SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 28
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi
i
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi
ii
PETUNJUK PRAKTIS
MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
PADA TERNAK SAPI
Disusun Oeh :
Luh Gde Sri Astiti
Penyunting :
Tanda S Panjaitan
Achmad Muzani
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NTB
2010
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi
iii
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa sehingga penyusunan buku petunjuk praktis
manajemen umum pencegahan dan pengendalian penyakit
pada ternak sapi ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Buku petunjuk praktis manajemen umum pencegahan
dan pengendalian penyakit pada ternak sapi merupakan
satu dari sepuluh seri buku petunjuk praktis yang
diterbitkan Balai Pengkajian Teknologi Peternakan Nusa
Tenggara Barat (BPTP-NTB) dalam upayanya mendukung
program swasembada daging sapi 2014.
Buku ini mengurai secara praktis dan sederhana cara
pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternak sapi
sehingga mudah dipahami para pengguna dalam hal ini
sarjana membangun desa dan kelompok petani ternak
binaannya maupun pegiat peternakan sapi potong lainnya.
Diharapkan buku ini dapat memperbaiki produktivitas sapi
Bali untuk meningkatkan populasi dan produksi daging
nasional.
Buku ini diterbitkan atas biaya dari dana kegiatan
pendampingan program swasembada daging sapi BPTP-
NTB tahun anggaran 2010. Kepada tenaga peneliti dan
penyuluh dari kelompok pengkaji peternakan yang sudah
terlibat dalam penyusunan buku petunjuk praktis ini
diucapkan penghargaan dan terimakasih. Semoga buku
kecil ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Mataram, Juni 2010
Kepala Balai,
Dr. Ir. Dwi Praptomo S., MS.
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi
iv
DAFTAR ISI
JUDUL ii
Kata Pengantar iii
Daftar isi iv
Daftar gambar v
I. PENDAHULUAN ............................................. 1
II. VAKSINASI DAN OBAT-OBATAN .......................... 4
III. PENYAKIT PADA TERNAK SAPI DI NTB ................ 5
DAFTAR PUSTAKA 21
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Ciri visual ternak sehat dibandingkan
dengan ternak sakit ................. 3
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pembengkakan bawah kulit pada
daerah perut ................. 6
2. Perdarahan dari lubang hidung dan
mulut ................. 7
3. Lesi kulit pada wajah dan tangan
yang terserang antrax ................. 7
4. Erosi lidah dan warna keruh pada
lensa mata ............... 14
5. Permukaan kulit berkerak karena
penyakit scabies ................ 16
6. Ternak sapi kurus karena cacingan ................ 19
7. Siklus hidup cacing Nematoda ................ 19
8. Siklus hidup Trematoda ................ 20
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
1
I. PENDAHULUAN
Manajemen pencegahan dan pengendalian penyakit
pada ternak sapi merupakan salah satu usaha upaya
mendukung program swasembada daging sapi 2014. Buku
ini menguraikan secara praktis dan sederhana cara
melakukan pencegahan penyakit dan pengendalian penyakit
pada ternak sapi agar mudah dipahami para pengguna
dalam hal ini Sarjana Membangun Desa (SMD) dan
kelompok petani ternak binaannya maupun pegiat
peternakan sapi lainnya.
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan
memperhatikan perkandangan yang baik misalnya ventilasi
kandang, lantai kandang juga kontak dengan sapi lain yang
sakit dan orang yang sakit. Sanitasi merupakan usaha
pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau
mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan
perpindahan dari penyakit tersebut. Prinsip sanitasi yaitu
bersih secara fisik, kimiawi dan mikrobiologi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi
1. Ruang dan alat yang akan disanitasi
2. Metiode sanitasi yang digunakan.
3. Bahan/zat kimia serta aplikasinya.
4. Monitoring program sanitasi.
5. Harga bahan yang digunakan.
6. Ketrampilan pekerja
7. Sifat bahan/produk dimana kegiatan akan dilakukan.
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
2
Prinsip-prinsip dalam pencegahan penyakit :
1. Pencegahan lebih baik daripada mengobati
2. Sapi-sapi baru yang akan dimasukkan ke kandang
harus dipastikan bebas dari berbagai penyakit
3. Lingkungan kandang harus bersih dan kering
4. Pisahkan sapi yang sakit dari sapi yang sehat
5. Lakukan pencegahan stress akibat transportasi
karena stress akan menyebabkan sapi mudah
terserang penyakit
6. Pembersihan kandang dan peralatan dilakukan setiap
hari
7. Pengendalian parasit internal (cacingan) dan
eksternal (caplak, lalat dan pinjal).
Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian
ekonomi yang cukup besar bagi peternak khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya. Karena banyak penyakit
ternak yang tidak hanya menyerang ternak tetapi juga
dapat menular kepada manusia disebut penyakit
“ZOONOSIS”
Kesehatan ternak adalah suatu keadaan atau
kondisi dimana tubuh hewan dengan seluruh sel yang
menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya secara
fisiologis berfungsi normal. Salah satu bagian yang paling
penting dalam penanganan kesehatan ternak adalah
melakukan pengamatan terhadap ternak yang sakit melalui
pemeriksaan ternak yang diduga sakit. Pemeriksaan ternak
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
3
yang diduga sakit adalah suatu proses untuk menentukan
dan mengamati perubahan yang terjadi pada ternak melalui
tanda-tanda atau gejala-gejala yang nampak sehingga
dapat diambil suatu kesimpulan dan suatu penyakit dapat
diketahui penyebabnya.
Tabel 1. Ciri visual ternak sehat dibandingkan dengan
ternak sakit.
No Kategori Sehat Sakit
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pergerakan
Mata
Bulu
Nafsu makan
Lendir lubang
alami
Suara napas
Aktif dan lincah
Jernih
Halus dan bersih
Normal
Tidak ada
Halus, teratur
dan tidak
tersengal-sengal
kurang aktif dan lincah
Pucat dan sayu
Kasar, berdiri dan kusam
