Proposal ini membahas pengembangan pembelajaran matematika berbasis masalah menggunakan media sosial Facebook untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan motivasi belajar siswa. Penelitian ini bertujuan mengembangkan komponen pembelajaran secara optimal dengan menggunakan Facebook sebagai media untuk meningkatkan motivasi dan penalaran matematika siswa SMP. Proposal ini menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, definisi istilah,
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Judul usulan penelitian
1. 1
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH
MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN FACEBOOK UNTUK
MENGEMBANGKAN SERTA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PENALARAN MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA
Proposal
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Penulisan Proposal Penelitian Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Rizal Aminulloh
1306346
DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
2. 2
Kata Pengantar
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, tuhan semesta
alam yang senantiasa memberikan rahmat dan karunianya kepada seluruh mahkluk,
untuk itu karena atas izin-Nya lah kelompok kami dapat menyelesaikan proposal
penelitian
Tema proposal ini adalah ‘’Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah
menggunakan media pembelajaran FACEBOOK untuk mengembangkan
serta meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan motivasi belajar
matematika siswa’’. Penulis berharap dengan dibuatnya proposal penelitian ini
dapat memberikan inovasi baru dalam proses pembelajaran yaitu
mengkolaborasikan media pembelajaran FACEBOOK dengan metode
pembelajaran matematika berbasis masalah dalam upaya mengembangkan untuk
meningkatkan penalaran mateamatis dan motivasi belajar siswa.
Sulit rasanya untuk membuat makalah ini tanpa adanya tugas dan dorongan
dari dosen, maka dengan itu kami ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
pendidikan sosial budaya dan tentunya juga kepada teman teman yang sudah
membantu menyelesaikan makalah ini, serta tak lupa untuk kedua orang tua kami
yang selalu memberi dukungan dan semangatnya kami ucapkan terimakasih yang
tak berhingga.
Di dalam penyusunannya, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk
memberikan hasil yang terbaik, namun karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis dalam berbagai hal, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diperlukan. Semoga proposal ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, November 2014
Penulis
3. 3
A. Judul Penelitian
Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah menggunakan media
pembelajaran FACEBOOK untuk mengembangkan serta meningkatkan
kemampuan penalaran matematis dan motivasi belajar matematika siswa.
B. LATAR BELAKANG
Dalam era Globalisasi ini banyak perubahan terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat yang tentunya perubahan itu membawa sebuah
kemajuan dalam setiap aspek yang dicakupnya, diantaranya perubahan
dalam pola tingkah laku sosial masyarakat atau perubahan budaya
masyarakat yang ditandai dengan muncul dan berkembangnya kebudayaan
baru contohnya boomingnya Kpop yang berasal dari budaya korea, selain
itu ada juga perubahan dan perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ditandai dengan munculnya berbagai inovasi dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi yang membantu dan mempermudah tugas
manusia.
Salah satu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu
banyak sekali situs-situs jejaring sosial yang mempengaruhi masyarakat.
Seperti situs Facebook dan Twitter yang belakangan ini digemari hampir
semua kalangan masyarakat. Seiring perkembangan zaman pemanfaatan
jejaring sosial tidak lagi hanya sekedar menjadi media berkomunikasi
semata, tetapi juga sebagai bagian tak terpisahkan dari dunia bisnis, industri
dan tentu saja dalam bidang pendidikan.
Dalam karya tulis ini penulis membahas tentang
penggunaan facebook sebagai media pembelajaran. Dengan facebook kita
dapat menambah teman, dan juga dapat menemukan teman lama yang sudah
tidak pernah berkomunikasi lagi (lost contect). Facebook membantu
penggunanya untuk lebih mudah menjalin pertemanan. Alasan demikian
yang membuat facebook memiliki pengguna yang sangat banyak. Facebook
juga dapat diakses secara mudah lewat internet yang ada di komputer
ataupun laptop dan handphone. Pengaksesan facebook yang mudah tersebut
4. 4
yang membuat semua kalangan masyarakat tertarik untuk menggunakan
facebook sebagai media refreshing dari kejenuhan.
