SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 6
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Nama: Melina Hadera
     NIM : 1110096000025

                                    POLIMER EMULSI
      Polimer emulsi merupakan salah satu jenis dari polimerisasi radikal yang
melibatkan air, monomer, inisiator dan surfaktan. Jenis yang paling banyak ditemui
adalah polimer emulsi dengan tipe minyak dalam air. Pada polimerisasi emulsi
monomer merupakan sistem minyak dan surfaktan sebagai emulsifier dalam fasa air,
sedangkan reaksi polimerisasi akan terjadi di dalam misel-misel surfaktan di dalam
air. Polimer emulsi sering diaplikasikan dalam bidang industri. Misalnya, cat, kertas
coatings, bahan perekat dan pewarna kain. Polimerisasi emulsi juga sering
digunakan agar mendapatkan persen konversi yang tinggi. Selain itu, produk emulsi
tersebut dapat lansung digunakan tanpa dipisahkan dari pelarut air sebagai medium
pendispersi.
2.1      Komponen dalam Polimerisasi Emulsi
      Di dalam proses polimerisasi emulsi terdapat empat komponen utama yang
mutlak diperlukan, yaitu monomer, air, surfaktan inisiator dan komponen tambahan
lain yang diperlukan, misalnya KOH.
       2.1.1    Monomer
       Monomer merupakan molekul yang sederhana yang dapat berikatan secara
kimia dengan monomer sejenis atau berbeda jenis membentuk polimer. Monomer
ester metakrilat merupakan kelompok monomer dengan struktur kimia yang secara
utama ditentukan oleh R-sebagai gugus samping. Struktur fisika dan kimia suatu
polimer ditentukan oleh gugus R, berat molekul dan taktisitas. Monomer metakrilat
berbeda dengan jenis akrilat, karena mempunyai gugus metil pada posisi α dari
gugus vinil.
        Tabel 2.1 menunjukkan spesifikasi




         2.1.2 Air
         Fungsi air pada polimerisasi emulsi adalah sebagai medium dispersi yang
dapat menyerap dan menyebarkan panas yang timbul dari reaksi eksoterm yang
terjadi. Penggunaan air dalam polimerisasi emulsi ini biasanya berkisar antara 35-
65%. Air yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik agar tidak mengganggu
proses polimerisasi, misalnya air demineral.
         2.1.3 Surfaktan
         Surface active agent atau surfaktan merupakan salah satu zat yang sangat
penting dalam polimer emulsi. Surfaktan dapat memiliki beberapa fungsi yaitu
sebagai tempat terjadinya reaksi polimerisasi dan menstabilkan partikel polimer yang
tumbuh[1].Surfaktan sendiri merupakan suatu zat dengan struktur yang terdiri dari dua
bagian yaitu bagian liofilik (suka pelarut) dan liofobik (tidak suka pelarut). Dalam hal
pelarut air, bagian liofilik yang bersifat polar disebut gugus hidrofilik sedangkan
bagian liofobik yang nonpolar disebut hidrofobik.
        Berdasarkan gugus hidrofiliknya, surfaktan dibagi menjadi empat yaitu:
        Surfaktan anionik, memiliki gugus hidrofilik yang bermuatan negatif.
Contohnya : gugus-gugus karboksilat, sulfat, sulfonat dan fosfat.
        Surfaktan kationik, gugus hidrofiliknya bermuatan positif. Contohnya :
garam-garam ammonium kuarterner rantai panjang.
        Surfaktan zwiterionik, memiliki gugus hidrofilik yang bermuatan positif
maupun negatif. Contohnya : asam amino rantai panjang.
        Surfaktan nonionik, gugus hidrofiliknya tidak mempunyai muatan.
Contohnya: dodesil alkohol etoksilat.

   2.1.4 Inisiator
       Inisiator merupakan sumber radikal bebas dalam polimerisasi emulsi. Inisiator
berperan menginisiasi terjadinya reaksi polimerisasi adisi monomer- monomer untuk
membentuk polimer[18]. Pada penelitian kali ini digunakan inisiator ammonium
persulfat. Radikal sulfat akan terbentuk akibat suhu. Hal ini sangat terkait dengan laju
dekomposisi inisiator APS menjadi radikal bebas dispesifikasikan sebagai waktu
paruh. Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan larutan inisiator pada suhu
tertentu untuk mencapai setengah dari konsentrasi awal. Penurunan konsentrasi ini
diperoleh melalui cara dekomposisi termal.
Gambar 2.6 menunjukkan struktur ammonium persulfat




        2.2     Sifat Polimer Emulsi

  2.2.1   Polidispersitas
      Proses polimerisasi emulsi melibatkan dua fasa cair, dan menghasilkan fasa
padat yang terdispersi dalam media cair. Maka dari itu, polimer emulsi mempunyai
ukuran partikel yang beragam. Distribusi ukuran partikel polimer dibagi menjadi
polimodal (polidisperse) dan monomodal (monodispers). Polimer dengan distribusi
polimodal mempunyai ukuran partikel yang bervariasi dengan perbedaan cukup
besar. Distribusi ukuran partikel yang dihasilkan akan melebar, atau mempunyai
banyak puncak kurva distribusi.
  2.2.2     Viskositas
      Viskositas pada polimer emulsi menunjukkan kekentalan dan kemampuan
emulsi dalam mengalir. Polimer yang bercabang akan lebih kental dibandingkan
dengan polimer rantai lurus dengan berat molekul yang sama. Polimer yang
berukuran kecil akan memiliki nilai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
polimer yang berukuran besar. Penentuan viskositas berhubungan erat dengan gaya
gesek (friction) dengan spindle.