Berkurang
Ada
Ngorok, tidak teratur dan
tersengal-sengal
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
4
II. VAKSINASI dan OBAT-OBATAN
Pemakaian dan penggunaan vaksin dan obat-obatan
memerlukan kehati-hatian karena akan berakibat fatal dan
merugikan peternak.
Beberapa hal yang harus diperhatikan :
Selalu membaca label dan ikuti petunjuk penggunaan
secara hati-hati.
Lakukan vaksinasi sesuai dengan jenis vaksinnya
demikian juga dengan aplikasinya
Jangan menggunakan vaksin dan obat-obat yang
kedaluarsa
Jangan mencampur vaksin dan obat-obatan sekaligus.
Berikan obat-obatan sesuai jangka waktu yang
ditentukan.
Simpan obat-obatan ditempat yang sejuk.
Simpan Vaksin dalam lemari es
Pada saat vaksinasi pakailah alat yang steril.
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
5
III. PENYAKIT PADA TERNAK SAPI di NTB
Penyakit sapi Bali yang masih terjadi di NTB
menurut data dari Dinas Peternakan Propinsi NTB tahun
2008 adalah penyakit Antrax, Septichaemia Epizootica (SE),
Surra, Malignant Catharral Fever (MCF), Scabies,
Helminthiasis dan Bovine Ephemeral Fever (BEF).
3.1. PENYAKIT ANTRAX (RADANG LIMPA)
Penyakit ini tergolong zoonosis disebabkan oleh
bakteri Basillus anthracis. Kuman Antrax dapat membentuk
spora dan tahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah,
tahan terhadap kondisi lingkungan yang panas, bahan kimia
dan desinfektan. Oleh sebab itu hewan yang mati karena
Antrax dilarang untuk dilakukan pembedahan pada
bangkainya agar tidak membuka peluang bagi organisme ini
membentuk spora.
Faktor yang mempercepat penularan penyakit ini
adalah musim panas, kekurangan makanan dan keletihan.
Penularan dari hewan ke hewan terjadi lewat makanan dan
minuman yang tercemar bakteri antrax. Infeksi pada hewan
juga dapat berasal dari tanah yang tercemar spora Antrax.
Bakteri Antrax masuk ke dalam tubuh hewan melalui luka,
terhirup bersama udara atau tertelan bersama makanan
dan minuman.
Penularan antrax ke manusia umumnya terjadi secara
langsung yaitu kontak dengan hewan penderita melalui
luka, atau bahan asal hewan seperti bulu yang terhirup
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
6
melalui pernafasan dan melalui saluran pencernaan bagi
orang yang memakan daging hewan penderita Antrax.
Gejala klinis yang dapat diamati pada hewan :
Umumnya bersifat akut dan per-akut disertai infeksi
menyeluruh
Kematian mendadak
Demam tinggi, gemetar, berjalan sempoyongan, kondisi
lemah, ambruk
Diare
Peradangan pada Limpa
Perdarahan berwarna hitam pekat seperti teer dari
lubang–lubang kumlah (lubang hidung, lubang anus,
pori-pori kulit)
Kesulitan bernafas
Gambar 1. Pembengkakan bawah kulit pada daerah perut.
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
7
Gambar 2. Perdarahan dari lubang hidung dan mulut.
Gejala klinis pada manusia antara lain :
Antrax tipe kulit umumnya ditandai dengan lesi
(semacam borok) yang khas dimulai dari bintil kecil
berwarna merah, menimbulkan rasa gatal yang
kemudian meluas dan terbentuk jaringan parut
berwarna hitam
Pembengkakan kelenjar limfe regional
Infeksi menyeluruh dapat terjadi pada penyakit yang
berlanjut Antrax tipe pernafasan umumnya diikuti
dengan gejala sesak di daerah dada yang disertai
dengan kebiruan dan umumnya diikuti kematian dalam
waktu 24 jam
Gambar 3. Lesi kulit pada wajah dan tangan yang
terserang antrax
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
8
Antrax tipe abdominal ditandai dengan gejala
demam, septikemia dan apabila tidak mendapatkan
pengobatan dapat menimbulkan kematian.
Pencegahan
Untuk mengurangi dan mencegah penyebarluasan
penyakit antrax dapat dilakukan dengan :
Pengawasan yang ketat (tindakan karantina) dari
daerah tertular ke daerah bebas
Vaksinasi dengan vaksin spora avirulen secara teratur
setiap tahun daerah wabah
Isolasi hewan yang sakit atau diduga sakit dan isolasi
daerah terjangkit penyakit
Hindari memberi pakan rumput dengan akarnya
Mengubur dan membakar bangkai ternak yang sakit
atau diduga sakit
Desinfeksi kandang dan lingkungan sekitar kandang
Tidak melakukan kontak fisik dengan hewan
tersangka penyakit antrax
Pengobatan hanya dapat dilakukan untuk penyakit pada
tahap awal dengan pemberian antibiotika berspektrum luas
seperti; Penisillin G, Oxytetracyclin atau Streptomycin
Hewan yang menderita Antrax dilarang keras untuk
dipotong.
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
9
3.2. SEPTICHAEMIA EPIZOOTICA (SE/NGOROK)
Penyebab penyakit ini adalah kuman Pastuerella
multocida serotipe 6B dan 6 E, kuman ini suka hidup
ditempat yang dingin dan lembab. Faktor pemicu terjadinya
infeksi berupa; cekaman atau stess seperti terlalu banyak
dipekerjakan, pemberian pakan yang berkualitas rendah,
kandang yang penuh dan berdesakan, dan kondisi
pengangkutan yang melelahkan pada ternak.
Penularan dari hewan sakit ke hewan yang sehat
atau pembawa terjadi melalui kontak makanan dan
minuman serta alat-alat tercemar ekskreta hewan penderita
(air liur, urin dan feses). Kuman yang jatuh ke tanah, bila
mendapatkan kondisi yang lembab dan dingin dapat
berkembang dan menulari hewan ternak yang
digembalakan di tempat tersebut.
Gejala Klinis yang dapat diamati :
Keluar air liur terus menerus
Kesulitan bernafas (ngorok)
Kondisi tubuh lemah dan lesu
Suhu tubuh meningkat sampai diatas 41 0
C
Tubuh gemetar
Selaput lendir kemerahan
Terdapat busung pada kepala, tenggorokan, leher bagian
bawah sampai gelambir
Pada bentuk dada terdapat tanda-tanda peradangan paru
yang diikuti dengan keluarnya ingus dan kesulitan bernafas
Pada kondisi kronis hewan menjadi kurus dan sering batuk,
nafsu makan terganggu
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
10
Pencegahan
Pada daerah bebas SE dilakukan karantina yang ketat
terhadap pemasukan hewan ternak ke daerah tersebut.
Bagi daerah tertular dilakukan vaksinasi terhadap ternak
yang sehat dengan oil adjuvant setidaknya setahun sekali.
Bangkai hewan yang sakit dibakar atau dikubur
Bersihkan kandang dengan disinfektan
