SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 12
Lalat tsetse 
Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas. 
Lalat tsetse 
Lalat tsetse 
Pengelasan saintifik 
Alam: Animalia 
Filum: Arthropoda 
Kelas: Insecta 
Order: Diptera 
Subsection: Calyptratae 
Superkeluarga: Hippoboscoidea 
Keluarga: 
Glossinidae 
Theobald, 1903 
Genus: 
Glossina 
Wiedemann, 1830 
Kumpulan spesies 
 morsitans (spesies "savana" ) 
 fusca (spesies "hutan" ) 
 palpalis (spesies "sungai" ) 
Taburan lalat tsetse 
GENUS GLOSSINA
MORFOLOGI : 
 Ukuran sama dengan lalat rumah 
 Warna coklat 
 Bentuk mulut tusuk isap 
 ♀ dan ♂ menghisap darah, waktu siang 
LINGKARAN HIDUP : Tidak sempurna 
Tempat perindukan di daerah terbuka dengan tanah keras (padang 
rumput savanah) 
PERANAN : Vektor penyakit tidur di afrika 
STRUKTUR TUBUH TSE – TSE 
di situ udah di pampang jelas struktur tubuh dari lalat Tsetse. 
karena para lalat ini ada vektor dari penyakit tidur, sekarang kita liat 
gimana se cara penularan penyakit tidur 
SIKLUS PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR
hm, ngeri juga ya kalo kita tertular ne lalat?? 
Sebenernya pencegahannya relatif sulit buat dilakuin. Sanitasi dan 
kebersihan kandang adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk 
mengendalikan populasi lalat. Penggunaan insektisida juga salah satu 
cara yang bisa digunakan untuk membunuh lalat dengan cara 
menyemprot kandang dengan Lindane 0,03-0,05 %, Toxaphene 0,5%, 
Metoxychlor 0,05 %, Coumaphos 0,125 %, Dioxanthion 0,15 %, Malation 
0,5 %, atau Ronnel 0,75 %. Pemberian dichlorvos dalam minyak mineral 
diberikan setiap hari juga mampu mengusir lalat untuk hinggap 
dipermukaan tubuh hewan. Selain dichlorvos bisa juga digunakan 
coumophos, malathion atau tetrachlorvinphos yang diberikan 2 sampai3 
kali seminggu dalam sediaan tabur. Aplikasi insektisida dapat dilakukan 
dengan cara Dipping (populasi ternak banyak), spraying, Back Rubber, 
Dust bag, Pour on, lewat makanan dan menggunakan keping resin 
(seperti kalung). 
Lalat tsetse adalah nama dari sejenis serangga yg cukup unik. Jika jenis lalat 
lain seperti lalat rumah dan lalat botolterkenal sebagai penyebar penyakit yg 
mnyerang pencernaan.
Vektor Tripanosomiasis Afrika 
 Vektor African Sleeping Sickness adalah lalar Tse-Tse (Glossina) yang termasuk 
dalam ordo Diptera dari kelas Insecta yang berukuran 6 – 13 mm 
 Metamorfosis sempurna 
 Bersifat vivipar 
 Bertipe mulut tusuk isap 
 Menggigit dan menghisap darah pagi hari 
 2 spesies yang berperan sebagai vektor biologik tripanosomiasis : 
1. Glossina Morsitans menularkan Trypanosoma Rhodensianse (Afrika Timur) - 
menyukai daerah terbuka dengan tanah yang keras, seperti padang tumput 
2. Glossina Palpalis sebagai vektor trypanosoma Gambiense ( Afrika Barat) – 
Menyukai habitat berpasir / tanah di sektor sungai /danau yang banyak tumbuh 
pohon 
Trypanosoma gambiense 
a. Klasifikasi 
Domain : Eukarya 
Kingdom : Excavata 
Phylum : Euglenozoa 
Class : Kinetoplastida 
Order : Trypanosomatida 
Genus : Trypanosoma 
Species : Trypanosoma gambiense 
b. Hospes dan Penyakit 
Manusia merupakan hospes dari spesies ini. Hospes reservoar Trypanosoma 
gambiense adalah binatang peliharaan seperti sapi, babi, kambing dan sebagainya. Lalat 
Glossina berperan sebagai hospes perantara. Panyakitnya disebut tripanosomiasis Afrika atau 
sleeping sickness. 
Jenis penyakit tidur Afrika Barat (Gambia) yang disebabkan oleh 
Trypanosoma gambiense pertama kali dilaporkan oleh Forde di tahun 1902 ketika organisme 
ini ditemukan dalam darah seorang kapten pelaut Eropa yang bekerja di Sungan Gambia. 
c. Morfologi
Bentuk trypanosoma (trypomastigot) dapat ditemukan dalam darah, cairan 
serebrospinal (CSS), aspirasi kelenjar limfe, dan aspirasi caian dari chancre trypanosomal 
yang terbentuk pada tempat gigitan lalat tsetse. Bentuk tripomastigot berkembang biak secara 
belah pasang longitudinal. Organisme ini bersifat pleomorfik, pada satu sediaan hapus darah 
dapat terlihat aneka bentuk tripanosomal. Bentuknya berfariasi dari yang panjang, 30 μm atau 
lebih, langsing, dengan flagel yang panjang (tripomastigot), sampai pada bentuk yang pendek 
kurang lebih 15 μm, gemuk tanpa flagel yang bebas. 
Dalam darah bentuk trypanosoma tidak berwarna dan bergerak dengan cepat diantara 
sel darah merah. Membran bergelombang dan flagel mungkin terlihat pada organisme yang 
bererak lambat. Bentuk tripomastigot panjangnya 14 sampai 33 μm dan lebar 1,5 sampai 3,5 
μm. dengan pulasan Giemsa dan Wright, sitoplasma tampak berwarna biru muda, dengan 
granula yang berwarna biru tua, mungkin terdapat vakuola. Inti yang terletak di tengah 
berwarna kemerahan. Pada ujung posterior terletak kinetoplas, yang juga berwarna 
kemerahan. Kinetoplas berisi benda parabasal dan bleparoflas, yang tidak mungkin 
dibedakan. Flagel muncul dari blefaroplas, demikian juga membran bergelombang. Flagel 
berjalan sepanjang tepi membran bergelombang sampai membaran bergelombang bersatu 
dengan badan trypanosoma pada ujung anterior organisme. Pada titik ini flagel menjadi bebas 
melewati badan trypanosoma. 
Bentuk trypanosoma akan ditelan lalat tsetse (Glosinna) ketika mengisap darah. 
Organisme akan berkembang biak di dalam lumen “mid gut“ dan “hind-gut“ lalat. Setelah 
kira – kira 2 minggu, organisme akan bermigrasi kembalai ke kelenjar ludah melalui 
hipofaring dan saluran kelenjar ludah; organisme kemudia akan melekat pada sel epitel 
saluran kelenjar ludah dan mengadakan transpormasi ke bentuk epimastigot. Pada bentuk
epimastigot, inti terletak posterior dari kinetoplas, berbeda dengan tripomastigot, dimana inti 
terletak anterior dari kinetoplas. 
d. Epidemiologi dan Distribusi Geografis 
Hospes perantara untuk T. gambiense adalah Glossina palpalis yang terdapat di 
daerah dataran rendah dengan hutan yang lebat dan keadaan lembab. Peran hospes reservoar 
T.gambiensis tidak penting karena penyakit ditularkan dari manusia ke lalat, kemudian ke 
manusia lain. 
Spesies ini ditemukan di daerah Afrika tropik, yaitu antara garis lintang utara 15 0 dan 
garis lintang selatan 18 0. T. gambiense terdapat dibagian tengah dan barat. 
e. Siklus Hidup 
Organisme terus memperbanyak diri dan bentuk metasiklik (infektif) selama 2-5 hari 
dalam kelenjar ludah lalat tsetse. Dengan terbentuknya metasiklik, lalat tsetse tersebut 
