Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Yulia
1. Tahap peneguhan hubungan interpersonal.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah (dinamis), maka
untuk memperteguh hubungan interpersonal diperlukan suatu tindakan untuk
mengembalikan keseimbangan (equilibrium). Menurut Argyle. M (1983), ada tiga faktor
utama untuk memelihara keseimbangan hubungan interpersonal, yaitu :
1) Keakraban, ini merupakan pemenuhan kebutuhan tentang kasih sayang dan ini dapat
tercipta bila kedua belah pihak sepakat hingga tingkatan keakraban tertentu, misalkan
hubungan emosional antara dokter dengan pasien terbatas pada tingkatan pelayanan
kesehatannya Menurut Argyle, jika dua orang melakukan keakraban yang yang berbeda
sesuai konsep diri yang dimiliki masing-masing, maka interpersonal menjadi tidak serasi
lagi. Katakanlah si David menggunakan tehnik sosial berdiri dan berbicara lebih dekat,
lebih sering memandang dan tersenyum kepada si Barbara, maka Barbara menganggap
David terlalu agresif, sedangkan David menganggap Barbara acuh tak acuh dan
sombong.
2) Kesepakatan, adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, kapan dan
bilamana. Jika kedua belah pihak mempunyai perbedaan dalam mengambil kesimpulan,
maka siapa yang berbicara lebih banyak (dominan) dan menentukan. Konflik akan
terjadi bila masing-masing merasa lebih dominan, dan tidak ada yang bersedia
mengalah.
3) Ketepatan respons, artinya respons X harus diikuti oleh respons Y yang sesuai, misalkan
dalam suatu percakapan pertanyaan harus disambut dengan jawaban, penjelasan,
argumentasi, alasan, lelucon, tertawa, dan sebagainya. Bentuk respons tidak selalu
verbal (ucapan), tetapi bisa nonverbal (gerak tubuh, ekspresi). Jika ucapan saya
direspons dengan menunjukan ekspresi kurang percaya, maka hubungan interpersonal
akan terganggu. Tubbs dan Moss mengatakan dalam konteks ini kita dapat membagi
respons kedalam dua kelompok yaitu; Confirmasi dan Disconfirmasi. Konfirmasi adalah
; Any behavior that causes another person to value himself more”. Sedangkan
Diskonfirmasi adalah; ” Behavior that cause a person to value himself less”. Artinya;
Konfirmasi akan memperteguh hubungan interpersonal, sedangkan diskonfirmasi justru
akan merusaknya. Ketika saya menonton film bersama seorang teman, saya memberikan
2. respons negatif kepada pemeran utama film tersebut, sedangkan teman saya justru
memberikan respons positif, maka respon saya merupakan diskonfirmasi (respons yang
merusak) (Argyle. M, 1983).
Menurut Willian Brooks dan Philip Emmert dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), kesan
pertama sangat menentukan, karena itu hal-hal yang pertama kelihatan sangat
menentukan kesan pertama.
1. Peneguhan hubungan
Hubungan interpersonal tidak bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan
memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerlukan adanya tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan. Terdapat empat faktor yang sangat penting dalam
memelihara keseimbangan, yaitu:
Keakraban
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan
terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang keakraban yang diperlukan.
Kontrol
Kontrol disini mencakup kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana.
Konflik terjadi pada umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang
mau mengalah.
Ketepatan respons
Ketepatan respons artinya respons A harus diikuti respons B yang sesuai. Respons ini bukan saja
berkenaan dengan pesan verbal
1. . Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi
interpersonal
Terdapat tiga faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi
interpersonal, yaitu:
1. Percaya (trust)
Dari semua faktor, faktor percaya adalah yang paling penting. Menurut Giffin dalam Jalaluddin
Rakhmat (2011), percaya didefinisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko.
Definisi tersebut menyebutkan adanya tiga unsur percaya, yaitu:
3. Ada situasi yang menimbulkan risiko
Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-
akibatnya bergantung pada perilaku orang lain
Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya
2. Sikap suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang yang
bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Komunikasi defensif
dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah,
pengalaman defensif, dsb) dan faktor situasional (perilaku komunikasi orang lain). Jack R. Gibb
dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menyebutkan ada enam perilaku yang menimbulkan perilaku
suportif.
3. Sikap terbuka
Sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan nkomunikasi interpersonal yang efektif.
Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatisme. Menurut Brooks dan Emmert dalam Jalaluddin
Rakhmat (2011)
Hambatan dalam melakukan proses anamnesa
Macam-macam rasa takut:
1. Rasa takut obyektif
Adalah rasa takut yang di sebabkan rangsangan fisik secara langsung.
2. Rasa takut subyektif
Adalah rasa takut yang disebabkan oleh perasaan atau gambaran yang di terima oleh
pasien.
