SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 65
PARAGRAF
DAN PENEMBANGANYA
PENGERTIAN PARAGRAF

 Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani
  paragraphos, "menulis di samping" atau
  "tertulis di samping") adalah suatu jenis
  tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal
  paragraf ditandai dengan masuknya ke baris
  baru. Terkadang baris pertama dimasukkan;
  kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai
  baris baru.
 Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
  membicarakan suatu gagasan atau topik.
 paragraf adalah bagian-bagian karangan
  yang terdiri atas kalimat-kalimat yang
  berhubungan secara utuh dan padu serta
  merupakan satu kesatuan pikiran.
 Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran,
  gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan
  kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya
  dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik
  sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut
  pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang
  datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan.
  Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh
  kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan
  berparagraf tunggal.
KERANGKA PARAGRAF

 Dimulai dengan kalimat topik yang
  menyatakan gagasan utama paragraf.
 Memberikan detail pendukung untuk
  mendukung gagasan utama.
 Ditutup dengan kalimat penutup yang
  menyatakan kembali gagasan utama.
 contoh sebuah paragraf:
 Berdasarkan sarananya bahasa dapat dibedakan
  menjadi dua, yaitu bahasa tulis dan lisan. Bahasa
  tulis ialah bahasa yang dituliskan atau dicetak,
  berupa karangan, sedangkan bahasa lisan ialah
  bahasa yang diucapkan atau dituturkan, berupa
  pidato atau percakapan. Dalam bahasa tulis
  paragraf merupakan bagian dari suatu karangan
  dan dalam bahasa lisan merupakan bagian dari
  suatu tuturan.
 Paragraf tersebut terdiri atas tiga kalimat. Semua
  kalimat itu membicarakan soal bahasa tulis dan lisan.
  Oleh karena itu, topik paragraf itu adalah masalah
  bahasa. Dalam tulisan-tulisan lain kita juga akan
  menjumpai topik paragraf yang lain pula. Topik-topik
  paragraf adalah pikiran utama di dalam sebuah
  paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf itu
  terpusat pada pikiran utama. Pikiran utama itulah yang
  menjadi pokok pembicaraan. Karena itu, pikiran utama
  disebut juga gagasan pokok di dalam sebuah paragraf.
  Dengan demikian, apa yang menjadi pokok
  pembicaraan dalam sebuah paragraf itulah topik
  paragraf.
Syarat paragraf yang baik :

 a. Kesatuan
 Dalam sebuah paragraf hanya terdapat satu
  pokok pikiran. Oleh karena itu, kalimat-kalimat
  yang membentuk paragraf perlu ditata secara
  cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang
  menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu.
  Apabila ada kalimat yang menyimpang dari
  pokok pikiran atau ide pokok paragraf itu, maka
  paragraf itu menjadi tidak padu dan tidak utuh.
  Kalimat yang menyimpang itu harus dikeluarkan
  dari paragraf.
 Perhatikan paragraf di bawah ini.
 Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari
  pelatih regu Jateng, selesai pertandingan final
  Kejurnas Tenis Minggu malam di Gedung Olah Raga
  Jatidiri Semarang. Kota Semarang terdapat di
  pantai utara pulau Jawa, ibu kota propinsi Jateng.
  Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang
  diimpi-impikan selama ini dapar terwujud, yaitu satu
  medali emas, satu medali perak, dan satu medali
  perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petenis
  terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang
  diperoleh itu adalah prestasi puncak yang pernah
  diraih oleh Jateng dalam arena kejurnas.
 Paragraf tersebut terdiri atas enam kalimat.
  Dalam paragraf itu, kalimat ketiga, yaitu Kota
  Semarang terdapat di pantai utara pulau
  Jawa, ibu kota propinsi Jatengmenyimpang
  dari pokok pikiran Jateng sukses, sedangkan
  kalimat yang lain mendukung pokok pikiran.
  Kalimat ketiga menyebabkan paragraf
  tersebut tidak utuh. Oleh sebab itu, kalimat
  itu hendaknya dikeluarkan sehingga paragraf
  itu menjadi utuh.
 b. Kepaduan
 Kepaduan paragraf dapat dilihat dari
  penyusunan kalimat secara logis dan dari
  ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait
  antarkalimat. Urutan yang logis akan terlihat
  dalam susunan kalimat-kalimat dalam
  paragraf itu. Dalam paragraf itu tidak ada
  kalimat yang sumbang atau keluar dari
  permasalahan yang dibicarakan.
 Ungkapan pengait antarkalimat dapat berupa ungkapan penghubung
    transisi. Beberapa kata transisi yang dapat digunakan untuk
    menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain adalah
    sebagai berikut.
   (1) Hubungan tambahan: lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, di
    samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, lagi pula.
   (2) Hubungan pertentangan: akan tetapi, namun, bagaimanapun,
    walaupun demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.
   (3) Hubungan perbandingan: sama dengan itu, dalam hal yang
    demikian, sehubungan dengan itu.
   (4) Hubungan akibat: oleh sebab itu, jadi, akibatnya, maka.
   (5) Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud itu.
   (6) Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada
    umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan.
   (7) Hubungan waktu: sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat
    kemudian.
   (8) Hubungan tempat: berdekatan dengan itu.
 Paragraf di bawah ini memperlihatkan pemakaian ungkapan
  pengait antarkalimat yang berupa ungkapan penghubung
  transisi.
 Belum ada isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik
  tabungan deposito mereka.Sementara itu, bursa efek
  Indonesia mulai guncang menampung serbuan para pemburu
  saham. Agaknya, pemilik-pemilik uang berusaha meraih
  sebanyak-banyaknya saham yang dijual di bursa. Oleh karena
  itu, bursa efek berusaha menampung minat pemilik yang
  menggebu-gebu. Akibatnya, indeks harga saham gabungan
  (IHSG) dalam tempo cepat melampaui angka 100
  persen. Bahkan, kemarin IHSG itu meloncat ke tingkat 101,828
  persen.
 Dengan dipasangnya pengait antar kalimat sementara
  itu, oleh karena itu, akibatnya, danbahkan dalam paragraf
  tersebut, kepaduan paragraf dapat dirasakan dan urutan
  kalimat-kalimat dalam paragraf itu logis dan kompak
 c. Isi yang memadai
 Sebuah paragraf dikatan memiliki isi yang memadai
  jika memiliki sejumlah rincian yang terpilih dengan
  patut sebagai pendukung pokok pikiran paragraf.
  Pembaca berharap akan menemukan semua
  informasi yang kerkaitan dengan pokok pikiran
  paragraf secara memadai. Pembaca akan kecewa
  bila gagasan yang terkandung dalam sebuah
  paragraf tidak jelas atau tidak didukung dengan
  rincian yang memadai. Paragraf yang hanya terdiri
  atas satu atau dua kalimat, jelas tidak memadai
  dalam hal isi. Paling tidak kalimat utama dijelaskan
  oleh beberapa kalimat penjelas.
Macam-macam paragraf

