SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 23
MAKALAH ETIKA MORAL DAN AKHLAK 
BAB I 
ETIKA MORAL DAN AKHLAK 
A. PENDAHULUAN 
Etika adalah perbuatan baik dan buruk manusian berdasarkan akal pikiran manusia itu 
sendiri. Moral adalah ilu tentang kebiasaan baik buruknya manusia yang berdasarkan tradisi 
masyarakat. Akhlak adalah perilaku manusia yang di dasari oleh kesadaran berbuat baik yang 
didorong keinginan hati dan selaras dengan pertimbangan akal. Persamaan etika moral dan 
akhlak adalah sama-sama membahas tingkah laku manusia baik dan buruk. 
B. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL 
1. Definisi Akhlak, Moral dan Etika 
A. Akhlak 
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkahlaku, perangai, tabi’at. 
Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan 
mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya 
adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku 
atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu 
disebut akhlak yang baik atau akhlakul karimah (akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil, rendah 
hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau 
akhlakul mazmumah. Misalnya kikir, zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya. 
B. Moral dan Etika 
Di samping akhlak dikenal pula istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa Latin mores 
yang berarti adat kebiasaan. Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata 
nilai suatu masyarakat tertentu, Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima 
umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan 
baik dan buruknya suatu perbuatan. Misalnya berpakaian minim di pantai Kuta Bali itu biasa 
saja,dianggap tidak melanggar norma karena budaya itu diterima masyarakat. 
Karakteristik Etika Islam 
Berbeda dengan etika filsafat, etika islam mempunyai karakteristik sebagai berikut: 
a. etika islam mengajarkan dan menuntut manusia pada tingkah laku yang baik dan menjauhkan 
dari tingkah laku yang buruk. 
b. etika islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan, 
didasarkan pada ajaran Allah SWT. 
c. etika islam beersikap universal dan komprehensif, maksudnya dapat diterima dan dijadikan 
pedoman oleh seluruh umat manusia. 
d. etika islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan 
meluruskan perbuatan manusia. 
C. PERBEDAAN ANTARA AKHLAK, MORAL DAN ETIKA 
1. Berdasarkan dari segi bahasa 
Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang 
artinya perangai, budi, tabiat dan adab. 
Moral secara etimologis berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang berarti adat 
kebiasaan, susila. 
Etika yang berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang brati adat kebiasaan. Danagn kata lain usaha
dengan akal yang diwujudkan dalam kehidupan nyata. 
2.Berdasarkan penetuan atau standar ukuran baik dan buruk yang di gunakannya. 
Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan 
etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat. Jika 
masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan 
demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak 
bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang 
ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan 
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang 
menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya : 
“ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad) 
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari 
aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah 
mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak 
merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah. 
D.LANDASAN AJARAN MORAL 
Allah SWT berfirman 
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Q.s Al-Qalam:4). 
Allah berfirman 
77. Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepada mu (kebahagiaan) negeri 
akhirat, dan jangan lah kamu melupkan bahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat 
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah 
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang 
berbuat kerusakan. (Q.s Al-Qashash:77). 
E. AKLHAK KEPADA ALLAH 
1. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai 
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah 
Allah. 
2. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik 
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan 
ketentraman hati. 
3.Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, 
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus 
pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran 
Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu 
berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam 
aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak 
menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang 
sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah. 
4.Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil 
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan. 
5.Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya 
rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup
dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan 
ibadah kepada Allah. 
F. AKHLAK KEPADA SESAMA MANUSIA 
2. Akhlak kepada sesama manusia 
A. Akhlak kepada diri sendiri 
(1) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu 
dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan 
perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah. 
(2) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung 
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan 
adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan 
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya. 
(3) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, 
kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan 
dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain. 
b. Akhlak kepada ibu bapak 
Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. 
Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain : 
menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata 
sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika 
sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha. 
c. Akhlak kepada keluarga 
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga 
yang diungkapkan dalam bentuk komuniksai. 
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh 
anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak, 
maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua 
pada anak oleh karena itu kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemua 
pihak dalam keluarga. 
Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan keterbukaan di 
antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian 
rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang 
damai dan menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula 
dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai- nilai moral kepada anak-anak 
sebagai landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya. 
2. Akhlak terhadap orang lain 
a. memuliakan tamu 
b. tidak meninggikan suara 
c. memuliakan yang lebih tua 
d. memuliakan ulama 
e. memuliakan orang tua 
f. malu 
g. murah senyum 
h. bersikap lemah lembut 
i. ringan tangan(menolong tanpa pamrih), dsb. 
G. AKHLAK KEPADA LINGKUNGAN
Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia tetapi juga 
kepada alam dan lingkungan hidup. Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia 
sebagai khalifah di muka bumi,yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas mamakmurkan, 
mengelola dan melestarikan alam. Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan 
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya. 
H. PENDIDIKAN AKHLAK 
1. PENGERTIAN PENDIDIKAN AKHLAK 
Dalam pengertian pendidikan akhlak ini dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian 
pendidikan dan pengertian akhlak. 
a. Pengertian Pendidikan 
Secara etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli. John Dewey, seperti yang 
dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan 
kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya 
perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa. 
Menurut Nelson B. Henry, education is the process by which those powers (abilities, capacities) 
of the man that are susceptible to habituation are perfected by good habits. Artinya, pendidikan 
adalah merupakan suatu proses di mana kemampuan seseorang dapat terpengaruh oleh kebiasaan 
yang berupa kebiasaan yang baik. 
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha yang 
dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun 
rohani, melalui penanaman nilai- nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan 
ke arah positif yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan 
bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang 
berakhlak mulia. 
b. Pengertian Akhlak 
Menurut Abuddin Nata, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa 
pemikiran, namun perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat 
melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran. 
Menurut Elizabeth B. Hurlock, behaviour which may be called “true morality” not only 
conforms to social standarts but also is carried out voluntarily, it comes with the transition from 
external to internal authority and consist of conduct regulated from within. Artinya, bahwa 
tingkah laku boleh dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan 
standar masyarakat, tetapi juga dilaksanakan dengan suka rela, tingkah laku it terjadi melalui 
transisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) dan ke dalam (diri) dan ada ketetapan hati dalam 
melakukan (bertindak) yang diatur dalam diri. 
Imam Al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut : 
اة يىهولة سبىة ن اية يا ة لى ف ة سرسب ة ال خ لق ع بارة عن ه ي ئة ف ى ال ن فس را سخة ع نها ت صدر الاف ع 
ع قلا س سةعا. 
Bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan 
dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu). 
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa hakikat akhlak menurut al-Ghazali mencakup dua 
syarat. Pertama, perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang 
sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan itu harus tumbuh dengan mudah 
tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain 
atau bahkan pengaruh-pengaruh dan bujukan yang indah dan sebagainya.
c. Pengertian Pendidikan Akhlak 
Setelah dijelaskan secara terpisah mengenai pengertian pendidikan dn pengertian akhlak, maka 
dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan 
keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa 
analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan 
kehidupan. Ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan 
terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, 
maka ia akan memiliki potensi dan respon yang instingtif di dalam menerima setiap keutamaan 
dan kemuliaan. Di samping terbiasa melakukan akhlak mulia. 
Atau suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, 
baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai- nilai Islam, latihan moral, fisik serta 
menghasilkan perubahan ke arah positif, yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, 
dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya 
manusia yang berakhlak mulia, di mana dapat menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan 
mudah tanpa harus direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran, 
yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan pengaruh-pengaruh 
yang indah dan pebuatan itu harus konstan (stabil) dilakukan berulang kali dalam bentuk yang 
sering sehingga dapat menjadi kebiasaan. 
2. DASAR-DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN AKHLAK 
a. Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak 
Dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, karena akhlak merupakan sistem moral 
yang bertitik pada ajaran Islam. Al-Qur’an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam 
menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak 
menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. 
maka selaku umat Islam sebagai penganut Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat 
manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. 33/Al-Ahzab : 21 : 
.ىَنَةد لل نَََ وَا بَةَن وَا سَالَيَوَ الَا لجةَ سَنَوَةَ وَ ليَةَالَقَدَ وَا لَ نلَ فلىرَ رَسنوَلة ل انسَوَةد يَ 
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi 
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut 
Allah. (Q.S. al-Ahzab : 21) 
Berdasarkan ayat tersebut di atas dijelaskan bahwasannya terdapat suri teladan yang baik, yaitu 
dalam diri Rasulullah SAW yang telah dibekali akhlak yang mulia dan luhur. Selanjutnya juga 
dalam Q.S. 68/Al-Qalam : 4 : 
4سَاللقلَ لَ لٍَى نجلنعق عَلخيَعل. (القلل ) 
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S. al-Qalam : 4) 
Bahwasannya Nabi Muhammad SAW dalam ayat tersebut dinilai sebagai seseorang yang 
berakhlak agung (mulia). 
Di dalam hadits juga disebutkan tentang betapa pentingnya akhlak di dalam kehidupan manusia. 
Bahkan diutusnya rasul adalah dalam rangka menyempurnakan akhlak yang baik, sebagaimana 
sabda Rasulullah SAW, bahwa : 
د عن ح دَ ي ن عجلا عن عن ع بد يد ث ي أي ى س يٍدي ن ن صور ق اة يدث نا ع يد ال زٍب ز ب ن حل 
ال ق قٍاع ي ن ي ل عن أي ي صال ح عن أي ي هةب ةة ق اة ق اة ر سوة صا. ال اَ ي ت لأ ت لَ صال ح 
الاج لاق.(رساه اي دَ) 
Dari Abdullah menceritakan Abi Said bin Mansur berkata : menceritakan Abdul Aziz bin 
Muhammad dari Muhammad bin ‘Ijlan dari Qo’qo’ bin Hakim dari Abi Shalih dari Abi Hurairoh 
berkata Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Aku hanya diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia. (H.R.Ahmad) 
Berdasarkan hadits tersebut di atas memberikan pengertian tentang pentingnya pendidikan 
akhlak dalam kehidupan manusia, di mana dengan pendidikan akhlak yang diberikan dan 
disampaikan kepada manusia tentunya akan menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki 
maupun perempuan, memiliki jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan 
akhlak yang tinggi, mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak 
manusia, mengetahui perbedaan buruk dan baik, memilih satu fadhilah karena cinta pada 
fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan 
yang mereka lakukan. 
b. Tujuan Pendidikan Akhlak 
1) Tujuan Umum 
Menurut Barnawy Umari, bahwa tujuan pendidikan akhlak secara umum meliputi : 
a) Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari yang 
buruk, jelek, hina dan tercela. 
b) Supaya perhubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk selalu terpelihara 
dengan baik dan harmonis. 
Menurut Ali Hasan bahwa tujuan pokok akhlak adalah agar setiap orang berbudi (berakhlak), 
bertingkah laku (tabiat) berperangai atau beradat istiadat yang baik atau yang sesuai dengan 
ajaran Islam. 
2) Tujuan Khusus 
Adapun secara spesifik pendidikan akhlak bertujuan : 
a) Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia da beradat kebiasaan yang baik 
b) Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri berpegang pada akhlak mulia 
dan membenci akhlak yang rendah. 
c) Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri, emosi, tahan menderita dan sabar. 
d) Membimbing siswa ke arah dikap yang sehat dan dapat membantu mereka berinteraksi sosial 
yang baik, mencintai kebaikan untuk orang lain, suka menolong, sayang kepada yang lemah, dan 
menghargai orang lain. 
e) Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul baik di sekolah maupun di 
luar sekolah. 
f) Selalu tekun beribaah dan mendekatkan diri kepada Allah dan bermuamalah yang baik. 
2. RUANG LINGKUP PENDIDIKAN AKHLAK 
Muhammad Daud Ali menyatakan bahwa dalam garis besarnya akhlak terbagi dalam dua bagian, 
pertama adalah akhlak terhadap Allah/Khaliq (pencipta) dan kedua adalah akhlak terhadap 
makhluknya (semua ciptaan Allah). Dan ruang lingkup pendidikan akhlak, di antaranya adalah : 
a. Akhlak Terhadap Allah SWT 
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap/perbuatan yang seharusnya dilakukan 
oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan yang Khaliq. 
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah : 
1) Karena Allah yang telah menciptakan manusia dan menciptakan manusia di air yang 
ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. (Q.S. al-Thariq : 5-7). Dalam 
ayat lain, Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian diproses 
menjadi benih yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim) setelah ia menjadi segumpal 
darah, daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberikan ruh. (Q.S. 
Al-Mu’minun 12-13) 
2) Karena Allah lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran,
penglihatan, akal, pikiran dan hati sanubari. Di samping anggota badan yang kokoh dan 
sempurna pada manusia. 
3) Karena Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi 
kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, 
udara, binatang dan ternak dan lain sebagainya. (Q.S.al Jatsiah : 12-13) 
4) Allah lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan untuk menguasai 
daratan dan lautan. (Q.S. al-Isra’ 70) 
Dalam berakhlak kepada Allah SWT., manusia mempunyai banyak cara, di antaranya dengan 
taat dan tawadduk kepada Allah, karena Allah SWT menciptakan manusia untuk berakhlak 
kepada-Nya dengan cara menyembah kepada-Nya, sebagaimana fiman Allah SWT dalam Q.S. 
51/Adz-Dzariyat : 56 : 
.سَ ا جَلَقَنت الَلجقن سَالَلالَسَ اللاق لليَ بٍَندنسَل Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia,melainkan supaya mereka menyembah 
kepada-Ku. (Q.S. adz-Dzariyat : 56) 
Ada dua dimensi dalam berakhlak kepada Allah SWT : 
1. Akhlak kepada Allah karena bentuk ketaatan (kewajiban kepada Allah) 
Perintah untuk taat kepada Allah ditegaskan dalam firman-Nya yaitu dalam Q.S. 4/An-Nisaa : 59 
: 
ننوَ عم فَنةدمسَهن اللىَ ل سَالقةسنوَلة ال وننَنَلَ تنفَ ل با ابَمهَا القلَبَنَ ا ننوَا الَيَُنوٍَ سَالَيَُنوٍَ القةسنوَةَ سَانسللى الَاَ لة ل نَ نلَ ن فَال تنَزَعَنَلَ فلى 
.يلال سَالَيَوَلَ الَالجلة نلللَ جَيَدة سَايََىَنن تاَلَسبَلا Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara 
kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada 
Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari 
kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An-Nisaa : 59) 
Akhlak kepada Allah adalah taat dan cinta kepada-Nya, mentaati Allah berarti melaksanakan 
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,di antaranya melaksanakan shalat wajib lima 
waktu. 
2. Akhlak kepada Allah karena bentuk tawadduk kepada Allah (keikhlasan dalam melaksanakan 
perintah-Nya). Tawadduk adalah sikap merendahkan diri terhadap ketentuan-ketentuan Allah 
SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. 23/Al-Mukminun : 1-7 : 
ةل فللٍنوَ .َُ سَالقلَبَنَ هنلَ للفننةل لهلَ بَنَ هنلَ لللقزووقَدَ افََلَحَ الَنفََل ننوَ .َُ الَقلَبَنَ فلىَ صَلاَتللهلَ جلعنوٍَ .َُ سَالقلَبَنَ هنلَ عَلن القلوَلون لٍَةنلوَ .َُ سَالقل .يفلخنوَ .َُ اللاقعَلغامََسل لهلَ اسََ ا لَ تَ ابََ نَننهلَ فَاللقنهلَ اَيَنة لنوَل يَنَ 
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam 
sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang 
tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga 
kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka 
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. (Q.S. al-Mukminun : 1-7) 
Untuk menumbuhkan sikap tawadduk, manusia harus menyadari asal kejadiannya, menyadari 
bahwa hidup di dunia ini terbatas, memahami ajaran Islam, menghindari sikap sombong, menjadi 
orang yang pemaaf, ikhlas, bersyukur, sabar dan sebagainya. 
b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia 
Akhlak terhadap sesama manusia,antara lain meliputi akhlak terhadap Rasul, orang tua (ayah dan 
ibu), guru, tetangga dan masyarakat. 
1) Akhlak terhadap Rasulullah 
Akhlak karimah kepada Rasulullah adalah taat dan cinta kepadanya, mentaati Rasulullah berarti 
melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Ini semua telah dituangkan dalam
hadits (sunnah) beliau yang berwujud ucapan, perbuatan dan penetapannya. Dan sebagaimana 
firman Allah SWT dalamQ.S. 4/An-Nisaa : 80 : 
. نَ بملعَل القةسنوَةَ فَقَدَ ا اََُعَ سَ نَ توََ ل ى فَ اََ ارََسَلَنلَ عَلَيَلهلَ يَفليَخَا 
Barangsiapa yang menaati Rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah, dan barangsiapa yang 
berpaling (dari ketaatan), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. 
(Q.S.an-Nisaa : 80) 
2) Akhlak terhadap orang tua (ayah dan ibu) 
Wajib bagi umat Islam untuk menghormati kedua orang tuanya, yaitu dengan berbakti, mentaati 
perintahnya dan berbuat baik kepada keluarganya, di antaranya : 
a) Berbicara dengan perkataan yang baik. Firman Allah SWT dalam Q.S. 17/Al-Isra : 23 : 
تقَن لقنه اََ ان عا قسلاَ تنََهَةَ هناََسَقن لقنه اََ لولاَهناََ فَلا سَقَا رَيملَ الَاقت بٍََندنسَا اللا البقاهن سَيلالَوللدَبَلن اليَىنَا الق ابَبَلنوَقن لعنَدَ الَل بَةَايََدنهناََ اسََ 
.قَوَلاَوَلةبَ اََ 
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah 