menjadi infektif dan dapat memasukkan bentuk ini dari kelenjar ludah ke dalam luka kulit 
pada saat lalat mengisap darah lagi. Seluruh siklus perkembangan dalam lalat tsetse 
membutuhkan waktu 3 minggu, Trypanosoma gambiense ditularkan oleh Glossina palpalis 
dan Glossina tachinoides, baik lalat tsetse betina maupun jantan dapat menularkan penyakit 
ini. 
Pada waktu darah mamalia dihisap, oleh lalat tse tse yang infektif (genus Glossina) 
maka akan memasukkan metacyclic trypomastigotes kedalam jaringan kulit. Parasit–parasit 
akan masuk ke dalam sistem lymphatic dan ke dalam aliran darah (1). di dalam tubuh tuan 
rumah, mereka berubah menjadi trypomastigotes di dalam aliran darah. (2). dan ini akan 
dibawa ke sisi lain melalui tubuh, cairan darah kaya yang lain (e.g., lymph, spinal fluid), dan 
berlanjut bertambah banyak dengan binary fission (3). Segala siklus hidup dari African 
Trypanosomes telah ditampilkan pada tingkat ektra seluler. Lalat tsetse menjadi infektif 
dengan trypomastigotes dalam aliran darah ketika mengisap darah mamalia yang terinfeksi 
(4), (5). Pada alat penghisap lalat parasit berubah menjadi procyclic trypomastigotes, 
bertambah banyak dengan binary fission (6). meninggalkan alat penghisap, dan berubah
menjadi epimastigotes (7). Air liur lalat kaya akan epimastigotes dan pertambahan banyak 
berlanjut dengan binary fission (8). Siklus dalam tubuh lalat berlangsung selama kurang 
lebih 3 minggu. Manusia merupakan reservoir utama untuk Trypanosoma gambiense, tetapi 
spesies in dapat selalu ditemukan pada binatang. 
f. Patologi dan Gejala Klinis 
Setelah digigit oleh lalat tsetse yang infektif, stadium tripomastigot metasiklik yang 
masuk ke dalam kulit akan memperbanyak diri serta menimbulkan reaksi peradangan 
setempat. Beberapa hari kemudian, pada tempat tersebut dapat timbul nodul atau chancre (3-4 
cm). Lesi primer ini tidak menetap dan akan menghilang setelah 1 – 2 minggu, nodul ini 
seringkali terlihat pada orang Eropa tetapi jarang pada penduduk setempat di daerah endemi. 
Bentuk tripomastigot dapat ditemukan dalam cairan aspirasi ulkus tersebut. Bentuk 
tripomastigot dapat masuk ke dalam aliran darah, menyebabkan parasetemia ringan tanpa 
gejala klinik dan dapat berlangsung selama berbulan–bulan. Pada keadaan ini, parasit 
mungkin sulit ditemukan meskipun dengan pemeriksaan sediaan darah tebal. Selama masa 
ini, infeksi dapat sembuh sendiri tanpa gejala klinik atau kelainan pada kelenjar limfe. 
Gejala pertama akan terlihat jelas bila terjadi invasi pada kelenjar limfe, diikuti 
dengan timbulnya demam remiten yang tidak teratur dan keluar keringat pada malam hari. 
Demam sering disertai dengan sakit kepala, malaise dan anoreksia. Periode demam yang 
berlangsung sampai satu minggu akan diikuti dengan periode tanpa demam yang waktunya 
bervariasi dan kemudian timbul lesi periode demam yang lain. Banyak tripomastiot 
ditemukan dalam peredaran darah pada saat demam tetapi pada saat tanpa demam jumlahnya 
sedikit. Kelenjar limfe yang membesar konsistensinya lunak, tidak nyeri. Meskipun dapat 
mengenai kelenjar limfe dimana saja, kelenjar limfe di daerah servikal posterior merupakan 
tempat yang paling sering terinfeksi (tanda Winterbottom) Bentuk tripomastigot dapat 
diaspirasi dari kelenjar limfe yang membesar. Selain kelenjar limfe, terjadi juga pembesaran 
pada limpa dan hati. 
Pada Trypanosomiasis Gambia, stadium darah–limfe dapat berlansung bertahun– 
tahun sebelum timbul sindroma penyakit tidur. Pada orang berkulit cerah, ruam kulit 
berbentuk eritema yang tidak teratur (irregular erytematous skin rash) Eretema multiforme 
dapat terjadi 6 – 8 minggu setelah terjadi infeksi. Ruam akan hilang dalam beberapa jam, dan 
timbul serta hilangnya ruam ini terjadi pada periode demam. Sensasi terhadap rasa sakit pada 
pasien dapat berkurang. 
Stadium penyakit tidur timbul setelah bentuk tripomstigot menginvasi susunan saraf 
pusat (SSP). Perubahan tingkah laku dan kepribadian terlihat selama invasi SSP. Gejala–
gejala Trypanosomiasis Gambia adalah meningoensepalitis progresif, apati, kebingungan, 
kelemahan, hilangnya koordinasi, dan somnolen. Pada fase terminal penyakitnya, pasien 
menjadi emasiasi, jatuh ke dalam koma dan meninggal, biasanya akibat infeksi sekunder. 
Penekanan daya tahan tubuh pada pasien TrypanosomiasisGambia ditunjukkan dengan 
menurunnya kekebalan seluler dan humoral. 
g. Dignosis 
Tanda–tanda kelainan fisik dan riwayat klinik sangat penting untuk menegakkan 
diagnosis. Gejala–gejala diagnostik termasuk demam yang tidak teratur, pembesaran kelenjar 
limfe (terutama di bagian segitiga servikal posterior, yang dikenal dengan tanda 
Winterbottom), berkurangnya sensori terhadap rasa sakit (tanda Kerandel), dan ruam kulit 
berupa eritema. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan bentuk tripomastigot dalam darah, 
aspirasi kelenjar limfe, dan CSS. 
Adanya periodesitas, menyebabkan jumlah parasit dalam darah akan berbeda–beda 
dan sejumlah teknik harus digunakan untuk menemukan bentuk tripomastigot. Selain sedian 
darah tipis dan tebal, dianjurkan menggunakan metode konsentrasi “buffy coat“ untuk 
menemukan parasit apabila jumlahnya sedikit. Parasit dapat ditemukan dalam sediaan darah 
tebal apabila jumlahnya lebih dari 2000/ ml, lebih dari 100/ml dengan konsentrasi pada 
tabung hematokrit, dan lebih dari 4/ ml dengan tabung penukar anion (anion exchange 
columm). 
Pemeriksaan CSS harus dilakukan dengan medium sentrifuge. Bila jumlah 
tripomastigot dalam darah tidak terdeteksi, bentuk ini mungkin masih dapat ditemukan pada 
aspirasi kelenjar limfe yang meradang, namun untuk menemukannya secara histopatologi 
tidaklah praktis. Specimen darah dan CSS harus diperiksa selama pengobatan dan 1 hingga 2 
bulsn setelah pengobatan. 
Pemeriksaan serologis yang banyak digunakan untuk skrining epidemiologi adalah tes 
imunofluoresensi tidak langsung, ELISA, dan hemaglutinasi tidak langsung. Masalah besar 
pada serodiagnostik di daerah endemi yaitu banyaknya orang dengan kadar antibodi yang 
tinggi karena terpapar oleh tripanosoma yang tidak infektif bagi manusia. Konsentrasi IgM 
dalam serum dan CSS kurang mempunyai nilai diagnostik. 
Isolasi Trypanosoma gambiense pada bintang percobaan dalam laboratorium yang 
kecil biasanya tidak berhasil, berbeda dengan Trypanosoma rhodesiense yang dapat 
