SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 30
Silogisme
Disusun Oleh:
Rika Afriani
Lisa Purnama
Sari
Suharti
Jeanne Marie.
M
Peta Konsep
Silogisme
A. Definisi
B. Struktur
C. Prinsip Umum
D. Pembagian Silogisme
 Silogisme adalah penarikan konklusi
secara deduktif tidak langsung yang
konklusinya ditarik dari premis yang
disediakan sekaligus.
 Silogisme merupakan suatu proses
penarikan kesimpulan yang
didasarkan atas pernyataan-
pernyataan (proposisi yang kemudian
disebut premis) sebagai antesedens
(pengetahuan yang sudah dipahami)
A. Definisi
Silogisme
B. StrukturSilogismeSebuah silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu dua
proposisi yang disajikan dan sebuah proposisi yang
ditariknya. Proposisi yang disajikan dinamai premis mayor
dan premis minor, sedangkan kesimpulannya dinamai
konklusi. Setiap proposisi terdiri atas dua term.
P konklusi disebut term mayor, sedang S-nya disebut
term minor, dan term yang sama-sama terdapat pada kedua
proposisi disebut term penengah. Term penengah ini
merupakan faktor terpenting dalam silogisme, karena
penyebab kedua premis dapat saling berhubungan
sehingga menghasilkan konklusi. Dengan perkataan lain,
Silogisme ini bagian dari penalaran deduksi. Jika dirumuskan
sebagai berikut :
•PU : A = B
•PK : C = A
•K : C = B
•A = semua anggota golongan tertentu
•B = sifat yang ada pada A
•C = sesorang atau sesuatu anggota A
Rumus umum silogisme :
PM (premis mayor) : A = B
Pm (premis minor) : C = A
Kesimpulan : C = B
Contoh:
PU : Semua makhluk hidup memiliki mata.
PK : Si Polan adalah makhluk hidup.
S/K : Maka si Polan memiliki mata.
 Aturan I : Tiap-tiap silogisme pastilah terdiri atas
tiga term.
Aturan itu berguna untuk menentukan cara
penarikan konklusi dalam bentuk silogisme atau
bukan. Suatu bentuk silogisme harus
mempunyai tiga term yaitu term mayor, term
minor dan term penengah yang masing-
masingnya disebut dua kali. Pelanggaran
terhadap aturan ini akan berdampak kesalahan
adanya empat buah term atau kesalahan
C. Prinsip Umum Silogisme
Kaki saya menyentuh sofa
Sofa menyentuh lantai.
Kaki saya menyentuh lantai.
Dalam contoh tersebut terdapat empat butir term
yaitu kaki saya, menyentuh sofa, sofa dan menyentuh
lantai. Karena itu, tidak ada konklusi yang dapat
ditarik.
Aturan II : Silogisme hanya terdiri dari tiga proposisi
Aturan II, sama halnya dengan aturan I yakni hanya
untuk membedakan silogisme dari bentuk-bentuk
Aturan III : Term penengah mestilah tersebar dalam
premis, paling kurang satu kali.
Karena term penengah menyebabkan
term mayor dan term minor mempunyai
hubungan, maka ia mestilah tersebar dalam
salah satu premis, paling kurang satu kali..
Jika sebagian term penengah berhubungan
dengan term mayor, dan sebagian lainnya
berhubungan dengan term minor, maka tidak
ada konklusi yang dapat diambil.
Kesalahan yang terjadi akibat tidak
mengikuti aturan III ini disebut kesalahan
penengah yang tidak tersebar (the fallacy of
undistributed middle). Berikut ini contoh
kesalahannya :
Sebagian manusia pasti adalah guru
Semua binatang yang pandai melacak
pencuri adalah manusia.
Semua binatang yang pandai melacak
pencuri adalah guru.
Kategorikal Hipotetis
Disyungtif Tersusun
D. Pembagian Silogisme
 Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua
proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang
mendukung silogisme disebut dengan premis
yang kemudian dapat dibedakan dengan premis
mayor (premis yang termnya menjadi predikat),
dan premis minor ( premis yang termnya menjadi
subjek). Yang menghubungkan diantara kedua
premis tersebut adalah term penengah (middle
term).
1. Silogisme
Kategorikal
 Contoh :
Semua Tanaman membutuhkan air (premis
mayor)
……………….M……………..P
Akasia adalah Tanaman (premis minor)
….S……………………..M
Akasia membutuhkan air (konklusi)
….S……………..P
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
1.Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus
parti¬kular juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan.
Sebagian makanan tidak menyehatkan.
Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan.
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal
Hukum-hukum
Silogisme Katagorik
2. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif
juga, seperti:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
3. Dari dua premis yang sama-sama particular, tidak sah
diambil kesimpulan.
Beberapa politikus tidak jujur.
Banyak cendekiawan adalah politikus,
Jadi banyak cendekiawan tidak jujur.
4.Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak
mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata
rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya.
Contoh :
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