3. Rasa takut sugesti
Rasa takut yang di peroleh dengan meniru dari orang lain yang secara halus tanpa di
sadari oleh kedua belah pihak.
Perilaku orang tua yang tidak mendukung proses anamnesa1
a. Over effection (terlalu memanjakan anak)
b. Over protection (melindungi anak berlebihan)
c. Over indulgence (memenuhi keinginan anak tanpa mengenal batas)
d. Over anxiety (kehawatiran yang berlebihan)
4. e. Over authority (sikap terlalu keras)
f. Under effection (sikap kurang kasih sayang)
g. Rejection (sikap menolak)
Menurut Gassel, terdapat 3 falsafah yang di anut orang tua terhadap anak antara lain:
1. Otoriter (disiplin keras)
Pahan ini menghendaki kesempurnaan dalam segala hal.
2. Liberal
Orang tua sedikit campur tangan dalam pendidikan anak nya sehingga anak akan
mengetahui apa yang terbaik baginya.
3. Developmental
Paham ini merupakan kombinasi kedua paham di atas.
(Gassel, 2007)
Tahap Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal dapat tercipta melalui tiga tahap yaitu; Pembentukan hubungan
interpersonal, peneguhan hubungan interpersonal dan pemutusan hubungan interpersonal
(hubungan interpersonal diakhiri).
Beberapa peneliti hubungan interpersonal, seperti New Comb, Berger, Zunin dan
Duck, mengatakan ada 2 fase dalam proses perkenalan;
Fase pertama : Fase kontak awal (initial contact phase), ditandai dengan kontak mata,
dan saling menangkap pesan dan reaksi teman bicaranya. Disamping itu
masing-masing pihak berusaha saling mengamati dan mempelajari
identitas teman bicaranya. Bila mereka mulai ada kesamaan, maka
mulailah proses pengungkaapan diri, ini disebut ”Reciprocal scanning”
(saling menyelidiki). Bila tidak ada kesamaan, masing-masing pihak
berusaha menyembunyikan identitas diri, sehingga tahap perkenalan tidak
akan berlanjut.
Fase kedua : Fase menggali data pribadi, di sini kedua belah pihak berusaha
secepatnya menggali identitas pribadi (data demografi) seperti; nama, usia,
alamat, pekerjaan, hobi dan lain-lain. Contoh; terbentuknya duet penyanyi
akibat adanya kesamaan hobi. Dengan data demografis orang berusaha
5. membentuk kesan tentang siapa dan bagaimana gambaran teman
bicaranya. Misalkan kita segera memberikan kesan dari cara dan logat
bicara yang berat dari seseorang, itu menandakan bahwa ia bukan dari
suku Jawa asli, kemungkinan dari Sumatera (Jalaluddin Rakhmat, 2005).
Ciri geografis asal usul orang juga akan terbawa dalam perilaku komunikasinya, misalkan
orang daerah pesisir logat bicaranya akan lebih kasar dari pada orang yang berasal dari
daerah pegunungan.
Menurut Charles. R. Berger, informasi dari seseorang pada tahap perkenalan dapat
dikelompokkan dalam 7 kategori, yaitu :
1) Informasi Demografis : Nama, Usia, Alamat dan Pekerjaan.
2) Sikap dan pendapat individu terhadap individu yang lain
3) Rencana yang akan dilakukan terkait dengan kegiatan
4) Kepribadian, tanggapan dan sikap individu, misalkan; bagaimana tanggapan anda
tentang figur calon Presiden yang akan datang.
5) Perilaku masa lalu individu, misalkan mengapa anda dahulu lebih tekun belajar
dibandingkan saat ini.
6) Tentang orang lain, misalkan apakah anda mengenal betul ciri- ciri dan latar belakang
Mr. Barnard.
7) Tentang hobi dan minat.
(Berger. C. R, 1973).
2. Tahap peneguhan hubungan interpersonal.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah (dinamis), maka
untuk memperteguh hubungan interpersonal diperlukan suatu tindakan untuk
mengembalikan keseimbangan (equilibrium). Menurut Argyle. M (1983), ada tiga faktor
utama untuk memelihara keseimbangan hubungan interpersonal, yaitu :
4) Keakraban, ini merupakan pemenuhan kebutuhan tentang kasih sayang dan ini dapat
tercipta bila kedua belah pihak sepakat hingga tingkatan keakraban tertentu, misalkan
hubungan emosional antara dokter dengan pasien terbatas pada tingkatan pelayanan
kesehatannya Menurut Argyle, jika dua orang melakukan keakraban yang yang berbeda
sesuai konsep diri yang dimiliki masing-masing, maka interpersonal menjadi tidak serasi
6. lagi. Katakanlah si David menggunakan tehnik sosial berdiri dan berbicara lebih dekat,
lebih sering memandang dan tersenyum kepada si Barbara, maka Barbara menganggap
David terlalu agresif, sedangkan David menganggap Barbara acuh tak acuh dan
sombong.