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara 
keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah 
kamu mengatakan kepada kaduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan 
ucapkanlah kepada mereka perkataanm yang mulia. (Q.S. al-Isra’ 23) 
b) Membantu orang tua (ayah dan ibu) 
3) Akhlak terhadap guru 
Akhlakul karimah kepada guru di antaranya dengan menghormatinya, berlaku sopan di 
hadapannya, mematuhi perintah-perintahnya, baik itu di hadapannya ataupun di belakangnya, 
karena guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid, yaitu yang memberi 
santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya. 
Penyair Syauki telah mengakui pula nilainya seorang guru dengan kata-katanya sebagai berikut : 
. وَادَالَنلٍََل نل ا بَ نوَ رَسنوَلا قنلَ لللَنلٍََل لل سَفل ل القَبَلجيَلا “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan 
seorang Rasul”. 
4) Akhlak terhadap tetangga dan masyarakat 
Pentingnya akhlak tidak terbatas pada perorangan saja, tetapi penting untuk bertetangga, 
masyarakat, umat dan kemanusiaan seluruhnya. Di antaranya akhlak terhadap tetangga dan 
masyarakat adalah saling tolong menolong, saling menghormati, persaudaraan, pemurah, 
penyantun, menepati janji, berkata sopan dan berlaku adil. Allah SWT berfiman dalam al-Qur’an 
Q.S. 5/Al-Maaidah : 2 : 
.بَدنالَلقٍَاد لسَت اٍََسَلنوَاعَلَغالَبلل ة سَالقَقَوَغصوَلاَت اٍََسَلنوَا عَلَى الَلاثلَل سَالَندٍَسالل سَاتققنوا الق لد 
Dan tolonglah menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan janganlah 
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada 
Allah,sesungguhnya Allah amat berat siksanya. (Q.S. Al-Maaidah : 2) 
c. Akhlak Terhadap Lingkungan 
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, 
baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tidak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak 
yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. 
Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tidak bernyawa semuanya diciptakan oleh SWT., dan 
menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini 
mengantarkan sang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang 
seharusnya diperlakukan secara wajar dan baik, seperti firman Allah SWT dalam Q.S. 6/Al- 
An’aam 38
. ل ن يَعم ثنقل اللى رَيل لهلَ بنحَعَنةسَ سَُ ال نَ دَف يقعة فلى الَاَرَل سلاَ ئَُلعة بقليََنة يلجَنَا يَيَل اللاق ان دل ا اَلن نلَ افَةَ نََُا فلى الَل مَ ل 
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua 
sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatupun di 
dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.(Q.S. Al-An’aam 38) 
4. METODE PENDIDIKAN AKHLAK 
Dalam buku Daur al-Bait fi Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim, karangan Khatib Ahmad Santhut yang 
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, membagi metode pendidikan moral/akhlak ke 
dalam 5 bagian, di antaranya adalah : 
a. Keteladanan 
Metode ini merupakan metode terbaik dalam pendidikan akhlak. Keteladanan selalu menuntut 
sikap yang konsisten serta kontinyu, baik dalam perbuatan maupun budi pekerti yang luhur. 
b. Dengan memberikan tuntunan 
Yang dimaksud di sini adalah dengan memberikan hukuman atas perbuatan anak atau perbuatan 
orang lain yang berlangsung di hadapannya, baik itu perbuatan terpuji atau tidak terpuji menurut 
pandangan al-Qur’an dan Sunnah. 
c. Dengan kisah-kisah sejarah 
Islam memperhatikan kecenderungan alami manusia untuk mendengarkan kisah-kisah sejarah. 
Di antaranya adalah kisah-kisah para Nabi, kisah orang yang durhaka terhadap risalah kenabian 
serta balasan yang ditimpakan kepada mereka. al-Qur’an telah menggunakan kisah untuk segala 
aspek pendidikan termasuk juga pendidikan akhlak. 
d. Memberikan dorongan dan menanamkan rasa takut (pada Allah) 
Tuntunan yang disertai motivasi dan menakut-nakuti yang disandarkan pada keteladanan yang 
baik mendorong anak untuk menyerap perbuatan-perbuatan terpuji, bahkan akan menjadi 
perwatakannya. 
e. Memupuk hati nurani 
Pendidikan akhlak tidak dapat mencapai sasarannya tanpa disertai pemupukan hati nurani yang 
merupakan kekuatan dari dalam manusia, yang dapat menilai baik buruk suatu perbuatan. Bila 
hati nurani merasakan senang terhadap perbuatan tersebut, dia akan merespon dengan baik, bila 
hati nurani merasakan sakit dan menyesal terhadap suatu perbuatan, ia pun akan merespon 
dengan buruk. 
Menurut Ahmad D. Marimba, ada 3 metode dalam pendidikan akhlak, yaitu : 
a. Dengan pembiasaan 
Tujuannya adalah agar cara-cara yang dilakukan dengan tepat, terutama membentuk aspek 
kejasmanian dari kepribadian atau memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu. 
b. Dengan pembentukan pengertian, minat dan sikap 
Dengan diberikan pengetahuan dan pengertian 
c. Pembentukan kerohanian yang luhur 
I. Ahlak Mulia dalam Kehidupan 
Akhlak mulia adalah sifat atau tingkah laku seseorang yang sesuai dengan nilai- nilai ajaran Islam 
yang terdapat pada kitab Al-Qur’an dan Sunah Rasul.Secara garis besar, akhlak mulia itu dapat 
dikelmpokkan kedalam dua kelompok yaitu: 
Akhlak kepada Allah 
Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh perintah yang telah disampikan Allah 
kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad SAW. Seluruh perintah tersebut sudah tercatat 
dalam Al-Quran dan Hadist. 
Akhlak kepada ciptaan Allah
Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun 
sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib dan ciptaan Allah yang nyata, 
benda hidup dan benda mati. 
Berikut ini adalah aspek-aspek yang menyagkut ahlak mulia kepada allah : 
1. Amanah 
Dalam bahasa Arab, kata amanah dapat diartikan sebagai titipan, kewajiban, ketenangan, 
kepercayaan, kejujuran dan kesetiaan. Dari pengertian bahasa dan dari pemahaman tematik al- 
Qur’an dan hadits, amanah dapat difahami sebagai sikap mental yang di dalamnya terkandung 
unsur kepatuhan kepada hukum, tanggung jawab kepada tugas, kesetiaan kepada komitmen, 
keteguhan dalam memegang janji. 
Dalam perspektif agama Islam, amanah memiliki makna dan kandungan yang luas, di mana 
seluruh makna dan kandungan tersebut bermuara pada satu pengertian bahwa setiap orang 
merasakan bahwa Allah subhanahu wata’ala senantiasa menyertainya dalam setiap urusan yang 
diberikan kepadanya, dan setiap orang memahami dengan penuh keyakinan bahwa kelak ia akan 
dimintakan pertanggung jawaban atas urusan tersebut. 
Dalam Islam, amanah ada pada setiap orang. Setiap orang memiliki amanah sesuai dengan apa 
yang dibebankan kepadanya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Masing-masing 
kalian adalah pemimpin, dan masing-masing kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya, 
seorang imam adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang laki-laki 
adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang 
wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan 
seorang pembantu adalah pemimpin dalam memelihara harta tuannya dan ia akan ditanya pula 
tentang kepemimpinannya”. (HR Imam Bukhari). 
Bagi seorang muslim, amanah adalah sebuah kewajiban yang harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya. 
Rasulullah mengajarkan seorang muslim untuk saling mewasiati dan memohon bantuan 
kepada Allah subhanahu wata’ala dalam menjaganya, bahkan ketika seseorang hendak bepergian 
sekalipun setiap saudaranya seharusnya mendoakannya “Aku memohon kepada Allah 
subhanahu wata’ala agar Ia terus menjaga agama engkau, amanah dan akhir amalan engkau”. 
(HR Imam Tirmidzi). 
Allah memerintahkan seorang muslim untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak 
menerimanya. Menjadikan seorang muslim untuk turut serta ambil bagian dalam upaya-upaya 
penyampaian amanat kepada yang berhak ini. 
Allah berfirman : 
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, 
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan 
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. 
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS An Nisaa’ 4 : 58) 
Untuk menentukan siapa orang yang berhak dan sanggup menerima suatu amanah, kita diberikan 
perdoman oleh Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Orang 
tersebut haruslah kompeten. 
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : 
“Bila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya”. Sahabat bertanya, “ Bagaimana 
bentuk penyia-nyiaannya?”. Beliau bersabda, “Bila persoalan diserahkan kepada orang yang 
tidak berkompeten, maka tunggulah kehancurannya” (HR Bukhari dan Muslim).
Kompetensi ini hendaknya bersifat menyeluruh, jadi bukan hanya sekedar keahlian dibidang 
yang akan dibebankan kepadanya, tapi juga mencakup kedekatannya dengan Allah dan baiknya 
sifat yang dimilikinya. Kompetensi inilah yang dipunyai oleh Nabi Yusuf AS, seorang Nabi yang 
sangat dekat kepada Allah, bersifat amanah, dan memiliki keahlian di bidangnya. 
Hal ini diabadikan dalam Al Quran : 
Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang 
yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (QS Yusuf 12 : 55) 
Kompetensi menyeluruh inilah yang harus dikedepankan. Kita tidak boleh memilih pemimpin 
karena pertimbangan hawa nafsu dan kekerabatan (nepotisme). Jika hawa nafsu dan kekerabatan 
yang dikedepankan, maka kita telah melakukan sebuah pengkhianatan yang besar. Khianat 
kepada Allah, Rasul dan orang-orang beriman. 
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menegaskan “Barang siapa mengangkat seseorang 
berdasarakan kesukuan atau fanatisme, sementara di sampingnya ada orang lain yang lebih 
disukai Allah dari padanya, maka ia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang 
beriman”, (HR Imam Al-Hakim) 
Beratnya tanggung jawab yang mengintai bagi seseorang yang dibebani amanah, tidak serta 
merta membuat orang tersebut boleh lari dari kewajiban menunaikan amanah. Jika amanah 
dipercayakan kepadanya karena kompetensinya, maka ia wajib menunaikannya. 
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Barangsiapa yang diserahi kekuasaan urusan 
manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang-orang yang 
membutuhkannya, maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad) 
Orang yang diserahi amanah ini, akan mendapatkan kebaikan yang banyak jika menunaikan 
amanah pun akan mendapatkan keburukan yang banyak jika amanah ini di khianati. Seorang 
mukmin menyadari hal ini, karenanya ia akan menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya. 
Karena Allah berfirman : 
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan 
(juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu 
mengetahui. (QS Al Anfaal 8 : 27) 
Pentingnya penunaian amanah dalam Islam, hingga dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam 
Ahmad bin Hambal, sahabat Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah tidak pernah berkhutbah 
untuk para sahabat kecuali beliau bersabda “Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak 
memiliki amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak pandai memeliharanya”. 
Allah menjanjikan pahala yang besar bagi orang-orang yang Amanah. Firman Allah 
s.w.t.”Supaya Allah memberikan balasan kepada orang yang benar itu karena kebenaranya, dan 
menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya 
Allah maha pengampun lagi maha penyayang” 
Sabda Rasulullah memuji orang yang lurus benarَ “Hendaklah kamu berlaku lurus benar. Lurus 
dan benar membawa kebaikan. Kebaikan Membawamu ke syurga. Diriwayatkan oleh bukhari 
muslim. Bahwasanya Rasulullah berkata kepada Abu Bakarَ “ Hendaklah benar pembicaraanmu, 
tpati janjimu. Peliharalah amanah (kepercayaan dan tanggung jawab) yang diberikan kepadamu. 
Itulah amanah dari nabi-nabi”. Lurus dan benar dapat dibagi dalam beberapa bagian 
1. Lurus dan benar dalam berfikir. 
2. Lurus dan benar dalam perkataan. 
3. Lurus dan benar dalam perbuatan. 
4. Lurus dan jujur dalam pergaulan.
2. Ikhlas 
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras dari kerikil-kerikil dan 
batu-batu kecil di sekitar beras.Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika 
beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah 
keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala 
pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya’ akan 
menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.Tetapi 
banyak dari kita yang beribadah tidak berlandaskan rasa ikhlas kepada Allah SWT, melainkan 
dengan sikap riya’ atau sombong supaya mendapat pujian dari orang lain. Hal inilah yang dapat 
menyebabkan ibadah kita tidak diterima oleh Allah SWT. 
Arti Dari Ikhlas 
Secara bahasa, Ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih dari kotoran. 
Sedangkan secara istilah, Ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa 
menyekutukan-Nya dengan yang lain. 
Oleh karena itu, bagi seorang muslim sejati makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh 
perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan 
pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, kemajuan atau 
kemunduran. Dengan demikian Si Muslim tersebut menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan 
tentara dunia dan kepentingan. Katakanlahَ “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan 
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah 
yang diperintahkan kepadaku.”Dan yang berkarakter seperti itulah yang mempunyai semboyan 
“Allahu Ghayaatunaa”, yang artinya Allah adalah tujuan kami, dalam segala aktivitas dalam 
mengisi kehidupan. 
Kedudukan Ikhlas 
Rasulullah SAW. Pernah bersabda, “ Ikhlaslah dalam beragama, cukup bagimu amal yang 
sedikit.” Dalam hadist lain Rasulullah SAW. bersabda,“ Sesungguhnya Allah tidak menerima 
amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.” 
Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya,“ Wahai Abu Musa, jika engkau 
berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), 
maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah 
Azza wa Jalla.” 
Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini,“ Amal tanpa 
keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi 
tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata,“ Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, 
maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa 
keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.” 
Dari beberapa contoh hadist di atas menunjukkan bahwa ikhlas itu memang sangat penting bagi 
umat muslim dalam melaksanakan ibadah, karena tanpa rasa ikhlas dan hanya mengharap ridho 
dari Allah SWT ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah. 
Ciri-Ciri Orang Ikhlas 
1. Terjaga dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT, baik sedang bersama dengan 
manusia atau sendiri. Disebutkan dalam hadits,“ Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari 
umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah
menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan 
kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum 
yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah) 
2. Senantiasa beramal di jalan Allah SWT baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang orang 
lain, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata,“ Orang yang riya memiliki 
beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah 
dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.” 
3. Selalu menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT dan selalu bersyukur atas nikmat 
yang diberikan oleh Allah SWT. 
4. Mudah memaafkan kesalahan orang lain. 
Pengelompokan Ikhlas 
1. Iklhas Mubtadi’ Yakni orang yang beramal karena Allah, tetapi di dalam hatinya terbesit 
keinginan pada dunia. Ibadahnya dilakukan hanya untuk menghilangkan kesulitan dan 
kebingunan.Ia melaksanakan shalat tahajud dan bersedekah karena ingin usahanya berhasil. Ciri 
orang yang mubtadi’ bisa terlihat dari cara dia beribadah. Orang yang hanya beribadah ketika 
sedang butuh biasanya ia tidak akan istiqamah. Ia beribadah ketika ada kebutuhan. Jika 
kebutuhannya sudah terpenuhi, ibadahnyapun akan berhenti. 
2. Ikhlas Abid Yakni orang yang beramal karena Allah dan hatinya bersih dari riya’ serta 
keinginan dunia. Ibadahnya dilakukan hanya karena Allah dan demi meraih kebahagiaan akhirat, 
menggapai surga, takut neraka, dengan dibarengi keyakinan bahwa amal ini bisa menyelama tkan 
dirinya dari siksaan api neraka. Ibadah seorang abid ini cenderung berkesinambungan, tetapi ia 
tidak mengetahui mana yang harus dilakukan dengan segera (mudhayyaq) dan mana yang bisa 
diakhirkan (muwassa’), serta mana yang penting dan lebih penting. Ia menganggap semua ibadah 
itu adalah sama. 
3. Ikhlas Muhibb : Yakni orang yang beribadah hanya karena Allah, bukan ingin surga atau takut 
neraka. Semuanya dilakukan karena bakti dan memenuhi perintah dan mengagungkan-Nya. 
4. Ikhlas Arif, yaitu orang yang dalam ibadahnya memiliki perasaan bahwa ia digerakkan Allah. 
Ia merasa bahwa yang beribadah itu bukanlah dirinya. Ia hanya menyaksikan ia sedang 
digerakkan Allah karena memiliki keyakinan bahwa tidak memiliki daya dan upaya 
melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Semuanya berjalan atas kehendak Allah. 
Manfaat dan Keutamaan Ikhlas 
1. Membuat hidup menjadi tenang dan tenteram 
2. Amal ibadahnya akan diterima oleh Allah SWT. 
3. Dibukanya pintu ampunan dan dihapuskannya dosa serta dijauhkan dari api neraka. 
4. Diangkatnya derajat dan martabat oleh Allah SWT. 
5. Doa kita akan diijabah. 
6. Dekat dengan pertolongan Allah. 
7. Mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. 
8. Akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari kiamat. 
9. Allah SWT akan memberi hidayah (petunjuk) sehingga tidak tersesat ke jalan yang salah. 
10. Allah akan membangunkan sebuah rumah untuk orang-orang yang ikhlas dalam membangun 
masjid 
11. Mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain 
12. Dapat memiliki sifat zuhud (menerima dengan apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT) 
Cara Mencapai Ikhlas 
Cara agar kita dapat mancapai rasa ikhlas adalah dengan mengosongkan pikiran dissat kita
sedang beribadah kepada Allah SWT. Kita hanya memikirkan Allah, shalat untuk Allah, zikir 
untuk Allah, semua amal yang kita lakukan hanya untuk Allah.Lupakan semua urusan duniawi, 
kita hanya tertuju pada Allah.Jangan munculkan ras riya’ atau sombong di dalam diri kita karena 
kita tidak berdaya di hadapan Allah SWT.Rasakanlah Allah berada di hadapan kita dan sedang 
menyaksikan kita. Insya Allah dengan cara di atas anda dapat mencapai ikhlas. Dan jangan lupa 
untuk berdoa memohon kepada Allah SWT agar kita dapat beribadah secara ikhlas untuk-Nya, 
sebagaimana do’ a Nabi Ibrahim a.s,” Sesungguhnya jika Rabb-ku tidak memberi hidayah 
kepadaku, pastilah aku 
termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. al An'aamَ 77). 
Allah SWT berfirman yang artinyaَ “Sesungguhnya orang-orang yang munafik itu (ditempatkan) 
pada tingkatan yang paling bawah dari neraka dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang 
penolongpun bagi mereka” 
Sabda Rasulullah “sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal yang ikhlas 
mengharapkan pahala dari Allah” 
Banyak orang yang gagal karena tidak ada keikhlasan. Ikhlas adalah dasar dari keberhasilan 
dan keselamatan. 
3. Berani 
Berani adalah sifat manusiawi untuk melawan kesulitan atau bahaya disaat diperlukan berbuat 
demikian. Setelah pertimbangan dengan mantap dan putusan sudah ditetapkan orang harus 
bertekat bulat menjalankanya, itulah yang disebut azimah. Firman Allah SWT: 
159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. 
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari 
sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan 
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu telah 
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang 
yang bertawakkal kepada-Nya. (Al-Imran : 159) 
Berani dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu: 
1. Berani Jasmaniah. 
2. Berani Rohaniah. 
4. Kepercayaan. 
Dalam tata bahasa Indonesia kepercayaan berasal dari kata dasar “percaya” mendapat imbuhan 
awalan “ke” dan akhiran “an”. Kata percaya menurut kamus bahasa Indonesia berarti: 
1. (Akan kepada) menganggap (mengakui, yakin) bahwa memang benar (ada dan sebagainya). 
2. (Akan, kepada) menganggap dengan pasti bahwa (jujur, kuat, baik dsb): mengharapkan benar 
atau memastikan (bahwa akan dapat memenuhi harapannya, dsb). 
Adapaun pengertian Kepercayaan menurut ilmu makna kata (sematik) mempunyai arti: 
a. Iman kepada agama 
b. Anggapan (keyakinan) bahwa benar sungguh ada, misalnya kepada dewa-dewa dan orang-orang 
halus. 
c. Dianggap benar dan jujur, musalnya orang kepercayaan. 
d. Setuju kepada kebijakansaan pemerintah atau pengurus. 
ialah menjaga tanggung jawab dan menunaikanya dengan bak menurut semestinya. Allah 
berfirman: 
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Al –
Mu’minun 8) 
5. Sederhana 
Sederhana adalah seimbang, dalam bahkil dan royal, penakut dan pemberani, hidup mewah 
dan melarat. Firman Allah SWT: 
67. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak 
(pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (Al – 
Furqaan : 67) 
Sederhana Dalam Makan dan Minum. 
Makan dam minum disaat sudah lapar. Waktu makan tidak terlalu kenyang. Makan berlebihan 
menimbulkan penyakit. 
31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid[534], makan 
dan minumlah, dan janganlah berlebih- lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang 
yang berlebih-lebihan. (Al – Araaf : 31) 
Berpakaian Sederhana. 
Berpakaian sederhana ialah berpakaian yang cocok dengan keadaan sesuai dengan situasi dan 
kondisi. 
Sederhana dalam pembicaraan. 
Menjaga dan menyesuaikan pembicaraan sengan situasi dan kondisi. Rasulullah bersabda: 
“Siapa yang banyak bicaranya banyak salahnya, siapa yang banyak salahnya banyak dosanya, 
siapa yang banyak dosanya nerakalah tempatnya” Diriwayatkan Thabrani. 
Sederhana berbelanja 
Sederhana ialah menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan Allah SWT berfirman: 
29. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu 
mengulurkannya[852] karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (Al – Israa’ 29) 
Sederhana waktu bekerja dan Istirahat. 
Bekerja dengan rajin disuruh agama. Dilarang membuang-buang waktu dengan percuma tanpa 
amal. Duduk bermalas malasan di larang. 
6. Sabar 
Sabar berasal dari kata “sobaro-yasbiru” yang artinya menahan.Dan menurut istilah, sabar adalah 
menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari 
celaan, dan menahan anggota badan dari berbuat dosa dan sebagainya.Itulah pengertian sabar 
yang harus kita tanamkan dalam diri kita.Dan sabar ini tidak identik dengan cobaan saja.Karena 
menahan diri untuk tidak bersikap berlebihan, atau menahan diri dari pemborosan harta bagi 
yang mampu juga merupakan bagian dari sabar.Sabar harus kita terapkan dalam setiap aspek 
kehidupan kita.Bukan hanya ketika kita dalam kesulitan, tapi ketika dalam kemudahaan dan 
kesenangan juga kita harus tetap menjadikan sabar sebagai aspek kehidupan kita. 
Macam-macam Sabar 
Sabar itu ada berbagai macam, antara lain : 
1. Sabar dalam menjalankan perintah Allah SWT 
Menahan diri kita agar tetap istiqomah dalam menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah
SWT adalah bagian dari perintah Allah SWT. Kita harus tetap sabar menjalankan itu semua, 
karena Allah telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang menjalankan perintah-Nya dengan 
baik sesuai syariat yang telah Allah SWT turunkan.Mulai dari shalat, zakat, puasa, dakwah, dan 
lain-lain.Itu semua harus kita jalani dengan sabar. 
2. Sabar dari apa yang dilarang Allah SWT 
Tenar sekali salah satu lagu yang dinyanyikan oleh Raja Dangdut H.Rhoma Irama dimana ada 
sebagian liriknya yang berbunyi “mengapa semua yang asik-asik, itu diharamkan?mengapa 
semua yang enak-enak itu dilarang?” karena semua itu adalah memang godaan setan yang 
merayu kita dengan kenikmatan-kenikmatan dunyawi. Semua kenikmatan itu hanya semua, 
karena jalan yang ditunjukan oleh setan itu tidaklah berakhir kecuali di neraka. Dan kita sebagi 
umat Islam harus bersabar dari apa yang dilarang oleh Allah SWT. Yakinlah bahwa semua 
larangan itu pasti ada maksudnya. Tidaklah Allah SWT melarang kita untuk berbuat dosa, 
kecuali dalam dosa itu pasti ada sebuah kerugian yang akan didapat jika kita melakukannya. 
3. Sabar terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah SWT 
Jika ada salah satu dari kita ditakdirkan dengan kondisi fisik yang kurang, maka kita juga harus 
tetap bersabar.Karena bersabar dengan ketentuan Allah SWT merupakan salah satu dari macam 
sabar. Dan balasan lain dari sabar kita itu adalah surga. Rasulallah SAW bersabda: sesungguhnya 
Allah SWT berfirman “Jika hambaku diuji dengan kedua matanya dan dia bersabar, maka Aku 
akan mengganti kedua matanya dengan surga” (HR. Bukhori). 
Allah SWT berfirman : 
153. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], 
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah : 153) 
Firman Allag SWT dalam Q.S Az-zumar : 10 
10. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu." Orang-orang 
yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. 
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa 
batas. 
Firman Allah SWT dalam Q.S Ali-Imran : 142 
142. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah 
orang-orang yang berjihad[232] diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. 
7. Memelihara Lidah 
Ucapan yang dikeluarkan merupakan kemahiran seseorang. Dari pembicaraan dapat diukur 
pengetahuan dan buah pikiran pembicaranya. Dapat diketahui adab dan budi pekertinya 
70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan 
yang benar, 
71. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. 
Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat 
kemenangan yang besar. (Q.S Al-Ahzaab : 70-71) 
Memelihara lidah ialah mengikuti sopan santun dan etik pergaulan. Allah SWT berfirman:
33. Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, 
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang 
menyerah diri?" 
34. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih 
baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah 
menjadi teman yang sangat setia. 
8. Rendah Hati 
Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati, tidak sombong. Pengertian yang lebih dalam adalah 
kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. 
Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya 
bersumber dari Allah SWT. Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit 
sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa 
bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu 
menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga 
keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah. 
Tawadhu ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan takabbur 
(sombong), ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain amal kebaikan kita. 
Tawadhu merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia jadi sudah selayaknya kita sebagai 
umat muslim bersikap tawadhu, karena tawadhu merupakan salah satu akhlak terpuji yang wajib 
dimiliki oleh setiap umat islam. Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini : 
Rasulullah SAW bersabdaَ yang artinya “Tiada berkurang harta karena sedekah, dan Allah tiada 
menambah pada seseorang yang memaafkan melainkan kemuliaan. Dan tiada seseorang yang 
bertawadhu’ kepada Allah, melainkan dimuliakan (mendapat ‘izzah) oleh Allah. (HR. Muslim). 
Iyadh bin Himar ra. berkataَ Bersabda Rasulullah SAWَ “Sesungguhnya Allah SWT telah 
mewahyukan kepadakuَ “Bertawadhu’lah hingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap 
lainnya dan seseorang tidak menganiaya terhadap lainnya.(HR. Muslim). 
Rasulullah SAW bersabda, “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” 
(HR. Muslim) 
Ibnu Taimiyah, seorang ahli dalam madzhab Hambali menerangkan dalam kitabnya, Madarijus 
Salikin bahwa tawadhu ialah menunaikan segala yang haq dengan bersungguh-sungguh, taat 
menghambakan diri kepada Allah sehingga benar-benar hamba Allah, (bukan hamba orang 
banyak, bukan hamba hawa nafsu dan bukan karena pengaruh siapa pun) dan tanpa menganggap 
dirinya tinggi. 
Tanda orang yang tawadhu’ adalah disaat seseorang semakin bertambah ilmunya maka semakin 
bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya.Dan semakin bertambah amalnya maka 
semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya.Setiap kali bertambah usianya maka semakin 
berkuranglah ketamakan nafsunya.Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah 
kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi 
kedudukan dan posisinya maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk 
menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.. Ini karena 
orang yang tawadhu menyadari akan segala nikmat yang didapatnya adalah dari Allah SWT,
untuk mengujinya apakah ia bersykur atau kufur. 
Perhatikan firman Allah berikut ini “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah 
aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka 
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka 
sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An Namlَ 40).” 
Berikut beberapa ayat-ayat Al Quran yang menegaskan perintah Allah SWT untuk senantiasa 
bersikap tawadhu’ dan menjauhi sikap sombong, sebagai berikut ”Dan janganlah kalian berjalan di atas bumi ini dengan menyombongkan diri, karena kalian 
tidak akan mampu menembus bumi atau menjulang setinggi gunung” (QS al-Isra-37). 
Firman Allah SWT lainnya: ”Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak 
menginginkan kesombongan di muka bumi dan kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang 
baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa (QS al-Qashshash-83.) 
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas 
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan 
kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al Furqaan: 63) 
Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan 
apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. 
(QS: an-Nahl: 23) 
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri 
terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) 
mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi 
pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS: al-A’rafَ 40) 
Dan apabila dikatakan kepadanyaَ “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya 
yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam.Dan 
sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS.Al-Baqarah : 206) 
Berikut beberapa contoh Ketawadhu’an Rasulullah SAW 
1) Anas ra jika bertemu dengan anak-anak kecil maka selalu mengucapkan salam pada mereka, 
ketika ditanya mengapa ia lakukan hal tersebut ia menjawab: Aku melihat kekasihku Nabi SAW 
senantiasa berbuat demikian. (HR Bukhari, Fathul Bari’-6247). 
2) Dari Anas ra berkata: Nabi SAW memiliki seekor unta yang diberi nama al-’adhba` yang 
tidak terkalahkan larinya, maka datang seorang ‘a’rabiy dengan untanya dan mampu 
mengalahkan, maka hati kaum muslimin terpukul menyaksikan hal tersebut sampai hal itu
diketahui oleh nabi SAW, maka beliau bersabda: Menjadi haq Allah jika ada sesuatu yang 
meninggikan diri di dunia pasti akan direndahkan-Nya. HR Bukhari (Fathul Bari’-2872). 
3) Abu Said al-Khudarii ra pernah berkata: Jadilah kalian seperti Nabi SAW, beliau SAW 
menjahit bajunya yang sobek, memberi makan sendiri untanya, memperbaiki rumahnya, 
memerah susu kambingnya, membuat sandalnya, makan bersama-sama dengan pembantu-pembantunya, 
memberi mereka pakaian, membeli sendiri keperluannya di pasar dan memikulnya 
sendiri ke rumahnya, beliau menemui orang kaya maupun miskin, orang tua maupun anak-anak, 
mengucapkan salam lebih dulu pada siapa yang berpapasan baik tua maupun anak, kulit hitam, 
merah, maupun putih, orang merdeka maupun hamba sahaya sepanjang termasuk orang yang 
suka shalat. 
Dan beliau SAW adalah orang yang sangat rendah hati, lembut perangainya, dermawan luar 
biasa, indah perilakunya, selalu berseri-seri wajahnya, murah senyum pada siapa saja, sangat 
tawadhu’ tapi tidak menghinakan diri, dermawan tapi tidak berlebih-lebihan, mudah iba hatinya, 
sangat penyayang pada semua muslimin.Beliau SAW datang sendiri menjenguk orang sakit, 
menghadiri penguburan, berkunjung baik mengendarai keledai maupun berjalan kaki, 
mengabulkan undangan dari para hamba sahaya siapapun dan dimanapun. Bahkan ketika 
kekuasaannya SAW telah meliputi jazirah Arabia yang besar datang seorang ‘A’rabiy 
menghadap beliau SAW dengan gemetar seluruh tubuhnya, maka beliau SAW yang mulia segera 
menghampiri orang tersebut dan berkata: Tenanglah, tenanglah, saya ini bukan Raja, saya 
hanyalah anak seorang wanita Quraisy yang biasa makan daging kering. (HR Ibnu Majah-3312 
dari abu Mas’ud al-Badariiy) 
Berbicara lebih jauh tentang tawadhu’, sebenarnya tawadhu’ sangat diperlukan bagi siapa saja 
yang ingin menjaga amal shaleh atau amal kebaikannya, agar tetap tulus ikhlas, murni dari tujuan 
selain Allah. Karena memang tidak mudah menjaga keikhlasan amal shaleh atau amal kebaikan 
kita agar tetap murni, bersih dari tujuan selain Allah. Sungguh sulit menjaga agar segala amal 
shaleh dan amal kebaikan yang kita lakukan tetap bersih dari tujuan selain mengharapkan ridha- 
Nya.Karena sangat banyak godaan yang datang, yang selalu berusaha mengotori amal kebaikan 
kita.Apalagi disaat pujian dan ketenaran mulai datang menghampiri kita, maka terasa semakin 
sulit bagi kita untuk tetap bisa menjaga kemurnian amal shaleh kita, tanpa terbesit adanya rasa 
bangga dihati kita.Disinilah sangat diperlukan tawadhu’ dengan menyadari sepenuhnya, bahwa 
sesungguhnya segala amal shaleh, amal kebaikan yang mampu kita lakukan, semua itu adalah 
karena pertolongan dan atas ijin Allah SWT. 
Tawadhu’ juga mutlak dimiliki bagi para pendakwah yang sedang berjuang meninggikan 
Kalimatullah di muka bumi ini, maka sifat tawadhu’ mutlak diperlukan untuk kesuksesan misi 
dakwahnya. Karena bila tidak, maka disaat seorang pendakwah mendapatkan pujian, 
mendapatkan banyak jemaah, dikagumi orang dan ketenaran mulai menghampirinya, tanpa 
ketawadhu’an, maka seorang pendakwah pun tidak akan luput dari berbangga diri atas 
keberhasilannya. 
9. Adil 
Berarti selalu menjalankan kebenaran dalam segala tindakan. Tidak keluar garis kebenaran. 
Adil dibagi menjadi dua bagian
1. Adil kepada diri sendiri 
Yaitu memberikan sikap yang berhak haknya. Tidak boleh memihak dan berat sebelah 
2. Keadilan dalam masyarakat 
58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak 
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu 
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya 
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (An nisa : 58) 
Hadist nabi artinya “satu keaniayaan (ketidak adilan) menjadi beberapa keaniayaan di akhirat” 
10. Maaf 
Maaf berarti tidak membalas waktu ada kesempatan. Maaf menghilangkan perselisihan. Ibnu 
Qudamah dalam Minhaju Qashidin menjelaskan bahwa makna memberi maaf di sini ialah 
sebenarnya engkau mempunyai hak, tetapi engkau melepaskannya, tidak menuntut qishash 
atasnya atau denda kepadanya. Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Quran menjelaskan: 
Kata maaf berasal dari bahasa Al-Quran alafwu yang berarti "menghapus" karena yang 
memaafkan menghapus bekas-bekas luka di hatinya. Bukanlah memaafkan namanya, apabila 
masih ada tersisa bekas luka itu didalam hati, bila masih ada dendam yang membara. Boleh jadi, 
ketika itu apa yang dilakukan masih dalam tahaf "masih menahan amarah". Usahakanlah untuk 
menghilangkan noda-noda itu, sebab dengan begitu kita baru bisa dikatakan telah memaafkan 
orang lain. 
Islam mengajak manusia untuk saling memaafkan. Dan memberikan posisi tinggi bagi pemberi 
maaf. Karena sifat pemaaf merupakan bagian dari akhlak yang sangat luhur, yang harus 
menyertai seorang Muslim yang bertakwa. Allah swt berfirman: "...Maka barangsiapa yang 
memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah." (Q.S.Asy-Syura : 40). 
Dari Uqbah bin Amir, dia berkata: "Rasulullah SAW bersabda, "wahai Uqbah, bagaimana jika 
kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? 
Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan 
hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan 
maafkanlah orang yang telah menzalimimu." (HR.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy). 
Al-Quran memang menetapkan, bahwa seseorang yang diperlakukan secara zalim diizinkan 
untuk membela diri tapi bukan didasarkan balas dendam. Pembelaan diri dilakukan dengan 
penuh simpati seraya menunjukan perangai yang luhur, bersabar, memaafkan dan toleran. Ketika 
Matsah yang dibiayai hidupnya oleh Abu Bakar menyebarkan gosip yang menyangkut 
kehormatan putrinya Aisyah yang juga istri Nabi. Abu Bakar bersumpah tidak akan 
membiayainya lagi. Tapi, Allah melarangnya sambil menganjurkan untuk memberika maaf dan 
berlapang dada.(Q.S. an-Nur : 22). Dari ayat ini ternyata ada tingkatan yang lebih tinggi dari 
alafwu (maaf), yaitu alshafhu. Kata ini pada mulanya berarti kelapangan. Darinya dibentuk kata 
shafhat yang berarti lembaran atau halaman, serta mushafahat yang berarti yang berarti berjabat 
tangan. Seorang yang melakukan alshafhu seperti anjuran ayat diatas, dituntut untuk 
melapangkan dadanya sehingga mampu menampung segala ketersinggungan serta dapat pula 
menutup lembaran lama dan membuka lembaran baru. 
11. Beramal dan Berusaha 
Islam mewajibkan beramal dan berusaha. Allah SWT berfirman:
39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, 
40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). 
41. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,(An Najm : 
39-41) 
12. Bertolong-tolongan 
Adalah salah satu sifat yang mendorong seseorang untuk membantu dan bekerja sama dengan 
orang lain. manusia menurut fitrahnya memerlukan tolong-menolong itu. tolong menolong 
bekerjasama membuat amal yang bergunauntuk masyarakat. Allah SWT berfirman: 
2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah [389], dan 
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram [390], jangan (mengganggu) binatang-binatang 
had-ya [391], dan binatang-binatang qalaa-id [392], dan jangan (pula) mengganggu 
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari 
Tuhannya [393] dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan 
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi 
kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah 
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong 
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah 
amat berat siksa-Nya.(Al-maidah : 2) 
13. Berbuat Baik 
Berbuat baik (ihsan) memberikan pengorbanan untuk menyelamatkan umat manusia. Islam 
menganjurkan agar setiap muslim selalu berbuat baik. pahala yang besar akan diperolehnya. 
Allah SWT berfirman: 
195. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu 
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang 
yang berbuat baik.(Al-Baqarah : 195) 
Firman Allah SWT: 
57. Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu 
bertakwa.(Yusuf : 57) 
Pada ayat lain Allah SWT berfirman: 
77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri 
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat 
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah 
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang 
berbuat kerusakan. (Al-Qasash : 77) 
14. Malu 
Adalah perasaan hati nurani yang enggan melakukan suatu perbuatan yang melanggar 
agama.malu dapat dibagi tiga macam. 
1. Malu kepada Allah SWT 
Ialah mengikuti suruhan-Nya menjauhi larangan-Nya.tidak melanggar perintah-Na dan selalu
menyembah Allah SWT. 
2. Malu kepada sesama manusia 
Malu kepada sesama manusia ialah bergaul dengan baik.tidak mencela dan merendahkan teman 
sejawat. 
3. Malu kepada diri sendiri 
Malu kepada diri sendiri ialah meninggalkan segala perbuatan yang dirasa benci oleh orang lain. 
15. Percaya kepada diri sendiri 
Percaya diri adalah suatu tekat tidak mau menyandarkan diri kepada orang lain. adalah sebuah 
motivasi dan dorongan jiwa untuk maju. Seseorang yang percaya diri memiliki semangat idup 
yang berkobar untuk beramal dan berbuat. Allah SWT berfirman: 
39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, 
40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya).(An-Najm : 39-40) 
16. Musyawarah 
musyawarah adalah mencari cara untuk menyelesaikan suatu masalah dengan menyaring 
berbagai pendapat dan buah pikiran. Islam menganjurkan kepada umatnya untuk bermusyawarah 
dan menjanjikan pahala yang besar bagi yang melakukanya. Allah SWT berfirman: 
38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, 
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka 
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.(Assyura : 38) 
Allah SWT menyuruh Rasulullah untuk bermusyawarah dengan sahabat-sahabat, bersikap 
lunak lembut dan ramah tamah dengan mereka. Firman Allah SWT: 
160. Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika 
Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat 
menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang 
mu'min bertawakkal.(Ali Imran : 160) 
Sabda Rasulullah “tidaklah rugi bagi orang0orang yang beristikharah (meminta petunjuk tuhan) 
dan tidaklah menyesal orang yang bermusyawarah”. 
17. Bergaul dengan baik 
Manusia banyak sekali keperluanya.ia tidak akan sanggup melengkapkan semua keperluan 
hidupnya itu sendiri. Ia memerlukan bantuan orang lain. Pergaulan dengan baik dpat dibinah 
dengan beberpa cara yaitu : 
1. Dengan ramah tamah 
Ramah tamah menimbulkan rasa simpati orang lain. rasa simpati yang mengikat tali 
persaudaraan. kasih mengasihi, bantu membantu. 
2. Keadilan 
Berarti yang salah dikatakan salah yang benar dikatakan benar. 
3. Pertanggungjawaban kepada mansyarakat 
Setiap orang ada tanggung jawabna untuk meciptakan masyarakat baik. Allah SWT berfirman: 
129. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak
ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 
'Arsy yang agung". (At-taubah : 129)

