2. STANDAR KOMPETENSI
13. Memahami sejarah tradisi Islam Nusantara
KOMPETENSI DASAR
Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa :
13.1. Menceritakan seni budaya lokal sebagai bagian dari tradisi Islam
13.2. Memberikan apresiasi terhadap tradisi dan upacara adat kesukuan
Nusantara
INDIKATOR
1.Menjelaskan pengertian tentang seni budaya lokal
2.Menjelaskan pengertian tentang tradisi islam
3.Menceritakan seni budaya lokal yang bernuansa islami
4.Mempelajari tradisi dan upacara adat kesukuan Nusantara.
5.Memberikan apresiasi terhadap tradisi dan upacara adat kesukuan Nusantara
yang bernuansa
6.Islami
3. 1. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan dan tugas yang harus dilakukan
siswa.
2. Siswa berdiskusi untuk berdiskusi tentang tradisi halal bihalal, dugderan,
kupatan, grebeg besar dan sekaten.
3. Siswa melaporkan hasilnya.
1. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan dan tugas yang harus dilakukan
siswa.
2. Siswa berdiskusi untuk berdiskusi untuk mengapresiasi tradisi halal bihalal,
dugderan, kupatan, grebeg besar dan sekaten.
3. Siswa melaporkan hasilnya.
4. SENI DAN TRADISI ISLAM
SENI BANGUNAN
SENI UKIR
SENI KALIGRAFI
SENI TARI
SENI MUSIK
SENI PERTUNJUKAN
SENI SASTRA
Halal Bihalal
Dugderan
Sekaten
Grebeg Besar
Kupatan
5. 1
A. SENI TRADISI ISLAM
Agama Islam merupakan agama yang menyukai keindahan atau seni. Dengan
demikian seni tidaklah dilarang oleh ajaran Islam. Namun kesenian dalam Islam
harus tetap memperhatikan keluhuran budi dan moral dan menjaga aurat. Oleh
karena itu kesenian yang tidak mengindahkan norma-norma dan moral, maka
tidak diperbolehkan dalam Islam, seperti pornografi (gambar-gambar mesum)
dan porno aksi (aksi atau tindakan mesum).
Kebebasan berkesenian sama halnya dengan kebebasan kita dalam berkata,
bersikap, dan bertingkah laku. Kita bebas bertindak dan berkata apapun, namun
tidak boleh melanggar aturan dan tata krama.
Seni-seni Islami yang berkembang di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Seni bangunan
Kehadiran Islam telah mendorong lahirnya ciptaan-ciptaan baru dalam seni
bangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Islam, misalnya
bangunan masjid dan makam.
6. 2
2. Seni ukir
Berupa seni ukir hias untuk memperindah masjid di bagian mimbar saja dan
bangunan makam di bagian jirat, nisan-nisannya, cungkupnya, dan tiang-tiang
cungkupnya. Seni ukir hias itu antara lain berupa daun-daunan, bunga-bungaan
(teratai), bukit-bukit karang, dan pemandangan.
3. Kaligrafi
Kaligrafi adalah seni menulis indah dengan merangkaikan huruf-huruf Arab atau
ayat suci Al Qur'an sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Kaligrafi sebagai
motif hiasan dapat dijumpai di masjid-masjid kuno, seperti ukir-ukiran yang
terdapat pada masjid di Jepara.
4. Seni tari
Di beberapa daerah di Indonesia terdapat bentuk-bentuk tarian yang berkaitan
dengan bacaan shalawat. Misalnya pada seni rebana diikuti dengan tari-tarian
zipin, bacaan shalawat dengan menggunakan lagu-lagu tertentu.
7. 3
5. Seni musik/suara
Dalam kebudayaan Islam kita juga mengenal seni musik berupa rebana, hadrah,
qasidah, nasyid dan gambus yang melantunkan lagui-lagu dengan syair yang
Islami. Kita mengenal grup/kelompok nasyid dan qasidah seperti Bimbo, Nidaria,
Nasidaria, Raihan, Snada, Debu dan sebagainya.
