1. Indonesian Economic Review
and Outlook (IERO)
Macroeconomic Dashboard
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta | 7 Desember 2013
2. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Outline
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
3. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Perkembangan Ekonomi Terkini
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
4. Perkembangan Ekonomi
Terkini
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2013
tercatat sebesar 5,62% (y-o-y), melambat dibandingkan
kuartal II-2013 yang tumbuh sebesar 5,83% (y-o-y).
Melambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh
pelemahan nilai tukar Rupiah, kenaikan BI rate, serta
tingginya inflasi.
Instabilitas ekonomi makro memburuk (inflasi naik, rupiah
merosot)
Kinerja kerjasama ekonomi internasional masih buruk
(defisit transaksi berjalan dan neraca pembayaran defisit).
5. Gambar 1: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Pengeluaran, Tahun 2009 – 2013* (yoy, dalam %)
Perekonomian Indonesia melemah seiring melambatnya pertumbuhan investasi
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah
PMTB
Ekspor
Impor
(%) 30
20
10
0
-10
-20
-30
Sumber: BPS dan CEIC
Dari sisi pengeluaran, faktor utama penyebab melemahnya pertumbuhan ekonomi
Indonesia adalah merosotnya laju investasi dalam negeri.
Pada kuartal III-2013 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB/investasi) tumbuh sebesar
2,85% (q-to-q), merosot signifikan dibandingkan kuartal II-2013 yang mencapai 5,22% (q-toq).
6. Gambar 2: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2009 – 2013* (yoy, dalam %)
Tahun 2013 merupakan puncak keterpurukan perekonomian Indonesia setelah krisis finansial
global
Per tanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Listrik, gas dan air bersih
Konstr uksi
Perdagangan, hotel & restoran
Pengangkutan dan komunikasi
Keuangan, real estat dan jasa per usahaan
Jasa-jasa
(%)
Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan
PDB (RHS)
(%)
18
8
16
7
6.81
14
12
5.60
5.81
6.49
6.50
6.29
6.36
6.16
6.11
6.05
6
5.83
5.62
5
10
4.52
8
6.45
6.29
5.99
6.52
4.14
6
4.27
4
3
4
2
2
0
-2
1
0
Sumber: BPS dan CEIC
Dari sisi lapangan usaha, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada kuartal III2013 adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi 10,46% (y-o-y), Real Estate dan Jasa
Perusahaan 8,09% (y-o-y) , serta Konstruksi 6,24%(y-o-y).
Namun dibandingkan kuartal sebelumnya, ketiga sektor tersebut tumbuh melambat.
7. Gambar 3 : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan
Pengangguran Terbuka di Indonesia, Februari 2005 - Agustus
2013 (dalam %)
Jumlah pengangguran meningkat 150.000 orang pada Agustus 2013 dibandingkan
(%)
Agustus 2012
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (LHS)
Tingkat Pengangguran Terbuka (RHS)
(%)
71
12
70
10
69
8
68
6
67
66
4
65
2
64
0
Sumber: BPS dan CEIC
Dilihat dari struktur lapangan pekerjaan utama, pada bulan Agustus 2013 dibandingkan
Agustus 2012 penurunan jumlah tenaga kerja terjadi pada sektor pertanian, industri
pengolahan, dan konstruksi.
Sedangkan peningkatan jumlah tenaga kerja terjadi pada sektor perdagangan,
transportasi, pergudangan, dan komunikasi, serta sektor keuangan dan jasa
kemasyarakatan.
8. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Perkembangan Moneter
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
9. Gambar 4 : Jumlah Uang Beredar, 2011 – 2013* (dalam IDR Triliun)
Jumlah uang beredar M2 mengalami perlambatan di bulan November 2013,
sebaliknya M1 meningkat dibanding bulan sebelumnya.
IDR Triliun
4000
M2
M1
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)
Selaras dengan melambatnya petumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan uang beredar
dalam luas (M2) juga mengalami perlambatan.
Pertumbuhan M2 pada bulan Oktober 2013 melambat menjadi 13,02% (y-o-y) dari 14,57%
(y-o-y) pada bulan sebelumnya.
Pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) meningkat menjadi 10,48% (y-o-y) dari
9,08% (y-o-y) pada bulan sebelumnya.
10. Gambar 5: Tingkat Inflasi, Tahun 2011 – 2013* (yoy, dalam %)
Inflasi November 2013 mencapai 8,37% (y-o-y).
UMUM
(%)
INTI
HARGA DIATUR PEMERINTAH
BERGEJOLAK
20.00
18.00
16.00
16.16
14.00
12.97
12.00
10.00
8.00
8.37
6.00
4.80
4.00
2.00
0.00
Sumber : BPS dan CEIC (2013)
Tren meredanya tekanan terhadap inflasi sejak Agustus 2013 sedikit tersendat di bulan November
2013.
Secara y-o-y laju inflasi November 2013 sebesar 8,37%, sedikit meningkat dibandingkan bulan
sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 8,32%.
Angka inflasi November 2013 (0,12%) secara m-t-m lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 0,09%.
Pendorong terbesar inflasi bulan November 2013 adalah komoditas perumahan, air, listrik, gas, dan
bahan bakar yang tercatat mencapai inflasi sebesar 0,68% (m-t-m).
11. Gambar 6: Tingkat Inflasi Tahun 2011 – 2013* Menurut Kelompok
Pengeluaran (mtm, dalam %)
Penyebab utama inflasi November 2013 adalah kenaikan tarif listrik sehingga harga komoditas
perumahan, air, listrik dan bahan bakar mencapai inflasi 0,68%.
BAHAN MAKANAN
(%)
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, DAN BAHAN BAKAR
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA
TRANSPOR, KOMUNIKAS, DAN JASA KEUANGAN
12
10
8
6
4
2
0
-2
-4
Sumber : BPS dan CEIC (2013)
Komponen energi pada November 2013 mengalami inflasi sebesar 1,10% (m-t-m)
Inflasi komoponen energi untuk tahun kalender (Januari – November) 2013 sebesar 20,48%,
sementara komponen energi pada bulan November 2013 memberikan sumbanngan inflasi
terhadap inflasi nasional sebesar 0,01%.
Selanjutnya, dari 66 kota tersurvei, 38 kota mengalami inflasi dan sebanyak 28 kota mengalami
deflasi.
12. Gambar 7: Perkembangan BI Rate, Suku Bunga SBI, Deposito, dan
Penjaminan Tahun 2009 – 2013* (dalam %)
BI rate pada November 2013 tertinggi dalam tiga tahun terakhir
(%)
8
Deposit Rate: 1 Month
BI Rate
Bank Indonesia Cer tificates Rate: 9 Months
Max Guarantee: IDR: 3 Month
7
6
5
4
3
2
1
0
Sumber : Bank Indonesia dan CEIC (2013)
Bank sentral kembali menaikkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 7,50% pada 13 November
2013.
Kenaikan BI rate ini untuk menekan defisit neraca transaksi, serta antisipasi kebijakan tapering
off dan debt ceiling Amerika Serikat.
BI menaikkan suku bunga acuannya untuk menekan pertumbuhan kredit yang cenderung tinggi,
tercatat sebesar 23,1% (y-o-y) pada September 2013, lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus
2013 yang tumbuh 22,2% (y-o-y).
13. Gambar 8: Cadangan Devisa Indonesia Tahun 2011 – 2013* (dalam USD Miliar)
Cadangan devisa di Bulan Oktober 2013 meningkat tipis
Cadangan Devisa
(USD Miliar)
140
120
100
80
60
40
20
0
Sumber : Bank Indonesia dan CEIC (2013)
*= Oktober 2013
Cadangan devisa pada akhir Oktober 2013 mencapai USD 97 miliar, meningkat
dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat mencapai USD 95,7 miliar.
Kenaikan cadangan devisa sebesar USD 1,3 miliar pada Oktober 2013 berasal dari
penerimaan ekspor migas serta membaiknya kepercayaan investor asing untuk
menanamkan dananya di Indonesia.