….. (Tidak ada kesimpulan)
5. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan
term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak,
kesimpulan menjadi salah, seperti :
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Jadi: Kambing bukan binatang.
6.Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis
mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna
ganda kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi: Januari bersinar di langit.
7. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat,
dan term menengah (middle term), begitu juga jika terdiri
dari dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan
konklusinya.
Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis
mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis
minornya adalah proposisi katagorik.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian
antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2.) Silogisme
Hipotetik
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian
konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari
antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa,
maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari
bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa
akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum silogisme hipotetik adalah:
 Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
 Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak
sah = salah)
 Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah =
salah)
 Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Hukum-hukum Silogisme
Hipotetik
Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan
penyelidikan berikut:
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan
membubung tinggi.
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.
( benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yang diakui
kebenarannya
Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang
premis mayornya disyungtif sedangkan premis
minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
3.)Silogisme
Disyungtif
Dalam arti sempit Dalam arti luas
dalam arti sempit
mayornya mempunyai
alternatif kontradiktif,
seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus.
Jadi ia bukan tidak lulus.
premis mayorya
mempunyai alternatif
bukan kontradiktif,
seperti:
Hasan di rumah atau di
pasar.
Ternyata tidak di
rumah.
Jadi di pasar.
Pembagian Silogisme
Disyungtif
1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit,
konklusi yang dihasilkan selalu benar,
apabila prosedur penyimpulannya valid,
seperti :
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran
konklusinya adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu
Hukum-hukum
Silogisme Disyungtif
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ia adalah guru.
Jadi bukan pelaut.
2. Bila premis minor mengingkari salah satu
konklusinya, maka tidak sah (salah), seperti:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Dalam komunikasi sehari – hari juga
banyak terdapat penyimpangan karena
unsur preposisinya hiperlengkap, lebih
dari tiga. Silogisme yang demikian itu
dinamakan silogisme tersusun. Silogisme
ini dapat dibedakan dalam tiga golongan.
4.) Silogisme
Tersusun
1. Epikherema;
Epikherema merupakan jabaran dari silogisme
kategorial yang diperluas dengan jalan memperluas
salah satu premisnya atau keduanya.
Contoh :
P1= Semua pahlawan bersifat mulia sebab mereka
selalu memperjuangkan hak miliki bersama
dengan menomorduakan kepentingan
pribadinya.
P2 = Sultan Mahmud Badaruddin adalah pahlawan.
K = Jadi, Sultan Mahmud Badaruddin itu mulia.
Dari contoh di atas terlihat bahwa ada bagian
(premis) tertentu yang diperluas dengan
menambahkan keterangan, alasan, bukti, dan
penjelasan sebagai pelengkap premis mayor.
2. Entimem
Entimem merupakan bentuk singkat
silogisme dengan jalan mengubah format
yang disederhanakan, tanpa menampilkan
premis mayor.
Contoh :
“ Tentu saja saya dapat khilaf, saya kan manusia
biasa! “
Adapun bentuk silogisme standar diatas
adalah:
Mayor : Semua manusia biasa adalah
makhluk yang dapat khilaf.
Minor : Saya adalah manusia biasa.
Konklusi : Saya adalah makhluk yang dapat
khilaf.
3. Silogisme tipe ini sangat cocok untuk
bentuk-bentuk tulisan atau pembicaraan
yang bernuansa persuasif. Silogisme tipe
ini didukung oleh lebih dari tiga premis.
Contoh :
Partai yang fanatik mementingkan golongan
sendiri itu bukan partai yang mau mengalah.
Partai yang mau mengalah adalah partai yang
mau bermusyawarah.
Partai yang mau bermusyawarah adalah partai
seperti dituntut oleh Pancasila.
Partai seperti dituntut oleh Pancasila adalah
partai yang sesuai dengan konsensus bangsa
Indonesia.
Partai yang fanatik mementingkan golongan
-Sekian-
Terimakasi
h