Di jaman sekarang lantunan lagu-lagu Islami tidak hanya diiring musik rebana
saja, namun juga diiringi band anak-anak muda, seperti lagu-lagu yang
dikumandangkan oleh grub band Ungu, Gigi, dan grub band yang lain.
6. Seni pertunjukan
Berupa pagelaran wayang kulit yang merupakan perpaduan kebudayaan Jawa
dengan unsur keislaman. Bagi orang jawa, wayang bukan hanya sebagai
tontonan, tetapi juga tuntunan karena sarat dengan pesan-pesan moral yang
menjadi filsafat hidup orang Jawa.
7. Seni Sastra
Seni sastra yang berkembang pada zaman Islam umumnya berkembang di
daerah sekitar Selat Malaka (daerah Melayu) dan di Jawa.
8. 4
B. KEBUDAYAAN TRADISI ISLAM
1. Halal Bihalal
Tradisi halal bihalal merupakan tradisi khas yang dilakukan bangsa Indonesia.
Halal bihalal dilakukan pada bulan Syawal setelah umat Islam melaksanakan
ibadah puasa di bulan Ramadhan. Dengan demikian tradisi halal bihalal sangat
erat kaitanya dengan perayaan Idul Fitri.
Istilah Halal bihalal berasal dari bahasa Arab (halla atau halal) tetapi tradisi halal
bi halal itu sendiri bukan berasal dari Timur Tengah. Bahkan bisa jadi ketika arti
kata ini ditanyakan kepada orang Arab, mereka akan kebingungan dalam
menjawabnya. Demikian juga dengan kata silaturrahmi yang pemakaiannya
telah salah kaprah. Yang benar adalah silaturrahim
Pada acara halal bi halal semua orang mengucapkan mohon maaf lahir dan
batin. Hal ini mengandung maksud bahwa ketika secara lahir telah memaafkan
yang ditandai dengan berjabat tangan atau mengucapkan kata maaf, maka
batinnynya juga harus dengan tulus memaafkan dan tidak lagi tersisa rasa
dendam dan sakit hati.
9. 5
2. Dugderan di Semarang
Tradisi dugderan merupakan tradisi khas yang dilakukan oleh masyarakat
Semarang. Dugderan dilakukan untuk menyambut datangnya bulan puasa.
Tradisi dugderan diawali dengan pemberangkatan peserta karnaval dari
Balaikota Semarang. Diperkirakan sekitar pukul 12.15 WIB peserta karnaval
diberangkatkan dengan penyerahan penghargaan bagi peserta lomba “Warak
Ngendog”. Untuk memeriahkan acara tersebut juga menampilkan Warak
Dugder. Selanjutnya iring-iringan karnaval menuju masjid Kauman Semarang.
Ritual dugderan akan dilaksanakan setelah sholat Asar yang diawali dengan
musyawarah untuk menentukan awal bulan Ramadan yang diikuti oleh para
ulama. Setelah itu Kanjeng Bupati Semarang (Walikota Semarang) dan
Gubernur bersama-sama memukul bedug kemudian diakhiri dengan doa.
Dalam rangka menyambut tradisi dugderan ini, masayarakat Semarang
berduyun-duyun menyaksikan karnaval ini yang mulai diberangkatkan dari
Balaikota, Gajahmada, gendingan kemudian terakhir Simpang Lima. Dalam
acara ini biasanya dipentaskan tarian Jipin yang dibawakan oleh 100 penari dari
Semarang dan Demak
10. 6
3. Sekaten di Surakarta
Tradisi Sekaten dilaksanakan setiap tahun di Karaton Surakarta sebagai wujud
mengenang jasa-jasa dari Karaton terhadap perjuangan Wali Songo yang telah
berhasil menyebarkan tuntunan Nabi Muhammad s.a.w. Untuk kepentingan
dakwah, oleh para wali di Demak, kelahiran Nabi tersebut diperingati selama
seminggu, dari tanggal 5-15 Rabiul Awwal. Peringatan yang lazim dinamai
Maulud Nabi itu, oleh para wali disebut Sekaten, yang berasal dari kata
Syahadatain (dua kalimat Syahadat).