Pengobatan dilakukan dengan antibiotika Oxytetracyclin,
Streptomycin atau Preparat sulfa (sulfamezathine).
Ternak yang tertular dapat dipotong dan dagingnya
dapat dikonsumsi dibawah pengawasan dokter hewan. Jaringan
yang sudah rusak seperti paru-paru harus dibuang dan
dimusnahkan dengan dibakar/dikubur. Karkas yang sangat
kurus karena penyakit yang berjalan kronis dimusnahkan.
3.3. SURRA (TRYPANOSOMIASIS/Penyakit Mubeng)
Penyakit surra merupakan penyakit parasit yang
disebabkan oleh protozoa Trypanosoma evansi. Parasit ini
hidup dalam darah induk semang dan memperoleh glukosa
sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah induk
semangnya.
Menurunnya kondisi tubuh akibat cekaman misalnya
stress, kurang pakan, kelelahan, kedinginan dan sebagainya
merupakan faktor yang memicu kejadian penyakit ini.
Penularan terjadi secara mekanis dengan perantaraan
lalat penghisap darah seperti Tabanidae, Stomoxys,
Lyperosia, Charysops dan Hematobia serta jenis arthropoda
yang lain seperti kutu dan pinjal
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
11
Gejala Klinis yang dapat diamati :
Gejala Umum meliputi demam, lesu, lemah, nafsu
makan berkurang, lekas letih.
Anemia, kurus, bulu rontok, busung daerah dagu
dan anggota gerak dan akhirnya akan mati.
Di daerah endemik ternak mungkin terkena infeksi
tetapi tidak terlihat adanya gejala.
Keluar getah radang dari hidung dan mata.
Selaput lendir terlihat menguning.
Jalan sempoyongan, kejang dan berputar-putar
(mubeng) disebabkan karena parasit berada dalam
cairan Cerebrospinal sehingga terjadi gangguan
saraf.
Pencegahan dapat dilakukan dengan
Pembasmian serangga penghisap darah dengan tindakan
penyemprotan kandang dan ternak dengan Asuntol atau
insektisida lain yang aman bagi ternak.
Pembersihan tempat yang basah dan rimbun.
Pengeringan tanah dan penertiban pembuangan kotoran
dan sampah sisa makanan ternak.
Pemotongan hewan yang sakit di malam hari untuk
menghindari lalat.
Ternak yang sakit dapat dipotong dan dikonsumsi
dibawah pengawasan dokter hewan. Pengangkutan ternak
sakit ke Rumah Potong Hewan (RPH) hanya dapat
dilakukan pada malam hari untuk menghindari penyebaran
oleh lalat. Seluruh sisa pemotongan harus dibakar dan
dikubur dalam-dalam setelah pemotongan, lokasi disuci
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
12
hamakan dengan disinfektan. Kulit yang berasal dari hewan
sakit harus disimpan dari tempat terlindung dari caplak,
lalat atau nyamuk sekurang-kurangnya selama 24 jam atau
disemprot dengan insektisida sebelum digunakan.
3.4. MALIGNANT CATHARRAL FEVER (MCF) atau
Penyakit Ingusan
Agen penyebab penyakit ini digolongkan menjadi dua
macam yaitu :
a. Herpes virus merupakan anggota dari sub famili Gamma
herpesvirinae famili herpesviridea
b. Agen yang belum diketahui secara jelas klasifikasinya
dan diperkirakan ditularkan oleh domba.
Kedua penyebab penyakit ini menimbulkan gejala klinis
yang sama
Kejadian penyakit akan lebih tinggi di daerah
peternakan campuran antara sapi/kerbau dengan domba
atau pada daerah padang penggembalaan dimana sapi,
kerbau dan domba digembalakan secara bersamaan.
Domba, kambing dan berbagai jenis ruminansia lain
tidak memperlihatkan gejala klinis tetapi diperkirakan
menyebarkan bibit penyakit pada saat melahirkan. Domba
diduga sebagai pembawa penyakit. Virus mampu
menerobos placenta menuju janin. Virus yang terbebas dari
sel bergerak menuju hidung dan mata dari hewan perantara
muda yang kemudian menderita infeksi segera setelah lahir.
Induk semang akhir (hewan sehat) tertular dengan
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
13
menghirup percikan udara dari anak tersebut atau melalui
pakan yang tercemar.
Gejala Klinis yang dapat diamati:
Demam tinggi 40 – 41O
C
Keluarnya cairan dari hidung dan mata yang semula
encer akhirnya menjadi kental dan mukopurulen.
Peradangan mulut dan lepuhan di permukaan lidah
sehingga air liur menetes.
Moncong kering dan pecah-pecah terisi nanah.
Hidung tersumbat kerak sehingga kesulitan
bernafas.
Kondisi badan menurun, lemah dan menjadi kurus.
Kornea mata keruh dan keputihan, dalam keadaan
yang serius dapat menyebabkan kebutaan.
Kadang-kadang dapat terjadi radang kulit berupa
penebalan dan pengelupasan kulit.
Kadang-kadang terjadi sembelit yang diikuti oleh
diare.
Gejala kelainan saraf timbul akibat peradangan
otak.
Otot-otot menjadi gemetar, berjalan sempoyongan,
torticolis dan bersifat agresif.
Terjadi kelumpuhan sebelum mati.
Kematian terjadi biasanya antara 4-13 hari setelah
timbul gejala penyakit.
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
14
Gambar 4. Erosi lidah dan warna keruh pada lensa mata
Pencegahan :
▪ Hindari penggembalaan secara bersama antara sapi,
kerbau dan domba pada satu lokasi.
▪ Hindarkan pemasukan domba dari tempat lain karena
domba adalah pembawa penyakit/carrier.
▪ Meningkatkan sanitasi lingkungan dan tata laksana
pemeliharaan ternak.
Pengobatan :
Pengobatan yang efektif belum ada.
Umumnya hewan yang sudah sakit tidak bisa diobati.
Usaha maksimal adalah pemberian antibiotik berspektrum
luas untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
Ternak yang sakit dapat dipotong dan dikonsumsi
dibawah pengawasan dokter hewan. Seluruh jaringan yang
berjejas (mengalami karusakan) harus dibuang. Sisa hasil
pemotongan harus dimusnahkan.
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
15
3.5. SCABIES (Budug, Manga, Kudis Menular)
Disebabkan oleh Tungau Sarcoptes scabei, Chorioptes
bovis serta kurangya kebersihan kandang dan ternak.
Penularan penyakit ini terjadi melalui kontak langsung
ternak sakit dengan sehat atau melalui peralatan kandang
yang tercermar oleh Tungau. Penyakit ini merupakan
penyakit yang bersifat zoonosis (menular dari hewan ke
manusia).
Gejala Klinis yang dapat diamati :
Hewan menggosok-gosokkan badan pada dinding kandang
serta menggigit-gigit bagian tubuh yang terserang penyakit
sehingga terjadi luka-luka dan lecet.
Lepu-lepuh bernanah pada kulit.
Kerak pada permukaan kulit berwarna keabuan.
