SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 47
BAB II
                  SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT


     2.1 Sinyal Waktu Diskrit
   Ada beberapa cara untuk merepresentsikan sinyal waktu diskrit, yaitu
sebagai berikut:
1.Representasi fungsi, seperti:
                  1   untuk n=1,3
        x(n)      4   untuk n= 2
                  0   selain itu

2. Representasi tabular, contohnya:

           n             … -2   -1   0   1   2   3   4   5 …

           x(n)          … 0     0 0     1   4   1   0   0…




 1                                                             TKE-5205-BAB II
Download slide di http://rumah-belajar.org




                                   TKE-5205-BAB II
3. Representasi deret
Sinyal durasi tidak terbatas atau deret dengan time origin (n=0) ditandai
dengan simbol direpresentasikan sebagai:
x(n) ={…,0,0,1,4,1,0,0,0,…}         …….                (2.1.2)


Deret x(n) dimana n < 0 bernilai 0 dapat direpresentasikan sebagai berikut:
x(n) = {1,4,1,0,0,0,…}              ……..     (2.1.3)


Deret terbatas dapat direpresentasikan sebagai berikut:
x(n) = {3,-1,-2,5,0,4,1}            ….…      (2.1.4)




2                                                          TKE-5205-BAB II
2.1.1 Beberapa Bentuk Sinyal Waktu Diskrit
1.   Deret unit sample dinotasikan sebagai (n) dan didefinisikan sebagai:



                                               1,     untuk n =0
                                       (n)                             2.1.5
                                               0,     untuk n 0




     Dengan kata lain bahwa deret unit sample adalah sinyal dimana bernilai 0
     untuk setiap n selain n=0 dimana nilainya adalah 1. Sinyal ini kadang
     disebut dengan sinyal impulse yang ada pada waktu kontinyu.
2. Sinyal Unit Step dinotasikan sebagai u(n) dan didefinisikan sebagai:

                                             1, untuk n   0
                                  u ( n)                               2.1.6
                                             0, untuk n   0




3                                                                  TKE-5205-BAB II
3. Sinyal Unit Ramp


                                         n, untuk n   0
                              u r ( n)
                                         0, untuk n   0




4. Sinyal Exponential
    x(n) a n untuk setiap n




4                                                         TKE-5205-BAB II
apabila a bernilai kompleks maka                     a   re j


 dimana r dan          adalah parameter, selanjutnya x(n) menjadi:

      x(n) re j   n
                      r n (cos n   j sin n)




2.1.2.1.2 Klasifikasi Sinyal Waktu Diskrit.
Metode matematis yang digunakan untuk menganalisis sinyal dan sistem
waktu diskrit tergantung dari karakteristik sinyal.
Sinyal Waktu               Diskrit            diklasifikasikan   sesuai   dengan   perbedaan
karakteristiknya.
Energi Sinyal dan Power Sinyal
Energi E sinyal x(n) didefinisikan sebagai:


 5                                                                        TKE-5205-BAB II
2
        E               x ( n)
                n




Beberapa sinyal yang mempunyai energi tidak terbatas, mempunyai daya rata-
rata terbatas. Daya rata-rata sinyal waktu diskrit x(n) adalah:
                              1   N
        P       lim                 | x ( n) | 2
                N           2N 1 n N


Jika energi sinyal x(n) didefinisikan pada interval terbatas –N < n < N sebagai:
                        N
         EN                 | x ( n) | 2
                    n       N



Dan energi sinyal dapat didefinisikan sebagai:
            E       lim E N
                    N

Dan daya rata-rata sinyal x(n) adalah:
                              1
         P      lim              EN
                N           2N 1




 6                                                          TKE-5205-BAB II
Sinyal Periodik dan tidak Periodik
Sinyal x(n) periodik dengan perioda N (N>0) jika dan hanya jika
x(n+N) = x(n) untuk setiap n                             (2.1.15)
Jika tidak ada nilai N yang memenuhi persamaan (2.1.15) sinyal dikatakan tidak
periodik.
Contoh: x(n) = Asin 2 f0n

Sinyal di atas akan periodik apablia f0 bernilai rasional, ini berarti:
            k
       f0
            N
dimana k dan N adalah integer
Energi sinyal periodik x(n) dalam satu perioda, 0 < n < N-1, finite apabila x(n)
bernilai finite dalam perioda tersebut. Daya rata-rata dari sinyal periodik adalah
finite dan nilainya sama dengan daya rata-rata pada satu perioda.
Jadi power dari sinyal periodik dengan perioda N dan mempunyai nilai finite
adalah:

 7                                                             TKE-5205-BAB II
1   N 1
                P             | x ( n) | 2
                    N   n 0




Sinyal simetris (genap) dan tidak simetris (ganjil)
Suatu sinyal berharga real x(n) disebut simetris (genap) jika:
x(-n) = x(n)                                           (2.1.17)
sedangkan suatu sinyal disebut tidak simetris (ganjil) apabila:
x(-n) = -x(n)                                          (2.1.18)
Jika x(n) adalah ganjil, maka x(0)=0
               1
    x e ( n)     x ( n ) x ( n)
               2

               1
    x o ( n)     x ( n ) x ( n)
               2

     x(n)      xe (n) xo (n)




8                                                           TKE-5205-BAB II
2.1.3 Manipulasi sederhana Sinyal Waktu Diskrit
Transformasi variable bebas (waktu)
Sinyal x(n) bisa tergeser terhadap waktu dengan mengganti
variable bebas n dengan n-k, dimana k adalah integer. Jika k
adalah integer positif, maka sinyal x(n) akan terdelay sepanjang k
unit waktu.
9                                               TKE-5205-BAB II
10   TKE-5205-BAB II
Penambahan, perkalian, skala deret.


1. Skala amplituda suatu sinyal dilakukan dengan mengalikan suatu
konstanta A dengan setiap nilai sinyal sample. Sehingga kita peroleh:
         y(n) = A x(n)                        -   <n<
         (2.1.22)
2. Penjumlahan dua buah sinyal x1(n) dan x2(n) adalah sinyal y(n), dimana
nilai dari setiap titik n pada y(n) adalah penjumlahan dari setiap titik n sinyal
ke-n dari kedua sinyal tersebut.
y(n) = x1(n) + x2(n)         -    <n<                            (2.1.23)
3. Perkalian dua buah sinyal didefinisikan sebagai perkalian antara sample
ke-n pada kedua sinyal tersebut.
     y(n) = x1(n) x2(n) -   <n<                                  (2.1.24)


11                                                          TKE-5205-BAB II
2.2 Sistem Waktu Diskrit
Sistem waktu diskrit adalah suatu alat atau algoritma yang beroperasi pada
pada sinyal waktu diskrit (input), menurut beberapa aturan yang dibuat, untuk
menghasilkan sinyal waktu diskrit dengan bentuk lain (output atau respons)
sistem tersebut.
Secara umum dinyatakan:
        y(n) T x(n)

dimana T adalah simbol trasformasi.
2. 2.2.1 Deskripsi Sistem Input-Output
Menggunakan ekspresi matematis yang menjelaskan hubungan antara sinyal
input dan output ( input-output relationship).
Detail struktur di dalam sistem diabaikan. Cara untuk mengetahui sistem itu
hanya dengan memberikan input dan melihat outputnya.


12                                                       TKE-5205-BAB II
T
                 x(n)       y(n)

 Contoh: tentukan respons sistem:
               | n |,        -3 < n < 3
      x ( n)
                 0,          untuk nilai n yang lain

 dengan input sebagai berikut:
 (a) y(n) = x(n)
 (b) y(n) = x (n-1)
 (c) y(n) = x(n+1)
 (d) y(n) = 1/3 [x(n+1)+x(n)+x(n-1)]
 (e) y(n) =max {x(n+1),x(n), x(n-1)}


13                                                     TKE-5205-BAB II
n
f)    y ( n)     k        x(k )    x(n) x(n 1) x(n 2) ...