Begitupun perubahan dan perkembangan pendidikan dalam
pembelajaran, salah satunya yaitu dalam pembelajaran matematika
disekolah, mulai dari Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah. Guru dituntut
untuk tidak lagi menggunakan metode konvensional atau metode zaman
dulu dalam pembelajaran matematika, contohnya zaman dulu ketika belajar
matematika guru lebih menekankan pada hafalan dan pengertian, lebih
menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu
dihitung seperti yang dicontohkan, para siswa umumnya belajar tanpa ada
kesempatan untuk mengkomunikasikan gagasanya, mengembangkan
kreatifitasnya, jawaban soal seolah membatasi kreatifitas dari siswa karena
jawaban benar hanya otoritas dari seorang guru. Seiring perkembangan
zaman, muncul berbagai inovasi khususnya dalam pembelajaran
matematika, dimana di Indonesia sendiri telah beberapa kali merubah
kurikulum pembelajarannya khususnya dalam pembelajaran matematika,
pada saat ini di Indonesia pemerintah mulai memberlakukan kurikulum
sekolah berbasis kompetensi, dimana kurikulum ini bertujuan untuk
membangun kompetensi siswa dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan
Sekolah Menengah dalam melakukan penalaran dan mengkomunikasikan
gagasan secara matematis.
C. Rumusan Masalah
Masalah utama yang dihadapi dalam penelitian ini adalah bagaimana
bentuk materi matematika serta proses pembelajarannya melalui
FACEBOOK yang secara optimal dapat menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan penalaran matematika serta meningkatkan
motivasi siswa. Permasalahan tersebut dijabarkan kedalam beberapa
pernyataan penelitian berikut ini :
1. Sejauh mana kemampuan penalaran matematika siswa?
2. Berapa banyak siswa yang menggunakan FACEBOOK?
5. 5
3. Bagaimana motivasi siswa dalam belajar matematika?
4. Bagaimana bentuk bahan ajar matematika yang dapat mengembangkan
dan meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa?
5. Bagaimana caranya mengemas bahan ajar matematika menggunakan
FACEBOOK?
6. Bagaimanakah tahapan proses pembelajaran yang dapat
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan penalaran matematika
siswa?
7. Bagaimanakah karakteristik prilaku guru dalam pembelajaran yang
dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
penalaran penalaran matematika siswa?
8. Bagaimanakah bentuk evaluasi pembelajaran yang dapat
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan penalaran matematika
siswa?
9. Bagaimana bentuk evaluasi pembelajaran menggunakan FACEBOOK?
10. Bagaimana penilaian hasil evaluasi pembelajaran siswa?
11. Bagaimanakah respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dikembangkan?
D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini akan dikembangkan desain pembelajaran
matematika yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa SMP menggunakan
media pembelajaran FACEBOOK. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengembangkan komponen komponen pembelajaran
secara optimal dalam kasus ini peneliti menggunakan media pembelajaran
FACEBOOK secara optimal dalam proses pembelajaran matematika siswa
dikelas untuk meningkatkan motivasi belajar siswa agar dapat
meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa SMP. Kegiatan
penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat menjadi sebuah inovasi baru
dalam proses pembelajaran yang dapat membangun sebuah model
6. 6
pembelajaran yang relevan dengan tuntutan dan perkembangan pendidikan
serta kompitabel dengan potensi yang dimiliki.
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda terhadap penelitian ini,
maka diberikan pengertian terhadap beberapa istilah yang dipakai
sebagai berikut.
1. Pembelajaran Matematika
merupakan kegiatan interaksi guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-
guru untuk mengklarifikasi pikiran dan pemahaman terhadap suatu
gagasan matematik yang diberikan
2. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang
menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa belajar
(Djamilah Bondan Widjajanti, 2011). Tan (2004) dalam Djamilah
Bondan Widjajanti (2011) menyebutkan bahwa pendekatan
berbasis masalah telah diakui sebagai suatu pengembangan dari
pembelajaran aktif dan pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa, yang menggunakan masalah-masalah yang tidak
terstruktur (masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah
simulasi yang kompleks) sebagai titik awal dan jangkar untuk
proses pembelajaran.
3. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi sebagai
perantara atau penyampai isi berupa informasi pengetahuan berupa
visual dan verbal untuk keperluan pengajaran. Menurut Latuheru
1998:14 yang ditulis dalam blog milik Devid Haryalesmana Wahid (
guruit07.blogspot.com ) bahwa media pembelajaran adalah bahan,
alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru
dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
7. 7
4. Facebook
Facebook merupakan situs web jejaring sosial popular yang
memungkinkan para penggunanya dapat menambah foto, kontak,
atau informasi personil lainnya dan dapat bergabung dalam
komunitas untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan
pengguna lainnya
5. Penalaran matematis
Tim PPG Matematika (2005: 88) menyatakan bahwa ‘’penalaran
adalah suatu proses atau aktivitas berfikir untuk menarik
kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan
pada pernyataan yang telah dibuktikan (diasumsikan)
kebenarannya’’. Jadi penalaran matematis yaitu aktivitas berfikir
matematika untuk menarik kesimpulan.
6. Motivasi Belajar
Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat diartikan
sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan
bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelak perasaan tidak suka itu.
F. Kerangka Teoritik Penelitian
Proses pembelajaran matematika dikelas ataupun diluar kelas pada
intinya bukan hanya sekedar transfer gagasan dari guru kepada siswa,
melainkan suatu proses yaitu di mana guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melihat dan memikirkan gagasan yang diberikan. Berpijak pada
pandangan tersebut, kegiatan pembelajaran matematika siswa
sesungguhnya merupakan kegiatan interaksi guru-siswa, siswa-siswa, dan
siswa-guru untuk mengklarifikasi pikiran dan pemahaman terhadap suatu
gagasan matematik yang diberikan. Dengan kata lain, penalaran dan
komunikasi merupakan kemampuan yang esensial dan fundamental dalam
pembelajaran matematika yang harus dibangun dengan kokoh dalam diri
8. 8
siswa. Dalam melakukan model pembelajaran seperti itu guru diharapkan
untuk mengemas proses pembelajaran semenarik mungkin, apalagi di
zaman pembaharuan ini banyak teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk
dijadikan media pembelajaran sebagai tools untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan, salah satunya menggunakan media
pembelajaran FACEBOOK dalam proses pembelajaran.
Dalam membangun penalaran dan pola berpikir siswa, penelitian yang
dilakukan oleh Nohda (2000), Shigeo (2000), dan Henningsen & Stein
(1997) menggarisbawahi beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam
pembelajaran matematika, yaitu: jenis berpikir matematik harus sesuai
dengan siswa, jenis bahan ajar, manajemen kelas, peran guru, serta otonomi
siswa dalam berpikir dan beraktivitas. Jenis berpikir matematik yang
dekemukakan Shigeo (2000) dan karakeristik berpikir yang diungkapkan
Henningsen & Stein (1997) dapat dijadikan acuan dalam menyusun dan
mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum,
perkembangan siswa, kemampuan guru, serta kondisi lingkungan.
Sedangkan Nohda (2000) menggarisbawahi bahwa untuk
menumbuhkembangkan kemampuan penalaran dan berpikir matematik
sebaiknya pembelajaran diarahkan pada problem based dan proses
penyelesaian yang diberikan masalah harus terbuka, jawaban akhir dari
masalah itu terbuka, dan cara menyelesaikannya pun terbuka.
Penelitian yang dilakukan Shimizu (2000) dan Yamada (2000)
mengungkapkan bahwa guru memiliki peranan yang sangat sentral dalam
proses pembelajaran melalui pengungkapan, pemberian dorongan, serta
pengembangan proses berpikir siswa. Pengalaman Shimizu (2000)
menunjukkan bahwa pertanyaanpertanyaan guru selama kegiatan
pembelajaran secara efektif dapat menggiring proses berpikir siswa ke arah
penyelesaian yang benar. Sedangkan Yamada (2000) mengemukakan
pertanyaan pengarah yang diberikan guru secara efektif membantu aktivitas
dan representasi berpikir siswa untuk mencapai jawaban yang benar.
Walaupun begitu pentingnya peranan guru dalam pembelajaran, studi yang
9. 9
dilakukan Utari, Suryadi, Rukaman, Dasari, dan Suhendra (1999) dan
Nohda (2000) menunjukkan bahwa agar kemamuan penalaran dan berpikir
matematika siswa dapat berkembang secara optimal, siswa harus memiliki
kesempatan yang sangat terbuka untuk berpikir dan beraktivitas dalam
memecahkan berbagai permasalahan. Dengan demikian pemberian otonomi
seluas-luasnya kepada siswa dalam berpikir untuk menyelesaikan
permasalahan dapat menumbuhkembangkan penalaran siswa secara
optimal.