 Berdasarkan jenisnya :
A. Narasi adalah paragraf yang menceritakan
   suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya:
   ada kejadian, ada palaku, dan ada waktu
   kejadian.
• Contoh:
 Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena
  merasa khawatir seseorang akan memergoki
  kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka
  pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka
  seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di
  hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung
  mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu.
  Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap
  bergeming. Raut muka lelaki itu semakin
  menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap
  menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali
  hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.
B. Deskripsi adalah paragraf yang
   menggambarkan suatu objek sehingga
   pembaca seakan bisa melihat, mendengar,
   atau merasa objek yang digambarkan itu.
   Objek yang dideskripsikan dapat berupa
   orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada
   objek yang digambarkan.
 Contoh:
 Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna
  ungu yang menutupi kepalanya membuat
  kulit wajanya yang kuning nampak semakin
  cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu
  mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali
  mirip dengan para wanita palestina.
C. Eksposisi adalah paragraf yang
   menginformasikan suatu
   teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga
   orang yang membacanya akan bertambah
   wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi.
 Contoh:
 Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi
  keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren.
  Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat
  yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah,
  rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian
  besar topik yang muncul didasarkan atas laporan,
  aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan
  agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan
  bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara
  khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat
  melalui perspektif agama.
D. Argumentasi adalah paragraf yang
   mengemukakan suatu pendapat beserta
   alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan
   ada alasannya.
 Contoh:
 Keberhasilan domain itu memang tidak mudah
  diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal
  yang sangat rumit, bahkan terkait dengan "meta
  penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak
  kelihatan. Membentuk karakter manusia memang
  membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang
  dilakukan negara-negara maju seperti Jepang,
  Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena
  memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
E. Persuasi adalah paragraf yang mengajak,
   membujuk, atau mempengaruhi pembaca
   agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada
   bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu.
 Contoh:
 Sebaiknya pemerintah melakukan
 penghematan. Selama ini, pemerintah boros
 dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil
 dinas baru serta membangun kantor-kantor
 baru dan guest house. Pemerintah juga selalu
 menambah jumlah PNS tanpa melakukan
 perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK)
 secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal,
 dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
Berdasarkan letak kalimat
utamanya
A. Paragraf deduktif adalah paragraf yang
   dimulai dengan mengemukakan persoalan
   pokok atau kalimat topik kemudian diikuti
   dengan kalimat-kalimat penjelas.
 Contoh:
 Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat
  sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu
  harus disimpan dulu. Para peserta sudah
  menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia
  memaksa menggunakannya membuka usaha
  baru.
 Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai
  dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan
  kemudian diakhiri dengan kalimat topik.
  Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga
  jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
 Generalisasi adalah pola pengembangan
  paragraf yang menggunakan beberapa fakta
  khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang
  bersifat umum. Contoh:
 Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa,
  ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat
  nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat
  nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak
  seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena
  itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup
  pandai mengarang.
 Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:
 Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-
  anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
 Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan
  penalaran yang logis.
 Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa
  anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
 Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang,
  mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak
  lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena
  Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga
  mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah
  semua anak kelas tiga pandai mengarang.
 Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang
  berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat
  sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika
  sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka
  akan ada persamaan pula dalam bidang yang
  lain
 Contoh:
 Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti
  halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang
  berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti
  teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua
  bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada
  penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang
  Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada
  penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang
  sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat
  sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan
  Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-
  Nya itu.
 Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan
  mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada
  penciptanya, yakni manusia sehingga penulis
  berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula
  penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada
  ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan
  Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat
  sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
 Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola
 penyusunan paragraf dengan menggunakan
 fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-
 akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan
 sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia
 sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas,
 yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-
 akibat 1 akibat 2.
 Sebab-Akibat
 Penalaran ini berawal dari peristiwa yang
  merupakan sebab, kemudian sampai pada
  kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A
  mengakibatkan B.
 Contoh:
 Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua
  ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati.
  Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat
  direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi nasional pun
  meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak
  bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar
  dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian,
  kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi
  Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena
  itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga
  Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup
  menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang
  kurang lunak untuk membiayai pembangunan.
 Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam
  membuat kesimpulan pola sebab-akibat
  adalah kecermatan dalam menganalisis
  peristiwa atau faktor penyebab.
 Akibat-Sebab
 Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa
  yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita
  analisis untuk mencari penyebabnya.
 Contoh:
 Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun
  tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli
  obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.
 Sebab-Akibat-1 Akibat-2
 Suatu penyebab dapat menimbulkan
 serangkaian akibat. Akibat pertama berubah
 menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua.
 Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian
 beberapa akibat.
 Contoh:
 Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis
  minyak bumi dalam negeri naik. Minyak
  tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya.
  Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi
  dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali
  berlangsung normal. Karena harga bahan bakar
  naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik
  pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang
  pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk
  transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga
  barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh
  karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi
  dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.
 Paragraf Campuran adalah paragraf yang
 dimulai dengan mengemukakan persoalan
 pokok atau kalimat topik kemudian diikuti
 kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan
 kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir
 paragraf merupakan penegasan dari awal
 paragraf.
 Contoh:
 Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak
  dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa
  pun yang dilakukan manusia pasti
  menggunakan sarana komunikasi, baik sarana
  komunikasi yang sederhana maupun yang
  modern. Kebudayaan dan peradaban manusia
  tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa
  adanya sarana komunikasi.
 Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah
  paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran
  utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau
  tersirat pada kalimat-kalimat penjelas. Contoh:

 Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan
  minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak
  lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada
  tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat
  terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang
  yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu.
  Enak saja makan dan minum sambil beristirahat
  dan berkelakar.
PARAGRAF DILIHAT DARI SEGI
JENISNYA
 Paragraf pembuka merupakan pembuka atau
  pengantar untuk sampai pada isi suatu
  pembicaraan yang akan dipaparkan kemudian di
  dalam karangan. Karena itu, paragraf pembuka
  hendaknya menarik minat dan perhatian
  pembaca serta sanggup menghubungkan pikiran
  pembaca kepada masalah yang akan disajikan
  berikutnya. Salah satu cara untuk menarik
  perhatian adalah dengan mengutip pernyataan
  atau pendapat yang merangsang dari para ahli
  atau orang yang terkenal di bidangnya.
 Sebuah karangan pendek atau bagian karangan
  panjang yang tidak dibuka dengan menampilkan
  alinea yang menarik akan kehilangan kesempatan
  untuk menggiring minat pembaca. Anwar (dalam
  Widagdo 1997:99) menyebut alinea pembuka
  dengan sepuluh kata pertama. Hal itu ditegaskan
  oleh Elmer Wheeler (dalam Widagdo 1997:99),
  “Ceritakanlah dalam sepuluh perkataan pertama
  atau Anda tidak akan berkesempatan
  mempergunakan 10.000 perkataan berikutnya”.
 Paragraf pengembang adalah paragraf yang
 terletak antara paragraf pembuka dan penutup.
 Paragraf ini mengemukakan inti persoalan yang
 dikemukakan. Karena itu, paragraf satu dengan
 paragraf lainnya hendaknya memperlihatkan
 hubungan yang serasi dan logis. Paragraf ini
 dapat dikembangkan dengan cara
 deskriptif, ekspositoris, naratif, atau
 argumentatif yang akan dibicarakan pada
 halaman-halaman berikutnya.
 Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat
  pada akhir karangan. Paragraf ini umumnya berupa
  simpulan semua pembicaraan yang telah
  dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya yang
  mengunci atau menutup sebuah karangan. Dalam
  mengunci karangan hendaknya dapat memberikan
  kesan yang baik di benak pembaca. Untuk itu, perlu
  dikemukakan hal-hal yang penting, seperti
  simpulan atau simpulan yang diramu dengan saran-
  saran atau pendapat pribadi pengarang.
 .Sampai sekarang tidak ada patokan tentang
  ukuran paragraf. Oleh karena itu, penulis
  harus dapat mengendalikan panjang paragraf
  berdasarkan beberapa pertimbangan yang
  ditentukan oleh masalah yang ditulis.
  Paragraf pendek yang terdiri atas satu
  kalimat dapat efektif dan mudah dipahami
  dapat digunakan, asal tidak terlalu sering.
Pengembangan Paragraf