Untuk beberapa contoh di atas, nilai y(n) tidak saja bergantung pada nilai x(n)
tetapi tergantung juga pada nilai y sebelumnya. Salah satu contoh yang
menerapkan sistem ini adalah accumulator.
Hubungan input-output accumulator dapat dituliskan sebagai berikut:
                          n                n 1
               y(n)           x( k )             x(k ) x(n)
                      k                k

                  = y(n-1) + x(n)
Contoh :
Sebuah accumulator,                                                  diberikan input x(n)=n u(n). Tentukan output, jika
kondisinya sebagai berikut:                                   n
                                                   y(n)           x( k )
     a) y(-1) = 0                                         k



     b) y(-1) = 1


14                                                                                               TKE-5205-BAB II
2.2.2 Representasi Diagram Block Sistem Waktu Diskrit
 Cara lain merepresentasikan Sistem Waktu Diskrit adalah menggunakan
 diagram blok. Blok-blok dasar untuk menggambarkannya adalah:
 Penjumlah (Adder )




 Konstanta pengali



 Sinyal Pengali




15                                                TKE-5205-BAB II
Elemen unit delay




Elemen unit advance




  Gambarkan diagram block sinyal waktu diskrit menggunakan hubungan
  input-output dari :

                 1        1        1
        y ( n)     y(n 1)   x ( n)   x(n 1)
                 4        2        2




16                                                  TKE-5205-BAB II
2.1. 2.2.3 Klasifikasi Sistem Waktu Diskrit


 Sistem Statik VS Sistem Dinamik
 Suatu sistem waktu diskrit dikatakan static (memoryless) jika output pada
 tiap n hanya tergantung pada sample input pada waktu yang sama.
 Suatu sistem waktu diskrit dikatakan dinamik (mempunyai memory) apabila
 output sistem waktu n ditentukan oleh sample input pada interval dari n-N
 sampai dengan N.
 Contoh:
 Sistem Statik
 y(n) = ax(n)
 y(n) = nx(n) + bx3(n)
 Sistem Dinamik
     y(n) = x(n) + 3x(n-1)

17                                                     TKE-5205-BAB II
n
      y ( n)               x(n k )
                   k 0

Secara umum dua buah sistem ini didefinisikan sebagai:

     y(n) T x(n), n


Sistem tidak berubah terhadap waktu (time-invariant) VS Sistem
berubah terhadap waktu (tim-variant)


Teorema:
Suatu sistem T adalah time invariant atau shift invariant jika dan hanya jika
               T
      x ( n)       y ( n)


berlaku

                   T
     x(n k )               y (n k )




18                                                          TKE-5205-BAB II
Untuk setiap sinyal input x(n) dan setiap pergeseran waktu k.


Untuk menentukan apakah suatu sistem time invariant diperlukan suatu test:
 1. Beri masukan x(n) tertentu ke sistem yang menghasilkan output y(n).
 2. Selanjutnya beri masukan x(n) tersebut tetapi dengan delay k, dan hitung
 kembali outputnya.
 3. Selanjutnya apabila y(n,k) = y(n-k) untuk seluruh harga k yang mungkin,
 maka sistem tersebut adalah time invariant. Jika output , walaupun untuk
 satu nilai k, maka sistem tersebut adalah time variant.




19                                                       TKE-5205-BAB II
Tentukan apakah sistem-sistem
     tersebut time invariant atau time
     variant.




20         TKE-5205-BAB II
Sistem Linier VS Nonlinier


 Sistem linier yaitu sistem yang secara umum memenuhi prinsip
 superposisi.
 Teorema: Suatu sistem dikatakan linier jika dan hanya jika berlaku:
       T a1 x1 (n) a2 x2 (n)   a1T [ x1 (n)] a2T [ x2 (n)]       (2.2.6)
 untuk setiap nilai x1(n) dan x2(n) sembarang dan a1 dan a2 sembarang.




21                                                           TKE-5205-BAB II
Representasi grafis prinsip Superposisi. T linier jika dan hanya jika y(n) =
 y’(n)
 Tentukan apakah sistem di bawah ini linier atau nonlinier:
 (a) y(n) = nx(n)               (b) y(n) = x(n2) (c) y(n) = x2(n)
 (d) y(n) = A x(n) + B          (e) y(n) = ex(n)
 Sistem Stabil dan tidak Stabil
 Teorema: Sistem sembarang disebut BIBO stabil jika dan hanya jika setiap
 input yang terbatas menghasilkan output yang terbatas pula.
       x(n)   Mx         y(n)   My
                                                         (2.2.7)
 Interkoneksi Sistem Waktu Diskrit
 Sistem Waktu diskrit dapat diinterkoneksikan menjadi suatu sistem yang
 lebih besar.
 Ada dua cara untuk mengkoneksikan, yaitu kaskade (seri) dan parallel, yang
 direpresentasikan seperti gambar di bawah ini.


22                                                          TKE-5205-BAB II
23   TKE-5205-BAB II
2.3 2.3 Analisis Sistem Linear tidak Berubah terhadap Waktu (LTI)
 pada Waktu Diskrit
 Pada bagian terdahulu kita mengklasifikasikan sistem menurut beberapa
 karakteristik, property, atau kategori, yang disebut: linearitas, stabilitas,
 causality, time invariat (tidak berubah terhadap waktu).
 Pada bagian ini akan dibahas suatu kelas sistem, yang disebut sistem linear
 time invariant LTI (linier tidak berubah terhadap waktu). Sistem ini lebih
 mudah dianalisis pada domain waktu dengan menggunakan responnya
 berbentuk deret unit sample. Sinyal dapat dipecah dan diperlihatkan sebagai
 penjumlahan dari deret unit sample. Sebagai konsekuensi dari sifat linieritas
 dan time invariant dari sistem, maka respons sistem untuk input sinyal yang
 sembarang dapat diekspresikan dalam respons unit sample dari sistem.
 Bentuk umum ekspresi yang berhubungan dengan respons unit sample dari
 sistem dan sinyal input sembarang terhadap sinyal output disebut dengan
 penjumlahan konvolusi atau formula konvolusi. Dengan ini kita dapat
 menentukan output dari sistem linier, time invariant terhadap sembarang
 sinyal input.

24                                                        TKE-5205-BAB II
2.3.1 Teknik Analisis Sistem Linier
 Ada dua metode untuk menganalisis sifat-sifat atau respons sistem linier
 terhadap input yang diberikan.
 Metode pertama berdasarkan pada solusi langsung persamaan input-output
 dari sistem, dalam bentuk umumnya adalah sebagai berikut:
      y(n)   F y(n 1), y(n 2),...y(n N ), x(n), x(n 1),...,x(n M )   (2.3.1)
 dimana F[.]  menyatakan kumpulan fungsi
 untuk sistem LTI bentuk umum hubungan input-outputnya:
             N                  N
     y(n)        ak y ( n k )       bk x(n k )                       (2.3.2)
             k 1                k 1

 ak dan bk parameter konstanta bebas.




25                                                                      TKE-5205-BAB II
Metode kedua adalah membentuk sinyal input ke dalam penjumlahan
 sinyal elementer. Sinyal elementer dipilih sehingga respons sistem untuk
 setiap komponen sinyal mudah diperoleh. Dan dengan menggunakan sifat
 linieritas sistem, respons sistem terhadap sinyal elementer dijumlahkan
 untuk mendapatkan respons total sistem terhadap sinyal input yang
 diberikan.


 Misalnya x(n) dipecah ke dalam penjumlahan komponen {xk(n)} sinyal
 input, sehingga:
       x(n)       ck k k (n)                                 (2.3.3)
              k

 dimana {ck} adalah himpunan amplituda sinyal-sinyal x(n). Respons
 sistem terhadap komponen sinyal elementer xk(n) adalah yk(k), sehingga:
     yk (n) T xk (n)                                         (2.3.4)
 Total respons dari input x(n) adalah:



26                                                     TKE-5205-BAB II
y(n) T x(n)          T       ck k k (n)
                                   k

                   ck T xk (n)
               k

                   ck yk (n)
              k

   2.3.2 Penyelesaian Sinyal Waktu Diskrit dalam bentuk Impulse
Misalnya kita memiliki sinyal x(n) sembarang yang akan kita pecah menjadi
penjumlahan deret unit sample. sinyal elementernya adalah:
          xk (n)      (n k )                            (2.3.6)
dimana k adalah delay deret unit sample. Untuk mengatasi sinyal x(n) sembarang yang
mempunyai nilai tidak nol pada selang waktu tidak terbatas, maka himpunan impuls
harus juga tidak terbatas.
Contoh:
Perkalian dua buah deret x(n) dan (n-k).
      δ(n k ) 0 kecuali n k

Hasil perkalian kedua deret ini adalah sebuah deret yang mempunyai nilai 0 untuk tiap
waktu kecuali pada n=k.        x(n)δ(n k ) x(k )δ(n k )  (2.3.7)


27                                                            TKE-5205-BAB II
28   TKE-5205-BAB II
Kesimpulan: setiap perkalian sinyal x(n) dengan unit impulse pada satu delay
waktu k, akan memberikan sebuah nilai x(k) sinyal x(n) pada delay dimana
unit impulse tidak berharga 0.


Jika perkalian ini diulang pada delay, - < k < , dan menjumlahkan seluruh
deret perkalian, maka hasilnya adalah deret yang sama dengan x(n), yaitu:


        x ( n)       x ( k )δ( n k )
                 k                                  (2.3.8)


Pada bagian kanan persamaan adalah pernjumlahan anggota yang jumlahnya
tak terbatas deret unit sample dimana deret unit sample (n-k) mempunyai
amplituda x(k). Jadi pada bagian kanan persamaan merupakan penyelesaian
sinyal x(n) sembarang ke dalam bentuk penjumlahan deret unit sample.