menginfeksi binatang. Kultur umumnya tidak praktis untuk diagnostik. 
h. Pencegahan dan Pengobatan 
Pencegahan penyakit ini meliputi :
1. mengurangi sumber infeksi 
2. melindungi manusia terhadap infeksi 
3. mengendalikan vektor 
Pengurangan sumber infeksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengobatan 
secara tuntas pada penderita, bahkan memusnahkan hewan vertebrata yang terinfeksi . 
Pengobatan dapat bervariasi dan biasanya berhasil bila dimulai pada permulaan 
penyakit. Bila susunan saraf pusat telah terlibat, biasanya pengobatan kurang baik hasilnya. 
Obat-obat yang sering digunakan antara lain : 
1. Eflornithine dengan dosis 400 mg/kg/hari IM atau IV dalam 4 dosis bagi, selama 14 hari dan 
dilanjutkan dengan pemberian oral 300 mg/kg/hari sampai 30 hari. 
2. Suramin dengan dosis 1 gr IV pada hari ke 1,3,7,14,21 dimulai dengan 200 mg untuk test 
secara IV. Dosis diharapkan memcapai 10 gram. Obat ini tidak menembus blood-brain barrier 
dan bersifat toksis pada ginjal. 
3. Pentamadine, dengan dosis 4 mg/kg/hari/hari IM selama 10 hari. 
4. Melarsoprol, dengan dosis 20 mg/kg IV dengan pemberian pada hari ke 
1,2,3,10,11,12,19,20,21 dan dosis perharinya tidak lebih dari 180 mg. Enchephalopati dapat 
muncul sebagai efek pemberian obat ini . Hai ini terjadi oleh karena efek langsung dari 
arsenical (kandungan dari melarsoprol) dan juga oleh karena reaksi penghancuran dari 
Trypanosma (reactive enchepalopathy). Bila efek tersebut muncul, pengobatan harus 
dihentikan. 
Eflornithine, Suramin dan Pentamine digunakan pada pasien pada fase awal dan 
penyebaran. Sementara Melarsoprol dapat digunakan pada ketiga fase tersebut. 
6. Trypanosoma rhodesiense 
a. Klasifikasi 
Domain : Eukarya 
Kingdom : Excavata 
Phylum : Euglenozoa 
Class : Kinetoplastida 
Order : Trypanosomatida 
Genus : Trypanosoma 
Species : Trypanosoma rhodesiense 
b. Hospes dan Nama Penyakit
Manusia merupakan hospes dari spesies ini. Hospes reservoar Trypanosoma 
rhodesiense adalah binatang liar seperti antilop. Lalat Glossina berperan sebagai hospes 
perantara. Panyakitnya disebut tripanosomiasis Afrika atau sleeping sickness. 
c. Morfologi 
d. Epidemiologi dan Distribusi Geografis 
Penyakit yang disebabkan oleh T. rhodosiense sangat jarang, tetapi penting karena 
penyakit ini sangat berbahaya. Hospes perantaranya ialah lalat Glossina morsitans yang 
hidup didaerah padang rumput (savana). Baik lalat jantan maupun betina dapat menularkan 
penyakit ini. Pada Trypanosomiasis rhodosiense hospes reservoar penting karena penularan 
terjadi pada hospes reservoar melalui lalat ke manusia. 
Pengawasan terhadap penyakit ini sulit dilakukan dilakukan karena pada umumnya 
penduduk Afrika sering berpindah tempat (nomaden). Bila penduduk pindah ke dearah yang 
tidak ada vektornya, kadang-kadang dijumpai kesulitan lain misalnya tidak adanya air untuk 
minum (jauh dari sumber air/sungai), sehingga kehidupan menjadi kebih sulit. 
Spesies ini ditemukan di daerah Afrika Tropik, yaitu antara garis lintang utara 150 dan 
garis lintang selatan 180 (Fly belt). T.rhodosiense terdapat di bagian timur. 
e. Siklus Hidup
Pada manusia, kedua spesies tersebut terdapat dalam stadium tripomastigot yang 
hidup dalam darah. Bentuk ini ada dua macam, yaitu bentuk panjang (32 mikron) dan bentuk 
pendek (16 mikron ) yang tidak mempunyai flagel. Stadium tripomastigot hidup di luar sel 
(ekstraseluler) dalm darah, limpa, kelenjar limfe, cairan otak dan di otak. Parasit ini 
berkembang biak secara belah pasang longitudinal dan dalam darah tampak bentuk-bentuk 
yang membelah. Dalam tubuh Glossina, stadium tripomastigot yang terisap dengan darah 
berkembang biak di usus tengah dan belakang (midgut dan hindhut) secara belah pasang 
longitudinal. Sesudah 15 hari tampak bentuk langsing (pro-ventricular form) yang membelah 
lagi dan kemudian bermigrasi melalui esofagus,faring,ruang mulut, kemudian masuk kedalam 
kelenjar ludahnya. Dalam Kelenjar ludah parasit ini melekat pada epitel dan berubah menjadi 
stadium epimastigot. Stadium epimastigot ini berkembang biak berkali-kali dan kemudian 
berubah menjadi stadium tripomastigot metasiklik yng masuk ke saluran kelenjar ludah, lalu 
ke probosis dan ditularkan ke manusia. Untuk T.rhodosiense menjadi infektif sesudah 14 
hari. 
Infeksi terjadi dengan tusukan lalat Glossina yang mengandung stadium 
tripoomastigot metasiklik, yaitu sebagai bentuk infektif. Cara penularan disebut anterior 
inoculative. 
f. Patologi dan Gejala Klinis 
Parasit ini berkembangbiak di sela-sela jaringan di bawah kulit dan dalam waktu kira-kira 
1 minggu timbul syanker tripanosoma.Stadium tripomastigot masuk ke pembuluh darah
dan terjadi parasitemia. Pada penduduk asli, masa ini di daerah endemi berlalu afebril, 
sedangkan penduduk pendatang mengalami demam.Timbulnya demam disebabkan oleh 
parasit yang menyerang kelenjar limfe. Kelenjar limfe menjadi besar dan nyeri. Hal ini nyata 
pada daerah servikal belakang yang disebut gejala “Winterbottom”. Juga terjadi pembesaran 
kelenjar imfe di daerah lain seperti ketiak dan inguinal. Selain itu terjadi pula 
hepatosplenomegali, penderita sakit berat dapat meninggal. 
Pada stadium berikutnya, parasit dapat masuk ke otak dan menyebabkan meningitis, 
ensefalitis dengan gejala sakit kepala yang berat, kelainan motorik, apatis, letargi, koma dan 
berakhir dengan kematian. Perbedaan infeksi T.rhodosiense dan T.gambiense ialah: 
T.rhodosiense sangat virulen, penyakit akut sehingga penderita meninggal dalam waktu yang 
singkat sebelum gejala otak tampak; T.gambiense, penyakitnya menahun dan sesudah satu 
tahun, penderita dapat meninggal dengan gejala otak. 
g. Diagnosis 
Diagnosis dengan menemuka parasit : 1) Secara langsung dalam sediaan darah atau 
caiaran otak ; 2) Dalam biopsi kelenjar dan sumsum tulang belakang ; 3) Secara imunologi 
dengan zat anti fluoresen. 
h. Pencegahan dan Pengobatan 
Pengobatan pada penyakit tidur Afrika biasanya berhasil baik bila di mulai pada 
permulaan penyakit (infeksi dini), yaitu pada stadium darah limfe. Dapat dipakai suramin 
atau pentamitidin. Bila susunan syaraf sudah terkena dapat dipakai triparsamid. 
Obat-obat yang tersedia umumnya toksik untuk manusia, dan beberapa sirain parasit 
menjadi resisten terhadap obat tersebut. Untuk itu dapt dipakai melarsopol ; Mel B (arsobal).