 Mengarang adalah mengembangkan
 beberapa kalimat topik. Dalam karangan itu
 kita harus mengembangkan paragraf demi
 paragraf. Oleh karena itu, kita harus dapat
 menempatkan kalimat topik. Satu paragraf
 hanya mengandung satu kalimat topik.
 Contoh di bawah ini menunjukkan perbedaan
 paragraf yang tidak hemat akan kalimat
 topik. Paragraf yang tidak hemat ini
 mengandung tiga buah kalimat topik.
 Penggemar seruling buatan Frederick Morgan
  bersedia menunggu lima belas tahun asal
  memperoleh seruling buatan Morgan.
  Pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan
  pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak
  yang telah memesan seruling buatannya.
  Memang dewasa ini Morgan tergolong pembuat
  instrumen tiup kelas dunia
   Perhatikan paragraf berikut yang merupakan pengembangan kalimat-
    kalimat topik di atas.
   Penggemar seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas
    tahun asal memperoleh seruling buatan Morgan. Pernyataan tersebut
    dikemukakan oleh beberapa penggemar seruling Eropa. Hal ini terjadi
    setelah Morgan mengemukakan bahwa pemesanan serulingnya ditutup.
   Pada pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling
    karena terlalu banyak pihak yang telah memesan seruling buatannya. Jika
    dibuat terus menerus, Morgan harus bekerja selama empat belas tahun guna
    memenuhi pesanan tersebut. Seruling buatan Morgan sangat berperan pada
    musik di dunia Eropa sejak tahun 1950.
   Dewasa ini Morgan tergolong ahli pembuat instrumen tiup kelas dunia.
    Beberapa ahli lainnya adalah Hans Caolsma (Utreacth), Mortin Skovroneck
    (Bremen), Frederick van Huene (Amerika Serikat), Klaus Scheel (Jerman),
    serta Sighoru Yamaoka dan Kuito Kinoshito (Jepang). (Dikutip dari Arifin
    1988:138).
   Kalau kita amati, ternyata paragraf-paragraf yang terakhir lebih “berbicara”
    daripada paragraf sebelumnya yang mengandung tiga buah kalimat topik.
    Paragraf terakhir hemat akan kalimat topik, tetapi kreatif akan kalimat-
    kalimat penjelas.
Teknik Pengembangan Paragraf