2.3       Teknik Polimerisasi Emulsi
        Polimerisasi emulsi menggunakan campuran dengan komponen air,
surfaktan,     monomer      dan      inisiator   sehingga     bagaimana       teknik
pencampurankomponen-komponen tersebut akan sangat berpengaruh terhadap
produk polimer yang dihasilkan. Oleh karena itu di dalam polimerisasi emulsi dikenal
empat macam teknik yaitu batch, seeding, kontinu dan semikontinu.
        2.3.1 Teknik Batch
        Pada teknik ini semua komponen yang diperlukan dalam reaksi polimerisasi
dicampurkan pada awal reaksi. Kelebihan dari polimerisasi cara ini adalah
sederhana dan menghasilkan polimer dengan berat molekul tinggi. Sedangkan
kekurangannya, polimer yang dihasilkan memiliki ukuran yang tidak seragam
(polidispers).
2.3.2 Teknik Seeding
        Pada polimerisasi emulsi dengan teknik seeding, sebagian air, monomer dan
surfaktan dimasukkan ke dalam reaktor kemudian dilakukan penambahan inisiator
secara langsung (shot). Setelah semua inisiator selesai ditambahkan, dilakukan
feeding sisa air, monomer dan surfaktan. Keunggulan dari polimerisasi cara ini
adalah dapat menghasilkan ukuran partikel yang relatif besar.
2.3.3 Teknik Kontinu
             Teknik polimerisasi secara kontinu adalah teknik dimana semua
komponen yang terlibat dalam proses polimerisasi ditambahkan bersamaan secara
terus-menerus. Teknik ini memiliki keunggulan dalam pengontrolan suhu karena
monomer           yang        ditambahkan          sedikit      demi         sedikit.
2.3.4 Teknik Semikontinu
        Pada teknik semikontinu, sebagian air dan surfaktan dicampurkan dan
kemudian dimasukkan ke dalam reaktor. Selanjutnya ke dalam campuran yang
disebut initial charge ini dimasukkan pre-emulsi monomer dan larutan inisiator
secara terus-menerus ditambahkan sampai habis. Teknik semikontinu merupakan
teknik polimerisasi yang paling banyak digunakan di industri polimer khususnya
yang menghasilkan partikel polimer bergugus fungsi[21].
   2.4      Mekanisme Polimerisasi Emulsi
        Smith dan Ewart pada tahun 1940 menjelaskan kemungkinan terjadinya
polimerisasi emulsi[22]. Teori Smith dan Ewart untuk mekanisme radikal bebas
polimerisasi emulsi diikuti oleh tahap berikut ini :
   Interval I, 0 – 10% konversi. dimana terdapat empat macam keadaan. Keadaan
tersebut yaitu monomer di dalam misel, monomer di dalam droplet, monomer di
dalam partikel polimer dan sejumlah partikel polimer yang sedang tumbuh.
   Interval II, 10 – 50% konversi dimana tidak lagi terdapat miselar surfaktan,
masih terdapat monomer droplet, monomer di dalam partikel polimer dan terdapat
jumlah partikel yang konstan.
   Interval III, 50 – 90% konversi dimana tidak lagi terdapat monomer droplet,
masih terdapat monomer di dalam partikel polimer dan akan terjadi terminasi lebih
lanjut[23].
        Teori ini hanya menjelaskan untuk monomer yang bersifat non polar. Untuk
monomer yang sedikit polar, seperti metil metakrilat dan vinil asetat, terjadinya
polimerisasi di luar misel dapat saja terjadi[22]. Pada polimerisasi emulsi, akan
terjadi perubahan berat molekul. Hal ini dikarenakan konsentrasi terdapatnya
pertumbuhan rantai polimer.
Keunggulan polimerisasi emulsi adalah :
1. Pengendalian mudah : viskositas massa reaksi jauh lebih kecil ketimbang
larutan dengan konsentrasi yang sebanding; air menambah kapasitas panas;
dan massa reaksi dapat direfluks.
2. Dengan menggunakan konsentrasi sabun yang tinggi dan konsentrasi bibit
yang rendah, akan diperoleh sekaligus laju polimerisasi dan panjang rata-rata
rantai yang tinggi.
3. Produk lateks sering dapat langsung digunakan, juga dapat jadi bahan
pembantu untuk mendapatkan senyawa-senyawa yang seragam melalui master-
hatching.
4. Ukuran partikel lateks yang kecil akan menurunkan jumlah residu monomer.
Kekurangan polimerisasi emulsi antara lain:
1. Sulit untuk memperoleh polimer yang mumi. Permukaan partikel-partikel
kecil yang sangat luas memberikan ruang yang sangat besar bagi zat-zat
pengotor yang teradsorpsi meliputi penarikan air oleh sisa sabun, yang
dalam jumlah sangat kecilpun dapat menimbulkan masalah.
2. Diperlukan teknologi untuk mengambil polimer padat.
3. Air dalam massa reaksi menurunkan yield per volume reaktor.
POLIMERISASI SUSPENSI