29                                                      TKE-5205-BAB II
2.3.3 Respons Sistem LTI untuk Input Sembarang: Penjumlahan konvolusi
Respons sistem y(n,k) terhadap input deret unit sample pada n=k dinyatakan dengan
h(n,k), - < k < , adalah:
        y(n, k ) h(n, k ) T δ(n k )                                          (2.3.9)
n = indek waktu
k = parameter yang menunjukkan lokasi input impulse.
Jika impulse pada input diskalakan oleh ,                       ck   x(k )   respons sistem adalah output terskala
sebagai berikut:
       ck h(n, k )     x(k )h(n, k )                                         (2.3.10)
Selanjutnya, jika input adalah sinyal sembarang x(n) yang diekspresikan sebagai
penjumlahan tak berhingga impulse, sebagai berikut:

       x ( n)         x ( k )δ( n k )                                        (2.3.11)
                k
Dan respons sistem terhadap x(n) adalah:
        y(n) T x(n            Τ     x( k ) ( n k )
                                                                             (2.3.12)
                     x(k )T (n k )              x(k )h(n, k )



30                                                                                          TKE-5205-BAB II
Persamaan di atas sesuai dengan sifat superposisi sistem linier, dan disebut dengan
penjumlahan superposisi.
Persamaan (2.3.12) merupakan respons sistem linier terhadap deret input x(n)
sembarang dan merupakan fungsi dari x(n) dan respons h(n,k) dari sistem terhadap unit
impulse (n-k) untuk - < k < . Expresi pada persamaan (2.3.12) tidak berdasarkan
property dari time-invariant, jadi dapat juga berlaku pada sistem time variant.
Jika dilihat dari property time-invariant maka persamaan (2.3.12) perlu diadaptasikan
lebih lanjut. Dalam kenyataannya respons sistem LTI terhadap deret unit sample (n)
adalah h(n), dimana:
       h(n) T δ(n)                                       (2.3.13)
Dan berdasarkan sifat time-invariant respons sistem terhadap delay deret unit sample
 (n-k) adalah:
      h(n k ) T δ(n k )                                  (2.3.14)
sehingga persamaan (2.3.12) menjadi:

      y ( n)       x ( k ) h( n k )                      (2.3.15)
               k
Observasi terhadap sistem LTI secara lengkap dikarakteristikkan oleh fungsi satuan
h(n), yang merupakan respons terhadap deret unit sample (n).

31                                                            TKE-5205-BAB II
Persamaan (2.3.15) yang menghasilkan respons y(n) dari sistem LTI sebagai fungsi dari
sinyal input x(n) dan respons unit sample h(n) disebut dengan penjumlahan konvolusi.
Dalam hal ini input x(n) dikonvolusikan dengan impulse respons h(n) untuk
menghasilkan output y(n).
Ada 2 prosedur untuk menghitung respons y(n) terhadap input x(n) dan respons impulse
h(n) sistem , yaitu secara matematis dan secara grafis.
Contoh:
Pada n = n0, maka respons pada n= n0 adalah:
      y(n0 )       x(k )h(n0   k)                                (2.3.16)
               k

Ada 4 tahap proses menghitung konvolusi antara x(k) dan h(k), yaitu:
1.Mencerminkan/membalik. Cerminkan h(k) terhadap titik k=0 sehingga menghasilkan h(-k)
2.Menggeser. Geser h(-k) sepanjang n0 ke kanan (ke kiri) jika n0 positif (negatif), untuk
mendapatkan h(n0-k).
3.Perkalian. Kalikan x(k) dengan h(n0-k) untuk mendapatkan deret perkalian vn0(k) x(k)h(n0-k).
4.Penjumlahan. Jumlahkan seluruh nilai deret perkalian vn0(k) untuk mendapatkan harga output
pada waktu n = n0.




32                                                                     TKE-5205-BAB II
Untuk mendapatkan respons sistem pada selang waktu - < n < maka langkah 2
s.d. 4 diulang untuk seluruh pergeseran waktu - < n < yang mungkin.


Contoh:
Respons impuls dari suatu sistem LTI adalah:
h(n) = {1,2,1,-1}


Tentukan respons sistem untuk sinyal input:


          x(n) = {1,2,3,1}




33                                                     TKE-5205-BAB II
34   TKE-5205-BAB II
Tugas:
1.      Tentukan dan gambarkan konvolusi y(n) dari sinyal:
                  1
                    n    0 n 6
         x ( n)   3
                   0 untuk n yanglain

                  1      2 n 2
         h( n)
                  0 untuk n yanglain
a.      Secara grafis
b.      Secara analitis
2.      Hitung Konvolusi y(n) dari sinyal
                    n
                            3 n 5
          x(n)
                   0    untuk n yanglain

                  1     0 n 4
          h( n)
                  0 untuk n yanglain

     a. Secara grafis
     b. Secara analitis



35                                                           TKE-5205-BAB II
2.3.4 Properti Konvolusi dan Interkoneksi Sistem LTI
Konvolusi:
      y ( n)   x ( n) * h( n)       x ( k ) h( n k )
                                k                                 (2.3.17)
      y ( n)   h( n) * x ( n)       h( k ) x ( n k )
                                k
                                                                  (2.3.18)
Sifat-sifat Konvolusi:
 1. Hukum Komutatif
x(n) * h(n) = h(n) * x(n)                              (2.3.19)




 2. Asosiatif
[x(n) * h1(n)] * h2(n) = x(n)*[ h1(n) * h2(n)]                               (2.3.20)



 36                                                                                 TKE-5205-BAB II
Contoh
Tentukan respons impulse dari 2 buah sistem LTI yang di-cascade yang mempunyai
respons impulse:
h1(n) = ½ n u(n) dan h2(n) = ¼ n u(n)
 3. Distributif
x(n)*[ h1(n) + h2(n)] = [x(n)* h1(n)] + [x(n)*h2(n)]                (2.3.21)
Penjumlahan 2 buah respons identik dengan respons sistem keseluruhan dengan impulse
respons
h(n) = h1(n) + h2(n)
Sistem keseluruhan merupakan kombinasi paralel 2 buah sistem LTI.

             L
      h(n)       h j (n)
             j 1
                                                                    (2.3.22)




 37                                                            TKE-5205-BAB II
2.3.5 Sistem Kausal LTI
Sistem Kausal: sebuah sistem dimana output pada waktu n tergantung hanya pada nilai
sekarang dan nilai sebelumnya, tidak tergantung pada nilai yang akan datang.
Misal n= n0
         y(n0 )       x(k )h(n0       k)
                  k

Persamaan di atas dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama meliputi nilai input sekarang
dan sebelumnya (x(n) untuk n < n0) , bagian kedua meliputi harga input yang akan
datang (x(n) untuk n > n0). Maka:
                                      1
y(n0 )        h(k )h(n0   k)              h(k )h(n0   k)
           k 0                    k

         =[h(0)x(n0) + h(1)x(n0-1) + h(2)x(n0--2) + …] + [h(-1)x(n0+1) + h(-2)x(n0+2) + …]
Jika output pada waktu n= n0 hanya tergantung pada nilai input sekarang dan
sebelumnya, maka jelaslah bahwa respons impulse sistem harus memenuhi kondisi:
h(n) = 0 n < 0                                                (2.3.23)




38                                                                  TKE-5205-BAB II
Karena h(n) adalah respons sistem LTI terhadap unit impulse pada n = 0, ini berarti h(n) =
0 untuk n < 0 merupakan kondisi yang perlu dan cukup untuk kausalitas.
Kesimpulan: Sistem LTI kausal jika dan hanya jika responsnya berharga 0 untuk n < 0.
Persamaan konvolusi untuk sistem kausal LTI
                                       n
      y(n)      h( k ) x ( n k )           x ( k ) h( n k )         (2.3.24)
             k 0                   k

Kausalitas diperlukan pada aplikasi pemrosesan sinyal real-time.
    2.3.6 Stabilitas Sistem LTI
Sistem sembarang disebut stabil BIBO jika dan hanya jika deret output y(n) terbatas untuk setiap
input, x(n), terbatas.
Jika x(n) terbatas, terdapat konstanta Mx, dimana:
|x(n)| < Mx <
Begitu juga dengan output, jika output terbatas, terdapat konstant, My, dimana:
|y(n)| < My <
Jika kita buat harga mutlak persamaan konvolusi di kedua sisinya:
                                       n
      y(n)      h( k ) x ( n k )           x ( k ) h( n k )
             k 0                   k
Harga mutlak penjumlahan suatu fungsi selalu kurang dari atau sama dengan penjumlahan dari harga
mutlak fungsi tersebut.