 Secara garis besar teknik pengembangan
  paragraf ada dua macam. Teknik pertama,
  menggunakan “ilustrasi“. Apa yang dikatakan
  kalimat topik itu dilukiskan dan digambarkan
  dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga di
  depan pembaca tergambar dengan nyata apa
  yang dimaksud oleh penulis. Teknik kedua,
  dengan “analisis”, yaitu apa yang dinyatakan
  kalimat topik dianalisis secara logika sehingga
  penyataan tadi merupakan suatu yang
  meyakinkan.
 Dalam praktek pengembangan paragraf, kedua
 teknik di atas dapat dirinci lagi menjadi
 beberapa cara yang lebih praktis, di antaranya
 dengan (a) memaparkan hal-hal yang khusus
 (umum-khusus/khusus-umum), (b) memberikan
 contoh, (b) menampilkan fakta-fakta, (c)
 memberikan alasan-alasan, dan (d) dengan
 bercerita, definisi luas, atau campuran. Ketiga
 cara tersebut dapat dilihat pada contoh-contoh
 berikut:
 a. Pengembangan Paragraf dengan Memaparkan
  Hal-Hal Khusus
 1) Kalimat Utama ditulis pada awal paragraf,
  kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas.
  Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan
  memaparkan hal-hal khusus.
 (1) Semua isi alam ini ciptaan Tuhan. (2) Ciptaan
  Tuhan yang paling berkuasa di dunia ini
  adalah manusia. (3) Manusia diizinkan oleh
  Tuhan memanfaatkan isi alam ini sebaik-baiknya.
  (4) Akan tetapi, tidak diizinkan menyiksa,
  mengabaikan, dan menyia-nyiakan
 Paragraf seperti ini dinamakan paragraf
    deduktif. Paragraf-paragraf dalam karya ilmiah
    umumnya berbentuk deduktif. Pengembangan
    paragraf itu dapat didiagramkan sebagai
    berikut:
   khusus (2)
   umum (1)
   khusus (3)
   khusus (4)
 Selain itu, paragraf dapat disusun dengan cara
  mengembangkan ide pokok secara khusus-umum.
  Berikut ini contoh pengembangan paragraf khusus-
  umum:
 (1) Sudah beberapa kali Pancasila dirongrong
  bahkan hendak diubah dan dipecah-pecah. (2)
  Namun, setiap usaha yang hendak mengubah,
  merongrong, dan memecah-mecah itu ternyata
  gagal. (3) Betapa pun usaha itu dipersiapkan dengan
  cara yang teliti dan matang, semuanya dapat
  dihancurleburkan. (4) Bukti yang lalu meyakinkan
  kita bahwa Pancasila benar-benar sakti, tidak
  dapat diubah dan dipecah-pecah.
 Paragraf seperti ini dinamakan paragraf induktif.
  Mula-mula dikemukakan hal-hal khusus
  kemudian dipaparkan hal umum yang
  merupakan pikiran pokok. Pengembangan
  paragraf seperti itu dapat didiagramkan sebagai
  berikut.
 khusus (1)
 khusus (2) umum (4)
 khusus (3)
 b. Pengembangan Paragraf dengan Pemberian Contoh
 Dalam jenis pengembangan ini dikemukakan suatu
  pernyataan, kemudian disebutkan rincian-rincian berupa contoh-
  contoh kongkret. Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan
  memberikan contoh-contoh:
 Kesalahan dalam penulisan karya ilmiah, pada umumnya terletak
  pada pemilihan kata (diksi) dan penyusunan kalimat efektif.
  Kesalahan pemilihan kata yang tepat, di antaranya digunakannya
  kata sering, mungkin, kadang-kadang, sangat, danmemang yang
  mengarah pada ketidakyakinan penulis akan hal yang dikemukakan.
  Adapun kesalahan penyusunan kalimat efektif, misalnya menulis
  kalimat yang panjang yang di dalamnya terdapat kata yang tidak
  perlu, seperti penulisan kata dapat, telah, dan adalah pada
  kalimat Dalam bab ini dapat dituliskan dua hal yang telah menjadi
  temuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
 Untuk itu dalam menggunakan cara ini, penulis hendaknya pandai
  memilih contoh-contoh yang umum, representatif, dan dapat
  mewakili keadaan sebenarnya.
 c. Pengembangan Paragraf dengan Menampilkan Fakta-
  Fakta
 Pengembangan paragraf dengan cara ini mula-mula
  dikemukakan pendapat umum yang menjadi pikiran pokok
  kemudian kalimat-kalimat penjelas yang merupakan fakta-
  fakta yang meyakinkan pendapat tersebut. Berikut ini contoh
  pengembangan paragraf dengan cara tersebut:
 Banyak ilmuwan Indonesia yang tidak dapat menggunakan
  paragraf secara efektif. Kagagalan ini terjadi karena tidak
  dipahaminya fungsi paragraf sebagai pemersatu kalimat-
  kalimat yang koheren serta berhubungan secara sebab dan
  akibat untuk menjelaskan suatu kesatuan gagasan atau tema.
  Oleh karena itu, sering dijumpai tulisan yang sukar dipahami
  sebab tidak jelas pemisahan bagian-bagiannya untuk
  menghasilkan argumen yang meyakinkan.
 d. Pengembangan Paragraf dengan
  Memberikan Alasan-Alasan
 Alasan-alasan yang digunakan untuk
  mengembangkan paragraf jenis ini dapat berupa
  sebab-akibat atau akibat-sebab. Dalam
  pengembangan jenis sebab-akibat, lebih dahulu
  dikemukakan fakta yang menjadi sebab
  terjadinya sesuatu kemudian diikuti rincian-
  rincian sebagai akibatnya. Dalam hal ini, sebab
  merupakan pikiran utama, sedangkan akibat
  merupakan pikiran-pikiran penjelas.
 Contoh:
 (1) Kemampuan menyusun paragraf yang baik adalah modal kesuksesan
   bagi mahasiswa. (2) Ia dapat mengungkapkan ide atau gagasannya
   dengan jelas kepada dosen atau kepada partisipan ketika berdiskusi. (3)
   Tugas-tugas juga terbaca dan dapat dipahami dengan cepat oleh dosen
   karena ide, gagasan, maupun argumentasinya dipaparkan dengan
   menggunakan kalimat-kalimat yang singkat, padat, dan jelas. (4) Dosen
   tidak segan memberikan nilai yang bagus karena tidak memusingkan
   kepala ketika memeriksa dan argumentasinya jelas meskipun kurang
   tepat.
 Paragraf tersebut tergolong paragraf deduktif. Kalimat (1) merupakan
   sebab, sedangkan kalimat (2), (3), dan (4) merupakan akibat.
   Pengembangan ini dapat didiagramkan sebagai berikut.
 akibat (2)
 sebab (1) akibat (3)
 akibat (4)
 d. Pengembangan Paragraf dengan Perbandingan
 Dalam jenis pengembangan ini dipaparkan semua persamaan
  dan atau perbedaan tentang dua atau lebih objek/gagasan.
  Paragraf berikut merupakan paragraf yang dikembangkan
  dengan perbandingan.
 Contoh :
 (1) Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal cipta sastra
  yang disebut pantun dan syair. (2) Kedua cipta sastra itu
  berbentuk puisi dan tergolong hasil sastra lama. (3) Kedua puisi
  lama itu jumlah baris-barisnya sama, yaitu empat baris. (4) Baik
  pantun maupun syair seperti pada bentuk aslinya, tidak kita
  jumpai pada cipta sastra masa kini. (5) Kalau pun ada, biasanya
  hanya dalam nyanyian saja.
 Pada pengembangan contoh a di atas dipaparkan
  perbandingan pantun dan syair dari segi persamaan-
  persamannya.
 e. Pengembangan Paragraf dengan Definisi Luas
 Definisi luas (definisi formal yang diperluas) dapat dipakai
  untuk mengembangkan pokok pikiran. Semua penjelasan atau
  uraian menuju pada perumusan definisi itu. Berikut contoh
  pengembangan paragraf dengan definisi luas.
 Karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha
  menerangkan suatu hal atau sesuatu gagasan. Dalam
  memaparkan sesuatu, kita dapat menjelaskan dan memberi
  keterangan belaka, dapat pula mengembangkan sebuah
  gagasan sehingga menjadi luas dan gampang dimengerti.
  Panjang karangan tidak dibatasi, bergantung pada
  kemampuan pengarang dalam memaparkan atau memberikan
  penjelasan ide atau gagasan yang disampaikan.
 Pengembangan dengan definisi luas tidak hanya berupa
  paragraf, bahkan dapat pula berupa sebuah buku. Meskipun
  demikian, dasar-dasar definisi tetap sama
 f. Pengembangan Paragraf dengan Campuran
 Dalam jenis pengembangan ini, rincian-rincian
  terhadap kalimat utama terdiri atas campuran
  dari dua atau lebih cara pengembangan
  paragraf. Jadi, misalnya terdapat campuran
  umum-khusus dengan sebab akibat, sebab-
  akibat dengan perbandingan, contoh-contoh
  dengan perbandingan, dan sebagainya. Berikut
  contoh pengembangan paragraf jenis ini.
 (1) Bahasa tutur ialah bahasa yang dipakai dalam pergaulan
  sehari-hari, terutama dalam percakapan. (2) Pada umumnya
  bersahaja/sederhana dan singkat bentuknya. (3) Kata-kata
  yang digunakan tidak banyak macam dan jumlahnya. (4)
  Lagi pula hanya menggunakan kata-kata yang lazim dipakai
  sehari-hari. (5) Untuk itu, digunakan kata kata tutur, yaitu
  kata yang hanya boleh dipakai dalam bahasa
  tutur, misalnya bilang, bikin, sendirian, nggak, emang, dip
  ikirin, dan sebagainya. (6) Sering pula kata-katanya
  dibentuk secara salah, misalnya dibikin
  betul(dibetulkan), belum lihat (belum
  melihat), merobah(mengubah), dan sebagainya. (7) Lafalnya
  pun sering menyimpang dari lafal yang
  umum, misalnya: dapet(dapat), malem (malam), ampat (em
  pat), dipersilahkan (dipersilakan), dan sebagainya. (8)
  Bahkan sering juga menggunakan urutan kata yang
  menyimpang dari bahasa umum, misalnya ini hari, itu
  orang, lain hari, lain kali, dan seb
TERIMA KASIH

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Aditya hadi s
Aditya hadi sAditya hadi s
Aditya hadi staufiq99
 
Paragraf dan pengembangannya
Paragraf dan pengembangannyaParagraf dan pengembangannya
Paragraf dan pengembangannyaLia Destiani
 
Paragraf dan pengembangannya
Paragraf dan pengembangannyaParagraf dan pengembangannya
Paragraf dan pengembangannyaMukhti Ayuni
 
Bahasa indonesia (Paragraf)
Bahasa indonesia (Paragraf)Bahasa indonesia (Paragraf)
Bahasa indonesia (Paragraf)Christian Lokas
 
Tgs b.i ..
Tgs b.i ..Tgs b.i ..
Tgs b.i ..taufiq99
 
Struktur, Jenis dan Pengembangan Paragraf
Struktur, Jenis dan Pengembangan ParagrafStruktur, Jenis dan Pengembangan Paragraf
Struktur, Jenis dan Pengembangan ParagrafNasruddin Asnah
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individutaufiq99
 
V alinea atau paragraf
V alinea atau paragrafV alinea atau paragraf
V alinea atau paragrafnodymarefanda
 
Kelompok puput cover
Kelompok puput coverKelompok puput cover
Kelompok puput covertaufiq99
 
Paragraf dan wacana
Paragraf dan wacanaParagraf dan wacana
Paragraf dan wacanaAntis Art's
 
Makalah paragram yuli susastra stit bb edit
Makalah paragram yuli susastra stit bb editMakalah paragram yuli susastra stit bb edit
Makalah paragram yuli susastra stit bb editMuhammad Arifin
 