Di Karaton Surakarta tradisi menabuh gamelan itu masih tetap dilaksanakan di
Bangsal Pagongan, Mesjid Agung Karaton Surakarta. Yang harus disimak dari
Gendhing-gendhing Gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari adalah
makna yang ada di dalamnya. Setidaknya ada 2 (dua) kebenaran yang hendak
disampaikan. Pertama adalah Syahadat Tauhid, yakin pada adanya Allah SWT,
dilambangkan dalam gendhing ‘Rembu’, berasal dari kata Robbunayang yang
artinya Allah Tuhanku yang dikumandangkan dari gamelan Kyai Guntur Madu.
11. 7
4. Grebeg Besar di Demak
Demak merupakan basis dakwah dari para wali. Di kota ini terdapat tradisi
dugderan yang dilakukan setiap tanggal 10 Dzulhijjah, betepatan dengan Idul
Adha.
Tradisi Grebeg Besar merupakan upacara tradisional yang setiap tahun
dilaksanakan bertepatan Idul Adha atau Idul Kurban di Kabupaten Demak
Jateng.
Upacara dimulai setelah melakukan salat Idul Adha di Masjid Agung Demak
kemudian diteruskan dengan prosesi iring-iringan prajurit yang mengawal minyak
jamas, minyak untuk memandikan pusaka, yang didatangkan dari Keraton
Surakarta Hadiningrat. Iring-iringan ini dimulai dari Pendopo Kabupaten Demak
sampai ke Makam Kadilangu. Begitu datang, sudah siap para kerabat dan
keturunan yang kemudian melakukan penjamasan peninggalan pusaka Sunan
Kalijaga berupa Kutang Ontokusumo, Keris Kyai Crubuk, dan Kyai Sengkelat.
12. 8
5. Kupatan (Bakdo Kupat) di Jawa
Seminggu setelah Idul Fitri biasanya diikuti dengan ritual pembuatan ketupat
oleh masyarakat atau tradisi kupatan yang biasa disebut Bakdo Kupat.
Makanan yang terbuat dari beras dan dibungkus anyaman (longsong) dari janur
kuning tersebut banyak dijumpai di pasar-pasar dalam bentuk matang atau
hanya longsongnya dan bisa dimasak sendiri.
Longsong diisi beras yang telah direndam air, selanjutnya direbus berjam-jam
hingga matang. Makanan pengganti nasi tersebut biasa disajikan bersama sayur
pelengkap, termasuk opor dan lainnya.
Ketupat memang sebagai makanan khas Lebaran, walau dalam masyarakat
Jawa baru dijumpai seminggu setelah hari besar tersebut. Makanan itu ternyata
bukan sekadar sajian pada hari kemenangan, tetapi punya makna mendalam
dalam tradisi Jawa.
13. 9
Menurut pakar budaya KRHT Dr HC Kalinggo Honggopuro, ketupat telah ada
sejak zaman Jawa kuno, yang kemudian diadopsi Wali Sanga dalam
menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Makna kupat dalam peradaban tersebut sebagai tolak bala (penolak kesialan)
dan lambang
kemakmuran.
Oleh para Wali, tradisi itu dimasuki nuansa Islam untuk syiar agama. Dalam
tradisi tersebut dihadirkan upacara kupatan yang perlengkapannya
menggunakan ketan, kolak, dan apem yang diberi wadah daun pisang yang
dibentuk sedemikian rupa menjadi takir.
Oleh sebagian besar masyarakat, kupat juga menjadi singkatan atau di-jarwo
dhosok-kan menjadi rangkaian kata yang sesuai dengan momennya yaitu
Lebaran. Kupat adalah singkatan dari ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan
menjadi simbol untuk saling memaafkan.