Weitere ähnliche Inhalte Ähnlich wie Perlukah jasa arsitek dalam membangun rumah atau apartemen (20) Kürzlich hochgeladen (14) Perlukah jasa arsitek dalam membangun rumah atau apartemen1. Perlukah Jasa Arsitek dalam membangun Rumah Tinggal?
Beberapa waktu silam, jasa arsitek rumah tinggal di Indonesia banyak kita temui di kota
besar saja, seperti Jakarta, Bandung, Bali, Medan dan seterusnya. Namun seiring berjalannya
waktu, banyak kita temui rumah tinggal dengan desain unik dan baik yang dikembangkan
oleh arsitek di daerah-daerah lainnya, selain di kota besar.
Walaupun perubahan pengetahuan dan minat terhadap peran arsitek dapat dikatakan
meningkat keseluruh lapisan ekonomi masyarakat dan keseluruh pelosok negeri, namun
perubahan ini relatif belum besar jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, seperti
Singapura misalnya, yang memiliki peraturan kuat yang mendukung peran arsitek dalam
membangun rumah tinggal, gedung, dan kota. Hal ini mengakibatkan peran arsitek dalam
merancang bangunan atau kota belum dirasakan secara jelas dan merata bagi sebanyak-
banyaknya pengguna bangunan.
Lebih dari itu, pro kontra terhadap peran arsitek dalam pengembangan rumah tinggal masih
menjadi perdebatan sebagian masyarakat terkait dengan kekhawatiran terhadap jasa arsitek
yang dianggap mahal. Selain itu, kebiasaan masyarakat membangun rumah tinggal secara
mandiri dan gotong royong atau dengan jasa tukang secara langsung, masih dapat kita temui
di banyak daerah di Indonesia. Belum banyaknya informasi atau sosialisasi di beberapa
kalangan masyarakat tertentu tentang manfaat dari pembangunan rumah tinggal oleh arsitek
kemungkinan besar adalah faktor yang mengakibatkan konsep, rancangan, dan peran arsitek
belum terlalu diapresiasi di Negeri ini.
Tree House oleh Vo trong Nghia Architects (foto:©Hiroyuki Oki)
2. Terlepas dari isu di atas, seorang arsitek memiliki banyak pertimbangan penting dalam
mengembangkan desain rumah tinggal berkualitas. Pertimbangan yang menjadikan peran
arsitek esensial dalam pengembangan hunian yang justru terkadang tidak diperhitungkan oleh
masyarakat pada umumnya ketika membangun rumah tinggal secara mandiri, antara lain:
Analisis Site, Tapak dan Konteks Urban
Setiap site memiliki karakter yang unik sehingga dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan
untuk melihat isu, kekuatan, kelemahan, serta alternatif strategi dan model pengembangan
yang menyelesaikan isu yang ada dan meminimkan isu yang mungkin muncul dari adanya
pengembangan. Rumah tinggal bukan hanya bangunan bagi penggunanya saja, namun juga
membentuk wajah ruang diluar bangunan, permukiman dan wajah kota. Lebih dari itu,
banyak pertimbangan lain seperti arah matahari, angin, kebisingan, air bersih, riol kota,
infrastruktur, fasilitas publik, dan potensi bencana, serta masih banyak pertimbangan lainnya
yang menjadikan bangunan di satu tapak akan berbeda dengan bangunan yang ada di tapak
lainnya, baik di kota yang sama maupun berbeda. Adanya regulasi dan aspek legal yang
berbeda di masing-masing kota juga menuntut strategi dan pengembangan yang berbeda.