 39                                                                        TKE-5205-BAB II
y(n)        x(k ) h(n k )
             k



Jika input terbatas, terdapat sejumlah Mx dimana |x(n)| < Mx. Dengan
mensubstitusikan nilai tertinggi x(n), maka:
      y(n)   Mx        h(n k )
                  k

maka output akan terbatas jika:
                      Sh    h(k )                    (2.3.24)


Sistem LTI: stabil jika impulse responsnya dapat dijumlahkan. Kondisi ini bukan
hanya cukup, tetapi juga perlu untuk memastikan kestabilan sistem.




 40                                                        TKE-5205-BAB II
2.3.6 Sistem dengan Respons Impulse Terbatas dan tak Terbatas


Sistem LTI berdasarkan respons impulsenya dibagi menjadi 2, yaitu Finite
impulse response (FIR) dan Infinite Impulse Response (IIR).


FIR
                  M 1
         y ( n)         h( k ) x ( n k )
                   k 0                            (2.3.25)
IIR
        y ( n)      h( k ) x ( n k )
                  k 0                             (2.3.26)




41                                                    TKE-5205-BAB II
2.4          Implementasi Sistem Waktu Diskrit
       2.4.1         Struktur Realisasi Sistem LTI

 Sistem orde-1
     y(n)   a1 y(n 1) b0 ( x) b1 x(n 1)       (2.4.1)
 Dapat dilihat menjadi 2 buah sistem LTI yang
 dikaskade
 v(n) = b0x(n)+ b1x(n-1)                      (2.4.2)
 y(n) = -a1y(n-1)+v(n)                        (2.4.3)
 Direalisasikan pada gambar (a) yang disebut
 dengan Struktur Direct form I
 Atau dapat diubah menjadi:
 w(n) = b0w(n)+ x(n)                          (2.4.4)
 y(n) = b0w(n)+ b1w(n-1)                      (2.4.5)
 Direalisasikan pada gambar (b) dan (c), disebut
 dengan struktur Direct Form II
 Secara umum struktur Direct Form I dapat dibentuk dari
 persamaan:
            N                    M
     y(n)         a k y (n k )       b x x( n k )   (2.4.6)
            k 1                  k 0




42                                                            TKE-5205-BAB II
M                      (2.4.7)
     v(n)        bk x(n k )
            k 0
     dan sistem rekursifnya:
             N
     y(n)        ak y(n k ) v(n)   (2.4.8)
            k 1




43                                           TKE-5205-BAB II
M
     w(n)         ak w(n k ) x(n)   (2.4.9)                 nonrekursif
              k 0
                                                                    M
                                                            y(n)        bk w(n k )         (2.4.10)
                                                                   k 0
     Sistem orde-2 diperoleh dengan memasukan N=M=2 pada persamaan (2.4.6):
     y(n)     a1 y(n 1) a2 y(n 2) b0 x(n) b1 x(n 1) b2 x(n 2)      (2.4.11)
       Struktur Direct Form II dapat dilihat pada gambar (a)
       Jika a1 =a2 = 0 maka:
      y(n) b0 x(n) b1 x(n 1) b2 x(n 2)          (2.4.12)
       Dapat dilihat pada gambar (b)
       Jika b1 =b2 = 0 maka:
       y(n)       a1 y(n 1) a1y (n 2) b0 x(n)   (2.4.13)

       Dapat dilihat pada gambar (c)




44                                                                                   TKE-5205-BAB II
2.4.1            Realisasi Sistem FIR Rekursif dan Nonrekursif

     y(n)     F y(n 1),..., y(n N ), x(n),..., x(n M )
                  N                 M
     y(n)             ak y (n k )       bk x(n k )
               k 1                  k 0

     y(n)     F x(n),..., x(n 1),..., x(n M )
              M
     y(n)         bx x(n k )
              k 0
            1 M
     y ( n)       x( n k )
           M 1k 0
             1
      h(n)         0 n M
           M 1
            1 M                   1
     y(n)         x( n 1 k )            x(n) x(n 1 M )
           M 1k 0                M 1
                      1
           y(n 1)          x ( n) x ( n 1 M )
                    M 1

Realisasi Nonrekursif sistem moving average FIR                 Realisasi rekursif sistem moving average FIR




45                                                                             TKE-5205-BAB II
Download slide di http://rumah-belajar.org




                                   TKE-5205-BAB II

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...Beny Nugraha
 
Fungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrolFungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrolarie eric
 
Deret Fourier Waktu Kontinyu
Deret Fourier Waktu KontinyuDeret Fourier Waktu Kontinyu
Deret Fourier Waktu Kontinyuyusufbf
 
Modul 02 konsep modulasi, modulasi analog, am
Modul 02 konsep modulasi, modulasi analog, amModul 02 konsep modulasi, modulasi analog, am
Modul 02 konsep modulasi, modulasi analog, amFurwadi Rider
 
Analisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistorAnalisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistorAhmad_Bagus
 
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariant
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariantModul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariant
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariantTri Budi Santoso
 
Teori Medan Elektromagnet (3 - 4) perambatan_gelombangelektromagnetik
Teori Medan Elektromagnet (3 - 4) perambatan_gelombangelektromagnetikTeori Medan Elektromagnet (3 - 4) perambatan_gelombangelektromagnetik
Teori Medan Elektromagnet (3 - 4) perambatan_gelombangelektromagnetikjayamartha
 
Pengertian sinyal
Pengertian sinyalPengertian sinyal
Pengertian sinyalDina Aprila
 
Sistem LTI Waktu Kontinyu
Sistem LTI Waktu KontinyuSistem LTI Waktu Kontinyu
Sistem LTI Waktu Kontinyuyusufbf
 
Matching impedance
Matching impedanceMatching impedance
Matching impedanceampas03
 
Transformasi z
Transformasi zTransformasi z
Transformasi zIbnu Hakim
 
Konsep Sinyal dan Sistem
Konsep Sinyal dan SistemKonsep Sinyal dan Sistem
Konsep Sinyal dan Sistemyusufbf
 
Perbedaan sistem linear dan non linear
Perbedaan sistem linear dan non linearPerbedaan sistem linear dan non linear
Perbedaan sistem linear dan non linearElGazzaYantPratama
 

Was ist angesagt? (20)

Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
 
Sinyal fix
Sinyal fixSinyal fix
Sinyal fix
 
Fungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrolFungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrol
 
Deret Fourier Waktu Kontinyu
Deret Fourier Waktu KontinyuDeret Fourier Waktu Kontinyu
Deret Fourier Waktu Kontinyu
 
Rangkaian penyearah
Rangkaian penyearahRangkaian penyearah
Rangkaian penyearah
 
Modul 02 konsep modulasi, modulasi analog, am
Modul 02 konsep modulasi, modulasi analog, amModul 02 konsep modulasi, modulasi analog, am
Modul 02 konsep modulasi, modulasi analog, am
 
6 Frekuensi Sinyal
6  Frekuensi Sinyal6  Frekuensi Sinyal
6 Frekuensi Sinyal
 
Analisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistorAnalisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistor
 
Contoh soal
Contoh soalContoh soal
Contoh soal
 
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariant
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariantModul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariant
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariant
 
Teori Medan Elektromagnet (3 - 4) perambatan_gelombangelektromagnetik
Teori Medan Elektromagnet (3 - 4) perambatan_gelombangelektromagnetikTeori Medan Elektromagnet (3 - 4) perambatan_gelombangelektromagnetik
Teori Medan Elektromagnet (3 - 4) perambatan_gelombangelektromagnetik
 
Pengertian sinyal
Pengertian sinyalPengertian sinyal
Pengertian sinyal
 
Metode transformasi fourier
Metode transformasi fourierMetode transformasi fourier
Metode transformasi fourier
 
Slide minggu ke 4 pertemuan 1
Slide minggu ke 4 pertemuan 1Slide minggu ke 4 pertemuan 1
Slide minggu ke 4 pertemuan 1
 
1 konsep sinyal
1 konsep sinyal1 konsep sinyal
1 konsep sinyal
 
Sistem LTI Waktu Kontinyu
Sistem LTI Waktu KontinyuSistem LTI Waktu Kontinyu
Sistem LTI Waktu Kontinyu
 
Matching impedance
Matching impedanceMatching impedance
Matching impedance
 
Transformasi z
Transformasi zTransformasi z
Transformasi z
 
Konsep Sinyal dan Sistem
Konsep Sinyal dan SistemKonsep Sinyal dan Sistem
Konsep Sinyal dan Sistem
 
