Makalah ini membahas tentang akhlak dalam Islam. Terdiri dari 6 bab yang membahas pengertian akhlak, perbedaan dengan moral dan etika, akhlak terhadap Allah, terhadap makhluk, lingkungan hidup, dan faktor-faktor yang memperkuat akhlak.
1. Makalah Individu
Akhlak
Disusun untuk Memenuhi Tugas Agama Islam sebagai UK 4
Dosen Pengampu : Drs. Imam Suyanto, M.Pd.
Disusun Oleh
Nama : Rosiana Nur Fazri
NIM : K7113188
Kelas : 1/B
No.Urut : 9
PROGRAM STUDI S1 PGSD KAMPUS KEBUMEN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena atas nikmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyusun makalah dengan judul “Akhlak”. Tujuan ditulisnya makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama Islam sebagai UK 4.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Ayah dan Ibunda tercinta, yang selalu memberikan doa kepada penulis.
2. Drs. Imam Suyanto, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Agama Islam.
3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak” begitu juga dengan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari para
pembaca demi perbaikan dan peningkatan makalah ini di masa mendatang.
Kebumen, 1 Januari 2014
Rosiana Nur Fazri
3. iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak dan Ruang Lingkupnya ................................... 3
B. Perbedaan Akhlak dengan Moral dan Etika................................... 6
C. Akhlak terhadap Allah .................................................................. 6
D. Akhlak terhadap Makhluk.............................................................. 9
E. Akhlak terhadap Lingkungan Hidup.............................................. 15
F. Faktor-Faktor yang Memperkuat Akhlak....................................... 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 21
B. Saran............................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
Kebumen, 2 Januari 2014
Rosiana Nur Fazri
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhlak merupakan salah satu pondasi dasar ajaran islam yang memiliki
kedudukan yang penting. Akhlak merupakan hasil dari proses implementasi aqidah
dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari kita. Akhlak yang baik akan terwujud
apabila kita memiliki aqidah dan syariah yang baik.
Kajian tentang akhlak memiliki tujuan untuk memberikan pemahaman yang
baik tentang akhlak Islam (moral knowing), ruang lingkupnya, dan komitmen
(moral feeling) untuk dapat menerapkan akhlak yang mulia dalam kehidupan
sehari-hari(moral action). Dengan akhlak yang baik, diharapkan kita dapat
memiliki sikap, moral, etika, dan karakter keagamaan yang baik yang dapat
dijadikan bekal untuk menjalani kehidupan di tengah masyarakat dengan bidang
ilmunya masing-masing.
Oleh karena itu, penulis menyusun makalah dengan judul Akhlak ini sebagai
salah satu bahan kajian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat ditarik beberapa
rumusan masalah:
1. Apa pengertian akhlak dan ruang lingkupnya?
2. Apa perbedaan akhlak dengan moral dan etika?
3. Apa dan bagaimana akhlak terhadap Allah?
4. Apa dan bagaimana akhlak terhadap makhluk?
5. Apa dan bagaimana akhlak terhadap lingkungan hidup?
6. Apa sajakah faktor-faktor yang memperkuat akhlak?
5. 2
C. Tujuan
Makalah ini disusun untuk mengetahui:
1. Pengertian akhlak dan ruang lingkupnya.
2. Perbedaan akhlak dengan moral dan etika.
3. Akhlak terhadap Allah.
4. Akhlak terhadap makhluk.
5. Akhlak terhadap lingkungan hidup.
6. Faktor-faktor yang memperkuat akhlak.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak dan Ruang Lingkupnya
Akhlak yakni keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang melahirkan
perbuatan yang mungkin baik maupun buruk.
Kata akhlak yang berasal dari bahasa Arab al-akhlaq (yang berarti tabiat,
perangai, dan kebiasaan) banyak ditemukan dalam hadis Nabi saw.
Salah satunya adalah:
Artinya:
“Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku
hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.(HR. Ahmad).