5) Kesepakatan, adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, kapan dan
bilamana. Jika kedua belah pihak mempunyai perbedaan dalam mengambil kesimpulan,
maka siapa yang berbicara lebih banyak (dominan) dan menentukan. Konflik akan
terjadi bila masing-masing merasa lebih dominan, dan tidak ada yang bersedia
mengalah.
6) Ketepatan respons, artinya respons X harus diikuti oleh respons Y yang sesuai, misalkan
dalam suatu percakapan pertanyaan harus disambut dengan jawaban, penjelasan,
argumentasi, alasan, lelucon, tertawa, dan sebagainya. Bentuk respons tidak selalu
verbal (ucapan), tetapi bisa nonverbal (gerak tubuh, ekspresi). Jika ucapan saya
direspons dengan menunjukan ekspresi kurang percaya, maka hubungan interpersonal
akan terganggu. Tubbs dan Moss mengatakan dalam konteks ini kita dapat membagi
respons kedalam dua kelompok yaitu; Confirmasi dan Disconfirmasi. Konfirmasi adalah
; Any behavior that causes another person to value himself more”. Sedangkan
Diskonfirmasi adalah; ” Behavior that cause a person to value himself less”. Artinya;
Konfirmasi akan memperteguh hubungan interpersonal, sedangkan diskonfirmasi justru
akan merusaknya. Ketika saya menonton film bersama seorang teman, saya memberikan
respons negatif kepada pemeran utama film tersebut, sedangkan teman saya justru
memberikan respons positif, maka respon saya merupakan diskonfirmasi (respons yang
merusak) (Argyle. M, 1983).
3. Pemutusan hubungan interpersonal.
Walaupun kita dapat menyimpulkan bahwa ketiga tahap terbentuknya hubungan
interpersonal yang baik tidak mungkin berakhir, namun beberapa peneliti mengungkapkan
bahwa pemutusan hubungan interperpersonal suatu ketika dapat terjadi tanpa kesepakatan
kedua belah pihak. R. D. Nye dalam bukunya ”Conflict among humans”, mengatakan
bahwa ada lima sumber konflik yang mengakibatkan hubungan interpersonal terputus, yaitu
:
7. 1) Adanya kompetisi. Disini salah satu pihak berusaha memperoleh keuntungan dengan
mengorbankan kepentingan orang lain, misalkan dengan menunjukkan kelebihan dalam
bidang tertentu.
2) Adanya Dominasi. Disini satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain dengan
merendahkan pendapat pihak yang lain.
3) Adanya Kegagalan. Disini salah satu pihak menyalahkan pihak yang lain yang dianggap
menimbulkan kegagalan.
4) Provokasi. Disini salah satu pihak berusaha selalu mempengaruhi dan memaksa pihak
lain agar mau mengikuti keinginannya.
5) Perbedaan nilai. Disini kedua belah pihak tidak sepakat dan sepaham terhadap nilai yang
dianut masing-masing pihak.
Manfaat anamnesa
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya.
Cara pendekatan pada perawatan anak
1. Komunikasi
Komunikasi dibagi 2 yakni :
a) Komunikasi eksplisit atau obyektif
Komunikasi yang informasinya disampaikan secara verbal misalnya
Memberikan reward, sugesti, dan rayuan.
b) Komunikasi implicit atau subyektif
Informasi yang disampaikan secara non verbal seperti ekspresi wajah,tekanan
suara, sentuhan tangan, suasana ruang tunggu.
Cara membuka komunikasi terhadap anak :
1. Abaikan segala gejala tidak kooperatif yang mula–mula ditunjukan anak
2. Mulai dengan prosedur yang paling mudah dan cepat dikerjakan baru dilanjutkan
paling sulit
8. 3. Hindarkan hal-hal yang membuat anak takut misalnya : alat-alat atau obat-obat,
kata-kata menakutkan, persiapan yang berlebihan.
Berusaha menggunakan konsep T.S.D :
Menurut ADDELSTON (1959) pertama yang mencoba cara T.S.D
a. Tell (Ceritakan)
Anak diberitahu apa yang akan dilakukan pada dirinya dengan bahasa
yang dimengerti anak.
b. Show (Tunjukan)
Menunjukan obyek sesuai yang diterangkan sebelumnya tanpa
menimbulkan rasa takut misalnya menunjukan alat yang akan digunakan
dan kalau perlu di pegang pasien .
c. Do (Kerjakan)
Melakukan tindakan pada anak sesuai yang dikatakan dan tunjukan pada
anak.
T.S.D bias diterapkan untuk semua jenis perawatan pada anak kecuali melakukan suntikan
Untuk menunjukan keefektifan maka di perlukan peraturan yaitu:
`1. Meletakan tangan di pangkuan
2. Tetap diam di kursi
3. Menciptakan suasana yang kondusif
(Addelston, 1959)