Kerontokan bulu.
Penebalan dan kekakuan kulit dapat lokal sampai meluas.
Pencegahan :
Letakkan kandang jauh dari tempat tinggal.
Sanitasi dan ventilasi kandang yang baik.
Pisahkan hewan sakit dengan hewan sehat.
Menghindari kontak langsung dengan ternak sakit.
Pengobatan :
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
16
Minyak kelapa yang dicampur serbuk belerang dan kunyit
dicampur dan dipanaskan, selanjutnya digosokkan pada
kulit yang sakit selagi hangat.
Air tembakau.
Serbuk kamper atau kapur barus dicampur dengan minyak
kelapa.
Ternak yang sakit dapat dipotong dan dikonsumsi dibawah
pengawasan dokter hewan. Kulit yang mengandung Tungau
segera dimusnahkan.
Gambar 5. Permukaan kulit berkerak karena penyakit
skabies
3.6. BOVINE EPHEMERAL FEVER (BEF / Demam Tiga
Hari)
Penyakit ini disebabkan oleh Virus BEF. Penyakit ini
disebarkan oleh nyamuk Cullicoides sp atau serangga
penghisap darah.
Gejala Klinis :
Demam, lesu
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
17
Kekakuan anggota gerak sampai pincang
Kelemahan anggota gerak sampai tidak sanggup
berdiri.
Keluar liur yang berlebihan
Sesak nafas
Gemetar
Keluar sedikit cairan dari mata dan hidung.
Pada sapi menyusui, produksi air susu turun atau
terhenti sama sekali
Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan
lingkungan, pemakaian insektisida untuk membunuh
nyamuk dan mengisolasi hewan yang sakit.
Pengobatan sampai saat ini belum ada obat yang efektif.
Ternak dapat dipotong dan dagingnya boleh dikonsumsi.
3.7. HELMINTHIASIS (Cacingan)
Diduga bahwa hampir semua sapi yang dipelihara
secara tradisional pada kondisi petani terserang penyakit
cacingan. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh
serangan parasit cacing tergantung pada : Jenis cacing,
jumlah cacing yang menyerang, umur sapi yang terserang
dan kondisi pakan.
Parasit cacing dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan:
1. Cacing Gilig (Nematoda)
2. Cacing Pita (Cestoda)
3. Cacing Hati (Trematoda)
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
18
Gejala cacingan sangat tergantung dari jenis cacing
yang menyerang ternak sapi. Tetapi pada umumnya gejala
cacingan dapat terlihat sebagai berikut: badan kurus, bulu
kusam dan berdiri, diare atau bahkan sembelit.
Untuk menyiasati harga obat yang mahal dan
dampak/efek samping obat kimia yang tidak diharapkan
maka perlu diupayakan obat-obatan tradisional. Obat-
obatan tradisional juga mempunyai efektifitas yang tidak
kalah dengan obat-obatan modern.
Contohnya penggunaan beberapa jenis tanaman yang
tumbuh di sekitar area yang dapat digunakan sebagai obat
cacing :
Buah pinang digongseng (goreng tanpa minyak)
kemudian ditumbuk halus 1 sendok makan dicampur air
1 cangkir kemudian diberikan kepada ternak. Buah atau
daun nenas diberikan kepada ternak sekitar 600 mg/kg
BB setelah sebelumnya dibersihkan durinya.
Buah atau daun nenas ini lebih efektif untuk cacing
nematoda. Tetapi harus diingat pemberian daun atau
buah nenas tidak boleh pada ternak yang sedang
bunting.
Bawang putih yang biasa digunakan untuk memasak di
dapur juga mempunyai khasiat anti-cacing yang sangat
efektif, terutama untuk melawan infestasi cacing Ascaris
sp, Enterobius dan semua jenis cacing paru-paru.
Keuntungan lain dari bawang putih adalah adanya
kandungan antibiotika alami yang sangat aman dan
tidak meninggalkan residu di sapi, antibiotika ini akan
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
19
berperan sebagai ”growth promotor” pada laju
pertumbuhan sapi. Pada pengobatan sapi-sapi muda
penggunaan bawang putih sangat disarankan karena
tidak pernah ditemukan efek samping yang merugikan.
Gambar 6. Ternak sapi kurus karena cacingan
Gambar 7. siklus hidup cacing nematoda
1
2 3
4
1. Telur keluar
bersama tinja
2. Telur kemudian
menetas menjadi
larva stadium 1
sampai stadium 3
3. Larva stadium 3
bergerak dan
menempel pada
rumput
4. Rumput yang sudah
mengandung larva
kemudian termakan
oleh sapi sehingga
sapi menderita
penyakit cacingan
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
20
Gambar 8. Siklus hidup cacing trematode.
Pengendalian penyakit cacingan :
1. Perhatikan kondisi lingkungan, daerah
penggembalaan dan kandang, hindari tanah yang
lembab dan basah atau banyak kubangan.
2. Lakukan penggembalaan bergilir, jangan
menggunakan padang penggembalaan secara terus
menerus.
3. Jagalah kandang tetap bersih terutama dari sisa
pakan, bila ada sisa pakan segera jauhkan dari
kandang atau dibuat kompos.
4. Segera lakukan pengobatan bila ada sapi yang
menunjukkan gejala cacingan
1.Telur dikeluarkan bersama
tinja (8-12 minggu setelah
infeksi)
2.Telur berkembang
membentuk mirasidium dan
berkembang di dalam tubuh
siput (10-12 hari)
3.Serkaria keluar dari tubuh
siput dan menempel pada
rumput atau air,
berkembang menjadi
metaserkaria
4.Rumput atau air yang
mengandung metaserkaria
termakan oleh sapi
1
23
4
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Akoso.,B.T., Kesehatan Sapi. Panduan bagi petugas
teknos, mahasiswa, penyuluh dan peternak. 1996.
Kanisius Yogyakarta.
2. Anonimous. Live Cycle of Nematoda
Image.http//www.dpc.cdc.gov/dpdx. Diakses
tanggal 18 Mei 2010
3. Anonimous. Live Cycle of Trematoda Image.
http//www.dpc.cdc.gov/dpdx. Diakses tanggal 18
Mei 2010
4. Daniels, P.W., Sudarisman, Purnomo.,R. Malignant
Catarrhal Fever in Asian Livestock. 1988. Australian
Center for International Agricultural Research.
Canbera.
5. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nusa
Tenggara Barat. 2008. Situasi penyakit strategis di
Nusa Tenggara Barat.
6. Goodwin, D.H. Beef management ad Production.
2007. Hutchinson. Australia. Pty Ltd. New South
Wales.
7. Hungerford’s, T.G. Disease of Livestock.
2005.McGraw-Hill book Company. Sidney.
8. Jensen, R.,Donald.R.M., Disease of Feedlot Cattle.
1979. Third Edition. Lea & Febiger.Philadelphia.
9. Subronto. Ilmu Penyakit Ternak .1995. Edisi I.
Gadjah Mada University Press.
Petunjuk Praktis
Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi
vii