Sedangkan dalam al-Quran hanya ditemukan bentuk tunggal dari akhlaq yaitu
khuluq (QS. al-Qalam 68: 4).
Artinya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(QS. al-
Qalam 68: 4).
7. 4
Akhlak menempati posisi
yang sangat penting dalam Islam.
Akhlak merupakan pohon Islam
yang berakarkan akidah,
bercabangkan dahan dan
berdaunkan syariah.
Akhlak dibagi menjadi dua:
1. Akhlak terhadap Al – Khaliq (Allah).
2. Akhlak terhadap semua makhluk (ciptaan Allah).
Akhlak manusia itu bermacam-macam, seperti yang dikemukakan dalam al-
Qur’an:
Artinya:
“Sesungguhnya usaha kamu hai manusia, pasti amat beragam.”(QS. al- Lail 92: 4).
Baik dan buruk akhlak manusia sangat tergantung pada tata nilai yang dijadikan
pedoman. Abul A’la al-Maududi membagi sistem moralitas menjadi dua yaitu:
Pertama, sistem moral yang berdasar kepada kepercayaan kepada Tuhan dan
kehidupan setelah mati.
Kedua, sistem moral yang tidak mempercayai Tuhan dan timbul dari sumber-
sumber sekuler (al-Maududi, 1971: 9).
Sistem moral yang berdasar pada gagasan keimanan pada Tuhan dan akhirat
dapat ditemukan pada sistem moral Islam. Hal ini karena Islam menghendaki
8. 5
dikembangkannya al-akhlaq al-karimah yang pola perilakunya dilandasi dan
mewujudkan nilai Iman, Islam, dan Ihsan. Iman sebagai al-quwwah al-dakhiliyyah,
kekuatan dari dalam yang membimbing orang terus bermuraqabah (mendekatkan
diri kepada Tuhan) dan muhasabah terhadap perbuatan yang akan, sedang, dan
sudah dikerjakan. Dan ubudiyah adalah merupakan jalan untuk merealisasikan
tujuan akhlak. Cara pertama untuk merealisasikan akhlak bahkan hanya dengan
mengikatkan jiwa dengan ukuran-ukuran peribadatan kepada Allah. Akhlak tidak
nampak dalam perilaku tanpa mengikuti aturan- aturan yang ditetapkan oleh Allah
Swt. (Hawa, 1977: 72).
Sedangkan sistem moral yang kedua adalah sistem yang dibuat atau hasil
pemikiran manusia (secular moral philosophies), dengan mendasarkan pada
sumber-sumber sekuler, baik itu murni dari hukum yang ada dalam kehidupan,
intuisi manusia, pengalaman, maupun akhlak manusia (Faisal Ismail, 1998: 181).
Sistem moral ini merupakan topik pembicaraan para filosof yang sering menjadi
masalah penting bagi manusia, sebab sering terjadi perbedaan pendapat mengenai
ketetapan baik dan buruknya perilaku, sehingga muncullah berbagai aturan perilaku
dengan ketetapan ukuran baik buruk yang berbeda. Sebagai contoh aturan
Hedonisme menekankan pada kebahagiaan, kenikmatan, dan kelezatan hidup
duniawi. Aliran intuisi menggunakan kekuatan batiniyah sebagai tolok ukur yang
kebenarannya bersifat nisbi menurut Islam. Aliran adat kebiasan memegangi adat
kebiasaan yang sudah dipraktekkan oleh kelompok masyarakat tanpa menilai dari
sumber nilai universal (al-Quran).
Akhlak yang baik disebut akhlak mahmudah (akhlak terpuji) yaitu perbuatan
baik terhadap Allah, sesama manusia dan makhluk lainnya, seperti pemaaf,
penyantun, dermawan, sabar, rohmah (kasih sayang), lemah lembut dan lainnya.