       Polimerisasi suspensi terjadi dalam monomer droplet (>1µm). Dalam
polimerisasi suspensi ini, digunakan inisiator, monomer dan polimer yang tidak
larut dalam pelarut yang biasanya adalah air. Jika proses ini dikontrol dengan
baik, maka akan diperoleh polimer dalam bentuk butiran. Pemisahan polimer ini
biasanya dengan filtrasi. Kelebihan utamanya adalah transfer panasnya sangat
efisien.
       Karakteristik penting dari sistem ini adalah, suspensi yang terbentuk tidak
stabil secara termodinamik dan harus dijaga dengan pengadukan dan dengan
menambahkan bahan pensuspensi. Umpan yang biasa digunakan dapat terdiri dari:




        Dalam proses ini digunakan dua jenis bahan pensuspensi. Suatu keloid
pelindung (protective colloid) merupakan polimer yang larut dalam air dan berfungsi
meningkatkan viskositas fasa air (continuous water phase). Koloid ini secara
hidrodinamika menghalangi penggabungan tetesan monomer; tetapi bersifat inert
terhadap reaksi polimerisasi. Garam anorganik halus seperti MgCO3 juga digunakan.
Garam ini akan terkumpul pada bidang antar-muka tetesan monomer-air karena
pengaruh tegangan permukaan, dan mencegah penggabungan tetesan yang dapat
terjadi akibat tumbukan. Untuk menjaga kestabilan sistem, kadang-kadang juga
digunakan suatu larutan penyangga pH (buffer).
        Fasa monomer tersuspensi di dalam air pada perbandingan volum sekitar %
monomer/air. Reaktor dibersihkan (purge) dengan nitrogen kemudian dipanaskan
untuk memulai reaksi. Pada reaksi berlangsung pengendalian temperatur dalam
reaktor dimudahkan dengan tambahan kapasitas panas dari air, dan viskositas massa
reaksi yang rendah - terutama fasa yang kontinu – yang memungkinkan pemindahan
panas melalui suatu jaket.
        Ukuran manik-manik tergantung pada tingkat pengadukan, sifat dasar
monomer, dan sistem suspensi. Pada saat konversi 20% -70% , pengadukan menjadi
sangat panting. Pada saat konversi di bawah 20% fasa organik masih cukup cair untuk
kembali terdispersi, den diatas 70%, partikel-partikel menjadi cukup kaku sehingga
dapat mencegah penggumpalan, tetapi jika pengadukan terhenti atau berkurang
diantara kedua batas konversi itu, partikel-partikel yang lengket akan bergabung atau
menggumpal menjadi gumpalan massa yang cukup besar dan manik-manik yang
terbentuk pun akan lebih besar. Lagi-lagi menurut Schildknecht, "Suatu polimerisasi
yang tak terkendali dan menghasilkan gumpalan polimer yang besar seperti itu,
mungkin memerlukan bor bertekanan udara atau alat pertambangan yang lain untuk
menyelamatkan peralatan polimerisasi".
keloid pelindung atau dibilas dengan asam encer untuk mengurangi MgCO3. Manik-
manik itu sangat mudah ditangani pada saat masih basah, tetapi cenderung menaikkan
muatan statis pada saat kering, sehingga cenderung saling lengket ataupun menempel
pada benda-benda lain.Manik-manik itu dapat dicetak langsung, diekstrusi dan
dicacah untuk membentuk "bubuk" bahan cetakan, atau digunakan sebagai resin
penukar ion atau bahan pembuat cangkir-cangkir busa polystiren dan gabus
penyangga kemasan.
        Resin-resin penukar ion pada dasarnya merupakan manik-manik hasil suspensi
dari sambung-silang polistiren yang diperoleh dengan polimerisasi menggunakan
sedikit divinil benzen, yang kemudian diolah secara kimiawi untuk mendapatkan
fungsi yang dibutuhkan.
        Untuk mengurangi tahanan perpindahan massa dalam proses penukaran ion,
suatu pelarut inert dapat ditambahkan ke dalam fasa suspensi organik. Pada saat
polimerisasi selesai, pelarut tersebut dipisahkan, menyisakan manik-manik yang
sangat berpori, sehingga memiliki permukaan internal sangat luas (macro reticular).
Manik-manik busalgabus merupakan polistiren linier yang mengandung bahan-bahan
inert penghembus cairan (inert liquid blowing agents), biasanya pentan. Pentan
tersebut dapat ditambahkan ke dalam monomer bahan polimerisasi, tetapi yang lebih
umum adalah menambahkannya ke dalam reaktor setelah polimerisasi, agar
teradsorpsi oleh manik-manik polystiren. Bila dipertemukan dengan kukus dalm suatu
cetakan, manik-manik itu menjadi lunak dan berbusa, serta mengembang karena
bahan penghembus yang menguap, sehingga terbentuk cangkir-cangkir gabus maupun
benda-benda gabus (foam) yang lain.
Keunggulan utama dari polimerisasi suspensi adalah :
1. Pemindahan diperoleh dalam bentuk yang mudah dilakukan.
2. Polimer diperoleh dalam bentuk yang mudah ditangani dan seringkali dapat
langsung digunakan.
Kekurangannya antara lain:
1. Yield per volum reaktor rendah.
2. Polimer yang dihasilkan sedikit kurang murni dibandingkan dengan hasil
polimerisasi curah, karena sisa-sisa bahan pensuspensi yang teradsorpsi di
permukaan partikel.
3. Polimerisasi tidak dapat dilaksanakan secara kontinu menggunakan beberapa
faktor batch secara berurutan.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Was ist angesagt? (20)

IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
 
2. Polimer dan Proses Polimerisasi.pptx
2. Polimer dan Proses Polimerisasi.pptx2. Polimer dan Proses Polimerisasi.pptx
2. Polimer dan Proses Polimerisasi.pptx
 
Industri minyak nabati
Industri minyak nabatiIndustri minyak nabati
Industri minyak nabati
 
Laporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamLaporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikam
 
Minyak kedelai
Minyak kedelaiMinyak kedelai
Minyak kedelai
 
laporan ekstrasi cair cair
laporan ekstrasi cair cairlaporan ekstrasi cair cair
laporan ekstrasi cair cair
 
EKSTRAKSI
EKSTRAKSIEKSTRAKSI
EKSTRAKSI
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gas
 
Mikroemulsi dan nanoemulsi
Mikroemulsi dan nanoemulsiMikroemulsi dan nanoemulsi
Mikroemulsi dan nanoemulsi
 
9. teknologi-surfaktan
9. teknologi-surfaktan9. teknologi-surfaktan
9. teknologi-surfaktan
 
Katalis
KatalisKatalis
Katalis
 
Asam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaAsam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannya
 
Uji Konsentrasi Enzim
Uji Konsentrasi EnzimUji Konsentrasi Enzim
Uji Konsentrasi Enzim
 
Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramik
 
8. karet
8. karet8. karet
8. karet
 
Presentasi Karet
Presentasi KaretPresentasi Karet
Presentasi Karet
 
Material Teknik Polimer
Material Teknik PolimerMaterial Teknik Polimer
Material Teknik Polimer
 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abu
 
Polimer
PolimerPolimer
Polimer
 
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"
 

Andere mochten auch

2 the kinetic of emulsion polymerisation
2 the kinetic of emulsion polymerisation2 the kinetic of emulsion polymerisation
2 the kinetic of emulsion polymerisationAdzagaAnton
 
Catalogo infissi in alluminio e pvc profinagency
Catalogo infissi in alluminio e pvc profinagencyCatalogo infissi in alluminio e pvc profinagency
Catalogo infissi in alluminio e pvc profinagencyProgettieFinanza
 
As persoas temos dereito a
As persoas temos dereito aAs persoas temos dereito a
As persoas temos dereito amarcendon
 
Integration Frustration? Five strategies to succeed with multichannel fundrai...
Integration Frustration? Five strategies to succeed with multichannel fundrai...Integration Frustration? Five strategies to succeed with multichannel fundrai...
Integration Frustration? Five strategies to succeed with multichannel fundrai...Change.org for Organizations
 
A socialización diferencial
A socialización diferencialA socialización diferencial
A socialización diferencialmarcendon
 
Interaksi zarah partikel bermuatan dengan bahan
Interaksi zarah partikel bermuatan dengan bahanInteraksi zarah partikel bermuatan dengan bahan
Interaksi zarah partikel bermuatan dengan bahanSaudurma Sihotang
 
"САМ" ОПРФ 18.03.2014
"САМ" ОПРФ 18.03.2014"САМ" ОПРФ 18.03.2014
"САМ" ОПРФ 18.03.2014Bolshakova Dasha
 
Tempo April 2015
Tempo April 2015Tempo April 2015
Tempo April 2015Tempoplanet
 
Kothe - International Society of Nutritional Psychiatry - 2014
Kothe - International Society of Nutritional Psychiatry - 2014Kothe - International Society of Nutritional Psychiatry - 2014
Kothe - International Society of Nutritional Psychiatry - 2014Emily Kothe
 
SNS - CP June 2015 - July 27, 2015
SNS - CP June 2015 - July 27, 2015SNS - CP June 2015 - July 27, 2015
SNS - CP June 2015 - July 27, 2015Madhuri Lele
 
Proyecto institucional
Proyecto institucionalProyecto institucional
Proyecto institucionaldianaaramburo
 
Михаил Александрович Шолохов
Михаил Александрович ШолоховМихаил Александрович Шолохов
Михаил Александрович Шолоховzubiizub
 

Andere mochten auch (19)

2 the kinetic of emulsion polymerisation
2 the kinetic of emulsion polymerisation2 the kinetic of emulsion polymerisation
2 the kinetic of emulsion polymerisation
 
Tru presentation
Tru presentationTru presentation
Tru presentation
 
The Seasons
The SeasonsThe Seasons
The Seasons
 
Catalogo infissi in alluminio e pvc profinagency
Catalogo infissi in alluminio e pvc profinagencyCatalogo infissi in alluminio e pvc profinagency
Catalogo infissi in alluminio e pvc profinagency
 
As persoas temos dereito a
As persoas temos dereito aAs persoas temos dereito a
As persoas temos dereito a
 
Facebook 101
Facebook 101Facebook 101
Facebook 101
 
Voor Frans Heitling
Voor Frans HeitlingVoor Frans Heitling
Voor Frans Heitling
 
Sendal pijat - sandal terapi kaki
Sendal pijat - sandal terapi kakiSendal pijat - sandal terapi kaki
Sendal pijat - sandal terapi kaki
 
Spectrum (1)
Spectrum (1)Spectrum (1)
Spectrum (1)
 
Integration Frustration? Five strategies to succeed with multichannel fundrai...
Integration Frustration? Five strategies to succeed with multichannel fundrai...Integration Frustration? Five strategies to succeed with multichannel fundrai...
Integration Frustration? Five strategies to succeed with multichannel fundrai...
 