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...
Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...
Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...Tata Naipospos
 
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015Nusdianto Triakoso
 
Istilah dalam ilmu kesehatan ternak
Istilah dalam ilmu kesehatan ternakIstilah dalam ilmu kesehatan ternak
Istilah dalam ilmu kesehatan ternakYusuf Ahmad
 
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Tata Naipospos
 
Kesmavet 2022.pptx
Kesmavet 2022.pptxKesmavet 2022.pptx
Kesmavet 2022.pptxCitrasari23
 
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021Tata Naipospos
 
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...Tata Naipospos
 
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananPertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananEmi Suhaemi
 
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...Tata Naipospos
 
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...Tata Naipospos
 
Macam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak UnggasMacam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak UnggasSIlfani Sabila
 
UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURMuhammad Eko
 
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...Tata Naipospos
 
Pyometra pada sapi
Pyometra pada sapiPyometra pada sapi
Pyometra pada sapiulfa ulfa
 

Was ist angesagt? (20)

Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...
Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...
Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...
 
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
 
Istilah dalam ilmu kesehatan ternak
Istilah dalam ilmu kesehatan ternakIstilah dalam ilmu kesehatan ternak
Istilah dalam ilmu kesehatan ternak
 
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
 
Kesehatan ternak kambing
Kesehatan ternak kambingKesehatan ternak kambing
Kesehatan ternak kambing
 
Kesmavet 2022.pptx
Kesmavet 2022.pptxKesmavet 2022.pptx
Kesmavet 2022.pptx
 
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
 
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
 
Tugas pip powerpoint 2
Tugas pip powerpoint 2Tugas pip powerpoint 2
Tugas pip powerpoint 2
 
Nekropsi ayam
Nekropsi ayamNekropsi ayam
Nekropsi ayam
 
Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Pemeliharaan Ternak Sapi PotongPemeliharaan Ternak Sapi Potong
Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
 
Makalah Pullorum
Makalah PullorumMakalah Pullorum
Makalah Pullorum
 
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananPertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
 
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
 
Ayam unggul balitbangtan dan perbibitan 31 juli 2018
Ayam  unggul balitbangtan dan  perbibitan 31 juli 2018Ayam  unggul balitbangtan dan  perbibitan 31 juli 2018
Ayam unggul balitbangtan dan perbibitan 31 juli 2018
 
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
 
Macam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak UnggasMacam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak Unggas
 
UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELUR
 
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
 
Pyometra pada sapi
Pyometra pada sapiPyometra pada sapi
Pyometra pada sapi
 

Ähnlich wie Buku penyakit ternak

AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitBab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitRMontong
 
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dkMateri ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dkDediKusmana2
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
BUKU Surveilans difteri 0701.pdf
BUKU Surveilans difteri  0701.pdfBUKU Surveilans difteri  0701.pdf
BUKU Surveilans difteri 0701.pdfHary Satrisno
 
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmSentra Komputer dan Foto Copy
 
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptPengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptItangPurnama1
 
pengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptpengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptLukman Nurdiana
 
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewanKebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan232448
 
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewanKebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan232448
 
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...Tata Naipospos
 
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan232448
 
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan232448
 
Kelompok 7 virologi.docx
Kelompok 7 virologi.docxKelompok 7 virologi.docx
Kelompok 7 virologi.docxHanungFirman
 
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksiMakalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksiSeptian Muna Barakati
 

Ähnlich wie Buku penyakit ternak (20)

AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitBab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
 
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dkMateri ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
Disease Control domba
Disease Control dombaDisease Control domba
Disease Control domba
 
BUKU Surveilans difteri 0701.pdf
BUKU Surveilans difteri  0701.pdfBUKU Surveilans difteri  0701.pdf
BUKU Surveilans difteri 0701.pdf
 
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
 
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptPengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
 
pengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptpengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.ppt
 
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewanKebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
 
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewanKebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
 
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
 
Makalah study bpm kebidanan dasar
Makalah study bpm  kebidanan dasar Makalah study bpm  kebidanan dasar
Makalah study bpm kebidanan dasar
 
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
 
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
 
Kelompok 7 virologi.docx
Kelompok 7 virologi.docxKelompok 7 virologi.docx
Kelompok 7 virologi.docx
 
laporan akhir objek 3 print
laporan akhir objek 3 printlaporan akhir objek 3 print
laporan akhir objek 3 print
 
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksiMakalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi
 

Kürzlich hochgeladen

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdfnoviarani6
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanB117IsnurJannah
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfsrirezeki99
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxIrfanNersMaulana
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfBangKoko
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxIrfanNersMaulana
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaFeraAyuFitriyani
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxkemenaghajids83
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxindah849420
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 

Kürzlich hochgeladen (20)