Perbedaan sistem linear dan non linear
Perbedaan sistem linear dan non linearPerbedaan sistem linear dan non linear
Perbedaan sistem linear dan non linear
 

Ähnlich wie Bab ii discrete time

5 Sinyal di Domain Waktu
5 Sinyal di Domain Waktu5 Sinyal di Domain Waktu
5 Sinyal di Domain WaktuSimon Patabang
 
1. Ulas Ulang Sinyal Diskrit.ppt
1. Ulas Ulang  Sinyal Diskrit.ppt1. Ulas Ulang  Sinyal Diskrit.ppt
1. Ulas Ulang Sinyal Diskrit.ppthendi10
 
1. Sinyal (1).ppt
1. Sinyal (1).ppt1. Sinyal (1).ppt
1. Sinyal (1).pptndah11
 
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptxSinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptxNdysP
 
Sistem LTI Waktu Diskrit
Sistem LTI Waktu DiskritSistem LTI Waktu Diskrit
Sistem LTI Waktu Diskrityusufbf
 
Transformasi Fourier Waktu Diskrit
Transformasi Fourier Waktu DiskritTransformasi Fourier Waktu Diskrit
Transformasi Fourier Waktu Diskrityusufbf
 
Slide week 1b introduction - sinyal
Slide week 1b   introduction - sinyalSlide week 1b   introduction - sinyal
Slide week 1b introduction - sinyalBeny Nugraha
 
Praktikum i
Praktikum iPraktikum i
Praktikum iyoga dwi
 
F.PFungsi pembangkit-momen-final
F.PFungsi pembangkit-momen-finalF.PFungsi pembangkit-momen-final
F.PFungsi pembangkit-momen-finalDidi Agus
 
1 sinyal dan data - sinyal digital rev 2020
1 sinyal dan data - sinyal digital rev 20201 sinyal dan data - sinyal digital rev 2020
1 sinyal dan data - sinyal digital rev 2020AdanJauhary
 
Geometri analitik bidang lingkaran
Geometri analitik bidang  lingkaran Geometri analitik bidang  lingkaran
Geometri analitik bidang lingkaran barian11
 
Uji validitas dan_reliabilitas
Uji validitas dan_reliabilitasUji validitas dan_reliabilitas
Uji validitas dan_reliabilitasIcal Azmy
 
Unrika proses sinyal sistem diskrit
Unrika proses sinyal sistem diskritUnrika proses sinyal sistem diskrit
Unrika proses sinyal sistem diskritPamor Gunoto
 
Bab 6 rangkaian orde satu
Bab 6 rangkaian orde satuBab 6 rangkaian orde satu
Bab 6 rangkaian orde satuRumah Belajar
 

Ähnlich wie Bab ii discrete time (20)

5 Sinyal di Domain Waktu
5 Sinyal di Domain Waktu5 Sinyal di Domain Waktu
5 Sinyal di Domain Waktu
 
1. Ulas Ulang Sinyal Diskrit.ppt
1. Ulas Ulang  Sinyal Diskrit.ppt1. Ulas Ulang  Sinyal Diskrit.ppt
1. Ulas Ulang Sinyal Diskrit.ppt
 
1. Sinyal (1).ppt
1. Sinyal (1).ppt1. Sinyal (1).ppt
1. Sinyal (1).ppt
 
1. Sinyal.ppt
1. Sinyal.ppt1. Sinyal.ppt
1. Sinyal.ppt
 
PPT tugas besar opsi 2.pptx
PPT tugas besar opsi 2.pptxPPT tugas besar opsi 2.pptx
PPT tugas besar opsi 2.pptx
 
8 Kuantisasi
8 Kuantisasi8 Kuantisasi
8 Kuantisasi
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptxSinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
 
Sistem LTI Waktu Diskrit
Sistem LTI Waktu DiskritSistem LTI Waktu Diskrit
Sistem LTI Waktu Diskrit
 
Transformasi Fourier Waktu Diskrit
Transformasi Fourier Waktu DiskritTransformasi Fourier Waktu Diskrit
Transformasi Fourier Waktu Diskrit
 
Slide week 1b introduction - sinyal
Slide week 1b   introduction - sinyalSlide week 1b   introduction - sinyal
Slide week 1b introduction - sinyal
 
Praktikum i
Praktikum iPraktikum i
Praktikum i
 
F.PFungsi pembangkit-momen-final
F.PFungsi pembangkit-momen-finalF.PFungsi pembangkit-momen-final
F.PFungsi pembangkit-momen-final
 
1 sinyal dan data - sinyal digital rev 2020
1 sinyal dan data - sinyal digital rev 20201 sinyal dan data - sinyal digital rev 2020
1 sinyal dan data - sinyal digital rev 2020
 
R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2
 
Geometri analitik bidang lingkaran
Geometri analitik bidang  lingkaran Geometri analitik bidang  lingkaran
Geometri analitik bidang lingkaran
 
Uji validitas dan_reliabilitas
Uji validitas dan_reliabilitasUji validitas dan_reliabilitas
Uji validitas dan_reliabilitas
 
Unrika proses sinyal sistem diskrit
Unrika proses sinyal sistem diskritUnrika proses sinyal sistem diskrit
Unrika proses sinyal sistem diskrit
 
Notasi
NotasiNotasi
Notasi
 
Bab 6 rangkaian orde satu
Bab 6 rangkaian orde satuBab 6 rangkaian orde satu
Bab 6 rangkaian orde satu
 

Mehr von Rumah Belajar

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2 Rumah Belajar
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyRumah Belajar
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrixRumah Belajar
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysisRumah Belajar
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detectionRumah Belajar
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurementRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary Rumah Belajar
 
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahRumah Belajar
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasRumah Belajar
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif Rumah Belajar
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyRumah Belajar
 
Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Rumah Belajar
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiRumah Belajar
 
Bab 03 load analysis
Bab 03 load analysisBab 03 load analysis
Bab 03 load analysisRumah Belajar
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Rumah Belajar
 

Mehr von Rumah Belajar (20)

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphology
 
point processing
point processingpoint processing
point processing
 
03 image transform
03 image transform03 image transform
03 image transform
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrix
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurement
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary
 
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesoriny
 
Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksi
 
Bab 03 load analysis
Bab 03 load analysisBab 03 load analysis
Bab 03 load analysis
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8
 

Kürzlich hochgeladen

Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxMaskuratulMunawaroh
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 