Posisi cadangan devisa bulan Oktober 2013 setara dengan 5,5 bulan impor atau setara
dengan 5,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
14. Gambar 9: Nilai Tukar dan Harga Saham Tahun 2011 – 2013*
Bank Indonesia intervensi menjaga rupiah
IHSG (LHS)
(IHSG)
6000
5000
IDR per USD (RHS)
(IDR per USD)
14000
12000
10000
4000
8000
3000
6000
2000
4000
1000
0
2000
0
Sumber : Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, dan CEIC (2013)
Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) melemah semakin dalam.
Hingga akhir november 2013, rupiah semakin mendekati IDR 12.000 per USD. Nilai tukar
rupiah per 30 November 2013 mencapai IDR 11.977 per USD. Sejak November 2008, posisi ini
menunjukkan keberadaan rupiah yang paling terpuruk.
IHSG merosot ke level 4256 per November 2013 dibandingkan bulan sebelumnya yang
tercatat berada pada level 4510.
Pelemahan ini tidak lepas dari turunnya indeks saham bluechips.
15. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Perkembangan Fiskal
dan Keuangan Pemerintah
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
16. Tabel 1: Penerimaan Pajak dalam Negara Periode 1 Januari-31 Oktober 2013
Tahun anggaran tinggal 2 bulan lagi, tetapi realisasi penerimaan baru 71,75% dari target pada
APBN-P 2013.
Sumber: Kementerian Keuangan (2013)
17. Gambar 10: Realisasi Belanja Negara 5 Tahun Terakhir
Sejak 2009, realisasi belanja negara konsisten menurun
Sumber: Kementerian Keuangan dan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) (2013)
Sejak 2010, realisasi belanja negara selalu di bawah 90%.
Realisasi belanja negara atau penyerapan anggaran per Oktober 2013 baru mencapai 71,7%,
lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, tetapi masih di bawah target dari
Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) yaitu 83,21%.
Sebagai perbandingan, realisasi belanja yang terjadi pada Desember 2012 mencapai 18,57%,
sehingga total penyerapan di akhir tahun 2012 sebesar 85,62%.
18. Tabel 2: Perbandingan Asumsi Makro dalam APBN 2013, APBN-P 2013
dan APBN 2014
Pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2014 lebih rendah dibanding APBN-P 2013.
Sumber: Kementerian Keuangan dan Tempo (25/10/2013)
19. Tabel 2: Defisit Anggaran dalam APBN-P 2013, RAPBN 2014 dan APBN 2014
(IDR Triliun)
Defisit anggaran APBN 2014 ditetapkan 1,69%
Sumber: Kementerian Keuangan (2013)
Seiring dengan target pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, defisit anggaran di 2014
juga lebih kecil.
Dalam APBN 2014, defisit ditetapkan sebesar IDR 175,4 triliun atau 1,69% dari PDB, lebih
kecil dibandingkan APBN-P 2013 yaitu IDR 224,2 triliun.
Defisit pada APBN 2014 lebih besar dibandingkan yang diajukan pemerintah sebelumnya
pada RAPBN 2014 yaitu IDR 154,2 triliun atau 1,49% dari PDB.
20. Gambar 10 : Surat Berharga Negara Outstanding
Surat Berharga Negara terus meningkat
Sumber: Kementerian Keuangan dan CEIC (2013)
Total Surat Berharga Negara (SBN) outstanding yang dapat diperdagangkan per Oktober 2013 mencapai IDR
1.351,12 triliun meningkat sebesar IDR 28,69 triliun dibandingkan dengan SBN outstanding per September
2013 yang tercatat sebesar IDR 1.322,42 triliun.
Komposisi SBN Outstanding Agustus 2013 terbesar obligasi- bunga tetap (IDR 739,01 triliun).
Sementara itu, Surat Perbendaharaan Negara (SPN) Agustus 2013 sebesar IDR 34,4 triliun menurun IDR 0.2
triliun dibandingkan bulan sebelumnya.
Obligasi negara dengan tingkat bunga mengambang tidak berubah sejak Januari 2013 hingga Agustus 2013
sebesar IDR 122,754 triliun.