A socialización diferencial
A socialización diferencialA socialización diferencial
A socialización diferencial
 
Interaksi zarah partikel bermuatan dengan bahan
Interaksi zarah partikel bermuatan dengan bahanInteraksi zarah partikel bermuatan dengan bahan
Interaksi zarah partikel bermuatan dengan bahan
 
"САМ" ОПРФ 18.03.2014
"САМ" ОПРФ 18.03.2014"САМ" ОПРФ 18.03.2014
"САМ" ОПРФ 18.03.2014
 
Nat 03
Nat 03Nat 03
Nat 03
 
Tempo April 2015
Tempo April 2015Tempo April 2015
Tempo April 2015
 
Kothe - International Society of Nutritional Psychiatry - 2014
Kothe - International Society of Nutritional Psychiatry - 2014Kothe - International Society of Nutritional Psychiatry - 2014
Kothe - International Society of Nutritional Psychiatry - 2014
 
SNS - CP June 2015 - July 27, 2015
SNS - CP June 2015 - July 27, 2015SNS - CP June 2015 - July 27, 2015
SNS - CP June 2015 - July 27, 2015
 
Proyecto institucional
Proyecto institucionalProyecto institucional
Proyecto institucional
 
Михаил Александрович Шолохов
Михаил Александрович ШолоховМихаил Александрович Шолохов
Михаил Александрович Шолохов
 

Ähnlich wie Polimer emulsi

polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Skripsi ringkas leni
Skripsi ringkas leniSkripsi ringkas leni
Skripsi ringkas leniQurrota Ayun
 
Bab vi urea formaldehid
Bab vi urea formaldehidBab vi urea formaldehid
Bab vi urea formaldehidFarid Zakariya
 
Petunjuk Praktikum Urea Formaldehid 2024.pptx
Petunjuk Praktikum  Urea Formaldehid 2024.pptxPetunjuk Praktikum  Urea Formaldehid 2024.pptx
Petunjuk Praktikum Urea Formaldehid 2024.pptxHarymsl Msl
 
Solusi pengolahan AIR LIMBAH TAMBANG
Solusi pengolahan AIR LIMBAH TAMBANGSolusi pengolahan AIR LIMBAH TAMBANG
Solusi pengolahan AIR LIMBAH TAMBANGJoySofhy
 
Green and Pink Doodle Hand drawn Science Project Presentation.pptx
Green and Pink Doodle Hand drawn Science Project Presentation.pptxGreen and Pink Doodle Hand drawn Science Project Presentation.pptx
Green and Pink Doodle Hand drawn Science Project Presentation.pptxAhmadBayu15
 
Supllier chemical reserve osmosis
Supllier chemical reserve osmosisSupllier chemical reserve osmosis
Supllier chemical reserve osmosisigoy nerazzurri
 
Pembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooPembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooNur Rasmi
 
Reverse Osmosis/ RO (By. Putri Widyawati Nur Adimah)
Reverse Osmosis/ RO (By. Putri Widyawati Nur Adimah)Reverse Osmosis/ RO (By. Putri Widyawati Nur Adimah)
Reverse Osmosis/ RO (By. Putri Widyawati Nur Adimah)Luhur Moekti Prayogo
 
Bab i distilasi sederhana
Bab i distilasi sederhanaBab i distilasi sederhana
Bab i distilasi sederhanaAnis Riswati
 
P pt emulsi unsiq
P pt emulsi unsiqP pt emulsi unsiq
P pt emulsi unsiqtuciel88
 
Pengolahan air minum
Pengolahan air minumPengolahan air minum
Pengolahan air minumCahya Nugraha
 

Ähnlich wie Polimer emulsi (20)

polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Skripsi ringkas leni
Skripsi ringkas leniSkripsi ringkas leni
Skripsi ringkas leni
 
Surfaktan
SurfaktanSurfaktan
Surfaktan
 
Laporan praktikum urea formaldehid
Laporan praktikum urea formaldehidLaporan praktikum urea formaldehid
Laporan praktikum urea formaldehid
 
Bab vi urea formaldehid
Bab vi urea formaldehidBab vi urea formaldehid
Bab vi urea formaldehid
 
emulsi.pptx
emulsi.pptxemulsi.pptx
emulsi.pptx
 
Petunjuk Praktikum Urea Formaldehid 2024.pptx
Petunjuk Praktikum  Urea Formaldehid 2024.pptxPetunjuk Praktikum  Urea Formaldehid 2024.pptx
Petunjuk Praktikum Urea Formaldehid 2024.pptx
 
Catalog wwtp
Catalog wwtpCatalog wwtp
Catalog wwtp
 
Catalog wwtp
Catalog wwtpCatalog wwtp
Catalog wwtp
 
Solusi pengolahan AIR LIMBAH TAMBANG
Solusi pengolahan AIR LIMBAH TAMBANGSolusi pengolahan AIR LIMBAH TAMBANG
Solusi pengolahan AIR LIMBAH TAMBANG
 
Green and Pink Doodle Hand drawn Science Project Presentation.pptx
Green and Pink Doodle Hand drawn Science Project Presentation.pptxGreen and Pink Doodle Hand drawn Science Project Presentation.pptx
Green and Pink Doodle Hand drawn Science Project Presentation.pptx
 
Supllier chemical reserve osmosis
Supllier chemical reserve osmosisSupllier chemical reserve osmosis
Supllier chemical reserve osmosis
 
Pembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooPembuatan Shampoo
Pembuatan Shampoo
 