Bab ii discrete time

  • 1. BAB II SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT 2.1 Sinyal Waktu Diskrit Ada beberapa cara untuk merepresentsikan sinyal waktu diskrit, yaitu sebagai berikut: 1.Representasi fungsi, seperti: 1 untuk n=1,3 x(n) 4 untuk n= 2 0 selain itu 2. Representasi tabular, contohnya: n … -2 -1 0 1 2 3 4 5 … x(n) … 0 0 0 1 4 1 0 0… 1 TKE-5205-BAB II
  • 2. Download slide di http://rumah-belajar.org TKE-5205-BAB II
  • 3. 3. Representasi deret Sinyal durasi tidak terbatas atau deret dengan time origin (n=0) ditandai dengan simbol direpresentasikan sebagai: x(n) ={…,0,0,1,4,1,0,0,0,…} ……. (2.1.2) Deret x(n) dimana n < 0 bernilai 0 dapat direpresentasikan sebagai berikut: x(n) = {1,4,1,0,0,0,…} …….. (2.1.3) Deret terbatas dapat direpresentasikan sebagai berikut: x(n) = {3,-1,-2,5,0,4,1} ….… (2.1.4) 2 TKE-5205-BAB II
  • 4. 2.1.1 Beberapa Bentuk Sinyal Waktu Diskrit 1. Deret unit sample dinotasikan sebagai (n) dan didefinisikan sebagai: 1, untuk n =0 (n) 2.1.5 0, untuk n 0 Dengan kata lain bahwa deret unit sample adalah sinyal dimana bernilai 0 untuk setiap n selain n=0 dimana nilainya adalah 1. Sinyal ini kadang disebut dengan sinyal impulse yang ada pada waktu kontinyu. 2. Sinyal Unit Step dinotasikan sebagai u(n) dan didefinisikan sebagai: 1, untuk n 0 u ( n) 2.1.6 0, untuk n 0 3 TKE-5205-BAB II
  • 5. 3. Sinyal Unit Ramp n, untuk n 0 u r ( n) 0, untuk n 0 4. Sinyal Exponential x(n) a n untuk setiap n 4 TKE-5205-BAB II
  • 6. apabila a bernilai kompleks maka a re j dimana r dan adalah parameter, selanjutnya x(n) menjadi: x(n) re j n r n (cos n j sin n) 2.1.2.1.2 Klasifikasi Sinyal Waktu Diskrit. Metode matematis yang digunakan untuk menganalisis sinyal dan sistem waktu diskrit tergantung dari karakteristik sinyal. Sinyal Waktu Diskrit diklasifikasikan sesuai dengan perbedaan karakteristiknya. Energi Sinyal dan Power Sinyal Energi E sinyal x(n) didefinisikan sebagai: 5 TKE-5205-BAB II
  • 7. 2 E x ( n) n Beberapa sinyal yang mempunyai energi tidak terbatas, mempunyai daya rata- rata terbatas. Daya rata-rata sinyal waktu diskrit x(n) adalah: 1 N P lim | x ( n) | 2 N 2N 1 n N Jika energi sinyal x(n) didefinisikan pada interval terbatas –N < n < N sebagai: N EN | x ( n) | 2 n N Dan energi sinyal dapat didefinisikan sebagai: E lim E N N Dan daya rata-rata sinyal x(n) adalah: 1 P lim EN N 2N 1 6 TKE-5205-BAB II
  • 8. Sinyal Periodik dan tidak Periodik Sinyal x(n) periodik dengan perioda N (N>0) jika dan hanya jika x(n+N) = x(n) untuk setiap n (2.1.15) Jika tidak ada nilai N yang memenuhi persamaan (2.1.15) sinyal dikatakan tidak periodik. Contoh: x(n) = Asin 2 f0n Sinyal di atas akan periodik apablia f0 bernilai rasional, ini berarti: k f0 N dimana k dan N adalah integer Energi sinyal periodik x(n) dalam satu perioda, 0 < n < N-1, finite apabila x(n) bernilai finite dalam perioda tersebut. Daya rata-rata dari sinyal periodik adalah finite dan nilainya sama dengan daya rata-rata pada satu perioda. Jadi power dari sinyal periodik dengan perioda N dan mempunyai nilai finite adalah: 7 TKE-5205-BAB II
  • 9. 1 N 1 P | x ( n) | 2 N n 0 Sinyal simetris (genap) dan tidak simetris (ganjil) Suatu sinyal berharga real x(n) disebut simetris (genap) jika: x(-n) = x(n) (2.1.17) sedangkan suatu sinyal disebut tidak simetris (ganjil) apabila: x(-n) = -x(n) (2.1.18) Jika x(n) adalah ganjil, maka x(0)=0 1 x e ( n) x ( n ) x ( n) 2 1 x o ( n) x ( n ) x ( n) 2 x(n) xe (n) xo (n) 8 TKE-5205-BAB II
  • 10. 2.1.3 Manipulasi sederhana Sinyal Waktu Diskrit Transformasi variable bebas (waktu) Sinyal x(n) bisa tergeser terhadap waktu dengan mengganti variable bebas n dengan n-k, dimana k adalah integer. Jika k adalah integer positif, maka sinyal x(n) akan terdelay sepanjang k unit waktu. 9 TKE-5205-BAB II
  • 11. 10 TKE-5205-BAB II
  • 12. Penambahan, perkalian, skala deret. 1. Skala amplituda suatu sinyal dilakukan dengan mengalikan suatu konstanta A dengan setiap nilai sinyal sample. Sehingga kita peroleh: y(n) = A x(n) - <n< (2.1.22) 2. Penjumlahan dua buah sinyal x1(n) dan x2(n) adalah sinyal y(n), dimana nilai dari setiap titik n pada y(n) adalah penjumlahan dari setiap titik n sinyal ke-n dari kedua sinyal tersebut. y(n) = x1(n) + x2(n) - <n< (2.1.23) 3. Perkalian dua buah sinyal didefinisikan sebagai perkalian antara sample ke-n pada kedua sinyal tersebut. y(n) = x1(n) x2(n) - <n< (2.1.24) 11 TKE-5205-BAB II
  • 13. 2.2 Sistem Waktu Diskrit Sistem waktu diskrit adalah suatu alat atau algoritma yang beroperasi pada pada sinyal waktu diskrit (input), menurut beberapa aturan yang dibuat, untuk menghasilkan sinyal waktu diskrit dengan bentuk lain (output atau respons) sistem tersebut. Secara umum dinyatakan: y(n) T x(n) dimana T adalah simbol trasformasi. 2. 2.2.1 Deskripsi Sistem Input-Output Menggunakan ekspresi matematis yang menjelaskan hubungan antara sinyal input dan output ( input-output relationship). Detail struktur di dalam sistem diabaikan. Cara untuk mengetahui sistem itu hanya dengan memberikan input dan melihat outputnya. 12 TKE-5205-BAB II
  • 14. T x(n) y(n) Contoh: tentukan respons sistem: | n |, -3 < n < 3 x ( n) 0, untuk nilai n yang lain dengan input sebagai berikut: (a) y(n) = x(n) (b) y(n) = x (n-1) (c) y(n) = x(n+1) (d) y(n) = 1/3 [x(n+1)+x(n)+x(n-1)] (e) y(n) =max {x(n+1),x(n), x(n-1)} 13 TKE-5205-BAB II
  • 15. n f) y ( n) k x(k ) x(n) x(n 1) x(n 2) ... Untuk beberapa contoh di atas, nilai y(n) tidak saja bergantung pada nilai x(n) tetapi tergantung juga pada nilai y sebelumnya. Salah satu contoh yang menerapkan sistem ini adalah accumulator. Hubungan input-output accumulator dapat dituliskan sebagai berikut: n n 1 y(n) x( k ) x(k ) x(n) k k = y(n-1) + x(n) Contoh : Sebuah accumulator, diberikan input x(n)=n u(n). Tentukan output, jika kondisinya sebagai berikut: n y(n) x( k ) a) y(-1) = 0 k b) y(-1) = 1 14 TKE-5205-BAB II
  • 16. 2.2.2 Representasi Diagram Block Sistem Waktu Diskrit Cara lain merepresentasikan Sistem Waktu Diskrit adalah menggunakan diagram blok. Blok-blok dasar untuk menggambarkannya adalah: Penjumlah (Adder ) Konstanta pengali Sinyal Pengali 15 TKE-5205-BAB II
  • 17. Elemen unit delay Elemen unit advance Gambarkan diagram block sinyal waktu diskrit menggunakan hubungan input-output dari : 1 1 1 y ( n) y(n 1) x ( n) x(n 1) 4 2 2 16 TKE-5205-BAB II
  • 18. 2.1. 2.2.3 Klasifikasi Sistem Waktu Diskrit Sistem Statik VS Sistem Dinamik Suatu sistem waktu diskrit dikatakan static (memoryless) jika output pada tiap n hanya tergantung pada sample input pada waktu yang sama. Suatu sistem waktu diskrit dikatakan dinamik (mempunyai memory) apabila output sistem waktu n ditentukan oleh sample input pada interval dari n-N sampai dengan N. Contoh: Sistem Statik y(n) = ax(n) y(n) = nx(n) + bx3(n) Sistem Dinamik y(n) = x(n) + 3x(n-1) 17 TKE-5205-BAB II