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 

Buku penyakit ternak

  • 1. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi i
  • 2. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi ii PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT PADA TERNAK SAPI Disusun Oeh : Luh Gde Sri Astiti Penyunting : Tanda S Panjaitan Achmad Muzani KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NTB 2010
  • 3. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi iii Kata Pengantar Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penyusunan buku petunjuk praktis manajemen umum pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternak sapi ini dapat diselesaikan pada waktunya. Buku petunjuk praktis manajemen umum pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternak sapi merupakan satu dari sepuluh seri buku petunjuk praktis yang diterbitkan Balai Pengkajian Teknologi Peternakan Nusa Tenggara Barat (BPTP-NTB) dalam upayanya mendukung program swasembada daging sapi 2014. Buku ini mengurai secara praktis dan sederhana cara pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternak sapi sehingga mudah dipahami para pengguna dalam hal ini sarjana membangun desa dan kelompok petani ternak binaannya maupun pegiat peternakan sapi potong lainnya. Diharapkan buku ini dapat memperbaiki produktivitas sapi Bali untuk meningkatkan populasi dan produksi daging nasional. Buku ini diterbitkan atas biaya dari dana kegiatan pendampingan program swasembada daging sapi BPTP- NTB tahun anggaran 2010. Kepada tenaga peneliti dan penyuluh dari kelompok pengkaji peternakan yang sudah terlibat dalam penyusunan buku petunjuk praktis ini diucapkan penghargaan dan terimakasih. Semoga buku kecil ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Mataram, Juni 2010 Kepala Balai, Dr. Ir. Dwi Praptomo S., MS.
  • 4. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi iv DAFTAR ISI JUDUL ii Kata Pengantar iii Daftar isi iv Daftar gambar v I. PENDAHULUAN ............................................. 1 II. VAKSINASI DAN OBAT-OBATAN .......................... 4 III. PENYAKIT PADA TERNAK SAPI DI NTB ................ 5 DAFTAR PUSTAKA 21
  • 5. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi v DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Ciri visual ternak sehat dibandingkan dengan ternak sakit ................. 3
  • 6. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi vi DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Pembengkakan bawah kulit pada daerah perut ................. 6 2. Perdarahan dari lubang hidung dan mulut ................. 7 3. Lesi kulit pada wajah dan tangan yang terserang antrax ................. 7 4. Erosi lidah dan warna keruh pada lensa mata ............... 14 5. Permukaan kulit berkerak karena penyakit scabies ................ 16 6. Ternak sapi kurus karena cacingan ................ 19 7. Siklus hidup cacing Nematoda ................ 19 8. Siklus hidup Trematoda ................ 20
  • 7. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 1 I. PENDAHULUAN Manajemen pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternak sapi merupakan salah satu usaha upaya mendukung program swasembada daging sapi 2014. Buku ini menguraikan secara praktis dan sederhana cara melakukan pencegahan penyakit dan pengendalian penyakit pada ternak sapi agar mudah dipahami para pengguna dalam hal ini Sarjana Membangun Desa (SMD) dan kelompok petani ternak binaannya maupun pegiat peternakan sapi lainnya. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memperhatikan perkandangan yang baik misalnya ventilasi kandang, lantai kandang juga kontak dengan sapi lain yang sakit dan orang yang sakit. Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan perpindahan dari penyakit tersebut. Prinsip sanitasi yaitu bersih secara fisik, kimiawi dan mikrobiologi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi 1. Ruang dan alat yang akan disanitasi 2. Metiode sanitasi yang digunakan. 3. Bahan/zat kimia serta aplikasinya. 4. Monitoring program sanitasi. 5. Harga bahan yang digunakan. 6. Ketrampilan pekerja 7. Sifat bahan/produk dimana kegiatan akan dilakukan.
  • 8. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 2 Prinsip-prinsip dalam pencegahan penyakit : 1. Pencegahan lebih baik daripada mengobati 2. Sapi-sapi baru yang akan dimasukkan ke kandang harus dipastikan bebas dari berbagai penyakit 3. Lingkungan kandang harus bersih dan kering 4. Pisahkan sapi yang sakit dari sapi yang sehat 5. Lakukan pencegahan stress akibat transportasi karena stress akan menyebabkan sapi mudah terserang penyakit 6. Pembersihan kandang dan peralatan dilakukan setiap hari 7. Pengendalian parasit internal (cacingan) dan eksternal (caplak, lalat dan pinjal). Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena banyak penyakit ternak yang tidak hanya menyerang ternak tetapi juga dapat menular kepada manusia disebut penyakit “ZOONOSIS” Kesehatan ternak adalah suatu keadaan atau kondisi dimana tubuh hewan dengan seluruh sel yang menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi normal. Salah satu bagian yang paling penting dalam penanganan kesehatan ternak adalah melakukan pengamatan terhadap ternak yang sakit melalui pemeriksaan ternak yang diduga sakit. Pemeriksaan ternak
  • 9. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 3 yang diduga sakit adalah suatu proses untuk menentukan dan mengamati perubahan yang terjadi pada ternak melalui tanda-tanda atau gejala-gejala yang nampak sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dan suatu penyakit dapat diketahui penyebabnya. Tabel 1. Ciri visual ternak sehat dibandingkan dengan ternak sakit. No Kategori Sehat Sakit 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pergerakan Mata Bulu Nafsu makan Lendir lubang alami Suara napas Aktif dan lincah Jernih Halus dan bersih Normal Tidak ada Halus, teratur dan tidak tersengal-sengal kurang aktif dan lincah Pucat dan sayu Kasar, berdiri dan kusam Berkurang Ada Ngorok, tidak teratur dan tersengal-sengal
  • 10. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 4 II. VAKSINASI dan OBAT-OBATAN Pemakaian dan penggunaan vaksin dan obat-obatan memerlukan kehati-hatian karena akan berakibat fatal dan merugikan peternak. Beberapa hal yang harus diperhatikan : Selalu membaca label dan ikuti petunjuk penggunaan secara hati-hati. Lakukan vaksinasi sesuai dengan jenis vaksinnya demikian juga dengan aplikasinya Jangan menggunakan vaksin dan obat-obat yang kedaluarsa Jangan mencampur vaksin dan obat-obatan sekaligus. Berikan obat-obatan sesuai jangka waktu yang ditentukan. Simpan obat-obatan ditempat yang sejuk. Simpan Vaksin dalam lemari es Pada saat vaksinasi pakailah alat yang steril.
  • 11. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 5 III. PENYAKIT PADA TERNAK SAPI di NTB Penyakit sapi Bali yang masih terjadi di NTB menurut data dari Dinas Peternakan Propinsi NTB tahun 2008 adalah penyakit Antrax, Septichaemia Epizootica (SE), Surra, Malignant Catharral Fever (MCF), Scabies, Helminthiasis dan Bovine Ephemeral Fever (BEF). 3.1. PENYAKIT ANTRAX (RADANG LIMPA) Penyakit ini tergolong zoonosis disebabkan oleh bakteri Basillus anthracis. Kuman Antrax dapat membentuk spora dan tahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah, tahan terhadap kondisi lingkungan yang panas, bahan kimia dan desinfektan. Oleh sebab itu hewan yang mati karena Antrax dilarang untuk dilakukan pembedahan pada bangkainya agar tidak membuka peluang bagi organisme ini membentuk spora. Faktor yang mempercepat penularan penyakit ini adalah musim panas, kekurangan makanan dan keletihan. Penularan dari hewan ke hewan terjadi lewat makanan dan minuman yang tercemar bakteri antrax. Infeksi pada hewan juga dapat berasal dari tanah yang tercemar spora Antrax. Bakteri Antrax masuk ke dalam tubuh hewan melalui luka, terhirup bersama udara atau tertelan bersama makanan dan minuman. Penularan antrax ke manusia umumnya terjadi secara langsung yaitu kontak dengan hewan penderita melalui luka, atau bahan asal hewan seperti bulu yang terhirup