7. paragraf dan pengembangannya
7. paragraf dan pengembangannya7. paragraf dan pengembangannya
7. paragraf dan pengembangannyabusitisahara
 
Pengembangan paragraf
Pengembangan paragrafPengembangan paragraf
Pengembangan paragrafadityaaad
 
Teknik Menulis ( Strong paragraf )
Teknik Menulis ( Strong paragraf )Teknik Menulis ( Strong paragraf )
Teknik Menulis ( Strong paragraf )Idrus Dama
 
Bab v wacana
Bab v wacanaBab v wacana
Bab v wacanauniihusni
 
Rangkuman menulis karya ilmiah2
Rangkuman menulis karya ilmiah2Rangkuman menulis karya ilmiah2
Rangkuman menulis karya ilmiah2yuyunnimatululfa
 

Was ist angesagt? (20)

Aditya hadi s
Aditya hadi sAditya hadi s
Aditya hadi s
 
Paragraf dan pengembangannya
Paragraf dan pengembangannyaParagraf dan pengembangannya
Paragraf dan pengembangannya
 
Paragraf dan pengembangannya
Paragraf dan pengembangannyaParagraf dan pengembangannya
Paragraf dan pengembangannya
 
Bahasa indonesia (Paragraf)
Bahasa indonesia (Paragraf)Bahasa indonesia (Paragraf)
Bahasa indonesia (Paragraf)
 
Tgs b.i ..
Tgs b.i ..Tgs b.i ..
Tgs b.i ..
 
Struktur, Jenis dan Pengembangan Paragraf
Struktur, Jenis dan Pengembangan ParagrafStruktur, Jenis dan Pengembangan Paragraf
Struktur, Jenis dan Pengembangan Paragraf
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
 
V alinea atau paragraf
V alinea atau paragrafV alinea atau paragraf
V alinea atau paragraf
 
Kelompok puput cover
Kelompok puput coverKelompok puput cover
Kelompok puput cover
 
Paragraf dan wacana
Paragraf dan wacanaParagraf dan wacana
Paragraf dan wacana
 
Makalah paragram yuli susastra stit bb edit
Makalah paragram yuli susastra stit bb editMakalah paragram yuli susastra stit bb edit
Makalah paragram yuli susastra stit bb edit
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
7. paragraf dan pengembangannya
7. paragraf dan pengembangannya7. paragraf dan pengembangannya
7. paragraf dan pengembangannya
 
Pengembangan paragraf
Pengembangan paragrafPengembangan paragraf
Pengembangan paragraf
 
Teknik Menulis ( Strong paragraf )
Teknik Menulis ( Strong paragraf )Teknik Menulis ( Strong paragraf )
Teknik Menulis ( Strong paragraf )
 
Kelompok Paragraf
Kelompok ParagrafKelompok Paragraf
Kelompok Paragraf
 
PARAGRAF
PARAGRAFPARAGRAF
PARAGRAF
 
Paragraf Bahasa Indonesia
Paragraf Bahasa IndonesiaParagraf Bahasa Indonesia
Paragraf Bahasa Indonesia
 
Bab v wacana
Bab v wacanaBab v wacana
Bab v wacana
 
Rangkuman menulis karya ilmiah2
Rangkuman menulis karya ilmiah2Rangkuman menulis karya ilmiah2
Rangkuman menulis karya ilmiah2
 

Andere mochten auch

Penalaran karangan ainur pujianti (s1-kesehatan masyarakat)
Penalaran karangan ainur pujianti (s1-kesehatan masyarakat)Penalaran karangan ainur pujianti (s1-kesehatan masyarakat)
Penalaran karangan ainur pujianti (s1-kesehatan masyarakat)Ainur
 
Presentasi kelompok 2 induction
Presentasi kelompok 2 inductionPresentasi kelompok 2 induction
Presentasi kelompok 2 inductionVenty Maarif
 
3 generalisasi, analogi, sebab akibat
3 generalisasi, analogi, sebab akibat3 generalisasi, analogi, sebab akibat
3 generalisasi, analogi, sebab akibatbuwarnisutopo
 
Presentasi Paragraf
Presentasi ParagrafPresentasi Paragraf
Presentasi ParagrafADHP
 
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Jingga Matahari
 

Andere mochten auch (8)

Penalaran karangan ainur pujianti (s1-kesehatan masyarakat)
Penalaran karangan ainur pujianti (s1-kesehatan masyarakat)Penalaran karangan ainur pujianti (s1-kesehatan masyarakat)
Penalaran karangan ainur pujianti (s1-kesehatan masyarakat)
 
Presentasi kelompok 2 induction
Presentasi kelompok 2 inductionPresentasi kelompok 2 induction
Presentasi kelompok 2 induction
 
Paragraf Induktif Analogi
Paragraf Induktif AnalogiParagraf Induktif Analogi
Paragraf Induktif Analogi
 
Paragraf induktif
Paragraf induktifParagraf induktif
Paragraf induktif
 
3 generalisasi, analogi, sebab akibat
3 generalisasi, analogi, sebab akibat3 generalisasi, analogi, sebab akibat
3 generalisasi, analogi, sebab akibat
 
Presentasi Paragraf
Presentasi ParagrafPresentasi Paragraf
Presentasi Paragraf
 
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
 
Makalah logika
Makalah logika Makalah logika
Makalah logika
 

Ähnlich wie Paragraf makalah

B. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAF
B. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAFB. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAF
B. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAFEuisKomaracilvi
 
Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..
Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..
Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..friget_rudzi
 
ini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdf
ini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdfini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdf
ini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdfAriaSonta1
 
MODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptx
MODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptxMODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptx
MODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptxindro14
 
Hanna sofiah
Hanna sofiahHanna sofiah
Hanna sofiahtaufiq99
 
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdf
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdfMAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdf
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdfRusdhyCharles
 
MKU Bahasa Indonesia Paragraf By Asep Perdiansyah, S.Pd., M.Pd.
MKU Bahasa Indonesia Paragraf By Asep Perdiansyah, S.Pd., M.Pd.MKU Bahasa Indonesia Paragraf By Asep Perdiansyah, S.Pd., M.Pd.
MKU Bahasa Indonesia Paragraf By Asep Perdiansyah, S.Pd., M.Pd.AsepPerdiansyah
 
3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx
3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx
3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptxArdiyah1
 
Tugas Simkomdig-Bu Ning SMK CKTC (Jessica_N)
Tugas Simkomdig-Bu Ning SMK CKTC (Jessica_N)Tugas Simkomdig-Bu Ning SMK CKTC (Jessica_N)
Tugas Simkomdig-Bu Ning SMK CKTC (Jessica_N)JessicaNatasya2
 
Pengembangan Paragraf yang Koheren
Pengembangan Paragraf yang KoherenPengembangan Paragraf yang Koheren
Pengembangan Paragraf yang KoherenRidha Sutiarahmah
 
Bahasa indonesia dan penulisan ilmiah KALIMAT
Bahasa indonesia dan penulisan ilmiah KALIMATBahasa indonesia dan penulisan ilmiah KALIMAT
Bahasa indonesia dan penulisan ilmiah KALIMATRiski Eka
 

Ähnlich wie Paragraf makalah (20)

B. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAF
B. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAFB. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAF
B. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAF
 
Penulisan paragraf
Penulisan paragrafPenulisan paragraf
Penulisan paragraf
 
Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..
Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..
Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..
 
ini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdf
ini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdfini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdf
ini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdf
 
MODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptx
MODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptxMODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptx
MODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptx
 
Hanna sofiah
Hanna sofiahHanna sofiah
Hanna sofiah
 
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdf
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdfMAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdf
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdf
 
Makalah Bahasa Indonesia
Makalah Bahasa IndonesiaMakalah Bahasa Indonesia
Makalah Bahasa Indonesia
 
paragraf
paragrafparagraf
paragraf
 
MKU Bahasa Indonesia Paragraf By Asep Perdiansyah, S.Pd., M.Pd.
MKU Bahasa Indonesia Paragraf By Asep Perdiansyah, S.Pd., M.Pd.MKU Bahasa Indonesia Paragraf By Asep Perdiansyah, S.Pd., M.Pd.
MKU Bahasa Indonesia Paragraf By Asep Perdiansyah, S.Pd., M.Pd.
 