  • 19. n y ( n) x(n k ) k 0 Secara umum dua buah sistem ini didefinisikan sebagai: y(n) T x(n), n Sistem tidak berubah terhadap waktu (time-invariant) VS Sistem berubah terhadap waktu (tim-variant) Teorema: Suatu sistem T adalah time invariant atau shift invariant jika dan hanya jika T x ( n) y ( n) berlaku T x(n k ) y (n k ) 18 TKE-5205-BAB II
  • 20. Untuk setiap sinyal input x(n) dan setiap pergeseran waktu k. Untuk menentukan apakah suatu sistem time invariant diperlukan suatu test: 1. Beri masukan x(n) tertentu ke sistem yang menghasilkan output y(n). 2. Selanjutnya beri masukan x(n) tersebut tetapi dengan delay k, dan hitung kembali outputnya. 3. Selanjutnya apabila y(n,k) = y(n-k) untuk seluruh harga k yang mungkin, maka sistem tersebut adalah time invariant. Jika output , walaupun untuk satu nilai k, maka sistem tersebut adalah time variant. 19 TKE-5205-BAB II
  • 21. Tentukan apakah sistem-sistem tersebut time invariant atau time variant. 20 TKE-5205-BAB II
  • 22. Sistem Linier VS Nonlinier Sistem linier yaitu sistem yang secara umum memenuhi prinsip superposisi. Teorema: Suatu sistem dikatakan linier jika dan hanya jika berlaku: T a1 x1 (n) a2 x2 (n) a1T [ x1 (n)] a2T [ x2 (n)] (2.2.6) untuk setiap nilai x1(n) dan x2(n) sembarang dan a1 dan a2 sembarang. 21 TKE-5205-BAB II
  • 23. Representasi grafis prinsip Superposisi. T linier jika dan hanya jika y(n) = y’(n) Tentukan apakah sistem di bawah ini linier atau nonlinier: (a) y(n) = nx(n) (b) y(n) = x(n2) (c) y(n) = x2(n) (d) y(n) = A x(n) + B (e) y(n) = ex(n) Sistem Stabil dan tidak Stabil Teorema: Sistem sembarang disebut BIBO stabil jika dan hanya jika setiap input yang terbatas menghasilkan output yang terbatas pula. x(n) Mx y(n) My (2.2.7) Interkoneksi Sistem Waktu Diskrit Sistem Waktu diskrit dapat diinterkoneksikan menjadi suatu sistem yang lebih besar. Ada dua cara untuk mengkoneksikan, yaitu kaskade (seri) dan parallel, yang direpresentasikan seperti gambar di bawah ini. 22 TKE-5205-BAB II
  • 24. 23 TKE-5205-BAB II
  • 25. 2.3 2.3 Analisis Sistem Linear tidak Berubah terhadap Waktu (LTI) pada Waktu Diskrit Pada bagian terdahulu kita mengklasifikasikan sistem menurut beberapa karakteristik, property, atau kategori, yang disebut: linearitas, stabilitas, causality, time invariat (tidak berubah terhadap waktu). Pada bagian ini akan dibahas suatu kelas sistem, yang disebut sistem linear time invariant LTI (linier tidak berubah terhadap waktu). Sistem ini lebih mudah dianalisis pada domain waktu dengan menggunakan responnya berbentuk deret unit sample. Sinyal dapat dipecah dan diperlihatkan sebagai penjumlahan dari deret unit sample. Sebagai konsekuensi dari sifat linieritas dan time invariant dari sistem, maka respons sistem untuk input sinyal yang sembarang dapat diekspresikan dalam respons unit sample dari sistem. Bentuk umum ekspresi yang berhubungan dengan respons unit sample dari sistem dan sinyal input sembarang terhadap sinyal output disebut dengan penjumlahan konvolusi atau formula konvolusi. Dengan ini kita dapat menentukan output dari sistem linier, time invariant terhadap sembarang sinyal input. 24 TKE-5205-BAB II
  • 26. 2.3.1 Teknik Analisis Sistem Linier Ada dua metode untuk menganalisis sifat-sifat atau respons sistem linier terhadap input yang diberikan. Metode pertama berdasarkan pada solusi langsung persamaan input-output dari sistem, dalam bentuk umumnya adalah sebagai berikut: y(n) F y(n 1), y(n 2),...y(n N ), x(n), x(n 1),...,x(n M ) (2.3.1) dimana F[.]  menyatakan kumpulan fungsi untuk sistem LTI bentuk umum hubungan input-outputnya: N N y(n) ak y ( n k ) bk x(n k ) (2.3.2) k 1 k 1 ak dan bk parameter konstanta bebas. 25 TKE-5205-BAB II
  • 27. Metode kedua adalah membentuk sinyal input ke dalam penjumlahan sinyal elementer. Sinyal elementer dipilih sehingga respons sistem untuk setiap komponen sinyal mudah diperoleh. Dan dengan menggunakan sifat linieritas sistem, respons sistem terhadap sinyal elementer dijumlahkan untuk mendapatkan respons total sistem terhadap sinyal input yang diberikan. Misalnya x(n) dipecah ke dalam penjumlahan komponen {xk(n)} sinyal input, sehingga: x(n) ck k k (n) (2.3.3) k dimana {ck} adalah himpunan amplituda sinyal-sinyal x(n). Respons sistem terhadap komponen sinyal elementer xk(n) adalah yk(k), sehingga: yk (n) T xk (n) (2.3.4) Total respons dari input x(n) adalah: 26 TKE-5205-BAB II
  • 28. y(n) T x(n) T ck k k (n) k ck T xk (n) k ck yk (n) k 2.3.2 Penyelesaian Sinyal Waktu Diskrit dalam bentuk Impulse Misalnya kita memiliki sinyal x(n) sembarang yang akan kita pecah menjadi penjumlahan deret unit sample. sinyal elementernya adalah: xk (n) (n k ) (2.3.6) dimana k adalah delay deret unit sample. Untuk mengatasi sinyal x(n) sembarang yang mempunyai nilai tidak nol pada selang waktu tidak terbatas, maka himpunan impuls harus juga tidak terbatas. Contoh: Perkalian dua buah deret x(n) dan (n-k). δ(n k ) 0 kecuali n k Hasil perkalian kedua deret ini adalah sebuah deret yang mempunyai nilai 0 untuk tiap waktu kecuali pada n=k. x(n)δ(n k ) x(k )δ(n k ) (2.3.7) 27 TKE-5205-BAB II
  • 29. 28 TKE-5205-BAB II
  • 30. Kesimpulan: setiap perkalian sinyal x(n) dengan unit impulse pada satu delay waktu k, akan memberikan sebuah nilai x(k) sinyal x(n) pada delay dimana unit impulse tidak berharga 0. Jika perkalian ini diulang pada delay, - < k < , dan menjumlahkan seluruh deret perkalian, maka hasilnya adalah deret yang sama dengan x(n), yaitu: x ( n) x ( k )δ( n k ) k (2.3.8) Pada bagian kanan persamaan adalah pernjumlahan anggota yang jumlahnya tak terbatas deret unit sample dimana deret unit sample (n-k) mempunyai amplituda x(k). Jadi pada bagian kanan persamaan merupakan penyelesaian sinyal x(n) sembarang ke dalam bentuk penjumlahan deret unit sample. 29 TKE-5205-BAB II
  • 31. 2.3.3 Respons Sistem LTI untuk Input Sembarang: Penjumlahan konvolusi Respons sistem y(n,k) terhadap input deret unit sample pada n=k dinyatakan dengan h(n,k), - < k < , adalah: y(n, k ) h(n, k ) T δ(n k ) (2.3.9) n = indek waktu k = parameter yang menunjukkan lokasi input impulse. Jika impulse pada input diskalakan oleh , ck x(k ) respons sistem adalah output terskala sebagai berikut: ck h(n, k ) x(k )h(n, k ) (2.3.10) Selanjutnya, jika input adalah sinyal sembarang x(n) yang diekspresikan sebagai penjumlahan tak berhingga impulse, sebagai berikut: x ( n) x ( k )δ( n k ) (2.3.11) k Dan respons sistem terhadap x(n) adalah: y(n) T x(n Τ x( k ) ( n k ) (2.3.12) x(k )T (n k ) x(k )h(n, k ) 30 TKE-5205-BAB II
  • 32. Persamaan di atas sesuai dengan sifat superposisi sistem linier, dan disebut dengan penjumlahan superposisi. Persamaan (2.3.12) merupakan respons sistem linier terhadap deret input x(n) sembarang dan merupakan fungsi dari x(n) dan respons h(n,k) dari sistem terhadap unit impulse (n-k) untuk - < k < . Expresi pada persamaan (2.3.12) tidak berdasarkan property dari time-invariant, jadi dapat juga berlaku pada sistem time variant. Jika dilihat dari property time-invariant maka persamaan (2.3.12) perlu diadaptasikan lebih lanjut. Dalam kenyataannya respons sistem LTI terhadap deret unit sample (n) adalah h(n), dimana: h(n) T δ(n) (2.3.13) Dan berdasarkan sifat time-invariant respons sistem terhadap delay deret unit sample (n-k) adalah: h(n k ) T δ(n k ) (2.3.14) sehingga persamaan (2.3.12) menjadi: y ( n) x ( k ) h( n k ) (2.3.15) k Observasi terhadap sistem LTI secara lengkap dikarakteristikkan oleh fungsi satuan h(n), yang merupakan respons terhadap deret unit sample (n). 31 TKE-5205-BAB II