Akhlak yang buruk disebut akhlak madzmumah (akhlak tercela) yaitu perbuatan
buruk terhadap Allah, sesama manusia dan makhluk lainnya, seperti: pendendam,
kikir, keras hati, pemarah dan lainnya.
9. 6
B. Perbedaan Akhlak dengan Moral dan Etika
Akhlak berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya dapat dilihat dari
sumber yang menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.
Moral artinya ajaran tentang baik dan buruk yang diterima umum, mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, dan akhlak.
Sedangkan, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta
tentang kewajiban moral dan akhlak.
C. Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah meliputi:
1. Mencintai Allah melebihi cinta kepada apapun dan siapapun
Kita harus menomorsatukan Allah SWT, segala yang kita lakukan seyogyanya
harus karena Allah dan semata-mata untuk memperoleh keridhaan-Nya.
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa, dan dorongan hati yang
menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada yang dicintainya dengan penuh
semangat dan kasih sayang. Bagi seorang mukmin sejati cinta pertama dan utama
adalah cinta kepada Allah swt. Allah lebih dicintai dari segalanya.
Dengan cinta kita mendapatkan ridhaNya dan dengan bersikap ridha
terhadap apa yang Allah swt berikan/tentukan kita mengharapkan cintaNya.
2. Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya
Untuk membuktikan bahwa kita cinta kepada Allah SWT adalah dengan cara
melaksanakan perintah dan larangan-Nya.
10. 7
3. Mengharapkan keridhaan Allah
Ridha adalah menerima dengan sepenuh hati tanpa penolakan sedikitpun segala
sesuatu yang datang dari Allah swt, baik berupa perintah, larangan, ataupun
petunjuk-petunjuk-Nya dengan senang hati.
4. Mensyukuri nikmat dan karunia Allah
Dengan mensyukuri nikmat dan karunianya kita dapat menjalani hidup dengan
ikhlas dan percaya terhadap takdir Allah. Syukur yaitu memuji sang pemberi
nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukurnya seorang hamba berkisar
atas tiga hal, yang jika ketiganya tidak berkumpul maka tidaklah dinamakan syukur.
Tiga hal itu yaitu mengakui nikmat dalam batin, membicaraknnya secara lahir, dan
menjadikannya sebagai sarana taat kepada Allah.
5. Memohon dan bertaubat hanya kepada Allah
Memohon ampun dan bertaubat hanya kepada Allah SWT. Seseorang disebut
telah bertobat dengan baik jika seseorang tersebut benar-benar merasa berdosa,
bertaubat dan tidak mengulang kembali kesalahannya serta selalu tertib
melaksanakan perinta Allah. Taubat yang demikian disebut Taubat Nasuha.
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai
dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah,
etika kita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam “kelupaan” sehingga
berbuat kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah
SWT. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalamQS. Ali Imran 3 : 135:
11. 8
Artinya:
”Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain
Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itusedang mereka
mengetahui.”
6. Tawakal kepada Allah
Adalah membebaskan diri dari segala kebergantungan kepada selain Allah dan
menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepadanya. Allah berfirman dalam
surah Hud: 123,
Artinya :
”Dan kepunyaan Allah lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya
lah dikembalikan urusan- urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan
bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali- kali Tuhanmu tidah lalai dari apa yang
kamu kerjakan.”
Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal ( ikhtiar ).
Tidaklah dinamai tawakal kalau hanya pasrah menunggu nasib sambil berpangku
tangan tanpa melakukan apa- apa.
12. 9
D. Akhlak terhadap Makhluk
Akhlak terhadap makhluk diantaranya:
1. Akhlak terhadap Rosulullah
Akhlak ini dapat diwujudkan dengan cara mencintai Rasulullah, senantiasa
bershalawat untuk Rasulullah, dan menjadikannya tauladan yang dengan otomatis
membuat kita mengikuti segala anjuran dan sunnah beliau serta tidak melanggar
apa yang sudah dilarangnya.