Palagraf
PalagrafPalagraf
Palagraf
 
B.indo kel 7
B.indo kel 7B.indo kel 7
B.indo kel 7
 
3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx
3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx
3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx
 
Tugas Simkomdig-Bu Ning SMK CKTC (Jessica_N)
Tugas Simkomdig-Bu Ning SMK CKTC (Jessica_N)Tugas Simkomdig-Bu Ning SMK CKTC (Jessica_N)
Tugas Simkomdig-Bu Ning SMK CKTC (Jessica_N)
 
Pengembangan Paragraf yang Koheren
Pengembangan Paragraf yang KoherenPengembangan Paragraf yang Koheren
Pengembangan Paragraf yang Koheren
 
3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx
3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx
3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx
 
3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx
3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx
3_JENIS_PARAGRAF_pptx.pptx
 
Bahasa indonesia dan penulisan ilmiah KALIMAT
Bahasa indonesia dan penulisan ilmiah KALIMATBahasa indonesia dan penulisan ilmiah KALIMAT
Bahasa indonesia dan penulisan ilmiah KALIMAT
 
bahasa indonesia pragraf
bahasa indonesia pragrafbahasa indonesia pragraf
bahasa indonesia pragraf
 
Tugas bahasa indonesia pragraf
Tugas bahasa indonesia pragrafTugas bahasa indonesia pragraf
Tugas bahasa indonesia pragraf
 

