Dokumen tersebut membahas tentang hukum syara' yang merupakan seruan Allah sebagai pembuat hukum yang terkait dengan perbuatan manusia, baik yang sumbernya pasti seperti Al-Quran dan Hadits Mutawatir maupun yang sumbernya masih dugaan kuat seperti hadits yang bukan mutawatir. Dokumen tersebut juga membahas tentang kaidah-kaidah penerimaan amalan seseorang sesuai dengan syariat Islam.
2. Hukum Syara’ adalah Khitbah
Syari’ (Seruan Allah sebagai
pembuat hukum) yang berkaitan
dengan amal perbuatan hamba
(manusia), baik itu berupa
ketetapan yang sumbernya pasti
(qath’i tsubut) seperti Al-Quran
dan Hadits Mutawatir, maupun
yang ketetapan yang sumbernya
masih dugaan kuat (Zhanni
tsubut) seperti hadits yang
bukan tergolong mutawatir.
3. | Wajib (Jika dikerjakan berpahala dan apabila ditinggalkan berdosa) | Sunah (Apabila dikerjakan akan
mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa) | Mubah (Pilihan, boleh dikerjakan atau
ditinggalkan) | Makruh (Meninggalkannya lebih utama daripada mengerjakannya) | Haram (Jika dikerjakan
berdosa dan bila ditinggalkan akan mendapatkan pahala) |
4.
5.
6.
7.
8. Merupakan makhluk yang memiliki
akal dan potensi kehidupan (hajat
‘udhawiyyah dan gharizah). Dalam
hidupnya manusia ingin meraih
kehidupan yang tentram dan
bahagia. Untuk meraih semua itu
manusia tidak terlepas dari
perbuatan dan benda. Agar
kebutuhan manusia dapat terpenuhi
dengan baik, manusia memerlukan
aturan. Aturan yang baik adalah yang
dapat menyelamatkan manusia di
dunia maupun akhirat.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18. “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum
mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim
dalam perkara yang mereka perselisihkan (sehingga)
kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka
terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya (TQS. An Nisaa’ : 65).
19. 2.Syarat Diterimanya Amalan Orang Mukmin
Perbuatan yang dilakukan tidak sejalan
dengan sunnah Nabi saw atau tidak
sejalan dengan syariat Islam, maka
perbuatan itu tertolak.
20. Imam al-Baghawiy, Ma’aalim al-Tanziil (Tafsir al-Baghawiy), juz 8,
hal. 176
وقالفضيلبنعياض"أحسنعمال"أخلصهأصوبهو.وقال:العمل
اليقبلحىتيكوناًخالصاًابوصاخلالص:إذاكانهللالصوواب:إذا
كانعلىالسنة.
Imam Fudlail bin ‘Iyadl menyatakan, “Imam Fudlail
bin ’Iyadl mengatakan, ”ahsanu ’amalan” adalah ”yang
paling ikhlash” dan yang paling benar”. Ia
berkata, ”Perbuatan tidak akan diterima hingga amal itu
ikhlash dan benar. Ikhlash adalah jika amal itu ditujukan
hanya untuk Allah, sedangkan benar adalah jika amal itu
sesuai dengan sunnah”. [Imam al-Baghawiy, Ma’aalim al-
Tanziil (Tafsir al-Baghawiy), juz 8, hal. 176]
21. “Barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk
(Keselamatan) dirinya sendiri ; dan barang siapa tersesat, maka sesungguhnya (Kerugian) itu
bagi dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi
Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang Rasul.
(TQS. Al-Isra’ : 15)
22. “Maka apakah kalian mengira,
bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kalian secara main-
main (saja), dan kalian tidak
akan kembali kepada Kami?”
(TQS Al Mu'minuun, 23:115)
23.
24.
25.
26.
27.
28. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa
(TQS. Al-Imran [3] : 133)
29. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
“Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir”.
(HR.Muslim)
30. “Akan tiba suatu masa ketika itu orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti halnya
orang yang sedang menggenggam bara api”.
(HR. Tarmidzi)