21. Gambar 11: Kepemilikan Asing Atas Ekuitas, Obligasi, dan SBI
Kepemilikan asing terus menurun
Sumber: Kementerian Keuangan dan CEIC (2013)
Total kepemilikan asing atas ekuitas, obligasi pemerintah, dan SBI secara umum mulai mengalami
peningkatan.
Obligasi pemerintah naik sebesar IDR 15,17 triliun menjadi IDR 318,11 triliun pada Oktober 2013.
Kepemilikan asing atas SBI menunjukkan peningkatan sejak Agustus 2013 sebesar IDR 4,5 triliun
menjadi IDR 5,44 triliun pada Oktober 2013.
22. Gambar 12: Debt Service Ratio Indonesia
Debt Service Ratio terus meningkat
Sumber: Bank Indonesia, dan CEIC (2013)
Debt Service Ratio (DSR) adalah indikator yang menunjukkan rasio pembayaran pokok dan
bunga utang luar negeri terhadap penerimaan hasil ekspor suatu negara.
Pada kuartal III-2013, DSR Indonesia sebesar 39,1% ...masih berbahaya...di atas aman 20% .
23. Gambar 13: Total Utang Luar Negeri Indonesia
Total utang luar negeri swasta terus meningkat
Sumber: Bank Indonesia, dan CEIC (2013)
Total utang luar negeri Indonesia terus meningkat, terutama utang luar negeri swasta.
Total utang luar negeri Indonesia pada September 2013 sebesar USD 259,86 miliar naik sebesar USD 2,38
miliar dari bulan sebelumnya, meningkat sebesar USD 8 miliar dari awal tahun 2013, dan meningkat
sebesar USD 16,21 miliar dari bulan September tahun 2012.
Pada bulan September 2013, nilai utang luar negeri swasta mencapai USD 136,65 miliar, lebih besar
sebesar USD 23,06 miliar dari nilai utang luar negeri pemerintah bulan September 2012 yang mencapai
USD 113,59 miliar .
Pada September 2013, nilai utang luar negeri swasta jangka pendek by original maturity sebesar USD
40,128 miliar, meningkat sebesar USD 1,58 miliar dari bulan Agustus 2013 dan meningkat sebesar USD
3,54 miliar dari bulan September tahun 2012.
Pada September 2013, utang swasta jangka pendek by remaining maturity sebesar USD 43,12 miliar,
24. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Internasional
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
25. Gambar 14: Neraca Perdagangan Indonesia
Neraca perdagangan Indonesia kembali surplus pada Oktober 2013.
Sumber: Badan Pusat Statistik dan CEIC (2013)
Membaiknya kinerja neraca perdagangan ini ditopang oleh nilai ekspor yang meningkat sebesar 6,9% dari
bulan September 2013, disaat impor hanya naik sebesar 1,06% pada periode yang sama.
Kinerja neraca perdagangan Indonesia yang pada September 2013 turun menjadi defisit USD 0,8 miliar,
kembali meningkat menjadi surplus USD 0,04 miliar pada Oktober 2013
Secara kumulatif dari bulan Januari-Oktober 2013 neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit USD 6,4
miliar. Jumlah ini menurun drastis dari defisit neraca perdangan Indonesia pada Januari-Oktober 2012 yang
hanya USD 0,85 miliar.
26. Gambar 15: Ekspor dan Impor Migas
Defisit neraca perdagangan migas kembali menurun.
Sumber: Badan Pusat Statistik dan CEIC (2013)
Kinerja neraca perdagangan migas mengalami perbaikan pada Oktober 2013.
Penurunan defisit neraca perdagangan migas ini ditopang oleh meningkatnya ekspor migas sebesar
12,8% (m-t-m), disaat impor migas menurun sebesar 5,7% (m-t-m).
Ekspor migas yang meningkat pada Oktober 2013 ditopang oleh peningkatan ekspor hasil minyak
sebesar 27,2% (m-t-m), dan gas 43,4% (m-t-m)
Dari sisi impor migas, penurunan nilai impor migas (gas, minyak mentah, dan hasil minyak)
menyebabkan kinerja neraca perdagangan migas membaik.
Secara keseluruhan dari Januari-Oktober 2013 neraca perdagangan migas Indonesia tercatat defisit USD
10,6 miliar.