Selain penalaran, kemampuan yang sangat penting terbangun
membentuk kapabilitas siswa adalah kemampuan komunikasi matematik.
Matematika seringkali digunakan untuk merepresentasikan dan
menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan. Dari masalah
biasa di rumah tangga hingga masalah kompleks di dunia bisnis dan
ekonomi, eksplanasi pikiran dan matematika sulit dipisahkan. Itulah yang
melatarbelakangi betapa komunikasi matematik menjadi sangat penting
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Pentingnya kemampuan siswa
dalam komunikasi matematik dikemukakan oleh Linquist (1996), Esty &
Montana (1996), Greenes & Schulman (1996), Usiskin (1996), serta
Riedesel, Schwartz, & Clements (1995). Dengan demikian, kemampuan
komunikasi matematik perlu ditumbuhkembangkan dalam kegiatan
pembelajaran matematika.
Menurut NCTM (1991) kemampuan komunikasi matematik perlu
dibangun dalam diri siswa agar dapat: (1) memodelkan situasi dengan lisan,
tertulis, gambar, grafik, dan secara aljabar; (2) merefleksi dan
mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-gagasan matematik
dalam berbagai situasi; (3) mengembangkan pemahaman terhadap gagasan-
gagasan matematik termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika;
(4) menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan melihat untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematika; (5) mengkaji
gagasan matematika melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan; serta
10. 10
(6) memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam pengembangan
gagasan matematik.
Siegel, Barosi, Fonzi, Sanridge, & Smith (1996) mengemukakan bahwa
bacaan dalam pembelajaran berperan dalam mengkonstruksi pemahaman
matematika. Sedangkan Huinker & Laughlin (1996) berhasil meningkatkan
pemahaman matematika dengan menggunakan strategi berpikir-bicara-
menulis dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, untuk memahami
matematika tidak terbatas hanya dilakukan melalui komunikasi lisan,
namun guru harus memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk biasa
menulis, membaca, dan bicara tentang matematika. Siswa harus mampu
melakukannya lebih formal, seperti halnya dalam membuat karangan, untuk
menjelaskan mengapa dan bagaimana prosedur matematika bekerja. Di lain
hal, proses tidak begitu formal, seperti menulis jurnal harian dimana mereka
berbagi perasaan, kekaguman, kekhawatiran, ketidakpahaman, dan
keputusasaan tentang matematika yang telah mereka pelajari, dapat
diinvestigasi untuk membantu dan mengembangkan kemampuan siswa.
Komponen penting dari kemampuan komunikasi matematik seringkali
digunakan dalam membuat representasi. Representasi merupakan bentuk
dari model atau diagram yang digunakan untuk mengilustrasikan konsep
matematika dan keterkaitanya. Ketika guru menggunakan representasi
dalam menyampaikan gagasan matematika, guru harus berhati-hati dalam
membuat asumsi bahwa representasi diartikan sama oleh guru ataupun
siswa. Menurut McCoy, Baker, & Little (1996) cara terbaik untuk
membantu siswa memahami matematika melalui representasi adalah
dengan mendorong mereka untuk menemukan atau membuat suatu
representasi sebagai alat atau cara berpikir dalam mengkomunikasikan
gagasan matematika.
Salah satu tujuan penting dalam pendidikan matematika adalah siswa
harus memahami dan menerima bahasa dan symbol matematika. Untuk
mengembangkan kemampuan ini, siswa harus tumbuh dan berkembang
sesuai kapasitasnya agar dapat mengkonstruksi abstraksi matematika.
11. 11
Siswa harus meahami dengan baik konsep di mana simbol matematika
diperlukan dan bagaimana eksplanasinya.Usiskin (1996) mengemukakan
bahwa matematika jangan dipandang sebagai bahasa mati atau bahasa kedua
tetapi harus dijadikan bahasa ibu dan bahasa yang praktis, ekonomis, dan
potensial untuk menyampaikan gagasan atau informasi. Dengan demikian
siswa tidak akan memandang bahwa matematika sebagai bahasa yang rumit,
melainkan mereka akan menyadari manfaat dan kekuatan bahasa
matematika.