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Rukun iman dan rukun islam
Rukun iman dan rukun islamRukun iman dan rukun islam
Rukun iman dan rukun islam12110068
 
Etika moral, akhlaq dan adab
Etika moral, akhlaq dan adabEtika moral, akhlaq dan adab
Etika moral, akhlaq dan adab031330
 
Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman manusia
Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman manusiaAl-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman manusia
Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman manusiaRatna Ika
 
Islam Normatif dan Historis
Islam Normatif dan Historis Islam Normatif dan Historis
Islam Normatif dan Historis LBB. Mr. Q
 
Ppt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konseling
Ppt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konselingPpt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konseling
Ppt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konselingIis Nurul Fitriyani
 
Bersikap sesuai akhlak
Bersikap sesuai akhlakBersikap sesuai akhlak
Bersikap sesuai akhlakKampus-Sakinah
 
Powerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakPowerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakDini Audi
 
Etika moral-dan-akhlak (1)
Etika moral-dan-akhlak (1)Etika moral-dan-akhlak (1)
Etika moral-dan-akhlak (1)fadilahyulia
 
Kematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorang
Kematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorangKematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorang
Kematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorangSanti Susanti
 
KD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam Islam
KD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam IslamKD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam Islam
KD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam IslamSyarifatul Marwiyah
 
Al qur'an hadits ma.sma
Al qur'an hadits ma.smaAl qur'an hadits ma.sma
Al qur'an hadits ma.smaHazana Itriya
 
