Dokumen tersebut membahas lima jenis berbicara berdasarkan situasi, tujuan, jumlah pendengar, pristiwa khusus, dan metode penyampaian. Jenis-jenis berbicara tersebut meliputi berbicara formal, informal, menghibur, menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan, menggerakkan, antar pribadi, kelompok kecil, kelompok besar, presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan, perkenalan, dan nominasi.
1. JENIS-JENIS BERBICARA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan
Keterampilan Berbicara yang diampu oleh
Cucu Reswati, M.Pd.
Disusun oleh:
Safira Aulia Zahra 03211 7093
Indah Ningtyas Cahyani 03211 7006
Siti Nurjanah 03211 7040
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pakuan
2018
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah
mengenai “Jenis-jenis Berbicara” untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Keterampilan Berbicara.
Dengan makalah ini kami bermaksud memberikan informasi megenai apa saja jenis-jenis berbicara. Dalam penyelesaian
makalah ini kami banyak mendapatkan kesulitan tapi tetap dapat menyelesaikannya. Kami berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan. Kami yakin makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik, serta
saran demi penyempurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat.
Bogor, 17 September 2018
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
1. 1 Latar Belakang............................................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1. 3 Tujuan Penulisan........................................................................................................1
BAB II ISI ...............................................................................................................................2
2. 1 Situasi.........................................................................................................................2
2. 2 Tujuan .......................................................................................................................2
2. 3 Jumlah Pendengar ......................................................................................................4
2. 4 Pristiwa Khusus..........................................................................................................6
2. 5 Metode Penyampaian.................................................................................................6
BAB III PENUTUP .................................................................................................................7
3. 1 Kesimpulan ...............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................iii
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Berbicara adalah pancaran kepribadian, maksudnya untuk
mengidentifikasikan kepribadian seseorang dapat digunakan berbagai cara,
salahsatu diantaranya adalah berbicara. Kualitas setara, tinggi rendah, nada, dan
kecepatan suara dapat dijadikan indikator keadaan emosional seseorang.
Kestabilan atau kelabilan emosional dan kepribadian seseorang dapat diketahui
melalui cara bicaranya. Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan
berbahsa sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresika, menyatakan serta mengungkapkan pendapat atau pikiran
dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara
berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Dalam pembahasan mengenai jenis-jenis
berbicara, ada 5 jenis berbicara yaitu, situasi, tujuan, jumlah pendengar, pristiwa
khusus, metode penyampaian. 1
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa itu jenis berbicara berdasarkan situasi?
2. Apa itu jenis berbicara berdasarkan tujuan?
3. Apa itu jenis berbicara berdasarkan jumlah pendengar?
4. Apa itu jenis berbicara berdasarkan pristiwa khusus?
5. Apa itu jenis berbicara berdasarkan metode penyampaiannya?
1. 3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui jenis berbicara berdasarkan situasi.
2. Mengetahui jenis berbicara berdasarkan tujuannya.
3. Mengetahui jenis berbicara berdasarkan jumlah pendengar.
4. Mengetahui jenis berbicara berdasarkan pristiwa khusus.
5. Mengetahui jenis berbicara berdasarkan metode penyampaiannya.
1 (Tarigan, dkk: 1997/1998)
5. 2
BAB II
ISI
2. 1 Situasi
Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi, dan
lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi.
Situasi dan lingkungan itu mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Dalam
situasi formal permbicara dituntut berbicara secara formal pula. Sebaliknya dalam
situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara tak formal pula. Kegiatan
berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Kegiatan ini dianggap perlu bagi manusia dan perlu dipelajari. Jenis-
jenis kegiatan berbicara informal meliputi:
a. Tukar pengalaman
b. Percakapan
c. Menyampaikan berita
d. Menyampaikan pengumuman
e. Bertelpon
f. Memberi petunjuk
Disamping kegiatan berbicara informal, kita harus mengetahui kegiatan berbicara
yang bersifat formal. Jenis-jenis kegiatan berbicara formal tersebut meliputi:
a. Ceramah
b. Perencanaan dan penilaian
c. Interview
d. Prosedur parlementer
e. Bercerita
2. 2 Tujuan
Dibagian terakhir pembicaraan, pembicara menginginkan mendapat respon
dari pendengarnya. Respon yang diharapkan oleh pembicara adalah mengarah
perhatian kita kepada tujuan berbicara. Tujuan berbicara sudah menjadi
pembicaraan dikalangan para ahli dari dahulu sampai sekarang. Sejalan dengan
tujuan pembicara tersebut di atas dapat pula kita klasifikasi berbicara menjadi
lima jenis, yakni:
6. 3
a. Berbicara menghibur
b. Berbicara menginformasikan
c. Berbicara menstimulasi
d. Berbicara meyakinkan
e. Berbicara menggerakkan
Berbicara menghibur biasanya dalam suasana santai, rileks, dan kocak. Soal
pesan bukanlah tujuan utama. Namun tidak berarti bahwa berbicara menghibur
tidak dapat membawakan pesan. Dalam berbicara menghibur tersebut pembicara
berusaha membuat pendengarnya senang gembira, dan bersukaria. Contoh jenis
berbicara menghibur ini, antara lain lawakan, guyonan dalam ludruk, Srimulat,
cerita Kabayan, cerita.