Rosululullah merupakan suritauladan yang baik, seperti yang ada dalam firman
Allah:
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab 33: 21)
2. Akhlak terhadap Orang tua
Akhlak kepada orang tua yaitu dengan cara berbuat baik kepada orang tua, yang
meliputi tidak membantah perintah orang tua, tidak membentak, harus berkata
dengan perkataan yang mulia, harus merendahkan hati di hadapan orang tua, dan
mendoakannya.
Lebih bertambah umur kedua orang tua, hendaknya lebih diperhatikan oleh
anak – anaknya.
Hal diatas sesuai dengan Firman Allah dalam Qs. Al – Isra: 23:
13. 10
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.”
Diperintahkan kepada setiap anak agar selalu merendahkan diri kepada kedua
orang tua dengan penuh kasih sayang dan mendoakannya, sesuai dengan firman
Allah dalam QS. Al – Isra : 24,
Artinya:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
Disunahkan agar tetap berbuat baik kepada kedus orang tua walaupun keduanya
atau salah satunya telah meninggal yaitu dengan :
1) Mendo’akan rahmat bagi keduanya
2) Memohon ampun atas dosa – dosa keduanya
14. 11
3)Melaksanakan janjinya yang belum dilaksanakan
4)Menyambung shillaturrahmi kepada sahabat – sahabat orang tua.
(hal diatas sesuai dengan HR.Abu Daud )
3. Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri dapat diwujudkan dengan cara memelihara
kesucian diri misalnya dengan menutup aurat, berkata jujur dan berperilaku adil
pada diri sendiri dan orang lain, selalu mengerjakan sesuatu dengan ikhlas, malu
untuk berbuat jahat, dan menghindari perasaan iri, dan dendam.
Beberapa contoh penyakit hati yang perlu dihindari:
a. Dengki, Orang pendengki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan
apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan
terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: "Abu
Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "hati-hatilah
pada kedengkian karena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang
melahap minyak." (H.R. Abu Dawud)
b. Munafik, Orang munafik adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa yang
mereka ucapkan tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya.
Adapun tanda-tanda orang munafik ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits,
yaitu:
عنه هللا رضي هريرة ابي عنقال:قالالمنافقين "ايت صلعم هللا رسول
خان اؤتمن وإذا أخلف وعد وإذا كذب حدث إذا ,ثالث
Dari Abu hurairah r.a. Rasulullah berkata: " tanda-tanda orang munafik ada tiga,
jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat
ia berkhianat." (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa'i)
15. 12
4. Akhlak terhadap keluarga karib kerabat
Akhlak terhadap keluarga karib kerabat diimplementasikan dengan cara
membangun kasih sayang dalam keluarga, selalu melaksanakan kewajiban dan
mendapatkan hak yang semestinya, dan senantiasa menjaga silaturahmi dengan
anggota keluarga.
Sabda Rosululullah:
(َيْرَْكمْ َيْرَْكمْ َهَلَهِ، وأنا َيْرَْكمْ ألَلَهِ)
"Sebaik-baik kalian adalah orang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah
yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku." (HR. Tirmidzi)
Banyak manusia -sangat disayangkan sekali- terkadang berakhlak baik terhadap
orang lain, akan tetapi ia tidak berakhlak baik terhadap keluarganya. Ini merupakan
kesalahan yang sangat fatal dan keterbalikan dari hakekat sebenarnya (sebagaimana
yang dikatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam). Karena bagaimana
mungkin engkau berakhlak baik bersama orang yang jauh (kekerabatannya), dan
engkau berakhlak buruk bersama kerabat sendiri? Kadang seseorang menjawab:
Karena kerabat dekat mereka dapat dipercaya.
5. Akhlak terhadap tetangga
Akhlak terhadap tetangga dapat diwujudkan dengan cara menjaga silaturahmi,
menghindari permusuhan dan perselisihan, saling menghargai dan menghormati,
tolong menolong, dan tenggang rasa.