Memahami Islam Secara Komprehensif
Memahami Islam Secara KomprehensifMemahami Islam Secara Komprehensif
Memahami Islam Secara KomprehensifRia Widia
 

Was ist angesagt? (20)

Akhlakul Karimah
Akhlakul KarimahAkhlakul Karimah
Akhlakul Karimah
 
Rukun iman dan rukun islam
Rukun iman dan rukun islamRukun iman dan rukun islam
Rukun iman dan rukun islam
 
Etika moral, akhlaq dan adab
Etika moral, akhlaq dan adabEtika moral, akhlaq dan adab
Etika moral, akhlaq dan adab
 
ilmu Rijalul Hadits
ilmu Rijalul Haditsilmu Rijalul Hadits
ilmu Rijalul Hadits
 
Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman manusia
Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman manusiaAl-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman manusia
Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman manusia
 
Islam Normatif dan Historis
Islam Normatif dan Historis Islam Normatif dan Historis
Islam Normatif dan Historis
 
Aqiqah kurban
Aqiqah kurbanAqiqah kurban
Aqiqah kurban
 
Ppt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konseling
Ppt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konselingPpt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konseling
Ppt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konseling
 
Makalah Akhlak Dalam Kehidupan
Makalah Akhlak Dalam KehidupanMakalah Akhlak Dalam Kehidupan
Makalah Akhlak Dalam Kehidupan
 
AKHLAK
AKHLAKAKHLAK
AKHLAK
 
Bersikap sesuai akhlak
Bersikap sesuai akhlakBersikap sesuai akhlak
Bersikap sesuai akhlak
 
Akhlak
AkhlakAkhlak
Akhlak
 
Powerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakPowerpoint Akhlak
Powerpoint Akhlak
 
Etika moral-dan-akhlak (1)
Etika moral-dan-akhlak (1)Etika moral-dan-akhlak (1)
Etika moral-dan-akhlak (1)
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 
Kematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorang
Kematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorangKematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorang
Kematangan beragama, problem keimanan dan gangguan keberagamaan seseorang
 
Ppt aqidah islam
Ppt aqidah islamPpt aqidah islam
Ppt aqidah islam
 
KD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam Islam
KD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam IslamKD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam Islam
KD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam Islam
 
Al qur'an hadits ma.sma
Al qur'an hadits ma.smaAl qur'an hadits ma.sma
Al qur'an hadits ma.sma
 
Memahami Islam Secara Komprehensif
Memahami Islam Secara KomprehensifMemahami Islam Secara Komprehensif
Memahami Islam Secara Komprehensif
 

Andere mochten auch

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAKMAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAKDwi Oktalidiasari
 
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan TasawufAkhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan TasawufAsma'ul Khusna
 
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam KehidupanEksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam KehidupanOki Ma'arif
 
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnyaMakalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnyaSchool
 
Karakteristik, syarat dan sikap profesional keguruan
Karakteristik, syarat dan sikap profesional keguruanKarakteristik, syarat dan sikap profesional keguruan
Karakteristik, syarat dan sikap profesional keguruanRofi Sari
 
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Rewa D
 
03. Akhlak Kepada Orang Tua
03. Akhlak Kepada Orang Tua03. Akhlak Kepada Orang Tua
03. Akhlak Kepada Orang Tuayasin5582
 
Akhlak, Etika dan Moral
Akhlak, Etika dan MoralAkhlak, Etika dan Moral
Akhlak, Etika dan MoralZezen Wahyudin
 
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesiaMakalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesiaRahmanzie Share
 

Andere mochten auch (12)

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAKMAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
 
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan TasawufAkhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
 
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam KehidupanEksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
 
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnyaMakalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
 
Karakteristik, syarat dan sikap profesional keguruan
Karakteristik, syarat dan sikap profesional keguruanKarakteristik, syarat dan sikap profesional keguruan
Karakteristik, syarat dan sikap profesional keguruan
 
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
 
03. Akhlak Kepada Orang Tua
03. Akhlak Kepada Orang Tua03. Akhlak Kepada Orang Tua
03. Akhlak Kepada Orang Tua
 
Akhlak, Etika dan Moral
Akhlak, Etika dan MoralAkhlak, Etika dan Moral
Akhlak, Etika dan Moral
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakat
 
Makalah nikah beda agama
Makalah nikah beda agamaMakalah nikah beda agama
Makalah nikah beda agama
 
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesiaMakalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
 
Tugas makalah agama
Tugas makalah agamaTugas makalah agama
Tugas makalah agama
 

Ähnlich wie Makalah Etika Moral dan Akhlak

Ähnlich wie Makalah Etika Moral dan Akhlak (20)

Akhlak, Moral dan Etika
Akhlak, Moral dan EtikaAkhlak, Moral dan Etika
Akhlak, Moral dan Etika
 
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docxMakalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
 
Akhlaq
AkhlaqAkhlaq
Akhlaq
 
Ahklak
AhklakAhklak
Ahklak
 
Akhlak
AkhlakAkhlak
Akhlak
 
Akhlaq
AkhlaqAkhlaq
Akhlaq
 
AKHLAK.pptx
AKHLAK.pptxAKHLAK.pptx
AKHLAK.pptx
 
Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Muslim
Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan MuslimAktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Muslim
Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Muslim
 
MAKALAH akhlak.docx
MAKALAH akhlak.docxMAKALAH akhlak.docx
MAKALAH akhlak.docx
 
MAKALAH akhlak.docx
MAKALAH akhlak.docxMAKALAH akhlak.docx
MAKALAH akhlak.docx
 
Akhlak islami
Akhlak islamiAkhlak islami
Akhlak islami
 
,KONSEP MORAL AGAMA SEBAGAI SUMBER AKHLAK.pptx
,KONSEP MORAL AGAMA SEBAGAI SUMBER AKHLAK.pptx,KONSEP MORAL AGAMA SEBAGAI SUMBER AKHLAK.pptx
,KONSEP MORAL AGAMA SEBAGAI SUMBER AKHLAK.pptx
 
Akhlak
AkhlakAkhlak
Akhlak
 
2 adab, akhlak dan etika dalam islam
2 adab, akhlak dan etika dalam islam2 adab, akhlak dan etika dalam islam
2 adab, akhlak dan etika dalam islam
 
Makalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul KarimahMakalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul Karimah
 
Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusia Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusia
 
Makalah akhlak akper
Makalah akhlak akperMakalah akhlak akper
Makalah akhlak akper
 
Makalah akhlak akper
Makalah akhlak akperMakalah akhlak akper
Makalah akhlak akper
 
kerangka dasar agama islam
kerangka dasar agama islamkerangka dasar agama islam
kerangka dasar agama islam
 
Tugas topik 6
Tugas topik 6Tugas topik 6
Tugas topik 6
 

Mehr von Santos Tos

Materi penggunaan microsoft power point dan microsoft excel
Materi penggunaan microsoft power point dan microsoft excelMateri penggunaan microsoft power point dan microsoft excel
Materi penggunaan microsoft power point dan microsoft excelSantos Tos
 
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asingMakalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asingSantos Tos
 
Makalah wawasan nusantara 1
Makalah wawasan nusantara 1Makalah wawasan nusantara 1
Makalah wawasan nusantara 1Santos Tos
 
Makalah wawasan nusantara
Makalah wawasan nusantaraMakalah wawasan nusantara
Makalah wawasan nusantaraSantos Tos
 
Makalah tentang saturnus
Makalah tentang saturnusMakalah tentang saturnus
Makalah tentang saturnusSantos Tos
 
Makalah sejarah
Makalah sejarahMakalah sejarah
Makalah sejarahSantos Tos
 
Makalah oksigen
Makalah oksigenMakalah oksigen
Makalah oksigenSantos Tos
 
Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013Santos Tos
 
Makalah hak asasi manusia
Makalah hak asasi manusiaMakalah hak asasi manusia
Makalah hak asasi manusiaSantos Tos
 
Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1Santos Tos
 
Ppt urine persentaion
Ppt urine persentaionPpt urine persentaion
Ppt urine persentaionSantos Tos
 
Laporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urineLaporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urineSantos Tos
 
ppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urineppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urineSantos Tos
 
Presentations tentang maag ppt
Presentations tentang maag pptPresentations tentang maag ppt
Presentations tentang maag pptSantos Tos
 

Mehr von Santos Tos (14)

Materi penggunaan microsoft power point dan microsoft excel
Materi penggunaan microsoft power point dan microsoft excelMateri penggunaan microsoft power point dan microsoft excel
Materi penggunaan microsoft power point dan microsoft excel
 
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asingMakalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
 
Makalah wawasan nusantara 1
Makalah wawasan nusantara 1Makalah wawasan nusantara 1
Makalah wawasan nusantara 1
 
Makalah wawasan nusantara
Makalah wawasan nusantaraMakalah wawasan nusantara
Makalah wawasan nusantara
 
Makalah tentang saturnus
Makalah tentang saturnusMakalah tentang saturnus
Makalah tentang saturnus
 
Makalah sejarah
Makalah sejarahMakalah sejarah
Makalah sejarah
 
Makalah oksigen
Makalah oksigenMakalah oksigen
Makalah oksigen
 
Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013
 
Makalah hak asasi manusia
Makalah hak asasi manusiaMakalah hak asasi manusia
Makalah hak asasi manusia
 
Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1
 
Ppt urine persentaion
Ppt urine persentaionPpt urine persentaion
Ppt urine persentaion
 
Laporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urineLaporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urine
 
ppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urineppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urine
 
Presentations tentang maag ppt
Presentations tentang maag pptPresentations tentang maag ppt
Presentations tentang maag ppt
 

Kürzlich hochgeladen

PPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptx
PPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptxPPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptx
PPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptxsrirahayu566632
 
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan""PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"bayuputra151203
 
Peran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptx
Peran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptxPeran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptx
Peran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptxJeckyReyhanAditya
 
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konselingWawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konselingalisudrajat22
 
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...ayinaini27
 
Pert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptx
Pert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptxPert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptx
Pert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptxkrisddaparchitect
 
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.pptTEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.pptssuserd13850
 
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdfppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdfimad362574
 

Kürzlich hochgeladen (8)

PPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptx
PPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptxPPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptx
PPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptx
 
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan""PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
 
Peran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptx
Peran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptxPeran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptx
Peran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptx
 
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konselingWawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
 
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
 
Pert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptx
Pert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptxPert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptx
Pert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptx
 
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.pptTEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
 
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdfppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
 