  • 12. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 6 melalui pernafasan dan melalui saluran pencernaan bagi orang yang memakan daging hewan penderita Antrax. Gejala klinis yang dapat diamati pada hewan : Umumnya bersifat akut dan per-akut disertai infeksi menyeluruh Kematian mendadak Demam tinggi, gemetar, berjalan sempoyongan, kondisi lemah, ambruk Diare Peradangan pada Limpa Perdarahan berwarna hitam pekat seperti teer dari lubang–lubang kumlah (lubang hidung, lubang anus, pori-pori kulit) Kesulitan bernafas Gambar 1. Pembengkakan bawah kulit pada daerah perut.
  • 13. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 7 Gambar 2. Perdarahan dari lubang hidung dan mulut. Gejala klinis pada manusia antara lain : Antrax tipe kulit umumnya ditandai dengan lesi (semacam borok) yang khas dimulai dari bintil kecil berwarna merah, menimbulkan rasa gatal yang kemudian meluas dan terbentuk jaringan parut berwarna hitam Pembengkakan kelenjar limfe regional Infeksi menyeluruh dapat terjadi pada penyakit yang berlanjut Antrax tipe pernafasan umumnya diikuti dengan gejala sesak di daerah dada yang disertai dengan kebiruan dan umumnya diikuti kematian dalam waktu 24 jam Gambar 3. Lesi kulit pada wajah dan tangan yang terserang antrax
  • 14. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 8 Antrax tipe abdominal ditandai dengan gejala demam, septikemia dan apabila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan kematian. Pencegahan Untuk mengurangi dan mencegah penyebarluasan penyakit antrax dapat dilakukan dengan : Pengawasan yang ketat (tindakan karantina) dari daerah tertular ke daerah bebas Vaksinasi dengan vaksin spora avirulen secara teratur setiap tahun daerah wabah Isolasi hewan yang sakit atau diduga sakit dan isolasi daerah terjangkit penyakit Hindari memberi pakan rumput dengan akarnya Mengubur dan membakar bangkai ternak yang sakit atau diduga sakit Desinfeksi kandang dan lingkungan sekitar kandang Tidak melakukan kontak fisik dengan hewan tersangka penyakit antrax Pengobatan hanya dapat dilakukan untuk penyakit pada tahap awal dengan pemberian antibiotika berspektrum luas seperti; Penisillin G, Oxytetracyclin atau Streptomycin Hewan yang menderita Antrax dilarang keras untuk dipotong.
  • 15. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 9 3.2. SEPTICHAEMIA EPIZOOTICA (SE/NGOROK) Penyebab penyakit ini adalah kuman Pastuerella multocida serotipe 6B dan 6 E, kuman ini suka hidup ditempat yang dingin dan lembab. Faktor pemicu terjadinya infeksi berupa; cekaman atau stess seperti terlalu banyak dipekerjakan, pemberian pakan yang berkualitas rendah, kandang yang penuh dan berdesakan, dan kondisi pengangkutan yang melelahkan pada ternak. Penularan dari hewan sakit ke hewan yang sehat atau pembawa terjadi melalui kontak makanan dan minuman serta alat-alat tercemar ekskreta hewan penderita (air liur, urin dan feses). Kuman yang jatuh ke tanah, bila mendapatkan kondisi yang lembab dan dingin dapat berkembang dan menulari hewan ternak yang digembalakan di tempat tersebut. Gejala Klinis yang dapat diamati : Keluar air liur terus menerus Kesulitan bernafas (ngorok) Kondisi tubuh lemah dan lesu Suhu tubuh meningkat sampai diatas 41 0 C Tubuh gemetar Selaput lendir kemerahan Terdapat busung pada kepala, tenggorokan, leher bagian bawah sampai gelambir Pada bentuk dada terdapat tanda-tanda peradangan paru yang diikuti dengan keluarnya ingus dan kesulitan bernafas Pada kondisi kronis hewan menjadi kurus dan sering batuk, nafsu makan terganggu
  • 16. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 10 Pencegahan Pada daerah bebas SE dilakukan karantina yang ketat terhadap pemasukan hewan ternak ke daerah tersebut. Bagi daerah tertular dilakukan vaksinasi terhadap ternak yang sehat dengan oil adjuvant setidaknya setahun sekali. Bangkai hewan yang sakit dibakar atau dikubur Bersihkan kandang dengan disinfektan Pengobatan dilakukan dengan antibiotika Oxytetracyclin, Streptomycin atau Preparat sulfa (sulfamezathine). Ternak yang tertular dapat dipotong dan dagingnya dapat dikonsumsi dibawah pengawasan dokter hewan. Jaringan yang sudah rusak seperti paru-paru harus dibuang dan dimusnahkan dengan dibakar/dikubur. Karkas yang sangat kurus karena penyakit yang berjalan kronis dimusnahkan. 3.3. SURRA (TRYPANOSOMIASIS/Penyakit Mubeng) Penyakit surra merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa Trypanosoma evansi. Parasit ini hidup dalam darah induk semang dan memperoleh glukosa sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah induk semangnya. Menurunnya kondisi tubuh akibat cekaman misalnya stress, kurang pakan, kelelahan, kedinginan dan sebagainya merupakan faktor yang memicu kejadian penyakit ini. Penularan terjadi secara mekanis dengan perantaraan lalat penghisap darah seperti Tabanidae, Stomoxys, Lyperosia, Charysops dan Hematobia serta jenis arthropoda yang lain seperti kutu dan pinjal
  • 17. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 11 Gejala Klinis yang dapat diamati : Gejala Umum meliputi demam, lesu, lemah, nafsu makan berkurang, lekas letih. Anemia, kurus, bulu rontok, busung daerah dagu dan anggota gerak dan akhirnya akan mati. Di daerah endemik ternak mungkin terkena infeksi tetapi tidak terlihat adanya gejala. Keluar getah radang dari hidung dan mata. Selaput lendir terlihat menguning. Jalan sempoyongan, kejang dan berputar-putar (mubeng) disebabkan karena parasit berada dalam cairan Cerebrospinal sehingga terjadi gangguan saraf. Pencegahan dapat dilakukan dengan Pembasmian serangga penghisap darah dengan tindakan penyemprotan kandang dan ternak dengan Asuntol atau insektisida lain yang aman bagi ternak. Pembersihan tempat yang basah dan rimbun. Pengeringan tanah dan penertiban pembuangan kotoran dan sampah sisa makanan ternak. Pemotongan hewan yang sakit di malam hari untuk menghindari lalat. Ternak yang sakit dapat dipotong dan dikonsumsi dibawah pengawasan dokter hewan. Pengangkutan ternak sakit ke Rumah Potong Hewan (RPH) hanya dapat dilakukan pada malam hari untuk menghindari penyebaran oleh lalat. Seluruh sisa pemotongan harus dibakar dan dikubur dalam-dalam setelah pemotongan, lokasi disuci
  • 18. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 12 hamakan dengan disinfektan. Kulit yang berasal dari hewan sakit harus disimpan dari tempat terlindung dari caplak, lalat atau nyamuk sekurang-kurangnya selama 24 jam atau disemprot dengan insektisida sebelum digunakan. 3.4. MALIGNANT CATHARRAL FEVER (MCF) atau Penyakit Ingusan Agen penyebab penyakit ini digolongkan menjadi dua macam yaitu : a. Herpes virus merupakan anggota dari sub famili Gamma herpesvirinae famili herpesviridea b. Agen yang belum diketahui secara jelas klasifikasinya dan diperkirakan ditularkan oleh domba. Kedua penyebab penyakit ini menimbulkan gejala klinis yang sama Kejadian penyakit akan lebih tinggi di daerah peternakan campuran antara sapi/kerbau dengan domba atau pada daerah padang penggembalaan dimana sapi, kerbau dan domba digembalakan secara bersamaan. Domba, kambing dan berbagai jenis ruminansia lain tidak memperlihatkan gejala klinis tetapi diperkirakan menyebarkan bibit penyakit pada saat melahirkan. Domba diduga sebagai pembawa penyakit. Virus mampu menerobos placenta menuju janin. Virus yang terbebas dari sel bergerak menuju hidung dan mata dari hewan perantara muda yang kemudian menderita infeksi segera setelah lahir. Induk semang akhir (hewan sehat) tertular dengan