Berbuat baik kepada tetangga juga menjadi perhatian serius dalam ajaran Islam.
Perhatikan firman Allah Ta’ala:
ِبُنُجْال ِارَجْال َو ىَب ْرُقْال ِيذ ِارَجْال َو ِينِكاَسَمْال َو ىَمَاتَيْال َو ىَب ْرُقْال ِيذِب َو اًناَسْحِإ ِْنيَدِلا َوْالِب َو
ْمُكُناَمْيَأ ْتَكَلَم اَم َو ِليِبَّسال ِْنبا َو ِبْنَجْالِب ِب ِاحَّصال َو
16. 13
Artinya :
“…Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,.” (An-Nisa:36)
Nabi SAW dalam beberapa hadits mengingatkan kita agar selalu berbuat baik
kepada tetangga, di antaranya adalah:
Ibnu Umar dan Aisyah ra berkata keduanya, “Jibril selalu menasihatiku untuk
berlaku dermawan terhadap para tetangga, hingga rasanya aku ingin memasukkan
tetangga-tetangga tersebut ke dalam kelompok ahli waris seorang muslim”. (H.R.
Bukhari-Muslim)
Abu Dzarr ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hai Abu Dzarr jika
engkau memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya, dan perhatikan (bagilah)
tetanggamu (H.R. Muslim)
Abu Hurairah berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Demi Allah tidak beriman,
demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Ditanya: Siapa ya Rasulullah?
Jawab Nabi, “Ialah orang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya” (H.R.
Bukhari-Muslim)
Abu Hurairah berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Siapa yang beriman kepada
Allah dan hari Akhir hendaklah memuliakan tetangganya. (H.R. Bukhari-Muslim)
Hak-hak ketetanggaan tidak ditujukan bagi tetangga kalangan muslim saja. Tentu
saja tetangga yang muslim mempunyai hak tambahan lain lagi yaitu juga sebagai
saudara (ukhuwah Islamiyah). Tetapi dalam hubungan dengan hak-hak
ketetanggaan semuanya sejajar:
17. 14
Berbuat baik dan memuliakan tetangga adalah pilar terciptanya kehidupan sosial
yang harmonis. Apabila seluruh kaum muslimin menerapkan perintah Allah Taala
dan Nabi SAW ini, sudah barang tentu tidak akan pernah terjadi kerusuhan, tawuran
ataupun konflik di kampung-kampung dan di desa-desa.
Beberapa kiat praktis memuliakan tetangga adalah:
a. Sering bertegur sapa, tanyailah keadaan kesehatan mereka.
b. Berikanlah kepada mereka sebagian makanan
c. Berikan oleh-oleh buat mereka, apabila kita bepergian jauh.
d. Bantulah mereka apabila sedang mengalami musibah ataupun
menyelenggarakan hajatan.
e. Berikanlah anak-anak mereka sesuatu yang menyenangkan, berupa makanan
ataupun mainan.
f. Sesekali undanglah mereka makan bersama di rumah.
g. Berikanlah hadiah kaset, buku bacaan yang mendorong mereka untuk lebih
memahami Islam.
h. Ajaklah mereka sesekali ke dalam suatu acara pengajian atau majelis ta’lim,
atau pergilah bersama memenuhi suatu undangan walimah (apabila mereka juga
diundang)
6. Akhlak terhadap masyarakat
Akhlak kepada masyarakat dapat diwujudkan dengan cara menghormati nilai
dan norma yang ada, memuliakan tamu, menolong dalam kebaikan, menepati janji,
membantu para fakir miskin, bermusyawarah guna mencapai mufakat, dan
mencegah terjadinya perbuatan jahat (munkar).
7. Akhlak terhadap umat
Umat muslim yang ada di dunia ini terdapat berjuta-juta jiwa, kita sebagai
sesama muslim harus saling mendoakan untuk keselamatan dan iman dimanapun
mereka berada.