Makalah Etika Moral dan Akhlak

  • 1. MAKALAH ETIKA MORAL DAN AKHLAK BAB I ETIKA MORAL DAN AKHLAK A. PENDAHULUAN Etika adalah perbuatan baik dan buruk manusian berdasarkan akal pikiran manusia itu sendiri. Moral adalah ilu tentang kebiasaan baik buruknya manusia yang berdasarkan tradisi masyarakat. Akhlak adalah perilaku manusia yang di dasari oleh kesadaran berbuat baik yang didorong keinginan hati dan selaras dengan pertimbangan akal. Persamaan etika moral dan akhlak adalah sama-sama membahas tingkah laku manusia baik dan buruk. B. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL 1. Definisi Akhlak, Moral dan Etika A. Akhlak Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkahlaku, perangai, tabi’at. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut akhlak yang baik atau akhlakul karimah (akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah. Misalnya kikir, zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya. B. Moral dan Etika Di samping akhlak dikenal pula istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan. Misalnya berpakaian minim di pantai Kuta Bali itu biasa saja,dianggap tidak melanggar norma karena budaya itu diterima masyarakat. Karakteristik Etika Islam Berbeda dengan etika filsafat, etika islam mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. etika islam mengajarkan dan menuntut manusia pada tingkah laku yang baik dan menjauhkan dari tingkah laku yang buruk. b. etika islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan, didasarkan pada ajaran Allah SWT. c. etika islam beersikap universal dan komprehensif, maksudnya dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia. d. etika islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia. C. PERBEDAAN ANTARA AKHLAK, MORAL DAN ETIKA 1. Berdasarkan dari segi bahasa Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Moral secara etimologis berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan, susila. Etika yang berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang brati adat kebiasaan. Danagn kata lain usaha
  • 2. dengan akal yang diwujudkan dalam kehidupan nyata. 2.Berdasarkan penetuan atau standar ukuran baik dan buruk yang di gunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat. Jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya : “ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad) Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah. D.LANDASAN AJARAN MORAL Allah SWT berfirman Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Q.s Al-Qalam:4). Allah berfirman 77. Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepada mu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan jangan lah kamu melupkan bahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.s Al-Qashash:77). E. AKLHAK KEPADA ALLAH 1. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah. 2. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati. 3.Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah. 4.Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan. 5.Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup
  • 3. dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. F. AKHLAK KEPADA SESAMA MANUSIA 2. Akhlak kepada sesama manusia A. Akhlak kepada diri sendiri (1) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah. (2) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya. (3) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain. b. Akhlak kepada ibu bapak Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha. c. Akhlak kepada keluarga Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komuniksai. Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak, maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak dalam keluarga. Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan keterbukaan di antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai- nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya. 2. Akhlak terhadap orang lain a. memuliakan tamu b. tidak meninggikan suara c. memuliakan yang lebih tua d. memuliakan ulama e. memuliakan orang tua f. malu g. murah senyum h. bersikap lemah lembut i. ringan tangan(menolong tanpa pamrih), dsb. G. AKHLAK KEPADA LINGKUNGAN
  • 4. Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup. Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah di muka bumi,yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas mamakmurkan, mengelola dan melestarikan alam. Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya. H. PENDIDIKAN AKHLAK 1. PENGERTIAN PENDIDIKAN AKHLAK Dalam pengertian pendidikan akhlak ini dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian pendidikan dan pengertian akhlak. a. Pengertian Pendidikan Secara etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli. John Dewey, seperti yang dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa. Menurut Nelson B. Henry, education is the process by which those powers (abilities, capacities) of the man that are susceptible to habituation are perfected by good habits. Artinya, pendidikan adalah merupakan suatu proses di mana kemampuan seseorang dapat terpengaruh oleh kebiasaan yang berupa kebiasaan yang baik. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai- nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke arah positif yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia. b. Pengertian Akhlak Menurut Abuddin Nata, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran. Menurut Elizabeth B. Hurlock, behaviour which may be called “true morality” not only conforms to social standarts but also is carried out voluntarily, it comes with the transition from external to internal authority and consist of conduct regulated from within. Artinya, bahwa tingkah laku boleh dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat, tetapi juga dilaksanakan dengan suka rela, tingkah laku it terjadi melalui transisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) dan ke dalam (diri) dan ada ketetapan hati dalam melakukan (bertindak) yang diatur dalam diri. Imam Al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut : اة يىهولة سبىة ن اية يا ة لى ف ة سرسب ة ال خ لق ع بارة عن ه ي ئة ف ى ال ن فس را سخة ع نها ت صدر الاف ع ع قلا س سةعا. Bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa hakikat akhlak menurut al-Ghazali mencakup dua syarat. Pertama, perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan itu harus tumbuh dengan mudah tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan pengaruh-pengaruh dan bujukan yang indah dan sebagainya.
  • 5. c. Pengertian Pendidikan Akhlak Setelah dijelaskan secara terpisah mengenai pengertian pendidikan dn pengertian akhlak, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan. Ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki potensi dan respon yang instingtif di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan. Di samping terbiasa melakukan akhlak mulia. Atau suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai- nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke arah positif, yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, di mana dapat menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa harus direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan pengaruh-pengaruh yang indah dan pebuatan itu harus konstan (stabil) dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sering sehingga dapat menjadi kebiasaan. 2. DASAR-DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN AKHLAK a. Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak Dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, karena akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-Qur’an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. maka selaku umat Islam sebagai penganut Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. 33/Al-Ahzab : 21 : .ىَنَةد لل نَََ وَا بَةَن وَا سَالَيَوَ الَا لجةَ سَنَوَةَ وَ ليَةَالَقَدَ وَا لَ نلَ فلىرَ رَسنوَلة ل انسَوَةد يَ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab : 21) Berdasarkan ayat tersebut di atas dijelaskan bahwasannya terdapat suri teladan yang baik, yaitu dalam diri Rasulullah SAW yang telah dibekali akhlak yang mulia dan luhur. Selanjutnya juga dalam Q.S. 68/Al-Qalam : 4 : 4سَاللقلَ لَ لٍَى نجلنعق عَلخيَعل. (القلل ) Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S. al-Qalam : 4) Bahwasannya Nabi Muhammad SAW dalam ayat tersebut dinilai sebagai seseorang yang berakhlak agung (mulia). Di dalam hadits juga disebutkan tentang betapa pentingnya akhlak di dalam kehidupan manusia. Bahkan diutusnya rasul adalah dalam rangka menyempurnakan akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, bahwa : د عن ح دَ ي ن عجلا عن عن ع بد يد ث ي أي ى س يٍدي ن ن صور ق اة يدث نا ع يد ال زٍب ز ب ن حل ال ق قٍاع ي ن ي ل عن أي ي صال ح عن أي ي هةب ةة ق اة ق اة ر سوة صا. ال اَ ي ت لأ ت لَ صال ح الاج لاق.(رساه اي دَ) Dari Abdullah menceritakan Abi Said bin Mansur berkata : menceritakan Abdul Aziz bin Muhammad dari Muhammad bin ‘Ijlan dari Qo’qo’ bin Hakim dari Abi Shalih dari Abi Hurairoh berkata Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Aku hanya diutus untuk menyempurnakan
  • 6. akhlak yang mulia. (H.R.Ahmad) Berdasarkan hadits tersebut di atas memberikan pengertian tentang pentingnya pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia, di mana dengan pendidikan akhlak yang diberikan dan disampaikan kepada manusia tentunya akan menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun perempuan, memiliki jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, mengetahui perbedaan buruk dan baik, memilih satu fadhilah karena cinta pada fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan. b. Tujuan Pendidikan Akhlak 1) Tujuan Umum Menurut Barnawy Umari, bahwa tujuan pendidikan akhlak secara umum meliputi : a) Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari yang buruk, jelek, hina dan tercela. b) Supaya perhubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis. Menurut Ali Hasan bahwa tujuan pokok akhlak adalah agar setiap orang berbudi (berakhlak), bertingkah laku (tabiat) berperangai atau beradat istiadat yang baik atau yang sesuai dengan ajaran Islam. 2) Tujuan Khusus Adapun secara spesifik pendidikan akhlak bertujuan : a) Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia da beradat kebiasaan yang baik b) Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang rendah. c) Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri, emosi, tahan menderita dan sabar. d) Membimbing siswa ke arah dikap yang sehat dan dapat membantu mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai kebaikan untuk orang lain, suka menolong, sayang kepada yang lemah, dan menghargai orang lain. e) Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul baik di sekolah maupun di luar sekolah. f) Selalu tekun beribaah dan mendekatkan diri kepada Allah dan bermuamalah yang baik. 2. RUANG LINGKUP PENDIDIKAN AKHLAK Muhammad Daud Ali menyatakan bahwa dalam garis besarnya akhlak terbagi dalam dua bagian, pertama adalah akhlak terhadap Allah/Khaliq (pencipta) dan kedua adalah akhlak terhadap makhluknya (semua ciptaan Allah). Dan ruang lingkup pendidikan akhlak, di antaranya adalah : a. Akhlak Terhadap Allah SWT Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap/perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan yang Khaliq. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah : 1) Karena Allah yang telah menciptakan manusia dan menciptakan manusia di air yang ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. (Q.S. al-Thariq : 5-7). Dalam ayat lain, Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian diproses menjadi benih yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim) setelah ia menjadi segumpal darah, daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberikan ruh. (Q.S. Al-Mu’minun 12-13) 2) Karena Allah lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran,
  • 7. penglihatan, akal, pikiran dan hati sanubari. Di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna pada manusia. 3) Karena Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan ternak dan lain sebagainya. (Q.S.al Jatsiah : 12-13) 4) Allah lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan untuk menguasai daratan dan lautan. (Q.S. al-Isra’ 70) Dalam berakhlak kepada Allah SWT., manusia mempunyai banyak cara, di antaranya dengan taat dan tawadduk kepada Allah, karena Allah SWT menciptakan manusia untuk berakhlak kepada-Nya dengan cara menyembah kepada-Nya, sebagaimana fiman Allah SWT dalam Q.S. 51/Adz-Dzariyat : 56 : .سَ ا جَلَقَنت الَلجقن سَالَلالَسَ اللاق لليَ بٍَندنسَل Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia,melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku. (Q.S. adz-Dzariyat : 56) Ada dua dimensi dalam berakhlak kepada Allah SWT : 1. Akhlak kepada Allah karena bentuk ketaatan (kewajiban kepada Allah) Perintah untuk taat kepada Allah ditegaskan dalam firman-Nya yaitu dalam Q.S. 4/An-Nisaa : 59 : ننوَ عم فَنةدمسَهن اللىَ ل سَالقةسنوَلة ال وننَنَلَ تنفَ ل با ابَمهَا القلَبَنَ ا ننوَا الَيَُنوٍَ سَالَيَُنوٍَ القةسنوَةَ سَانسللى الَاَ لة ل نَ نلَ ن فَال تنَزَعَنَلَ فلى .يلال سَالَيَوَلَ الَالجلة نلللَ جَيَدة سَايََىَنن تاَلَسبَلا Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An-Nisaa : 59) Akhlak kepada Allah adalah taat dan cinta kepada-Nya, mentaati Allah berarti melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,di antaranya melaksanakan shalat wajib lima waktu. 2. Akhlak kepada Allah karena bentuk tawadduk kepada Allah (keikhlasan dalam melaksanakan perintah-Nya). Tawadduk adalah sikap merendahkan diri terhadap ketentuan-ketentuan Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. 23/Al-Mukminun : 1-7 : ةل فللٍنوَ .َُ سَالقلَبَنَ هنلَ للفننةل لهلَ بَنَ هنلَ لللقزووقَدَ افََلَحَ الَنفََل ننوَ .َُ الَقلَبَنَ فلىَ صَلاَتللهلَ جلعنوٍَ .َُ سَالقلَبَنَ هنلَ عَلن القلوَلون لٍَةنلوَ .َُ سَالقل .يفلخنوَ .َُ اللاقعَلغامََسل لهلَ اسََ ا لَ تَ ابََ نَننهلَ فَاللقنهلَ اَيَنة لنوَل يَنَ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. (Q.S. al-Mukminun : 1-7) Untuk menumbuhkan sikap tawadduk, manusia harus menyadari asal kejadiannya, menyadari bahwa hidup di dunia ini terbatas, memahami ajaran Islam, menghindari sikap sombong, menjadi orang yang pemaaf, ikhlas, bersyukur, sabar dan sebagainya. b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia Akhlak terhadap sesama manusia,antara lain meliputi akhlak terhadap Rasul, orang tua (ayah dan ibu), guru, tetangga dan masyarakat. 1) Akhlak terhadap Rasulullah Akhlak karimah kepada Rasulullah adalah taat dan cinta kepadanya, mentaati Rasulullah berarti melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Ini semua telah dituangkan dalam
  • 8. hadits (sunnah) beliau yang berwujud ucapan, perbuatan dan penetapannya. Dan sebagaimana firman Allah SWT dalamQ.S. 4/An-Nisaa : 80 : . نَ بملعَل القةسنوَةَ فَقَدَ ا اََُعَ سَ نَ توََ ل ى فَ اََ ارََسَلَنلَ عَلَيَلهلَ يَفليَخَا Barangsiapa yang menaati Rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah, dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (Q.S.an-Nisaa : 80) 2) Akhlak terhadap orang tua (ayah dan ibu) Wajib bagi umat Islam untuk menghormati kedua orang tuanya, yaitu dengan berbakti, mentaati perintahnya dan berbuat baik kepada keluarganya, di antaranya : a) Berbicara dengan perkataan yang baik. Firman Allah SWT dalam Q.S. 17/Al-Isra : 23 : تقَن لقنه اََ ان عا قسلاَ تنََهَةَ هناََسَقن لقنه اََ لولاَهناََ فَلا سَقَا رَيملَ الَاقت بٍََندنسَا اللا البقاهن سَيلالَوللدَبَلن اليَىنَا الق ابَبَلنوَقن لعنَدَ الَل بَةَايََدنهناََ اسََ .قَوَلاَوَلةبَ اََ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kaduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataanm yang mulia. (Q.S. al-Isra’ 23) b) Membantu orang tua (ayah dan ibu) 3) Akhlak terhadap guru Akhlakul karimah kepada guru di antaranya dengan menghormatinya, berlaku sopan di hadapannya, mematuhi perintah-perintahnya, baik itu di hadapannya ataupun di belakangnya, karena guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid, yaitu yang memberi santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya. Penyair Syauki telah mengakui pula nilainya seorang guru dengan kata-katanya sebagai berikut : . وَادَالَنلٍََل نل ا بَ نوَ رَسنوَلا قنلَ لللَنلٍََل لل سَفل ل القَبَلجيَلا “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang Rasul”. 4) Akhlak terhadap tetangga dan masyarakat Pentingnya akhlak tidak terbatas pada perorangan saja, tetapi penting untuk bertetangga, masyarakat, umat dan kemanusiaan seluruhnya. Di antaranya akhlak terhadap tetangga dan masyarakat adalah saling tolong menolong, saling menghormati, persaudaraan, pemurah, penyantun, menepati janji, berkata sopan dan berlaku adil. Allah SWT berfiman dalam al-Qur’an Q.S. 5/Al-Maaidah : 2 : .بَدنالَلقٍَاد لسَت اٍََسَلنوَاعَلَغالَبلل ة سَالقَقَوَغصوَلاَت اٍََسَلنوَا عَلَى الَلاثلَل سَالَندٍَسالل سَاتققنوا الق لد Dan tolonglah menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,sesungguhnya Allah amat berat siksanya. (Q.S. Al-Maaidah : 2) c. Akhlak Terhadap Lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tidak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tidak bernyawa semuanya diciptakan oleh SWT., dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang seharusnya diperlakukan secara wajar dan baik, seperti firman Allah SWT dalam Q.S. 6/Al- An’aam 38