27. Gambar 16: Ekspor dan Impor Nonmigas
Surplus neraca perdagangan non migas kembali meningkat.
Sumber: Badan Pusat Statistik dan CEIC (2013)
Neraca perdagangan nonmigas yang semula surplus USD 0,5 miliar pada September 2013, meningkat menjadi surplus
USD 0,79 miliar pada Oktober 2013.
Peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas pada Oktober 2013 ini disebabkan oleh nilai ekspor migas yang
meningkat sebesar 5,7% (m-t-m), lebih besar dari peningkatan impor nonmigas yang hanya meningkat sebesar 3,4% (mt-m).
Peningkatan ekspor nonmigas terbesar pada Oktober 2013 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral yang meningkat
sebesar USD 107,5 juta (m-t-m), komoditas bijih, kerak, dan abu logam sebesar USD 86,8 juta(m-t-m), dan karet dan
barang dari karet sebesar USD 70,9 juta (m-t-m).
Dari sisi impor nonmigas, peningkatan impor nonmigas pada Oktober 2013 terbesar terjadi pada golongan serealia yang
meningkat sebesar 85,5% (m-t-m), sisa industri makanan yang meningkat sebesar 67,6% (m-t-m), bahan kimia organik
sebesar 13,74% (m-t-m), dan kendaraan bermotor dan bagiannya 9,36% (m-t-m).
Secara kumulatif dari Januari-Oktober 2013, kinerja neraca perdagangan nonmigas membaik jika dibandingkan dengan
kinerja neraca perdagangan nonmigas pada Januari-Oktober 2012.
28. Gambar 17: Neraca Transaksi Berjalan
Meskipun masih tercatat defisit, namun terjadi sedikit perbaikan pada neraca transaksi
berjalan Indonesia.
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)
Defisit transaksi berjalan menurun dari USD 9,9 miliar pada kuartal II-2013 menjadi USD 8,4 miliar pada
kuartal III-2013.
Menurunnya defisit transaksi berjalan disebabkan oleh menurunnya defisit neraca perdagangan barang,
neraca perdagangan jasa, dan neraca pendapatan.
Ketidakpastiaan perekonomian global memperlambat kinerja neraca perdagangan Indonesia yang memiliki
korelasi dengan komponen neraca transaksi berjalan yang lain. Hal ini menyebabkan tingginya defisit neraca
transaksi berjalan belum dapat dihindari.
Dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya, kinerja transaksi berjalan Indonesia pada kurtal
III-2013 memburuk
29. Gambar 18: Neraca Transaksi Modal dan Finansial
Penurunan nilai investasi portfolio dan investasi lainnya berkontribusi terhadap penurunan
kinerja transaksi modal dan finansial.
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)
Terjadi penurunan surplus transaksi modal dan finansial yang semula USD 8,4 miliar pada kuartal II-2013
menjadi USD 4,9 miliar pada kuartal III-2013.
Penurunan kinerja transaksi modal dan finansial ini disebakan oleh penurunan surplus investasi portofolio
dan menurunnya kinerja investasi lainnya yang semula surplus menjadi defisit.
Namun, sebaliknya investasi langsung meningkat cukup signifikan. Investasi langsung yang masih tinggi ini
didukung oleh tingginya optimisme pebisnis.
Dibandingkan dengan kinerja transaksi modal dan finansial pada kuartal III-2012, kinerja transaksi modal dan
finansial pada kuartal III-2013 mengalami penurunan.
30. Gambar 19: Neraca Pembayaran Indonesia
Defisit neraca pembayaran masih berlangsung.
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)
Defisit neraca pembayaran meningkat dari USD 2,4 miliar pada kuartal II-2013 menjadi USD 2,6 miliar pada
kuartal III-2013.
Menurunnya kinerja neraca pembayaran disebabkan oleh penurunan surplus transaksi modal dan finansial
sebesar 41,5% (q-to-q).
Penurunan surplus transaksi modal dan finansial ini masih jauh lebih besar daripada penurunan defisit
transaksi berjalan yang menurun sebesar 15,11% (q-to-q).
Dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya, kinerja neraca pembayaran pada kuartal III2013 dinilai lebih buruk daripada kuartal III-2012.
31. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
GAMA Leading Economic
Indicator
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
32. Leading Economic Indicator dan Siklus Bisnis PDB Indonesia
Leading Economic Indicator merupakan salah satu model early warning system untuk memprediksi pergerakan
ekonomi di masa depan.
GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI) merupakan model peramalan yang dikembangkan oleh Tim
Macroeconomic Dashboard FEB UGM.
Keakuratan peramalan GAMA LEI telah teruji kehandalannya karena berhasil meramalkan pergerakan ekonomi
Indonesia selama empat kali berturut-turut.
Secara umum, pergerakan indikator-indikator penyusun GAMA LEI masih menunjukan penurunan kinerja dari
2013:Q1 hingga 2013:Q3.
Hasil peramalan GAMA LEI pada edisi ini masih menunjuk adanya perlambatan perekonomian Indonesa dalam
beberapa waktu kedepan, khususnya di akhir tahun 2013 dan di awal tahun politik 2014.
33. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Konsensus Proyeksi
Indikator Makroekonomi
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
34. Konsensus Proyeksi Indikator
Makroekonomi
Survei ini memprediksi tiga indikator makro utama
Indonesia, yaitu: pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai
tukar yang secara umum masih tidak menggembirakan.
Pertumbuhan PDB riil Indonesia tahun 2013 dibandingkan
dengan tahun 2012 secara umum menurun.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika masih diprediksi
akan berfluktuasi dan memiliki tren yang melemah.
Inflasi secara umum pada tahun 2013 lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2012.
35. Estimasi Pertumbuhan PDB, inflasi, dan
Nilai Tukar
Pertumbuhan
Rentang ±
Estimasi Pertumbuhan PDB (y-o-y, %)
TW IV - 2013
TW I - 2014
2013
5.5
6.06
5.86
0.34
0.49
0.2
2014
5.88
0.35
Inflasi
Estimasi Inflasi (y-o-y, %)
TW IV - 2013
TW I - 2014
8.5
8
2014
6.5
IDR/USD
Rentang ±
Estimasi Nilai Tukar (IDR/USD)
TW IV - 2013
TW I - 2014
2013
11650
11366
11625
444.41
550.75
350
Sumber: Hasil estimasi (2013)
2013
8.5
2014
10987
347.31
36. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Ekonomi ASEAN:
Pertumbuhan Melambat,
Perbaikan Kinerja Ekonomi Tidak Secepat Harapan
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
37. Gambar: Tingkat Inflasi Negara Anggota ASEAN,
Tahun 2000-Oktober 2013 (yoy, dalam %)
Tekanan inflasi masih menunjukkan trend penguatan
Sumber: Bloomberg (2013)
(Catatan: Myanmar pada tahun 2001 mengalami inflasi 53,8% dan pada tahun 2002 mengalami inflasi 54%)
Tingkat inflasi pada negara-negara ASEAN hingga bulan Oktober 2013 masih menunjukkan
nilai yang tinggi dengan tidak adanya perubahan berarti dibandingkan kuartal sebelumnya.
Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat inflasi tertinggi di kawasan ASEAN (8,32%)
diikuti Laos (6,87%) dan Vietnam (5,87%).