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesMulkan Fadhli
 
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan PengendaliannyaKutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannyasiska fiany
 
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliEntamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliArini Utami
 
Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1Semiani Satsuki
 
Kel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKen Ken
 
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopisLaporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopisYunan Malifah
 
Parasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensis
Parasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensisParasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensis
Parasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensisNiakhairani
 
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)Bahrul Singo
 

Was ist angesagt? (20)

Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides
 
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan PengendaliannyaKutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
 
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliEntamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
 
Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1
 
Cacing nematoda
Cacing nematodaCacing nematoda
Cacing nematoda
 
Kel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariae
 
Miasis Makhluk Hidup
Miasis Makhluk HidupMiasis Makhluk Hidup
Miasis Makhluk Hidup
 
Protozoa volvox globator
Protozoa  volvox globatorProtozoa  volvox globator
Protozoa volvox globator
 
Onchocerca volvulus
Onchocerca volvulusOnchocerca volvulus
Onchocerca volvulus
 
Xmia6 rhizopoda
Xmia6 rhizopodaXmia6 rhizopoda
Xmia6 rhizopoda
 
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopisLaporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Tremotoda
TremotodaTremotoda
Tremotoda
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Trematoda pbl8
Trematoda pbl8Trematoda pbl8
Trematoda pbl8
 
Parasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensis
Parasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensisParasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensis
Parasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensis
 
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
 
protozoa
protozoaprotozoa
protozoa
 
Arthropoda
ArthropodaArthropoda
Arthropoda
 
Leukosit
LeukositLeukosit
Leukosit
 

Andere mochten auch

Arthropoda penyebab penyakit
Arthropoda penyebab penyakitArthropoda penyebab penyakit
Arthropoda penyebab penyakitLaksmi Bali
 
Entomologi kedokteran
Entomologi kedokteranEntomologi kedokteran
Entomologi kedokteransanggede
 
Dasar dasar parasitologi
Dasar dasar parasitologiDasar dasar parasitologi
Dasar dasar parasitologiFarida Sihotang
 
Vii pengendalian vektor
Vii  pengendalian vektorVii  pengendalian vektor
Vii pengendalian vektorAnNo ANdi
 
лазерный проектор - лазерная наружная реклама
лазерный проектор - лазерная наружная рекламалазерный проектор - лазерная наружная реклама
лазерный проектор - лазерная наружная рекламаKlaudya7893
 
Algae resume
Algae resumeAlgae resume
Algae resumeadnavi
 
Keynote: DevOps 4 Networks by JR Rivers of Cumulus Networks
Keynote: DevOps 4 Networks by JR Rivers of Cumulus NetworksKeynote: DevOps 4 Networks by JR Rivers of Cumulus Networks
Keynote: DevOps 4 Networks by JR Rivers of Cumulus NetworksDevOps4Networks
 
Nelson Mandela
Nelson MandelaNelson Mandela
Nelson Mandelassb21
 
Program implementation and testing
Program implementation and testingProgram implementation and testing
Program implementation and testingabukky52
 
Did planning presentation 14th october
Did planning presentation 14th october Did planning presentation 14th october
Did planning presentation 14th october Sarah Kirkby
 
Tree species composition and above ground tree biomass estimation
Tree species composition and above ground tree biomass estimationTree species composition and above ground tree biomass estimation
Tree species composition and above ground tree biomass estimationMrumba E. John
 
DevOps Days, Berlin, Oct 2014
DevOps Days, Berlin, Oct 2014DevOps Days, Berlin, Oct 2014
DevOps Days, Berlin, Oct 2014Tihomir Trifonov
 
Soalan kt tahun 5 pksr 2 1 2013
Soalan kt tahun 5 pksr 2 1 2013Soalan kt tahun 5 pksr 2 1 2013
Soalan kt tahun 5 pksr 2 1 2013pang5gabanz
 
Introduzione sulla Corte europea dei diritti dell'uomo (European Court of Hum...
Introduzione sulla Corte europea dei diritti dell'uomo (European Court of Hum...Introduzione sulla Corte europea dei diritti dell'uomo (European Court of Hum...
Introduzione sulla Corte europea dei diritti dell'uomo (European Court of Hum...Nicola Canestrini
 