Reverse Osmosis/ RO (By. Putri Widyawati Nur Adimah)
Reverse Osmosis/ RO (By. Putri Widyawati Nur Adimah)Reverse Osmosis/ RO (By. Putri Widyawati Nur Adimah)
Reverse Osmosis/ RO (By. Putri Widyawati Nur Adimah)
 
Bab i distilasi sederhana
Bab i distilasi sederhanaBab i distilasi sederhana
Bab i distilasi sederhana
 
P pt emulsi unsiq
P pt emulsi unsiqP pt emulsi unsiq
P pt emulsi unsiq
 
Pengolahan air minum
Pengolahan air minumPengolahan air minum
Pengolahan air minum
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Kimia fisika
Kimia fisikaKimia fisika
Kimia fisika
 

Polimer emulsi

  • 1. Nama: Melina Hadera NIM : 1110096000025 POLIMER EMULSI Polimer emulsi merupakan salah satu jenis dari polimerisasi radikal yang melibatkan air, monomer, inisiator dan surfaktan. Jenis yang paling banyak ditemui adalah polimer emulsi dengan tipe minyak dalam air. Pada polimerisasi emulsi monomer merupakan sistem minyak dan surfaktan sebagai emulsifier dalam fasa air, sedangkan reaksi polimerisasi akan terjadi di dalam misel-misel surfaktan di dalam air. Polimer emulsi sering diaplikasikan dalam bidang industri. Misalnya, cat, kertas coatings, bahan perekat dan pewarna kain. Polimerisasi emulsi juga sering digunakan agar mendapatkan persen konversi yang tinggi. Selain itu, produk emulsi tersebut dapat lansung digunakan tanpa dipisahkan dari pelarut air sebagai medium pendispersi. 2.1 Komponen dalam Polimerisasi Emulsi Di dalam proses polimerisasi emulsi terdapat empat komponen utama yang mutlak diperlukan, yaitu monomer, air, surfaktan inisiator dan komponen tambahan lain yang diperlukan, misalnya KOH. 2.1.1 Monomer Monomer merupakan molekul yang sederhana yang dapat berikatan secara kimia dengan monomer sejenis atau berbeda jenis membentuk polimer. Monomer ester metakrilat merupakan kelompok monomer dengan struktur kimia yang secara utama ditentukan oleh R-sebagai gugus samping. Struktur fisika dan kimia suatu polimer ditentukan oleh gugus R, berat molekul dan taktisitas. Monomer metakrilat berbeda dengan jenis akrilat, karena mempunyai gugus metil pada posisi α dari gugus vinil. Tabel 2.1 menunjukkan spesifikasi 2.1.2 Air Fungsi air pada polimerisasi emulsi adalah sebagai medium dispersi yang dapat menyerap dan menyebarkan panas yang timbul dari reaksi eksoterm yang terjadi. Penggunaan air dalam polimerisasi emulsi ini biasanya berkisar antara 35- 65%. Air yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik agar tidak mengganggu proses polimerisasi, misalnya air demineral. 2.1.3 Surfaktan Surface active agent atau surfaktan merupakan salah satu zat yang sangat penting dalam polimer emulsi. Surfaktan dapat memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai tempat terjadinya reaksi polimerisasi dan menstabilkan partikel polimer yang
  • 2. tumbuh[1].Surfaktan sendiri merupakan suatu zat dengan struktur yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian liofilik (suka pelarut) dan liofobik (tidak suka pelarut). Dalam hal pelarut air, bagian liofilik yang bersifat polar disebut gugus hidrofilik sedangkan bagian liofobik yang nonpolar disebut hidrofobik. Berdasarkan gugus hidrofiliknya, surfaktan dibagi menjadi empat yaitu: Surfaktan anionik, memiliki gugus hidrofilik yang bermuatan negatif. Contohnya : gugus-gugus karboksilat, sulfat, sulfonat dan fosfat. Surfaktan kationik, gugus hidrofiliknya bermuatan positif. Contohnya : garam-garam ammonium kuarterner rantai panjang. Surfaktan zwiterionik, memiliki gugus hidrofilik yang bermuatan positif maupun negatif. Contohnya : asam amino rantai panjang. Surfaktan nonionik, gugus hidrofiliknya tidak mempunyai muatan. Contohnya: dodesil alkohol etoksilat. 2.1.4 Inisiator Inisiator merupakan sumber radikal bebas dalam polimerisasi emulsi. Inisiator berperan menginisiasi terjadinya reaksi polimerisasi adisi monomer- monomer untuk membentuk polimer[18]. Pada penelitian kali ini digunakan inisiator ammonium persulfat. Radikal sulfat akan terbentuk akibat suhu. Hal ini sangat terkait dengan laju dekomposisi inisiator APS menjadi radikal bebas dispesifikasikan sebagai waktu paruh. Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan larutan inisiator pada suhu tertentu untuk mencapai setengah dari konsentrasi awal. Penurunan konsentrasi ini diperoleh melalui cara dekomposisi termal. Gambar 2.6 menunjukkan struktur ammonium persulfat 2.2 Sifat Polimer Emulsi 2.2.1 Polidispersitas Proses polimerisasi emulsi melibatkan dua fasa cair, dan menghasilkan fasa padat yang terdispersi dalam media cair. Maka dari itu, polimer emulsi mempunyai ukuran partikel yang beragam. Distribusi ukuran partikel polimer dibagi menjadi polimodal (polidisperse) dan monomodal (monodispers). Polimer dengan distribusi