18. 15
E. Akhlak terhadap Lingkungan Hidup
Akhlak terhadap bukan manusia, Antara lain:
1. Memelihara kelestarian lingkungan hidup
Kita harus mau dan mampu menjaga kelestarian lingkungan hidup karena
sejatinya kita diturunkan kebumi ini dengan amanah sebagai khalifah di bumi.
Allah SWT memilih manusia untuk mengelola bumi dengan segala isinya
karena kelebihan manusia dan kehendak Allah SWT yang tidak dimiliki oleh
makhluk lain, yakni kecerdasan yang dimilikinya.
Artinya :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S Al- Baqarah
3 : 30).
Kita dapat mengimplementasikan akhlak terhadap lingkungan hidup khususnya
melestarikan alam dengan cara:
a. Berpartisipasi dalam Program Hijau
Program hijau semakin banyak variasinya. Banyaknya acara tersebut sudah
seharusnya bukan sekedar acara sensasional atau seremonial tanpa makna, namun
19. 16
lebih dari itu. Acara –acara tersebut perlu penghayatan, sebab aktifitas tanpa
penghayatan tidak akan efektif. Setiap individu mestinya dapat memilih dari
berbagai program hijau yang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik dirinya.
Ibu rumah tangga dapat melaksanakan program hijau dari aktifitas di rumah tangga
seperti pengelolaan sampah rumah tangga, Pak Sopir dapat berpartisipasi dengan
membatasi emisi kendaraan bermotornya, pengelola super market perlu mengganti
kantong plastik dengan kantong yang dapat didaur ulang, dan lain sebagainya. Jika
setiap profesi melaksanakan program hijau sesuai dengankarakteristik profesi yang
dijalaninya maka akhlak yang baik lingkungan akan terbentuk bermula dari akhlak
yang baik profesi.
b. Program Reward and Punishment
Akhlak yang baik terhadap lingkungan juga dapat dibentuk melalui program
rewardand punishment. Pemerintah dapat memberi reward kepada siapa saja yang
berprestasi dalam menjaga kelestarian lingkungan, dan program ini telah
dilaksanakan. Namun program punishment terhadap siapa saja yang melakukan
aktifitas yang dapat atau berpotensi merusak lingkungan belum dilakukan dengan
tegas
Bahkan yang jelas-jelas melakukan pengrusakan secara besar-besaran
seringkali kasusnya mengambang dan jelas karena dikalahkan oleh agenda politik.
Hukuman yang tidak tegas sangat menghambat program akhlak yang baik
lingkungan. Terwujudnya akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah modal
utama dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.
2. Memanfaatkan alam:
Kita dapat memanfaatkan alam yang bersumber dari :
a. Hewan
b. Nabati
c. Fauna dan Flora
20. 17
Dengan cara yang bijak kita dapat memanfaatkan alam dengan baik sekaligus
melestarikannya sehingga kita tidak merugikan alam yang telah memberikan
banyak hal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Kita sebagai umat Islam harus sadar untuk memelihara kelestarian lingkungan
hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, flora
danfauna yang sengaja diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia dan tidak
perlu merusaknya.
Artinya :
“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
(Al- Baqarah 2: 22)
21. 18
Artinya :
“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu
teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk
menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-
orang yang rugi.” (Al Baqarah 2: 27)
3. Sayang kepada semua makhluk
Rasa sayang harus kita pupuk tidak hanya kepada sesama manusia tapi juga
kepada semua makhluk termasuk terhadap alam. Alam diciptakan oleh Allah SWT
:
Artinya :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan.” (Q.S Al-Baqarah 2 : 164)
22. 19
F. Faktor-Faktor yang Memperkuat Akhlak
1. Mantapnya keimanan.
Tidak diragukan lagi bahwa mantapnya keimanan seseorang akan memperkuat
akhlaknya. Akan tetapi, keimanan manusia naik turun sehingga perlu pembinaan
terus-menerus.