Inflasi yang cenderung berada pada tingkat yang relatif tinggi, turut mempengaruhi kesiapan
negara-negara di kawasan ASEAN untuk dapat bersiap lebih baik dalam menyongsong
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
38. Tabel: Nilai Tukar Negara ASEAN Terhadap USD, Tahun 2009- 2013* (yoy, dalam %)
Nilai Tukar Mata Uang Negara ASEAN Terus Mengalami Pelemahan
COUNTRIES
Brunei Darussalam
Cambodia
Indonesia
Lao PDR
Malaysia
Myanmar
The Philippines
Singapore
Thailand
Viet Nam
2009
4.2
-2.2
14.0
-0.1
0.6
0.3
1.4
3.5
4.5
6.7
2010
8.0
0.8
5.8
3.5
9.2
0.2
5.7
8.6
9.3
-5.7
2011
0.0
0.3
0.4
0.6
-3.3
0.5
0.1
-0.8
-6.3
-8.0
2012
4.7
1.8
-8.7
1.8
4.4
-13360.0
7.1
5.4
4.3
2.1
30 November 2013
-1.65
0.53
-22.10
0.30
-4.62
-14.60
-7.34
-2.46
-5.59
-2.53
Sumber: Bloomberg (2013)
Catatan : 2013 = 30 November 2013
(Catatan: Myanmar pada tahun 2012 mengalami penyesuaian nilai mata uang)
Indonesia kembali menjadi negara yang mencapai nilai pelemahan nilai tukar terhadap
US Dollar yang terbesari di kawasan ASEAN yaitu mengalami depresiasi nilai mata uang
hingga (-22,19%) bersama dengan Myanmar (-14,60%) sebagai negara yang mengalami
depresiasi nilai mata uang hingga diatas 10%.
Nilai tukar mata uang suatu negara yang secara tidak langsung merupakan wujud dari
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian suatu negara yang diwujudkan
dengan memiliki mata uang negara tertentu, maka situasi tersebut secara tersirat
menunjukkan bahwa ekonomi kawasan dalam jangka pendek masih belum dipercaya.
39. Tabel: Indeks Saham Negara ASEAN: 2009-30/11/2013 (yoy, dalam %)
Pasar Saham Mulai Membaik Namun Tidak Secepat Yang Diharapkan
COUNTRIES
Brunei Darussalam
Cambodia
Indonesia
Lao PDR
Malaysia
Myanmar
The Philippines
Singapore
Thailand
Viet Nam
2009
87.9
45.0
60.3
67.3
66.1
56.6
2010
2011
2012
no stock exchange
no stock exchange
46.9
3.0
13.3
no stock exchange
35.1
19.5
0.8
10.3
no stock exchange
55.7
1.9
21.1
12.2
-19.7
21.3
39.2
-0.9
35.9
-2.8
-20.9
7.7
30 November 2013
-12.90
-1.40
5.69
7.33
2.43
-0.81
-1.49
23.86
Sumber: Bloomberg (2013)
Secara umum kinerja pasar saham negara-negara di kawasan ASEAN menunjukkan
kinerja yang positif walaupun tidak secepat dan seagresif yang diharapkan.
Secara tersirat kinerja Pasar Saham yang membaik menunjukkan peningkatan
kepercayaan oleh investor terhadap potensi berkembangnya negara tujuan
investasi tersebut kedepannya.
Perbaikan kinerja yang tidak cepat ditunjukkan dengan tingkat pertumbuhan nilai
saham yang tidak terlalu signifikan nilai pertumbuhannya.
40. Gambar: Tingkat Pertumbuhan PDB Negara Anggota ASEAN Berdasarkan Harga
Konstan, Tahun 1998–Q3/2013 (yoy, dalam %)
Perekonomian ASEAN terus melambat hingga menjelang akhir tahun dan di tengah
ketidakpastian lingkungan ekonomi global
Sumber: IMF, CEIC (2013)
Pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN cenderung terus melambat hingga mencapai
Kuartal III-2013.
Pada Kuartal III-2013, secara y-o-y hanya 3 negara yang pertumbuhan ekonominya meningkat
dibanding tahun sebelumnya, yaitu Singapura (5,1%), Malaysia (5,0%) dan Vietnam (5,5%).
Filiphina sebagai negara utama di kawasan yang mampu menjaga momentum pertumbuhannya
sebesar 7,5% pada Kuartal II-2013 dan 7,0% pada Kuartal III-2013 ditopang oleh diversifikasi
sumber pertumbuhan ekonomi yang dahulunya berbasis konsumsi menjadi berbasis investasi
dan pengeluaran pemerintah.
41. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
MACROECONOMIC DASHBOARD
FAKULTAS EKONOMIKA dan BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Pertamina Tower Building 4th fl. Room 4.1
Jl. Humaniora No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Phone : +62 274 548 517 ext 373
Email : iero@macroeconomicdashboard.com
Website : www.macroeconomicdashboard.com
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM