasi dan tubrukan 2. Keadaan-keadaan khusus 3. Kemampuan olah gerak yang terbatas dari kapal-kapal Gambar 2(a) B A C Ket: A harus, terhadap B mempertahankan haluannya dan menyimpang C. Bagaimanapun A harus membelok ke kanan dan lewat di be- lakang C, kemudian kalau perlu mengurangi kecepatan, atau berhenti dan memberi jalan terhadap C. B harus, menyimpang A dan C, B harus membelok ke kanan melewati di belakang A dan C, kalau perlu mengurangi kecepatan atau gambar 2(a) berhenti, dan memberikan jalan bagi A dan C. C harus, mempertahankan haluan dan lajunya. Bahaya navigasi itu antara lain, melewati hujan, angina, badai pasir, hujan abu, perairan yang dangkal, gunung es, kerangka kapal. Kalau dua kapal dalam kabut saling melihat maka keduanya harus saling melakukan tindakan untuk menghindari bahaya tubrukan. Sebuah kapal yang dalam keadaan biasa harus mempertahankan haluan dam kecepatannya, dalam keadaan khusus harus menyimpang dari aturan untuk menghindari bahaya mendadak. Juga sebuah kapal yang terhadap kapal lain harus mempertahankan haluan dan lajunya sedangkan terhadap kapal lain lagi harus menyimpangi. (Gambar 2a) Umpama dua kapal bertenaga berhaluan berlawanan, Kedua kapal berdasarkan aturan harus menyimpang Ke kanan masing-masing. Jika A berbuat demikian maka akan menimbulkan bahaya kandas. Dalam hal ini A tidak membelok ke kanan, dan menyimpang dari aturan, dari jauh sudah jauh sudah membelok ke kiri dan dilakukan secara jelas, sehingga B aman atau A mengurangi kecepatan nya dengan jelas dan membiarkan B saja yang membelok ke kanan. Gambar 2b A B Keadaan khusus umpanya kalau bertemu dengan iring-iringan kapal perang atau konvoi atau mendekati sebuah kapal induk, atau waktu melakukan olah gerak untuk menolong orang jatuh ke laut, karena peril olah gerak yang menyimpang dari aturan (gambar 2d). Pada waktu mengambil pandu sebetulnya tidak boleh dianggap sebagai suatu keadaan khusus. Tergantung keadaan olah geraknya, harus waspada dan hati-hati. Apabila ada bahaya tubrukan harus dilakukan tindakan yang menguntungkan dan tepat berdasarkan kecakapan pelaut yang baik. Pada waktu bertemu dengan iring-irngan kapal perang atau mendekati kapal induk merupakan “keadaan khusus” hingga harus menyimpangi dan dengan jelas dan waktu yang cukup membelok. ATURAN 3 DEFINISI-DEFINISI UMUM GENERAL DEFINITION Untuk maksud Aturan-aturan ini, kecuali di dalamnya diisyaratkan lain : a. Kata “kapal” mencakup setiap jenis kendaraan air, termasuk kapal tanpa benaman (displasment) dan pesawat terbang laut, yang digunakan atau dapat digunakan sebagai sarana angkutan di air. b. Istilah “kapal tenaga” berarti setiap kapal yang digerakkan dengan mesin. c. Istilah “kapal layer” berarti setiap kapal yang sedang berlayar dengan menggunakan layer, dengan syarat bahwa mesin penggeraknya bila ada tidak digunakan. d. Istilah “kapal yang sedang menangkap ikan” berarti setiap kapal yang menangkap ikan dengan jaring, tali, pukat atau alat penangkap ikan lainnya yang membatasi olah geraknya, tetapi tidak meliputi kapal yang menangkap ikan dengan tali pancing atau alat penangkap ikan lainnya yang tidak membatasi kemampuan mengolah gerak di air. e. Kata “paswat terbang laut” mencakup setiap pesawat terbang yang dibuat untuk mengolah gerak di air. f. Istilah “kapal yang tidak terkendalikan” berarti kapal yang karena sesuatu keadaan istimewa tidak mampu mrngolah gerak seperti yang diisyaratkan oleh aturan-aturan ini dan karenanya tidak mampu menyimpangi kapal lain. g. Istilah “kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas” berarti kapal yang karena sifat pekerjaannya mengakibatkan kemampuannya untuk mengolah gerak seperti diisyaratkan oleh aturan-aturan ini menjadi terbatas dan karenanya tidak mampu menyimpangi kapal lain. Kapal-kapal berikut harus dianggap sebagai kapal- kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, kapal yang digunakan memasang, merawat atau mengangkat merkah navigasi kapal atau pipa laut ; i. kapal yang melakukan kegiatan pengerukan, penelitian atau pekerjaan-pekerjaan dibawah air ii. kapal yang melakukan pengisian atau memindahkan orang-orang, perbekalan atau muatan pada waktu sedang berlayar iii. kapal yang sedang meluncurkan atau sedang mendaratkan kembali pesawat terbang iv. kapal yang melakukan kegiatan pembersihan ranjau v. kapal yang menunda sedemikian rupa sehingga menjadikan tidak mampu untuk menyimpang dari haluannya h. Istilah “kapal yang terkendala oleh syaratnya” berarti kapal tenaga yang karena saratnya terhadap kedalaman air dan lebar perairan yang dapat dilayari mengakibatkan kemampuan olah geraknya untuk menyimpang dari garis haluan yang menjadi terbatas sekali. i. Istilah “sedang berlayar” berarti bahwa kapal tidak berlabuh jangkar, atau diikat pada daratan atau kandas. j. Kapal-kapal yang harus dianggap melihat satu sama lain hanya apabila kapal yang satudapat dilihat dengan visual oleh kapal lainnya. k. Istilah penglihatan terbatas berarti setiap keadaan dalm mana daya tampaknya dibatasioleh kabut, halimun, hujan salju, hujan badai, badai pasir atau setiap sebab lain yang serupa dengan itu. BAGIAN B ATURAN-ATURAN MENYIMPANG DAN BERLAYAR SEKSI 1 SIKAP KAPAL-KAPAL DALAM SETIAP KEADAAN PENGLIHATAN ATURAN 4 PENERAPAN APPLICATION Aturan-aturan dalam seksi ini berlaku dalam setiap keadaan penglihatan. ATURAN 5 PENGAMATAN LOOK OUT Tiap kapal harus senantiasa melakukan pengamata yang layak, baik dengan penglihatan dan pendengaran maupun dengan semua sarana tersedia yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada sehingga dapat membuat penilaian sepenuhnya terhadap situasi dan bahaya tubrukan. ATURAN 6 KECEPATAN AMAN SAFE SPEED Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman, sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil untuk menghindari tubrukan dan dapat dihentikan dalam jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada dalam menentukan
  • 2. kecepatan aman, factor-faktor berikut termasuk factor-faktor yang harus diperhitungkan, a. Oleh semua kapal i. tingkat penglihatan ii. kepadatan lalu lintas termasuk pemusatan kapal-kapal ikan atau kapal-kapal lain iii. kemampuan olah gerak kapal, khususnya yang berhubungan dengan jarak henti dan kemampuan berputar iv. pada malam hari, terdapatnya cahaya latar belakang, misalnya lampu-lampu dari daratan atau pantulan lampu-lampu sendiri v. sarat sehubungan dengan kedalaman air yang ada b. Tambahan bagi kapal-kapal yang radarnya dapat bekerja dengan baik i. cirri-ciri efisiensi dan keterbatasan pesawat radar ii. setiap kendala yang timbul oleh skala jarak radar yang dipakai iii. pngaruh keadaan laut, cuaca & sumber2 gangguan lain pd penggunaan radar iv. kemungkinan bahwa kapal-kapal kecil, gunung es dan benda-benda terapung lainnya tidak dapat ditangkap oleh radar pada jarak yg cukup v. jumlah, posisi dan gerakan kapal-kapal yang tertangkap radar vi. berbagai macam penilaian penglihatan yang lebih tepat yang mungkin didapat bila radar digunakan untuk menentukan jarak kapal- kapal atau benda lain di sekitarnya. ATURAN 7 BAHAYA TUBRUKAN RISK OF COLLISION (a) Setiap kpl hrs menggunakan semua sarana yg tersedia sesuai dgn keadaan dan suasana yang ada untuk menentukan ada atau tidak adanya bahaya tubrukan.Jika timbul keragu2an maka bahaya demikian hrs dianggap ada. (b) Penggunaan pesawat radar harus dilakukan dengan tepat, jika dipasang di kapal dan bekerja dengan baik, termasuk penyimakan jarak jauh untuk memperoleh peringatan dini akan adanya bahaya tubrukan dan pelacakan posisi radar atau pngamatan sistematis yg sepadan atas benda2 yg terindera. (c) Praduga-praduga tidak boleh dibuat berdasarkan keterangan yang sangat kurang khususnya keterangan radar. (a) Dalam menentukan ada atau tidak adanya bahaya tubrukan, pertimbangan pertimbangan berikut ini termasuk pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhitungkan, i. Bahaya demikian harus dianggap ada jika baringan pedoman kapal yang sedang mendekat tidak menunjukkan perubahan yang berarti. ii. Bahaya demikian kadang-kadang mungkin ada, walaupun perubahan baringan yang berarti itu nyata sekali, terutama bilamana sedang mendekati kapal yang sangat besar atau suatu tundaan atau sedang menghampiri sebuah kapal dengan jarak yang dekat sekali. ATURAN 8 TINDAKAN UNTUK MENGHINDARI TUBRUKAN ACTION TO AVOID COLLISION (a) Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari bahaya tubrukan, jika keadaan memungkinkan harus tegas, dilakukan dalam waktu yang cukup lapang dan benar2 memperhatikan syarat-syarat kepelautan yang baik. (b) Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk menghindari tubrukan jika keadaan meng izinkan harus cukup besar shg segera menjadi jelas bagi kpl lain yg sdang mengamati dgn penglihatan atau dgn radar, serangkaian perubahan kecil dr haluan & atau kcepatan hendaknya dihindari. (c) Jika ada ruang gerak yang cukup perubahan haluan saja mungkin merupakan tindakan yang paling berhasil guna untuk menghindari situasi saling mendekat saling merapat, dengan ketentuan bahwa perubahan itu dilakukan dalam waktu cukup dini, bersungguh-sungguh dan tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekat salinh merapat. (d) Tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal lain harus sedemikian rupa sehinga menghasilkan pelewatan dengan jarak aman. Hasil guna tindakan itu harus dikaji dengan seksama sampai kapal yang lain itu pada akhirnya terlewati dan bebas sama sekali. (e) Jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau untuk memberikan waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan, kapal harus mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama sekali dengan memberhentikan atau menjalankam mundur sarana penggegeraknya. (i) Kapal yang oleh aturan ini diwajibkan tidak boleh merintangi jalan atau jalan aman kapal lainnya, bilaman diwajibkan oleh suatu keadaan harus mengambil tindakan sedini mungkin untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi jalan aman kapal lainnya. (ii) Kapal yang diwajibkan untuk tidak merintangi jalannya atau jalan aman kapal lain tidak dibebaskan dari kewajiban ini jika mendekati kapal lain mengakibatkan bahaya tubrukan, dan bila mana akan mengambil tindakan harus memperhatikan tindakan yang diwajibkan oleh aturan-aturan dalam bagian ini. (iii) Kapal yang jalannya tidak boleh dirintangi tetap wajib sepenuhnya untuk melaksanakan aturan-aturan dibagian ini bilamana kedua kapal itu sedang berdekatan satu dengan lainnya yang mengakibatkan bahaya tubrukan. ATURAN 9 ALUR-ALUR PELAYARAN SEMPIT NARROW CHANNELS a. Kapal jika berlayar mengikuti arah alur pelayaran atau air pelayaran sempit harus berlayar sedekat mungkin dengan batas luar alur pelayaran yang terletak disisi lambung kanannya selama masih aman & dapat dilaksanakan. b. Kapal dengan panjang kurang dari 20 meter atau kapal layer tidak boleh berlayar menghalang- halangi jalannya kapal lain yang hanya dapat berlayar dengan aman di dalam alur pelayaran atau air perairan sempit. c. Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh menghalang-halangi jalannya kapal lain yang berlayar di dalam alur pelayaran atau alur pelayaran sempit. d. Kapal tidak boleh memotong air pelayaran sempit atau alur pelayaran, jika asalkan pemotongan demikian itu menghalangi jalannya kapal yang hanya dapat berlayar di alur dengan aman, di dalam alur pelayaran atau air pelayaran demikian itu. Kapal yang disebut belakangan boleh menggunakan isyarat bunyi yang diatur dalam aturan 34(d) jika ragu-ragu mengenai maksud pada kapal yang memotong haluan itu. e. (i) Di alur atau pelayaran sempit jika penyusulan dapat dilaksanakan, hanya jika kapal yang disusul itu melakukan tindakan untuk memungkinkan dilewatinya dengan aman, maka kapal yang bermaksud untuk menyusul harus menunjukkan maksudnya dengan membunyikan isyarat yang sesuai diisyaratkan dalam 9(a). Aturan 34(c)(i) kapal yang disusul itu bila menyetujui harus memperdengarkan isyarat sesuai dengan yang ditentukan di dalam aturan 34(c)(ii) dan mengambil langkah untuk memungkinkan untuk dilewati dengan aman. Jika ragu-ragu boleh membunyikan isyarat-isyarat yang di atur dalam aturan 13. (ii) Aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyusul dari kewajibannya berdasarkan aturan 13. f. Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah pelayaran atau air pelayaran sempit dimana kapal-kapal lain dapat dikaburkan oleh rintangan yg terletak diantaranya, hrs berlayar dengan kewaspadaan dan hati2 & harus mengirangi bunyikan isyarat yg sesuai yg diisyaratkan dalam aturan 34(e). g. Setiap kapal, jika keadaan mengizinkan, harus menghindarkan diri dari berlabuh jangkar di alur pelatyaran sempit. ATURAN 10 TATA PEMISAHAN LALU-LINTAS TRAFFIC SPARATION SCHEMES (a) Aturan ini berlaku bagi Tata Pemisahan Lalu- Lintas yang diterima secara sah oleh Organisasi dan tidak membebaskan setiap kapal dari kewajibannya untuk melaksanakan Aturan lainnya. (b) Kapal yang sedang menggunakan Tata Pemisahan Lalu-Lintas Harus : (i) berlayar di dalam jalur lalu-lintas yang sesuai dengan arah lalu-lintas umum untuk jalur itu (ii) sedapat mungkin tetap bebas dari garis pemisah atau zona pemisah lalu lintas (iii) jalur lalu lintas pada umumnya dimasuki atau ditinggalkan dari ujung jalur, tetapi bilamana tindakan memasuki atau meninggalkan jalur itu dilakukan dari salah satu sisi, tindakan itu harus dilakukan sedemikian rupa hingga membentuk sebuah sudut yang sekecil-kecilnya terhadap arah lalu- lintas umum (c) Sedapat mungkin, kapal harus menghindari memotong jalur-jalur lalu-lintas tetapi jika terpaksa melakukannya, harus memotong dengan haluan sedapat mungkin tegak lurus terhadap arah lalu-lintas umum. (d) (i) Kapal yang berada di sekitar Tata Pemisahan Lalu-Lintas tidak boleh menggunakan zona lalu-lintas dekat pantai bilamana ia dapat menggunakan jalur lalu-lintas yang sesuai dengan aman. Akan tetapi kpl yg panjangnya kurang dr 20 meter kapal layar dan kpl yg sedang menangkap ikan boleh menggunakan zona lalu-lintas dekat pantai. (ii) Lepas dari sub ayat (d) (i), kapal boleh menggunakan zona lalu-lintas dekat pantai bilamana sedang berlayar menuju atau dari sebuah pelabuhan, instalasi atau bangunan lepas pantai, stasiun pandu atau setiap tempat yang berlokasi di dalam zona lalu-lintas dekat pantai atau untuk menghindari bahaya mendadak. (e) Kapal, kecuali sebuah kapal yang sedang memotong atau kapal-kapal yang sedang mema- suki atau sedang meninggalkan jalur, pada umumnya tidak boleh memasuki zona pemisah atau memotong garis pemisah kecuali : (i) dalam keadaan darurat untuk menghindari bahaya mendadak (ii) untuk menangkap ikan dalam zona pemisah (f) Kapal yang sedang berlayar di daerah dekat ujung Tata Pemisahan Lalu Lintas harus berlayar dengan sangat hati-hati. (g) Sedapat mungkin, kapal harus menghindari dirinya berlabuh jangkar di dlm Tata Pemisahan Lalu Lintas atau di daerah-daerah dekat ujung- ujungnya. (h) Kapal yang tidak menggunakan Tata Pemisahan Lalu Lintas harus menghindarinya dengan ambang batas selebar-lebarnya. (i) Kapal yang sedang mrnangkap ikan tidak boleh merintangi jalan setiap kapal lain yang sedang mengikuti jalur lalu lintas. (j) Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal-kapal layar tidak boleh merintangi jalan aman kapal tenaga yang sedang mengikuti jalur lalu lintas. (k) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bilamana sedang melakukan operasi untuk merawat saran keselamatan pelayaran di dalam Tata Pemisahan Lalu Lintas dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi aturan ini karena pentingmya penyelenggaraan operasi itu. (l) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bilamana sedang melakukan operasi untuk meletakkan, memperbaiki atau mengangkat kabel laut, di dalam Tata Pemisahan Lalu Lintas dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi aturan ini sekedar untuk melakukan operasi itu. SEKSI II SIKAP KAPL-KAPAL DALAM KEADAAN SALING MELIHAT ATURAN 11 PENERAPAN APPLICATION Aturan-aturan dalam seksi ini berlaku bagi kapal- kapal yang saling melihat. Penjelasan aturan 11. Aturan 3(k) menyebutkan bahwa kapal-kapal saling melihat apabila kapal yang satu dapat teramati oleh yang lainnya secara visual. Aturan seksi II ini tidak berlaku bagi kapal lain yang terlihat pada layar radar dan akan menimbulkan bahaya tubrukan, tanpa terlihat dengan penglihatan (vidual). ATURAN 12 KAPAL-KAPAL LAYAR SAILING VESSELS a. Apabila dua kapal layar saling mendekat satu sama lain sehingga mengakibatkan bahaya tubrukan salah satu daripadanya harus menyimpangi yang lain dengan cara sebagai berikut : Jika masing-masing mendapat angin pada lambung yang berlainan maka kapal yang mendapat angin dari lambung kiri, harus menyimpangi kapal yang lain. Jika keduanya mendapat lambung yang sama, maka kapal yang berada di atas angin harus Menyimpangi kapal yang berada di bawah angin.Jika kapal yang mendapat angin di lambung kiri melihat kapal yang berada di atas angin dan tidak dapat dipastikan apakah kapal yang lain itu mendapat angina pada lambung kiri atau kanannya, maka ia harus menyimpangi kapal lain. b. Untuk memenuhi maksud-maksud aturan ini yang dimaksud di sini yang berlawanan dengan sisi di mana layar utama, atau bagi sebuah kapal dengan layar segi empat, adalah sisi yang berlawanan dengan sisi di mana layar membujur itu berada. ATURAN 13 PENYUSULAN OVER TAKING a. Lepas dari apapun yang tercantum dalam aturan- aturan Bagian B seksi I dan II, setiap kapal yang sedang menyusul setiap kapal lain, harus menyimpangi jalannya kapal yang sedang disusul. b. Sebuah kapal dianggap sedang menyusul, apabila sedang mendekati kapal lain dari arah lebih dari 22,5 derajat ke belakang dari arah melintangnya, yakni dalam posisi yang sedemikian, sehingga terhadap kapal yang sedang disusul itu pada malam hari ia hanya melihat lampu buritan kapal lain itu, tetapi tidak satupun dari lampu-lampu lambungnya. c. Jika sebuah kapal dalam keragu-raguan apakah ia sedang menyusul kapal lain, ia harus menganggap bahwa demikian halna dan bertindak sesuai. d. Setiap perubahan baringan secara beruntutan antara kedua kapal itu tidakakan menye-babkan kapal yang sedang menyusul itu menjadi sebuah kapal yang menyilang dalam pengertian aturan- aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban- kewajibannya untuk menjauhi kapal yang disusul sampai ia melewatinya dan bebas sama sekali. ATURAN 14 SITUASI BERHADAPAN HEAD ON SITUATION a. Jika dua buah kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan tepat berlawanan atau hampir tepat berlawanan sehingga mengakibatkan bahaya tubrukan, masing-masing harus merubah haluannya ke kanan sedemikian rupa sehingga masing-masing akan berpapasan pada lambung kirinya. b. Situasi semacam ini harus dianggap ada, jika sebuah kapal melihat kapal lainnya tepat atau hampir tepat di depannya dan pada waktu malam hari ia dapat melihat lampu-lampu tiang kapal lain itu segaris dan atau kedua lampu lambung dan pada siang hari melihat aspek yang sama dari kapal itu. c. Jika suatu kapal dalam keraguan apakah terdapat situasi semacam itu, maka harus menganggap bahwa memang demikian halnya dan bertindak semestinya. ATURAN 15 SITUASI MENYILANG CROSSING SITUATION Jika dua buah kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan saling menyilang sehingga dapat menimbulkan bahaya tubrukan, maka kapal yang mendapatkan kapal lain pada lambung kananya harus menyimpang dan jika keadaan mengizinkan harus menghindari untuk memotong di depan kapal lain. ATURAN 16 TINDAKAN OLEH KAPAL YANG MENYIMPANG ACTION BY GIVE -WAY VESSEL Setiap kapal yang diharuskan oleh aturan-aturan ini untuk menyimpangi kapal lain sedapat mungkin mengambil tindakan secara dini dan tegas untuk tetap bebas sama sekali. Penjelasan aturan 16 Sekarang keharusan menyimpang hanya berlaku nagi sebuah kapal tenaga yang melihat kapal lain di sisi kananya (Aturan 15). Keharusan untuk melewati pada jarak aman (Aturan 8d) lebih tepat untuk membatasi kapal melewati kapal lain pada jarak dekat di haluan yang membahayakan. Larangan umum untuk tidak memotong kapal lain di depannya telah diperkenankan sejak akhir abad-19 yang berlaku bagi kapal-kapal layar dan kapal uap dengan kecepatan rendah. Masa kini perbedaan dalam kecepatan dan kemampuan olah gerak diantara kapal- kapal sedemikian besar hingga tidak sesuai lagi untuk mempertahankan larangan dalam situasi umpamanya menyusul atau memotong kapal lain yang tidak dapat diolah gerak. ATURAN 17 TINDAKAN KAPAL LAIN YANG BERTAHAN ACTION BY STAND- ON VESSEL a. (i) Apabila salah satu dari dua buah kapal diharuskan menyimpang,maka kpl yang lainnya harus tetap mempertahankan haluan dan kecepatannya. (ii) Bagaimanapun, kapal yang tersebut belakangan boleh mengambil tindakan untuk menghindari tubrukan dengan olah geraknya sendiri, segera setelah jelas baginya bahwa kapal yang diwajibkan menyimpang tidak mengambil tindakan yang sesuai dalam memenuhi aturan2 ini. b. Bilaman oleh suatu sebab, kapal yang diwajibkan mempertahankan haluan dan kecepatannya mengetahui dirinya berada begitu dekat, sehingga tubrukan tidak dapat dihindari oleh tindakan kapal yang menyimpang itu saja, maka kapal tersebut harus melakukan tindakan sedemikian rupa sehingga akan sangat membantu untuk menghindari tubrukan dengan sebaik- baiknya. c. Kapal tenaga yang bertindak dalam situasi berpotongan sesuai dengan sub ayat (a) (ii) aturan ini, untuk menghindari tubrukan dengan kapal tenaga lain, jika keadaan mengizinkan tidak boleh merubah haluannya ke kiri bagi kapal yang berada dilambung kirinya. d. Aturan-aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyimpang akan kewajibannya untuk menghindari jalan. ATURAN 18 TANGGUNG JAWAB ANTARA KAPAL-KAPAL RESPONSIBILITIES BETWEEN VESSELS Kecuali dalam aturan 9, 10, dan 13 mensyaratkan lain : a. Kapal tenaga yang sedang berlayar harus menghindari jalannya ; (i) kapal yang tidak terkendalikan (ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas (iii) kapal yang sedang menangkap ikan (iv)kapal layar b. Kapal layar sedang berlayar harus menghindari jalannya ; (i) kapal yang tidak terkendali (ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas (iii) kapal yang sedang menangkap ikan c. Kapal yang sedang menangkap ikan yang sedang berlayar, sedapat mungkin menghindari jalannya, (i) kapal yang tidak terkendali (ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas d. (i) Setiap kapal selain kapal yang tidak terkendali atau kemampuan olah geraknya terbatas, jika keadaan mengizinkan, harus menghindari agar tidak menghalangi jalan yang aman bagi kapal yang terkekang oleh saratnya yang memperlihatkan isyarat-isyarat aturan-28
  • 3. (ii) Kapal yang terkekang oleh saratnya harus melakukan navigasi dengan sangat hati-hati dengan memberikan perhatian penuh atas keadaan khusus. e. Pesawat terbang laut di atas air, pada umumnya harus menjauhi semua kapal dan menghindar agar tidak menghalang-halangi navigasi mereka. Dalam keadaan bagaimanapun juga di mana terdapat bahaya tubrukan ia harus memenuhi aturan-aturan dalam bagian ini. SEKSI III SIKAP KAPAL DALAM PENGLIHATAN TERBATAS ATURAN 19 SIKAP KAPAL DALAM PENGLIHATAN TERBATAS CONDUCT OF VESSELS IN RESTRICTED VISIBILITY a. Aturan ini berlaku bagi kapal-kapal yang tidak saling melihat jika sedang bernavigasi di atau dekat suatu daerah dengan penglihatan terbatas. b. Setiap kapal harus bergerak dengan kecepatan aman disesuaikan dengan keadaan-keadaan dan suasana penglihatan terbatas. Kapal tenaga mesinnya harus siap untuk segera mengolah gerak c. Setiap kapal harus memperlihatkan dengan seksama keadaan-keadaan dan suasana penglihatan terbatas yang ada, dalam memenuhi aturan-aturan dari seksi I bagian ini. d. Sebuah kapal yang mendeteksi adanya kapal lain hanya dengan radar saja harus menentukan apakah sedang berkembang keadaan terlalu dekat dan/ atau ada resiko tubrukan. Jika demikian dia harus melakukan tindakan yang demikian itu terdiri dari suatu perubahan haluan, maka sejauh mungkin yang berikut ini harus dihindari : i. Suatu perubahan haluan ke kiri untuk kapal yang berada di muka arah melintang selain daripada kapal yang sedang disusul. ii. Suatu perubahan haluan ke arah kapal tepat melintang atau di belakang arah melintang. e. Kecuali apabila telah yakin bahwa tidak ada bahaya tubrukan, setiap kapal yang mendengar isyarat kabut kapal lain yang menurut pertimbangannya berada di depan arah melintangnya, atau yang tidak dapat menghindari situasi saling mendekat terlalu rapat hingga kapal yang ada di depan arah melintangnya, harus mengurangi kecepatannya serendah mungkin yang dengan kecepatan itu kapal tersebut dapat mempertahankan haluannya. Jika dianggap perlu, kapal itu harus meniadakan kecepatannya sama sekali dan bagaimanapun juga berlayar dengan kewaspadaan khusus hingga bahaya tubrukan telah barlalu. BAGIAN C SOSOK-SOSOK BENDA ATURAN 20 PEMBERLAKUAN APPLICATION a. Aturan-aturan dalam bagian ini harus dipenuhi dalam segala keadaan cuaca. b. Aturan-aturan tentang lampu-lampu harus dipenuhi semenjak saat matahari terbenam sampai matahari terbit, dan selama jangka waktu tersebut lampu-lampu lain tidak boleh diperlihatkan, kecuali lampu-lampu demikian itu tidak terkelirukan dengan lampu-lampu yamg ditetapkan dalam aturan-aturan ini atau tidak melemahkan daya tampak atau sifat khususnya, atau mengganggu pengamatan yang baik. c. Lampu-lampu yang diisyaratkan dalam aturan- aturan ini, jika dipasang, harus juga diperlihatkan sejak saat matahari terbit sampai saat matahari terbenam dalam keadaan penglihatan terbatas dan boleh diperlihatkan dalam semua keadaan lain apabila dianggap perlu. d. Aturan-aturan mengenai sosok benda harus dipenuhi pada siang hari. e. Lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang disebutkan secara terperinci di dalam aturan- aturan ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan Lampiran I peraturan ini. ATURAN 21 DEFINISI a. “Lampu Tiang” berarti lampu putih yang ditempatkan di atas sumbu membujur kapal yang memperlihatkan cahaya yang tidak terputus-putus meliputi busur cakrawala 22,5 derajat dan dipasang sedemikian rupa sehingga memperlihatkan cahaya dari arah lurus ke muka sampai 22,5 derajat lebih ke belakang dari arah melintang pada setiap sisi kapal. b. “Lampu-lampu lambung” berarti lampu hijau di lambung kanan dan merah di lambung kiri masing-masing memperlihatkan cahaya yang tidak terputus meliputi busur cakrawala sebesar 112,5 derajat dan dipasang sedemikian rupa sehingga memperlihatkan cahaya dari arah lurus ke muka sampai 22,5 derajat lebih ke belakang dariarah pada sisi masing-masing. Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, lampu-lampu lambung itu boleh digabungkan dalam satu lentera yang ditempatkan di sumbu di bujue kapal. c. “Lampu buritan” berarti lampu putih yang ditempatkan sedekat mungkin dengan buritan, memperlihatkan cahaya yang tidak terputus-putus yang meliputi busur cakrawala 135 derajat dan dipasang sedemikian rupa hingga memperlihatkan cahaya dari arah lurus ke belakang sampai 67,5 derajat pada masing-masing sisi kapal. d. “Lampu Tunda” berarti lampu kuning yang mempunyai sifat-sifat yang “lampu buritan” yang ditentukan dalam paragraph (c) aturan ini. e. “Lampu Kedip” berate lampu-lampu yang berkedip-kedip dengan teratur dengan frekwensi 120 kedipan atau lebih tiap menit. f. “Lampu Keliling” berarti sebuah lampu yang memperlihatkan terputus meliputi busur cakrawala 360 derajat. ATURAN 22 JARAK TAMPAK LAMPU-LAMPU VISIBITY OF LIGHTS Lampu-lampu yang diisyaratkan dalam aturan ini harus mempunyai kuat cahaya seperti yang disebutkan secara terperinci dalam Seksi B Lampiran I supaya dapat dilihat pada jarak minimum sebagai berikut: a. Di kapal-kapal dengan panjang 50 meter atau lebih - lampu tiang 6 mil - lampu lambung 2 mil - lampu buritan 3 mil - lampu tunda 3 mil - lampu keliling putih, merah, hijau, atau kuning, 3 mil b. Di kapal-kapal dgn panjang 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 50 meter - lampu tiang 5 mil, kecuali kalau panjang kpl itu kurang dr 20 meter 3 mil - lampu lambung 2 mil - lampu tunda 2 mil - lampu keliling putih, merah, hijau, atau kuning 2 mil c. Di kapal-kapal dengan panjang kurang dari 12 meter - lampu tiang 2 mil - lampu lambung 1 mil - lampu buritan 2 mil - lampu tunda 2 mil - lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning 2 mil d. Di kapal atau benda yang ditunda yang terbenam dan tidak kelihatan dengan jelas - lampu keliling putih 3 mil Penjelasan: Definisi “tampak” di sini ialah tampak pada waktu malam gelap dan cuaca terang. ATURAN 23 KAPAL TENAGA YANG SEDANG BERLAYAR POWER- DRIVEN VESSELS UNDERWAY (a) Kapal tenaga yang sedang berlayar harus memperlihatkan: (i) lampu tiang depan (ii) lampu tiang kedua dibelakang dan lebih tinggi daripada tiang lampu depan, kecuali kpl yg panjangnya kurang dr 50 meter tidak diwajibkan memperlihatkan lampu demikian, tetapi boleh memperlihatkannya. (iii) lampu-lampu lambung (iv)lampu buritan (b) Kapal bantalan udara jika sedang beroperasi tanpa berat benaman di samping lampu-lampu yang telah ditentukan dalam paragraph (a) aturan ini harus memperlihatkan lampu keliling kuning kedip. ATURAN 24 MENUNDA DAN MENDORONG TOWING AND PUSHING a. Kapal tenaga bilamana sedang menunda, harus memperlihatkan; (i) sebagai pengganti lampu yang ditentukan di dalam aturan 23(a) (i) atau (a) (ii) dua lampu tiang yang bersusun tegak lurus, bilamana panjang tundaan, diukur dari buritan kapal yang sedang menunda sampai ke