  • 9. . ل ن يَعم ثنقل اللى رَيل لهلَ بنحَعَنةسَ سَُ ال نَ دَف يقعة فلى الَاَرَل سلاَ ئَُلعة بقليََنة يلجَنَا يَيَل اللاق ان دل ا اَلن نلَ افَةَ نََُا فلى الَل مَ ل Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.(Q.S. Al-An’aam 38) 4. METODE PENDIDIKAN AKHLAK Dalam buku Daur al-Bait fi Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim, karangan Khatib Ahmad Santhut yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, membagi metode pendidikan moral/akhlak ke dalam 5 bagian, di antaranya adalah : a. Keteladanan Metode ini merupakan metode terbaik dalam pendidikan akhlak. Keteladanan selalu menuntut sikap yang konsisten serta kontinyu, baik dalam perbuatan maupun budi pekerti yang luhur. b. Dengan memberikan tuntunan Yang dimaksud di sini adalah dengan memberikan hukuman atas perbuatan anak atau perbuatan orang lain yang berlangsung di hadapannya, baik itu perbuatan terpuji atau tidak terpuji menurut pandangan al-Qur’an dan Sunnah. c. Dengan kisah-kisah sejarah Islam memperhatikan kecenderungan alami manusia untuk mendengarkan kisah-kisah sejarah. Di antaranya adalah kisah-kisah para Nabi, kisah orang yang durhaka terhadap risalah kenabian serta balasan yang ditimpakan kepada mereka. al-Qur’an telah menggunakan kisah untuk segala aspek pendidikan termasuk juga pendidikan akhlak. d. Memberikan dorongan dan menanamkan rasa takut (pada Allah) Tuntunan yang disertai motivasi dan menakut-nakuti yang disandarkan pada keteladanan yang baik mendorong anak untuk menyerap perbuatan-perbuatan terpuji, bahkan akan menjadi perwatakannya. e. Memupuk hati nurani Pendidikan akhlak tidak dapat mencapai sasarannya tanpa disertai pemupukan hati nurani yang merupakan kekuatan dari dalam manusia, yang dapat menilai baik buruk suatu perbuatan. Bila hati nurani merasakan senang terhadap perbuatan tersebut, dia akan merespon dengan baik, bila hati nurani merasakan sakit dan menyesal terhadap suatu perbuatan, ia pun akan merespon dengan buruk. Menurut Ahmad D. Marimba, ada 3 metode dalam pendidikan akhlak, yaitu : a. Dengan pembiasaan Tujuannya adalah agar cara-cara yang dilakukan dengan tepat, terutama membentuk aspek kejasmanian dari kepribadian atau memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu. b. Dengan pembentukan pengertian, minat dan sikap Dengan diberikan pengetahuan dan pengertian c. Pembentukan kerohanian yang luhur I. Ahlak Mulia dalam Kehidupan Akhlak mulia adalah sifat atau tingkah laku seseorang yang sesuai dengan nilai- nilai ajaran Islam yang terdapat pada kitab Al-Qur’an dan Sunah Rasul.Secara garis besar, akhlak mulia itu dapat dikelmpokkan kedalam dua kelompok yaitu: Akhlak kepada Allah Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh perintah yang telah disampikan Allah kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad SAW. Seluruh perintah tersebut sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist. Akhlak kepada ciptaan Allah
  • 10. Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib dan ciptaan Allah yang nyata, benda hidup dan benda mati. Berikut ini adalah aspek-aspek yang menyagkut ahlak mulia kepada allah : 1. Amanah Dalam bahasa Arab, kata amanah dapat diartikan sebagai titipan, kewajiban, ketenangan, kepercayaan, kejujuran dan kesetiaan. Dari pengertian bahasa dan dari pemahaman tematik al- Qur’an dan hadits, amanah dapat difahami sebagai sikap mental yang di dalamnya terkandung unsur kepatuhan kepada hukum, tanggung jawab kepada tugas, kesetiaan kepada komitmen, keteguhan dalam memegang janji. Dalam perspektif agama Islam, amanah memiliki makna dan kandungan yang luas, di mana seluruh makna dan kandungan tersebut bermuara pada satu pengertian bahwa setiap orang merasakan bahwa Allah subhanahu wata’ala senantiasa menyertainya dalam setiap urusan yang diberikan kepadanya, dan setiap orang memahami dengan penuh keyakinan bahwa kelak ia akan dimintakan pertanggung jawaban atas urusan tersebut. Dalam Islam, amanah ada pada setiap orang. Setiap orang memiliki amanah sesuai dengan apa yang dibebankan kepadanya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing-masing kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang pembantu adalah pemimpin dalam memelihara harta tuannya dan ia akan ditanya pula tentang kepemimpinannya”. (HR Imam Bukhari). Bagi seorang muslim, amanah adalah sebuah kewajiban yang harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah mengajarkan seorang muslim untuk saling mewasiati dan memohon bantuan kepada Allah subhanahu wata’ala dalam menjaganya, bahkan ketika seseorang hendak bepergian sekalipun setiap saudaranya seharusnya mendoakannya “Aku memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar Ia terus menjaga agama engkau, amanah dan akhir amalan engkau”. (HR Imam Tirmidzi). Allah memerintahkan seorang muslim untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya. Menjadikan seorang muslim untuk turut serta ambil bagian dalam upaya-upaya penyampaian amanat kepada yang berhak ini. Allah berfirman : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS An Nisaa’ 4 : 58) Untuk menentukan siapa orang yang berhak dan sanggup menerima suatu amanah, kita diberikan perdoman oleh Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Orang tersebut haruslah kompeten. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya”. Sahabat bertanya, “ Bagaimana bentuk penyia-nyiaannya?”. Beliau bersabda, “Bila persoalan diserahkan kepada orang yang tidak berkompeten, maka tunggulah kehancurannya” (HR Bukhari dan Muslim).
  • 11. Kompetensi ini hendaknya bersifat menyeluruh, jadi bukan hanya sekedar keahlian dibidang yang akan dibebankan kepadanya, tapi juga mencakup kedekatannya dengan Allah dan baiknya sifat yang dimilikinya. Kompetensi inilah yang dipunyai oleh Nabi Yusuf AS, seorang Nabi yang sangat dekat kepada Allah, bersifat amanah, dan memiliki keahlian di bidangnya. Hal ini diabadikan dalam Al Quran : Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (QS Yusuf 12 : 55) Kompetensi menyeluruh inilah yang harus dikedepankan. Kita tidak boleh memilih pemimpin karena pertimbangan hawa nafsu dan kekerabatan (nepotisme). Jika hawa nafsu dan kekerabatan yang dikedepankan, maka kita telah melakukan sebuah pengkhianatan yang besar. Khianat kepada Allah, Rasul dan orang-orang beriman. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menegaskan “Barang siapa mengangkat seseorang berdasarakan kesukuan atau fanatisme, sementara di sampingnya ada orang lain yang lebih disukai Allah dari padanya, maka ia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman”, (HR Imam Al-Hakim) Beratnya tanggung jawab yang mengintai bagi seseorang yang dibebani amanah, tidak serta merta membuat orang tersebut boleh lari dari kewajiban menunaikan amanah. Jika amanah dipercayakan kepadanya karena kompetensinya, maka ia wajib menunaikannya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Barangsiapa yang diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang-orang yang membutuhkannya, maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad) Orang yang diserahi amanah ini, akan mendapatkan kebaikan yang banyak jika menunaikan amanah pun akan mendapatkan keburukan yang banyak jika amanah ini di khianati. Seorang mukmin menyadari hal ini, karenanya ia akan menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya. Karena Allah berfirman : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS Al Anfaal 8 : 27) Pentingnya penunaian amanah dalam Islam, hingga dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal, sahabat Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah tidak pernah berkhutbah untuk para sahabat kecuali beliau bersabda “Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak memiliki amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak pandai memeliharanya”. Allah menjanjikan pahala yang besar bagi orang-orang yang Amanah. Firman Allah s.w.t.”Supaya Allah memberikan balasan kepada orang yang benar itu karena kebenaranya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang” Sabda Rasulullah memuji orang yang lurus benarَ “Hendaklah kamu berlaku lurus benar. Lurus dan benar membawa kebaikan. Kebaikan Membawamu ke syurga. Diriwayatkan oleh bukhari muslim. Bahwasanya Rasulullah berkata kepada Abu Bakarَ “ Hendaklah benar pembicaraanmu, tpati janjimu. Peliharalah amanah (kepercayaan dan tanggung jawab) yang diberikan kepadamu. Itulah amanah dari nabi-nabi”. Lurus dan benar dapat dibagi dalam beberapa bagian 1. Lurus dan benar dalam berfikir. 2. Lurus dan benar dalam perkataan. 3. Lurus dan benar dalam perbuatan. 4. Lurus dan jujur dalam pergaulan.
  • 12. 2. Ikhlas Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras.Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya’ akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.Tetapi banyak dari kita yang beribadah tidak berlandaskan rasa ikhlas kepada Allah SWT, melainkan dengan sikap riya’ atau sombong supaya mendapat pujian dari orang lain. Hal inilah yang dapat menyebabkan ibadah kita tidak diterima oleh Allah SWT. Arti Dari Ikhlas Secara bahasa, Ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih dari kotoran. Sedangkan secara istilah, Ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Oleh karena itu, bagi seorang muslim sejati makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian Si Muslim tersebut menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlahَ “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.”Dan yang berkarakter seperti itulah yang mempunyai semboyan “Allahu Ghayaatunaa”, yang artinya Allah adalah tujuan kami, dalam segala aktivitas dalam mengisi kehidupan. Kedudukan Ikhlas Rasulullah SAW. Pernah bersabda, “ Ikhlaslah dalam beragama, cukup bagimu amal yang sedikit.” Dalam hadist lain Rasulullah SAW. bersabda,“ Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.” Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya,“ Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.” Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini,“ Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata,“ Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.” Dari beberapa contoh hadist di atas menunjukkan bahwa ikhlas itu memang sangat penting bagi umat muslim dalam melaksanakan ibadah, karena tanpa rasa ikhlas dan hanya mengharap ridho dari Allah SWT ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah. Ciri-Ciri Orang Ikhlas 1. Terjaga dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT, baik sedang bersama dengan manusia atau sendiri. Disebutkan dalam hadits,“ Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah
  • 13. menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah) 2. Senantiasa beramal di jalan Allah SWT baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang orang lain, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata,“ Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.” 3. Selalu menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT dan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. 4. Mudah memaafkan kesalahan orang lain. Pengelompokan Ikhlas 1. Iklhas Mubtadi’ Yakni orang yang beramal karena Allah, tetapi di dalam hatinya terbesit keinginan pada dunia. Ibadahnya dilakukan hanya untuk menghilangkan kesulitan dan kebingunan.Ia melaksanakan shalat tahajud dan bersedekah karena ingin usahanya berhasil. Ciri orang yang mubtadi’ bisa terlihat dari cara dia beribadah. Orang yang hanya beribadah ketika sedang butuh biasanya ia tidak akan istiqamah. Ia beribadah ketika ada kebutuhan. Jika kebutuhannya sudah terpenuhi, ibadahnyapun akan berhenti. 2. Ikhlas Abid Yakni orang yang beramal karena Allah dan hatinya bersih dari riya’ serta keinginan dunia. Ibadahnya dilakukan hanya karena Allah dan demi meraih kebahagiaan akhirat, menggapai surga, takut neraka, dengan dibarengi keyakinan bahwa amal ini bisa menyelama tkan dirinya dari siksaan api neraka. Ibadah seorang abid ini cenderung berkesinambungan, tetapi ia tidak mengetahui mana yang harus dilakukan dengan segera (mudhayyaq) dan mana yang bisa diakhirkan (muwassa’), serta mana yang penting dan lebih penting. Ia menganggap semua ibadah itu adalah sama. 3. Ikhlas Muhibb : Yakni orang yang beribadah hanya karena Allah, bukan ingin surga atau takut neraka. Semuanya dilakukan karena bakti dan memenuhi perintah dan mengagungkan-Nya. 4. Ikhlas Arif, yaitu orang yang dalam ibadahnya memiliki perasaan bahwa ia digerakkan Allah. Ia merasa bahwa yang beribadah itu bukanlah dirinya. Ia hanya menyaksikan ia sedang digerakkan Allah karena memiliki keyakinan bahwa tidak memiliki daya dan upaya melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Semuanya berjalan atas kehendak Allah. Manfaat dan Keutamaan Ikhlas 1. Membuat hidup menjadi tenang dan tenteram 2. Amal ibadahnya akan diterima oleh Allah SWT. 3. Dibukanya pintu ampunan dan dihapuskannya dosa serta dijauhkan dari api neraka. 4. Diangkatnya derajat dan martabat oleh Allah SWT. 5. Doa kita akan diijabah. 6. Dekat dengan pertolongan Allah. 7. Mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. 8. Akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari kiamat. 9. Allah SWT akan memberi hidayah (petunjuk) sehingga tidak tersesat ke jalan yang salah. 10. Allah akan membangunkan sebuah rumah untuk orang-orang yang ikhlas dalam membangun masjid 11. Mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain 12. Dapat memiliki sifat zuhud (menerima dengan apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT) Cara Mencapai Ikhlas Cara agar kita dapat mancapai rasa ikhlas adalah dengan mengosongkan pikiran dissat kita
  • 14. sedang beribadah kepada Allah SWT. Kita hanya memikirkan Allah, shalat untuk Allah, zikir untuk Allah, semua amal yang kita lakukan hanya untuk Allah.Lupakan semua urusan duniawi, kita hanya tertuju pada Allah.Jangan munculkan ras riya’ atau sombong di dalam diri kita karena kita tidak berdaya di hadapan Allah SWT.Rasakanlah Allah berada di hadapan kita dan sedang menyaksikan kita. Insya Allah dengan cara di atas anda dapat mencapai ikhlas. Dan jangan lupa untuk berdoa memohon kepada Allah SWT agar kita dapat beribadah secara ikhlas untuk-Nya, sebagaimana do’ a Nabi Ibrahim a.s,” Sesungguhnya jika Rabb-ku tidak memberi hidayah kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. al An'aamَ 77). Allah SWT berfirman yang artinyaَ “Sesungguhnya orang-orang yang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka” Sabda Rasulullah “sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal yang ikhlas mengharapkan pahala dari Allah” Banyak orang yang gagal karena tidak ada keikhlasan. Ikhlas adalah dasar dari keberhasilan dan keselamatan. 3. Berani Berani adalah sifat manusiawi untuk melawan kesulitan atau bahaya disaat diperlukan berbuat demikian. Setelah pertimbangan dengan mantap dan putusan sudah ditetapkan orang harus bertekat bulat menjalankanya, itulah yang disebut azimah. Firman Allah SWT: 159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Al-Imran : 159) Berani dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu: 1. Berani Jasmaniah. 2. Berani Rohaniah. 4. Kepercayaan. Dalam tata bahasa Indonesia kepercayaan berasal dari kata dasar “percaya” mendapat imbuhan awalan “ke” dan akhiran “an”. Kata percaya menurut kamus bahasa Indonesia berarti: 1. (Akan kepada) menganggap (mengakui, yakin) bahwa memang benar (ada dan sebagainya). 2. (Akan, kepada) menganggap dengan pasti bahwa (jujur, kuat, baik dsb): mengharapkan benar atau memastikan (bahwa akan dapat memenuhi harapannya, dsb). Adapaun pengertian Kepercayaan menurut ilmu makna kata (sematik) mempunyai arti: a. Iman kepada agama b. Anggapan (keyakinan) bahwa benar sungguh ada, misalnya kepada dewa-dewa dan orang-orang halus. c. Dianggap benar dan jujur, musalnya orang kepercayaan. d. Setuju kepada kebijakansaan pemerintah atau pengurus. ialah menjaga tanggung jawab dan menunaikanya dengan bak menurut semestinya. Allah berfirman: 8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Al –