Media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi sebagai perantara
atau penyampai isi berupa informasi pengetahuan berupa visual dan verbal
untuk keperluan pengajaran. Menurut Latuheru 1998:14 yang ditulis dalam
blog milik Devid Haryalesmana Wahid ( guruit07.blogspot.com ) bahwa
media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi
edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan
berdaya guna.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa media
pembelajaran sangat dibutuhkan bagi pendidik untuk menyampaikan materi
kepada peserta didik. Dengan media pembelajaran yang tepat digunakan
oleh pendidik, peserta didik pun diharapkan mampu menangkap seluruh
materi yang disampaikan secara jelas dan peserta didik dapat benar-benar
memahami materi yang disampaikan pendidik itu.
Peran pendidik sangat besar saat penyampaian materi. Pendidik harus
menguasai materi yang akan disampaikan secara matang, dan pendidik
harus dapat menggunakan media pembelajaran secara tepat. Karena bila
pendidik tidak dapat menggunakan media pembelajaran, proses
pembelajaran juga tidak akan efektif dengan apa yang diharapkan. Media
pembelajaran sangatlah berperan besar dalam proses pembelajaran yang
terjadi.
Pemilihan media pembelajaran oleh pendidik secara tepat juga akan
menambah keefektifan proses pembelajaran, karena pemilihan media
12. 12
pembelajaran yang menarik dapat menimbulkan rasa ingin tahu yang tinggi
peserta didik dan hal ini akan mempermudah terjadinya proses
pembelajaran itu sendiri. Media pembelajaran yang menarik juga dapat
menjadikan peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
media pembelajaran juga terjalinnya komunikasi antara pendidik dan
peserta didik, peserta didik juga lebih berani mengutarakan apa yang belum
jelas menurutnya, dan pendidikpun harus menjawab pertanyaan-pertanyaan
dari peserta didik tersebut.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini,
media pembelajaran juga mulai berkembang. Penggunaan OHP dan LCD
sudahlah biasa bagi sekolah-sekolah negeri di Indonesia. Hanya saja
hambatannya adalah pendidik yang kurang menguasai media-media
tersebut, sehingga proses pembelajaran sedikit terhambat. Pendidik yang
“tidak muda” mungkin kesulitan untuk mengikuti perkembangan jaman
sekarang ini, karena ketidakpahaman mereka tentang alat-alat modern
sekarang ini. Pendidik tersebut masih menggunakan pengajaran yang kuno,
tanpa memperhatikan keefektifan dan ketertarikan peserta didik itu sendiri.
Media pembelajaran yang cocok digunakan untuk pendidik yang “tidak
muda” lagi ini adalah media yang mudah dipelajari, dan hanya
membutuhkan beberapa langkah saja, bukan media yang terlalu rumit
penggunaannya. Kebalikannya, bagi pendidik yang masih muda dan
tergolong baru, media pembelajaran sangat membantu mereka dalam
penyampaian materi kepada peserta didik. Pendidik juga lebih mudah
mengetahui tingkat kesukaran materi yang disampaikan. Media
pembelajaran sangat membantu materi-materi yang sulit dipahami oleh
peserta didik menjadi mudah dipahami. Dengan menggunakan contoh-
contoh dalam kehidupan nyata yang ditampilkan, hal ini juga sangat
membantu proses pembelajaran itu sendiri. Karena dengan contoh-contoh
nyata peserta didik lebih paham dan tertanam lebih baik di otak peserta
didik.
13. 13
Hubungan Logis Media Pembelajaran terhadap Facebook karena
Facebook telah dikenal dan digunakan oleh hampir seluruh lapisan
masyarakat. Bukan hanya karena cara membuat akun-nya yang cukup
mudah, tetapi juga karena banyak manfaat dari facebook tersebut, salah
satunya adalah manfaat di bidang pendidikan. Salah satu manfaat yang
dapat diperoleh yaitu untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Hal ini
dapat dilakukan ketika pendidik tidak dapat menyampaikan materi secara
langsung, maka materi tersebut dapat disampaikan melalui facebook dengan
memanfaatkan fasilitas group yang juga dapat digunakan untuk sarana
diskusi antara pendidik dengan peserta didik dan antara peserta didik
dengan peserta didik lain.