  • 3. polimodal mempunyai ukuran partikel yang bervariasi dengan perbedaan cukup besar. Distribusi ukuran partikel yang dihasilkan akan melebar, atau mempunyai banyak puncak kurva distribusi. 2.2.2 Viskositas Viskositas pada polimer emulsi menunjukkan kekentalan dan kemampuan emulsi dalam mengalir. Polimer yang bercabang akan lebih kental dibandingkan dengan polimer rantai lurus dengan berat molekul yang sama. Polimer yang berukuran kecil akan memiliki nilai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan polimer yang berukuran besar. Penentuan viskositas berhubungan erat dengan gaya gesek (friction) dengan spindle. 2.3 Teknik Polimerisasi Emulsi Polimerisasi emulsi menggunakan campuran dengan komponen air, surfaktan, monomer dan inisiator sehingga bagaimana teknik pencampurankomponen-komponen tersebut akan sangat berpengaruh terhadap produk polimer yang dihasilkan. Oleh karena itu di dalam polimerisasi emulsi dikenal empat macam teknik yaitu batch, seeding, kontinu dan semikontinu. 2.3.1 Teknik Batch Pada teknik ini semua komponen yang diperlukan dalam reaksi polimerisasi dicampurkan pada awal reaksi. Kelebihan dari polimerisasi cara ini adalah sederhana dan menghasilkan polimer dengan berat molekul tinggi. Sedangkan kekurangannya, polimer yang dihasilkan memiliki ukuran yang tidak seragam (polidispers). 2.3.2 Teknik Seeding Pada polimerisasi emulsi dengan teknik seeding, sebagian air, monomer dan surfaktan dimasukkan ke dalam reaktor kemudian dilakukan penambahan inisiator secara langsung (shot). Setelah semua inisiator selesai ditambahkan, dilakukan feeding sisa air, monomer dan surfaktan. Keunggulan dari polimerisasi cara ini adalah dapat menghasilkan ukuran partikel yang relatif besar. 2.3.3 Teknik Kontinu Teknik polimerisasi secara kontinu adalah teknik dimana semua komponen yang terlibat dalam proses polimerisasi ditambahkan bersamaan secara terus-menerus. Teknik ini memiliki keunggulan dalam pengontrolan suhu karena monomer yang ditambahkan sedikit demi sedikit.
  • 4. 2.3.4 Teknik Semikontinu Pada teknik semikontinu, sebagian air dan surfaktan dicampurkan dan kemudian dimasukkan ke dalam reaktor. Selanjutnya ke dalam campuran yang disebut initial charge ini dimasukkan pre-emulsi monomer dan larutan inisiator secara terus-menerus ditambahkan sampai habis. Teknik semikontinu merupakan teknik polimerisasi yang paling banyak digunakan di industri polimer khususnya yang menghasilkan partikel polimer bergugus fungsi[21]. 2.4 Mekanisme Polimerisasi Emulsi Smith dan Ewart pada tahun 1940 menjelaskan kemungkinan terjadinya polimerisasi emulsi[22]. Teori Smith dan Ewart untuk mekanisme radikal bebas polimerisasi emulsi diikuti oleh tahap berikut ini : Interval I, 0 – 10% konversi. dimana terdapat empat macam keadaan. Keadaan tersebut yaitu monomer di dalam misel, monomer di dalam droplet, monomer di dalam partikel polimer dan sejumlah partikel polimer yang sedang tumbuh. Interval II, 10 – 50% konversi dimana tidak lagi terdapat miselar surfaktan, masih terdapat monomer droplet, monomer di dalam partikel polimer dan terdapat jumlah partikel yang konstan. Interval III, 50 – 90% konversi dimana tidak lagi terdapat monomer droplet, masih terdapat monomer di dalam partikel polimer dan akan terjadi terminasi lebih lanjut[23]. Teori ini hanya menjelaskan untuk monomer yang bersifat non polar. Untuk monomer yang sedikit polar, seperti metil metakrilat dan vinil asetat, terjadinya polimerisasi di luar misel dapat saja terjadi[22]. Pada polimerisasi emulsi, akan terjadi perubahan berat molekul. Hal ini dikarenakan konsentrasi terdapatnya pertumbuhan rantai polimer. Keunggulan polimerisasi emulsi adalah : 1. Pengendalian mudah : viskositas massa reaksi jauh lebih kecil ketimbang larutan dengan konsentrasi yang sebanding; air menambah kapasitas panas; dan massa reaksi dapat direfluks. 2. Dengan menggunakan konsentrasi sabun yang tinggi dan konsentrasi bibit yang rendah, akan diperoleh sekaligus laju polimerisasi dan panjang rata-rata rantai yang tinggi. 3. Produk lateks sering dapat langsung digunakan, juga dapat jadi bahan pembantu untuk mendapatkan senyawa-senyawa yang seragam melalui master- hatching. 4. Ukuran partikel lateks yang kecil akan menurunkan jumlah residu monomer. Kekurangan polimerisasi emulsi antara lain: 1. Sulit untuk memperoleh polimer yang mumi. Permukaan partikel-partikel kecil yang sangat luas memberikan ruang yang sangat besar bagi zat-zat pengotor yang teradsorpsi meliputi penarikan air oleh sisa sabun, yang dalam jumlah sangat kecilpun dapat menimbulkan masalah. 2. Diperlukan teknologi untuk mengambil polimer padat. 3. Air dalam massa reaksi menurunkan yield per volume reaktor.