ujung belakang tundaan lebih dari 200 meter, tiga lampu yang demikian itu, bersusun tegak lurus. (iii) lampu-lampu lambung (iv)lampu buritan (v) lampu tunda, tgak lurus di atas lampu buritan (vi)bilamana panjang tundaan lebih dari 200 meter, sosok belah ketupat di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. b. Bilamana kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang didorong maju diikat erat-erat dalam suatu unit yang berangkai, kapal itu harus dianggap sebagai sebuah kapal tenaga dan memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan dalam aturan 2. c. Kapal tenaga bilamana sedang mendorong maju atau sedang di dalam hal suatu unit berangkai, harus memperlihatkan; (i) sebagai pengganti lampu yg ditentukan dalam aturan 23(a) (i) atau (a) (ii) dua lampu tiang bersusun tegak lurus (iii) lampu-lampu lambung d. Kapal tunda yang dikenal paragraph (a) atau (c) aturan ini harus juga memenuhi aturan 23 (a) (ii). e. Kapal atau benda yang sedang ditunda, selain pada yang dinyatakan di dalam paragraph (g) aturan ini harus memperlihatkan; (i) lampu-lampu lambung (ii) lampu buritan (iii) bilamana panjang tundaan lebih dari 200 meter, sosok belah ketupat tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. f. Dgn ketentuan bahwa berapapun jumlah kapal yang sedang digandeng atau didorong dalam suatu kelompok, harus diberi lampu sebagai satu kapal. (i) kapal yang sedang didorong maju yang bukan merupakan bagian dari suatu unit berangkai, harus memperlihatkan lampu- lampu lambung di ujung depan.kapal yang sedang di gandeng harus memperlihatkan lampu buritan dan di ujung depan. (iii) kapal yang sedang digandeng harus memperlihatkan lampu buritan dan diujung depan, lampu-lampu lambung. g. Kapal atau benda yang terbenam sebagian, atau gabungan dari kapal-kapal atau benda-benda demikian yang sedang ditunda yang tidak kelihatan dengan jelas harus memperlihatkan: (i) Jika lebarnya kurang dari 25 meter, atau lampu keliling putih di ujung depan atau di dekatnya dan satu di ujung belakang atau di dekatnya, kecuali apabila naga umbang itu tidak perlu memperhatikan lampu di ujung depan atau di dekatnya. (ii) Jika lebarnya 25 meter atau lebih, dua lampu keliling putih tambahan di ujungujung paling luar dari lebarnya atau di dekatnya. (iii) Jika panjangnya lebih dari 100 meter, lampu- lampu keliling putih tambahan di antara lampu-lampu yang ditentukan di dalam sub paragraph (i) dan (ii) sedemikian rupa hingga jarak antara lampu-lampu tidak boleh lebih dari 100 meter. h. Apabila karena suatu sebab yang cukup beralasan sehingga tidak memungkinkan kapal atau benda yang sedang ditunda memperlihatkan lampu- lampu atau sosok benda yang ditentukan dalam paragraph (c) atau (g) aturan ini, semua upaya yang mungkin harus ditempuh untuk menerangi kapal atau benda yang ditunda itu atau setidak- tidaknya menunjukkan adanya kapal atau benda demikian itu. i. Apabila oleh suatu sebab yang cukup beralasan sehingga tidak memungkinkan kapal yang tidak biasa melakukan operasi-operasi penundaan untuk memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan dalam paragraf (a) atau (c) aturan ini, maka kapal demikian itu tidak diisyaratkan untuk memperlihatkan lampu-lampu itu bilamana sedang menunda kapal lain dalam bahaya atau dalam keadaan lain yang membutuhkan pertolongan. Segala upaya yang mungkin harus ditempuh untuk menunjukkan sifat hubungan antara kapal yang sedang menunda dan kapal yang sedang ditunda sebagaimana yang diharuskan dan dibolehkan dalam aturan 36 terutama untuk menerangi tali tunda. ATURAN 25 KAPAL LAYAR YANG SEDANG BERLAYAR DAN KAPAL YANG SEDANG BERLAYAR DENGAN DAYUNG SAILING VESSELS UNDERWAY AND VESSELS UNDER OARS a. Kapal layar yang sedang berlayar harus memperlihatkan; (i) lampu-lampu lambung (ii) lampu buritan b. Di kapal layar yang panjangnya kurang dari 20 meter, lampu-lampu yang ditentukan di dalam paragraph (a) aturan ini boleh digabungkan di dalam satu lentera yang dipasang di puncak tiang atau di dekatnya, di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. c. Kapal layar yang sedang berlayar, di samping lampu-lampu yang telah ditentukan di dalam paragraph (a) aturan ini, boleh memperlihatkan di puncak tiang atau di dekatnya, di suatu tempat yang dapat kelihatan sejelas-jelasnya, dua lampu keliling bersusun tegak lurus, yang di atas merah dan di bawah hijau, tetapi lampu-lampu ini tidak boleh diperlihatkan bersama- sama dengan lentera kombinasi yang dibolehkan perafraf (b) aturan ini. d. (i) Kapal layar yang panjangnya kurang dari 7 meter, jika mungkin harus memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan di dalam paragraph (a) atau harus selalu siap dengan sebuah lampu senter atau lentera yang menyala yang memperlihatkan cahaya putih yang harus ditunjukkan dlam waktu yang memadai untuk mencegah tubrukan. (ii) Kapal yang sedang berlayar dengan dayung boleh memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan di dalam aturan ini bagi kapal- kapal layar, tetapi jika tidak memperlihatkannya, kapal yang sedang berlayar dengan dayung itu harus selalu siap dengan sebuah lampu senter atau lentera yang menyala yang memperlihatkan cahaya putih yang harus ditunjukkan dalam waktu yang memadai untuk mencegah tubrukan. e. Kapal yang sedang berlayar dengan layar bilamana sedang digerakkan juga dengan mesin, harus memperlihatkan sosok benda berbentuk kerucut dengan puncak, ke bawah, di bagian depan kapal di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. ATURAN 26 KAPAL IKAN FISHING VESSELS a. Kapal yang sedang menangkap ikan, apakah sedang berlayar atau berlabuh jangkar, hanya boleh memperlihatkan lampu-lampu dan sosok- sosok benda yang ditentukan oleh aturan ini. b. Kapal yang sedang mendogol, maksudnya sedang menarik pukat tarik atau alat lain di dalam air yang digunakan sebagai alat menangkap ikan harus memperlihatkan; (i) dua lampu keliling bersusun tegak lurus tang di atas hijau dan yang di bawah putih, atau sosok benda yang terdiri dari dua kerucut yang titik-titik puncaknya berimpit, bersusun tegak lurus kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, sebagai ganti sosok benda ini boleh memperlihatkan keranjang. (ii) Lampu tiang belakang dan lebih tinggi dari lampu hijau keliling; kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter tidak wajib memperlihatkan lampu yang demikian itu Akan tetapi boleh memperlihatkannya. (iii) Bila man mempunyai laju di air, sebagai tambahan atas lampu yang ditentukan dalam paragraph ini, lampu2 lambung dan lampu buritan. c. Kapal yang sedang menangkap ikan, kecuali yang sedang mendogol harus memperlihatkan: (i)Dua lampu keliling bersusun tegak lurus, yang di atas merah dan di bawah putih, atau sosok benda yang terdiri dari dua kerucut yang titik-titik puncaknya berimpit bersusun tegak lurus, kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, sebagai pengganti pengganti sosok benda ini boleh mem perlihatkan keranjang. (ii)Bila ada alat penangkap ikan yang menjulur mendatar dari kapal lebih dari 150 meter, lampu putih keliling atau kerucut yang titik puncaknya ke atas kea rah alat penangkap ikan itu. (iii)Bilaman mampunyai kecepatan di air, di samping lampu-lampu yang ditentukan dalam paragraph ini lampu-lampu lambung dan lampu-lampu buritan. d. Kapal yang sedang menangkap ikan berdekatan sekali denga kapal-kapal lain yang menangkap ikan, boleh memperlihatkan isyarat-isyarat tanbahan yang diuraikan denganjelas di dalam Lampiran II Peraturan ini. e. Bilaman sedang tidak menangkap ikan tidak boleh memperlihatkan lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan dalam aturan ini tetapi hanya lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang ditentukan bagi kapal yang sesuai dengan panjangnya. ATURAN 27 KAPAL YANG TIDAK TERKENDALI ATAU YANG KEMAMPUAN OLAH GERAKNYA TERBATAS VESSELS NOT UNDER COMMAND OR RESTRICTED THEIR ABILITY TO MANOUEVER a. Kapal yang tidak terkendali harus memperlihatkan; (i) dua lampu merah kaliling bersusun tegak lurus kelihatan sejelas-jelasnya. (ii) dua bola atau sosok benda yang serupa, tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. (iii) bilamana mempunyai laju di air, sebagai tambahan atas lampu-lampu yg ditentukan di dlm paragraph ini, lampu2 lambung & lampu buritan. b. Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, kecuali kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan pembersihan ranjau, harus memperlihatkan; (i) tiga lampu keliling bersusun tegak lurus di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. Lampu yang tertinggi dan terendah harus merah sedang lampu tengah harus putih. (ii) tiga sosok benda bersusun tegak lurus di suatu tempat yang dapat kelihatan sejelas-jelasnya. Sosok benda yang tertinggi dan yang terendah harus bola, sedangkan yang tengah harus belah ketupat. (iii) bilamana mempunyai laju di air, lampu atau lampu-lampu tiang, lampu-lampu lambung dan lampu buritan, sebagai tambahan atas lampu-lampu yang ditentukan dalam sub paragraph (1). (iv)bilamana berlabuh jangkar, sebagai tambahan atas lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam sub paragraph (i) atau (ii) lampu-lampu atau sosok2 benda yang ditentukan dalam aturan 30. c. Kapal tenaga yang sedang melakukan penundaan sedemikian rupa sehingga sangat membatasi kemampuan kapal yang sedang menunda dan tundaannya itu untuk menyimpang dari haluannya yang ditentukan di dalam aturan 24(a) harus memperlihatkan lampu-lampu atau sosok yang ditentukan di dalam sub paragrap (b) (i) dan (ii) aturan ini. d. Kapal yang sedang melaksanakan pengerukan atau pekerjaan di dalam air, bilaman kemampuan olah geraknya terbatas, harus memperlihatkan lampu- lampu dan sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam sub paragraph (b) (i), (ii), dan (iii) aturan ini dan sebagai tambahan bilaman ada rintangan harus memperlihatkan; (i) dua lampu merah keliling atau dua bola bersusun tegak lurus untuk menunjukkan sisi tempat rintangan itu berada. (ii) dua lampu hijau keliling atau dua sosok belah ketupat bersusun tegak lurus untuk menunjukkan sisi yang boleh dilewati kapal lain. (iii) bilamana berlabuh jangkar, lampu atau sosok-sosok benda yang diterbitkan di dalam paragraph ini sebagai ganti lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan dalam aturan 30. e. Bila ukuran kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan penyelaman itu membuatnya tidak mampu memperlihatkan semua lampu dan sosok benda yang ditentukan di dalam paragraph
  • 4. (d) aturan ini, harus memperlihatkan yang berikut ini; (i) tiga lampu keliling bersusun tegak lurus di suatu tempat yang diperlihatkan sejelas- jelasnya. Lampu yang tetinggi dan yang terendah harus merah, sedangkan lampu yang ditengah putih. (ii) tiruan bendera kaku “A” dari kode Internasional yang tingginya tidak kueang dari 1 meter. Langkah-langkah harus dilakukan untuk menjamin agar tiruan itu dapat kelihatan keliling. Kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan pembersihan ranjau, sebagai tambahan atas lampu-lampu yang telah ditentukan bagi kapal tenaga di dalam aturan 23 atau atas lampu-lampu atay sosok benda yang ditentukan bagi kapal yang berlabuh jangkar di dalam aturan 20, man yang sesuai, harus memperlihatkan tiga lampu hijau keliling atau tigs bola. Salah satu dan lampu- lampu atau sosok-sosok benda ini harus diperlihatkan di puncak tiang depan atau didekatnya dan satu masing-masing ujung andang-andang depan. Lampu-lampu atau sosok benda ini menunjukkan bahwa berbahayalah kapal lain yang mendekat dalam jarak 1000 meter dari penyapu ranjau itu. f. Kapal-kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter, kecuali kapal-kapal yang sedang menjalankan pekerjaan penyelaman, tidak wajib memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang ditentukan dalam aturan ini. g. Isyarat-isyarat yang ditentukan dalam aturan ini bukan isyarat dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan, isyarat-isyarat demikian tercantum di dalam Lampiran IV Peraturan ini. ATURAN 28 KAPAL YANG TERKENDALA OLEH SARATNYA VESSELS CONSTRAINED BY THEIR DROUGHT Kapal yang terkendala oleh saratnya, sebagai tambahan atas lampu-lampu yang ditentukan bagi kapal-kapal tenaga di dalam aturan 23, boleh memperlihatkan tiga lampu merah keliling bersusun tegak lurus, atau sebuah silinder di tempat yang dapat kelihatan sejelas-jelasnya. ATURAN 29 KAPAL PANDU PILOT VESSELS a. Kapal yang sedang bertugas kepanduan harus memperlihatkan; (i) di puncak tiang atau di dekatnya, dua lampu keliling bersusun tegak lurus yang di atas putih dan yang di bawah merah. (ii) bilamana sedang berlayar, sebagai tambahan, lampu-lampu lambung dan lampu buritan. (iii) bilamana berlabuh jangkar, sebagai tambahan atas lampu-lampu yang ditentukan di dalam sub paragraph (i), lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan di dalam aturan 30 bagi kapal-kapal yang berlabuh jangkar. b. Kapal pandu bilamana tidak sedang bertugas kepanduan harua memperlihatkan lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang ditentukan bagi kapal yang serupa sesuai dengan panjangnya. ATURAN 30 KAPAL-KAPAL YANG BERLABUH JANGKAR DAN KAPAL-KAPAL KANDAS ANCHORED VESSELS AND VESSELS AGROUND a. Kapal yang sedang berlabuh jangkar harus memperlihatkan di tempat yang paling baik yang dapat dilihat: (i) dibangun depan, lampu keliling putih atau sebuah bola (ii) di atau dekat buritan pada ketinggian yang lebih rendah daripada lampu yang diisyaratkan oleh ayat (i), sebuah lampu keliling putih. b. Kapal dengan panjang kurang dari 50 meter boleh memperlihatkan sebuah lampu keliling putih di tempat yang paling baik dapat dilihat sebagai pengganti lampu-lampu yang diisyaratkan dalam ayat (a) aturan ini. c. Kapal yang berlabuh jangkar boleh, dan kapal dengan panjang 100 meter atau lebih harus juga menggunakan lampu-lampu kerja atau lampu- lampu yang serupa untuk menerangi geladak- geladaknya. d. Kapal kandas harus memperlihatkan lampu-lampu yang diisyaratkan dalam ayat (a) atau (b) dan sebagai tambahan ditempat yang paling baik dapat dilihat. (i) dua lampu keliling merah yang bersusun tegak (ii) tiga bola yang bersusun tegak e. Kapal denganpanjang kurang dari 7 meter, jika sedang berlabuh jangkar, tidak di dalam atau dekat alur pelayaran sempit, air pelayaran atau tempat berlabuh jangkar, atau di mana kapal-kapal lain biasanya berlayar, tidak diharuskan memperlihatkan lampu-lampu atau tanda-tanda yang diisyaratkan dalam ayat-ayt (a), (b), atau (d). f. Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter, bilaman kandas, tidak diisyaratkan memperlihatkan lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan dalam ayat (d) (i) dan (ii) aturan ini. ATURAN 31 PESAWAT-PESAWAT TERBANG LAUT SEA PLANES Apabila pesawat terbang laut tidak memungkinkan untuk memperlihatkan lampu-lampu dan sosok benda dengansifat-sifat atau latak-letaknya sebagaimana yang diisyaratkan dalam aturan dalam bagian ini pesawat terbang laut itu harus memperlihatkan lampu- lampu dan sosok-sosok benda yang sifat-sifat dan penempatannya semirip mungkin dengan lampu- lampu dan sosok-sosok benda. BAGIAN D ISYARAT-ISYARAT BUNYI CAHAYA ATURAN 32 DEFINISI DEFINITIONS a. Kata “suling” berarti setiap alat isyarat bunyi yang dapat menghasilkan tiupan-tiupan yang ditentukan dan yang memenuhi perincian-perincian dalam Lampiran III dari Peraturan-peraturan ini. b. Istilah “tiup pendek” berarti tiupan yang lamanya kurang lebih 1 detik. c. Istilah “tiup panjang” berarti tiupan yang lamanya 4 sampai 6 detik. ATURAN 33 PERLENGKAPAN UNTUK ISYARAT-ISYARAT BUNYI EQUIPMENT FOR SOUND SIGNALS a. Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih harus dilengkapi dengan dan genta serta kapal yang panjangnya 100 meter atau lebih sebagai tambahan harus dilengkapi dengan gong yang nada dan bunyinya tidak mungkin terkelirukan dengan nada dan bunyi genta tersebut di atas. Suling, genta, dan gong itu harus memenuhi perincian-perincian dalam Lampiran III dari Peraturan-peraturan ini. Genta atau gong itu kedua-duanya boleh diganti dengan alat lain yang cirri-ciri bunyinya sama dengan ketentuan bahwa dengan alat-alat isyarat yang ditentukan itu harus selalu mungkin dibunyikan dengan tangan. b. Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak diwajibkan memasang alat isyarat bunyi yang diisyaratkan dalam ayat (a) aturan ini, tetapi jika tidak, ia wajib dilengkapi dengan alat lain yang menghasilkan isyarat bunyi yang efisien. ATURAN 34 ISYARAT-ISYARAT OLAH GERAK DAN PERINGATAN MANOUEVERING AND WARNING SIGNALS a. Jika kapal-kapal dalam penglihatan satu sama lain, jika mengolah gerak sebagaimana yang diperbolehkan atau diharuskan oleh aturan-aturan ini, harus menunjukkan olah gerak itu dengan isyarat2 suling sebagai berikut: - satu tiup pendek berarti “saya sedang merubah haluan ke kanan”. - dua tiup pendek berarti “ saya sedang merubah haluan ke kanan”. - tiga tiup pendek berarti “saya sedang bergerak mundur”. b. Setiap kapal boleh menambah isyarat-isyarat suling yang diisyaratkan dalam ayat (a) dengan isyarat-isyarat cahaya, diulang secukupnya, sementara olah gerak itu sedang dilaksanakan: (i) isyarat-isyarat cahaya ini mempunyai pengertian sebagai berikut; - satu kedip berarti “saya sedang merubah haluan ke kanan”. - dua kedip berarti “ saya sedang merubah haluan ke kiri”. - tiga kedip berarti “ saya sedang bergerak mundur”. (ii) lamanya tiap kedip itu harus kira-kira satu detik, selang waktu antara kedip-kedip itu kira-kira satu detik, dan selang waktu antara isyarat-isyarat yang berurutan tidak kurang dari 10 detik. (iii) lampu yang digunakan untuk isyarat ini, jika dipasang harus berupa lampu putih keliling, yang dapat kelihatan paling sedikit pada jarak 5 mil, dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan Lampiran I. c. Jika saling melihat, di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit: (i) kapal yang bermaksud menyusul kapal sesuai dengan aturan 9(e)(i) harus menunjukkan maksudnya dengan isyarat2 sulingnya sbb. - dua titik panjang diikuti satu tiup pendek berarti “saya hendak menyusul dari sisi kanan anda”. - dua tiup panjang diikuti dua tiup pendek berarti “saya hendak menyusul dari sisi kiri anda”. (ii) Kapal yang akan disusul bilamana bertindak sesuai dengan aturan 9(e)(i) harus menunjukkan persetujuannya dengan isyarat-isyarat sulingnya sebagai berikut: - satu tiup panjang, satu tiup pendek, satu tiup panjang, dan satu tiup pendek. d. Apabila kapal yang saling melihat sedang saling mendekat dank arena suatu sebab, apakah salah satu dari kapal-kapal itu atau keduanya tidak berhasil memahami maksud-maksud atau tindakan-tindakankapal yang lain, atau dalam keadaan ragu-ragu apakah kapal lain sedang melakukan tindakan yang memadai untuk menghindari bahaya tubrukan, kapal yang dalam keadaan ragu-ragu itu harus segera menyatakan keragu-raguannya dengan memperdengarkan sekurang-kurangnya 5 tiup pendek dan cepat dan suling isyarat demikian boleh ditambah dengan isyarat cahaya dan sekurang-kurangnya 5 kedip pendek dan cepat. e. Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur pelayaran yang ditempat itu kapal- kapal lain dapat terhalang oleh rintangan, harus memperdengarkan satu tiup panjang. Isyarat demikian itu harus disambut dengan tiup panjang oleh setiap kapal yang sedang mendekat yang mungkin dalam jarak dengar disekitar tikungan atau di balik rintangan itu. f. Apabila suling-suling dipasang di kapal terpisah denganjarak antara lebih dari 100 meter, hanya satu suling saja yang harus digunakan untuk memberikan isyarat-isyarat olah gerak dan isyarat peringatan. ATURAN 35 ISYARAT-ISYARAT BUNYI DALAM PENGLIHATAN TERBATAS SOUND SIGNALS IN RESTRICTED VISBILITY Di dalam atau dekat daerah penglihatan terbatas, baik pada waktu siang atau pada waktu malam isyarat- isyarat yang diisyaratkan dalam aturan ini harus digunakan sebagai berikut: a. Kapal tenaga yang mempunyai laju di air memperdengarkan satu tiup panjang dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit. b. Kapal tenaga yang sedang berlayar tetapi berhenti dan tidak mempunyai laju di air harus memperdengarkan dua tiup panjang beruntun dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit dan selang waktu tiup-tiup panjang itu kira-kira 2 detik. c. Kapal yang tidak terkendalikan, kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, kapal yang terkendala oleh syaratnya, kapal layar, kapal yang sedang menangkap ikan dan kapal yang sedang menunda atau mendorong kapal lain, sebagai pengganti isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam ayat (a) atau (b) aturan ini harus memperdengarkan tiga tiup beruntun, yakni satu tiup panjang diikuti oleh dua tiup pendek denganselang waktu tidak lebih dari 2 menit. d. Kapal sedang menangkap ikan bilamana berlabuh jangkar dan kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas bilamana sedang menjalankan pekerjaannya dalam keadaan berlabuh jangkar sebagai pengganti isyarat-isyarat yang ditentukan dalam paragraph (g) aturan ini, harua memperdengarkan isyarat yang ditentukan di dalam ayat (c) aturan ini. e. Kapal yang ditunda atau jika kapal yang ditunda itu lebih dari satu, maka kapal yang paling belakang dari tundaan itu jika diawaki, harus memperdengarkan 4 tiup beruntun, yakni 1 tiup panjang diikuti 3 tiup pendek, denganselang waktu tidak lebih dari 2 menit. Bilaman mungkin, isyarat ini harus diperdengarkan oleh kapal yang menunda. f. Bilaman kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang didorong maju diikat erat-erat dalam kesatuan gabungankapal-kapal itu harus dianggap sebagai sebuah kapal tenaga dan harus memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam ayat (a) atau (b) aturan ini. g. Kapal berlabuh jangkar harus membunyikan genta dengan cepat selama kira-kira 5 detik dengan selang waktu tidak lebih dari 1 menit. Di kapal yang panjangnya 100 meter atau lebih genta itu harus dibunyikan di bagian depan kapal dan segera setelah pembunyian genta, gong harus dengan cepat selama kira-kira 5 detik di bagian belakang kapal. Kapal yang berlabuh jangkar, sebagai tambahan, boleh memperdengarkan tiga tiup beruntun, yakni sati tiup pendek, satu tiup panjang dan satu tiup pendek, untuk mengingatkan kapal lain yang mendekat mengenai kedudukannya dan kemungkinan tubrukan. h. Kapal yang kandas harus memperdengarkan iysrat genta dan jika dipersyaratkan, isyarat gong yang ditentukan di dalam ayat (g) aturan ini, dan sebagai tambahan, harus memperdengarkan tiga ketukan terpisah, dan jelas dengan genta sesaat sebelum dan segera setelah membunyikan genta yang cepat itu. Kapal yang kandas sebagai tambahan boleh memperdengarkan isyarat suling yang sesuai. i. Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak wajib memperdengarkan isyarat-isyarat tersebut di atas, tetapi jika tidak memperdengarkan isyarat bunyi lain yang efisien dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit. j. Kapal pandu bilamana sedang bertugas kepanduan, sebagai tambahan atas isyarat-isyarat yang ditentukan dalam ayat (a), (b), atau (g) aturan ini, boleh memperdengarkan isyarat pengenal yang terdiri dari empat tiup pendek. ATURAN 36 ISYARAT UNTUK MENARIK PERHATIAN SIGNALS TO ATTRACT ATTENTION Jika untuk menarik perhatian kapal lain, setiap kapal boleh menggunakan isyarat cahaya atau isyarat bunyi yang tidak dapat terkelirukan di dalam aturan-aturan ini, atau boleh mengarahkan berkas cahaya lampu sorotnya kejurusan manapun. Sembarang cahaya yang digunakan untuk menarik perhatian kapal lain harus sedemikian rupa sehingga tidak dapat terkelirukan denganalat bantu navigasi apapun. Untuk memenuhi maksud aturan ini penggunaan lampu berselang selang atau lampu berputar dengan intensitas tinggi, misalnya lampu-lampu Stroba, harus dihindarkan. ATURAN 37 ISYARAT-ISYARAT BAHAYA DISTRESS SIGNALS Apabila sebuah kapal dalam keadaan bahaya dan memerlukan pertolongan ia harus menggunakan atau memperlihatkan isyarat-isyarat yang disyaratkan dalam Lampiran IV Peraturan ini. BAGIAN E PEMBEBASAN ATURAN 38 PEMBEBASAN EXEMPTIONS Setiap kapal (atau kelas kapal-kapal) dengan ketentuan bahwa kapal itu memenuhi syarat-syarat Peraturan Internasional tentang Pencegahan mulai berlaku atau yang pada tanggal itu dalam Tahapan Pembangunan yang sesuai, dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi peraturan ini sebagai berikut: a. Pemasangan lampu-lampu dengan jarak yang ditentukan di dalam aturan 22, sampai 4 tahunsetelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini. b. Pemasangan lampu-lampu dengan perincian warna sebagaimana yang ditentukan di dalam Seksi 7 Lampiran I Peraturan ini, sampai 4 tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan. c. Penempatan kembali lampu-lampu sebagai akibat dari pengubahan satuan-satuan imperial ke satuan- satuan metric dan pembulatan-pembulatan angka- angka ukuran, merupakan pembebasan tetap. d. (i) Penempatan kembali lampu-lampu tiang di kapal-kapal yang panjangnya kurang dari 150 meter, sebagai akibat dariketetapan seksi 3(a) Lampiran I Peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal mulai berlakunya Peraturan ini. (ii) Penempatan kembali lampu-lampu tiang di kapal-kapal yang panjangnya 150 meter atau lebih sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan Seksi 3(a) Lampiran I Peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal mukai berlakunya Peraturan ini. e. Penempatan kembali lampu-lampu tiang, sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan Seksi 2(g) dan 3(b) Lampiran I Peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal mulai berlakunya Peraturan ini. f. Syarat-syarat tentang alat-alat isyarat bunyi yang ditentukan dalam Lampiran III Peraturan ini, sampai sembilan tahun yanggal mulai berlakunya Peraturan ini. g. Penempatan kembali lampu-lampu keliling, sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan Seksi 9(b) Lampiran I Peraturan ini, merupakan pembebasan tetap. LAMPIRAN I PENEMPATAN DAN PERINCIAN TEKHNIS LAMPU-LAMPU DAN SOSOK-SOSOK BENDA POSITIONING AND TECHNICAL DETAILS OF LIGHTS AND SHAPES 1. Definisi istilah “tinggi di atas badan” berarti ketinggian di atas geladak jalan terus yang paling atas. Ketinggian ini harus diukur dari kedudukan tegak lurus di bawah tempat lampu. 2. Penempatan dan pemidahan lampu-lampu secara tegak, a.Di kapal tanaga yang panjangnya 20 meter atau lebih lampu-lampu harus titempatkan sebagai berikut; i. Lampu tiang depan, jika hanya dipasang satu lampu, maka lampu tersebut, pada ketinggian di atas badan tidak kurang dari 6 meter, maka ketinggiannya di atas badan tidak kurang dari lebar tersebut, tetapi sekalipun demikian lampu itu tidak perlu ditempatkan pada ketinggian lebih dari 12 meter. ii. Apabila dipasamg 2 lampu tiang maka lampu yang dibelakang sekurang- kurangnya 4.5 meter tegak lurus lebih tinggi daripada yang di depan. Pemisahan secara tegak lampu-lampu tiang kapal- kapal tenaga harus sedemikian rupa, sehingga dalam segala keadaan trim biasa, lampu belakang akan terlihat di atas dan terpisah dari lampu depan, pada jarak 1000 meter dari tinggi muka jika dilihat dari permukaan laut. “t” tidak kurang dari 6 m, bila lebar kapal lebih dari 6 m “t”-lebar kapal tetapi tidak perlu melebihi 12 m. P = 20 m atau lebih Gb.36 Posisi tegak dari lampu-lampu tiang Lampu kapal tenaga yang panjangnya 12 meter tetapi kurang dari 20 meter harus ditempatkan pada ketinggian di atas tutup tajuk tidak kurang dari 20 meter. Apabila aturan-aturan mensyaratkan pemasangan dua atau tiga lampu yang bersusun tegak, maka lampu- lampu ini harus diberi jarak sebagai berikut: 1. Di kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, lampu-lampu demikian harus dipisahkan tidak
  • 5. kurang dari 2 meter dan lampu yg terendah, kecuali dimana diisyaratkan lampu tunda, tidak kurang dari 4 meter diatas badan. 2. Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, lampu-lampu demikian harus dipisahkan tidak kurang dari 1 meter dan lampu yang terendah, kecuali dimana di isyaratkan lampu tunda, tidak kurang dari 2 meter di atas. 3. Apabila dipasang tiga lampu, maka lampu-lampu itu harus dipisahkan dengan jarak yang sama. SOSOK LAMPU2 1. Kapal tenaga sedang menunda dengan : - panjang kapal >= 50 m - panjang tundaan >200 m 2. Kapal layar yang sedang berlayar yang juga menggunakan mesin (Aturan 25) 3. Kapal yang sedang mendogol, menangkap ikan (tarik trol) / (Aturan 26) 4. Kapal yang tidak dapat di olah gerak, kandas (Aturan 27) 5. Kapal keruk 6. Kapal ranjau 7. Kapal yang terkendala oleh saratnya (Aturan 28) 8. Kapal pandu (Aturan 29) 9. Kapal yg terbatas kemampuan OG nya
  • 6. kurang dari 2 meter dan lampu yg terendah, kecuali dimana diisyaratkan lampu tunda, tidak kurang dari 4 meter diatas badan. 2. Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, lampu-lampu demikian harus dipisahkan tidak kurang dari 1 meter dan lampu yang terendah, kecuali dimana di isyaratkan lampu tunda, tidak kurang dari 2 meter di atas. 3. Apabila dipasang tiga lampu, maka lampu-lampu itu harus dipisahkan dengan jarak yang sama. SOSOK LAMPU2 1. Kapal tenaga sedang menunda dengan : - panjang kapal >= 50 m - panjang tundaan >200 m 2. Kapal layar yang sedang berlayar yang juga menggunakan mesin (Aturan 25) 3. Kapal yang sedang mendogol, menangkap ikan (tarik trol) / (Aturan 26) 4. Kapal yang tidak dapat di olah gerak, kandas (Aturan 27) 5. Kapal keruk 6. Kapal ranjau 7. Kapal yang terkendala oleh saratnya (Aturan 28) 8. Kapal pandu (Aturan 29) 9. Kapal yg terbatas kemampuan OG nya