G. Desain dan Metode Penelitian
Studi ini merupakan kegiatan penelitian dengan menggunakan Metode
penelitian dan pengembangan (R&D). Yang bertujuan untuk
mengembangkan suatu desain pembelajaran yang baru seperti pembelajaran
matematika berbasis masalah dengan menggunakan media pembelajaran
yang ada dan salah satunya FACEBOOK. Guru dan mahasiswa menjadi
sebuah tim yang akan merancang desain pembelajaran secara konseptual
berdasarkan pengalaman dan kondisi yang ada. Kegiatan perancangan ini
akan diikuti dengan kegiatan implementasi di kelas yang dilakukan secara
bersamasama pula. Kedua tahapan ini akan selalu dibarengi proses evaluasi
dan refleksi dalam upaya penyempurnaan desain yang dikembangkan.
Proses perancangan kembali dan implementasi akan dilaksanakan silih
berganti sehingga diperoleh model yang optimal untuk mencapai tujuan dari
penelitian ini.
14. 14
1. Subjek Penelitian dan Data Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa sekolah di sekitar
kabupaten Subang yang sudah dapat mengakses internet, dengan subjek
utama yaitu siswa SMP. Data yang diperlukan dalam penelitian ini akan
dijaring diantaranya melalui studi dokumentasi, observasi kelas,
pengisian angket, wawancara, dan tes kemampuan menggunakan media
pembelajaran yang ada, salah satunya menggunakan media
FACEBOOK. Data yang terhimpun akan dianalisis baik secara
kualitatif ataupun kuantitatif sesuai dengan keperluan.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tes Tertulis
Tes tertulis ini berisi soal uraian yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman konsep matematika yang telah dipelajari dengan metode
pembelajaran berbasis masalah, dan juga untuk mengukur
kemampuan berfikir kreatif siswa setelah diterapkannya metode
pembelajaran matematika berbasis masalah.
2. Angket
Penggunaan angket adalah untuk mengungkap tanggapan siswa
dengan diterapkannya pembelajaran matematika berbasis masalah
dengan menggunakan media pembelajaran FACEBOOK.
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa digunakan untuk memandu siswa pada sesi kerja
kelompok, untuk memecahkan masalah yang telah disajikan di awal
pembelajaran.
3. Prosedur Penelitian
Secara keseluruhan kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dalam
tiga tahap, yaitu: tahap identifikasi dan penyusunan komponen
pembelajaran, tahap implementasi, serta tahap evaluasi dan
penyempurnaan desain pembelajaran. Ketiga tahapan tersebut
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu siklus
15. 15
pengembangan. Secara rinci kegiatan dari setiap tahap adalah sebagai
berikut.
Tahap pertama
Pada tahap pertama tim peneliti (mahasiswa, dan guru) berkolaborasi
melakukan: 1) identifikasi permasalahan yang menyangkut bahan ajar yang
tersedia seperti mengidentifikasi apakah setiap sekolah mempunyai lab
komputer untuk mengakses internet, mengidentifikasi apakah setiap siswa
mempunyai akun dan sering mengakses FACEBOOK, identifikasi kegiatan
pembelajaran yang biasa dilaksanakan, serta alat dan cara evaluasi yang sering
dilakukan; dan 2) berdasarkan hasil identifikasi akan disusun
komponenkomponen pembelajaran yang terdiri dari bahan ajar, media, alat dan
cara evaluasi, dan strategi pembelajaran yang relevan dengan masing-masing
subpenelitian.
Tahap kedua
Tim peneliti mengkaji lebih lanjut komponen pembelajaran yang telah disusun
dan selanjutnya direviu oleh pakar sehingga komponen-komponen
pembelajaran tersebut dapat dihaluskan. Selanjutnya kegiatan implementas i
akan dilaksanakan di sekolah yang telah ditentukan sesuai dengan setiap anak
penelitian. Secara bergantian tim peneliti direncanakan bertindak sebagai guru
dalam kegiatan pembelajaran. Secara rinci pada kegiatan implementasi ini akan
dilakukan: 1) observasi kelas untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi
komponen-komponen pembelajaran yang dikembangkan, 2) mewawancarai
sejumlah siswa dan pengumpulan informasi dengan menggunakan angket, dan
3) melakukan tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematik.