Andere mochten auch (18)

Arthropoda penyebab penyakit
Arthropoda penyebab penyakitArthropoda penyebab penyakit
Arthropoda penyebab penyakit
 
Manusia dan lingkungan
Manusia dan lingkunganManusia dan lingkungan
Manusia dan lingkungan
 
Entomologi kedokteran
Entomologi kedokteranEntomologi kedokteran
Entomologi kedokteran
 
Dasar dasar parasitologi
Dasar dasar parasitologiDasar dasar parasitologi
Dasar dasar parasitologi
 
Vii pengendalian vektor
Vii  pengendalian vektorVii  pengendalian vektor
Vii pengendalian vektor
 
Xyrex blog new
Xyrex blog newXyrex blog new
Xyrex blog new
 
лазерный проектор - лазерная наружная реклама
лазерный проектор - лазерная наружная рекламалазерный проектор - лазерная наружная реклама
лазерный проектор - лазерная наружная реклама
 
Concerning Jessica
Concerning JessicaConcerning Jessica
Concerning Jessica
 
Algae resume
Algae resumeAlgae resume
Algae resume
 
Keynote: DevOps 4 Networks by JR Rivers of Cumulus Networks
Keynote: DevOps 4 Networks by JR Rivers of Cumulus NetworksKeynote: DevOps 4 Networks by JR Rivers of Cumulus Networks
Keynote: DevOps 4 Networks by JR Rivers of Cumulus Networks
 
Nelson Mandela
Nelson MandelaNelson Mandela
Nelson Mandela
 
Program implementation and testing
Program implementation and testingProgram implementation and testing
Program implementation and testing
 
Did planning presentation 14th october
Did planning presentation 14th october Did planning presentation 14th october
Did planning presentation 14th october
 
Tree species composition and above ground tree biomass estimation
Tree species composition and above ground tree biomass estimationTree species composition and above ground tree biomass estimation
Tree species composition and above ground tree biomass estimation
 
DevOps Days, Berlin, Oct 2014
DevOps Days, Berlin, Oct 2014DevOps Days, Berlin, Oct 2014
DevOps Days, Berlin, Oct 2014
 
Orientacion laboral
Orientacion laboralOrientacion laboral
Orientacion laboral
 
Soalan kt tahun 5 pksr 2 1 2013
Soalan kt tahun 5 pksr 2 1 2013Soalan kt tahun 5 pksr 2 1 2013
Soalan kt tahun 5 pksr 2 1 2013
 
Introduzione sulla Corte europea dei diritti dell'uomo (European Court of Hum...
Introduzione sulla Corte europea dei diritti dell'uomo (European Court of Hum...Introduzione sulla Corte europea dei diritti dell'uomo (European Court of Hum...
Introduzione sulla Corte europea dei diritti dell'uomo (European Court of Hum...
 

Ähnlich wie Lalat tsets1

Parasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodiumParasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodiumBadut II
 
Artikel zooinnnnn nema
Artikel zooinnnnn nemaArtikel zooinnnnn nema
Artikel zooinnnnn nemaYuga Rahmat S
 
Bioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
Bioligi Nemathelmintes & PlatythelmintesBioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
Bioligi Nemathelmintes & PlatythelmintesKaoruShinomori
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiininanovia11
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiininanovia11
 
Toxoplasma Gondii
Toxoplasma GondiiToxoplasma Gondii
Toxoplasma GondiiRidwan
 
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)Ghins GO
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiidinamerlyna
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiidinamerlyna
 
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paruApridinata
 
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMAKingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMATeuku Ichsan
 
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdfcacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdfAgathaHaselvin
 
Cacing(vermes) biologi
Cacing(vermes)  biologiCacing(vermes)  biologi
Cacing(vermes) biologiSMA N 90 JKT
 
Tugas parasitologi
Tugas parasitologiTugas parasitologi
Tugas parasitologiIkhsan Cess
 
Platyhelminthes2 )
Platyhelminthes2 )Platyhelminthes2 )
Platyhelminthes2 )Kurnia Wati
 

Ähnlich wie Lalat tsets1 (20)

Trypanosoma
TrypanosomaTrypanosoma
Trypanosoma
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Parasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodiumParasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodium
 
Parasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodiumParasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodium
 
Artikel zooinnnnn nema
Artikel zooinnnnn nemaArtikel zooinnnnn nema
Artikel zooinnnnn nema
 
Bioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
Bioligi Nemathelmintes & PlatythelmintesBioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
Bioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Toxoplasma Gondii
Toxoplasma GondiiToxoplasma Gondii
Toxoplasma Gondii
 
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
8. animalia nemat anellida
8. animalia nemat anellida8. animalia nemat anellida
8. animalia nemat anellida
 
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paru
 
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMAKingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
 
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdfcacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
 
Cacing(vermes) biologi
Cacing(vermes)  biologiCacing(vermes)  biologi
Cacing(vermes) biologi
 
Tugas parasitologi
Tugas parasitologiTugas parasitologi
Tugas parasitologi
 
Platyhelminthes2 )
Platyhelminthes2 )Platyhelminthes2 )
Platyhelminthes2 )
 
Biologi - Sporozoa
Biologi - SporozoaBiologi - Sporozoa
Biologi - Sporozoa
 

Kürzlich hochgeladen

Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfjeffrisovana999
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANDevonneDillaElFachri
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 

Kürzlich hochgeladen (8)

Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 

Lalat tsets1

  • 1. Lalat tsetse Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas. Lalat tsetse Lalat tsetse Pengelasan saintifik Alam: Animalia Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Order: Diptera Subsection: Calyptratae Superkeluarga: Hippoboscoidea Keluarga: Glossinidae Theobald, 1903 Genus: Glossina Wiedemann, 1830 Kumpulan spesies  morsitans (spesies "savana" )  fusca (spesies "hutan" )  palpalis (spesies "sungai" ) Taburan lalat tsetse GENUS GLOSSINA
  • 2. MORFOLOGI :  Ukuran sama dengan lalat rumah  Warna coklat  Bentuk mulut tusuk isap  ♀ dan ♂ menghisap darah, waktu siang LINGKARAN HIDUP : Tidak sempurna Tempat perindukan di daerah terbuka dengan tanah keras (padang rumput savanah) PERANAN : Vektor penyakit tidur di afrika STRUKTUR TUBUH TSE – TSE di situ udah di pampang jelas struktur tubuh dari lalat Tsetse. karena para lalat ini ada vektor dari penyakit tidur, sekarang kita liat gimana se cara penularan penyakit tidur SIKLUS PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR
  • 3. hm, ngeri juga ya kalo kita tertular ne lalat?? Sebenernya pencegahannya relatif sulit buat dilakuin. Sanitasi dan kebersihan kandang adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan populasi lalat. Penggunaan insektisida juga salah satu cara yang bisa digunakan untuk membunuh lalat dengan cara menyemprot kandang dengan Lindane 0,03-0,05 %, Toxaphene 0,5%, Metoxychlor 0,05 %, Coumaphos 0,125 %, Dioxanthion 0,15 %, Malation 0,5 %, atau Ronnel 0,75 %. Pemberian dichlorvos dalam minyak mineral diberikan setiap hari juga mampu mengusir lalat untuk hinggap dipermukaan tubuh hewan. Selain dichlorvos bisa juga digunakan coumophos, malathion atau tetrachlorvinphos yang diberikan 2 sampai3 kali seminggu dalam sediaan tabur. Aplikasi insektisida dapat dilakukan dengan cara Dipping (populasi ternak banyak), spraying, Back Rubber, Dust bag, Pour on, lewat makanan dan menggunakan keping resin (seperti kalung). Lalat tsetse adalah nama dari sejenis serangga yg cukup unik. Jika jenis lalat lain seperti lalat rumah dan lalat botolterkenal sebagai penyebar penyakit yg mnyerang pencernaan.
  • 4. Vektor Tripanosomiasis Afrika  Vektor African Sleeping Sickness adalah lalar Tse-Tse (Glossina) yang termasuk dalam ordo Diptera dari kelas Insecta yang berukuran 6 – 13 mm  Metamorfosis sempurna  Bersifat vivipar  Bertipe mulut tusuk isap  Menggigit dan menghisap darah pagi hari  2 spesies yang berperan sebagai vektor biologik tripanosomiasis : 1. Glossina Morsitans menularkan Trypanosoma Rhodensianse (Afrika Timur) - menyukai daerah terbuka dengan tanah yang keras, seperti padang tumput 2. Glossina Palpalis sebagai vektor trypanosoma Gambiense ( Afrika Barat) – Menyukai habitat berpasir / tanah di sektor sungai /danau yang banyak tumbuh pohon Trypanosoma gambiense a. Klasifikasi Domain : Eukarya Kingdom : Excavata Phylum : Euglenozoa Class : Kinetoplastida Order : Trypanosomatida Genus : Trypanosoma Species : Trypanosoma gambiense b. Hospes dan Penyakit Manusia merupakan hospes dari spesies ini. Hospes reservoar Trypanosoma gambiense adalah binatang peliharaan seperti sapi, babi, kambing dan sebagainya. Lalat Glossina berperan sebagai hospes perantara. Panyakitnya disebut tripanosomiasis Afrika atau sleeping sickness. Jenis penyakit tidur Afrika Barat (Gambia) yang disebabkan oleh Trypanosoma gambiense pertama kali dilaporkan oleh Forde di tahun 1902 ketika organisme ini ditemukan dalam darah seorang kapten pelaut Eropa yang bekerja di Sungan Gambia. c. Morfologi
  • 5. Bentuk trypanosoma (trypomastigot) dapat ditemukan dalam darah, cairan serebrospinal (CSS), aspirasi kelenjar limfe, dan aspirasi caian dari chancre trypanosomal yang terbentuk pada tempat gigitan lalat tsetse. Bentuk tripomastigot berkembang biak secara belah pasang longitudinal. Organisme ini bersifat pleomorfik, pada satu sediaan hapus darah dapat terlihat aneka bentuk tripanosomal. Bentuknya berfariasi dari yang panjang, 30 μm atau lebih, langsing, dengan flagel yang panjang (tripomastigot), sampai pada bentuk yang pendek kurang lebih 15 μm, gemuk tanpa flagel yang bebas. Dalam darah bentuk trypanosoma tidak berwarna dan bergerak dengan cepat diantara sel darah merah. Membran bergelombang dan flagel mungkin terlihat pada organisme yang bererak lambat. Bentuk tripomastigot panjangnya 14 sampai 33 μm dan lebar 1,5 sampai 3,5 μm. dengan pulasan Giemsa dan Wright, sitoplasma tampak berwarna biru muda, dengan granula yang berwarna biru tua, mungkin terdapat vakuola. Inti yang terletak di tengah berwarna kemerahan. Pada ujung posterior terletak kinetoplas, yang juga berwarna kemerahan. Kinetoplas berisi benda parabasal dan bleparoflas, yang tidak mungkin dibedakan. Flagel muncul dari blefaroplas, demikian juga membran bergelombang. Flagel berjalan sepanjang tepi membran bergelombang sampai membaran bergelombang bersatu dengan badan trypanosoma pada ujung anterior organisme. Pada titik ini flagel menjadi bebas melewati badan trypanosoma. Bentuk trypanosoma akan ditelan lalat tsetse (Glosinna) ketika mengisap darah. Organisme akan berkembang biak di dalam lumen “mid gut“ dan “hind-gut“ lalat. Setelah kira – kira 2 minggu, organisme akan bermigrasi kembalai ke kelenjar ludah melalui hipofaring dan saluran kelenjar ludah; organisme kemudia akan melekat pada sel epitel saluran kelenjar ludah dan mengadakan transpormasi ke bentuk epimastigot. Pada bentuk