Play House oleh Aboday (foto:©Happy Lim)
Memahami Human Behaviour dan Human Needs
Rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan yang didukung oleh struktur yang baik dengan
susunan ruang-ruang dengan ukuran tertentu saja yang digunakan untuk menaungi aktivitas
3. manusia didalamnya. Dengan pengetahuan human behaviour, seorang arsitek mampu
menciptakan ruang-ruang yang tidak hanya menaungi aktivitas tertentu saja, namun juga
menciptakan beragam ruang yang memberi nilai rasa, inspirasi, kualitas dan kesan yang
mendukung aktivitas dan fungsi ruang. Pengetahuan terhadap adanya kebutuhan pengguna
dan manusia yang berbeda-beda, maka perancangan sebuah rumah tinggal disesuaikan
dengan kebutuhan pengguna rumah tinggal seperti: adanya kebutuhan tambahan
ruang workshop bagi rumah tinggal pematung, pelukis; kebutuhan ruang praktek yang
terintegrasi dengan rumah tinggal untuk profesi tertentu; kebutuhan dapur atau garasi yang
lebih besar, dan seterusnya.
NA House oleh Sou Fujimoto Architects (foto:©Iwan Baan)
Perencanaan dan Perancangan: Menyusun Program Ruang, Transformasi Bentuk dan
Mengembangkan Inovasi dalam desain
Peran kuat arsitek juga dapat dilihat dari menyusun program dan besaran ruang yang
memperhatikan zona publik dan privasi, serta disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
pengguna. Kemudian, mentransformasikannya menjadi rancangan yang baik dari denah
hingga bentuk keseluruhan bangunan. Bukan hanya kekuatan dan fungsi, namun juga
keindahan bentuk. Banyak inovasi dalam perancangan rumah tinggal yang merupakan
strategi yang dikembangkan oleh arsitek. Efektivitas dan kualitas rancangan sebuah bangunan
dan rumah tinggal dapat dicapai dengan perencanaan program ruang, transformasi bentuk dan
strategi inovatif yang matang.
4. Breathing House oleh Atelier Riri (foto:©Teddy Yunantha)
Perhitungan: Luasan Bangunan dan RAB (Rencana Anggaran Biaya)
Banyak orang mempercayakan bangunannya kepada tukang secara langsung atau kontraktor
tanpa perencanaan yang matang atau gambar kerja desain bangunan yang lengkap sehingga
bongkar pasang pada fase konstruksi sering terjadi yang tentunya memakan biaya.
Perencanaan desain bangunan membantu penghuni untuk menyesuaikan antara keinginan,
kebutuhan, dan kemampuan. Perencanaan yang matang dan didukung oleh gambar rencana
yang baik dapat mengurangi terjadinya pembongkaran yang menghabiskan waktu dan dana
lebih besar saat pengerjaan di lapangan. Perencanaan yang matang juga dapat membantu
untuk mengetahui besar luasan dan biaya bangunan yang dibutuhkan. Hal ini memberikan
pertimbangan bagi klien untuk melihat hasil akhir rancangan secara detail dan menyeluruh.
5. Rumah Kotak Kayu oleh RAW Architecture (foto:©Eric Dinardi)
Pengetahuan Style, Material dan Struktur
Pengetahuan terhadap beragam styles, material, serta sistem struktur dan konstruksi
meningkatkan strategi inovatif dan kualitas rancangan. Logika struktur dan konstruksi dapat
menghasilkan rancangan bangunan yang tidak monoton, namun tetap miliki kekuatan yang
menjadi syarat utama bagi sebuah bangunan. Apalagi, keadaan di setiap area sangat beragam,
seperti di daerah rawan gempa bumi, longsor, dan banjir membutuhkan rancangan yang
berbeda-beda.
7. Design Stages dan DED (Design Engineering Document)
Adanya model pembagian fase dalam perancangan seperti tahap desain skematik, tahap
pengembangan desain, tahap gambar kerja, dan seterusnya, menjadikan proses perancangan
menjadi lebih rapi dan sistematik. Gambar Kerja atau DED(Design Engineering
Document) bukan hanya memberi gambaran lengkap dan detail pada klien tentang hasil akhir
dari rancangan, namun juga digunakan sebagai acuan bersama dan media komunikasi dengan
semua tim yang terkait di lapangan.
Site Visit
Site visit dilakukan arsitek untuk memantau perkembangan progres konstruksi bangunan dan
mengecek kesesuaiannya dengan gambar perencanaan. Perancangan solusi desain secara
langsung di lapangan juga dapat dilakukan jika terdapat isu-isu tertentu yang muncul pada
masa konstruksi.