Berbicara menginformasikan dalam suasana serius, tertib, dan hening. Soal
pesan merupakan pusat perhatian, baik pembicara maupun pendengar. Dalam
berbicara menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas, sistematis, dan
tepat isi agar informasi benar-benar terjaga keakuratannya. Pendengarpun
biasanya berusaha menangkap informasi yang disampaikan dengan segala
kesungguahan.
Berbicara menstimulasi juga dalam suasana serius, kadang-kadang terasa
kaku. Pembicara berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya. Status tersebut
dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan, atau fungsinya
melebihi pendengarnya. Dalam bebicara menstimulasi, pembicara berusaha
membangkitkan semangat pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja lebih
tekun, berbuat baik, bertingkah laku lebih sopan, belajar lebih berkesinambungan.
Pembicaraan biasanya dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan, kemauan,
harapan, dan inspirasi pendengar.
Berbicara meyakinkan, sesuai namanya, bertujuan meyakinkan
pendengarnya. Jelas suasananya pun bersaifat serius, mencekam, dan
menegangkan. Melalui keterampilan berbicara, pembicara berusaha mengubah
sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi
simpati, dari tidak mau membantu menjadi mau membantu. Dalam berbicara
meyakinkan itu, pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada
7. 4
argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggung jawabkan
dari segala segi.
Berbicara menggerakkan pun menuntut keseriusan baik dari segi pembicara
maupun dari segi pendengarnya. Berbicara atau pidato menggerakkan merupakan
kelanjutan pidato membangkitkan semangat. Bila dalam berbicara meyakinkan
dan membangkitkan semangat hasil perbaikan mengarah kepada kepentingan
pribadi, maka pidato menggerakkan bertujuan mencapai tujuan bersama.
Pembicara dalam berbicara menggerakkan harusalah orang yang berwibawa,
tokoh idola, panutan masyarakat. Melalui kepintaran berbicara, kecakapannya
membakar emosi dan semangat, kebolehannya memanfaatkan situasi, ditambah
penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan massa
ke arah yang diingininya. Misalnya, Bung Tomo dapat membakar semangat juang
para pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
2. 3 Jumlah Pendengar
Komunikasi lisan selalu melibatkan dua pihak, yakni pendengar dan
pembicara. Jumlah peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi
lisan dapat bervariasi misalnya satu orang, beberapa orang (kelompok kecil), dan
banyak orang (kelompok besar). Berdasarkan jumlah pedengar atau penyimak itu,
dapat dibagi tiga jenis.2
a. Berbicara antar pribadi, atau bicara empat mata, terjadi apabila dua pribadi
membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan
sesuatu. Suasana pembicaraan mungkin serius dan mungkin pula santai,
akrab, dan bebas. Suasana pembicaraan sangat tergantung kepada masalah
yang dibicarakan, hubungan antar dua pribadi yang terlibat. Dalam
berbicara antar pribadi, pembicara dan pendengar berganti peran secara
otomatis sesuai dengan tuntutan situasi.
b. Berbicara dalam kelompok kecil terjadi apabila seorang pembicara
menghadapi sekelompok kecil pendengar, misalnya tiga sampai lima
orang. Pembicara dan pendengar dapat bertukar peran, misalnya, setelah
pembicara selesai berbicara diadakan tanya jawab atau diskusi. Mobilitas
pertukaran peran pembicara menjadi penyimak atau penyimak menjadi
2 Pratama, Fadli. (2013). Jenis-jenis Berbicara
8. 5
pembaca dalam berbicara dalam kelompk kecil tidaklah setinggi mobilitas
pertukaran peran dalam berbicara antar pribadi.
c. Berbicara dalam kelompok besar terjadi apabila seorang pembicara
menghadapi pendengar berjumla besar atau massa. Para pendengar dalam
berbicara jenis ketiga ini dapat homogen dan mungkin pula heterogen.
Dalam lingkungan pendidikan, misalnya, para pendengar homogen baik
dalam usia maupun dalam kemampuan. Dalam rapat besar di lapangan
terbuka, di gedung parlemen, atau kampanye pemilihan umum para
pendengarnya sangat heterogen. Mobilitas perpindahan peran dari
pembicara menjadi pendengar atau dari pendengar menjadi pembicara
dalam jenis berbicara yang ketiga ini relatif kecil bahkan kadang-kadang
tidak ada sam sekali. Bila berbicara dalam kelompok besar itu terjadi di
ruang kelas, maka ada kesempatan bertanya, mengomentari, menyanggah
terhadap isi pembicaraan yang telah disampaikan pembicara. Ini berarti
bahwa pendengar dapat pula berperan sebagai pembicara. Bila bertanya
dalam kelompok besar itu terjadi di luar bidang pendidikan seperti rapat
raksasa, kampanye pemilihan umum, pidato resmi, khotbah di masjid, dan
sejenisnya, maka sudah dapat dipastikan tidak ada kesempatan bertanya,
berkomentar, atau menyanggah. Dalam situasi seperti ini jelas ada
perubahan atau pertukaran peran dari pembicara menjadi pendengar atau
dari pendengar menjadi pembicara.
Bagaimana perbandingan kualitas antara pembicara dan pendengar dalam
ketiga jenis berbicara di atas? Pembicara dan pendengar dalam berbicara secara
pribadi mungkin sama dan mungkin berbeda kualitas. Percakapan antara guru
dengan siswanya merupakan contoh kualitas pembicara (guru) lebih tinggi dari
siswa. Percakapan yang terjadi antara dua sahabat, teman sekelas melukiskan
kualitas pembicara dan pendengar kurang lebih sama. Pembicara dalam berbicara
dalam kelompok kecil itu berasal dari satu kelas suatu jenjang sekolah, maka
kualitas anggota relatif sama. Kualitas pembicara dalam berbicara dalam
kelompok besar pada umumnya dapat dikatakan melebihi kualitas pendengar.
Perbedaan tersebut dapat disebabkan berbagai hal seperti tingkat pendidikan,
jabatan, integritas pribadi dan sebagainya.
9. 6
2. 4 Pristiwa Khusus
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering manghadapi berbagai
kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus,
istimewa, atau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun,
perpisahan, perkenalan, pemberian hadiah. Peristiwa itu dapat berlangsung di
semua tempat seperti di rumah, di kantor, di gedung pertemuan dan sebagainya.
Dalam setiap peristiwa khusus tersebut di atas dilakukan upacara tertentu berupa
sambutan atau pidato singkat seperti pidato selamat datang, selamat atas
kesuksesan, selamat jalan, selamat berkenalan dan sebagainya. Berdasarkan
peristiwa khusus itudibagi kedalam enam jenis yaitu:
a. Pidato presentasi
b. Pidato penyambutan
c. Pidato perpisahan
d. Pidato jamuan (makan malam)
e. Pidato perkenalan
f. Pidato nominasi (mengunggulkan)
Sesuai dengan peristiwanya, maka isi pidato pun harus pula mengenai
peristiwa yang berlangsung. Pidato presentasi ialah pidato yang dilakukan dalam
suasana pembagian hadiah. Pidato sambutan atau penyambutan berisi ucapan
selamat datang pada tamu. Pidato perpisahan berisi kata-kata perpisahan. Pidato
jamuan makan malam berupa ucapan selamat, mendoakan kesahatan buat tamu
dan sebagainya. Pidato memperkenalkan berisi penjelasan pihak yang
memperkenalkan tentang nama, jabatan, pendidikan, pengalaman kerja, keahlian
yang diperkenalkan kepada tuan rumah. Pidato mengunggulkan berisi pujian,
alasan, mengapa sesuatu itu diunggulkan.
2. 5 Metode Penyampaian
Ada empat cara yang biasa digunakan orang dalam menyampaikan
pembicaraannya. Keempat cara yang dimaksud yaitu:
a. Berbicara mendadak, terjadi karena seseorang tanpa direncanakan
sebelumnya harus berbicara di depan umum. Hal ini dapat terjadi karena
tuntutan situasi. Misalnya karena pembicara yang telah direncanakan
berhalangan tampil, maka terpaksa secara mendadak dicarikan
10. 7
penggantinya atau dalam suatu pertemuan seseorang diminta secara
mendadak memberikan kata sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya.
Dalam situasi seperti ini pembicara harus menggunakan pengalamannya
bagi penyusunan organisasi pembicaraannya.
b. Berdasarkan catatan kecil, sejumlah pembicara menggunakan catatan kecil
dalam kartu, biasanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman
berbicara. Berlandaskan catatan itu pembicara bercerita panjang lebar
mengenai sesuatu ha. Cara seperti inilah yang dimaksud dengan berbicara
berlandaskan catatan kecil. Cara berbicara seperti itu dapat berhasil
apabila pembicara sudah mempersiapkan dan menguasai isi pembicaraan
secara mendalam sebelum tampil di depan umum.
c. Pembicara yang dalam taraf belajar mempersiapkan bahan
pembicaraannya dengan cermat dan dituliskan dengan lengkap. Bahan
yang ditulis itu dihafalkan kata demi kata, lalu tampil berbicara
berdasarkan hasil hafalann.
11. 7
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa, di samping
keterampilan menyimak, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan itu
saling terkait satu dengan lainnya. Berbicara adalah pancaran kepribadian,
maksudnya untuk mengidentifikasikan kepribadian seseorang dapat digunakan
berbagai cara, salahsatu diantaranya adalah berbicara. Keterampilan berbicara
adalah salah satu keterampilan berbahsa sebagai kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresika, menyatakan serta
mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau
kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Jenis-
jenis berbicara ada 5 macam yaitu, situasi, tujuan, jumlah pendengar, pristiwa
khusus, metode penyampaian.
NO FORMAL NON FORMAL
1 Ceramah Memberi petunjuk
2 Interview Percakapan
3 Penilaian Tukar pengalaman
4 Bercerita Bertelepon