  • 6. epimastigot, inti terletak posterior dari kinetoplas, berbeda dengan tripomastigot, dimana inti terletak anterior dari kinetoplas. d. Epidemiologi dan Distribusi Geografis Hospes perantara untuk T. gambiense adalah Glossina palpalis yang terdapat di daerah dataran rendah dengan hutan yang lebat dan keadaan lembab. Peran hospes reservoar T.gambiensis tidak penting karena penyakit ditularkan dari manusia ke lalat, kemudian ke manusia lain. Spesies ini ditemukan di daerah Afrika tropik, yaitu antara garis lintang utara 15 0 dan garis lintang selatan 18 0. T. gambiense terdapat dibagian tengah dan barat. e. Siklus Hidup Organisme terus memperbanyak diri dan bentuk metasiklik (infektif) selama 2-5 hari dalam kelenjar ludah lalat tsetse. Dengan terbentuknya metasiklik, lalat tsetse tersebut menjadi infektif dan dapat memasukkan bentuk ini dari kelenjar ludah ke dalam luka kulit pada saat lalat mengisap darah lagi. Seluruh siklus perkembangan dalam lalat tsetse membutuhkan waktu 3 minggu, Trypanosoma gambiense ditularkan oleh Glossina palpalis dan Glossina tachinoides, baik lalat tsetse betina maupun jantan dapat menularkan penyakit ini. Pada waktu darah mamalia dihisap, oleh lalat tse tse yang infektif (genus Glossina) maka akan memasukkan metacyclic trypomastigotes kedalam jaringan kulit. Parasit–parasit akan masuk ke dalam sistem lymphatic dan ke dalam aliran darah (1). di dalam tubuh tuan rumah, mereka berubah menjadi trypomastigotes di dalam aliran darah. (2). dan ini akan dibawa ke sisi lain melalui tubuh, cairan darah kaya yang lain (e.g., lymph, spinal fluid), dan berlanjut bertambah banyak dengan binary fission (3). Segala siklus hidup dari African Trypanosomes telah ditampilkan pada tingkat ektra seluler. Lalat tsetse menjadi infektif dengan trypomastigotes dalam aliran darah ketika mengisap darah mamalia yang terinfeksi (4), (5). Pada alat penghisap lalat parasit berubah menjadi procyclic trypomastigotes, bertambah banyak dengan binary fission (6). meninggalkan alat penghisap, dan berubah
  • 7. menjadi epimastigotes (7). Air liur lalat kaya akan epimastigotes dan pertambahan banyak berlanjut dengan binary fission (8). Siklus dalam tubuh lalat berlangsung selama kurang lebih 3 minggu. Manusia merupakan reservoir utama untuk Trypanosoma gambiense, tetapi spesies in dapat selalu ditemukan pada binatang. f. Patologi dan Gejala Klinis Setelah digigit oleh lalat tsetse yang infektif, stadium tripomastigot metasiklik yang masuk ke dalam kulit akan memperbanyak diri serta menimbulkan reaksi peradangan setempat. Beberapa hari kemudian, pada tempat tersebut dapat timbul nodul atau chancre (3-4 cm). Lesi primer ini tidak menetap dan akan menghilang setelah 1 – 2 minggu, nodul ini seringkali terlihat pada orang Eropa tetapi jarang pada penduduk setempat di daerah endemi. Bentuk tripomastigot dapat ditemukan dalam cairan aspirasi ulkus tersebut. Bentuk tripomastigot dapat masuk ke dalam aliran darah, menyebabkan parasetemia ringan tanpa gejala klinik dan dapat berlangsung selama berbulan–bulan. Pada keadaan ini, parasit mungkin sulit ditemukan meskipun dengan pemeriksaan sediaan darah tebal. Selama masa ini, infeksi dapat sembuh sendiri tanpa gejala klinik atau kelainan pada kelenjar limfe. Gejala pertama akan terlihat jelas bila terjadi invasi pada kelenjar limfe, diikuti dengan timbulnya demam remiten yang tidak teratur dan keluar keringat pada malam hari. Demam sering disertai dengan sakit kepala, malaise dan anoreksia. Periode demam yang berlangsung sampai satu minggu akan diikuti dengan periode tanpa demam yang waktunya bervariasi dan kemudian timbul lesi periode demam yang lain. Banyak tripomastiot ditemukan dalam peredaran darah pada saat demam tetapi pada saat tanpa demam jumlahnya sedikit. Kelenjar limfe yang membesar konsistensinya lunak, tidak nyeri. Meskipun dapat mengenai kelenjar limfe dimana saja, kelenjar limfe di daerah servikal posterior merupakan tempat yang paling sering terinfeksi (tanda Winterbottom) Bentuk tripomastigot dapat diaspirasi dari kelenjar limfe yang membesar. Selain kelenjar limfe, terjadi juga pembesaran pada limpa dan hati. Pada Trypanosomiasis Gambia, stadium darah–limfe dapat berlansung bertahun– tahun sebelum timbul sindroma penyakit tidur. Pada orang berkulit cerah, ruam kulit berbentuk eritema yang tidak teratur (irregular erytematous skin rash) Eretema multiforme dapat terjadi 6 – 8 minggu setelah terjadi infeksi. Ruam akan hilang dalam beberapa jam, dan timbul serta hilangnya ruam ini terjadi pada periode demam. Sensasi terhadap rasa sakit pada pasien dapat berkurang. Stadium penyakit tidur timbul setelah bentuk tripomstigot menginvasi susunan saraf pusat (SSP). Perubahan tingkah laku dan kepribadian terlihat selama invasi SSP. Gejala–
  • 8. gejala Trypanosomiasis Gambia adalah meningoensepalitis progresif, apati, kebingungan, kelemahan, hilangnya koordinasi, dan somnolen. Pada fase terminal penyakitnya, pasien menjadi emasiasi, jatuh ke dalam koma dan meninggal, biasanya akibat infeksi sekunder. Penekanan daya tahan tubuh pada pasien TrypanosomiasisGambia ditunjukkan dengan menurunnya kekebalan seluler dan humoral. g. Dignosis Tanda–tanda kelainan fisik dan riwayat klinik sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Gejala–gejala diagnostik termasuk demam yang tidak teratur, pembesaran kelenjar limfe (terutama di bagian segitiga servikal posterior, yang dikenal dengan tanda Winterbottom), berkurangnya sensori terhadap rasa sakit (tanda Kerandel), dan ruam kulit berupa eritema. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan bentuk tripomastigot dalam darah, aspirasi kelenjar limfe, dan CSS. Adanya periodesitas, menyebabkan jumlah parasit dalam darah akan berbeda–beda dan sejumlah teknik harus digunakan untuk menemukan bentuk tripomastigot. Selain sedian darah tipis dan tebal, dianjurkan menggunakan metode konsentrasi “buffy coat“ untuk menemukan parasit apabila jumlahnya sedikit. Parasit dapat ditemukan dalam sediaan darah tebal apabila jumlahnya lebih dari 2000/ ml, lebih dari 100/ml dengan konsentrasi pada tabung hematokrit, dan lebih dari 4/ ml dengan tabung penukar anion (anion exchange columm). Pemeriksaan CSS harus dilakukan dengan medium sentrifuge. Bila jumlah tripomastigot dalam darah tidak terdeteksi, bentuk ini mungkin masih dapat ditemukan pada aspirasi kelenjar limfe yang meradang, namun untuk menemukannya secara histopatologi tidaklah praktis. Specimen darah dan CSS harus diperiksa selama pengobatan dan 1 hingga 2 bulsn setelah pengobatan. Pemeriksaan serologis yang banyak digunakan untuk skrining epidemiologi adalah tes imunofluoresensi tidak langsung, ELISA, dan hemaglutinasi tidak langsung. Masalah besar pada serodiagnostik di daerah endemi yaitu banyaknya orang dengan kadar antibodi yang tinggi karena terpapar oleh tripanosoma yang tidak infektif bagi manusia. Konsentrasi IgM dalam serum dan CSS kurang mempunyai nilai diagnostik. Isolasi Trypanosoma gambiense pada bintang percobaan dalam laboratorium yang kecil biasanya tidak berhasil, berbeda dengan Trypanosoma rhodesiense yang dapat menginfeksi binatang. Kultur umumnya tidak praktis untuk diagnostik. h. Pencegahan dan Pengobatan Pencegahan penyakit ini meliputi :