  • 15. Mu’minun 8) 5. Sederhana Sederhana adalah seimbang, dalam bahkil dan royal, penakut dan pemberani, hidup mewah dan melarat. Firman Allah SWT: 67. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (Al – Furqaan : 67) Sederhana Dalam Makan dan Minum. Makan dam minum disaat sudah lapar. Waktu makan tidak terlalu kenyang. Makan berlebihan menimbulkan penyakit. 31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid[534], makan dan minumlah, dan janganlah berlebih- lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Al – Araaf : 31) Berpakaian Sederhana. Berpakaian sederhana ialah berpakaian yang cocok dengan keadaan sesuai dengan situasi dan kondisi. Sederhana dalam pembicaraan. Menjaga dan menyesuaikan pembicaraan sengan situasi dan kondisi. Rasulullah bersabda: “Siapa yang banyak bicaranya banyak salahnya, siapa yang banyak salahnya banyak dosanya, siapa yang banyak dosanya nerakalah tempatnya” Diriwayatkan Thabrani. Sederhana berbelanja Sederhana ialah menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan Allah SWT berfirman: 29. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya[852] karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (Al – Israa’ 29) Sederhana waktu bekerja dan Istirahat. Bekerja dengan rajin disuruh agama. Dilarang membuang-buang waktu dengan percuma tanpa amal. Duduk bermalas malasan di larang. 6. Sabar Sabar berasal dari kata “sobaro-yasbiru” yang artinya menahan.Dan menurut istilah, sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan anggota badan dari berbuat dosa dan sebagainya.Itulah pengertian sabar yang harus kita tanamkan dalam diri kita.Dan sabar ini tidak identik dengan cobaan saja.Karena menahan diri untuk tidak bersikap berlebihan, atau menahan diri dari pemborosan harta bagi yang mampu juga merupakan bagian dari sabar.Sabar harus kita terapkan dalam setiap aspek kehidupan kita.Bukan hanya ketika kita dalam kesulitan, tapi ketika dalam kemudahaan dan kesenangan juga kita harus tetap menjadikan sabar sebagai aspek kehidupan kita. Macam-macam Sabar Sabar itu ada berbagai macam, antara lain : 1. Sabar dalam menjalankan perintah Allah SWT Menahan diri kita agar tetap istiqomah dalam menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah
  • 16. SWT adalah bagian dari perintah Allah SWT. Kita harus tetap sabar menjalankan itu semua, karena Allah telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang menjalankan perintah-Nya dengan baik sesuai syariat yang telah Allah SWT turunkan.Mulai dari shalat, zakat, puasa, dakwah, dan lain-lain.Itu semua harus kita jalani dengan sabar. 2. Sabar dari apa yang dilarang Allah SWT Tenar sekali salah satu lagu yang dinyanyikan oleh Raja Dangdut H.Rhoma Irama dimana ada sebagian liriknya yang berbunyi “mengapa semua yang asik-asik, itu diharamkan?mengapa semua yang enak-enak itu dilarang?” karena semua itu adalah memang godaan setan yang merayu kita dengan kenikmatan-kenikmatan dunyawi. Semua kenikmatan itu hanya semua, karena jalan yang ditunjukan oleh setan itu tidaklah berakhir kecuali di neraka. Dan kita sebagi umat Islam harus bersabar dari apa yang dilarang oleh Allah SWT. Yakinlah bahwa semua larangan itu pasti ada maksudnya. Tidaklah Allah SWT melarang kita untuk berbuat dosa, kecuali dalam dosa itu pasti ada sebuah kerugian yang akan didapat jika kita melakukannya. 3. Sabar terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah SWT Jika ada salah satu dari kita ditakdirkan dengan kondisi fisik yang kurang, maka kita juga harus tetap bersabar.Karena bersabar dengan ketentuan Allah SWT merupakan salah satu dari macam sabar. Dan balasan lain dari sabar kita itu adalah surga. Rasulallah SAW bersabda: sesungguhnya Allah SWT berfirman “Jika hambaku diuji dengan kedua matanya dan dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya dengan surga” (HR. Bukhori). Allah SWT berfirman : 153. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah : 153) Firman Allag SWT dalam Q.S Az-zumar : 10 10. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. Firman Allah SWT dalam Q.S Ali-Imran : 142 142. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad[232] diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. 7. Memelihara Lidah Ucapan yang dikeluarkan merupakan kemahiran seseorang. Dari pembicaraan dapat diukur pengetahuan dan buah pikiran pembicaranya. Dapat diketahui adab dan budi pekertinya 70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, 71. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Q.S Al-Ahzaab : 70-71) Memelihara lidah ialah mengikuti sopan santun dan etik pergaulan. Allah SWT berfirman:
  • 17. 33. Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" 34. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. 8. Rendah Hati Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati, tidak sombong. Pengertian yang lebih dalam adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah. Tawadhu ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan takabbur (sombong), ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain amal kebaikan kita. Tawadhu merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia jadi sudah selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap tawadhu, karena tawadhu merupakan salah satu akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap umat islam. Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini : Rasulullah SAW bersabdaَ yang artinya “Tiada berkurang harta karena sedekah, dan Allah tiada menambah pada seseorang yang memaafkan melainkan kemuliaan. Dan tiada seseorang yang bertawadhu’ kepada Allah, melainkan dimuliakan (mendapat ‘izzah) oleh Allah. (HR. Muslim). Iyadh bin Himar ra. berkataَ Bersabda Rasulullah SAWَ “Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadakuَ “Bertawadhu’lah hingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap lainnya dan seseorang tidak menganiaya terhadap lainnya.(HR. Muslim). Rasulullah SAW bersabda, “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim) Ibnu Taimiyah, seorang ahli dalam madzhab Hambali menerangkan dalam kitabnya, Madarijus Salikin bahwa tawadhu ialah menunaikan segala yang haq dengan bersungguh-sungguh, taat menghambakan diri kepada Allah sehingga benar-benar hamba Allah, (bukan hamba orang banyak, bukan hamba hawa nafsu dan bukan karena pengaruh siapa pun) dan tanpa menganggap dirinya tinggi. Tanda orang yang tawadhu’ adalah disaat seseorang semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya.Dan semakin bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya.Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya.Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.. Ini karena orang yang tawadhu menyadari akan segala nikmat yang didapatnya adalah dari Allah SWT,
  • 18. untuk mengujinya apakah ia bersykur atau kufur. Perhatikan firman Allah berikut ini “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An Namlَ 40).” Berikut beberapa ayat-ayat Al Quran yang menegaskan perintah Allah SWT untuk senantiasa bersikap tawadhu’ dan menjauhi sikap sombong, sebagai berikut ”Dan janganlah kalian berjalan di atas bumi ini dengan menyombongkan diri, karena kalian tidak akan mampu menembus bumi atau menjulang setinggi gunung” (QS al-Isra-37). Firman Allah SWT lainnya: ”Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menginginkan kesombongan di muka bumi dan kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa (QS al-Qashshash-83.) Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al Furqaan: 63) Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. (QS: an-Nahl: 23) Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS: al-A’rafَ 40) Dan apabila dikatakan kepadanyaَ “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam.Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS.Al-Baqarah : 206) Berikut beberapa contoh Ketawadhu’an Rasulullah SAW 1) Anas ra jika bertemu dengan anak-anak kecil maka selalu mengucapkan salam pada mereka, ketika ditanya mengapa ia lakukan hal tersebut ia menjawab: Aku melihat kekasihku Nabi SAW senantiasa berbuat demikian. (HR Bukhari, Fathul Bari’-6247). 2) Dari Anas ra berkata: Nabi SAW memiliki seekor unta yang diberi nama al-’adhba` yang tidak terkalahkan larinya, maka datang seorang ‘a’rabiy dengan untanya dan mampu mengalahkan, maka hati kaum muslimin terpukul menyaksikan hal tersebut sampai hal itu
  • 19. diketahui oleh nabi SAW, maka beliau bersabda: Menjadi haq Allah jika ada sesuatu yang meninggikan diri di dunia pasti akan direndahkan-Nya. HR Bukhari (Fathul Bari’-2872). 3) Abu Said al-Khudarii ra pernah berkata: Jadilah kalian seperti Nabi SAW, beliau SAW menjahit bajunya yang sobek, memberi makan sendiri untanya, memperbaiki rumahnya, memerah susu kambingnya, membuat sandalnya, makan bersama-sama dengan pembantu-pembantunya, memberi mereka pakaian, membeli sendiri keperluannya di pasar dan memikulnya sendiri ke rumahnya, beliau menemui orang kaya maupun miskin, orang tua maupun anak-anak, mengucapkan salam lebih dulu pada siapa yang berpapasan baik tua maupun anak, kulit hitam, merah, maupun putih, orang merdeka maupun hamba sahaya sepanjang termasuk orang yang suka shalat. Dan beliau SAW adalah orang yang sangat rendah hati, lembut perangainya, dermawan luar biasa, indah perilakunya, selalu berseri-seri wajahnya, murah senyum pada siapa saja, sangat tawadhu’ tapi tidak menghinakan diri, dermawan tapi tidak berlebih-lebihan, mudah iba hatinya, sangat penyayang pada semua muslimin.Beliau SAW datang sendiri menjenguk orang sakit, menghadiri penguburan, berkunjung baik mengendarai keledai maupun berjalan kaki, mengabulkan undangan dari para hamba sahaya siapapun dan dimanapun. Bahkan ketika kekuasaannya SAW telah meliputi jazirah Arabia yang besar datang seorang ‘A’rabiy menghadap beliau SAW dengan gemetar seluruh tubuhnya, maka beliau SAW yang mulia segera menghampiri orang tersebut dan berkata: Tenanglah, tenanglah, saya ini bukan Raja, saya hanyalah anak seorang wanita Quraisy yang biasa makan daging kering. (HR Ibnu Majah-3312 dari abu Mas’ud al-Badariiy) Berbicara lebih jauh tentang tawadhu’, sebenarnya tawadhu’ sangat diperlukan bagi siapa saja yang ingin menjaga amal shaleh atau amal kebaikannya, agar tetap tulus ikhlas, murni dari tujuan selain Allah. Karena memang tidak mudah menjaga keikhlasan amal shaleh atau amal kebaikan kita agar tetap murni, bersih dari tujuan selain Allah. Sungguh sulit menjaga agar segala amal shaleh dan amal kebaikan yang kita lakukan tetap bersih dari tujuan selain mengharapkan ridha- Nya.Karena sangat banyak godaan yang datang, yang selalu berusaha mengotori amal kebaikan kita.Apalagi disaat pujian dan ketenaran mulai datang menghampiri kita, maka terasa semakin sulit bagi kita untuk tetap bisa menjaga kemurnian amal shaleh kita, tanpa terbesit adanya rasa bangga dihati kita.Disinilah sangat diperlukan tawadhu’ dengan menyadari sepenuhnya, bahwa sesungguhnya segala amal shaleh, amal kebaikan yang mampu kita lakukan, semua itu adalah karena pertolongan dan atas ijin Allah SWT. Tawadhu’ juga mutlak dimiliki bagi para pendakwah yang sedang berjuang meninggikan Kalimatullah di muka bumi ini, maka sifat tawadhu’ mutlak diperlukan untuk kesuksesan misi dakwahnya. Karena bila tidak, maka disaat seorang pendakwah mendapatkan pujian, mendapatkan banyak jemaah, dikagumi orang dan ketenaran mulai menghampirinya, tanpa ketawadhu’an, maka seorang pendakwah pun tidak akan luput dari berbangga diri atas keberhasilannya. 9. Adil Berarti selalu menjalankan kebenaran dalam segala tindakan. Tidak keluar garis kebenaran. Adil dibagi menjadi dua bagian
  • 20. 1. Adil kepada diri sendiri Yaitu memberikan sikap yang berhak haknya. Tidak boleh memihak dan berat sebelah 2. Keadilan dalam masyarakat 58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (An nisa : 58) Hadist nabi artinya “satu keaniayaan (ketidak adilan) menjadi beberapa keaniayaan di akhirat” 10. Maaf Maaf berarti tidak membalas waktu ada kesempatan. Maaf menghilangkan perselisihan. Ibnu Qudamah dalam Minhaju Qashidin menjelaskan bahwa makna memberi maaf di sini ialah sebenarnya engkau mempunyai hak, tetapi engkau melepaskannya, tidak menuntut qishash atasnya atau denda kepadanya. Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Quran menjelaskan: Kata maaf berasal dari bahasa Al-Quran alafwu yang berarti "menghapus" karena yang memaafkan menghapus bekas-bekas luka di hatinya. Bukanlah memaafkan namanya, apabila masih ada tersisa bekas luka itu didalam hati, bila masih ada dendam yang membara. Boleh jadi, ketika itu apa yang dilakukan masih dalam tahaf "masih menahan amarah". Usahakanlah untuk menghilangkan noda-noda itu, sebab dengan begitu kita baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain. Islam mengajak manusia untuk saling memaafkan. Dan memberikan posisi tinggi bagi pemberi maaf. Karena sifat pemaaf merupakan bagian dari akhlak yang sangat luhur, yang harus menyertai seorang Muslim yang bertakwa. Allah swt berfirman: "...Maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah." (Q.S.Asy-Syura : 40). Dari Uqbah bin Amir, dia berkata: "Rasulullah SAW bersabda, "wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu." (HR.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy). Al-Quran memang menetapkan, bahwa seseorang yang diperlakukan secara zalim diizinkan untuk membela diri tapi bukan didasarkan balas dendam. Pembelaan diri dilakukan dengan penuh simpati seraya menunjukan perangai yang luhur, bersabar, memaafkan dan toleran. Ketika Matsah yang dibiayai hidupnya oleh Abu Bakar menyebarkan gosip yang menyangkut kehormatan putrinya Aisyah yang juga istri Nabi. Abu Bakar bersumpah tidak akan membiayainya lagi. Tapi, Allah melarangnya sambil menganjurkan untuk memberika maaf dan berlapang dada.(Q.S. an-Nur : 22). Dari ayat ini ternyata ada tingkatan yang lebih tinggi dari alafwu (maaf), yaitu alshafhu. Kata ini pada mulanya berarti kelapangan. Darinya dibentuk kata shafhat yang berarti lembaran atau halaman, serta mushafahat yang berarti yang berarti berjabat tangan. Seorang yang melakukan alshafhu seperti anjuran ayat diatas, dituntut untuk melapangkan dadanya sehingga mampu menampung segala ketersinggungan serta dapat pula menutup lembaran lama dan membuka lembaran baru. 11. Beramal dan Berusaha Islam mewajibkan beramal dan berusaha. Allah SWT berfirman:
  • 21. 39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, 40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). 41. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,(An Najm : 39-41) 12. Bertolong-tolongan Adalah salah satu sifat yang mendorong seseorang untuk membantu dan bekerja sama dengan orang lain. manusia menurut fitrahnya memerlukan tolong-menolong itu. tolong menolong bekerjasama membuat amal yang bergunauntuk masyarakat. Allah SWT berfirman: 2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah [389], dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram [390], jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya [391], dan binatang-binatang qalaa-id [392], dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya [393] dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.(Al-maidah : 2) 13. Berbuat Baik Berbuat baik (ihsan) memberikan pengorbanan untuk menyelamatkan umat manusia. Islam menganjurkan agar setiap muslim selalu berbuat baik. pahala yang besar akan diperolehnya. Allah SWT berfirman: 195. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.(Al-Baqarah : 195) Firman Allah SWT: 57. Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.(Yusuf : 57) Pada ayat lain Allah SWT berfirman: 77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-Qasash : 77) 14. Malu Adalah perasaan hati nurani yang enggan melakukan suatu perbuatan yang melanggar agama.malu dapat dibagi tiga macam. 1. Malu kepada Allah SWT Ialah mengikuti suruhan-Nya menjauhi larangan-Nya.tidak melanggar perintah-Na dan selalu
  • 22. menyembah Allah SWT. 2. Malu kepada sesama manusia Malu kepada sesama manusia ialah bergaul dengan baik.tidak mencela dan merendahkan teman sejawat. 3. Malu kepada diri sendiri Malu kepada diri sendiri ialah meninggalkan segala perbuatan yang dirasa benci oleh orang lain. 15. Percaya kepada diri sendiri Percaya diri adalah suatu tekat tidak mau menyandarkan diri kepada orang lain. adalah sebuah motivasi dan dorongan jiwa untuk maju. Seseorang yang percaya diri memiliki semangat idup yang berkobar untuk beramal dan berbuat. Allah SWT berfirman: 39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, 40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya).(An-Najm : 39-40) 16. Musyawarah musyawarah adalah mencari cara untuk menyelesaikan suatu masalah dengan menyaring berbagai pendapat dan buah pikiran. Islam menganjurkan kepada umatnya untuk bermusyawarah dan menjanjikan pahala yang besar bagi yang melakukanya. Allah SWT berfirman: 38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.(Assyura : 38) Allah SWT menyuruh Rasulullah untuk bermusyawarah dengan sahabat-sahabat, bersikap lunak lembut dan ramah tamah dengan mereka. Firman Allah SWT: 160. Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal.(Ali Imran : 160) Sabda Rasulullah “tidaklah rugi bagi orang0orang yang beristikharah (meminta petunjuk tuhan) dan tidaklah menyesal orang yang bermusyawarah”. 17. Bergaul dengan baik Manusia banyak sekali keperluanya.ia tidak akan sanggup melengkapkan semua keperluan hidupnya itu sendiri. Ia memerlukan bantuan orang lain. Pergaulan dengan baik dpat dibinah dengan beberpa cara yaitu : 1. Dengan ramah tamah Ramah tamah menimbulkan rasa simpati orang lain. rasa simpati yang mengikat tali persaudaraan. kasih mengasihi, bantu membantu. 2. Keadilan Berarti yang salah dikatakan salah yang benar dikatakan benar. 3. Pertanggungjawaban kepada mansyarakat Setiap orang ada tanggung jawabna untuk meciptakan masyarakat baik. Allah SWT berfirman: 129. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak
  • 23. ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung". (At-taubah : 129)