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Perbandingan:Persamaan dan Perbedaan Orde Baru dan Reformasi
Perbandingan:Persamaan dan Perbedaan Orde Baru dan ReformasiPerbandingan:Persamaan dan Perbedaan Orde Baru dan Reformasi
Perbandingan:Persamaan dan Perbedaan Orde Baru dan ReformasiDewi Setiyani Putri
 
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaMAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaShally Rahmawaty
 
Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesisSilogisme hipotesis
Silogisme hipotesisFuji Lestari
 
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa IndonesiaMakalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa IndonesiaBram Agus Leonardo
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamNovita Widianingsih
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikUwes Chaeruman
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaBuyung Iskandar
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamchusnaqumillaila
 
Analisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai Filsafat
Analisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai FilsafatAnalisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai Filsafat
Analisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai Filsafatrickes alhikma
 
contoh Bab 1. pendahuluan makalah
contoh Bab 1. pendahuluan makalahcontoh Bab 1. pendahuluan makalah
contoh Bab 1. pendahuluan makalahRizki Kamaratih
 
1. identitas nasional
1. identitas nasional1. identitas nasional
1. identitas nasionalMardiah Ahmad
 
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaianRagam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaianRipan Nugraha Harahap
 
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaSyaiful Ahdan
 
Penyalahgunaan iptek
Penyalahgunaan iptekPenyalahgunaan iptek
Penyalahgunaan iptekhariyanto81
 
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinyaMasalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinyaMagdalena Palma Renia
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologiM fazrul
 
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Lela Warni
 
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiKata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiNuri Andhika Pratama
 

Was ist angesagt? (20)

Perbandingan:Persamaan dan Perbedaan Orde Baru dan Reformasi
Perbandingan:Persamaan dan Perbedaan Orde Baru dan ReformasiPerbandingan:Persamaan dan Perbedaan Orde Baru dan Reformasi
Perbandingan:Persamaan dan Perbedaan Orde Baru dan Reformasi
 
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaMAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesisSilogisme hipotesis
Silogisme hipotesis
 
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa IndonesiaMakalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks Akademik
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agama
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
 
Analisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai Filsafat
Analisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai FilsafatAnalisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai Filsafat
Analisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai Filsafat
 
contoh Bab 1. pendahuluan makalah
contoh Bab 1. pendahuluan makalahcontoh Bab 1. pendahuluan makalah
contoh Bab 1. pendahuluan makalah
 
Ppt 1 dasar dasar antropologi
Ppt 1 dasar dasar antropologiPpt 1 dasar dasar antropologi
Ppt 1 dasar dasar antropologi
 
1. identitas nasional
1. identitas nasional1. identitas nasional
1. identitas nasional
 
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaianRagam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
 
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
 
Penyalahgunaan iptek
Penyalahgunaan iptekPenyalahgunaan iptek
Penyalahgunaan iptek
 
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinyaMasalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
 
Kalimat efektif ppt
Kalimat efektif pptKalimat efektif ppt
Kalimat efektif ppt
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologi
 
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
 
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiKata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (10)

Silogisme
SilogismeSilogisme
Silogisme
 
silogisme
silogismesilogisme
silogisme
 
Pengertian logika dan silogisme
Pengertian logika dan silogismePengertian logika dan silogisme
Pengertian logika dan silogisme
 