  • 19. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 13 menghirup percikan udara dari anak tersebut atau melalui pakan yang tercemar. Gejala Klinis yang dapat diamati: Demam tinggi 40 – 41O C Keluarnya cairan dari hidung dan mata yang semula encer akhirnya menjadi kental dan mukopurulen. Peradangan mulut dan lepuhan di permukaan lidah sehingga air liur menetes. Moncong kering dan pecah-pecah terisi nanah. Hidung tersumbat kerak sehingga kesulitan bernafas. Kondisi badan menurun, lemah dan menjadi kurus. Kornea mata keruh dan keputihan, dalam keadaan yang serius dapat menyebabkan kebutaan. Kadang-kadang dapat terjadi radang kulit berupa penebalan dan pengelupasan kulit. Kadang-kadang terjadi sembelit yang diikuti oleh diare. Gejala kelainan saraf timbul akibat peradangan otak. Otot-otot menjadi gemetar, berjalan sempoyongan, torticolis dan bersifat agresif. Terjadi kelumpuhan sebelum mati. Kematian terjadi biasanya antara 4-13 hari setelah timbul gejala penyakit.
  • 20. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 14 Gambar 4. Erosi lidah dan warna keruh pada lensa mata Pencegahan : ▪ Hindari penggembalaan secara bersama antara sapi, kerbau dan domba pada satu lokasi. ▪ Hindarkan pemasukan domba dari tempat lain karena domba adalah pembawa penyakit/carrier. ▪ Meningkatkan sanitasi lingkungan dan tata laksana pemeliharaan ternak. Pengobatan : Pengobatan yang efektif belum ada. Umumnya hewan yang sudah sakit tidak bisa diobati. Usaha maksimal adalah pemberian antibiotik berspektrum luas untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Ternak yang sakit dapat dipotong dan dikonsumsi dibawah pengawasan dokter hewan. Seluruh jaringan yang berjejas (mengalami karusakan) harus dibuang. Sisa hasil pemotongan harus dimusnahkan.
  • 21. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 15 3.5. SCABIES (Budug, Manga, Kudis Menular) Disebabkan oleh Tungau Sarcoptes scabei, Chorioptes bovis serta kurangya kebersihan kandang dan ternak. Penularan penyakit ini terjadi melalui kontak langsung ternak sakit dengan sehat atau melalui peralatan kandang yang tercermar oleh Tungau. Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat zoonosis (menular dari hewan ke manusia). Gejala Klinis yang dapat diamati : Hewan menggosok-gosokkan badan pada dinding kandang serta menggigit-gigit bagian tubuh yang terserang penyakit sehingga terjadi luka-luka dan lecet. Lepu-lepuh bernanah pada kulit. Kerak pada permukaan kulit berwarna keabuan. Kerontokan bulu. Penebalan dan kekakuan kulit dapat lokal sampai meluas. Pencegahan : Letakkan kandang jauh dari tempat tinggal. Sanitasi dan ventilasi kandang yang baik. Pisahkan hewan sakit dengan hewan sehat. Menghindari kontak langsung dengan ternak sakit. Pengobatan :
  • 22. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 16 Minyak kelapa yang dicampur serbuk belerang dan kunyit dicampur dan dipanaskan, selanjutnya digosokkan pada kulit yang sakit selagi hangat. Air tembakau. Serbuk kamper atau kapur barus dicampur dengan minyak kelapa. Ternak yang sakit dapat dipotong dan dikonsumsi dibawah pengawasan dokter hewan. Kulit yang mengandung Tungau segera dimusnahkan. Gambar 5. Permukaan kulit berkerak karena penyakit skabies 3.6. BOVINE EPHEMERAL FEVER (BEF / Demam Tiga Hari) Penyakit ini disebabkan oleh Virus BEF. Penyakit ini disebarkan oleh nyamuk Cullicoides sp atau serangga penghisap darah. Gejala Klinis : Demam, lesu
  • 23. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 17 Kekakuan anggota gerak sampai pincang Kelemahan anggota gerak sampai tidak sanggup berdiri. Keluar liur yang berlebihan Sesak nafas Gemetar Keluar sedikit cairan dari mata dan hidung. Pada sapi menyusui, produksi air susu turun atau terhenti sama sekali Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan, pemakaian insektisida untuk membunuh nyamuk dan mengisolasi hewan yang sakit. Pengobatan sampai saat ini belum ada obat yang efektif. Ternak dapat dipotong dan dagingnya boleh dikonsumsi. 3.7. HELMINTHIASIS (Cacingan) Diduga bahwa hampir semua sapi yang dipelihara secara tradisional pada kondisi petani terserang penyakit cacingan. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh serangan parasit cacing tergantung pada : Jenis cacing, jumlah cacing yang menyerang, umur sapi yang terserang dan kondisi pakan. Parasit cacing dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan: 1. Cacing Gilig (Nematoda) 2. Cacing Pita (Cestoda) 3. Cacing Hati (Trematoda)
  • 24. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 18 Gejala cacingan sangat tergantung dari jenis cacing yang menyerang ternak sapi. Tetapi pada umumnya gejala cacingan dapat terlihat sebagai berikut: badan kurus, bulu kusam dan berdiri, diare atau bahkan sembelit. Untuk menyiasati harga obat yang mahal dan dampak/efek samping obat kimia yang tidak diharapkan maka perlu diupayakan obat-obatan tradisional. Obat- obatan tradisional juga mempunyai efektifitas yang tidak kalah dengan obat-obatan modern. Contohnya penggunaan beberapa jenis tanaman yang tumbuh di sekitar area yang dapat digunakan sebagai obat cacing : Buah pinang digongseng (goreng tanpa minyak) kemudian ditumbuk halus 1 sendok makan dicampur air 1 cangkir kemudian diberikan kepada ternak. Buah atau daun nenas diberikan kepada ternak sekitar 600 mg/kg BB setelah sebelumnya dibersihkan durinya. Buah atau daun nenas ini lebih efektif untuk cacing nematoda. Tetapi harus diingat pemberian daun atau buah nenas tidak boleh pada ternak yang sedang bunting. Bawang putih yang biasa digunakan untuk memasak di dapur juga mempunyai khasiat anti-cacing yang sangat efektif, terutama untuk melawan infestasi cacing Ascaris sp, Enterobius dan semua jenis cacing paru-paru. Keuntungan lain dari bawang putih adalah adanya kandungan antibiotika alami yang sangat aman dan tidak meninggalkan residu di sapi, antibiotika ini akan
  • 25. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 19 berperan sebagai ”growth promotor” pada laju pertumbuhan sapi. Pada pengobatan sapi-sapi muda penggunaan bawang putih sangat disarankan karena tidak pernah ditemukan efek samping yang merugikan. Gambar 6. Ternak sapi kurus karena cacingan Gambar 7. siklus hidup cacing nematoda 1 2 3 4 1. Telur keluar bersama tinja 2. Telur kemudian menetas menjadi larva stadium 1 sampai stadium 3 3. Larva stadium 3 bergerak dan menempel pada rumput 4. Rumput yang sudah mengandung larva kemudian termakan oleh sapi sehingga sapi menderita penyakit cacingan
  • 26. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 20 Gambar 8. Siklus hidup cacing trematode. Pengendalian penyakit cacingan : 1. Perhatikan kondisi lingkungan, daerah penggembalaan dan kandang, hindari tanah yang lembab dan basah atau banyak kubangan. 2. Lakukan penggembalaan bergilir, jangan menggunakan padang penggembalaan secara terus menerus. 3. Jagalah kandang tetap bersih terutama dari sisa pakan, bila ada sisa pakan segera jauhkan dari kandang atau dibuat kompos. 4. Segera lakukan pengobatan bila ada sapi yang menunjukkan gejala cacingan 1.Telur dikeluarkan bersama tinja (8-12 minggu setelah infeksi) 2.Telur berkembang membentuk mirasidium dan berkembang di dalam tubuh siput (10-12 hari) 3.Serkaria keluar dari tubuh siput dan menempel pada rumput atau air, berkembang menjadi metaserkaria 4.Rumput atau air yang mengandung metaserkaria termakan oleh sapi 1 23 4
  • 27. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi 21 DAFTAR PUSTAKA 1. Akoso.,B.T., Kesehatan Sapi. Panduan bagi petugas teknos, mahasiswa, penyuluh dan peternak. 1996. Kanisius Yogyakarta. 2. Anonimous. Live Cycle of Nematoda Image.http//www.dpc.cdc.gov/dpdx. Diakses tanggal 18 Mei 2010 3. Anonimous. Live Cycle of Trematoda Image. http//www.dpc.cdc.gov/dpdx. Diakses tanggal 18 Mei 2010 4. Daniels, P.W., Sudarisman, Purnomo.,R. Malignant Catarrhal Fever in Asian Livestock. 1988. Australian Center for International Agricultural Research. Canbera. 5. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nusa Tenggara Barat. 2008. Situasi penyakit strategis di Nusa Tenggara Barat. 6. Goodwin, D.H. Beef management ad Production. 2007. Hutchinson. Australia. Pty Ltd. New South Wales. 7. Hungerford’s, T.G. Disease of Livestock. 2005.McGraw-Hill book Company. Sidney. 8. Jensen, R.,Donald.R.M., Disease of Feedlot Cattle. 1979. Third Edition. Lea & Febiger.Philadelphia. 9. Subronto. Ilmu Penyakit Ternak .1995. Edisi I. Gadjah Mada University Press.
  • 28. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi vii