  • 5. POLIMERISASI SUSPENSI Polimerisasi suspensi terjadi dalam monomer droplet (>1µm). Dalam polimerisasi suspensi ini, digunakan inisiator, monomer dan polimer yang tidak larut dalam pelarut yang biasanya adalah air. Jika proses ini dikontrol dengan baik, maka akan diperoleh polimer dalam bentuk butiran. Pemisahan polimer ini biasanya dengan filtrasi. Kelebihan utamanya adalah transfer panasnya sangat efisien. Karakteristik penting dari sistem ini adalah, suspensi yang terbentuk tidak stabil secara termodinamik dan harus dijaga dengan pengadukan dan dengan menambahkan bahan pensuspensi. Umpan yang biasa digunakan dapat terdiri dari: Dalam proses ini digunakan dua jenis bahan pensuspensi. Suatu keloid pelindung (protective colloid) merupakan polimer yang larut dalam air dan berfungsi meningkatkan viskositas fasa air (continuous water phase). Koloid ini secara hidrodinamika menghalangi penggabungan tetesan monomer; tetapi bersifat inert terhadap reaksi polimerisasi. Garam anorganik halus seperti MgCO3 juga digunakan. Garam ini akan terkumpul pada bidang antar-muka tetesan monomer-air karena pengaruh tegangan permukaan, dan mencegah penggabungan tetesan yang dapat terjadi akibat tumbukan. Untuk menjaga kestabilan sistem, kadang-kadang juga digunakan suatu larutan penyangga pH (buffer). Fasa monomer tersuspensi di dalam air pada perbandingan volum sekitar % monomer/air. Reaktor dibersihkan (purge) dengan nitrogen kemudian dipanaskan untuk memulai reaksi. Pada reaksi berlangsung pengendalian temperatur dalam reaktor dimudahkan dengan tambahan kapasitas panas dari air, dan viskositas massa reaksi yang rendah - terutama fasa yang kontinu – yang memungkinkan pemindahan panas melalui suatu jaket. Ukuran manik-manik tergantung pada tingkat pengadukan, sifat dasar monomer, dan sistem suspensi. Pada saat konversi 20% -70% , pengadukan menjadi sangat panting. Pada saat konversi di bawah 20% fasa organik masih cukup cair untuk kembali terdispersi, den diatas 70%, partikel-partikel menjadi cukup kaku sehingga dapat mencegah penggumpalan, tetapi jika pengadukan terhenti atau berkurang diantara kedua batas konversi itu, partikel-partikel yang lengket akan bergabung atau menggumpal menjadi gumpalan massa yang cukup besar dan manik-manik yang terbentuk pun akan lebih besar. Lagi-lagi menurut Schildknecht, "Suatu polimerisasi yang tak terkendali dan menghasilkan gumpalan polimer yang besar seperti itu, mungkin memerlukan bor bertekanan udara atau alat pertambangan yang lain untuk
  • 6. menyelamatkan peralatan polimerisasi". keloid pelindung atau dibilas dengan asam encer untuk mengurangi MgCO3. Manik- manik itu sangat mudah ditangani pada saat masih basah, tetapi cenderung menaikkan muatan statis pada saat kering, sehingga cenderung saling lengket ataupun menempel pada benda-benda lain.Manik-manik itu dapat dicetak langsung, diekstrusi dan dicacah untuk membentuk "bubuk" bahan cetakan, atau digunakan sebagai resin penukar ion atau bahan pembuat cangkir-cangkir busa polystiren dan gabus penyangga kemasan. Resin-resin penukar ion pada dasarnya merupakan manik-manik hasil suspensi dari sambung-silang polistiren yang diperoleh dengan polimerisasi menggunakan sedikit divinil benzen, yang kemudian diolah secara kimiawi untuk mendapatkan fungsi yang dibutuhkan. Untuk mengurangi tahanan perpindahan massa dalam proses penukaran ion, suatu pelarut inert dapat ditambahkan ke dalam fasa suspensi organik. Pada saat polimerisasi selesai, pelarut tersebut dipisahkan, menyisakan manik-manik yang sangat berpori, sehingga memiliki permukaan internal sangat luas (macro reticular). Manik-manik busalgabus merupakan polistiren linier yang mengandung bahan-bahan inert penghembus cairan (inert liquid blowing agents), biasanya pentan. Pentan tersebut dapat ditambahkan ke dalam monomer bahan polimerisasi, tetapi yang lebih umum adalah menambahkannya ke dalam reaktor setelah polimerisasi, agar teradsorpsi oleh manik-manik polystiren. Bila dipertemukan dengan kukus dalm suatu cetakan, manik-manik itu menjadi lunak dan berbusa, serta mengembang karena bahan penghembus yang menguap, sehingga terbentuk cangkir-cangkir gabus maupun benda-benda gabus (foam) yang lain. Keunggulan utama dari polimerisasi suspensi adalah : 1. Pemindahan diperoleh dalam bentuk yang mudah dilakukan. 2. Polimer diperoleh dalam bentuk yang mudah ditangani dan seringkali dapat langsung digunakan. Kekurangannya antara lain: 1. Yield per volum reaktor rendah. 2. Polimer yang dihasilkan sedikit kurang murni dibandingkan dengan hasil polimerisasi curah, karena sisa-sisa bahan pensuspensi yang teradsorpsi di permukaan partikel. 3. Polimerisasi tidak dapat dilaksanakan secara kontinu menggunakan beberapa faktor batch secara berurutan.