SILOGISME
SILOGISMESILOGISME
SILOGISME
 
Etika dan Filsafat
Etika dan FilsafatEtika dan Filsafat
Etika dan Filsafat
 
Silogisme kategoris (9)
Silogisme kategoris (9)Silogisme kategoris (9)
Silogisme kategoris (9)
 
SILOGISME, DILEMA DAN SESAT PIKIR
SILOGISME, DILEMA DAN SESAT PIKIRSILOGISME, DILEMA DAN SESAT PIKIR
SILOGISME, DILEMA DAN SESAT PIKIR
 
Definisi operasional ppt
Definisi operasional pptDefinisi operasional ppt
Definisi operasional ppt
 
Dwi n
Dwi nDwi n
Dwi n
 
Ilmu, filsafat, dan agama
Ilmu, filsafat, dan agamaIlmu, filsafat, dan agama
Ilmu, filsafat, dan agama
 

Ähnlich wie SILOGIME

Ähnlich wie SILOGIME (20)

Silogisme
Silogisme Silogisme
Silogisme
 
Macam-macam Penalaran Deduktif
Macam-macam Penalaran DeduktifMacam-macam Penalaran Deduktif
Macam-macam Penalaran Deduktif
 
Silogisme_Hamka Husein Hs
Silogisme_Hamka Husein HsSilogisme_Hamka Husein Hs
Silogisme_Hamka Husein Hs
 
Critical ( silogisme kategorik )
Critical ( silogisme kategorik )Critical ( silogisme kategorik )
Critical ( silogisme kategorik )
 
Penalaran deduktif bagian 2-kelompok 2 kelas 3 ea16
Penalaran deduktif bagian 2-kelompok 2 kelas 3 ea16Penalaran deduktif bagian 2-kelompok 2 kelas 3 ea16
Penalaran deduktif bagian 2-kelompok 2 kelas 3 ea16
 
Makalah logika
Makalah logikaMakalah logika
Makalah logika
 
Penalaran Deduktif
Penalaran DeduktifPenalaran Deduktif
Penalaran Deduktif
 
Penalaran deduktif 27/12/13
Penalaran deduktif 27/12/13Penalaran deduktif 27/12/13
Penalaran deduktif 27/12/13
 
Alvian mitha s
Alvian mitha sAlvian mitha s
Alvian mitha s
 
mantiq
mantiqmantiq
mantiq
 
PENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIFPENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIF
 
Silogisme - ILMU MANTIQ
Silogisme - ILMU MANTIQSilogisme - ILMU MANTIQ
Silogisme - ILMU MANTIQ
 
Jawaban filsafat
Jawaban filsafatJawaban filsafat
Jawaban filsafat
 
Penalaran deduktif
Penalaran deduktifPenalaran deduktif
Penalaran deduktif
 
PENALARAN-SALAH NALAR.docx
PENALARAN-SALAH NALAR.docxPENALARAN-SALAH NALAR.docx
PENALARAN-SALAH NALAR.docx
 
Filsafat ilmu - Definisi dan Penalaran
Filsafat ilmu - Definisi dan PenalaranFilsafat ilmu - Definisi dan Penalaran
Filsafat ilmu - Definisi dan Penalaran
 
Unsur penelitian
Unsur penelitianUnsur penelitian
Unsur penelitian
 
Sosiologi dan politik
Sosiologi dan politikSosiologi dan politik
Sosiologi dan politik
 
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab KejahatanKriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
 
Sociology of imagination presentation -
Sociology of imagination   presentation -Sociology of imagination   presentation -
Sociology of imagination presentation -
 