Tahap ketiga
Tahap ini merupakan tahap refleksi dan evaluasi untuk penyempurnaan model
yang dikembangkan. Secara rinci pada tahap ini akan dilakukan: 1) pengecekan
efektivitas, efisiensi, dan relevansi model yang dikembangkan, 2) pengecekan
16. 16
respon dan kinerja siswa mengenai desain pembelajaran yang dikembangkan,
dan 3) penyempurnaan model pembelajaran.
H. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengelompokan siswa menjadi kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Terdapat tiga puluh dua orang siswa yang dijadikan subyek penelitian
yang dikelompokan dalam tiga kategori yaitu kelompok tinggi, sedang
atau rendah.
Menurut Arikunto (2006), untuk mengetahui kedudukan siswa pada
kelompok tinggi, sedang atau rendah, dapat dilakukan dengan
menggunakan standar deviasi. Data yang digunakan untuk keperluan
pengelompokan siswa ini adalah data rata-rata tiga nilai ulangan harian
siswa. Kelompok tinggi terdiri dari siswa dengan skor yang besarnya
sama dengan atau lebih besar dari skor rata-rata secara keseluruhan
siswa ditambah standar deviasi. Untuk kelompok rendah ditentukan
dengan melihat siswa yang memiliki skor yang besarnya skor rata-rata
keseluruhan siswa dikurangi standar deviasi. Sedangkan untuk
kelompok sedang terdiri dari skor yang terletak diantara kelompok
tinggi dan rendah. Berdasarkan pernyataan Arikunto (2006) tersebut,
diperoleh kelompok tinggi yang terdiri dari siswa dengan rata-rata nilai
ulangan ≥ 70,73 (4 orang), kelompok sedang dengan rata-rata nilai
ulangan antara 70,73 dan
56,86 (23 orang) serta kelompok rendah dengan rata-rata nilai ulangan
56,86 (5 orang). Tujuan dari pengelompokan seperti ini adalah untuk
mengetahui apakah penerapan model pembelajaran ini memiliki
pengaruh yang sama untuk siswa kategori kelompok tinggi sedang atau
rendah.
2. Menganalisis respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan baik sebelum dan sesudah perlakuan penerapan pembelajaran
berbasis masalah antara kelompok tinggi, sedang dan rendah.
3. Menganalisis pemahaman konsep siswa dari masing-masing soal tes
awal dan tes akhir siswa, membandingkan peningkatannya dalam
prosen (%), kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria peningkatan
kemampuan pada Tabel 3.1.
17. 17
Tabel 3.1
Tafsiran Peningkatan Kemampuan
Nilai (%) Tafsiran
0 Tidak ada
1-25 Sebagian kecil
26-49 Hampir separuhnya
50 Separuhnya
51-75 Sebagian besar
76-99 Hampir seluruhnya
100 Seluruhnya
(Koentjaraningrat, 1999)
4. Menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa dari masing-masing soal
tes awal dan tes akhir siswa, membandingkan peningkatannya dalam
persen (%),kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria peningkatan
kemampuan pada Tabel 3.1.
5. Menganalisis kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis
masalah
6. Mengidentifikasi tanggapan siswa mengenai diterapkannya
pembelajaran berbasis masalah.
18. 18
DAFTAR PUSTAKA
Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Tersedia dalam
http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol.I No. I Januari
200/6. Tatang Herman.pdf
Nafiah,Siti.2010. Penerapan StrategiPembelajaran BerbasisMasalah(SPBM)Dalam
Upaya Pencapaian KomunikasiMatematisdan BerfikirKritisSiswa KelasXIIPS
MA Ibnul Qoyyim Putri. Yogyakarta: tidak dipublikasikan
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics: Tersedia dalam
www.standard.nctm.org
Nurhidayah, Alif. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbesasis Masalah Terstruktur
Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemandirian Belajar
matematika Siswa Kelas VII MTsN 2 Yogyakarta. Yogyakarta: tidak
dipublikasikan
Suherman, Eman. 1990. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Wijaya
Kusumah.
Suherman, Eman. 2010.Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Balai
Percetakan dan Penerbitan UPI.
Yumiwati. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berfikir Matematis Tingkat Tinggi
dengan Computer-Based ProblemSolving Pada Siswa SMP.Disertasi PPsUPI.
Bandung: tidak dipublikasikan.