  • 33. Persamaan (2.3.15) yang menghasilkan respons y(n) dari sistem LTI sebagai fungsi dari sinyal input x(n) dan respons unit sample h(n) disebut dengan penjumlahan konvolusi. Dalam hal ini input x(n) dikonvolusikan dengan impulse respons h(n) untuk menghasilkan output y(n). Ada 2 prosedur untuk menghitung respons y(n) terhadap input x(n) dan respons impulse h(n) sistem , yaitu secara matematis dan secara grafis. Contoh: Pada n = n0, maka respons pada n= n0 adalah: y(n0 ) x(k )h(n0 k) (2.3.16) k Ada 4 tahap proses menghitung konvolusi antara x(k) dan h(k), yaitu: 1.Mencerminkan/membalik. Cerminkan h(k) terhadap titik k=0 sehingga menghasilkan h(-k) 2.Menggeser. Geser h(-k) sepanjang n0 ke kanan (ke kiri) jika n0 positif (negatif), untuk mendapatkan h(n0-k). 3.Perkalian. Kalikan x(k) dengan h(n0-k) untuk mendapatkan deret perkalian vn0(k) x(k)h(n0-k). 4.Penjumlahan. Jumlahkan seluruh nilai deret perkalian vn0(k) untuk mendapatkan harga output pada waktu n = n0. 32 TKE-5205-BAB II
  • 34. Untuk mendapatkan respons sistem pada selang waktu - < n < maka langkah 2 s.d. 4 diulang untuk seluruh pergeseran waktu - < n < yang mungkin. Contoh: Respons impuls dari suatu sistem LTI adalah: h(n) = {1,2,1,-1} Tentukan respons sistem untuk sinyal input: x(n) = {1,2,3,1} 33 TKE-5205-BAB II
  • 35. 34 TKE-5205-BAB II
  • 36. Tugas: 1. Tentukan dan gambarkan konvolusi y(n) dari sinyal: 1 n 0 n 6 x ( n) 3 0 untuk n yanglain 1 2 n 2 h( n) 0 untuk n yanglain a. Secara grafis b. Secara analitis 2. Hitung Konvolusi y(n) dari sinyal n 3 n 5 x(n) 0 untuk n yanglain 1 0 n 4 h( n) 0 untuk n yanglain a. Secara grafis b. Secara analitis 35 TKE-5205-BAB II
  • 37. 2.3.4 Properti Konvolusi dan Interkoneksi Sistem LTI Konvolusi: y ( n) x ( n) * h( n) x ( k ) h( n k ) k (2.3.17) y ( n) h( n) * x ( n) h( k ) x ( n k ) k (2.3.18) Sifat-sifat Konvolusi: 1. Hukum Komutatif x(n) * h(n) = h(n) * x(n) (2.3.19) 2. Asosiatif [x(n) * h1(n)] * h2(n) = x(n)*[ h1(n) * h2(n)] (2.3.20) 36 TKE-5205-BAB II
  • 38. Contoh Tentukan respons impulse dari 2 buah sistem LTI yang di-cascade yang mempunyai respons impulse: h1(n) = ½ n u(n) dan h2(n) = ¼ n u(n) 3. Distributif x(n)*[ h1(n) + h2(n)] = [x(n)* h1(n)] + [x(n)*h2(n)] (2.3.21) Penjumlahan 2 buah respons identik dengan respons sistem keseluruhan dengan impulse respons h(n) = h1(n) + h2(n) Sistem keseluruhan merupakan kombinasi paralel 2 buah sistem LTI. L h(n) h j (n) j 1 (2.3.22) 37 TKE-5205-BAB II
  • 39. 2.3.5 Sistem Kausal LTI Sistem Kausal: sebuah sistem dimana output pada waktu n tergantung hanya pada nilai sekarang dan nilai sebelumnya, tidak tergantung pada nilai yang akan datang. Misal n= n0 y(n0 ) x(k )h(n0 k) k Persamaan di atas dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama meliputi nilai input sekarang dan sebelumnya (x(n) untuk n < n0) , bagian kedua meliputi harga input yang akan datang (x(n) untuk n > n0). Maka: 1 y(n0 ) h(k )h(n0 k) h(k )h(n0 k) k 0 k =[h(0)x(n0) + h(1)x(n0-1) + h(2)x(n0--2) + …] + [h(-1)x(n0+1) + h(-2)x(n0+2) + …] Jika output pada waktu n= n0 hanya tergantung pada nilai input sekarang dan sebelumnya, maka jelaslah bahwa respons impulse sistem harus memenuhi kondisi: h(n) = 0 n < 0 (2.3.23) 38 TKE-5205-BAB II
  • 40. Karena h(n) adalah respons sistem LTI terhadap unit impulse pada n = 0, ini berarti h(n) = 0 untuk n < 0 merupakan kondisi yang perlu dan cukup untuk kausalitas. Kesimpulan: Sistem LTI kausal jika dan hanya jika responsnya berharga 0 untuk n < 0. Persamaan konvolusi untuk sistem kausal LTI n y(n) h( k ) x ( n k ) x ( k ) h( n k ) (2.3.24) k 0 k Kausalitas diperlukan pada aplikasi pemrosesan sinyal real-time. 2.3.6 Stabilitas Sistem LTI Sistem sembarang disebut stabil BIBO jika dan hanya jika deret output y(n) terbatas untuk setiap input, x(n), terbatas. Jika x(n) terbatas, terdapat konstanta Mx, dimana: |x(n)| < Mx < Begitu juga dengan output, jika output terbatas, terdapat konstant, My, dimana: |y(n)| < My < Jika kita buat harga mutlak persamaan konvolusi di kedua sisinya: n y(n) h( k ) x ( n k ) x ( k ) h( n k ) k 0 k Harga mutlak penjumlahan suatu fungsi selalu kurang dari atau sama dengan penjumlahan dari harga mutlak fungsi tersebut. 39 TKE-5205-BAB II
  • 41. y(n) x(k ) h(n k ) k Jika input terbatas, terdapat sejumlah Mx dimana |x(n)| < Mx. Dengan mensubstitusikan nilai tertinggi x(n), maka: y(n) Mx h(n k ) k maka output akan terbatas jika: Sh h(k ) (2.3.24) Sistem LTI: stabil jika impulse responsnya dapat dijumlahkan. Kondisi ini bukan hanya cukup, tetapi juga perlu untuk memastikan kestabilan sistem. 40 TKE-5205-BAB II
  • 42. 2.3.6 Sistem dengan Respons Impulse Terbatas dan tak Terbatas Sistem LTI berdasarkan respons impulsenya dibagi menjadi 2, yaitu Finite impulse response (FIR) dan Infinite Impulse Response (IIR). FIR M 1 y ( n) h( k ) x ( n k ) k 0 (2.3.25) IIR y ( n) h( k ) x ( n k ) k 0 (2.3.26) 41 TKE-5205-BAB II
  • 43. 2.4 Implementasi Sistem Waktu Diskrit 2.4.1 Struktur Realisasi Sistem LTI Sistem orde-1 y(n) a1 y(n 1) b0 ( x) b1 x(n 1) (2.4.1) Dapat dilihat menjadi 2 buah sistem LTI yang dikaskade v(n) = b0x(n)+ b1x(n-1) (2.4.2) y(n) = -a1y(n-1)+v(n) (2.4.3) Direalisasikan pada gambar (a) yang disebut dengan Struktur Direct form I Atau dapat diubah menjadi: w(n) = b0w(n)+ x(n) (2.4.4) y(n) = b0w(n)+ b1w(n-1) (2.4.5) Direalisasikan pada gambar (b) dan (c), disebut dengan struktur Direct Form II Secara umum struktur Direct Form I dapat dibentuk dari persamaan: N M y(n) a k y (n k ) b x x( n k ) (2.4.6) k 1 k 0 42 TKE-5205-BAB II
  • 44. M (2.4.7) v(n) bk x(n k ) k 0 dan sistem rekursifnya: N y(n) ak y(n k ) v(n) (2.4.8) k 1 43 TKE-5205-BAB II
  • 45. M w(n) ak w(n k ) x(n) (2.4.9) nonrekursif k 0 M y(n) bk w(n k ) (2.4.10) k 0 Sistem orde-2 diperoleh dengan memasukan N=M=2 pada persamaan (2.4.6): y(n) a1 y(n 1) a2 y(n 2) b0 x(n) b1 x(n 1) b2 x(n 2) (2.4.11) Struktur Direct Form II dapat dilihat pada gambar (a) Jika a1 =a2 = 0 maka: y(n) b0 x(n) b1 x(n 1) b2 x(n 2) (2.4.12) Dapat dilihat pada gambar (b) Jika b1 =b2 = 0 maka: y(n) a1 y(n 1) a1y (n 2) b0 x(n) (2.4.13) Dapat dilihat pada gambar (c) 44 TKE-5205-BAB II
  • 46. 2.4.1 Realisasi Sistem FIR Rekursif dan Nonrekursif y(n) F y(n 1),..., y(n N ), x(n),..., x(n M ) N M y(n) ak y (n k ) bk x(n k ) k 1 k 0 y(n) F x(n),..., x(n 1),..., x(n M ) M y(n) bx x(n k ) k 0 1 M y ( n) x( n k ) M 1k 0 1 h(n) 0 n M M 1 1 M 1 y(n) x( n 1 k ) x(n) x(n 1 M ) M 1k 0 M 1 1 y(n 1) x ( n) x ( n 1 M ) M 1 Realisasi Nonrekursif sistem moving average FIR Realisasi rekursif sistem moving average FIR 45 TKE-5205-BAB II
  • 47. Download slide di http://rumah-belajar.org TKE-5205-BAB II