Kürzlich hochgeladen

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 

SILOGIME

  • 1. Silogisme Disusun Oleh: Rika Afriani Lisa Purnama Sari Suharti Jeanne Marie. M
  • 2. Peta Konsep Silogisme A. Definisi B. Struktur C. Prinsip Umum D. Pembagian Silogisme
  • 3.  Silogisme adalah penarikan konklusi secara deduktif tidak langsung yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus.  Silogisme merupakan suatu proses penarikan kesimpulan yang didasarkan atas pernyataan- pernyataan (proposisi yang kemudian disebut premis) sebagai antesedens (pengetahuan yang sudah dipahami) A. Definisi Silogisme
  • 4. B. StrukturSilogismeSebuah silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu dua proposisi yang disajikan dan sebuah proposisi yang ditariknya. Proposisi yang disajikan dinamai premis mayor dan premis minor, sedangkan kesimpulannya dinamai konklusi. Setiap proposisi terdiri atas dua term. P konklusi disebut term mayor, sedang S-nya disebut term minor, dan term yang sama-sama terdapat pada kedua proposisi disebut term penengah. Term penengah ini merupakan faktor terpenting dalam silogisme, karena penyebab kedua premis dapat saling berhubungan sehingga menghasilkan konklusi. Dengan perkataan lain,
  • 5. Silogisme ini bagian dari penalaran deduksi. Jika dirumuskan sebagai berikut : •PU : A = B •PK : C = A •K : C = B •A = semua anggota golongan tertentu •B = sifat yang ada pada A •C = sesorang atau sesuatu anggota A Rumus umum silogisme : PM (premis mayor) : A = B Pm (premis minor) : C = A Kesimpulan : C = B Contoh: PU : Semua makhluk hidup memiliki mata. PK : Si Polan adalah makhluk hidup. S/K : Maka si Polan memiliki mata.
  • 6.  Aturan I : Tiap-tiap silogisme pastilah terdiri atas tiga term. Aturan itu berguna untuk menentukan cara penarikan konklusi dalam bentuk silogisme atau bukan. Suatu bentuk silogisme harus mempunyai tiga term yaitu term mayor, term minor dan term penengah yang masing- masingnya disebut dua kali. Pelanggaran terhadap aturan ini akan berdampak kesalahan adanya empat buah term atau kesalahan C. Prinsip Umum Silogisme
  • 7. Kaki saya menyentuh sofa Sofa menyentuh lantai. Kaki saya menyentuh lantai. Dalam contoh tersebut terdapat empat butir term yaitu kaki saya, menyentuh sofa, sofa dan menyentuh lantai. Karena itu, tidak ada konklusi yang dapat ditarik. Aturan II : Silogisme hanya terdiri dari tiga proposisi Aturan II, sama halnya dengan aturan I yakni hanya untuk membedakan silogisme dari bentuk-bentuk
  • 8. Aturan III : Term penengah mestilah tersebar dalam premis, paling kurang satu kali. Karena term penengah menyebabkan term mayor dan term minor mempunyai hubungan, maka ia mestilah tersebar dalam salah satu premis, paling kurang satu kali.. Jika sebagian term penengah berhubungan dengan term mayor, dan sebagian lainnya berhubungan dengan term minor, maka tidak ada konklusi yang dapat diambil.
  • 9. Kesalahan yang terjadi akibat tidak mengikuti aturan III ini disebut kesalahan penengah yang tidak tersebar (the fallacy of undistributed middle). Berikut ini contoh kesalahannya : Sebagian manusia pasti adalah guru Semua binatang yang pandai melacak pencuri adalah manusia. Semua binatang yang pandai melacak pencuri adalah guru.
  • 11.  Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). 1. Silogisme Kategorikal
  • 12.  Contoh : Semua Tanaman membutuhkan air (premis mayor) ……………….M……………..P Akasia adalah Tanaman (premis minor) ….S……………………..M Akasia membutuhkan air (konklusi) ….S……………..P (S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
  • 13. 1.Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus parti¬kular juga, seperti: Semua yang halal dimakan menyehatkan. Sebagian makanan tidak menyehatkan. Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan. (Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal Hukum-hukum Silogisme Katagorik
  • 14. 2. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti: Semua korupsi tidak disenangi. Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi Sebagian pejabat tidak disenangi. (Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi) 3. Dari dua premis yang sama-sama particular, tidak sah diambil kesimpulan. Beberapa politikus tidak jujur. Banyak cendekiawan adalah politikus, Jadi banyak cendekiawan tidak jujur.
  • 15. 4.Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Contoh : Kerbau bukan bunga mawar. Kucing bukan bunga mawar. ….. (Tidak ada kesimpulan) 5. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti : Kerbau adalah binatang. Kambing bukan kerbau. Jadi: Kambing bukan binatang.