  • 9. 1. mengurangi sumber infeksi 2. melindungi manusia terhadap infeksi 3. mengendalikan vektor Pengurangan sumber infeksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengobatan secara tuntas pada penderita, bahkan memusnahkan hewan vertebrata yang terinfeksi . Pengobatan dapat bervariasi dan biasanya berhasil bila dimulai pada permulaan penyakit. Bila susunan saraf pusat telah terlibat, biasanya pengobatan kurang baik hasilnya. Obat-obat yang sering digunakan antara lain : 1. Eflornithine dengan dosis 400 mg/kg/hari IM atau IV dalam 4 dosis bagi, selama 14 hari dan dilanjutkan dengan pemberian oral 300 mg/kg/hari sampai 30 hari. 2. Suramin dengan dosis 1 gr IV pada hari ke 1,3,7,14,21 dimulai dengan 200 mg untuk test secara IV. Dosis diharapkan memcapai 10 gram. Obat ini tidak menembus blood-brain barrier dan bersifat toksis pada ginjal. 3. Pentamadine, dengan dosis 4 mg/kg/hari/hari IM selama 10 hari. 4. Melarsoprol, dengan dosis 20 mg/kg IV dengan pemberian pada hari ke 1,2,3,10,11,12,19,20,21 dan dosis perharinya tidak lebih dari 180 mg. Enchephalopati dapat muncul sebagai efek pemberian obat ini . Hai ini terjadi oleh karena efek langsung dari arsenical (kandungan dari melarsoprol) dan juga oleh karena reaksi penghancuran dari Trypanosma (reactive enchepalopathy). Bila efek tersebut muncul, pengobatan harus dihentikan. Eflornithine, Suramin dan Pentamine digunakan pada pasien pada fase awal dan penyebaran. Sementara Melarsoprol dapat digunakan pada ketiga fase tersebut. 6. Trypanosoma rhodesiense a. Klasifikasi Domain : Eukarya Kingdom : Excavata Phylum : Euglenozoa Class : Kinetoplastida Order : Trypanosomatida Genus : Trypanosoma Species : Trypanosoma rhodesiense b. Hospes dan Nama Penyakit
  • 10. Manusia merupakan hospes dari spesies ini. Hospes reservoar Trypanosoma rhodesiense adalah binatang liar seperti antilop. Lalat Glossina berperan sebagai hospes perantara. Panyakitnya disebut tripanosomiasis Afrika atau sleeping sickness. c. Morfologi d. Epidemiologi dan Distribusi Geografis Penyakit yang disebabkan oleh T. rhodosiense sangat jarang, tetapi penting karena penyakit ini sangat berbahaya. Hospes perantaranya ialah lalat Glossina morsitans yang hidup didaerah padang rumput (savana). Baik lalat jantan maupun betina dapat menularkan penyakit ini. Pada Trypanosomiasis rhodosiense hospes reservoar penting karena penularan terjadi pada hospes reservoar melalui lalat ke manusia. Pengawasan terhadap penyakit ini sulit dilakukan dilakukan karena pada umumnya penduduk Afrika sering berpindah tempat (nomaden). Bila penduduk pindah ke dearah yang tidak ada vektornya, kadang-kadang dijumpai kesulitan lain misalnya tidak adanya air untuk minum (jauh dari sumber air/sungai), sehingga kehidupan menjadi kebih sulit. Spesies ini ditemukan di daerah Afrika Tropik, yaitu antara garis lintang utara 150 dan garis lintang selatan 180 (Fly belt). T.rhodosiense terdapat di bagian timur. e. Siklus Hidup
  • 11. Pada manusia, kedua spesies tersebut terdapat dalam stadium tripomastigot yang hidup dalam darah. Bentuk ini ada dua macam, yaitu bentuk panjang (32 mikron) dan bentuk pendek (16 mikron ) yang tidak mempunyai flagel. Stadium tripomastigot hidup di luar sel (ekstraseluler) dalm darah, limpa, kelenjar limfe, cairan otak dan di otak. Parasit ini berkembang biak secara belah pasang longitudinal dan dalam darah tampak bentuk-bentuk yang membelah. Dalam tubuh Glossina, stadium tripomastigot yang terisap dengan darah berkembang biak di usus tengah dan belakang (midgut dan hindhut) secara belah pasang longitudinal. Sesudah 15 hari tampak bentuk langsing (pro-ventricular form) yang membelah lagi dan kemudian bermigrasi melalui esofagus,faring,ruang mulut, kemudian masuk kedalam kelenjar ludahnya. Dalam Kelenjar ludah parasit ini melekat pada epitel dan berubah menjadi stadium epimastigot. Stadium epimastigot ini berkembang biak berkali-kali dan kemudian berubah menjadi stadium tripomastigot metasiklik yng masuk ke saluran kelenjar ludah, lalu ke probosis dan ditularkan ke manusia. Untuk T.rhodosiense menjadi infektif sesudah 14 hari. Infeksi terjadi dengan tusukan lalat Glossina yang mengandung stadium tripoomastigot metasiklik, yaitu sebagai bentuk infektif. Cara penularan disebut anterior inoculative. f. Patologi dan Gejala Klinis Parasit ini berkembangbiak di sela-sela jaringan di bawah kulit dan dalam waktu kira-kira 1 minggu timbul syanker tripanosoma.Stadium tripomastigot masuk ke pembuluh darah
  • 12. dan terjadi parasitemia. Pada penduduk asli, masa ini di daerah endemi berlalu afebril, sedangkan penduduk pendatang mengalami demam.Timbulnya demam disebabkan oleh parasit yang menyerang kelenjar limfe. Kelenjar limfe menjadi besar dan nyeri. Hal ini nyata pada daerah servikal belakang yang disebut gejala “Winterbottom”. Juga terjadi pembesaran kelenjar imfe di daerah lain seperti ketiak dan inguinal. Selain itu terjadi pula hepatosplenomegali, penderita sakit berat dapat meninggal. Pada stadium berikutnya, parasit dapat masuk ke otak dan menyebabkan meningitis, ensefalitis dengan gejala sakit kepala yang berat, kelainan motorik, apatis, letargi, koma dan berakhir dengan kematian. Perbedaan infeksi T.rhodosiense dan T.gambiense ialah: T.rhodosiense sangat virulen, penyakit akut sehingga penderita meninggal dalam waktu yang singkat sebelum gejala otak tampak; T.gambiense, penyakitnya menahun dan sesudah satu tahun, penderita dapat meninggal dengan gejala otak. g. Diagnosis Diagnosis dengan menemuka parasit : 1) Secara langsung dalam sediaan darah atau caiaran otak ; 2) Dalam biopsi kelenjar dan sumsum tulang belakang ; 3) Secara imunologi dengan zat anti fluoresen. h. Pencegahan dan Pengobatan Pengobatan pada penyakit tidur Afrika biasanya berhasil baik bila di mulai pada permulaan penyakit (infeksi dini), yaitu pada stadium darah limfe. Dapat dipakai suramin atau pentamitidin. Bila susunan syaraf sudah terkena dapat dipakai triparsamid. Obat-obat yang tersedia umumnya toksik untuk manusia, dan beberapa sirain parasit menjadi resisten terhadap obat tersebut. Untuk itu dapt dipakai melarsopol ; Mel B (arsobal).