Paragraf makalah

  • 2. PENGERTIAN PARAGRAF  Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru.
  • 3.  Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.  paragraf adalah bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran.
  • 4.  Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal.
  • 5. KERANGKA PARAGRAF  Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.  Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.  Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.
  • 6.  contoh sebuah paragraf:  Berdasarkan sarananya bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa tulis dan lisan. Bahasa tulis ialah bahasa yang dituliskan atau dicetak, berupa karangan, sedangkan bahasa lisan ialah bahasa yang diucapkan atau dituturkan, berupa pidato atau percakapan. Dalam bahasa tulis paragraf merupakan bagian dari suatu karangan dan dalam bahasa lisan merupakan bagian dari suatu tuturan.
  • 7.  Paragraf tersebut terdiri atas tiga kalimat. Semua kalimat itu membicarakan soal bahasa tulis dan lisan. Oleh karena itu, topik paragraf itu adalah masalah bahasa. Dalam tulisan-tulisan lain kita juga akan menjumpai topik paragraf yang lain pula. Topik-topik paragraf adalah pikiran utama di dalam sebuah paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf itu terpusat pada pikiran utama. Pikiran utama itulah yang menjadi pokok pembicaraan. Karena itu, pikiran utama disebut juga gagasan pokok di dalam sebuah paragraf. Dengan demikian, apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah paragraf itulah topik paragraf.
  • 8. Syarat paragraf yang baik :  a. Kesatuan  Dalam sebuah paragraf hanya terdapat satu pokok pikiran. Oleh karena itu, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu. Apabila ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran atau ide pokok paragraf itu, maka paragraf itu menjadi tidak padu dan tidak utuh. Kalimat yang menyimpang itu harus dikeluarkan dari paragraf.
  • 9.  Perhatikan paragraf di bawah ini.  Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng, selesai pertandingan final Kejurnas Tenis Minggu malam di Gedung Olah Raga Jatidiri Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara pulau Jawa, ibu kota propinsi Jateng. Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapar terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petenis terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi puncak yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena kejurnas.
  • 10.  Paragraf tersebut terdiri atas enam kalimat. Dalam paragraf itu, kalimat ketiga, yaitu Kota Semarang terdapat di pantai utara pulau Jawa, ibu kota propinsi Jatengmenyimpang dari pokok pikiran Jateng sukses, sedangkan kalimat yang lain mendukung pokok pikiran. Kalimat ketiga menyebabkan paragraf tersebut tidak utuh. Oleh sebab itu, kalimat itu hendaknya dikeluarkan sehingga paragraf itu menjadi utuh.
  • 11.  b. Kepaduan  Kepaduan paragraf dapat dilihat dari penyusunan kalimat secara logis dan dari ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antarkalimat. Urutan yang logis akan terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu. Dalam paragraf itu tidak ada kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan.
  • 12.  Ungkapan pengait antarkalimat dapat berupa ungkapan penghubung transisi. Beberapa kata transisi yang dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain adalah sebagai berikut.  (1) Hubungan tambahan: lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, di samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, lagi pula.  (2) Hubungan pertentangan: akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.  (3) Hubungan perbandingan: sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan itu.  (4) Hubungan akibat: oleh sebab itu, jadi, akibatnya, maka.  (5) Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud itu.  (6) Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan.  (7) Hubungan waktu: sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian.  (8) Hubungan tempat: berdekatan dengan itu.
  • 13.  Paragraf di bawah ini memperlihatkan pemakaian ungkapan pengait antarkalimat yang berupa ungkapan penghubung transisi.  Belum ada isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik tabungan deposito mereka.Sementara itu, bursa efek Indonesia mulai guncang menampung serbuan para pemburu saham. Agaknya, pemilik-pemilik uang berusaha meraih sebanyak-banyaknya saham yang dijual di bursa. Oleh karena itu, bursa efek berusaha menampung minat pemilik yang menggebu-gebu. Akibatnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam tempo cepat melampaui angka 100 persen. Bahkan, kemarin IHSG itu meloncat ke tingkat 101,828 persen.  Dengan dipasangnya pengait antar kalimat sementara itu, oleh karena itu, akibatnya, danbahkan dalam paragraf tersebut, kepaduan paragraf dapat dirasakan dan urutan kalimat-kalimat dalam paragraf itu logis dan kompak
  • 14.  c. Isi yang memadai  Sebuah paragraf dikatan memiliki isi yang memadai jika memiliki sejumlah rincian yang terpilih dengan patut sebagai pendukung pokok pikiran paragraf. Pembaca berharap akan menemukan semua informasi yang kerkaitan dengan pokok pikiran paragraf secara memadai. Pembaca akan kecewa bila gagasan yang terkandung dalam sebuah paragraf tidak jelas atau tidak didukung dengan rincian yang memadai. Paragraf yang hanya terdiri atas satu atau dua kalimat, jelas tidak memadai dalam hal isi. Paling tidak kalimat utama dijelaskan oleh beberapa kalimat penjelas.
  • 15. Macam-macam paragraf  Berdasarkan jenisnya : A. Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya: ada kejadian, ada palaku, dan ada waktu kejadian.
  • 16. • Contoh:  Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.
  • 17. B. Deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan.
  • 18.  Contoh:  Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.
  • 19. C. Eksposisi adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi.
  • 20.  Contoh:  Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.
  • 21. D. Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya.
  • 22.  Contoh:  Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan "meta penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
  • 23. E. Persuasi adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu.
  • 24.  Contoh:  Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
  • 25. Berdasarkan letak kalimat utamanya A. Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
  • 26.  Contoh:  Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.
  • 27.  Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
  • 28.  Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:  Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
  • 29.  Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:  Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak- anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.  Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.  Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang.  Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.
  • 30.  Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain
  • 31.  Contoh:  Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan- Nya itu.
  • 32.  Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
  • 33.  Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab- akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab- akibat 1 akibat 2.
  • 34.  Sebab-Akibat  Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B.
  • 35.  Contoh:  Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak untuk membiayai pembangunan.
  • 36.  Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.
  • 37.  Akibat-Sebab  Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya.  Contoh:  Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.
  • 38.  Sebab-Akibat-1 Akibat-2  Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
  • 39.  Contoh:  Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.
  • 40.  Paragraf Campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.
  • 41.  Contoh:  Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
  • 42.  Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas. Contoh:  Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil beristirahat dan berkelakar.
  • 43. PARAGRAF DILIHAT DARI SEGI JENISNYA  Paragraf pembuka merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada isi suatu pembicaraan yang akan dipaparkan kemudian di dalam karangan. Karena itu, paragraf pembuka hendaknya menarik minat dan perhatian pembaca serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan berikutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian adalah dengan mengutip pernyataan atau pendapat yang merangsang dari para ahli atau orang yang terkenal di bidangnya.
  • 44.  Sebuah karangan pendek atau bagian karangan panjang yang tidak dibuka dengan menampilkan alinea yang menarik akan kehilangan kesempatan untuk menggiring minat pembaca. Anwar (dalam Widagdo 1997:99) menyebut alinea pembuka dengan sepuluh kata pertama. Hal itu ditegaskan oleh Elmer Wheeler (dalam Widagdo 1997:99), “Ceritakanlah dalam sepuluh perkataan pertama atau Anda tidak akan berkesempatan mempergunakan 10.000 perkataan berikutnya”.
  • 45.  Paragraf pengembang adalah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan penutup. Paragraf ini mengemukakan inti persoalan yang dikemukakan. Karena itu, paragraf satu dengan paragraf lainnya hendaknya memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Paragraf ini dapat dikembangkan dengan cara deskriptif, ekspositoris, naratif, atau argumentatif yang akan dibicarakan pada halaman-halaman berikutnya.
  • 46.  Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan. Paragraf ini umumnya berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya yang mengunci atau menutup sebuah karangan. Dalam mengunci karangan hendaknya dapat memberikan kesan yang baik di benak pembaca. Untuk itu, perlu dikemukakan hal-hal yang penting, seperti simpulan atau simpulan yang diramu dengan saran- saran atau pendapat pribadi pengarang.
  • 47.  .Sampai sekarang tidak ada patokan tentang ukuran paragraf. Oleh karena itu, penulis harus dapat mengendalikan panjang paragraf berdasarkan beberapa pertimbangan yang ditentukan oleh masalah yang ditulis. Paragraf pendek yang terdiri atas satu kalimat dapat efektif dan mudah dipahami dapat digunakan, asal tidak terlalu sering.