  • 16. 6.Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain, seperti: Bulan itu bersinar di langit. Januari adalah bulan. Jadi: Januari bersinar di langit. 7. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term menengah (middle term), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan konklusinya.
  • 17. Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik: 1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti: Jika hujan, saya naik becak. Sekarang hujan. Jadi saya naik becak. 2.) Silogisme Hipotetik
  • 18. 2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti: Bila hujan, bumi akan basah. Sekarang bumi telah basah. Jadi hujan telah turun. 3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti: Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul. Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
  • 19. 4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti: Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah. Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
  • 20. Hukum silogisme hipotetik adalah:  Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.  Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)  Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)  Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana. Hukum-hukum Silogisme Hipotetik
  • 21. Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut: Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, peperangan terjadi. Jadi harga bahan makanan membubung tinggi. ( benar = terlaksana) Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya
  • 22. Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya disyungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. 3.)Silogisme Disyungtif
  • 23. Dalam arti sempit Dalam arti luas dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti: la lulus atau tidak lulus. Ternyata ia lulus. Jadi ia bukan tidak lulus. premis mayorya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti: Hasan di rumah atau di pasar. Ternyata tidak di rumah. Jadi di pasar. Pembagian Silogisme Disyungtif
  • 24. 1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti : Hasan berbaju putih atau tidak putih. Ternyata berbaju putih. Jadi ia bukan tidak berbaju putih. 2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah sebagai berikut: a. Bila premis minor mengakui salah satu Hukum-hukum Silogisme Disyungtif
  • 25. Budi menjadi guru atau pelaut. Ia adalah guru. Jadi bukan pelaut. 2. Bila premis minor mengingkari salah satu konklusinya, maka tidak sah (salah), seperti: Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya. Ternyata tidak lari ke Yogya. Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
  • 26. Dalam komunikasi sehari – hari juga banyak terdapat penyimpangan karena unsur preposisinya hiperlengkap, lebih dari tiga. Silogisme yang demikian itu dinamakan silogisme tersusun. Silogisme ini dapat dibedakan dalam tiga golongan. 4.) Silogisme Tersusun
  • 27. 1. Epikherema; Epikherema merupakan jabaran dari silogisme kategorial yang diperluas dengan jalan memperluas salah satu premisnya atau keduanya. Contoh : P1= Semua pahlawan bersifat mulia sebab mereka selalu memperjuangkan hak miliki bersama dengan menomorduakan kepentingan pribadinya. P2 = Sultan Mahmud Badaruddin adalah pahlawan. K = Jadi, Sultan Mahmud Badaruddin itu mulia. Dari contoh di atas terlihat bahwa ada bagian (premis) tertentu yang diperluas dengan menambahkan keterangan, alasan, bukti, dan penjelasan sebagai pelengkap premis mayor.
  • 28. 2. Entimem Entimem merupakan bentuk singkat silogisme dengan jalan mengubah format yang disederhanakan, tanpa menampilkan premis mayor. Contoh : “ Tentu saja saya dapat khilaf, saya kan manusia biasa! “ Adapun bentuk silogisme standar diatas adalah: Mayor : Semua manusia biasa adalah makhluk yang dapat khilaf. Minor : Saya adalah manusia biasa. Konklusi : Saya adalah makhluk yang dapat khilaf.
  • 29. 3. Silogisme tipe ini sangat cocok untuk bentuk-bentuk tulisan atau pembicaraan yang bernuansa persuasif. Silogisme tipe ini didukung oleh lebih dari tiga premis. Contoh : Partai yang fanatik mementingkan golongan sendiri itu bukan partai yang mau mengalah. Partai yang mau mengalah adalah partai yang mau bermusyawarah. Partai yang mau bermusyawarah adalah partai seperti dituntut oleh Pancasila. Partai seperti dituntut oleh Pancasila adalah partai yang sesuai dengan konsensus bangsa Indonesia. Partai yang fanatik mementingkan golongan