2. terbimbing oleh seorang guru yang saleh.
Seorang guru yang saleh terbukti mampu mengalahkan segala factor yang
melemahkan tindakan akhlaki. Atas bimbingan guru yang saleh, Umar bin Abdul
Aziz mencapai ketinggian akhlak dan menjadi pemimpin yang sejajar deng Khulaf
al Rasyidin, padahal baik ayahnya, keluarga besarnya, ataupun lingkungan
pergaulannya adalah di istana yang jauh dari akhlak Islam.
3. memiliki pengetahuan agama yang cukup dan benar.
Pengetahuan agama terbukti memperkokoh keimanan, sekaligus peribadatan
dan akhlak.
4. memiliki falsafah hidup yang baik, yang sesuai dengan substansi ajaran Islam.
Islam mengajarkan kepada manusia agar memiliki orientasi hidup dunia dan
akhirat. Karena bagaimanapun hidup di dunia ini hanya sementara, dan kita akan
kembali ke akhirat. Oleh karena itu, kita tidak boleh hidup ini hanya semata-mata
mencari kesenangan dunia.
5. memiliki lingkungan pergaulan yang baik.
Betapa banyak pemuda pedesaan yang religious menjadi buruk akhlaknya
karena berpindah ke kota dan bergaul dengan para pemuda yang berakhlak buruk.
23. 20
6. visioner.
Seseorang yang memiliki wawasan ke depan akan mempertimbangkan segala
sikap dan tindakannya. Ia tidak akan terjebak dengan perilaku anti akhlaki karena
akan merusak citra dirinya, sekaligus merusak masa depannya.
7. memiliki pekerjaan dan aktivitas yang krudensial.
Pekerjaan menjadi guru misalnya saja, cukup dihormati oleh masyarakat dan
mendatangkan penghasilan yang lumayan. Pekerjaan sejenis ini cukup memperkuat
tindakan-tindakan akhlaki.
8. terpenuhinya kebutuhan pokok.
Terpenuhinya kebutuhan pokok cukup membuat tentram diri dan keluarga yang
menjadi tanggungannya. Dengan tentramnya jiwa, maka tindakan-tindakan akhlaki
pun dapat dilakukan.
24. 21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan:
1. Akhlak adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang melahirkan
perbuatan yang mungkin baik maupun buruk.
2. Akhlak berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya dapat dilihat dari
sumber yang menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.
3. Akhlak meliputi akhlak kepada Allah, makhluk dan non makhluk.
4. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak seperti mantapnya
keimanan, terbimbing oleh seorang guru yang saleh, memiliki pengetahuan
agama yang cukup dan benar, memiliki falsafah hidup yang baik, yang
sesuai dengan substansi ajaran Islam, memiliki lingkungan pergaulan yang
baik, Visioner, memiliki pekerjaan dan aktivitas yang krudensial, serta
terpenuhinya kebutuhan pokok
B. Saran
Sebaiknya kita harus melakukan pengkajian dan pembinaan akhlak secara
kontinu agar selalu dapat memiliki akhlak yang baik menurut Islam meskipun tidak
dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan banyak godaan dan iman kita yang tidak
selalu stabil, kadang naik dan kadang turun.
25. 22
DAFTAR PUSTAKA
Marzuki.2012. Konsep Akhlak Islam. Diunduh dari http://staff.uny.ac.id pada
tanggal 31 Desember 2013
Syafe’i, Mahmud. 2009. Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam. Bandung: UPI Press
Suyanto, Imam. 2012. Hand Out Perkuliahan Pendidikan Agama Islam. Surakarta:
UNS Press
Saputri, Dianita Susilo. 2012. Implementasi Akhlak. Diunduh dari
http://diadianita.blogspot.com/2012/12/implementasi-akhlak.html pada tanggal
31 Desember 2013