  • 48. Pengembangan Paragraf  Mengarang adalah mengembangkan beberapa kalimat topik. Dalam karangan itu kita harus mengembangkan paragraf demi paragraf. Oleh karena itu, kita harus dapat menempatkan kalimat topik. Satu paragraf hanya mengandung satu kalimat topik. Contoh di bawah ini menunjukkan perbedaan paragraf yang tidak hemat akan kalimat topik. Paragraf yang tidak hemat ini mengandung tiga buah kalimat topik.
  • 49.  Penggemar seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal memperoleh seruling buatan Morgan. Pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak yang telah memesan seruling buatannya. Memang dewasa ini Morgan tergolong pembuat instrumen tiup kelas dunia
  • 50. Perhatikan paragraf berikut yang merupakan pengembangan kalimat- kalimat topik di atas.  Penggemar seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal memperoleh seruling buatan Morgan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh beberapa penggemar seruling Eropa. Hal ini terjadi setelah Morgan mengemukakan bahwa pemesanan serulingnya ditutup.  Pada pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak yang telah memesan seruling buatannya. Jika dibuat terus menerus, Morgan harus bekerja selama empat belas tahun guna memenuhi pesanan tersebut. Seruling buatan Morgan sangat berperan pada musik di dunia Eropa sejak tahun 1950.  Dewasa ini Morgan tergolong ahli pembuat instrumen tiup kelas dunia. Beberapa ahli lainnya adalah Hans Caolsma (Utreacth), Mortin Skovroneck (Bremen), Frederick van Huene (Amerika Serikat), Klaus Scheel (Jerman), serta Sighoru Yamaoka dan Kuito Kinoshito (Jepang). (Dikutip dari Arifin 1988:138).  Kalau kita amati, ternyata paragraf-paragraf yang terakhir lebih “berbicara” daripada paragraf sebelumnya yang mengandung tiga buah kalimat topik. Paragraf terakhir hemat akan kalimat topik, tetapi kreatif akan kalimat- kalimat penjelas.
  • 51. Teknik Pengembangan Paragraf  Secara garis besar teknik pengembangan paragraf ada dua macam. Teknik pertama, menggunakan “ilustrasi“. Apa yang dikatakan kalimat topik itu dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga di depan pembaca tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh penulis. Teknik kedua, dengan “analisis”, yaitu apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis secara logika sehingga penyataan tadi merupakan suatu yang meyakinkan.
  • 52.  Dalam praktek pengembangan paragraf, kedua teknik di atas dapat dirinci lagi menjadi beberapa cara yang lebih praktis, di antaranya dengan (a) memaparkan hal-hal yang khusus (umum-khusus/khusus-umum), (b) memberikan contoh, (b) menampilkan fakta-fakta, (c) memberikan alasan-alasan, dan (d) dengan bercerita, definisi luas, atau campuran. Ketiga cara tersebut dapat dilihat pada contoh-contoh berikut:
  • 53.  a. Pengembangan Paragraf dengan Memaparkan Hal-Hal Khusus  1) Kalimat Utama ditulis pada awal paragraf, kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas. Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan memaparkan hal-hal khusus.  (1) Semua isi alam ini ciptaan Tuhan. (2) Ciptaan Tuhan yang paling berkuasa di dunia ini adalah manusia. (3) Manusia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan isi alam ini sebaik-baiknya. (4) Akan tetapi, tidak diizinkan menyiksa, mengabaikan, dan menyia-nyiakan
  • 54.  Paragraf seperti ini dinamakan paragraf deduktif. Paragraf-paragraf dalam karya ilmiah umumnya berbentuk deduktif. Pengembangan paragraf itu dapat didiagramkan sebagai berikut:  khusus (2)  umum (1)  khusus (3)  khusus (4)
  • 55.  Selain itu, paragraf dapat disusun dengan cara mengembangkan ide pokok secara khusus-umum. Berikut ini contoh pengembangan paragraf khusus- umum:  (1) Sudah beberapa kali Pancasila dirongrong bahkan hendak diubah dan dipecah-pecah. (2) Namun, setiap usaha yang hendak mengubah, merongrong, dan memecah-mecah itu ternyata gagal. (3) Betapa pun usaha itu dipersiapkan dengan cara yang teliti dan matang, semuanya dapat dihancurleburkan. (4) Bukti yang lalu meyakinkan kita bahwa Pancasila benar-benar sakti, tidak dapat diubah dan dipecah-pecah.
  • 56.  Paragraf seperti ini dinamakan paragraf induktif. Mula-mula dikemukakan hal-hal khusus kemudian dipaparkan hal umum yang merupakan pikiran pokok. Pengembangan paragraf seperti itu dapat didiagramkan sebagai berikut.  khusus (1)  khusus (2) umum (4)  khusus (3)
  • 57.  b. Pengembangan Paragraf dengan Pemberian Contoh  Dalam jenis pengembangan ini dikemukakan suatu pernyataan, kemudian disebutkan rincian-rincian berupa contoh- contoh kongkret. Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan memberikan contoh-contoh:  Kesalahan dalam penulisan karya ilmiah, pada umumnya terletak pada pemilihan kata (diksi) dan penyusunan kalimat efektif. Kesalahan pemilihan kata yang tepat, di antaranya digunakannya kata sering, mungkin, kadang-kadang, sangat, danmemang yang mengarah pada ketidakyakinan penulis akan hal yang dikemukakan. Adapun kesalahan penyusunan kalimat efektif, misalnya menulis kalimat yang panjang yang di dalamnya terdapat kata yang tidak perlu, seperti penulisan kata dapat, telah, dan adalah pada kalimat Dalam bab ini dapat dituliskan dua hal yang telah menjadi temuan penelitian ini adalah sebagai berikut.  Untuk itu dalam menggunakan cara ini, penulis hendaknya pandai memilih contoh-contoh yang umum, representatif, dan dapat mewakili keadaan sebenarnya.
  • 58.  c. Pengembangan Paragraf dengan Menampilkan Fakta- Fakta  Pengembangan paragraf dengan cara ini mula-mula dikemukakan pendapat umum yang menjadi pikiran pokok kemudian kalimat-kalimat penjelas yang merupakan fakta- fakta yang meyakinkan pendapat tersebut. Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan cara tersebut:  Banyak ilmuwan Indonesia yang tidak dapat menggunakan paragraf secara efektif. Kagagalan ini terjadi karena tidak dipahaminya fungsi paragraf sebagai pemersatu kalimat- kalimat yang koheren serta berhubungan secara sebab dan akibat untuk menjelaskan suatu kesatuan gagasan atau tema. Oleh karena itu, sering dijumpai tulisan yang sukar dipahami sebab tidak jelas pemisahan bagian-bagiannya untuk menghasilkan argumen yang meyakinkan.
  • 59.  d. Pengembangan Paragraf dengan Memberikan Alasan-Alasan  Alasan-alasan yang digunakan untuk mengembangkan paragraf jenis ini dapat berupa sebab-akibat atau akibat-sebab. Dalam pengembangan jenis sebab-akibat, lebih dahulu dikemukakan fakta yang menjadi sebab terjadinya sesuatu kemudian diikuti rincian- rincian sebagai akibatnya. Dalam hal ini, sebab merupakan pikiran utama, sedangkan akibat merupakan pikiran-pikiran penjelas.
  • 60.  Contoh:  (1) Kemampuan menyusun paragraf yang baik adalah modal kesuksesan bagi mahasiswa. (2) Ia dapat mengungkapkan ide atau gagasannya dengan jelas kepada dosen atau kepada partisipan ketika berdiskusi. (3) Tugas-tugas juga terbaca dan dapat dipahami dengan cepat oleh dosen karena ide, gagasan, maupun argumentasinya dipaparkan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang singkat, padat, dan jelas. (4) Dosen tidak segan memberikan nilai yang bagus karena tidak memusingkan kepala ketika memeriksa dan argumentasinya jelas meskipun kurang tepat.  Paragraf tersebut tergolong paragraf deduktif. Kalimat (1) merupakan sebab, sedangkan kalimat (2), (3), dan (4) merupakan akibat. Pengembangan ini dapat didiagramkan sebagai berikut.  akibat (2)  sebab (1) akibat (3)  akibat (4)
  • 61.  d. Pengembangan Paragraf dengan Perbandingan  Dalam jenis pengembangan ini dipaparkan semua persamaan dan atau perbedaan tentang dua atau lebih objek/gagasan. Paragraf berikut merupakan paragraf yang dikembangkan dengan perbandingan.  Contoh :  (1) Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal cipta sastra yang disebut pantun dan syair. (2) Kedua cipta sastra itu berbentuk puisi dan tergolong hasil sastra lama. (3) Kedua puisi lama itu jumlah baris-barisnya sama, yaitu empat baris. (4) Baik pantun maupun syair seperti pada bentuk aslinya, tidak kita jumpai pada cipta sastra masa kini. (5) Kalau pun ada, biasanya hanya dalam nyanyian saja.  Pada pengembangan contoh a di atas dipaparkan perbandingan pantun dan syair dari segi persamaan- persamannya.
  • 62.  e. Pengembangan Paragraf dengan Definisi Luas  Definisi luas (definisi formal yang diperluas) dapat dipakai untuk mengembangkan pokok pikiran. Semua penjelasan atau uraian menuju pada perumusan definisi itu. Berikut contoh pengembangan paragraf dengan definisi luas.  Karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha menerangkan suatu hal atau sesuatu gagasan. Dalam memaparkan sesuatu, kita dapat menjelaskan dan memberi keterangan belaka, dapat pula mengembangkan sebuah gagasan sehingga menjadi luas dan gampang dimengerti. Panjang karangan tidak dibatasi, bergantung pada kemampuan pengarang dalam memaparkan atau memberikan penjelasan ide atau gagasan yang disampaikan.  Pengembangan dengan definisi luas tidak hanya berupa paragraf, bahkan dapat pula berupa sebuah buku. Meskipun demikian, dasar-dasar definisi tetap sama
  • 63.  f. Pengembangan Paragraf dengan Campuran  Dalam jenis pengembangan ini, rincian-rincian terhadap kalimat utama terdiri atas campuran dari dua atau lebih cara pengembangan paragraf. Jadi, misalnya terdapat campuran umum-khusus dengan sebab akibat, sebab- akibat dengan perbandingan, contoh-contoh dengan perbandingan, dan sebagainya. Berikut contoh pengembangan paragraf jenis ini.
  • 64.  (1) Bahasa tutur ialah bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan. (2) Pada umumnya bersahaja/sederhana dan singkat bentuknya. (3) Kata-kata yang digunakan tidak banyak macam dan jumlahnya. (4) Lagi pula hanya menggunakan kata-kata yang lazim dipakai sehari-hari. (5) Untuk itu, digunakan kata kata tutur, yaitu kata yang hanya boleh dipakai dalam bahasa tutur, misalnya bilang, bikin, sendirian, nggak, emang, dip ikirin, dan sebagainya. (6) Sering pula kata-katanya dibentuk secara salah, misalnya dibikin betul(dibetulkan), belum lihat (belum melihat), merobah(mengubah), dan sebagainya. (7) Lafalnya pun sering menyimpang dari lafal yang umum, misalnya: dapet(dapat), malem (malam), ampat (em pat), dipersilahkan (dipersilakan), dan sebagainya. (8) Bahkan sering juga menggunakan urutan kata yang menyimpang dari bahasa umum, misalnya ini hari, itu orang, lain hari, lain kali, dan seb